You are on page 1of 34

Diskusi Topik

Pneumonia Komunitas

15 Desember 2022
Modul Praktik Klinik Pulmonologi
Desember 2022 - Januari 2023

Kelompok A
Ahsan - Devanda - Juan - Fasya - Kalis - Putsas

Narasumber
dr. Titi S, Sp.P(K)
Outline
● Definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko
● Patogenesis dan patofisiologi
● Diagnosis
● Diagnosis Banding
● Tatalaksana
● Pencegahan, komplikasi dan prognosis
Definisi

Peumonia dibagi menjadi 4 jenis:


● pneumonia komunitas (community acquired pneumonia = CAP)
● pneumonia didapat di rumah sakit (hospital acquired pneumonia = HAP)
● pneumonia karena pemakaian ventilator (ventilator associated pneumonia = VAP).

Berdasarkan ICD X, pneumonia komunitas adalah peradangan akut yang terjadi pada
parenkim paru dan didapat dari masyarakat.

Kondisi ini dapat disebabkan akibat mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur, parasit,
atau protozoa, dan bukan disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.1
Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn
eumonia/causes
Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.
Etiologi

Bakteri
● Steptococcus pneumoniae, mycoplasma pnuemonia
● H. influenza
Virus
● rhinovirus
● virus influenza
● virus respiratory syncytial
● SARS-CoV-2.
Jamur: Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn
eumonia/causes
Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.
Etiologi

Patogen tipikal

Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn

Streptococcus pneumoniae eumonia/causes


Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/

● Haemophilus influenzae Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.

● Moraxella catarrhalis
● Staphylococcus aureus
● streptokokus grup A
● bakteri gram negatif aerobik seperti Klebsiella spp atau E. coli
● bakteri mikroaerofilik
● bakteri anaerobik yang berkaitan dengan aspirasi
Patogen atipikal: sekelompok bakteri yang memiliki resistensi terhadap beta laktam dan ketidakmampuannya
untuk divisualisasikan pada pewarnaan gram atau dikultur menggunakan teknik tradisional
● Legionella spp, Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae, dan Chlamydia psittaci, Coxiella burnetii
Namun diketahui di seluruh dunia, bahwa penyebab utama dari pneumonia adalah S. pneumonia dan H.
influenza.
Epidemiologi

● Angka kematian dan kesakitan terbanyak di dunia


● Urutan ke-8 dari penyebab mortalitas di dunia dan merupakan nomor satu penyebab kematian akibat infeksi
● Angka mortalitas di rawat jalan adalah 2%, rawat inap 5-20%, dan semakin meningkat pada pasien yang
dirawat di ruang intensif hingga lebih dari 50%
● Risiko kematian juga semakin meningkat pada pasien usia >65 tahun dengan komorbid
● Di Amerika Serikat, insidensi tahunan adalah 24.8 kasus per 10.000 orang dewasa dengan angka yang
semakin besar seiring bertambahnya usia
● Rerata insidens tahunan 6/1000 pada kelompok usia 18-39 tahun dan 34/1000 pada kelompok usia diatas
75 tahun
● Di rumah sakit di Indonesia, pneumonia merupakan 10 besar penyakit rawat inap dengan crude fatality rate
(CFR) sebesar 7.6% (paling tinggi jika dibandingkan dengan penyakit yang lain).
Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn
eumonia/causes
Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.
Faktor Risiko

● Penyakit komorbid
● Bayi atau anak (usia kurang dari 2 tahun), prematur, dan orang tua atau
geriatri (usia 65 tahun ke atas)
● Penyakit kronik
● Pasien yang tidak mendapatkan vaksin untuk mencegah pneumonia
● Pekerjaan dan lingkungan → area yang padat atau perkumpulan tertentu seperti
barak militer, penjara, penampungan tunawisma, dan rumah perawatan.
● Polusi udara atau asap beracun, kontak dengan hewan atau burung → pusat
pemrosesan ayam, toko atau klinik hewan juga meningkatkan risiko infeksi.

Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn
eumonia/causes
Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.
Faktor Risiko

● Merokok
● Penyakit otak (stroke, trauma kepala, dementia, parkinson) →
mempengaruhi fungsi menelan
● Kondisi Imunosupresan → kehamilan, HIV/AIDS, transplantasi sumsum
tulang belakang, kemoterapi, dan penggunaan steroid
● Penyakit paru dan kondisi kronis lain seperti asma, bronkiektasis, sistik
fibrosis, PPOK, diabetes, gagal jantung, penyakit ginjal dan hati juga
meningkatkan risiko infeksi pneumonia.
● Hospitalisasi hingga di rawat di ICU atau menggunakan ventilator juga dapat
menyebabkan infeksi pneumonia selain komunitas. Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pn
eumonia/causes
Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncb
i.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2014.
Patogenesis
Patogenesis
Diagnosis Pneumonia
Kriteria diagnosis pasti → infiltrat atau air bronchogram pada foto polos toraks, disertai salah
satu gejala:
● Batuk
● Sputum purulen
● Demam atau riwayat demam >38o C (umumnya menggigil)
● Nyeri dada
● Sesak napas
● Suara napas bronkial atau ronki
● Leukosit <4.500 atau ≥10.000/µL
○ Biakan sputum/darah tidak harus dilakukan
○ Kadar CRP dan PCT diukur untuk prediktor komplikasi dan prognosis

Pada pneumonia viral: riwayat perjalanan ke daerah endemis dalam 14 hari, hasil PCR positif
Gejala Pneumonia Atipik vs Tipik
Tanda dan Gejala Pneumonia Tipik Pneumonia Atipik
● Dapat dilakukan Onset Akut Gradual
uji serologi untuk Suhu Tinggi, menggigil Kurang tinggi
memastikan Batuk Produktif Non-produktif
etiologi bakteri Sputum Purulen Mukoid
atipik Gejala lain Jarang ada Nyeri kepala, mialgia, nyeri
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga
Gejala ekstraparu Lebih jarang Sering
Apusan Gram Kokus Gram (+) atau (-) Flora normal atau spesifik
Radiologis Konsolidasi lobaris Konsolidasi patchy atau
normal
Laboratorium Leukosit umumnya Leukosit normal, kadang
meningkat menurun
Gangguan fungsi hati Jarang terjadi Sering terjadi
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isba
Skoring Derajat Keparahan Pneumonia
● CURB-65 digunakan untuk menilai kebutuhan rawat pasien jika fasilitas tidak
lengkap
● Variabel:
○ Confusion (skor tes mental ≤8)
○ Urea (ureum/2,14 >19 mg/dl)
○ Respiratory rate (>30x/menit)
○ Blood pressure (<90/60 mmHg)
○ 65 years or older (>65 tahun)
● Interpretasi nilai:
○ 0-1: risiko kematian ringan, rawat jalan
○ 2: risiko kematian menengah, pertimbangkan rawat inap
○ >3: tatalaksana pneumonia berat (harus rawat inap)
○ 4-5: risiko kematian tinggi, pertimbangkan rawat intensif
Skoring Derajat Keparahan Pneumonia
● PSI menilai kebutuhan rawat pasien jika RS
memiliki fasilitas lengkap
● Indikator rawat inap:
○ Nilai PSI >70
○ Pasien juga pengguna NAPZA
○ Nilai PSI <70 tapi memiliki salah satu
gejala:
■ Frekuensi napas >30x/menit
■ PaO2/FiO2 <250 mmHg
■ Terdapat infiltrat multilobus pada
foto toraks polos
■ Tekanan darah sistolik <90 mmHg
■ Tekanan darah diastolik <60 mmHg
Diagnosis Banding
TB Paru Kanker paru Mikosis paru

Anamnesis Batuk berdahak >2 minggu, disertai batuk, sesak napas, nyeri dada, batuk berdahak, batuk berdarah,
batuk darah, sesak napas, badan batuk darah, stridor, suara serak, sputum purulen, demam, sakit dada,
lemas, penurunan nafsu makan, kesulitan menelan sesak napas, sakit kepala, mual, dan
penurunan berat badan, malaise, muntah
keringat malam, demam subfebris >1
bulan, atau nyeri dada

