You are on page 1of 23

KEBIJAKAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI

Disampaikan Pada Sosialisasi Kebijakan dan Keuangan Haji Kab/Kota


Se Propinsi Lampung 2017
DASAR HUKUM

1. UU Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji


 Pasal 6
Pemerintah wajib melaksanakan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan meliputi: administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi,
transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dll.
 Pasal 8 :
(2) Kebijakan dan pelaksanaan PIH merupakan tugas nasional dan
menjadi tanggungjawab Pemerintah.
(4) Pelaksanaan PIH dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.

Pasal 21
(1) Besaran BPIH ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah
mendapat persetujuan DPR.
(3) BPIH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Pasal 22
(1) BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan/atau
bank umum nasional yang ditunjuk oleh Menteri.

2
DASAR HUKUM

1. UU Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Pasal 23
(1) BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan/atau
bank umum nasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
dikelola oleh Menteri dengan mempertimbangkan nilai manfaat.
(2) Nilai manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
langsung untuk membiayai belanja operasional Penyelenggaraan
Ibadah Haji.

2. PMA 23 / 2011 tentang Pengelolaan BPIH


Pasal 11
1) Pengembangan BPIH untuk memperoleh nilai manfaat dengan
prinsip: Jaminan keamanan, nilai manfaat, dan likuiditas
2) Pengembangan BPIH dilakukan dengan cara:
a. Membeli surat berharga syariah negara (SBSN)
b. Membeli surat utang negara (SUN)
c. Menempatkan dalam bentuk deposito berjangka

3. Perpres tentang besarnya BPIH setiap tahunnya.


3
DASAR HUKUM

1. Pembinaan meliputi tugas tugas :

(1) Melakukan kerjasama dengan pemerintah Saudi Arabia menyangkut


berbagai hal tentang julmah kuota, keimigrasian dan ijin
penerbangan.
(2) Pembagian jumlah kuota untuk setiap provinsi dan untuk swasta
(3) Menetapkan biaya perjalanan ibadah haji
(4) Menetapkan tatacara pendaftaran calon jamaah haji
(5) Penyelenggaraan manasik haji
(6) Menetapkan standar pelayanan angkutan haji
(7) Menetapkan standar akomodasi untuk calon jamaah haji di Saudi
arabia

4
DASAR HUKUM

1. Pelayanan meliputi tugas tugas :

(1) Pendaftaran calon jamaah haji.


(2) Pengaturan dan pelaksanaan pembayaran ibadah haji
(3) Pengurusan dokumen haji ( visa, pasport dll )
(4) Pelayanan manasik haji dan pembekalan calon jamaah haji
(5) Melakukan pengelompokan jamaah haji ( kloter )
(6) Membuat kontrak dengan perusahaan penerbangan
(7) Membuat kontrak dengan agen agen pemondokan di saudi arabia
(8) Membuat kontrak dengan perusahaan2 konsumsi di Saudi Arabia
(9) Pelaksanaan Pemberangkatan Calon Jamaah Haji
(10) Pengaturan tenaga pendamping calon jamaah haji
(11) Penyediaan pemondokan calon jamaah haji di Arab Saudi
(12) Pengaturan dan pelaksanaan perjalanan selama di Arab Saudi
(13) Pengaturan dan pelaksanaan pemulangan jamaah haji ke tanah air

5
DASAR HUKUM

1. Perlindungan meliputi tugas tugas :

(1) Kegiatan pengaturan sistem pengamanan calon jamaah haji di Arab


Saudi maupun di tanah air.
(2) Mempersiapkan tenaga pendamping dari mulai berangkat ke Arab
Saudi sampai dengan pulang ke tanah air
(3) Asuransi

6
TUJUAN PENGELOLAAN
KEUANGAN HAJI

Pengelolaan keuangan haji meliputi:


 Perencanaan
 Pelaksanaan
 Pengendalian
 Pelaporan dan Pertanggungjawaban dana
haji

