You are on page 1of 40

TATA LAKSANA PSIKOSOSIAL KORBAN KTP/A

TERMASUK TPPO

DIREKTORAT KESEHATAN USIA PRODUKTIF


DAN LANJUT USIA

Refresher Training Fasilitator


Pelatihan Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A)
dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
2023
TUJUAN PEMBELAJARAN

UMUM
• Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan tata laksana korban KtP/A terrmasuk TPPO

KHUSUS
• Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Melakukan tatalaksana penanganan medis korban KtP/A
2. Membuat Visum et Repertum (VeR) sesuai dengan aspek medikolegal dalam penanganan kasus KtP/A
dan Rape kit, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
3. Melakukan tata laksana psikososial korban KtP/A
Tata Laksana Psikososial Korban Ktp/A Termasuk TPPO

Sub Pokok Bahasan 1

• Pemeriksaan Psikologis/Kesehatan Jiwa

Sub Pokok Bahasan 2

• Penatalaksanaan kondisi psikologis dan kesehatan jiwa terhadap


Perempuan dan Anak korban kekerasan

Sub Pokok Bahasan 3

• Perawatan Kesehatan Mental


• Hal Penting Terkait Kesehatan Jiwa Di UU TPKS
Dampak Psikologis Yang Timbul Akibat Kekerasan

Rasa takut pada banyak hal


seperti takut akan reaksi Reaksi emosional lain seperti
keluarga maupun teman-teman, syok, rasa tidak percaya,
takut orang lain tidak akan marah, malu, menyalahkan diri
mempercayai keterangannya, sendiri, kacau, bingung, histeris.
takut terhadap pelaku.

Gangguan emosional ini dapat


memunculkan masalah sulit tidur,
hilang nafsu makan, mimpi buruk,
selalu ingat peristiwa kekerasan.
Perilaku yang Bisa Menjadi Indikator
Terjadinya Kekerasan pada Seseorang

• Tidak mampu memusatkan perhatian, atau • Tegang, tampak serba bingung dan panik, mata
mengalihkan tatapan muka melihat kesana kemari
• Salah tingkah • Memperlihatkan marah dan kebencian
• Sering salah ucap dalam berbicara • Sering menangis, sedih dan putus asa, menjadi

sensitif dan mudah salah sangka
Penampilan tidak rapi/tidak terurus dibandingkan
biasanya • Cenderung merasa salah
• Sering melamun dan sulit atau tidak mau bicara • Mudah curiga pada orang lain
• Cemas, grogi serba canggung
• Memberikan informasi yang tidak konsisten
1. Pemeriksaan Psikologis/Kesehatan Jiwa

Anamnesis/wawancara psikiatrik

Pemeriksaan psikiatrik

Diagnosis psikiatrik
Anamnesis (Wawancara Psikiatrik)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara psikiatrik pada korban KtP/A:
• Menjadi pendengar yang baik selama berkomunikasi dan bersifat fleksibel sewaktu
berkomunikasi dengan pasien.
• Menjadi pendengar aktif dan mampu berempati
• Jika memungkinkan maka proses wawancara direkam baik secara audio atau video.
• Hindari mengulang-ulang pertanyaan yang sama atau memberi beberapa pertanyaan sekaligus
• Hindari pertanyaan yang menggiring atau mengarahkan jawaban tertentu
• Ulangi pertanyaan dengan berbeda untuk menilai konsistensi jawaban
• Ulangi jawaban untuk meyakinkan bahwa pemeriksa mengerti apa yang dikemukakan korban.
Sekaligus untuk mencegah kebohongan
• Jangan memberikan pertanyaan yang menambah trauma
Pemeriksaan Jiwa Metode 2 Menit
Prosedur pemeriksaan pasien dewasa(18
tahun keatas):
• Tanyakan keluhan utama pasien, catat pada status dengan
menggunakan bahasa pasien
• Golongkan keluhan tersebut apakah termasuk: keluhan fisik
murni (F1); keluhan fisik disertai keluhan mental emosional (F2);
• Tahap I (2 menit pertama): keluhan psiko-somatik (PS); atau keluhan mental-emosional
dilakukan Anamnesis oleh (ME), dan beri kode
Dokter dan atau Perawat. • Bila keluhan utama termasuk PS atau ME, lanjutkan dengan
Dibuat diagnosis kerja pertanyaan (aktif)
• Tahap II (2 menit kedua): Prosedur pemeriksaan pada pasien anak dan
Penegakan diagnosis dan remaja (dibawah 18 tahun):
terapi oleh Dokter • Tanyakan keluhan utama pada anak/pengantar, catat pada
• Tahap III (2 menit ketiga): status
follow up oleh Dokter • Keluhan fisik murni (F1); keluhan fisik disertai keluhan mental
emosional (F2); keluhan psiko-somatik (PS); atau keluhan
mental-emosional (ME), dan beri kode.
• Selalu ditanyakan adanya keluhan Mental-emosional dan status
perkembangan anak
Pemeriksaan dan Diagnosis Kesehatan Jiwa
Tips Wawancara Pada Anak
• Apa yang kamu
Tanyakan pertanyaan rasakan?
terbuka dan konkrit • Apa yang kamu
yang saling berkaitan lihat?
• Apa yang kamu
Dalam melakukan
wawancara usahakan cium?
Menjaga privasi dan untuk membantu
kerahasiaan pasien agar ia mampu
mengingat suatu
kejadian