Pemeriksaan Suara napas dengan sifat bronkial, kelumpuhan diafragma, sindrom penurunan suara napas, perkusi
fisik amforik, melemah, yang dapat juga SVC, pembesaran KGB, dan redup, ronki basah, dan
disertai dengan ronki basah kasar venektasi dinding dada limfadenektasis superfisial
ataupun halus

Pemeriksaan Biakan bakteri Foto toraks/CT → lesi, efusi pleura, Foto toraks → lesi nodul, lesi patchy,
penunjang TCM efusi perikardium pembentukan kavitas, dan nodul
Bronkoskopi → membantu milier difus
menemukan lesi
Tatalaksana
● Faktor pemilihan antibiotik
empiris:
○ Jenis kuman berdasarkan pola
kuman setempat
○ Obat telah terbukti efektif secara
penelitian
○ Faktor risiko resisten antibiotik
○ Faktor komorbid yang dapat
mempengaruhi jenis kuman
tertentu dan dapat menjadi
penyebab kegagalan
Rekomendasi Antibiotik Pneumonia Komunitas
PDPI ATS 2019
Rawat Jalan ● Pasien yang sebelumnya sehat atau tidak memiliki riwayat penggunaan
antibiotik 3 bulan sebelumnya:
○ Golongan beta laktam atau beta laktam ditambah anti
beta laktamase atau
○ Makrolid baru (azitromisin, klaritomisin)
● Pasien yang memiliki komorbid atau riwayat pemakaian antibiotik 3
bulan sebelumnya:
○ Fluorokuinolon respirasi (levogloksasin 750 mg,
moksifloksasin) atau
○ Golongan beta laktam ditambah anti beta laktamase atau
○ Beta latam ditambah makrolid

Rawat inap non ● Florokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin) atau
ICU ● Beta laktam ditambah makrolid

Ruang rawat Apabila tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:


intensif ● Beta laktam (sefotaksim, seftriakson, atau ampisilin sulbaktam) ditambah
makrolid baru atau florokuinolon respirasi intravena (IV)

Pertimbangan Ada faktor risiko pseudomonas:


khusus ● Antipneumokokal, antipsudomonas beta laktam (piperacilin-
tazobaktam , sefepime, imipnem, atau meropenem) ditambah
levofloksasin 750 mg atau
● Beta laktam di atas ditambah aminoglikosida dan azitromisin atau
● Beta laktam di atas ditambah aminoglikosida dan antipneumokokal
florokuinolon (pasien alergi penisilin, beta laktam diganti dengan
aztreonam)
Ada risiko infeksi MRSA:
● Ditambah vankomisin atau linezolid.

Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2014.