Tujuan Pengelolaan Dana Haji:


1. Kualitas penyelenggaraan ibadah haji
2. Rasionalitas dan efisiensi penggunaan dana
haji
3. Manfaat bagi kemaslahatan umat Islam

7
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN DANA HAJI

*) UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN IBADAH HAJI

*) JAMINAN KEAMANAN  Instrumen perbankan dan SBSN

*) NILAI MANFAAT  Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan


mengurangi beban BPIH yang dibayar langsung oleh jemaah haji

*) AKUNTABEL  Penggunaan mendapat persetujuan DPR, diaudit


oleh BPK setiap tahun, tepat waktu laporan keuangan BPIH.

*) SDM YANG PROFESIONAL, EFISIEN DAN AMANAH


*) NIRLABA (Pasal 2 UU Nomor 13 Tahun 2008)
*) Laporan keuangan PIH disampaikan kepada Presiden dan DPR
paling lambat dalam 3 bulan PIH selesai dan apabila terjadi
sisa dimasukan ke DAU

8
PRINSIP PENEMPATAN DANA HAJI HAJI

*) JAMINAN KEAMANAN

*) NILAI MANFAAT

*) LIKUIDITAS

*) OBYEKTIF > TIDAK MENIMBULKAN FITNAH

9
SUMBER PENDANAAN
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
Pendanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji bersumber dari:
1. Dana Jemaah Haji adalah dana yang disetorkan langsung oleh jemaah haji yang dipergunakan
untuk membiayai komponen tertentu dalam penyelenggaraan ibadah haji (direct cost).
2. Dana optimalisasi/jasa setoran awal BPIH adalah dana yang diperoleh dari hasil
optimalisasi/manfaat setoran awal BPIH (indirect cost) yang dipergunakan untuk membiayai
komponen tertentu dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai dengan UU No. 13 Pasal 23 ayat 1 dan
ayat 2.
3. a. Dana APBN adalah dana yang dialokasikan pada DIPA Ditjen PHU yang digunakan untuk
mendukung penyelenggaraan ibadah haji, baik di tanah air maupun Arab Saudi.
b. Dana APBD (bervariasi)
4. Dana Pelayanan Kesehatan yang ada pada Kementerian Kesehatan
5. Dana Pelayanan Keimigrasian yang ada pada Kementerian Hukum HAM

10
KOMPONEN INTI BPIH

BPIH terdiri dari komponen:


• DIRECT COST yaitu biaya yang dibebankan langsung kepada jemaah haji
yang digunakan untuk penyelenggaraan ibadah haji. Besaran komponen
direct cost ditetapkan oleh Presiden dalam bentuk “Peraturan Presiden” atas
usul Menteri Agama setelah mendapat persetujuan DPR-RI.(Pasal 21 ayat 1)
• INDIRECT COST yaitu biaya yang dibebankan dari hasil optimalisasi dana
setoran awal BPIH yang digunakan untuk biaya operasional
penyelenggaraan ibadah haji. Besaran komponen indirect cost BPIH
diusulkan oleh Menteri Agama dan digunakan setelah mendapat persetujuan
DPR-RI.

11
MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN HAJI
SISA
PENDAPATAN BELANJA OPERASIONAL
Setoran Awal 
(SA) Triliun
Komponen
Biaya
Setoran Lunas Langsung
(SA+Sisa pada Jemaah
Di Arab Saudi
Pelunasan) Anggaran
& Dalam
DANA
Operasional Haji ABADI
Negeri
1. Setoran Lunas UMAT
(SA + Sisa (DAU)
Pelunasan)
2.Hasil Komponen
Optimalisasi Biaya
Setoran Hasil Operasional 2,2
Optimalisasi pada Jemaah Triliun
Di Arab Saudi
8,9 atau 7,1 & Dalam
Triliun Negeri
12
STRUKTUR BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1436H/2015M
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Penggunaan Dana BPIH
(BPIH) Keseluruhan Optimalisasi dibebankan kpd jemaah
Rp. Juta Rp. Juta Rp. Juta

