You are on page 1of 21

NS. IKA PERMANASARI, M.

KEP
Anticipatory guidance (Bimbingan
Antisipasi) adalah bantuan perawat
terhadap orang tua dalam
mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan melalui upaya pertahanan
nutrisi yang adekuat, pencegahan
kecelakaan, dan supervisi kesehatan
(Marlow, 1988)
Anak-anak usia toddler memiliki
karakteristik yang khas yang memerlukan
kecermatan dari orang tuanya
Mencegah terjadinya kecelakaan
Anticipatory guidance sama pentingnya
seperti toilet training  perawat harus
memahami agar dapat membantu anak
dalam proses tumbuh kembang
Anticipatory guidance (Bimbingan Antisipasi)
adalah bantuan perawat terhadap orang tua dalam
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat,
pencegahan kecelakaan, dan supervisi kesehatan
(Marlow, 1988)
Anak-anak usia toddler memiliki karakteristik
yang khas yang memerlukan kecermatan dari
orang tuanya Mencegah terjadinya kecelakaan
Anticipatory guidance sama pentingnya seperti
toilet training  perawat harus memahami agar
dapat membantu anak dalam proses tumbuh
kembang
Pendahuluan
• Tugas perawat salah satunya bertanggungjawab
untuk membantu orang tua memahami tumbuh
kembang anak
• Melakukan berbagai upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
anak
• Bimbingan antisipasi / antipatory guidance
adalah bantuan perawat terhadap orang tua
dalam mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi
yang adekuat, pencegahan kecelakaan dan
supervisi kesehatan
Pendahuluan
• Kecelakaan pada usia todler sering fatal 
kematian
• Memahami pentingnya bimbingan antisipasi
sangat dierlukan perawat anak
• Penting jua bagi orang tua : beri pengertian
tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak,
demikian juga anak diberi pemahamam tentang
cara melindungi diri dari kecelakaan
• Gunakan dengan bahasa yang sederhana dan
dapat dimengerti anak
Kecenderungan kecelakaan pada anak todler
• Latar belakang :
– Anak usia todler sedang mengembangkan keterampilan
motorik kasar, bergerak terus, lari naik turun tangga,
panjat pagar, naik sepeda
– Anak usia todler alami peningkatan kemampuan motorik
halus, misal melempar benda kecil, membuka/ menutup
botol, memegang sesuatu, membuka/menutp almari 
kadang mereka tidak sadar saat mengeksplorasi benda
disekelilingnya
Kecenderungan kecelakaan pada anak todler.. lanj

• Latar belakang :
– Anak todler punya rasa ingin tahu yang besar
– Anak laki-laki lebih beresiko mengalami
kecelakaan
– Anak tidak dijaga saat main
– Resiko kecelakaan meningkat saat anak lapar atau
lelah
– Anak merasa asing dilingkungan yang baru
– Anak belum tahu/ berpengalaman dalam
melindungi diri
Kecenderungan kecelakaan pada anak todler.. lanj
• Latar belakang :
– Anak todler punya rasa ingin tahu yang besar
– Anak laki-laki lebih beresiko mengalami
kecelakaan
– Anak tidak dijaga saat main
– Resiko kecelakaan meningkat saat anak lapar
atau lelah
– Anak merasa asing dilingkungan yang baru
– Anak belum tahu/ berpengalaman dalam
melindungi diri
Kecenderungan kecelakaan pada anak todler.. lanj

