You are on page 1of 12

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH DELIMA (Punica granatum Linn) TERHADAP KADAR BLOOD UREA NITROGEN (BUN) dan KREATININ SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MENGALAMI BILE DUCT LIGATION

Oleh : NOVARINA CAHYANING ROSITA NIM 060810296

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

EFFECT THE APPLICATION OF POMEGRANATE EXTRACT (Punica granatum Linn) TO BLOOD UREA NITROGEN (BUN) AND CREATININE SERUM LEVEL ON WHITE RATS (Rattus norvegicus) AFTER BILE DUCT LIGATION Wiwik Misaco Yuniarti1), Novarina Cahyaning Rosita2), Dady Soegianto Nazar3), Suryanie Sarudji4) 1)Bagian Departemen Klinik, 2)Mahasiswa, 3)Bagian Departemen Peternakan, 4)Bagian Departemen Mikrobiologi ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of pomegranate extract to content of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine serum on white rats after bile duct ligation ( BDL ). In this study used 32 male white rats (Rattus norvegicus) Wistar 2.5 months who weighs between 150-200 grams. Thirty two white rats were divided equally into four groups, control group (P0) and treatment groups (P1,P2 and P3). A control group (P0) of white rats underwent laparotomy, P1 group of white rats underwent BDL technique with sodium CMC Na 0,3%, P2 group of white rats underwent BDL technique with ellagic acid, P3 group of white rats underwent BDL technique with pomegranate extract, all treatments were observed during 21 days and blood was taken of intra cardiac. The result of research showed that between P0 (control group) and P1,P2,P3 (treatment groups) were significantly different. The conclusion of pomegranate extract on white rats had BDL decreased the levels of BUN and creatinine serum levels. Key words : Urea, Creatinine, Sodium CMC Na 0,3%, Ellagic Acid, Pomegranate extract Menyetujui untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Surabaya, 7 Juni 2012. Mahasiswa : Menyetujui Dosen Pembimbing I :

Menyetujui Dosen Pembimbing II :

(Novarina C. Rosita) NIM.060810296 Menyetujui Dosen Terkait I:

(Dr.Dady S N,drh.,M.Sc) NIP.195106061978031004 Menyetujui Dosen Terkait II :

(Suryanie S,drh.,M.Kes) NIP.195703121986011002 Menyetujui Dosen Terkait III :

(Ira Sari Y,drh.,MP) NIP.197009061997032001

(Retno Bijanti,drh.,MS) NIP.195406281981032001

(Dr.Iwan S H,drh.,M.Si) NIP.196807131993031009

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH DELIMA (Punica granatum Linn) terhadap kadar blood urea nitrogen (BUN) DAN KREATININ SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MENGALAMI BILE DUCT LIGATION Wiwik Misaco Yuniarti1), Novarina Cahyaning Rosita2), Dady Soegianto Nazar3), Suryanie Sarudji4) 1)Bagian Departemen Klinik, 2)Mahasiswa, 3)Bagian Departemen Peternakan, 4)Bagian Departemen Mikrobiologi ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah delima terhadap kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum pada tikus putih setelah ligasi saluran empedu (BDL). Penelitian ini menggunakan 32 tikus putih jantan (Rattus norvegicus) Wistar 2,5 bulan dengan berat badan antara 150-200 gram. Tiga puluh dua tikus putih dibagi menjadi empat kelompok, kontrol grup (P0) dan kelompok perlakuan (P1,P2, dan P3). Kontrol grup (P0) tikus putih laparotomi, P1 kelompok tikus putih dengan teknik BDL menggunakan CMC Na 0,3%, kelompok P2 tikus putih dengan teknik BDL menggunakan ellagic acid, kelompok P3 tikus putih dengan teknik BDL menggunakan ekstrak buah delima, semua perlakuan yang diamati selama 21 hari dan darah diambil dari jantung. Analisis statistik kadar BUN dan kreatinin serum menunjukkan perbedaan yang signifikan antara P0 dan P1, P2, P3. Kesimpulan dari pemberian ekstrak buah delima pada tikus putih yang mengalami BDL adalah ekstrak buah delima dapat menurunkan kadar BUN dan kreatinin serum. Kata kunci : Urea, Kreatinin, CMC Na 0,3%, Ellagic acid, Ekstrak Buah Delima

