You are on page 1of 41

MERLYNN PARK HOTEL , JAKARTA 6 JULI 2018

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL


PERHUBUNGAN LAUT
(PERMENHUB NO. PM 189 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)
REGULASI INTERNASIONAL
KONVENSI INTERNASIONAL ANTARA LAIN
1.The International Convention For The Safety Of Life At Sea, 1974 (SOLAS 1974);
2.The Protocol Of 1978 Relating To The International Convention For The Safety Of Life At Sea, 1974
(SOLAS PROT 1978);
3.The Protocol Of 1988 Relating To The International Convention For The Safety Of Life At Sea, 1974
(SOLAS PROT 1988);
4.The International Convention For The Prevention Of Pollution From Ships, 1973, (MARPOL 73/78);
5.The International Convention On Standards Of Training, Certification And Watchkeeping For
Seafarers, 1978 (STCW 1978);
6.The International Convention On Load Lines, 1966 (LL 66);
7.The Protocol Of 1988 Relating To The International Convention On Load Lines, 1966 (LL PROT
1988);
8.The International Convention On Tonnage Measurement Of Ships, 1969 (TONNAGE 1969); And
9.The Convention On The International Regulations For Preventing Collisions At Sea 1972, (COLREG
1972)
REGULASI INTERNASIONAL
KODA INTERNASIONAL (INTERNATIONAL CODE) ANTARA LAIN
1.International Safety Management Code (ISM Code)
2.International Ship and Port Facility Security Code (ISPS Code)
3.International Maritime Dangerous Goods Code (IMDG Code)
4.Code for the construction and equipment of ship carrying dangerous chemicals in bulk (BCH Code)
5.International Code of Safety for High Speed Craft (HSC Code)
6.International Life Saving Appliances (LSA Code)
7.International Code for Fire Safety System (FSS Code)
8.International Code for The Construction and Equipment and of Ship Carrying Liquified Gases in Bulk
(IGC Code)
9.International Code for Safety for Ships Using Gases or Other Low Flashpoint Fuels (IGF Code)
REGULASI NASIONAL
REGULASI NASIONAL ANTARA LAIN
1.UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2.PP No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
3.PP No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim
4.PM No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi Berbendera
Indonesia
5.PM No. 45 Tahun 2012 tentang Manajemen Keselamatan Kapal
6.PM No. 70 Tahun 2013 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Sertifikasi serta
Dinas Jaga Pelaut
7.PM No. 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Maritim
8.Permenhub No. PM 20 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan
Pelayaran
 Keselamatan dan Keamanan Pelayaran meliputi keselamatan dan
keamanan angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan
lingkungan maritim (Pasal 166 ayat 1 UU Pelayaran No. 17 Tahun
2008)

 Penyelenggaraan keselamatan dan keamanan pelayaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pemerintah
(Pasal 166 ayat 2 UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008)

 Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi


terpenuhinya persyaratan:
a. kelaiklautan kapal; dan
b. kenavigasian.
(Pasal 177 ayat 1 UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008)
 Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan
kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan
dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan
kapal untuk berlayar di perairan tertentu
(Pasal 1 no 33 UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008)
 Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas,
tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong
dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah
dilakukan pemeriksaan dan pengujian
(Pasal 1 no. 34 UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008)

 Badan Klasifikasi adalah lembaga klasifikasi kapal yang melakukan


pengaturan kekuatan konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu
material marine, pengawasan pembangunan, pemeliharaan, dan
perombakan kapal sesuai dengan peraturan klasifikasi
(Pasal 1 no 35 UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008)

KAPAL Bendera Indonesia Wajib diklasifikasikan dengan kriteria :


1.Ukuran Panjang 20 Meter atau
2. Tonase GT 100 atau lebih atau
3. Tenaga penggerak 250 HP atau lebih
( Pasal 2 ayat 1 PM 7 tahun 2013 Kewajiban klasifikasi Bagi Kapal Berbendera
Indonesia)
UNDANG-UNDANG NOMOR 17
TAHUN 2008 TENTANG
PELAYARAN

KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN


ANGKUTAN DI KEPELABUHANAN KEAMANAN LINGKUNGAN
PERAIRAN PELAYARAN MARITIM

PP N0.51 /2002
PP NO 20/2010 JO PP No 70 /1998 PP No. 21/2010
PP NO 61/2009 PP No. 5/2010
PP NO 22/2011 PM.29 2014

 Menghapus Monopoli
 Menciptakan
 Cabotage kesempatan yang lbh
 Angkutan untuk luas utk investasi  Perlindungan
 PERKAPALAN
daerah tertinggal  Menciptakan Lingkungan Maritim
 PENGAWAKAN
atau terpencil kompetisi yang sehat  Pencegahan dan
 Pemisahan Fungsi KAPAL NIAGA
 Pemberdayaan penanggulangan
Regulator & Operator  KENAVIGASIAN
industri pelayaran pencemaran laut
 Mengakomodasi
nasional Otonomi Daerah
dari kapal
 RIPN dan RIP
Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal
termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan
Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal.