Gunakan bahasa yang


mudah dimengerti
Jika perlu dapat
oleh anak, jangan
digunakan pertanyaan
gunakan bahasa yang
tertutup
jarang digunakan atau
tidak populer

Usahakan menggunakan Gunakan nama


kata-kata konkrit dalam panggilan daripada
mengajukan pertanyaan nama resminya
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan
Wawancara Psikiatrik pada Anak:

• Menggunakan cara dan teknik yang tepat, sesuai • Hindari mengulang-ulang pertanyaan yang sama
dengan tingkat perkembangan anak. Sebagai atau bertanya sekaligus.
contoh, ada anak yang merasa nyaman untuk • Hindari pertanyaan yang bersifat sugesti atau yang
berkomunikasi dengan pemeriksa jika hanya
akan mengarahkan pasien pada satu jawaban tertentu.
didampingi oleh boneka/mainan kesayangannya.
Disamping itu perlu diingat bahwa tidak semua anak • Ulangi pernyataan anak dalam usaha untuk
mampu berkomunikasi verbal dengan lancar pada meyakinkan anak bahwa pemeriksa mengerti apa
waktu pemeriksaan, sebagian anak mungkin yang dikemukakannya.
membutuhkan media gambar atau bermain dalam • Jika memungkinkan lakukan wawancara pada anak
usaha untuk membentuk relasi yang optimal dengan tanpa didampingi oleh orang tuanya. Pada anak yang
pemeriksa. masih kecil dapat dipertimbangkan untuk didampingi
• Mampu mendeteksi kata-kata kunci dan tema- anggota keluarga dekat lainnya (bukan orang tua).
tema pikiran yang tidak disadari anak.
• Frekuensi wawancara dilakukan seminimal
mungkin (2-3 kali) untuk mencegah timbulnya
konfabulasi pada anak.
Hal Penting Selama Anamnesis

Pada anak, perhatikan dan gunakan tips wawancara pada anak yang sudah dipelajari sebelumnya

Menjaga privasi dan kerahasiaan

Pastikan korban dalam keadaan aman dan nyaman

Hargai perbedaan individu

Menghormati pilihan dan keputusan korban sendiri

Korban perlu membuat keputusan sekaligus bertanggungjawab atas pilihan yang diambilnya

Peka terhadap latar belakang dan kondisi korban

Empati
2. Penatalaksanaan Kondisi Psikologis Dan Kesehatan
Jiwa Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

• Masalah kesehatan jiwa yang banyak dialami oleh korban kekerasan baik perempuan dan anak adalah reaksi
stres akut, gangguan stres pasca trauma, depresi, gangguan cemas, dan gangguan psikotik akut.
• Yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan:
Informasikan kepada (lihat buku saku penatalaksanaan
keluarga bahwa pasien kegawatdaruratan psikiatri bagi tenaga kesehatan
Atasi gangguan fisik menderita stres dan Atasi keadaan di FKTP dan panduan praktek klinis permenkes
sesuai keadaan butuh ditemani oleh kedaruratan psikiatrik
orang yang dekat No.5 tahun 2014)
dengan pasien

