You are on page 1of 8

Mengukir Prestasi Dihadapan Ilahi

Oleh : Harun Abdul Aziz


.
.





.
.

.










Jamaah fiddin rahimakumullah ...
Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain lafadz-lafadz pujian kehadirat Allah SWT yang telah
menganugrahkan kepada seluruh umat manusia dan makhluk-makhlukNya dengan nikmat yang
tiada tara bandingnya. Dia lah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, menurunkan
air dan menghidupkan dengannya bumi yang telah mati. Lautan samudra, jajaran gunung dan
daratan terhampar luas untuk kemakmuran seluruh makhluk. Menumbuhkan tanaman dan bijibijian dengan beraneka ragam. Dia lah yang mengatur pergantian siang dan malam, matahari dan
bulan beredar dalam perhitungan yang cermat. Namun, fabiayyi li rabbikuma tukadzdzibn?
karunia Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Surah Al-rahman berkata. Begitu luas nikmat
Allah bahkan tak dapat kita hitung akan tetapi mengapaa masih juga kita mendustakannya.
Padahal apabila kita mensyukurinya Allah Swt akan membalasnya dan itu adalah sesuatu yang
pasti. La in syakartum la azdannakum, wa la in kafartum inna adzab lasyadd , Jika kamu
bersyukur atas nikmat ku, pasti aku tambah untukmu, jika kamu berlaku ingkar sesungguhnya
adzab-Ku sangat pedih.
Selanjutnya, dari atas mimbar Jumah ini, saya wasiatkan kepada diri saya berikut jamaah
sekalian, Marilah, dari sisa-sisa waktu yang Allah berikan ini, kita gunakan untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, yaitu dengan selalu memperhatikan syariat Allah, kita
aplikasikan dalam setiap derap langkah hidup kita hingga akhir hayat. Baik berhubungan dengan

hal-hal yang wajib, sunnah, haram, makruh, maupun yang mubah. Karena, dengan ukuran inilah
prestasi seorang manusia dinilai dihadapan Allah. Suatu ketika Umar Ibnul Khaththab bertanya
kepada Ubay bin Kaab tentang gambaran taqwa itu. Lalu ia menjawab dengan nada bertanya:
Bagaimana jika engkau melewati jalan yang penuh onak dan duri? Jawab Umar. Tentu aku
bersiap-siap dan hati-hati Itulah taqwa, kata Ubay bin Kaab
Maasyiral muslimin rahimakumullah..
Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran surat Al-hujurat [49] : 13, artinya:
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Disebutkan dalam ayat ini bahwa kedudukan manusia dihadapan Allah adalah sama, tidak ada
perbedaan. Adapun yang membedakan di antara mereka adalah dalam urusan diin (agama), yaitu
seberapa ketaatan mereka kepada Allah dan RasulNya. Inilah sebuah prestasi agung yang Allah
berikan kepada manusia untuk bisa mencapai tingkat ketaqwaan yang paling tinggi.
Al-Hafifzh Ibnu Katsir menambahkan: Mereka berbeda di sisi Allah adalah karena taqwanya,
bukan karena jumlahnya
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:


.) ( .



Tidaklah seseorang mempunyai keutamaan atas orang lain, kecuali karena diinnya atau amal
shalih.
Jamaah Jumah rahimakumullah ...

Kataqwaan inilah yang menjadi indikasi dan parameter prestasi seseorang dihadapan Allah Swt.
Bagaimana manusia mampu berkarya, mampu bersaing dan berlomba-lomba dalam kebaikan
serta taat menjalankan perintah Allah sekaligus menjauhi larangannya. Mereka berkarya dan
berkompetisi di muka bumi yang memang Allah sediakan untuk mengukir prestasi didalamnya.
Bahan dan alat untuk mendukung prestasi tersebut juga Allah sediakan dengan diciptakan alam
ini agar bisa dikembangkan untuk kemaslahatan bersama.
Allah ciptakan manusia secara sosial juga untuk mengetahui seberapa jauh manusia dapat
berinteraksi satu sama lain dan membangun kesatuan umat yang utuh. Allah memberikan ujian
berupa kesulitan, kekurangan harta dan jiwa, kemiskinan, kelaparan juga untuk menguji
seberapa jauh tingkat prestasi yang ia miliki dengan mengukur ketabahan, keikhlasan dan
keridhoan kepada Allah Swt.
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. Q.S Al-baqarah [2] : 155
Semua Allah ciptakan dan mengaturnya sedetail mugkin untuk melihat manusia-manusia pilihan
mana yang mampu lolos untuk mendapatkan prestasi disisi Allah Swt. Tinggal kita saja yang
harus memilih, ingin berprestasi atau menjadi orang yang biasa-biasa saja. Lantas, Prestasi
manakah yang akan kita ukir? Prestasi barrun, taqiyyun, karimun (baik, taqwa, mulia!) Ataukah
prestasi fajirun, syaqiyun, Dzalilun (ahli maksiat, celaka, hina)? Itu semuanya bergantung pada
diri kita masing-masing.
Maasyiral muslimin, jamaah Jumah rahimakumullah ..
Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja ..

