You are on page 1of 18

PENDIDIKAN KESEHATAN TERKAIT

PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 2


Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi

NAMA : Imas Mandarini

NPM : E1AC23019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2023


Jurnal 1
Edukasi Pencegahan Anemia Pada Remaja Disertai Cara Benar Konsumsi Tablet
Tambah Darah (Ttd)

Zaiyidah Fathony, Rizki Amalia, Pratiwi Puji Lestari, 2022

Permasalahan gizi di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Masalah
kekurangan gizi mikro seperti anemia adalah salah satu dari beberapa masalah yang terjadi di Indonesia.
Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi. Penyebabnya adalah
banyaknya zat besi yang hilang selama proses menstruasi. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan
penyuluhan kepada siswa sekolah dasar di SDN Kaarang Indah Barito Kuala berjumlah 6 orang siswi.
Media yang digunakan adalah flyer, PPT dan Leaflet serta Tablet Tambah Darah (Fe dan Asam Folat).
Hasil: remaja dapat memahami tentang pengertian anemia, penyebab anemia, cara mengatasi anemia, dan
cara meminum tablet tambah darah dibuktikan dengan evaluasi langsung setelah penyuluhan dilakukan.
Kesimpulan: Pelaksanaan edukasi tentang anemia pada remaja dapat meningkatkan pengetahuan remaja
tentang pencegahan anemia dan cara yang benar mengkonsumsi tablet tambah darah.
Kata Kunci: Anemia, Pendegahan Anemia Remaja, Tablet Tambah Darah
JURNAL 2
Literature Review : Hubungan Asupan Protein Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
Dina Permatasari, Elida Soviana, 2022

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hasil penelitian berbagai artikel mengenai hubungan asupan protein
terhadap kejadian anemia pada remaja putri. Metode penelitian Literature riview dengan menggunakan 10
artikel penelitian yang memiliki tema hubungan asupan protein terhadap kejadian anemia pada remaja putri.
Artikel dicari menggunakan database google scholar dengan kriteria inklusi waktu terbit 10 tahun terakhir
(2011-2021), bereputasi nasional sinta 1-4, full text bahasa indonesia atau bahasa inggris, subjek penelitian
adalah remaja usia 12-20 tahun yang mengalami anemia dan non anemia serta sehat. Hasil peneltian ini Rata-
rata asupan protein pada remaja putri didapatkan 56,48% yang tergolong baik, namun masih ada beberapa
penelitian dengan asupan protein yang kurang. Terdapat 7 artikel dari 10 yang memiliki hubungan yang
signifikan antara protein dengan kejadian anemia, 3 artikel tidak berhubungan dise babkan kurangnya konsumsi
protein jenis protein hewani
Pengaruh Pemanfaatan Media Edukasi Gizi untuk Meningkatkan
Pengetahuan Terkait Anemia pada Remaja Putri : Literature Review
Fachira Kasmarini, Ratih Kurniasari , 2022

kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari batas normal disebut
dengan anemia. Prevalensi anemia pada remaja putri kelompok usia 15-24 tahun di Indonesia sebesar 27,2% sementara
pada remaja putra sebesar 20,3%. Angka kejadian anemia pada remaja putri lebih tinggi daripada remaja laki-laki sebab
remaja putri mengalami menstruasi dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat gizi yang
lebih tinggi. Diperlukan suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan anemia untuk meningkatkan pengetahuan remaja, terutama remaja putri, mengenai anemia melalui
pemanfaatan media dalam edukasi gizi.
Tujuan: Penulisan literature review ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan media edukasi gizi dalam
meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai anemia.
Metode: Penulisan ini menggunakan metode literature review. Artikel ilmiah ditemukan melalui mesin pencari Google
Scholar dengan kata kunci “anemia”, “media edukasi gizi”, dan “remaja putri”. Artikel ilmiah terindeks Sinta 1-5 dengan
rentan waktu publikasi antara tahun 2018-2021.
Hasil: Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan gizi pada remaja putri setelah diberikan intervensi.
Pemberian edukasi gizi melalui media berupa kartu games, media animasi, komik, dan video blog (vlog) berpengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri terkait anemia.
Kata Kunci: Anemia; Edukasi Gizi; Pemanfaatan Media; Peningkatan Pengetahuan; Remaja Putri
BAB II
TINJAUAN
KASUS
Asuhan Kebidanan pada Nn.D
No. Registrasi : 03
Tanggal pengkajian : 03 Oktober 2023
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Pola Nutrisi
Tempat Pengkajian : PMB Bidan I
Pengkaji : Imas  Makan : 2x sehari,
Mandarini
porsi sedang, dengan lauk pauk, tidak
A. Data Subjektif
suka sayur dan daging
Nama Ibu : Nn. D
 Minum : 7-8 gelas
Umur : 13 tahun
perhari, air putih
Agama : Islam