Bila tindak kekerasan terjadi dalam


Konseling Perkawinan keluarga/rumah tangga, dimana pelakunya
Beri kesempatan pasien
untuk ventilasi dan
(bagi korban perempuan
Konseling Keluarga adalah orang yang dekat dengan pasien
yang dilakukan oleh (suami terhadap isteri, orang-tua terhadap
katarsis emosional
suami)
anak, paman terhadap keponakan, atau
lainnya), maka petugas kesehatan sebaiknya
melakukan pemeriksaan dan penanganan
terhadap pelakunya (apabila tidak sedang
Terapi Sosial menjalani proses hukum) untuk mencegah
kekerasan berulang.
3. Perawatan Kesehatan Mental

Diskusi kelompok antar


Dukungan psikososial dan korban dengan para
sosial termasuk konseling kelompok pendukung
merupakan komponen (support group) dapat
esensial perawatan medis dilakukan apabila terdapat
korban kekerasan seksual indikasi perlunya terapi
jenis ini pada korban.

Berikan terapi hanya pada


kasus-kasus tertentu, saat
Rujuk korban ke psikiater
distress akut berat
atau profesional terlatih
membuat fungsi (misal
dalam kesehatan jiwa
kemampuan bicara hilang
untuk penilaian ulang esok
dalam 24 jam) menjadi
harinya. Jika tidak ada
terganggu, maka jika
tenaga professional dan
kondisi fisik korban stabil
keluhan berlanjut, dosis
berikan diazepam 5 mg
dapat diulang dan
atau 10 mg, diminum saat
dilakukan evaluasi harian.
akan tidur malam tidak
lebih dari 3 hari.
LATIHAN KASUS

• Ny. T, 45 tahun, datang ke dokter dengan keluhan sering sakit


kepala, mudah lelah, nyeri otot dan nyeri punggung sejak 1 bulan
terakhir
• Tidur lebih banyak dari biasanya, mudah jatuh tidur, terbangun dini
hari dengan rasa lelah yang sangat • Gejala apa saja yang
ditemukan?
• Akhir-akhir ini Ny. T semakin mengalami kesulitan untuk
• Keterangan tambahan
menjalankan aktivitas yang selama ini Ia lakukan (membersihkan
apakah yang diperlukan?
rumah, menyiapkan makanan, mencuci pakaian). • Kemungkinan diagnosis?
• Ia tidak mampu untuk bangun dan menyiapkan kebutuhan anak- • Apa yang harus dilakukan
anak di pagi hari. Tetangganya juga melaporkan bahwa Ny. T selanjutnya?
seringkali mudah tersinggung dan sangat mudah marah.
• Hubungan dengan suaminya kurang baik, suaminya sering
melakukan kekerasan verbal, kata2 yang menyakitkan hati, pernah 2
kali melakukan kekerasan fisik
KONSELING PADA KASUS
KTP/A TERMASUK TPPO
• Langkah-langkah penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan/anak dikenal dengan istilah ‘’RADAR’’
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi atau terlatih :

Recognize • Kenali kemungkinan kekerasan

Ask & Listen • Tanyakan secara langsung dan


dengarkan dengan empati

Discuss Options
• Bicarakan berbagai pilihannya

Asses Danger • Nilai Kemungkinan adanya bahaya

Refer to other groups that could


• Rujuk ke lembaga atau kelompok
provide assistance
yang bisa membantu
KONSELING

DEFINISI
• Konseling adalah suatu proses memberi bantuan, untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya
sehingga dalam kehidupannya sehari-hari ia dapat berfungsi dengan baik dengan belajar untuk mengatasi
kesulitan dan memecahkan masalahnya secara efektif. Konseling dapat dilakukan secara perorangan,
berpasangan, keluarga atau kelompok.

