You are on page 1of 16

AKAD

MUDHARABAH Oleh:
20020004 - Niyan Sari Pratama
21020102 - Sabila Prisma Sari
22120072 - Jenita Ika Rosana
AKAD MUDHARABAH
Pengertian Akad Mudharabah

Jenis Akad Mudharabah

Dasar Syariah.

Prinsip Pembagian Hasil Usaha

Perlakuan Akuntansi (PSAK 105)


AKAD MUDHARABAH
• Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana, dana sepenuhnya
berasal dari pemilik dana sedangkan pengelola dan berkontribusi dalam kerja. Apabila terjadi keuntungan
akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati atas dasar realisasi keuntungan, sementara jika terjadi kerugian
yang tidak diakibatkan oleh kelalaian pengelola dana akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik dana,
sementara pengelola dana akan menanggung risiko nonfinansial.
JENIS AKAD MUDHARABAH
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu :

1. Mudharabah muthlaqah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal
atau dananya dalam kerjasama investasi.
DASAR SYARIAH
• Sumber Hukum Akad Mudharabah

Menurut ljmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh).


1. Al-Quran

"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah
SWT (QS 62:10)
.. Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...." (QS 2:283)
2. As-Sunah

Dari Shalih bin Suaib r. a bahwa Rasulullah SAW bersabda, "tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual." (HR Ibnu Majah)

"Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada
pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menanggung risikonya.
Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Rasulullah SAW. beliau membenarkannya." (HR
Thabrani dari Ibnu Abbas)
Rukun dan Ketentuan Syariah Akad
Mudharabah
Rukun mudharabah ada empat, yaitu:

1. Pelaku, terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana


2. Objek Mudharabah, berupa: modal dan kerja
3. Ijab Kabul/Serah Terima
4. Nisbah Keuntungan
Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.
1. Pelaku
a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama muslim atau dengan nonmuslim.
c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah.

a) Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa pun
padahal pengelola dana harus bekerja
3) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka
dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
5) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi
pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak
dilarang secara syariah.
b. Kerja
1) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, Kerja management
skill, dan lain-lain.
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.
3) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
4) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
5) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak
mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara
verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah Keuntungan
a) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola
dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua inilah yang akan mencegah
terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai nominal tertentu
karena dapat menimbulkan riba.
Berakhirnya Akad Mudharabah
Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk
menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad
mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut. (Sabbiq, 2008)

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang
telah ditentukan.
2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan
sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad
baik dan hati-hati.
5. Modal sudah tidak ada.
PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA (PSAK 105 PAR 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya
keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya,
akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun
1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi di antara pemilik dana dan pengelola dana,
tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan
berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
• Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad
harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
• Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan Rp 1.000.000
HPP (Rp 650.000)
Laba Kotor Rp 350.000
Biaya-biaya (Rp 250.000)
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana: pengelola dana = 30:70

Pemilik dana dana : 30% x Rp100.000 = Rp 30.000

Pengelola dana :70% x Rp100.000 = Rp 70.000

dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yatu laba kotor dikurangi yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan
usaha dengan nisbah pemilik dana: pengelola dana = 10.90
Bank syariah : 10% x Rp350.000 = Rp 35.000
Pengelola : 90% x Rp350.000 = Rp315.000
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui +lam periode. terjadinya hak bagi hasil
sesuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par 20).

You might also like