You are on page 1of 10

“RESUME BUKU DEMOCRACY FOR

SALE” Magister Administrasi Publik


Uiversitas Sultan Ageng Tirtayasa

EKONOMI POLITIK
DAN PEMBANGUNAN Kelompok 6 :
Dosen pengampu :
Ios Sopandi 7775210023
Leo Agustino, Ph.D Ardian Havidani 7775210016
Dewi Amalia. R 7775210007
BAB VI
“Jejaring Sosial dan Barang Bersama”

2
Mencari Massa Rill

Sebagai jalan pintas untuk menjangkau masa, politisi Indonesia harus berkeja
keras utuk memetakan jejaring sosial dan identifikasi para pemmimpin di
daerah yang menggunakan pengaruhnya terhadap anggota masyarakatnya.
Karena penilaian yang keliru terhadap realitas soasial akan memberikan
dampak yang sangat merugikan. Para calon dan team kampanye harus
menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk memeriksa daya pengaruh dari
para pemuka masyarakat.

3
Berbagai Macam Jejaring

01 Jejaring Pengaruh

02 Jejaring Manfaat

4
Berbagai Macam Jejaring
Contoh utama dari jejaring pengaruh adalah organisasi-organisasi keagamaan, yang
secara historis telah memainkan peran yang sangat penting dalam perpolitikan Indonesia.
Merebaknya organisasi-organisasi keagamaan di tingkat komunitas - masjid, mushola,
sekolah-sekolah keagamaan, kelompok-kelompoksembahyang dan pengajian,
persaudaraan sufi, lembaga-lembaga pengkajian kitab suci, paduan suara dan sebagainya
- ditambah dengan fakta bahwa para pemimpin agama jelas memberikan pengaruh atas
pengikut mereka, yang secara eksplisit membimbing mereka dalam masalah-masalah
moralitas dan perilaku sosial, membuat kelompok-kelompok keagamaan menjadi sasaran
utama para politisi untuk mendapatkan akses ke massa.

5
Berbagai Macam Jejaring

Tingkat pengaruh yang tinggi seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti
kepala desa memiliki makna yang signifikan. Pola keterkaitan antara pemilih dan
perwakilan pemerintah di tingkat masyarakat ini adalah contoh yang baik dari
jejaring manfaat, dalam arti bahwa pengaruh tokoh masyarakat semacam itu
terhadap para pemilih sebagian besar didasarkan pada kapasitas mereka untuk
memberikan manfaat bagi para warganya dalam hal ini akses-akses ke sumber-
sumber daya negara yang bermanfaat.

6
Pembagian Hadiah & Keterbatasan Barang Bersama

Strategi pemilihan umum yang paling efektif tidak bergantung pada hadiah berupa
barang bersama atau pembelian suara individual secara sendiri-sendiri, tetapi dalam
kombinasi keduanya. Calon yang paling efektif adalah mereka yang membina
wilayah yang menjadi targetnya dan membuka dengan barang-barang bersama dalam
berbagai jenis, tetapi yang kemudian menindaklanjutinya dengan upaya pembelian
suara secara individual atau pemberian hadiah secara perorangan menjelang hari
pemilihan. Sering kali para calon berbicara tentang barang bersama yang mereka
berikan kepada komunitas atau masyarakat yang menjadi target mereka dan
menyebutnya sebagai “pintu masuk” atau cara “membuka jalan”, sementara
pemberian uang tunai adalah cara untuk “mengikat” para pemilih kepada mereka.
Tidak mengherankan bahwa pemilihan umum merupakan bisnis yang mahal bagi
para calon.

7
Kesimpulan

Kapasitas mobilisasi yang lemah dari partai-partai politik di Indonesia pasca Orde
Baru (Reformasi) menumbuhkembangkan politisasi yang kuat dari berbagai
jejaring sosial non-partai pada waktu pemilihan. Berhubung calon perlu mencari
tempat lain untuk mengembangkan sarana agar bisa terhubung dengan para
pemilih, mereka mencoba memasukkan berbagai jejaring sosial ke dalam tim dan
kegiatan kampanye mereka. Berbeda dari negara-negara dengan jejaring partai
politik yang kuat seperti di Argentina atau bahkan India, para politisi Indonesia
pada umumnya harus membangun jejaring politik mereka sendiri. Kebutuhan yang
tidak bisa dihindari untuk melakukan kesepakatan ad hoc dengan para pemuka
masyarakat sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya kampanye pemilihan

8
Kesimpulan

Jenis instrumentalisasi politik seperti ini memiliki konsekuensi penting terhadap


sifat pemerintahan di Indonesia. Selain menambah pengeluaran pribadi bagi calon
saat berjuang untuk maju merebut posisi jabatan politik melalui pemilihan, dan
meningkatkan dorongan mereka untuk terlibat dalam korupsi, kebutuhan atas
pengembangan jaringan juga membentuk karakter program pemerintah. Seiring
para politisi semakin sadar bahwa peluang mereka untuk terpilih kembali sangat
bergantung pada terbangunnya koneksi dengan jejaring sosial setempat, mereka
pun tak segan-segan memanfaatkan program pemerintah untuk membina jejaring
semacam itu.

9
Thank you!

You might also like