• Latar belakang :
– Anak todler punya rasa ingin tahu yang besar
– Anak laki-laki lebih beresiko mengalami kecelakaan
– Anak tidak dijaga saat main
– Resiko kecelakaan meningkat saat anak lapar atau lelah
– Anak merasa asing dilingkungan yang baru
– Anak belum tahu/ berpengalaman dalam melindungi diri
 penyebab / type cedera sangat tergantung pada tahap
tumbuh kembang anak
Upaya pencegahan terhadap kecelakaan di
rumah
• Bahaya umum yang terjadi pada anak :
– Lantai rumah licin dan basah  saat di pel
– Tangga rumah yang tidak ada pegangannya
– Alat makan/minum yang mudah pecah
– Penyimpanan obat / zat berbahaya yang terbuka /
tidak ada pengamannya
– Sumur yang terbuka
– Parit
– Rumah dekat jalan raya/tidak ada pagar
– Kompor/alat masak yang mudah dijangkau anak
– Kabel listrik berantakan
– Stop kontak yang tidak tertutup
Upaya yang dilakukan
• Amankan benda-benda tajam
• Amankan benda-benda kecil, manik-manik, jarum
• Amankan zat berbahaya, obat-obatan, pestisida
• Amankan kompor
• Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
• Sekring listrik tertutup
• Tutup parit jika memungkinkan
• Beri pagar rumah jika rumah dekat jalan raya
• Bayi ditidurkan di bed/tempat tidur yang ada
pengamannya
 Merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan B A K dan B A
B
 Dapat dilakukan dapa fase kehidupan anak yaitu
umur 18 bulan – 2 tahun
 Persiapan yang dibutuhkan ;
 Fisik
 Psikologis
 intelektual
 Fungsi dari toilet training adalah :
 Melatih dalam mengontrol BAB dan BAK
 Pendidikan seks terjadi pengaturan impuls dan instink
anak dalam BAB dan BAK
Toilet training secara umum dapat
dilaksanakan pada setiap anak yang sudah
mulai memasuki fase kemandirian
Keberhasilan dari toilet training tergantung
dari :
Kesiapan fisik
Kesiapan psikologis
Kesiapan intelektual
Teknik Lisan
Dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan kata-
kata sebelum atau sesudah BAK/BAB
Teknik modelling
Cara yang dapat digunakan :
Memberi contoh BAB/BAK yang benar
Membiasakan BAB/BAK yang benar
Gunakan pot kecil yang bisa diduduki anak
Observasi waktu saat anak BAB/BAK, ajak anak ke kamar mandi
Berikan pujian jika anak berhasil
Biasakan ajak ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana
yang mudah dilepas dan dikembalikan
Latihan untuk ,erangsang mengejan dapat dilakukan 5 – 10 menit
Pengkajian Masalah Toilet Training
Pengkajian Fisik
 Kemampuan motorik kasar
 Kemampuan motorik halus
 Pola BAB/BAK yang sudah teratur
 Riwayat enuresis
Pengkajian Psikologis
 Gambaran psikologis ketika anak akan melakukan
BAB/BAK
Pengkajian Intelektual
 Kemampuan anak untuk mengerti BAB/BAK
 Kemampuan mengkomunikasikan
 Kemampuan kognitif
Tanda Kesiapan Anak Mampu Mengontrol
Rasa Ingin Berkemih & Defekasi

Kesiapan Fisik
Usia mencapai 18 – 24 bulan
Dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam
Ada gerakan usus yang reguler
Kemampuan motorik kasar ( duduk, berjalan)
Kemampuan motorik halus (membuka baju)
Kesiapan Mental
Mengenal rasa yang datang tiba-tiba untuk berkemih dan
defekasi
Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin
berkemih dan defekasi
Keterampilan kognitif untuk menikuti perintah dan meniru
perilaku orang lain
Kesiapan Psikologis
Dapat duduk atau jongkok di toilet selama 5 – 10 menit tanpa berdiri
dulu
Mempunyai rasa penasaran atau rasa ingin tahu terhadap kebiasaan
orang dewasa dalam buang air
Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat di
celana dan ingin segera diganti
Kesiapan Orang tua
Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan defekasi
Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk latihan
berkemih dan defekasi pada anaknya
Tidak mengalami konflik atau stress keluarga yang berarti, misal :
perceraian
(Wong, 1997)
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Selama
Toilet Training

Hindari Pemakaian popok sekali pakai


Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas
Mendorong anak melakukan rutinitas ke KM
Jangan marah bila anak gagal dalam
melakukan toilet training
Dampak Toilet Training
Dampak umum dari kegagalan toilet training
 mengganggu kepribadian anak atau
cenderung bersifat retentif  anak bersikap
keras kepala, kikir
Jika orang tua santai dalam memberikan
aturan  Kepribadian ekspresif, ceroboh,
suka membuat gara-gara. Emosional,
seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-
hari
Ma’kaciiiiiih ya….

Udah pada belajal cupaya aku


Tetap sehat dan celia…..

You might also like