Persyaratan keselamatan kapal meliputi:


Keselamatan a. material;
Kapal b. konstruksi;
c. bangunan;
d. permesinan dan perlistrikan;
e. stabilitas;
f. tata susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio; dan
g. elektronika kapal.
2. ASPEK SERTIFIKAT SNPP/ IOPP
PENCEMARAN

Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran tahun 73/78


(International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 73/78)
MARPOL 73/78, yang diratifikasi dengan KEPRES NO. 46 tanggal 9
September 1986.

WAJIB UNTUK

KAPAL TANGKI MINYAK DENGAN TONASE KOTOR > GT. 150


KAPAL SELAIN KAPAL TANGKI MINYAK DENGAN TONASE KOTOR > GT. 400
3. ASPEK MANNING
SERTIFIKAT KEAHLIAN
PENGAWAKAN SERTIFIKAT
PERWIRA

PENGAWASAN DIBIDANG PENGAWAKAN MELIPUTI :

1. Awak kapal;

2. Sertifikat kepelautan yang harus dimiliki oleh awak kapal;

3. Perlindungan hukum bagi awak kapal;

4. Kesehatan dan kesejahteraan awak kapal;


P
KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN E
N
E
G
SISTEM KESELAMATAN PELAYARAN

KESELAMATAN DAN KEAMANAN ANGKUTAN PERAIRAN


A
K
KELAIKLAUTAN KAPAL A
KESELAMATAN KAPAL N
KEADAAN KAPAL YG MEMENUHI PERSYARATAN MATERIAL, KONSTRUKSI, H
BANGUNAN, PERMESINAN DAN KELISTRIKAN, STABILITAS, TATA SUSUNAN U
SERTA PERLENGKAPAN TERMASUK RADIO & ELEKTRONIKA KAPAL, YG K
DIBUKTIKAN DENGAN SERTIFIKAT SETELAH DILAKUKAN PEMERIKSAAN &
U
PENGUJIAN
M
B
- PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT DARI KAPAL I
- PENGAWAKAN KAPAL D
- GARIS MUAT KAPAL & PEMUATAN A
- KESEJAHTERAAN AWAK KAPAL DAN KESEHATAN PENUMPANG N
G
- STATUS HUKUM KAPAL
- MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL & MANAJEMEN KEAMANAN KAPAL
P
- KENAVIGASIAN (PERAMBUAN/ SBNP, TELKOMP-PELAYARAN, HYDROGRAPFI & METEOROLOGI E
L
- ALUR DAN PERLINTASAN , PENGERUKAN DAN REKLAMASI A
- PEMANDUAN DAN PENUNDAAN KAPAL Y
- PENANGANAN KERANGKA KAPAL A
- SALVAGE DAN PEKERJAAN BAWAH AIR R
A
- KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELABUHAN N
- PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
PELAKSANAAN PENGAWASAN SECARA TERUS MENERUS
SEJAK KAPAL DIBANGUN, DIOPERASIKAN SAMPAI DENGAN DITUTUH

PERSETUJUAN/
PENGESAHAN PEMBANGUNAN SERTIFIKASI KAPAL DITUTUH
KAPAL DI & DOKUMEN PENGOPERASIA
GAMBAR RANCANG (TIDAK DIGUNAKAN
GALANGAN KAPAL N KAPAL
BANGUN LAGI)

