Professional Documents
Culture Documents
Tatalaksana Psikososial Korban KtPA Dan TPPO 2023 (DR Uki)
Tatalaksana Psikososial Korban KtPA Dan TPPO 2023 (DR Uki)
TERMASUK TPPO
UMUM
• Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan tata laksana korban KtP/A terrmasuk TPPO
KHUSUS
• Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Melakukan tatalaksana penanganan medis korban KtP/A
2. Membuat Visum et Repertum (VeR) sesuai dengan aspek medikolegal dalam penanganan kasus KtP/A
dan Rape kit, sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
3. Melakukan tata laksana psikososial korban KtP/A
Tata Laksana Psikososial Korban Ktp/A Termasuk TPPO
• Tidak mampu memusatkan perhatian, atau • Tegang, tampak serba bingung dan panik, mata
mengalihkan tatapan muka melihat kesana kemari
• Salah tingkah • Memperlihatkan marah dan kebencian
• Sering salah ucap dalam berbicara • Sering menangis, sedih dan putus asa, menjadi
•
sensitif dan mudah salah sangka
Penampilan tidak rapi/tidak terurus dibandingkan
biasanya • Cenderung merasa salah
• Sering melamun dan sulit atau tidak mau bicara • Mudah curiga pada orang lain
• Cemas, grogi serba canggung
• Memberikan informasi yang tidak konsisten
1. Pemeriksaan Psikologis/Kesehatan Jiwa
Anamnesis/wawancara psikiatrik
Pemeriksaan psikiatrik
Diagnosis psikiatrik
Anamnesis (Wawancara Psikiatrik)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara psikiatrik pada korban KtP/A:
• Menjadi pendengar yang baik selama berkomunikasi dan bersifat fleksibel sewaktu
berkomunikasi dengan pasien.
• Menjadi pendengar aktif dan mampu berempati
• Jika memungkinkan maka proses wawancara direkam baik secara audio atau video.
• Hindari mengulang-ulang pertanyaan yang sama atau memberi beberapa pertanyaan sekaligus
• Hindari pertanyaan yang menggiring atau mengarahkan jawaban tertentu
• Ulangi pertanyaan dengan berbeda untuk menilai konsistensi jawaban
• Ulangi jawaban untuk meyakinkan bahwa pemeriksa mengerti apa yang dikemukakan korban.
Sekaligus untuk mencegah kebohongan
• Jangan memberikan pertanyaan yang menambah trauma
Pemeriksaan Jiwa Metode 2 Menit
Prosedur pemeriksaan pasien dewasa(18
tahun keatas):
• Tanyakan keluhan utama pasien, catat pada status dengan
menggunakan bahasa pasien
• Golongkan keluhan tersebut apakah termasuk: keluhan fisik
murni (F1); keluhan fisik disertai keluhan mental emosional (F2);
• Tahap I (2 menit pertama): keluhan psiko-somatik (PS); atau keluhan mental-emosional
dilakukan Anamnesis oleh (ME), dan beri kode
Dokter dan atau Perawat. • Bila keluhan utama termasuk PS atau ME, lanjutkan dengan
Dibuat diagnosis kerja pertanyaan (aktif)
• Tahap II (2 menit kedua): Prosedur pemeriksaan pada pasien anak dan
Penegakan diagnosis dan remaja (dibawah 18 tahun):
terapi oleh Dokter • Tanyakan keluhan utama pada anak/pengantar, catat pada
• Tahap III (2 menit ketiga): status
follow up oleh Dokter • Keluhan fisik murni (F1); keluhan fisik disertai keluhan mental
emosional (F2); keluhan psiko-somatik (PS); atau keluhan
mental-emosional (ME), dan beri kode.
• Selalu ditanyakan adanya keluhan Mental-emosional dan status
perkembangan anak
Pemeriksaan dan Diagnosis Kesehatan Jiwa
Tips Wawancara Pada Anak
• Apa yang kamu
Tanyakan pertanyaan rasakan?
terbuka dan konkrit • Apa yang kamu
yang saling berkaitan lihat?