Metlay JP, Waterer GW, Long AC, Anzueto A, Brozek J, Crothers K. Diagnosis and Treatment of Adults with Community-acquired Pneumonia. Am J Respir Crit Care Med [Internet]. 2019 Aug [cited 2022 Dec 14];200(7). Available from: https://www.atsjournals.org/doi/full/10.1164/rccm.201908-1581ST
Rekomendasi Antibiotik Pneumonia Komunitas
Rawat Jalan Rawat Inap
Dosis dan regimen antibiotik untuk pasien rawat jalan tanpa
Dosis dan regimen antibiotik untuk pasien rawat inap adalah:9
komorbid, risiko MRSA, atau risiko Pseudomonas aeruginosa:9
● ● Beta laktam ditambah makrolida:
Amoksisilin 3x1 g per hari atau doksisiklin 2x10 mg per hari
atau azitromisin 500 mg untuk hari pertama, dilanjut dengan ○ Ampicillin+sulbaktam 1.5-3g tiap 6 jam, sefoktaksim 1-2g tiap 8 jam,
250 mg per hari atau klaritomisin 2x500 mg per hari atau seftriakson 1-2g per hari, atau ceftaroline 600mg tiap 12 jam
klaritomisin extended release 1000 mg per hari9 ditambah azitromisin 500 mg per hari atau klaritomisin 2x500 mg
Dosis dan regimen antibiotik untuk pasien rawat jalan dengan
per hari.
komorbid:9
● Amoksisilin/klauvulanat 500mg/125mg tiga kali per hari, ● Fluorokuinolon respirasi:
atau 875mg/125mg dua kali per hari, atau 2000mg/125mg ○ Levofloksasin 750mg per hari atau moksifloksasin 400 mg per hari.
dua hari per hari atau cefpodoxime 2x200 mg per hari atau ● Untuk infeksi MRSA:
efuroxime 2x500 mg per hari ditambah azitromisin 500mg
○ Vankomisin 15mg/kg tiap 12 jam atau linezolid 600 mg tiap 12 jam
pada hari pertama, dilanjut dengan 250mg per hari,
● Untuk infeksi P. aeroginosa:
klaritomisin 2x500 mg per hari, klaritomisin extended
release 1000mg per hari atau doksisiklin 2x100 mg per hari ○ Piperacillin-tazobactam 4.5g tiap 6 jamm, cefepime 2g tiap 8 jam,
● Levofloksasin 750mg per hari, moksifloksasin 400 mg per ceftazidine 2g tiap 8 jam, imipenem 500 mg tiap 6 jam, meropenem
hari, atau gemifloksasin 320mg per hari. 1 g tiap 8 jam, atau aztreonam 2 g tiap 8 jam.
Sulih Terapi
● Perpindahan dari terapi suntik ke
oral → mengurangi biaya perawatan ● Kriteria sulih terapi:
rawat inap dan pencegahan infeksi ○ Hemodinamik stabil
nosokomial ○ Gejala klinis membaik
● Pasien rawat inap non ICU dapat ○ Dapat minum obat oral
disulih setelah 3 hari sedangkan ○ Fungsi pencernaan normal
pasien rawat ICU dapat disulih setelah ● Kriteria klinis stabil:
7 hari. ○ Suhu <37,8c
● Teknik perubahan obat: ○ Frekuensi nadi <100x/menit
○ Sequential → levofloksasin dan ○ Frekuensi napas <24x/menit
moksifloksasin ○ Tekanan darah sistolik >90
○ Switch over → ceftazidime IV ke mmHg
siprofloksasin oral
○ Step down → amoksisilin, sefuroksim, ○ Saturasi oksigen arteri >90%
sefotaksim IV ke sefiksim oral. atau PO2 > 60 mmHg
Pneumonia Atipik dan Viral

● Antibiotik pneumonia atipik: ● Pneumonia virus (virus influenza


○ Makrolid baru (azitromisin,
klaritomisin, roksitromisin) H5N1, H1N1, H7N9, H3N2) perlu
○ Flurokuinolon respirasi (levofloksasin, diberikan antiviral segera dalam
moksifloksasin) 48 jam pertama
○ Dewasa atau anak >13 tahun:
oseltamivir 2x75mg per hari selama 5
hari
○ Anak >1 tahun: oseltamivir 2mg/kgBB,
2 kali sehari selama 5 hari.
Lama Pemberian Antibiotik

● Setidaknya 5 hari dengan periode tidak demam 48-72 jam


● Syarat:
○ Tidak memerlukan suplementasi oksigen
○ Tidak ada lebih dari satu tanda ketidakstabilan klinis frekuensi nadi, napas, dan tekanan
darah sistolik
● Umumnya lama pengobatan 7-10 hari pada pasien yang merespon dalam 72
jam pertama
● Pemberian dapat diperpanjang apabila terapi awal tidak efektif, terdapat
infeksi ekstraparu, etiologinya P. aeruginosa, S. aureus, Legionella spp, atau
kuman lain yang tidak umum, serta necrotizing pneumonia, empiema, atau
abses.
Evaluasi Pasien yang Tidak Respon dengan Obat