Suku : Sunda

Pekerjaan : IRT

Alamat : KP.Cikembar RT
DATA SUBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum 3. Pemeriksaan Antropometri
Keadaan umum : Baik Berat Badan : 42 kg
Kesadaran : Tinggi Badan : 152 cm
Composmentis LILA : 23
2. Pemeriksaan Umum cm
Tekanan darah : 4. Pemeriksaan Fisik
110/70 mmhg :
Denyut Nadi Wajah : Tidak pucat,
: 80 x/menit simetris, tidak oedema,
Frekuensi Nafas : 24 x/ Mata : Simetris,
menit konjungtiva pucat, sklera putih, refleks pupil
Suhu tubuh : 36,5 normal mengikuti arah cahaya
℃ 5. Pemeriksaan penunjang : HB: 10G/DL

Analisis
 Diagnosa : Nn. D Usia 13 tahun dengan
penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan Melakukan informed consent pada ibu untuk dilakukan
pemeriksaan fisik lengkap Meningkatkan kesiapan ibu untuk menghadapi kehidupan rumah tangga
2. Memberitahu keluhan yang klien rasakan disebabkan oleh penyakit anemia yang diderita, klien
mengetahuinya
3. Menganjurkan untuk makan makanan yang bergizi seimbang, nasi lauk pauk, sayuran, dan buah,
perbanyak makan makanna yang mengandung tinggi protein dan zat besi, seperti ikan daging ayam
dan sayuran hijau bayam, katuk dll klien mau mengikuti anjuran bidan
4. Menganjurkan untuk istirahat yang cukup siang 1-2 jam per hari, malam 6-8 jam perhari, klien mau
mengikuti anjuran bidan
5. Memberikan terapi FE 1X1/ hari sebanyak 30 biji, klien mau meminumnya
6. Menganjurkan untuk datang kunjungan selanjutnya 1 bulan kemudian dalam rangka memberikan
asuhan yang berkesinambungan. Ibu akan datang sesuai jadwal.
7. Melakukan pendokumentasian asuhan. Pendokumentasian telah dilakukan dalam bentuk SOAP.
BAB III
PEMBAHASAN.”