• Apa yang kamu
Dalam melakukan
wawancara usahakan cium?
Menjaga privasi dan untuk membantu
kerahasiaan pasien agar ia mampu
mengingat suatu
kejadian
• Menggunakan cara dan teknik yang tepat, sesuai • Hindari mengulang-ulang pertanyaan yang sama
dengan tingkat perkembangan anak. Sebagai atau bertanya sekaligus.
contoh, ada anak yang merasa nyaman untuk • Hindari pertanyaan yang bersifat sugesti atau yang
berkomunikasi dengan pemeriksa jika hanya
akan mengarahkan pasien pada satu jawaban tertentu.
didampingi oleh boneka/mainan kesayangannya.
Disamping itu perlu diingat bahwa tidak semua anak • Ulangi pernyataan anak dalam usaha untuk
mampu berkomunikasi verbal dengan lancar pada meyakinkan anak bahwa pemeriksa mengerti apa
waktu pemeriksaan, sebagian anak mungkin yang dikemukakannya.
membutuhkan media gambar atau bermain dalam • Jika memungkinkan lakukan wawancara pada anak
usaha untuk membentuk relasi yang optimal dengan tanpa didampingi oleh orang tuanya. Pada anak yang
pemeriksa. masih kecil dapat dipertimbangkan untuk didampingi
• Mampu mendeteksi kata-kata kunci dan tema- anggota keluarga dekat lainnya (bukan orang tua).
tema pikiran yang tidak disadari anak.
• Frekuensi wawancara dilakukan seminimal
mungkin (2-3 kali) untuk mencegah timbulnya
konfabulasi pada anak.
Hal Penting Selama Anamnesis
Pada anak, perhatikan dan gunakan tips wawancara pada anak yang sudah dipelajari sebelumnya
Korban perlu membuat keputusan sekaligus bertanggungjawab atas pilihan yang diambilnya
Empati
2. Penatalaksanaan Kondisi Psikologis Dan Kesehatan
Jiwa Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
• Masalah kesehatan jiwa yang banyak dialami oleh korban kekerasan baik perempuan dan anak adalah reaksi
stres akut, gangguan stres pasca trauma, depresi, gangguan cemas, dan gangguan psikotik akut.
• Yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan:
Informasikan kepada (lihat buku saku penatalaksanaan
keluarga bahwa pasien kegawatdaruratan psikiatri bagi tenaga kesehatan
Atasi gangguan fisik menderita stres dan Atasi keadaan di FKTP dan panduan praktek klinis permenkes
sesuai keadaan butuh ditemani oleh kedaruratan psikiatrik
orang yang dekat No.5 tahun 2014)
dengan pasien
Discuss Options
• Bicarakan berbagai pilihannya
DEFINISI
• Konseling adalah suatu proses memberi bantuan, untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya
sehingga dalam kehidupannya sehari-hari ia dapat berfungsi dengan baik dengan belajar untuk mengatasi
kesulitan dan memecahkan masalahnya secara efektif. Konseling dapat dilakukan secara perorangan,
berpasangan, keluarga atau kelompok.
TUJUAN
• Membantu korban mengatasi perasaan negatif atau yang menyakitkan yang dimilikinya
• Membantu korban mengenali dan menerima dirinya sendiri (baik itu berupa potensi atau sumber
daya serta keterbatasan yang dimilikinya
• Membantu korban untuk lebih mengenali masalah yang dialaminya.
TUGAS KONSELOR
Percakapannya dua
Rahasia, aman dan arah, timbal balik,
dapat dipercaya kerjasama dan saling
menghargai
Membutuhkan keterampilan
tertentu: komunikasi interpersonal,
Ada tujuan yang jelas
mendengarkan, bertanya, dan
dan terstruktur
fasilitasi pengambilan keputusan.