SPB atau
PORT CLEARANCE

Pengawasan oleh Pemeriksaan &


Pemeriksaan lanjutan : Proses
Penerbitan Sertifikat &
Pengawasan oleh SYAHBANDAR / Penghapusan
Dokumen Kelaiklautan :
DITKAPPEL. KSOP / KUPP - Pemeriksaan Tahunan; Status Hukum
- Konstruksi, Permesinan
Penilikan gambar - Penilikan fisik dan Perlistrikan, Radio, - Pemeriksaan Besar; atau
rancang bangun dan kelengkapan Perlengkapan - Pemeriksaan Kerusakan; Kepemilikan
Kapal yang ber- alat keselamatan Keselamatan; - Pemeriksaan tambahan;
kaitan dengan aspek kapal; - Lambung Timbul, - Kondisi Kelaiklautan
keselamat-an dan - Pengujian stabilitas - Pengukuran dan Kapal.
penilikan kapal; Pendaftaran.
- Penilikan / pengu- - Pencemaran dan
perhitungan sta-
jian fungsi alat Manajemen Keselamatan
bilitas kapal.
keselamatan; Kapal;
- Kepelautan.
- Percobaan berlayar.
TAHAPAN PENGAWASAN KAPAL

KAPAL SEDANG DI BANGUN KAPAL SIAP DI OPERASIKAN KAPAL BERLAYAR/BEROPERASI

1.SIB PELABUHAN SEBELUMNYA DGN


1. PENELITIAN & 1.PENGUKURAN KAPAL & KELENGKAPAN SERTIFIKAT
PENGESAHAN GAMBAR PENERTIBAN SURAT UKUR

2. PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN BER
2. PERHITUNGAN & 2. PENDAFTARAN KAPAL KALA : MESIN,LAMBUNG TIMBUL,
PENENTUAN LAMBUNG 3. PENERTIBAN SURAT KEBANGSAAN KAPAL KONSTRUKSI PERLENGKAPAN KESE
LAMATAN PELAYARAN
4. PEMBERIAN CALL SIGN
3. PENGAWASAN 3. PENGAWASAN PENYUSUNAN MUAT-
PEMBANGUNAN KAPAL AN PENGAWASAN BARANG-BARANG
5.PEMASANGAN & PEMERIKSAAN BERBAHAYA
PERLENGKAPAN KAPAL
PERALATAN NAVIGASI 4. PENGAWASAN
PERALATAN KEBAKARAN PENGAWAKAN KAPAL
PERLENGKAPAN RADIO BUKU PELAUT
PERALATAN PENCEMARAN PERJANJIAN KERJA LAUT / PKL
PENYIJILAN
6. DIAWAKI DENGAN CUKUP & CAKAP
DILENGKAPI DGN DOK.PENGAWAKAN 5. PENGAWASAN PENCEMARAN
6. PROSES PENCEMARAN LAUT OLEH
7. DILENGKAPI SERTIFIKAT/DOKUMEN KAPAL
KPL SESUAI KETENTUAN BERLAKU

8.PEMERIKSAAN KPL AKAN BERLAYAR DGN 7. PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL


PENERTIBAN PORT CLEARANCE/ PEMBERI-
AN SIB (SURAT IZIN BERLAYAR)
SERTIFIKAT-SERTIFIKAT DAN SURAT-SURAT KAPAL BERKENAAN
DENGAN KELAIKLAUTAN KAPAL
1.1. SERT.KESEL.KONSTRUKSI
1.2 SERT.KESEL. PERLENGKAPAN
1. ASPEK KESELAMATAN 1.3. SERT.KESEL. RADIO
1.4. SERT. GARIS MUAT
1.5 SERT. FITNESS (KELAYAKAN)

2.1. SERT.SNPP IOPP (PENC.PENCEM)


2. ASPEK PENC.PENCEMARAN 2.2 SERT.NLS (CAIRAN MERUSAK)
2.3. SERT.CLC (JAMINAN GANTI RUGI)

KELAIK 3.1. SERT.SAFE MANNING


LAUTAN 3. ASPEK PENGAWAKAN 3.2 SERT. KEAHLIAN PELAUT (COC)
KAPAL 3.3 SERT.KETRAMPILAN PELAUT (COP)
3.4 SERTIFIKAT PENGUKUHAN (COE)
3.5. BUKU PELAUT
4. ASPEK STATUS HKM KAPAL 4.1. SURAT UKUR
4.2 SURAT TANDA KEBANGSAAN