—Someone Famous
PEMBAHASAN
1
Berdasarkan hasil wawancara data subjektif saat anamnesa pada Nn. D didapatkan hasil biodata
Nn. D untuk pendidikan terkahir adalah SMP, hal ini Nn. D mempunyai jenjang pendidikan
yang masih kurang. Tingkat pendidikan wanita mempengaruhi keadaan status gizi dan
pemilihan bahan makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mudah menerima hal-
hal baru dan mudah menyesuaikan dengan perubahan baru serta pendidikan yang tinggi
diasumsikan mempunyai pengetahuan dan akses informasi yang cukup tentang berbagai hal
termasuk masalah gizi. Dengan tingginya tingkat pendidikan Nn. D maka akan berpengaruh
pula pada cara penerimaan informasi yang didapatkan sehingga akan lebih meningkatkan
pengetahuannya juga, dengan mengkonsumis makan makanan yang bergizi seimbang maka
akan terhindar anemia yang terjadi pada meraja
PEMBAHASAN II
Hasil pemeriksaan LILA didapatkan hasil bahwa Nn. D memiliki LILA 24 cm hal ini
berarti Nn. D mengalami KEK karena kurang dari 23,5 cm. KEK dapat diketahui dengan cara
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan ambang batas (cut off point) kurang dari 23,5 cm.
Pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau yang lebih dikenal dengan LILA dapat
melihat perubahan secara paralel massa otot, sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis
kekurangan gizi (Gibson, 2005).
Serta Nn.D setelah dilakukan pemeriksaan memiliki kadar HB. 10gr/dl, berdasarkan hasil
pemeriksaan Nn.D menderita anemia ditandai dengan kadar HB <12gr/dl. Anemia merupakan
suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal
(WHO, 2011).
.
PEMBAHASAN III
Pola sehari-hari Nn. D kurang memenuhi asupan energi yang baik . Nn. D hanya makan 2 kali sehari, Nn.D tidak suka
saur dan daging. Asupan energi yang rendah akan berdampak pada status gizi. Kurangnya asupan energi berpengaruh pada
ketersediaan zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang merupakan sumber energi alternatif. Apabila tubuh
kekurangan energi maka karbohidrat, protein atau lemak akan mengalami perubahan untuk menjadi sumber energi. Sehingga
fungsi utama dari ketiga zat gizi tersebut akan menurun. Apabila berlangsung dalam waktu lama, akan terjadi perubahan berat
badan dan kerusakan jaringan tubuh dan terjadinya anemia pada remajas asupan energi kurang dari yang dikeluarkan maka
akan terjadi keseimbangan energy negatif, akibatnya berat badan lebih rendah dari ideal. Perilaku remaja saat ini lebih
mementingkan selera dari pada nilai gizi yang harus diperhatikan, lebih menyukai karbohidrat dibandingkan dengan protein.
Remaja yang kurang memperhatikan jenis bahan makanan yang dibutuhkan tubuh akan beresiko mengalami anemia. Anemia
pada remaja dapat terjadi apabila perilaku remaja dalam mencegah anemia tidak memperhatikan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan dalam tubuh. Remaja putri yang menderita anemia dapat mempengaruhi proses belajar seperti mengantuk, tidak
konsentrasi dan kurang semangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah, kejadian anemia pada remaja putri juga dapat
mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2013).
PEMBAHASAN IV
Seperti pada kasus tersebut Nn.D mengeluh pusing lemas dan lungalai, Menurut Kemenkes (2018) anemia terjadi karena
berbagai sebab, seperti kurangnya asupan protein, zat besi (Fe), vitamin C, asam folat dan vitamin B12. Hal yang mendasari
anemia pada remaja putri adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya asupan yang mengandung protein dan Fe serta
vitamin yang meningkatkan penyerapan besi salah satunya vitamin C yang membuat prevalensi anemia pada remaja semakin
tinggi. Asupan yang beragam memegang peranan penting untuk mengatasi anemia, asupan yang tidak beragam dapat
membuat remaja semakin rentan terkena anemia. Pratiwi (2016) menyatakan bahwa protein juga mempunyai peranan
penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi
terlambat sehingga akan terjadi defesiensi zat besi yang akan menyebakan anemia.
PEMBAHASAN V

Penetalaksanaan yang dilakukan pada Nn.D adalah monitoring dan evaluasi. Pemberian edukasi atau informasi
kepada remaja putri dianggap sangat efektif dilakukan, sejalan dengan pendapat tersebut, pemberian informasi tentang
ap aitu anemia, bagaimana cara pencegahannya, serta memberikan salah satu upayaencegahan anemia yaitu dengan
pemberian TTD yang diterapkan sangat membantu untuk mengembangkan pengetahuan remaja putri.Pemberian TTD
dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Kemudian
konseling gizi seimbangini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman temaja tentang anemia pada
remaja, cara mengatasi anemia, dan cara meminum tablet tambah darah telah terlaksana dan dianggap berhasil
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sehingga dapat mengkatkan kadar HB remaja.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, asupan energi dan asupan protein dengan anemia
pada remaja. Konseling yang dilakukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap wanita remaja tentang pencegahan anemia
2. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah
intervensi pemberian konseling tentang gizi remaja
SARAN
Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang gizi p melalui
penyuluhan dan konseling dari tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan bisa di Posyandu atau Puskesmas.
Serta dapat pula menambah wawasan dari media elektronik seperti dari televisi atau media sosial
sehingga pasien dapat terhindar dari anemia
Bagi Profesi Bidan
Perlu adanya edukasi dan konseling gizi dan pentingnya tablet tambah darah pada saat
menstruasi. Bidan sebagai profesi diharap dapat lebih memperhatikan kembali kewenangannya dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien agar dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan standar
dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi khususnya masa prakonsepsi. Bidan sebagai profesi juga
harus mampu terus meningkatkan mutu pelayanannya agar klien merasa nyaman berkonsultasi dengan
bidan, sehingga terjalin hubungan kerjasama yang baik antara bidan dan klien.
THANKS!
Do you have any questions?

You might also like