You are on page 1of 22

Multi Drug

Resistance
Tuberculosis

Mata Kuliah
Current Issue Epidemiologi

About Us
Irfan Priyana
184101056 / Epidemiologi

Dica Puspita Khairatun Hisan


184101057 / Kesehatan Lingkungan

M Gofar Al-Ayubi
184101060 / Epidemiologi
LATAR BELAKANG

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman tuberculosis, M. africanum. Bovis, M. leprae yang juga dikenal
sebagai bakteri tahan asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium
selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran pernapasan yang dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium
Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TB (Marlinae L at.all 2019).
MENURUT WHO PADA TAHUN 2019
• 10 juta orang di dunia menderita TBC tertinggi di dunia dengan orang
yang jatuh sakit akibat TBC mencapai 465.000 dengan angka
kematian sebanyak 1.400.000 atau setara dengan 4000 nyawa
setiap hari.

• Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia sebanyak


344.992 kasus pada tahun 2020 dengan angka 13.947
kematian tuberculosis (TB) pada tahun 2020 (data per 16
April 2021)
Definisi dan
sifat bakteri Secara umum sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis, yaitu sebagai
berikut :

1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6


mikron.
DEFINISI
2. Tahan asam.

3. Memerlukan media khusus untuk biakan.


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular 4. Tahan terhadap suhu rendah antara 4°C sampai -70°C.
langsung yang disebabkan oleh bakteri TB 5. Bakteri sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar

yaitu Mycobacterium tuberculosis ultra violet.


6. Bakteri dapat bersifat dorman.
(Kemenkes,2015).
Definisi Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO)

Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) merupakan terjadinya resistansi


terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis, dimana bakteri tersebut
kebal atau tidak dapat dibunuh dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang sudah digunakan sebelumnya, sehingga harus diobati oleh obat
lain yaitu Obat Anti TB RO (Seccond Line Drug).
Gejala TB RO sama dengan gejala TB pada
umumnya, yaitu :
Gejala Klinis
Tuberkulosis 1. Berat badan turun atau tidak naik dalam

Resistan Obat 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal

(TB RO) tumbuh (failure to thrive).

2. Demam ≥ 2minggu.

3. Batuk ≥ 2 minggu.

4. Lesu atau malaise.


Golongan dan Jenis Obat

Pyrazinamide (Z)
Isonazid (H)
Gol-1 Obat Lini Pertama Rifampicin (R)
Ethambutol (E)
Streptomycin (S)

Gol-2 Obat Suntik/Suntikan Lini Amikacin (Am)


Kanamycin (Km)
Kedua Capreomycin (Cm)

Ofloxacin (Ofx)
Gol-3 Golongan Floroquinolone Moxifloxacin (Mfx)
Levofloxacin (Lfx)

Ethionamide (Eto)
Gol-4 Obat Bakteriostatik Lini Para amino salisilat (PAS)
Prothionamide (Pto)
Kedua Terizidone (Trd)
Cycloserine (Cs)

Gol-5 Obat Yang Belum Terbukti Clofazimine (Cfz) Thioacetazone (Thz)


Efikasinya dan Tidak Linezolid (Lzd) Clarithromycin (Clr)
Direkomendasikan WHO Amoxilin-Clavulanate (Amx-Clv) Imipenem (Ipm)
Kategori Resistensi Terhadap OAT
Terdapat 6 kategori resistensi terhadap obat TB yaitu :

1. Monoresistansi, yaitu resistansi terhadap salah satu OAT lini pertama.

2. Poliresistansi, yaitu resistansi terhadap lebih dari satu OAT lini pertama selain dari kombinasi obat isoniazid dan rifampisin (HR).

3. Multidrug Resistance (MDR), yaitu resistansi terhadap isoniazid dan rifampisin (HR) dengan atau tanpa OAT lini pertama yang
lain.

4. Pre-XDR, yaitu TB MDR yang disertai resistansi terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon atau salah satu dari OAT
injeksi lini kedua.

5. Extensively Drug Resistance (XDR), yaitu TB MDR disertai resistansi terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon dan
salah satu dari OAT injeksi lini kedua.

6. TB Resistan Rifampisin (TB RR), yaitu Resistan terhadap rifampisin (dalam bentuk monoresistan, poliresistan, TB MDR, TB
XDR) yang terdeteksi menggunakan metode fenotipik ataupun genotipik, dengan atau tanpa resistansi terhadap obat
antituberkulosis lain.
Faktor Yang
Menyebabkan TB RO

Resistansi OAT dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Petugas Kesehatan, meliputi : diagnosis tidak tepat, pengobatan tidak tepat, selain itu, dosis, jenis,
jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak memenuhi syarat.

2. Pasien, meliputi : tidak teratur menelan paduan OAT dan menghentikan pengobatan secara sepihak
sebelum waktunya, selain itu di jarang kasus pasien memiliki gangguan penyerapan obat.

3. Program Pengendalian TB, meliputi : persediaan OAT yang kurang dan kualitas OAT yang disediakan
1. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM), merupakan tes amplifikasi asam
nukleat secara otomatis untuk deteksi bakteri M. tuberculosis complex dan
gen resistansi terhadap rifampisin. Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam
waktu kurang lebih 2 jam.