5. ASPEK KLASIFIKASI 5.1. SERT. LAMBUNG


5.2 SERT. MESIN

6. ASPEK MANAJEMEN KESELAMATAN 6.1. DOCUMENT OF COMPLIANCE (DOC)


6.2 SERT.MANAJEMEN KESELAMATAN KAPAL (SMC)

7.1. SEEET. KEAMANAN PELABUHAN (SOCPF )


7. ASPEK MANAJEMEN KEAMANAN
7.2 SERT. KEAMANAN KAPAL (ISSC)

CATATAN :
1.KELENGKAPAN SERTIFIKAT-SERTIFIKAT DAN SURAT-SURAT KAPAL DI ATAS JUGA LAZIM BERLAKU SECARA INTERNASIONAL.
2.PADA KAPAL PENUMPANG, SERTIFIKAT NO.11,12,13 DAN 14 DI GABUNG MENJADI SATU SERTIFIKAT, YAITU SERTIFIKAT KESELAMATAN KAPAL PENUMPANG.
3.SERTIFIKAT LAMBUNG DAN SERTIFIKAT MESIN (ASPEK KLASIFIKASI) HANYA UNTUK KAPAL YANG DI KLASKAN, MISALNYA
DI KLASKAN PADABIRO KLASIFIKASI INDONESIA ( BKI)
STANDAR PENGAWASAN KESELAMATAN
PELAYARAN

Fungsi SYAHBANDAR
Sesuai dengan UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran
(Pasal 207)
1. Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan
keamanan pelayaran yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan
dan penegakan hukum di bidang angkutan perairan, kepelabuhanan,
dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan.
2. Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan
(Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta
kesyahbandaran.
Tugas SYAHBANDAR
Sesuai dengan UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran (Pasal
208)
a. Mengawasi Kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan
ketertiban di pelabuhan;
b. Mengawasi tertib lalulintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-
pelayaran;
c. Mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan;
d. Mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air;
e. Mengawasi kegiatan penundaan kapal;
f. Mengawasi pemanduan;
g. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
Tugas Syahbandar….( Lanjutan )

h. Mengawasi pengisian bahan bakar;


i. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi
penumpang;
j. Mengawasi pengerukan dan reklamasi;
k. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan;
l. Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;
m. Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman
kebakaran di pelabuhan; dan
n. Mengawasi pelaksanaan perlindungan maritim.
Kewenangan SYAHBANDAR
Sesuai dengan UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran
(Pasal 209)

a. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta


kapal;
b. Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan;
c. Melakukan pemeriksaan kapal;
d. Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar;
e. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal;
f. Menahan kapal atas perintah pengadilan;dan
g. Melaksanakan Sijil Awak Kapal.
h. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di
pelabuhan;
FLOWCHART PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR (SPB)
(Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 82 Tahun 2014)
PM 82 Tahun 2014 Pasal 8
Surat Permohonan 1 Mengajukan Permohonan secara tertulis kepada
Syahbandar
2. Permohonan dilengkapi dengan :
a. Surat Pernyataan dari Nakhoda
b. Bukti pemenuhan keewajiban lainnya
c. Untuk kapal perikanan wajib melengkapi SLO

Belum terpenuhi
PM 82 Tahun 2014 Pasal 8
Surat Pemberitahuan Kelengkapan a. Syahbandar melalkukan pemeriksaan kelengkapan
kekurangan persyaratan Penerbitan Surat dan validas dari surat dan dokumen kapal
administratif Persetujuan b. Adanya laporan tidak memenuhi keselamatan dan
Berlayar keamanan kapal maka Syahbandar berhak
memeriksa
Terpenuhi

Belum terpenuhi
Surat Pemberitahuan

Terpenuhi
Kapal berlayar
Terbitkan SPB
Kapal tidak berlayar

Syahbandar Syahbandar Syahabandar


Penundaan SPB Pembebasan SPB Pencabutan SPB

Kondisi : Kondisi :
Kondisi :  Kapal berlayar dalam batas pelabuhan  Kapal tdk berlayar meninggalkan pelabuhan >
 Cuaca buruk Kapal yg untuk sementara berlayar keluar 24 jam dr batas waktu tolak yg tlh ditentukan
 .tidak memenuhi kelaiklautan dan pelabuhan dgn tujuan memberikan Kapal melakukan kegiatan di pelabuhan yg
keselamatan kapal pertolongan kpd kapal yg dlm bahaya mengganggu kelancaran lalin kapal,
Kapal yg menyinggahi pelabuhan krn membahayakan keselamatan & keamanan
keadaan darurat pelayaran serta perlindungan lingkungan maritime
Kapal yg melakukan percobaan berlayar Perintah tertulis dari Pengadilan Negeri
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

• Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

 Dokumen Negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar


kepada setiap kapal yang akan berlayar.
 Merupakan bukti bahwa kapal telah memenuhi
persyaratan kelaiklautan untuk berlayar.
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

Pasal 213 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Kapal memasuki pelabuhan)