Sudah berapa amal ketaatan yang telah kita kumpulkan sebagai investasi di sisi Allah ..
Sudah berapa pula, amal maksiat yang telah kita lakukan yang menyebabkan kita (nantinya)
terseret kedalam Neraka ..
Untuk itu, marilah segera bertobat untuk menghapuskan segala kesalahan dan dosa kemudian
segera kita ukir prestasi gemilang di sisi Allah dengan balasan yang begitu luar biasa di dalam
surga-surga Allah Swt. Semoga kita termasuk orang-orang di dilamnya.
Renungkanlah syair seorang tabiin Abdullah Ibnul Mubarak:

Aku lihat perbuatan dosa itu mematikan hati, membiasakannya akan mendatangkan kehinaan.
Sedang meninggalkan dosa itu menghidupkan hati, dan baik bagi diri(mu) bila
meninggalkannya
Tak seorang pun di antara kita yang bercita-cita untuk mendekam dalam penjara. Apalagi penjara
Allah yang berupa siksa api Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan bebatuan. Tetapi
semua itu terpulang kepada kita masing-masing. Kalau kita tidak mempedulikan syariat Allah,
tidak mustahil kita akan mendekam di dalamnya. Naudzu billah. Itulah ujian Allah kepada kita,
sebagaimana sabda Rasul SAW.

(Jalan) menuju Jannah itu penuh dengan sesuatu yang tidak disukai manusia, dan (jalan)
Neraka itu dilingkupi sesuatu yang disukai oleh syahwat
Semoga Allah mengumpulkan kita dalam umatNya yang senantiasa haus akan ridho serta
maghfirahnya dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amin

Khutbah Kedua



.






.

.

Maasyiral muslimin,
Pada khutbah kedua ini saya mewasiatkan kembali kepada diri saya sendiri dan juga jamaah
sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt sebagai suatu ketaatan kita
kepada Sang Khaliq. Ketaqwaan inilah yang menjadikan kita unggul di hadapan Allah Swt, serta
menjadikan manusia memiliki integritas yang tinggi sebagai seorang makhluk .
Bukanlah suatu kemaksiatan yang kita junjung dankita biasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tidak tahu adzab apa yang Allah berikan kepada kita dan tentunya kita tidak ingin mendapat
murka Allah Swt. Untuk itu, mari kita segera bertaubat untuk kemudian segera mengukir prestasi
setinggi mungkin di hadapan Allah Swt.

.




.








.





.



.


.

PBPHHAMAGAKBEBEKAGAPAGGNEM
A
A A
A A
A A A A
A
A A A
A A
A A AA A
A
A
A

.
A A A A
AA
A.
A AAAA A A A

A
AA
A

A
A A
A A
A AA A A A
A. A A
A
AA A AA
A

A A A A
A
A A.A A A
AAA
A A A A A A A
A
A A A A
AA

AAA A A .
A.
A
AA A A A
A A A AA A A
A A
A A A A
A
A A A
A
A
A A A
A A
A
A A
A
A A
AAA .
A A A
A
AA A .
A A A
A A AA A
A

Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus
dilakukan dengan peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi
Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah


Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya
masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan.
Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan
bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Quran
sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan,
sebagaimana firman Allah:
.A
A
AA A
A A A A
A A A A A A

A A A A

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-Arof: 96)
Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal,
beliau mengatakan: Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan
bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya. Juga tidak
diperinci dan tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu. Isyarat yang diberikan nash AlQuran itu menggambarkan limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber dari semua
lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan segala
macam warnanya, dengan segala gambaran dan bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada
orang beriman dan bertakwa ialah bahwa keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu
yang jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan,
keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang kaya dan kuat, tetapi
hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh goncangan dan krisis, bahkan menunggu
kehancuran.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara unsur-unsur pendorong dan pengekangnya,
dengan bekerja di bumi sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan
diri dan tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah yang diredoin oleh Allah,
maka sudah tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan
kebaikan dan dinaungi dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan takwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu.
Berkah yang terdapat di dalam jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga
berkah yang mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu. Jadi
bukan semata-mata melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan, kesengsaraan,
kerusakan bahkan kegersangan jiwa.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan
keimanan dalam keseharian, meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya,

hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan ajaran dan ayatayat Allah, kemudian terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke dalam kubangan
kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya Al jawaabul Kaafii liman Saala
anid Dawaaisy Syaafii menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan
pribadi dan masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di antaranya pengaruh
buruk dosa dan kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi bersungguh-sungguh mengagungkan
Allah. Kaki akan terasa malas dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri
pengajian. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga
tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan hati menjadi keras seperti
batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive terhadap suatu dosa,
tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah disebut. Allah berfirman:
A A A A
A A
A A A A A A
A A
A
A A A
A A A A A A
A

AA

A A A A A A
.A A A AA
A
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di
antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya
sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada
yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak
merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan.
Rosulullah saw bersabda: Rasa malu itu semuanya baik. Maksud dari hadist ini adalah: bahwa
semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan
demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik pula dan penuh
nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka
berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
A
AA A
A A
A A A A
A A A A
A
A
A
A A A A A
A

A
AA

.A
A A A
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada
yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara

keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. An-Ankabut: 40)
:naaal aaa aaDA aamD gaaa aya malaD
A
A A A A A A A A A
A A
AA
A
A A
A A A A A

A
A A A A A
.A
A A A A
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan
hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah
mereka generasi yang lain. (QS. An-anam: 6)
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan
terwujud hanya dengan teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling
mengingatkan dan keinginan untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta adanya
kepedulian untuk saling menghargai, saling mencintai, saling membantu dan memenuhi hak dan
kewajiban. Oleh sebab itulah Rasulullah berpesan kepada istri-istrinya untuk memperbanyak
kuah masakan untuk dibagikan kepada tetangga-tetangganya.
Memperbanyak kuah sebagaimana dimaksud oleh Rasulullah adalah, kepedulian kepada tetangga
dan masyarakat dalam arti luas. Apabila seorang memiliki kelebihan rezeki janganlah ia
melupakan tetangga kiri dan kanan, mungkin di antara mereka ada yang tidak memiliki makanan
untuk hari itu, atau mungkin anaknya sedang sakit namun ia malu meminjam uang untuk
berobat. Bisa pula kepedulian ini dalam bentuk non makanan, misalnya kesehatan dan biaya
pendidikan. Siapakah yang paling memahami kesulitan bersosial seseorang selain tetangganya?
Pentingnya kepedulian ini sehingga di akhirat nanti Allah akan mempertanyakannya kepada kita
masing-masing tentang kepedulian kita kepada sesama, Imam Muslim dalam kitab shohihnya
meriwayat hadist Qudsi:
AAAAAAA

A A. A A
A A AA A A A A AA
A
A A AA
AA A A A AAA A A A A
AA A A A A A. A A A AA A A

A A A A
AA A A A. A A
A A
A A A
AA A. A A
A AA A A

A A
A
A A AA A.A
A A

A A AA A A A
A

A A A A
A A A A

A A
A AA A
Dari Abu Hurairoh ra, Rosulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt berfirman pada hari
kiamat: Wahai anak adam! Aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku, ia berkata:Wahai
Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjengukmu, sedangkan engkau adalah Tuham semesta
alam. Allah berfirman: Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia akan tetapi

engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati
Aku di sisinya. Wahai anak adam, Aku meminta makan kepadamu, kenapa engkau tidak
memberiku? Orang itu berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku member-Mu makan,
sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman: Engkau mengetahui ada dari
hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya
makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya. Wahai anak adam Aku meminta minum padamu,
sedang engkau enggan memberik-Ku minum. Ia berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku
memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab:
Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau
memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya. (HR. Muslim)
Kaum muslimin jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin
individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh
karena itu, jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh
dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama
dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah
dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajak keluarga, anak-anak untuk
menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan apapun
kondisinya, membaca dan memahami Al-Quran, menerapkan pengetahuan tentang islam yang
sudah diketahui, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa dan sesuatu yang mendatangkan murka
Allah serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling mengingatkan sesama saudara dan
tetangga.
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa yang mendapatkan keberkahan,
mengumpulkan kita dalam umat Rosulullah yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke
dalam jurang kemaksiatan. Amiin ya Rabbal alamin.

.
.

.
.

You might also like