TUJUAN
• Membantu korban mengatasi perasaan negatif atau yang menyakitkan yang dimilikinya
• Membantu korban mengenali dan menerima dirinya sendiri (baik itu berupa potensi atau sumber
daya serta keterbatasan yang dimilikinya
• Membantu korban untuk lebih mengenali masalah yang dialaminya.
TUGAS KONSELOR

• Membantu korban menyadari permasalahan yang dihadapi dan bersama-sama


dengan korban, konselor memecah permasalahan menjadi beberapa masalah yang
sederhana sehingga dapat ditangani satu per satu dan menentukan prioritas masalah
yang akan ditangani terlebih dahulu.
• Memfasilitasi korban menemukan alternatif pemecahan masalah, termasuk memberi
informasi dan membantu korban menelaah konsekuensi dari setiap alternatif
• Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistis
• Membimbing korban melaksanakan atau menerapkan keputusannya dengan cara:
• Membantu korban membuat rencana tindakan yang akan dilakukannya
• Memberi semangat dan dukungan pada korban untuk melaksanakan rencananya
• Membantu korban melakukan evaluasi hasil pelaksanaannya.
PRINSIP KONSELING (1)
Fokus kepada korban,
spesifik atas kebutuhan,
masalah, dan lingkungan
korban

Percakapannya dua
Rahasia, aman dan arah, timbal balik,
dapat dipercaya kerjasama dan saling
menghargai

Membutuhkan keterampilan
tertentu: komunikasi interpersonal,
Ada tujuan yang jelas
mendengarkan, bertanya, dan
dan terstruktur
fasilitasi pengambilan keputusan.

Memperhatikan
karakteristik korban dan Membangun kemandirian
kemungkinan pengaruh dan menumbuhkan
lingkungan sosial budaya tanggungjawab pada diri
serta kesiapannya untuk korban
berubah
PRINSIP KONSELING (2)

• Memahami isu KtP/A


• Mengenali tugas, tanggung jawab dan kewenangannya
• Mengenali bias/prasangka dalam diri sendiri yang dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan, serta
tingkahlaku kita ketika menghadapi korban. Dengan mengenali bias, kita menjadi tahu keterbatasan diri
sehingga dapat mengubah pandangan yang keliru tersebut. Bias dapat berupa bias yang positif, dan bias
negatif.
• Contoh bias positif adalah semua dokter pandai, pemuka agama pasti santun dan alim, perempuan pasti
sopan dan lemah lembut, anak-anak itu lucu, dll.
• Contoh bias negatif anak yang kotor adalah anak yang nakal, perempuan emosional, orang tua kolot, dll.
• Menyiapkan ruangan dan alat bantu yang bisa menjaga kerahasiaan dan memberikan rasa aman bagi
korban. Sediakan ruangan yang tertutup dan terhindar dari kebisingan
• Peralatan penunujang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya adalah satu buah meja, dua buah kursi
atau lebih, alat tulis, tisu, air minum, informasi lembaga rujukan, lembar balik atau leaflet terkait KDRT,
kekerasan seksual, IMS, dll.
LANGKAH-LANGKAH DALAM KONSELING

Tahap membina raport (hubungan antara petugas dan korban) dan


rasa percaya

Tahap mendengarkan untuk menggali permasalahan

Tahap informasi/pemberian rujukan/pengambilan keputusan

Tahap akhir/kesepakatan

Tahap pencatatan
TEKNIK KONSELING PADA ANAK

Persiapan

Jalin
Bertanya
Hubungan
Persiapan

Berkomunikasi dengan perujuk (dokter, petugas kesehatan lain, orang yang mendampingi anak dsb)
tentang dugaan masalah anak

Pelajari identitas diri anak (usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan) akan mempengaruhi cara
kita berinteraksi

Persiapkan alat bantu jika diperlukan

Siapkan ruang konseling, ruangan tidak perlu banyak mainan atau berwarna-warni karena akan
mengganggu konsentrasi anak tetapi cukup terang dan alas duduk yang nyaman

Satu petugas kesehatan untuk satu anak

Pekalah dengan kehadiran pendamping anak/pengasuh/orang yang merujuk karena bisa bermanfaat
(membuat anak merasa aman) tetapi juga bisa membuat anak tertutup
Jalin Hubungan

• Hubungan yang baik akan menentukan apakah kita mampu melakukan skrining
dan membantu anak lebih lanjut.
•Sikap petugas kesehatan yang dibutuhkan:
• Hangat, senang berinteraksi/bermain dengan anak
• Perlihatkan ketertarikan, memiliki humor namun peka dengan situasi yang
dihadapi
• Empati
• Peka, berkomunikasi sesuai dengan tahap perkembangan anak
• Memberikan pujian dan dukungan, tidak menyalahkan
Apa yang Harus Dilihat? Observasi Anak

Kondisi fisik: tinggi dan berat apakah sesuai usia? Bagaimana tampilan kesehatannya secara umum? Ke
aktifan selama pertemuan?

