Professional Documents
Culture Documents
United Nation
Ajeng Rizqi Rahmanillah S.IP., S.Hum., M.Si
Latar Belakang Terbentuknya PBB
Does the UN system have power? The answer to this question depends on how one defines power. If
one defines power in terms of agency, the ability of an actor to get something done or to change an
outcome, then the answer is no. The UN as a system has little independent agency. If one defines
power in terms of the effects of structure, without requiring that it be the result of some conscious
or active attempt to change outcomes, does have some real power, through the regime of
multilateralism. This regime has significant agenda-setting power and does help to define the way
actors, both states and individuals, think about international politics and what constitutes
appropriate political behavior in international relations. It has, in short, become habitual practice
for states to think in terms of inclusive negotiation as a first resort when confronted with
international issues, either political or technical. The regime of multilateralism also has some real
power in constraining conscious state behavior
(International Organization Theories and Institutions Second Edition J. Samuel Barkin )
Institutions of Collective Security
Dalam rangka pemeliharaan perdamaian dan keamanan secara kolektif, sekurang-kurangnya ada tiga
jenis tindakan yang biasa dilakukan oleh Dewan Keamanan. Pertama, Dewan keamanan meminta
negara-negara anggota PBB untuk melakukan tindakan kolektif atas nama masyarakat internasional;
Kedua, Dewan Keamanan melakukan pemeliharaan perdamaian dan keamanan melalui institusi
pemelihara perdamaian, meskipun terkadang institusi ini tidak mendapatkan mandat dari Dewan
Keamanan; dan yang Ketiga Dewan Keamanan mengundang mekanisme regional untuk terlibat
secara aktif dalam melaksanakan keputusan Dewan Keamanan yang diambil di bawah Bab VII
Human Right and Humanitarian Aid
Dalam Piagam PBB, secara implisit tertulis bahwa tujuan utama PBB adalah terciptanya keamanan
kolektif. Berkembangnya dinamika hubungan internasiona l, Isu HAM dan bantuan kemanusiaan telah
menjadi peran utama sistem PBB, dan organisasi internasional regional (IO) dan internasional LSM juga.
Bab ini membandingkan peran sistem PBB sebagai pelindung hak asasi manusia dengan perannya
sebagai penyedia bantuan kemanusiaan.
Meskipun kedua peran itu pada mulanya memiliki banyak kesamaan sebagai dua bagian dari a agenda
keamanan manusia yang lebih luas, peran PBB dalam dua bidang isu sangat berbeda. Di bidang hak
asasi manusia, tiga bentuk organisasi fokus dibahas dalam bab ini adalah Kantor Komisaris Tinggi PBB
untuk Hak Asasi Manusia (UNHCHR), Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC),
dan berbagai komite hak asasi manusia. Ini akan kontras dengan peran Dewan Eropa (COE) dalam
melindungi hak asasi manusia di Indonesia Eropa. Dalam bidang masalah bantuan kemanusiaan, dua IO
yang dibahas di sini adalah Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) (jangan dikacaukan
dengan UNHCHR) dan Program Pangan Dunia (WFP).
Organisasi hak asasi manusia pada pandangan pertama tampak lemah, seringkali sampai pada titik
tidak relevan, sedangkan dua organisasi bantuan kemanusiaan tampak kuat dan efisien. Namun pada
akhirnya, dapat dibuat argumen bahwa organisasi HAM juga bisa efektif dalam membantu mengubah
cara politik internasional bekerja dalam jangka panjang.
Security Council
Terdiri dari 5 negara anggota tetap yaitu China, Prancis, Inggris,
Unisoviet, dan Amerika Serikat
Pemberian Hak veto dengan kosekuensi peradamaian dunia berada di
tangan kelima negara
Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB memiliki kriteria tertentu
dan memiliki masa jabatan selama 2 tahun.
Kritik tentang efektifitas fungsi dewan keamanan PBB dalam
perdamaian dunia terkait dengan distribusi power dan kepentingan.
https://media.neliti.com/media/publications/39024-EN-tanggung-
jawab-dan-peranan-dewan-keamanan-perserikatan-bangsa-bangsa-
dalam-memel.pdf