You are on page 1of 23

MALARIA SEREBRI

▹ OLEH
▹ Rehand Chandra
C014182262
▹ Azizah Haq C014182258
Supervisor Pembimbing: dr. Muhammad Akbar, SpS(K), Ph.D, DFM
Residen Pembimbing: dr. Johannes
▹ Agung Multazam Bialangi
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI
C01491001
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019/2020
DEFINISI : MALARIA
CEREBRAL
Suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3 kriteria:

▹ Koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma menetap>


30 menit setelah kejang (GCS < 15, Blantyre coma scale < 3)

▹ Disertai adanya p.Falciparum yang ditunjukkan dengan


hapusan darah

▹ Penyebab lain dari akut ensefalopati telah disingkirkan.

Scheld MW, Whitley RJ, MArra CM. Infection Of The Central Nervous system. Fourth edition. Chapter 42. Cerebral Malaria. Walter Kluwer.
2014 .
3 EPIDEMIOLOGI
Lebih dua miliar atau lebih 40% penduduk dunia hidup
di daerah beresiko terkena malaria. Infeksi malaria
tersebar lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia,
Amerika (bagian selatan).

di Indonesia kira-kira 30 juta/tahun dengan


kematian 100.000/tahun

A.a Raka Sudewi dkk. Buku Infeksi Pada Sistem Saraf Pusat, 2011. Jakarta : Pusat Peneribtan dan Percetkakan Universitas Airlangga
ETIOLOGI
Peyebab infeksi Malaria serebral :P.Falciparum, yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Ada 3 Sifat P. Falciparum dalam siklus hidupnya yang
berbeda dengan jenis plasmodium yang lain
• Menginfeksi eritrosit pada segala usia
• Menimbulkan hyperparasitemia
• Terjadi sekuesterasi dalam organ-organ

4
Husna Malusil dan Hery Bowo Prasetyo, Aspek Biomlekular dan Update Terapi Malaria Serebral, 2016, Malang: Laboratorium Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
SIKLUS HIDUP
PLASMODIUM

Management of severe malaria: a practical


handbook – Third edition © World Health
Organization 2012. Management of severe
5
malaria: a practical handbook – Third edition
© World Health Organization 2012.
PATOFISIOLOGI

Hempel et al. Erythropoietin treatment alleviates ultrastructural myelin changes induced by murine cerebral malaria. Malaria Journal 2012,
5
11:216 http://www.malariajournal.com/content/11/1/216
MANIFESTASI
KLINIS

▹ Fase Pro dormal: sakit pinggang, mialgia, demam, menggigil,


dan sakit kepala
▹ Fase Akut: Sakit kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare,
batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan, kejang,
hemiplegi, kornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan
tetapi tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.

Hempel et al. Erythropoietin treatment alleviates ultrastructural myelin changes induced by murine cerebral malaria. Malaria Journal
2012, 11:216 http://www.malariajournal.com/content/11/1/216
DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan utama: Demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan
pegal-pegal.
• Riw berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu
ke daerah endemik malaria.
• Riw tinggal di daerah endemik malaria.
• Riw sakit malaria.
• Riw minum obat malaria 1 bulan terakhir.
• Riw mendapat transfusi darah.

. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
kesehatan RI. 2008
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK
▹ Demam (T = 37,5°C).
▹ Konjungtiva atau telapak tangan pucat.
▹ SPlenomegali
▹ Hepatomegali
.
DIAGNOSIS
.
Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai
berikut:
· Temperatur rektal = 40°C.
· Nadi cepat dan lemah/kecil.
· Tekanan darah sistolik <70mmHg.
· Frekuensi nafas > 35 kali per menit pada orang dewasa atau >40 kali per menit
pada balita, anak <1 tahun, >50 kali per menit.
· Penurunan derajat kesadaran dengan GCS <11.
· Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
· Tanda dehidrasi: mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang.

. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
kesehatan RI. 2008
DIAGNOSIS
Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai
berikut:
· Tanda dehidrasi: mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang.
· Tanda-tanda anemia berat: konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah
pucat.
· Terlihat mata kuning atau ikterik.
· Adanya ronkhi pada kedua paru.
· Pembesaran limpa dan atau hepar.
· Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
· Gejala neurologik: kaku kuduk, reflek patologis.
.
DIAGNOSIS
.
Manifestasi neurologis
1. GCS < 7 pada dewasa
2. Tonus otot dapat meningkat atau turun
3. Refleks tendon bervariasi
4. Rahang mengatup rapat dan gigi kretekan (seperti
mengasah)
5. Mulut mencucu ( pouting ) atau timbul refleks
mencucu bila sisi mulut dipukul

. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
kesehatan RI. 2008
13 DIAGNOSIS
1. Motorik abnormal seperti deserebrasi rigidity dan dekortikasi rigidity
2. Manifestasi okular : pandangan divergen (dysconjugate gaze) dan
konvergensi spasme sering terjadi. Perdarahan sub konjungtiva dan retina
serta papil udem kadang terlihat
3. Kekakuan leher ringan kadang ada. Kernigs (+) dan photofobia jarang ada.
Untuk itu adanya meningitis harus disingkirkan dengan pemeriksaan punksi
lumbal (LP)
4. Cairan serebrospinal (LCS) jernih, dengan < 10 lekosit/ml, protein sering
naik ringan
14
DIAGNOSIS
ASPEK LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Mikroskopis : Pemeriksaan sediaan
darah tebal dan hapusan darah tipis dapat ditemukan
parasit plasmodium.

b. QBC ( semi quantitative buffy coat) :


mengidentifikasikan eritrosit terinfeksi plasmodium.
Tes QBC cepat tapi tidak dapat membedakan jenis
plasmodium dan hitung parasit.

Soedarmo,S, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi ke-2.Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2010.
15 DIAGNOSIS
▹ c. Rapid Manual Test : Hasilnya segera diketahui dalam 10 menit.
Sensitifitasnya 73,3 % dan spesifitasnya 82,5 %.

▹ d. PCR (Polymerase Chain Reaction) : Pemeriksaan biomolekuler


digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit plasmodium dalam
darah. Amat efektif untuk mendeteksi jenis plasmodium penderita
walaupun parasitemia rendah.
16 DIAGNOSIS
▹ e. Analisis Cairan serebrospinal: Hasilnya untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti infeksi otak. Dapat serta dilakukan pengukuran
asam laktat untuk menentukan prognosis pasien

▹ f. MRI: Mencari kelainan otak primer yang terjadi pada malaria serebral
 tanda-tanda infark awal, edema otak, penyangatan parenkim dan
leptomeningen, maupun herniasi otak

▹ g. Doppler: mengevaluasi aliran darah otak regional dan tanda-tanda


hipertensi intracranial progresif
. PENATALAKSANAAN

SUPORTIF SPESIFIK
. PENATALAKSANAAN
SUPORTIF
▹ Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan keseimbangan asam
basa.
▹ Antipiretik untuk mencegah hipertermia
▹ Transfusi darah bila Hb<5g/dl atau hematokrit <15%.
▹ Kejang diberi diazepam 10-20mg IV

Modul Neuroinfeksi. Kelompok Studi Neuroinfeksi Perhimpunan Dokter Saraf Seluruh Indonesia 2019
PENATALAKSANAAN

SPESIFIK
ACT (Merupakan pilihan pertama) selama 3 hari atau DHP
▹ Artesunate diberikan dengan dosis 2,4mg/bb/hari iv/im
 Jam ke-0, 12, 24 lalu /24jam sampai pasien dapat meminum obat
▹ Artemeter di berikan dengan dosis 3,2 mg/kgbb/hari im
 3.2mg/kgbb/24jam dilanjutkan 1.6mg/kgbb/24jam pada hari
berikutnya sampai pasien dapat meminum obat
20 PENATALAKSANAAN

▹ Kina 20mg/kgbb dalam 500cc NaCL 0.9%/Dekstrose 5%


(4jam pertama), Cairan 500cc (4jam kedua), 10mg/kgbb
dalam 500cc cairan (4jam ketiga), 500cc cairan (4jam
kelima)  Evaluasi sampai pasien dapat meminum obat
KEMOPLROFILAKSIS
.

Ditujukan kepada orang yang


berpergian ke daerah endemis malaria
dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Doksisiklin menjadi pilihan,


diminum satu hari sebelum
keberangkatan dengan dosis 2 mg/kgbb
setiap hari selama tidak lebih dari 12
minggu. Doksisiklin tidak boleh diberikan
kepada anak umur < 8 tahun dan ibu
hamil.
Liu J, Fu J, Xu Y, Wang G. Antithyroid Drug Therapy for
Graves Disease and Implications for Recurrence.
International Journal of Endocrinology; 2017.P. 1-8.
PROGNOSIS

▹ Mengingat dari keparahan manifestasi klinis malaria serebral, kurang dari


10% dari anak yang menderita malaria serebral dapat bertahan hidup
memiliki defisit neurologis seperti kebutaan kotikal, gangguan bicara, dan
gangguan motorik seperti hemiplegi dan ataksia.

1. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Departemen Kesehatan RI. 2008.

. 2. Kakkilaya BS. Central nervous system involvement in P. Falciparum malaria. 2009. Available at www.malariasite.com
TERIMA KASIH

You might also like