A. Biaya Langsung Jemaah: 1. Tiket & Airport Tax


1. Tiket & Airport Tax 2. Pemondokan Makkah
2. Pemondokan Makkah 3. Living Cost
3. Living Cost
4. Sewa Pemondokan Madinah
5. Selisih Harga Sewa Pemondokan Makkah A. Biaya Langsung Jemaah
6. Subsidi Tiket 1. Selisih Harga Sewa Pemondokan
7. General Service Fee Makkah dan Subsidi Tiket
8. Pelayanan Jemaah di Arab Saudi 2. Sewa Pemondokan Madinah
9. Pelayanan Jemaah di Dlm Negeri 3. General Service Fee
Rp. Juta 4. Pelayanan Jemaah di Arab Saudi
5. Pelayanan Jemaah di Dlm Negeri
Rp. Juta

B. Biaya Operasional: B. Biaya Operasional:


1. Di Arab Saudi 1. Di Arab Saudi
2. Di Dalam Negeri 2. Di Dalam Negeri
Rp. Juta Rp. juta
SUMBER PENDANAAN
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
3. a. Dana APBN
1. DIPA Kanwil & Kemenag Kab./Kota untuk Operasional Dalam Negeri
2. DIPA Ditjen PHU untuk Operasional Dalam Negeri dan Arab Saudi
Contoh : Biaya PPIH Arab Saudi dan Petugas Kloter
b. Dana APBD ( bervariasi masing Provinsi )
1. Biaya Makan Jamaah di Makkah ( Sebelum Tahun 1436 H/2015 M )
2. Biaya PPIH Provinsi
3. Biaya TPHD Provinsi
4. Biaya Subsidi Ongkos Transit Daerah

4. Dana Pelayanan Kesehatan yang ada pada Kementerian Kesehatan


5. Dana Pelayanan Keimigrasian yang ada pada Kementerian Hukum HAM

14
PERENCANAAN ANGGARAN HAJI

 Perencanaan dan penetapan anggaran haji (RKA-PAOH)


meliputi perencanaan pemanfaatan dan penggunaan BPIH
(Direct Cost), dan penggunaan nilai manfaat BPIH (Indirect
Cost).
 Penyusunan RKA – PAOH didasarkan pada komponen BPIH yang
telah ditetapkan dengan memperhatikan indeks satuan biaya yang
berlaku dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Perencanaan disusun untuk setiap tahun musim haji.
 RKA-PAOH berisi uraian kegiatan dan rincian anggaran pada
masing-masing unit eselon II pada Dirjen PHU, Kanwil Kemenag
Provinsi,Kabupaten/Kota, dan Kantor Misi Haji Indonesia di Jeddah
dalam setiap musim haji.

15
PERENCANAAN

RKA-PAOH dibahas dengan DPR (Komisi VIII) untuk


mendapatkan persetujuan dari DPR
Setelah disetujui oleh DPR, Ditjen PHU melakukan
pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran haji antara
pimpinan satker (KPA) dengan Direktur Pengelolaan Dana
Haji.
RKA-PAOH masing-masing satuan kerja ditetapkan oleh Dirjen.
PELAKSANAAN ANGGARAN HAJI
Dalam pelaksanaan anggaran haji:
a. Menteri bertindak selaku Pengguna Anggaran.
b. Dirjen PHU, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, Kepala
Kankemenag Kab/Kota, dan Kepala KMHI di Jeddah ditetapkan
sebagai KPA dan kepala satker dalam Penyelenggaraan
Ibadah Haji di lingkungannya masing-masing.
c. Dirjen PHU ditetapkan sebagai Bendahara Umum
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Direktur Pengelolaan
Dana Haji ditetapkan sebagai Kuasa Bendahara Umum
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
d. KPA mengangkat pejabat pengelola keuangan haji yaitu: PPK,
Penguji SPP, Penguji SPM, Penandatangan SPM,
Penandatangan SP2D, Bendahara Penerimaan, Bendahara
Pengeluaran, dan petugas Akuntansi dan Verifikator.