Memperhatikan
karakteristik korban dan Membangun kemandirian
kemungkinan pengaruh dan menumbuhkan
lingkungan sosial budaya tanggungjawab pada diri
serta kesiapannya untuk korban
berubah
PRINSIP KONSELING (2)
Tahap akhir/kesepakatan
Tahap pencatatan
TEKNIK KONSELING PADA ANAK
Persiapan
Jalin
Bertanya
Hubungan
Persiapan
Berkomunikasi dengan perujuk (dokter, petugas kesehatan lain, orang yang mendampingi anak dsb)
tentang dugaan masalah anak
Pelajari identitas diri anak (usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan) akan mempengaruhi cara
kita berinteraksi
Siapkan ruang konseling, ruangan tidak perlu banyak mainan atau berwarna-warni karena akan
mengganggu konsentrasi anak tetapi cukup terang dan alas duduk yang nyaman
Pekalah dengan kehadiran pendamping anak/pengasuh/orang yang merujuk karena bisa bermanfaat
(membuat anak merasa aman) tetapi juga bisa membuat anak tertutup
Jalin Hubungan
• Hubungan yang baik akan menentukan apakah kita mampu melakukan skrining
dan membantu anak lebih lanjut.
•Sikap petugas kesehatan yang dibutuhkan:
• Hangat, senang berinteraksi/bermain dengan anak
• Perlihatkan ketertarikan, memiliki humor namun peka dengan situasi yang
dihadapi
• Empati
• Peka, berkomunikasi sesuai dengan tahap perkembangan anak
• Memberikan pujian dan dukungan, tidak menyalahkan
Apa yang Harus Dilihat? Observasi Anak
Kondisi fisik: tinggi dan berat apakah sesuai usia? Bagaimana tampilan kesehatannya secara umum? Ke
aktifan selama pertemuan?
Cara ia menjalin hubungan dengan anda dan orang lain: menarik diri, cepat akrab tetapi merasa aneh, reaksi
orang lain yang bertemu anak ini.
Kepekaan dalam melakukan observasi akan menentukan bagaimana kita akan bersikap dan menanggapi anak
dan membantu kita untuk mengetahui lebih jelas permasalahan anak.
Jenis Alat Bantu Selama Konseling Kta
Boneka • Penggunaan boneka misalnya untuk membantu anak menunjukkan bagian tubuh yang
mengalami kekerasan. Jika anak belum jelas mengatakan dirinya menga lami kekerasan,
tubuh hendaknya dihindari meminta anak menunjukkan dampak kekerasan. Biarkan anak untuk
manusia (6- memainkan boneka dengan caranya sendiri. Hindari mengajurkannya menunjukkan
permainan tertentu dengan bonekanya, seperti mengatakan, “tunjukkan dong sama ibu
12 tahun) bagaimana kamu dipukuli”. Hal ini cenderung membuat anak menjadi tertutup.
Prinsip Umum Penanganan Situasi Konseling yang Sulit
• Ukur kemampuan diri sendiri, apakah konselor • Tangani dulu yang lebih mendesak atau diperkirakan
mampu mengatasi situasi yang akan dihadapi akan mengganggu proses. Misalnya pengantar atau
bersama dampingan tersebut keluarga yang sangat banyak bicara
• Selalu bina rapport untuk menjalin rasa percaya dan • Setelah kondisi emosi cukup tenang, baru masuk ke
aman fakta-fakta. Gunakan bahasa sopan/hormat dan
menenangkan, misalnya : “Maaf sebelumnya. Saya
• Jelaskan peran sebagai petugas kesehatan dan
bisa melihat bahwa ibu masih sangat sedih akibat
batas-batas (hal-hal yang dicakup dari layanan, yang
peristiwa yang terjadi. Namun, terpaksa saya harus
tidak dicakup, aturan Puskesmas, dll)
bertanya detil untuk kelengkapan berkas….”