Setiap kapal yang memasuki pelabuhan wajib menyerahkan surat


dokumen, dan warta kapal kepada Syahbandar untuk dilakukan
pemeriksaan dan disimpan, serta disarahkan kembali bersamaan
dengan diterbitkannya Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
Surat dan Dokumen kapal antara lain Surat Ukur, Surat Tanda
Kebangsaan Kapal, Sertifikat Keselamatan, Sertifikat Garis Muat,
Sertifikat Pengawakan Kapal Kapal, dan Dokumen Muatan (B/L atau
konosemen dan Manifest)
Warta kapal adalah informasi tentang kondisi umum kapal dan
muatannya pada saat memasuki pelabuhan
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

Pasal 138 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan)

Sebelum kapal berlayar, Nakhoda wajib :


a.Memastikan bahwa kapalnya telah memenuhi
persyaratan kelaiklautan dan
b.Melaporkan hal tersebut kepada Syahbandar
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

Pasal 218 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Sewaktu Kapal Di Pelabuhan)

“Dalam keadaan tertentu, Syahbandar berwenang


melakukan pemeriksaan kelaiklautan kapal dan
keamanan kapal di Pelabuhan”

Dalam keadaan tertentu artinya Apabila Syahbandar


mendapat laporan adanya indikasi bahwa kapal tidak
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan
keamanan kapal
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

Pasal 219 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Kapal meninggalkan pelabuhan)

1.Setiap Kapal yang Berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan


Berlayar yang dikeluarkan oleh Syahbandar.
2.Surat Persetujuan Berlayar (SPB) secara Internasional disebut
Port Clearance
3.Surat Persetujuan Berlayar (SPB) hanya dapat diterbitkan
setelah dipenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal dan
kewajiban lainnya
4.Pemenuhan Persyaratan kelaiklautan kapal, dibuktikan dengan
sertifikat dan surat-surat kapal
LATARBELAKANG SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR
(SPB) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PELAYARAN

Pasal 219 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Penundaan keberangkatan kapal)

Syahbandar dapat menunda keberangkatan kapal karena


:
a.tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan dan
b.pertimbangan cuaca
SPB TIDAK DIBERIKAN APABILA MELANGGAR
(Psl 219 ayat 3 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran)
NO PASAL KETERANGAN

1 Pasal 44 pengangkutan Barang berbahaya tidak dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan

2 Pasal 117 ayat (2) Kelaiklautan kapal tidak dipenuhi sesuai daerah pelayaran

3 Pasal 125 ayat (2) Bangunan kapal tidak sesuai dengan gambar rancang bangun dan data yang telah
disyahkan menteri
4 Pasal 130 ayat (1) perawatan kapal tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh sertifikat

5 Pasal 134 ayat (1) kapal tidak memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran

6 Pasal 135 awak kapal tidak memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai
ketentuan nasional & internasional
7 Pasal 149 ayat (2) Tata cara penanganan, penempatan dan pemuatan barang peti kemas serta
pengaturan balast tidak sesuai persyaratan keselamatan
8 Pasal 169 ayat (1) pengoperasian kapal tidak memenuhi ISM Code

9 Pasal 213 ayat (2 pda saat masuk pelabuhan tidak menyerahkan surat, dokumen dan warta kapal
kepada Syahbandar (Surat Ukur, Sert Keselamatan, Sert Garis Muat, Sert.
Pencemaran dan Dokumen Muatan
10 Pasal 215 Tidak mematuhi peraturan dan melaksanakan petunjuk serta perintah Syahbandar
pada saat memasuki, selama dipelabuhan dan saat meninggalkan pelabuhan
Kelancaran lalu lintas kapal serta kegiatan di pelabuhan. Memerintahkan
perpindahan kapal menentukan tempat labuh jangkar
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82 TAHUN
2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar
Pasal 2
(kewajiban kapal memiliki SPB)

1.Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki SPB yang diterbitkan oleh :
a.Syahbandar; atau
b.Syahbandar di Pelabuhan Perikanan
2. Untuk mendapatkan SPB, setiap kapal harus memenuhi persyaratan
a.Persyaratan kelaiklautan
b.Kewajiban lainnya

3. Untuk kapal perikanan, SPB diterbitkan oleh Syahbandar di Pelabuhan


Perikanan
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar

Pasal 3
(Pengecualian SPB)