● Tinjau ulang pasien yang tidak


merespon dalam 24-72 jam
pertama.
● Penyebab paling sering: pneumonia
progresif dan pneumonia persisten
● Tatalaksana:
○ Rujuk pasien
○ Pemeriksaan ulang diagnosis
○ Eskalasi antibiotik
● Pemeriksaan tambahan: CT,
bronkoskopi, pungsi pleura.
Pencegahan

● Vaksinasi
○ Influenza
■ Efektivitas 88-89%, mencegah kejadian influenza-like illness (ILI)
■ Setiap tahun → usia > 50 tahun, penghuni fasilitas sosial/umum, penyakit paru kronik,
petugas kesehatan, penyakit metabolisme
○ Pneumokokus
■ Indikasi : Proteksi : orang tua sehat tinggal di fasilitas sosial, gagal organ kronik,
imunodefisiensi. Riw infeksi pneumokokus, anak kelompok risiko tinggi (anemia sickle
cell, splenektomi)
● Berhenti merokok
● Hand hygiene
● Etika batuk
● Kewaspadaan standar dan isolasi pada kasus khusus

Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpu
Komplikasi

● Fibrosis paru
● ARDS ● destruksi parenkim paru
● Gagal napas ● necrotizing pneumonia
● Sepsis ● Kavitasi
● Gagal multiorgan ● Empiema
● Koagulopati ● Abses paru
● Eksaserbasi komorbid ● Meningitis
● Komplikasi jantung (HF, ACS,
aritmia)
● Kematian

Sattar S, Sharma S. Bacterial Pneumonia [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cited 2022 Dec 14]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513321/
Lim WS. Pneumonia—Overview. Reference Module in Biomedical Sciences [Internet]. 2020 [cited 2022 Dec 14]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7241411/
Prognosis

● Umumnya baik
● Faktor yang dapat mempengaruhi prognosis
○ Faktor pasien
○ Bakteri penyebab
○ Penggunan antibiotik
○ Kualitas perawatan pasien
● Mortalitas < 5% pada rawat jalan, <20% pada rawat inap
● Faktor risiko berkaitan dengan mortalitas
○ Usia >65 tahun
○ Jenis kelamin laki-laki
○ Ras kulit hitam
○ Komorbiditas (gangguan neurodegeneratif, penyakit KV, PPOK, keganasan, HIV, status gizi
buruk)
○ Tingkat atau derajat keparahan penyakit
Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2014
Restrepo MI, Faverio P, Anzueto A. Long-term prognosis in community-acquired pneumonia. Curr Opin Infect Dis. 2013 Apr;26(2):151–8..
Prognosis

Mortalitas berdasarkan nilai


CURB 65 dan PSI

Prokalsitonin meningkat
persisten → adanya
perjalanan penyakit yang
lebih kompleks
Referensi
1.
Pneumonia - Causes and Risk Factors [Internet]. Maryland: National Heart, Lung, and Blood Institute. 2022 [cited 2022 Dec 14]. Av
ailable from: https://www.nhlbi.nih.gov/health/pneumonia/causes
2.Ramirez JA. Community-acquired pneumonia in adults. Prim Care. 2003 Mar;30(1):155–71.
3.Regunath H, Oba Y. Community-Acquired Pneumonia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 [cit
ed 2022 Dec 14]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430749/
4.Soepandi PZ, Burhan E, Nawas A, Isbaniah F, Agustin H, Handayani D. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksana
an di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2014.
5.Sialer S, Difrancesco LF, Fabregas TF, Torres A. Community-Acquired Pneumonia. In: Lammert E, Zeeb M, editors. Metabolism of H
uman Diseases: Organ Physiology and Pathophysiology [Internet]. Vienna: Springer; 2014 [cited 2022 Dec 14]. p. 227–31. Available fro
m: https://doi.org/10.1007/978-3-7091-0715-7_34
6.Isbaniah F, Burhan E, Sinaga BY, Behtri D, Handayani D, Agustin H, et al. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di I
ndonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2021.
7.Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran: kanker paru. Jakarta: Kementerian Kesehatan Re
publik Indonesia; 2017.

You might also like