• Jelaskan batas/kondisi pertemuan • Catat atau rekam dengan tidak mengganggu proses
• Dengarkan keluhan. Bila diperlukan, anggarkan percakapan
cukup waktu untuk tangani aspek-aspek emosional • Tidak menangani yang bukan kompetensi dan
terlebih dahulu
lakukan rujukan bila diperlukan
• Sesuai kebutuhan, jelaskan kembali posisi dan
keterbatasan instansi, situasi nyata layanan secara
bersahabat sekaligus tegas
Menghadapi Situasi Konseling Yang Sulit
Terkesan berbohong
Mudah tersinggung,
memberikan keterangan
menyalahkan, dan selalu Gelisah, banyak bicara, dan sulit
Terus-menerus menangis : berubah-ubah/berbicara tidak
menolak/mementahkan usulan untuk disela
konsisten/berubah-ubah,
pihak lain
terkesan ‘manipulatif’
• Dengan menjadi pendengar • Sikap bersahabat tapi tegas • sama dengan nomor 2, • Sediakan waktu yang cukup
yang baik • Jelaskan batas-batas dan ditambah dengan: bagi korban untuk
• Melakukan penguatan positif aturan • Jelaskan pentingnya niat baik menenangkan diri
• Identifikasi sejauh mana • Fokus pada mendengarkan dari semua pihak untuk dapat • Menjadi pendengar yang baik
membahayakan diri atau perlu dan minimalkan menyelesaikan masalah tanpa banyak berharap sampai
dirujuk tanggapan/usulan meminta pada fasilitasi pengambilan
• Sabar dalam menghadapi kesepakatan kerjasama, hak keputusan
ketidakstabilan korban dan kewajiban korban dan • Identifikasi kemungkinan
petugas kesehatan. kerjasama dengan pekerja
sosial, psikolog, psikiater untuk
tangani sisi emosi
Menghadapi Situasi Konseling Yang Sulit
Sangat tergantung dan labil Menghadapi keluarga korban Melakukan tindakan yang tidak
Tidak mau cerita, menolak untuk
sehingga menuntut pendamping yang dominan, berlebihan, dan lazim, tidak sinkron, menunjukan
kerjasama
memberi perhatian penuh mengganggu waham maupun halusinasi
• Sikap bersahabat • Tingkatkan rapport yang sudah • Cek apakah rapport sudah • Upayakan informasi dari pihak-
• Alokasikan waktu cukup bagi terbangun terbangun pihak terdekat, termasuk
subjek untuk tenangkan diri • Jelaskan perlunya mendapat • Alokasikann waktu cukup bagi tentang karakter korban
• Menjadi pendengar yang baik info langsung dari korban keluarga/pihak lain untuk sebelum dan setelah kejadian.
tanpa banyak berharap akan • Tunjukkan sikap bersahabat ungkapkan keluhan • Jika memungkinkan, segera
solusi sekaligus tegas • Jelaskan perlunya mendapat dirujuk ke psikiater
• Tangani sisi emosi info langsung dari korban.
• Jelaskan keterbatasan peran Kemudian dengan sopan,
persilahkan
pengantar/keluarga untuk
menunggu diruang tunggu.
Sampaikan berapa lama
kemungkinannya mereka
harus menunggu. Jika
memungkinkan, beri bacaan
ringan atau psikoedukasi dari
Puskesmas
• Sikap bersahabat sekaligus
tegas
Kapan Saat Merujuk ke Tenaga Profesional?
Penyakit-penyakit
fisik yang Ketidakmampuan Secara berlebihan Pemikiran atau
Emosi yang
berhubungan dengan melupakan kejadian terpaku pada rencana-rencana
menumpul
stress seperti : sakit traumatis pemikiran tertentu untuk bunuh diri
perut, sakit kepala
Mengalami
ketergantungan atau
Sangat mudah
kelekatan pada Mimpi-mimpi buruk
terkejut
oranglain secara
berlebihan
Sangat Dianjurkan Dan Harus Segera Dirujuk
Ketakutan atau
ancaman untuk
membahayakan diri
sendiri atau orang
lain Menarik diri sama
sekali dari
Ketidakmampuan
lingkungan/orang
untuk mengurus
lain, tidak
kebersihan diri
menunjukkan
respons emosional
Sering
menceritakan Keresahan yang
berulang-ulang sangat nyata terlihat
kejadian traumatis
ASPEK PENTING KESEHATAN JIWA
DALAM UNDANG-UNDANG TPKS
Poin Penting UU TPKS Terkait Kesehatan (1)
Bab II Pasal 17
(1) Selain dijatuhi pidana, pelaku Tindak
Pidana Kekerasan Seksual dapat dikenakan Penyiapan fasilitas pelayanan
tindakan berupa Rehabilitasi.