Ekspresi wajah: emosi/mood mudah berubah/stabil

Cara ia menjalin hubungan dengan anda dan orang lain: menarik diri, cepat akrab tetapi merasa aneh, reaksi
orang lain yang bertemu anak ini.

Tanda-tanda kecemasan: perilaku agresif, gerakan tubuh berulang (menggoyang-goyangkan kaki)

Kepekaan dalam melakukan observasi akan menentukan bagaimana kita akan bersikap dan menanggapi anak
dan membantu kita untuk mengetahui lebih jelas permasalahan anak.
Jenis Alat Bantu Selama Konseling Kta

• Biarkan anak menggambar bebas, meminta anak untuk


Menggambar menceritakan gambar tersebut. Gunakan gambar untuk bertanya
(usia 6-12 tentang permasalahan anak. Hindari untuk meminta anak
tahun) menggambar dengan tema yang kita inginkan misalnya “gambarlah
pengalaman yang membuat kamu takut”.

• Gunakan boneka puppet untuk berinteraksi dengan anak. Ajak anak


Boneka puppet untuk berbicara dan bercerita pada boneka puppet bukan pada
(usia 2-5 tahun) anda, mulailah dengan cerita lucu, kegiatan sehari-hari kemudian
baru menanyakan tentang permasalahan anak.

Boneka • Penggunaan boneka misalnya untuk membantu anak menunjukkan bagian tubuh yang
mengalami kekerasan. Jika anak belum jelas mengatakan dirinya menga lami kekerasan,
tubuh hendaknya dihindari meminta anak menunjukkan dampak kekerasan. Biarkan anak untuk
manusia (6- memainkan boneka dengan caranya sendiri. Hindari mengajurkannya menunjukkan
permainan tertentu dengan bonekanya, seperti mengatakan, “tunjukkan dong sama ibu
12 tahun) bagaimana kamu dipukuli”. Hal ini cenderung membuat anak menjadi tertutup.
Prinsip Umum Penanganan Situasi Konseling yang Sulit

• Ukur kemampuan diri sendiri, apakah konselor • Tangani dulu yang lebih mendesak atau diperkirakan
mampu mengatasi situasi yang akan dihadapi akan mengganggu proses. Misalnya pengantar atau
bersama dampingan tersebut keluarga yang sangat banyak bicara

