You are on page 1of 17

MATERI-MATERI DASAR ISLAM

(LANJUTAN)
IBADAH DALAM ISLAM
RUANG LINGKUP IBADAH MAHDOH

Ibadah mahdah pada hakekatnya adalah ibadah yang murni


hubungan antara hamba dengan tuhannya dan memiliki syari’at
dalam pengamalannya.
Ibadah mahdoh ada yang dibatasi (mahdoh muqayadah) dan
yang tidak dibatasi (mahdoh ghoiru muqoyadah).
Contoh ibadah mahdoh muqayadah adalah : Whudu, Tayamum,
Mandi hadats, Adzan, Iqomah, Sholat, Puasa, Haji, Umrah, dan
lain-lain.
Contoh ibadah mahdoh ghairu muqoyadah adalah, dzikir seperti
tahlil, tahmid, takbir dll, ada pula sedekah dan lain sebagainya.
RUANG LINGKUP IBADAH MAHDOH

Contoh ibadah mahdoh muqayadah adalah :


Whudu,
Tayamum,
Mandi hadats,
Adzan,
Iqomah,
Sholat,
Puasa,
Haji,
Umrah dan lain-lain.
RUANG LINGKUP IBADAH MAHDOH

Contoh ibadah mahdoh ghairu


muqoyadah adalah,
Dzikir seperti tahlil, tahmid, takbir dll,
ada pula sedekah dan lain sebagainya.
RUANG LINGKUP IBADAH GHOIRU MAHDOH

Ibadah ghoiru mahdah pada hakekatnya adalah ibadah yang di


samping merupakan hubungan antara hamba dengan tuhannya
adalah merupakan interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya dengan dasar tidak adanya dalil yang melarang.
Ibadah ghoiru mahdoh dapat berimplikasi pada diri dan keluarga
dan dapat pula pada jaringan sosial yang lebih luas
Contoh atau ruang lingkup ibadah ini adalah : mencari nafkah
untuk keluarga,jual beli yang tidak merugikan, hutang-piutang
yang tidak menghasilkan riba, mdharabah, muzaro’ah.
muqobaroh, dan lain-lain
PERBANDINGAN
IBADAH MAHDOH DAN GHOIRU MAHDOH

IBADAH MAHDOH IBADAH GHOIRU MAHDOH


 Rumusan ibadahnya adalah karna  Rumusan iabadahnya adalah
Allah dan sesuai syari’at (KA + SS) berbuat baik dan karena Allah (BB +
KA)
 Ibadahnya semata-mata adalah
 Ibadahnya selain hubungan dengan
hubungan dengan Allah semata Allah tapi juga hubungan dengan
 Keberadaannya harus berdasarkan makhluk yang lain
syari’ah  Keberadaannya di dasarkan atas
 Tata cara pelaksanaannya harus tidak adanya dalil yang melarang
berpola pada contoh Rasulullah  Tata cara pelaksanaannya tidak
SAW harus berpola pada contoh
 Berazaskan taat dan bersifat supra Rasulullah SAW
rasional  Berazaskan manfaat dan bersifat
rasional
SYARAT DITERIMANYA SUATU IBADAH
(DIPANDANG SECARA UMUM)
Ada dua faktor penting yang menjadi syarat diterimanya suatu ibadah
1. Ikhlas, yakni suatu ibadah harus dilaksanakan dengan dasar
keikhlasan bukan yang lain.
2. Ibadah itu dilakukan secara sah sesuai dengan petunjuk syara’ itu
sendiri.
 “Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyambah Allah
(beribadah kepadanya) seraya mengikhlaskan tatat kepadanya; dan
diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang
menyerahkan diri kepadanya” (Az-zumar : 11-12).
 “Barang siapa yang mengharap supaya menjumpai tuhannya hendaklah ia
mengerjakan amal yang sholeh; dan janganlah ia mensyari’atkan seseorang
dengan tuhannya dalam ibadahnya itu” (Al-Kahfi : 110).
SYARAT DITERIMANYA SUATU IBADAH
(MAHDOH DAN GHOIRU MAHDOH)
IBADAH MAHDOH IBADAH GHOIRU MAHDOH
Niatnya benar (QS. At-Tiin: Niat yang ikhlas (QS. At-
5, QS. Az-Zumar: 11 dan Tiin: 5, QS. Az-Zumar: 11
14) dan 14)
Disyari’at kan (QS. Al- Tergolong dalam amal
Hasyr: 7) yang sholeh (QS. Al-Ashr :
Mengikuti cara yang 3, QS. At-Tin : 8)
benar, yakni berpola pada
contoh Rasulullah SAW.
TUJUAN IBADAH