PENDAHULUAN Sirosis hati adalah fase perkembangan penyakit hati kronis yang tidak dapat disembuhkan. Morbiditas dan mortalitas penderita fibrosis hati seringkali baru muncul setelah berkembang menjadi sirosis hati. Apabila fibrosis hati dapat dideteksi sejak dini, maka penderita memiliki kesempatan untuk menghambat proses perkembangan fibrosis dan mencegah terjadinya sirosis hati ( Parola and Pinzani, 2009 ). Bukti bahwa hati yang mengalami fibrosis bersifat reversible memicu peneliti untuk mengembangkan obat yang bersifat antifibrotik. Tujuan pengobatan ini adalah untuk menghambat akumulasi sel fibrogenik dan atau mencegah deposisi protein matriks ekstraseluler ( Beaussier et al., 2007 ). Berbagai keterbatasan dan kendala dalam penatalaksanaan penderita penyakit hati, memacu para peneliti untuk menggali dan mengembangkan potensi tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pencegahan maupun pengobatan penderita penyakit hati ( Heidebaugh and Sherbondy, 2006 ). Salah satu tanaman obat yang banyak diteliti manfaatnya untuk kesehatan adalah delima atau Punica granatum Linn (PGL). Bahan utama yang terkandung dalam delima adalah polyphenol dengan bahan aktif utama punicalagin dan ellagic acid. Kedua bahan tersebut telah terbukti memiliki aktifitas antioksidan dan antiinflamasi yang cukup potensial ( Lansky and Newman, 2007 ). Tikus putih yang dipersiapkan dengan metode bile duct ligation (BDL) merupakan hewan model paling cocok untuk menggambarkan fibrosis hati. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus Wistar jantan dengan berat badan 200 250 gram dan mencit Albino Swiss jantan dengan berat badan 25 30 gram

mendapat gangguan fungsi hati setelah melakukan pengikatan duktus biliaris ( Niwa et al., 2001; Zollner et al.,2002 ). Ginjal merupakan organ yang membuang cairan dari tubuh dan menyaring zat yang masih diperlukan oleh tubuh yang berasal dari plasma.

Proses penyaringan ini terjadi di glomerulus dan menghasilkan filtrat. Kerusakan glomerulus mengakibatkan laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun. Glomerular filtration rate (GFR) merupakan salah satu indeks fungsi ginjal karena memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi, sehingga bila fungsi filtrasi ginjal kurang sempurna, cairan dan zat tertentu akan terkumpul di dalam tubuh seperti urea dan kreatinin yang akan membahayakan tubuh (Marshal et al., 2004 ; Oh Ms, 2007). Fungsi ginjal dapat dievaluasi dengan berbagai uji laboratorium.

Pengukuran kadar BUN dan kreatinin serum berguna untuk mengevaluasi gambaran fungsi ginjal secara umum. Kedua uji tersebut mampu membuat estimasi GFR yang akurat (Noer, 2006). Pemberian ekstrak buah delima diduga dapat dimanfaatkan untuk penyakit yang disebabkan oleh inflamasi kronis, namun penggunaan ekstrak buah delima terhadap ginjal dalam waktu tertentu belum diketahui secara pasti sehingga perlu dikaji lebih dalam. Maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah delima terhadap fungsi ginjal berdasarkan pemeriksaan kadar BUN dan kreatinin dalam darah.

METODE PENELITIAN Sampel Penelitian Sampel yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum darah dari 32 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan ekstrak buah delima terstandar yang mengandung 40% ellagic acid , ellagic acid murni yang mengandung ellagic acid 90% diproduksi oleh Xian Biof Bio-Technology Co., Ltd., CMC Na 0,3%, diazepam, ketamine HCl, serum darah, alkohol, aquades, betadine dan antibiotik profilaktik. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah surgical set, spuit 1 cc, meja operasi, baki plastik, gloves, doek steril, kandang pemulihan, tempat pakan dan minum, sekam untuk alas kandang, mortir dan stemper, diazepam, alkohol 70%, ampicillin injeksi, betadine solution, plester, savlon, kasa steril, benang dekson 3/0, benang prolene 7/0 dan 3/0 serta sonde lambung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah surgical set, spuit 1 cc, meja operasi, baki plastik, gloves, doek steril, kandang pemulihan, tempat pakan dan minum, sekam untuk alas kandang, mortir dan stemper, diazepam, alkohol 70%, ampicillin injeksi, betadine solution, plester, savlon, kasa steril, benang dekson 3/0, benang prolene 7/0 dan 3/0 serta sonde lambung.