• Selalu bina rapport untuk menjalin rasa percaya dan • Setelah kondisi emosi cukup tenang, baru masuk ke
aman fakta-fakta. Gunakan bahasa sopan/hormat dan
menenangkan, misalnya : “Maaf sebelumnya. Saya
• Jelaskan peran sebagai petugas kesehatan dan
bisa melihat bahwa ibu masih sangat sedih akibat
batas-batas (hal-hal yang dicakup dari layanan, yang
peristiwa yang terjadi. Namun, terpaksa saya harus
tidak dicakup, aturan Puskesmas, dll)
bertanya detil untuk kelengkapan berkas….”
• Jelaskan batas/kondisi pertemuan • Catat atau rekam dengan tidak mengganggu proses
• Dengarkan keluhan. Bila diperlukan, anggarkan percakapan
cukup waktu untuk tangani aspek-aspek emosional • Tidak menangani yang bukan kompetensi dan
terlebih dahulu
lakukan rujukan bila diperlukan
• Sesuai kebutuhan, jelaskan kembali posisi dan
keterbatasan instansi, situasi nyata layanan secara
bersahabat sekaligus tegas
Menghadapi Situasi Konseling Yang Sulit
Terkesan berbohong
Mudah tersinggung,
memberikan keterangan
menyalahkan, dan selalu Gelisah, banyak bicara, dan sulit
Terus-menerus menangis : berubah-ubah/berbicara tidak
menolak/mementahkan usulan untuk disela
konsisten/berubah-ubah,
pihak lain
terkesan ‘manipulatif’
• Dengan menjadi pendengar • Sikap bersahabat tapi tegas • sama dengan nomor 2, • Sediakan waktu yang cukup
yang baik • Jelaskan batas-batas dan ditambah dengan: bagi korban untuk
• Melakukan penguatan positif aturan • Jelaskan pentingnya niat baik menenangkan diri
• Identifikasi sejauh mana • Fokus pada mendengarkan dari semua pihak untuk dapat • Menjadi pendengar yang baik
membahayakan diri atau perlu dan minimalkan menyelesaikan masalah tanpa banyak berharap sampai
dirujuk tanggapan/usulan meminta pada fasilitasi pengambilan
• Sabar dalam menghadapi kesepakatan kerjasama, hak keputusan
ketidakstabilan korban dan kewajiban korban dan • Identifikasi kemungkinan
petugas kesehatan. kerjasama dengan pekerja
sosial, psikolog, psikiater untuk
tangani sisi emosi
Menghadapi Situasi Konseling Yang Sulit
Sangat tergantung dan labil Menghadapi keluarga korban Melakukan tindakan yang tidak
Tidak mau cerita, menolak untuk
sehingga menuntut pendamping yang dominan, berlebihan, dan lazim, tidak sinkron, menunjukan
kerjasama
memberi perhatian penuh mengganggu waham maupun halusinasi
• Sikap bersahabat • Tingkatkan rapport yang sudah • Cek apakah rapport sudah • Upayakan informasi dari pihak-
• Alokasikan waktu cukup bagi terbangun terbangun pihak terdekat, termasuk
subjek untuk tenangkan diri • Jelaskan perlunya mendapat • Alokasikann waktu cukup bagi tentang karakter korban
• Menjadi pendengar yang baik info langsung dari korban keluarga/pihak lain untuk sebelum dan setelah kejadian.
tanpa banyak berharap akan • Tunjukkan sikap bersahabat ungkapkan keluhan • Jika memungkinkan, segera
solusi sekaligus tegas • Jelaskan perlunya mendapat dirujuk ke psikiater
• Tangani sisi emosi info langsung dari korban.
• Jelaskan keterbatasan peran Kemudian dengan sopan,
persilahkan
pengantar/keluarga untuk
menunggu diruang tunggu.
Sampaikan berapa lama
kemungkinannya mereka
harus menunggu. Jika
memungkinkan, beri bacaan
ringan atau psikoedukasi dari
Puskesmas
• Sikap bersahabat sekaligus
tegas
Kapan Saat Merujuk ke Tenaga Profesional?

Masalah dengan tidur


Menangis yang tak
(terlalu banyak atau Depresi Kecemasan Kemarahan
terkendali
terlalu sedikit)

Penyakit-penyakit
fisik yang Ketidakmampuan Secara berlebihan Pemikiran atau
Emosi yang
berhubungan dengan melupakan kejadian terpaku pada rencana-rencana
menumpul
stress seperti : sakit traumatis pemikiran tertentu untuk bunuh diri
perut, sakit kepala

Mengalami
ketergantungan atau
Sangat mudah
kelekatan pada Mimpi-mimpi buruk
terkejut
oranglain secara
berlebihan
Sangat Dianjurkan Dan Harus Segera Dirujuk
Ketakutan atau
ancaman untuk
membahayakan diri
sendiri atau orang
lain Menarik diri sama
sekali dari
Ketidakmampuan
lingkungan/orang
untuk mengurus
lain, tidak
kebersihan diri
menunjukkan
respons emosional

Rasa putus asa


Aktivitas yang yang
tidak terkendali menghancurkan
diri sendiri

Sering
menceritakan Keresahan yang
berulang-ulang sangat nyata terlihat
kejadian traumatis
ASPEK PENTING KESEHATAN JIWA
DALAM UNDANG-UNDANG TPKS
Poin Penting UU TPKS Terkait Kesehatan (1)