(2) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada kesehatan yang mampu
ayat (1) meliputi: tatalaksana terhadap
a. Rehabilitasi medis; dan kekekerasan perempuan dan
b. Rehabilitasi sosial.
(3) Pelaksanaan Rehabilitasi sebagaimana anak (KtPA) dan tenaga
dimaksud pada ayat (2) dilakukan di bawah kesehatan yang mampu
koordinasi jaksa dan pengawasan secara melakukan tatalaksana
berkala oleh menteri yang
rehabilitasi medis bagi pelaku
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sosial dan menteri yang TPKS
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
MEMPERSIAPKAN FASILITAS PELAYANAN REHABILITASI
KESEHATAN MENTAL
• Diperlukan aturan turunan dari UU TPKS yang mengatur tentang rehabilitasi pelaku juga
korban :
• Bagi pelaku bertujuan untuk menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual, dalam
bentuk intervensi psikososial.
• Menangani, melindungi, dan memulihkan korban (kuratif)
• Mencegah segala bentuk kekerasan seksual, dan mewujudkan lingkungan tanpa
kekerasan seksual (preventif)
• Beberapa negara yang sudah menerapkan proses rehabilitasi bagi pelaku kekerasan,
program intervensi psikososial bertujuan untuk rehabilitasi dan reintegrasi ke
masyarakat.
• Pendekatan intervensi: konseling dengan pendekatan terapi kognitif perilaku, relapse
prevention, dll.
MEMPERSIAPKAN FASILITAS PELAYANAN REHABILITASI
KESEHATAN MENTAL
adalah fasilitas kesehatan yang memiliki sumber daya manusia bidang kesehatan jiwa.
• Diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah, organisasi profesi dan kemasyarakatan
untuk membangun sistem layanan rehabilitasi yang mudah diakses dan berkualitas.
Poin Penting UU TPKS Terkait Kesehatan (2)
Bab IV Pasal 25
(4) Keterangan Saksi dan/ atau Korban Penyandang
Disabilitas mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan keterangan Saksi dan/ atau Korban yang
Penyiapan fasilitas
bukan Penyandang Disabilitas.
(5) Keterangan Saksi dan/ atau Korban sebagaimana pelayanan kesehatan
dimaksud pada ayat (a) wajib didukung dengan yang mampu
penilaian personal sebagaimana diatur dalam melaksanakan penilaian
peraturan perundang-undangan mengenai
akomodasi yang layak untuk Penyandang Disabilitas personal bagi
dalam proses peradilan. Penyandang
Disabilitas sebagai
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan "penilaian personal" adalah upaya saksi atau korban
untuk menilai ragam:, tingkat, hambatan, dan kebutuhan
Penyandang Disabilitas, baik secara medis maupun psikis
untuk menentukan akomodasi yang layak.
PENILAIAN DISABILITAS
• Penilaian disabilitas terkait kapasitas sebagai saksi atau korban, juga untuk
penilaian fit to stand trial
• Penilaian ini diatur dalam UU 18 tahun 2014 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Jiwa untuk kepentingan penegakan hukum. Pemeriksaan kesehatan jiwa
dilakukan untuk:
• Menentukan kemampuan seseorang dalam mempertanggungiawabkan tindak
pidana yang telah dilakukannya; dan/ atau
• Menentukan kecakapan hukum seseorang untuk menjalani proses peradilan.
• Dilakukan oleh tim, yang diketuai psikiater, dan dapat melibatkan dokter
spesialis lain, dokter umum, dan atau psikolog klinis
HAL YANG DILAKUKAN SAAT MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TPKS