17
PELAKSANAAN ANGGARAN HAJI
Pelaksanaan Anggaran Haji meliputi:
a. Melaksanakan pelelangan barang/jasa sesuai dengan Perpres
54/2010 dan perubahannya dimulai dari perencanaan
pelelangan sampai dengan penerimaan barang/jasa oleh tim
yang dibentuk.
b. Pencairan anggaran dilakukan melalui: 1) penerbitan SPP, 2)
penerbitan SPM, dan 3) penerbitan SP2D kepada yang berhak,
sesuai dengan PMK 23/2010 yang dibayarkan untuk biaya
penerbangan, biaya pelayanan jemaah, dan biaya operasional,
baik di Indonesia maupun di Arab Saudi.
c. Penatausahaan anggaran haji oleh petugas baik berupa
barang maupun berupa uang.

18
PROFILE ANGGARAN PENYELENGGARAAN HAJI

1. Bersumber dari DIPA


Anggaran DIPA digunakan untuk :
a. Pengisian Perdim 11 :
- Pengadaan Snack
- Pengadaan Makan

2. Bersumber dari BPIH


Anggaran ini digunakan untuk :
a. Penerbitan Paspor Rp. 360.000/Jamaah
b. Tim Pengurusan Paspor
c. Pengantaran Paspor ke Kanim/Kanwil

19
TAHAPAN PENERBITAN PASPOR

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen PHU Nomor :


Dt.VII.II/2/Hj.00/1132/2015 Tgl 09 Maret 2015 diatur
sebagai berikut :
1. Memberitahukan kepada jamaah haji yang berhak
berangkat pada Tahun 1436 H/2015 M untuk
segera mengurus penerbitan paspor
2. Pengurusan penerbitan paspor ke Kantor Imigrasi
dilakukan secara kolektif oleh Kemenag Kab/Kota
serta memaksimalkan layanan penerbitan paspor
mobile pada daerah daerah yang jarak tempuhnya
jauh dari Kanim, namun demikian CJH
diperkenankan untuk mengurus penerbitan paspor
secara mandiri
20
TAHAPAN PENERBITAN PASPOR

3. Biaya penerbitan paspor terlebih dahulu dibayar


oleh masing CJH sebesar Rp.360.000 dan akan
mendapatkan pengganatian setelah pelunasan
4. CJH yang telah melakukan biaya penerbitan
paspor pada BNI agar menyerahkan resi atau
kuitansi pembayaran paspor lembar ketiga ke
Kemenag Kab/Kota untuk pengambilan paspor
secara kolektif ke Kanim
5. Biaya penerbitan paspor yang berhak mendapat
penggantian adalah yang dibuat sejak 1 Januari
2015 dan dilengkapi dengan bukti setoran lunas
BPIH Tahun 1436 H/2015 M
21
TAHAPAN PENERBITAN PASPOR

6. Penggantian biaya penerbitan paspor dimintakan


ke Kantor Kemenag Kab/Kota dan hanya dapat
diajukan oleh jamaah atau keluarga dengan
menunjukkan bukti KK, KTP dan Surat Kuasa
7. Paspor yang digunakan CJH adalah paspor 48
halaman, bagi yang sudah memiliki paspor sebelum
tanggal 1 Januari 2015, maka masa berlaku paspor
paling sedikit 6 bulan terhitung pada saat
keberangkatan kloter terakhir jamaah haji ke Arab
Saudi

22
TERIMA KASIH

WASSALAMU’ALAIKUM WR WBR

KANWIL KEMENTERIAN AGAMA


PROVINSI LAMPUNG

23

You might also like