KEWAJIBAN SPB DIKECUALIKAN BAGI :


a.Kapal perang
b.Kapal negara/ kapal pemerintah selama tidak dipergunakan
untuk kegiatan niaga
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar
Pasal 4
(Syahbandar yang berwenang menerbitkan SPB)

1. SYAHBANDAR ADALAH ;
Kepala Kantor Kesyahbandar Utama;
Kepala Kantor Pelabuhan Batam
a.Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan dan/atau
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
2. Syahbandar di pelabuhan perikanan adalah pejabat/ petugas
yang ditunjuk untuk menangani kesyahbandaran di pelabuhan
perikanan yang diangkat oleh Menteri
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Perstujuan Berlayar
Pasal 5
(Masa berlaku SPB)

SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR BERLAKU 24


JAM DARI WAKTU DITERBITKANNYA DAN
HANYA DAPAT DIPERGUNAKAN UNTUK 1
(SATU) KALI PELAYARAN
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar
Pasal 6
(Penunjukan penerbit SPB)

SYAHBANDAR DALAM MENERBITKAN SPB DAPAT


MENUNJUK PEJABAT DAN/ATAU PETUGAS YANG
MEMILIKI KOMPETENSI DI BIDANG
KESYAHBANDARAN
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar
Pasal 7
(penerbitan SPB di luar pelabuhan perikanan/ belum ada Syahbandar
Perikanan)

DALAM HAL KAPAL PERIKANAN BERLAYAR DARI


PELABUHAN YANG LOKASINYA DILUAR PELABUHAN
PERIKANAN ATAU BELUM ADA SYAHBANDAR DI
PELABUHAN PERIKANAN, SPB DITERBITKAN OLEH
SYAHBANDAR SETEMPAT SETELAH MENDAPATKAN
SURAT LAIK OPERASI
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar
Pasal 8
(penerbitan SPB di luar pelabuhan perikanan/ belum ada Syahbandar Perikanan)

(1)Untuk memperoleh SPB, pemilik atau operator kapal mengajukan


permohonan secara tertulis kepada Syahbandar dengan menggunakan
format 1
Permohonan dilengkapi dengan :
- Surat penyataan Nakhoda (format 2)
- Bukti-bukti pemenuhan kewajiban lainnya sesuai dengan
peruntukannya (format 3)
- Untuk kapal perikanan wajib dilengkapi Surat Laik operasi dari
pengawas perikanan
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar
Pasal 11
(Pencabutan SPB)

Pencabutan dapat dilakukan oleh Syahbandar dalam hal :


- Kapal tidak berlayar meninggalkan pelabuhan melebihi 24
Jam
- Perintah tertulis dari pengadilan

Pencabutan SPB dilakukan dengan format contoh 6


Permenhub Nomor : PM 82 Tahun 2014
PENERBITAN SPB
BERDASARKAN PERMENHUB NO PM.82
TAHUN 2014 Tentang Tata cara Penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar

Pasal 12
(Pembebasan SPB)

Pembebasan SPB berlaku bagi kapal :


a.Kapal yang untuk sementara berlayar keluar dari
pelabuhan untuk melakukan SAR
b.Kapal yang menyinggahi pelabuhan karena keadaan
darurat
SANKSI PIDANA……

Pasal 302 UU No. 17 Thn 2008 Tentang


Pelayaran

Ayat 1
Nakhoda yang melayarkan kapalnyan sedang
yang bersangkutan mengetahui bahwa kapal
tersebut tidak laik laut di pidana paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
400.000.000,00
SANKSI PIDANA……

Pasal 312 UU No. 17 Thn 2008 Tentang


Pelayaran

Setiap orang yang mempekerjakan seseorang di kapal


dalam jabatan apapun tanpa disijil dan tanpa memiliki
kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut yang
dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
SANKSI PIDANA……

Pasal 323 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran


(Berlayar tanpa SPB)

Nakhoda yang berlayar tanpa memiliki Surat Persetujuan


Berlayar yang dikeluarkan oleh Syahbandar ....... dipidana
5 (lima ) tahun dan denda paling banyak Rp.
600.000.000,00”
SANKSI PIDANA……
Pasal 336 UU No. 17 Thn 2008 Tentang Pelayaran

Ayat 1
Setiap pejabat yang melanggar suatu kewajiban khusus dari
jabatannya atau pada waktu melakukan tindak pidana
menggunakan kekuasaan, kesempatan, atau sarana yang
diberikan kepadanya karena jabatan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00

Ayat 2
Selain pidana pelaku dapat di pidana tambahan berupa
pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

You might also like