Secara garis besar tujuan ibadah baik ibadah mahdoh dan ghoiru
mahdoh ada 2 yakni :
1. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia
2. Untuk mencapai kebahagiaan di akherat.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan beribadah manusia
akan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Sebagai contoh : seorang mencari nafkah, ia bekerja dan


mendapatkan uang (ia mendapatkan kebahagiaan dunia) sehingga
dengan mudah ia akan mampu menghidupi keluarga (ibadah ghoiru
mahdoh), kemudian dengan uang itu dia juga akan mudah untuk
melakukan zakat, sedekah, haji sehingga dengan mudah ia akan
mendapatkan kebahagiaan di akherat.
HASIL IBADAH (NATAIJUL ‘IBADAH)
 Iman (QS. An-Nisa : 136)
 Islam (QS. Al-Baqarah : 112)
 Ihsan (QS. Al-Baqarah : 195)
 Tunduk (QS. At-Taubah : 112)
 Tawakal (QS. Huud : 88)
 Cinta (QS. Al-Baqarah : 165)
 Harapan/ Raja’ (QS. Al-Baqarah : 218)
 Takut (QS. Al-Insaan : 7)
 Taubat (QS. At-Taubah : 112)
 Do’a (QS. Al-Furqan : 77)
 Khusuk (QS. Al-Baqarah : 45 – 46)
ALKISAH 1

Rasulullah bersabda “Orang yang paling mudah masuk surga adalah orang kaya yang mau
bersedekah”.

Mendengar itu sahabat berkata “ya Rasul bagaimana jika saya ini tidak kaya?”

Rasul bertanya kepada sahabat itu “apakah kamu memiliki kurma?”

“Ya, punya ya rasul” jawab sahabat tersebut

“jika kamu memiliki kurma, belahlah kurma itu menjadi dua. Sedekahkanlah yang
setengahnya dan yang setengahnya untuk mu. Maka kurma yang kau sedekahkan itu akan
menghantarmu ke surga bersama orang-orang kaya yang mau bersedekah” penjelasan rasul
pada sahabat tersebut.

Lanjut ke alkisah 2
ALKISAH 2
(LANJUTAN ALKISAH 1)

Mendengar hal itu sahabat lain berkata “Ya Rasul saya ini tidak kaya dan tidak memiliki
kurma, apakah ini berarti saya susah masuk surga?”

Rasul menjawab “apakah kamu memiliki segelas air?”

“Ya, saya punya air segelas ya rasul” jawab sahabat tadi.

“kalau begitu bagilah air itu menjadi dua gelas, yang setengahnya adalah untukmu, dan yang
setengahnya lagi sedekahkanlah kepada orang yang membutuhkan, maka yang setengah itu
akan menghantarmu kedalam surga bersama orang yang memiliki kurma tadi dan orang-
orang kaya yang mau bersedekah”.

Lanjut ke al-kisah 3
ALKISAH 3
(LANJUTAN ALKISAH 2)

Kemudian ada yang bertanya lagi “Ya rasul saya ini tidak kaya, tidak punya kurma
dan tidak punya air, kalau begitu saya juga susah masuk surga?”

Rasul menjawab “jika kamu tidak mempunyai ketiganya, tidak kaya, tidak punya
kurma, dan tidak punya segelas air, maka sedekahkanlah oleh mu nasehat-
nasehat yang baik, ucapan-ucapan yang baik dan kalimat-kalimat yang baik maka
itu akan menghantarmu kedalam surga bersama ketiga orang tadi”.

Rasul juga pernah mengatakan “hak seorang muslim adalah untuk dijenguki
ketika ia sedang sakit”, jika itu adalah hak seorang muslim, maka seorang muslim
yang lain wajib mengunjungi muslim yang sakit tersebut.
HAKIKAT IBADAH

Membina diri dengan baik, dalam artian seorang selalu berubah


ketaatannya menjadi semakin taat dari ibadah yang dilakukan.
Dalam rangka mensucikan diri, membersihkan diri dari sifat-sifat
yang kotor, membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
kotor, dan menjauhkan serta membersihkan diri dari perbuatan-
perbuatan dosa.
Mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji, mengisi diri dengan
perbuatan-perbuatan yang terpuji, dan mengisi diri dengan
perbuatan yang berpahala.
HAKIKAT IBADAH 2

Ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta


akan tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran
beri’tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak
dapat mengetahui hakekatnya.

Memperhambakan jiwa dan mempertundukkan-Nya kepada


kekuasaan yang gaib yang tak dapat diliputi ilmu dan tak dapat
diketahui hakekatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hikmah. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Diponegoro. Bandung.


Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1985. Kuliah Ibadah (Ibadah ditinjau dari hukum
dan hikmah). Bulan Bintang. Jakarta.
Fanani, Umar. 1998. Ibadah dalam Islam (Edisi Terjemahan). PT. Bina Ilmu
Offset. Surabaya.
Yasmin, Ummu. 2005. Materi Tarbiyah Panduan Kurikulum da’i dan
murabbi. Media Insani Press. Solo.
www.dutamasyarakat.com/ibadah.
www.rahmatblog.blogspot.com/sasarandantujuanibadah.
www.umay’swebblog.com/ibadahmahdhahdanghoirumahdhah.
PERTANYAAN - PERTANYAAN

 Apakah bisa bararti ibadah ghoiru mahdoh itu tidak sesuai dengan
syari’at?
 Bagaimana jika sholat bukan dari hati, tetapi karena pengaruh dari
dukun, bagaimana nilainya di mata Allah SWT?
 Dari kasus nomor 2 di atas apakah tidak ada unsur kemusyrikan?

You might also like