2. Pemeriksaan Mikroskopis, merupakan pemeriksaan mikroskopis BTA Penegakkan


dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Diagnosis
3. Pemeriksaan Biakan, bertujuan untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi
bakteri MTb menggunakan media media padat (Lowenstein Jensen / LJ) atau
TB RO
media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube / MGIT).

4. Pemeriksaan Uji Kepekaan secara Fenotipik, bertujuan untuk mengetahui


adanya resistansi bakteri Mtb terhadap OAT.

5. Pemeriksaan LPA Lini Dua, merupakan salah satu uji kepekaan dengan
metode genotipik.
Situasi
TB 01
Global
Jumlah kasus baru di dunia pada tahun 2019 mencapai 10 juta kasus.

Antara 2015 dan 2019, penurunan kumulatif kasus TB hanya sebesar


02 9% yaitu dari 142 menjadi 130 kasus baru per 100.000 penduduk,
termasuk pengurangan 2,3% antara 2018 dan 2019.
Nasional
Pada tahun 2019 Terdapat total kasus TBC mencapai 845,000 kasus,
dan hanya 67% yang melakukan pengobatan. Dari jumlah kasus
tersebut, diperkirakan 24,000 kasus merupakan kasus pasien TBC
Resistan Obat (TBC RO) dengan tingkat mulai pengobatan
(enrollment rate) sebesar 48% atau 5,531 pasien dari 11,463 yang
terkonfirmasi TBC RO.
Situasi TB
Angka insiden tuberkulosis Indonesia pada tahun 2019 sebesar 312 per 100.000 penduduk dan angka
kematian penderita tuberkulosis sebesar 40 per 100.000 penduduk. (Global Tuberculosis Report WHO,
2020). Hal ini menunjukan penurunan dari tahun sebelumnya dimana angka insiden tuberkulosis pada
tahun 2018 sebesar 316 per 100.000 penduduk. (Global Tuberculosis Report WHO, 2019).
Kasus TB Januari-Juli tahun 2019-2020
Sumber : SITB per 16 Juli 2020
Capaian Data Kasus TB RO TW 1-2 2019 vs TW 1-2 2020
Sumber : SITB per 16 Juli 2020
01 02 03 04
Petugas Fasilitas Program
Kesehatan Pasien Kesehatan OAT
-------------- -------------- -------------- --------------
Diagnosis; pemberian Sifat; kebiasaan Fas.
dosis, jenis, jumlah merokok; keuangan; Pel.pengobatan; pel. Obat kedaluarsa dll.
obat dan jangka waktu efek obat; rujukan kasus TB
pengobatan; startegi pengetahuan RO belum tersedia /
penyuluhan; peran belum merata; tidak
PMO (DOTS) dg baik

FAKTOR
RISIKO
Strategi
Pemerintah

2021

Penguatan Peningkatan Pengendalian Peningkatan Peningkatan Penguatan


kepemimpina akses layanan faktor risiko kemitraan TB kemandirian manajemen
n program TB yang melalui Forum masyarakat dalam program (health
TB di bermutu Koordinasi TB penanggulangan system
kabupaten/ko TB strenghtening)
ta
Upaya Kondisi Pandemi juga mengantarkan Pemerintah untuk memperbaharui
mekanisme pengobatan TB RO.
Pemerintah
Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran No.
HK.01.02./III/9753/2020 tentang Paduan Pengobatan Pasien TB RO di
Indonesia.

Penatalaksanaan pasien TB RO yang lebih rinci dituangkan dalam Petunjuk


Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat. Petunjuk
Teknis tersebut dibuat untuk menjadi pedoman dalam melakukan tatalaksana
pasien TB RO agar sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan.

Selain acara skrining dan kampanye TB, Kementrian Kesehatan juga


melaksanakan Evaluasi Kebijakan New Normal Life pada pasien TB dan
Kegiatan Penemuan Kasus dan Investigasi Kontak Selama Pandemi covid-19
2
Solusi
1
3 4

1 Promosi.
Kampanye nasional, Materi KIE TB RO, Pelibatan
tokoh masyarakat, tokoh agama, dan influencer
2 Pengendalian Faktor Risiko media sosial untuk menyebarkan materi komunikasi,
Peningkatan derajat kesehatan perseorangan; informasi, dan edukasi mengenai TB RO.
Intervensi perubahan perilaku masyarakat;
Peningkatan kualitas tempat tinggal pasien;
Pemenuhan dan penjaminan mutu obat yang
digunakan untuk pengobatan TB RO.
Penyediaan layanan atau aplikasi yang bermutu 3
Pengobatan
dalam penatalaksanaan TB RO; Optimalisasi jejaring Membuat alur rujukan pasien TB RO; Membuat alur
layanan TB RO di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pengiriman sampel; Optimalisasi data.
milik pemerintah dan swasta, sebagai upaya untuk
memudahkan pelaporan penemuan pasien TB RO di
setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Any question ?
Thank you

You might also like