Bab II Pasal 17
(1) Selain dijatuhi pidana, pelaku Tindak
Pidana Kekerasan Seksual dapat dikenakan Penyiapan fasilitas pelayanan
tindakan berupa Rehabilitasi.
(2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada kesehatan yang mampu
ayat (1) meliputi: tatalaksana terhadap
a. Rehabilitasi medis; dan kekekerasan perempuan dan
b. Rehabilitasi sosial.
(3) Pelaksanaan Rehabilitasi sebagaimana anak (KtPA) dan tenaga
dimaksud pada ayat (2) dilakukan di bawah kesehatan yang mampu
koordinasi jaksa dan pengawasan secara melakukan tatalaksana
berkala oleh menteri yang
rehabilitasi medis bagi pelaku
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sosial dan menteri yang TPKS
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
MEMPERSIAPKAN FASILITAS PELAYANAN REHABILITASI
KESEHATAN MENTAL

• Diperlukan aturan turunan dari UU TPKS yang mengatur tentang rehabilitasi pelaku juga
korban :
• Bagi pelaku bertujuan untuk menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual, dalam
bentuk intervensi psikososial.
• Menangani, melindungi, dan memulihkan korban (kuratif)
• Mencegah segala bentuk kekerasan seksual, dan mewujudkan lingkungan tanpa
kekerasan seksual (preventif)
• Beberapa negara yang sudah menerapkan proses rehabilitasi bagi pelaku kekerasan,
program intervensi psikososial bertujuan untuk rehabilitasi dan reintegrasi ke
masyarakat.
• Pendekatan intervensi: konseling dengan pendekatan terapi kognitif perilaku, relapse
prevention, dll.
MEMPERSIAPKAN FASILITAS PELAYANAN REHABILITASI
KESEHATAN MENTAL

• Berdasarkan UU no 18 tentang Kesehatan Jiwa, fasilitas pelayanan rehablitasi kesehatan mental

adalah fasilitas kesehatan yang memiliki sumber daya manusia bidang kesehatan jiwa.

• Penyedia layanan meliputi : pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta.

• Diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah, organisasi profesi dan kemasyarakatan

untuk membangun sistem layanan rehabilitasi yang mudah diakses dan berkualitas.
Poin Penting UU TPKS Terkait Kesehatan (2)

Bab IV Pasal 25
(4) Keterangan Saksi dan/ atau Korban Penyandang
Disabilitas mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan keterangan Saksi dan/ atau Korban yang
Penyiapan fasilitas
bukan Penyandang Disabilitas.
(5) Keterangan Saksi dan/ atau Korban sebagaimana pelayanan kesehatan
dimaksud pada ayat (a) wajib didukung dengan yang mampu
penilaian personal sebagaimana diatur dalam melaksanakan penilaian
peraturan perundang-undangan mengenai
akomodasi yang layak untuk Penyandang Disabilitas personal bagi
dalam proses peradilan. Penyandang
Disabilitas sebagai
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan "penilaian personal" adalah upaya saksi atau korban
untuk menilai ragam:, tingkat, hambatan, dan kebutuhan
Penyandang Disabilitas, baik secara medis maupun psikis
untuk menentukan akomodasi yang layak.
PENILAIAN DISABILITAS

• Penilaian disabilitas terkait kapasitas sebagai saksi atau korban, juga untuk
penilaian fit to stand trial
• Penilaian ini diatur dalam UU 18 tahun 2014 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Jiwa untuk kepentingan penegakan hukum. Pemeriksaan kesehatan jiwa
dilakukan untuk:
• Menentukan kemampuan seseorang dalam mempertanggungiawabkan tindak
pidana yang telah dilakukannya; dan/ atau
• Menentukan kecakapan hukum seseorang untuk menjalani proses peradilan.
• Dilakukan oleh tim, yang diketuai psikiater, dan dapat melibatkan dokter
spesialis lain, dokter umum, dan atau psikolog klinis
HAL YANG DILAKUKAN SAAT MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TPKS

• Melakukan penanganan untuk mengatasi kegawatdaruratan psikiatri awal.


• Melakukan wawancara dan pemeriksaan kejiwaan
• Tujuan pemeriksaan pada pelaku adalah untuk menegakkan diagnosis.
Bukan untuk pembuktian apakah tindakan dapatnya dipertanggungjawabkan,
atau untuk penilaian kecakapan hukum.
• Melakukan pencatatan dalam rekam medis sebagai bahan data untuk penilaian
tim medis.
• Jika terdeteksi gangguan jiwa maka dilakukan proses rujukan ke RS Pemerintah
yang ditunjuk, sesuai dengan Undang-undang 18 tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa
TERIMA KASIH

You might also like