Professional Documents
Culture Documents
Gejala Organik:
respiratorik,
organik lain (tb
ekstraparu)
Gejala Sistemik
TCM (Xpert MTB Rif)
Definisi Pasien TB
TB terkonfirmasi bakteriologis TB Klinis
Kasus baru TB
Tuberkulosis paru : Kasus kambuh
Milier TB TB paru, pasien TB Kasus gagal
paru + ekstra paru Kasus putus berobat (lost to follow-up)
diklasifikasikan sebagai pasien TB Hasil akhir pengobatan sebelumnya
paru. tidak diketahui.
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
Tuberkulosis ekstraparu
Klasifikasi TB
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji Berdasarkan status HIV
kepekaan obat :
Mono resistan (TB MR) Pasien TB dengan HIV positif
(pasien ko-infeksi TB/HIV)
Poli resistan (TB PR)
Pasien TB dengan HIV negatif
Multi drug resistan (TB MDR)
Pasien TB dengan status HIV tidak
Extensive drug resistan (TB
diketahui
XDR)
Resistan Rifampisin (TB RR)
Suspek TB MDR / TB Kebal Obat
(TB ROG – Resistan Obat Ganda)
Kontak erat
TB HIV
PENGOBATAN TB
Tujuan pengobatan
Menyembuhkan penderita TB
Mencegah kematian akibat TB dan komplikasinya
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan
Mencegah terjadinya resistensi obat
Prinsip pengobatan TB
TB sensitif obat:
Kategori I : 2 HRZE / 4 (HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR) ( 6 bulan )
Kategori II : 2 HRZES / HRZE / 5 (HRE)3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E ( 8 bulan )
Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR
HASIL PENGOBATAN
Hasil pengobatan pasien TB
TB Resistan Obat - TB-RO
DEFINISI
Tuberkulosis Resisten Rifampisin (TB RR) adalah TB yang resisten rifampisin dengan atau
tanpa resisten terhadap OAT lain yang terdeteksi dengan menggunakan tes cepat atau metode
konvensional
Multi drug resistant Tuberculosis (TB MDR) adalah TB yang paling setidaknya resisten
terhadap Rifampicin (R) DAN Isoniazid (H) secara bersamaan
Extensive drug resistant Tuberculosis (TB XDR) adalah TB MDR yg juga resisten terhadap
golongan floroquinolon DAN minimal salah satu OAT lini 2 suntik (kanamisin, capreomisin,
dan amikasin)
Kriteria pasien TB RO yang bisa mendapatkan paduan ini ialah sebagai berikut:
Tidak resistan terhadap fluorokuinolon
Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif terhadap OAT pada paduan jangka pendek (kecuali resistan INH
dengan mutasi inhA atau katG). Pasien resistan INH dengan mutasi pada inhA dan katG berdasarkan hasil
pemeriksaan LPA lini pertama* tidak bisa mendapatkan paduan jangka pendek.
Tidak sedang hamil atau menyusui
Bukan kasus TB paru berat: TB dengan kavitas, kerusakan parenkim paru yang luas
Bukan kasus TB ekstraparu berat: TB meningitis, osteoarticular, efusi pericardial atau TB abdomen
Pasien TB RO dengan HIV (paru dan ekstraparu)
Anak usia lebih dari 6 tahun
Kriteria pasien TB RO yang diberikan paduan jangka panjang tanpa injeksi ialah:
Pasien TB RR/MDR dengan resistansi terhadap florokuinolon (TB pre-XDR)
Pasien TB RR/MDR yang gagal pengobatan jangka pendek sebelumnya
Pasien TB RO yang pernah mendapatkan OAT lini kedua selama 1 bulan
Pasien TB RR/MDR yang terbukti atau diduga resistan terhadap Bedaquiline, Clofazimine atau Linezolid
Pasien TB MDR dengan hasil LPA terdapat mutasi pada inhA dan katG
Pasien TB RR/MDR paru dengan lesi luas, kavitas bilateral
Pasien TB RR/MDR ekstra paru berat atau dengan komplikasi (yang harus diobati jangka panjang), seperti
meningitis, osteoarticular, efusi pericardial, TB abdomen
Pasien TB RO dengan kondisi klinis tertentu (misalnya alergi berat / intoleran terhadap obat utama pada
paduan jangka pendek)
Ibu hamil, menyusui
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang ditunjuk oleh Kementerian
Kesehatan melakukan inisiasi pengobatan TB RO, dan dapat dilanjutkan
di fasilitas pelayanan kesehatan satelit terdekat dengan tetap melakukan
pemantauan pasien secara rutin.
Dalam kondisi tertentu, inisiasi pengobatan TB RO dapat diselenggarakan di
Puskesmas dengan sebelumnya melakukan penyiapan sumber daya di
Puskesmas tersebut.
Pemantauan keberlangsungan pengobatan TB RO harus dilakukan bersama-
sama oleh rumah sakit, balai kesehatan pelaksana layanan TB RO, fasilitas
pelayanan kesehatan satelit dan komunitas pendukung. Pengawasan pasien
TB RO menelan obat dapat didelegasikan kepada petugas kesehatan terdekat
atau kader kesehatan yang ditunjuk oleh rumah sakit dan balai kesehatan
pelaksana layanan TB RO atau fasilitas pelayanan kesehatan satelit.
Pencatatan dan pelaporan terduga dan pasien TB RO, termasuk pencatatan
dan pelaporan efek samping obat dan kejadian tidak diinginkan,
menggunakan formulir TB RO terkini dan selanjutnya data tersebut diinput
secara real time ke dalam Sistem Informasi TB (SITB).
Pemantauan ketersediaan obat TB RO dilakukan secara elektronik
menggunakan SITB. Diharapkan dinas kesehatan daerah provinsi/
kabupaten/kota serta fasyankes melakukan pencatatan dan pelaporan obat
pada SITB secara rutin untuk menghindari terjadinya kekosongan obat.
Penatalaksanaan pasien TB RO yang lebih rinci dituangkan dalam Petunjuk
Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat.
Latent TB