Persiapan dan Perlakuan Terhadap Hewan Coba Tikus putih yang akan digunakan sebagai hewan model fibrosis hati diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu. Setelah itu diberi antibiotik

profilaktik sebelum dilakukan operasi dengan dosis 20 mg/kg BB/intra muskular dan dianesthesi dengan kombinasi ketamine HCl dan diazepam (50 mg : 50 mg, dengan dosis 0,6 mg/kg BB/intra muskular). Desinfeksi dilakukan pada daerah midline abdominal tikus putih dengan betadine, tikus diletakkan rebah dorsal dengan posisi ekor mengarah ke operator. Insisi dilakukan pada midline abdomen sepanjang kurang lebih setengah dari jarak antara bagian abdomen posterior dengan cartilago xyphoideus. Pada saluran empedu yang terletak 0,5 1 cm dari dinding duodenum, dibuat dua ligasi dengan jarak kurang lebih 0,3 cm menggunakan prolene 7/0. Bagian yang terletak diantara dua ligasi dipotong untuk mendapatkan kondisi obstruksi total pada saluran empedu. Selanjutnya saluran empedu yang telah terikat dan terpotong dikembalikan ke dalam rongga abdomen. Muskulus dan kulit abdomen yang telah diinsisi ditutup kembali dengan jahitan terputus menggunakan dexon 3/0 dan prolene 3/0 (Brandoni and Tores, 2009). Dosis ekstrak buah delima yang diberikan pada hewan coba dalam penelitian ini adalah 150

mg/kg/bb/p.o/hari, sedangkan dosis ellagic acid murni yang diberikan adalah 60 mg/kg/bb/p.o/hari. Prosedur Pelaksanaan Penelitian P0 adalah kelompok tikus putih yang dilakukan laparotomi, P1 adalah kelompok tikus putih yang dilakukan BDL dan diberi CMC Na 0,3%, P2 adalah kelompok tikus putih yang dilakukan BDL dengan pemberian ellagic acid murni dan CMC Na 0,3%, serta P3 adalah kelompok tikus putih yang dilakukan BDL dengan pemberian ekstrak buah delima dan CMC Na 0,3%.

Pengambilan Sampel Sampel darah diambil 24 jam setelah perlakuan terakhir. Sebelum melakukan pengambilan sampel darah, tikus dianestesi terlebih dahulu dengan menggunakan eter. Sampel darah diambil secara intrakardial yang sebelumnya sudah dilakukan insisi pada daerah thorak tikus, tetapi dengan keadaan jantung masih berdenyut. Darah yang diambil sebanyak kurang lebih 3 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tanpa diberi antikogulan yang kemudian ditutup dengan sumbat karet. Setelah itu darah diperiksa ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah post tested only control group designed yang dirancang menggunakan bentuk Racangan Acak Lengkap (Kusriningrum, 2008). Analisis data Hasil penelitian disajikan dalam tabel berupa nilai rata-rata dan simpangan baku. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel BUN dan Kreatinin masing-masing dianalisis dengan ANOVA. Hasil dinyatakan signifikan jika F Hitung > F Tabel atau p < 0,05. Jika hasil berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan dengan faktor koreksi 5% ( Kusriningrum, 2008 ). Hasil Penelitian Tabel 4.1. Rata-rata dan Simpangan Baku Kadar BUN Tikus Putih ( Rattus Norvegicus ) Setelah Bile Duct Ligation ( BDL ) dan Setelah Pemberian Ekstrak Buah Delima. Kadar Normal BUN pada tikus putih jantan adalah 9 17 mg/ dL. Perlakuan Kadar Blood Urea Nitrogen (mg/dL) ( X SD ) P0 7,9250 a 1,34987 P1 13,0625 b 4,07499 P2 12,7500 b 3,25840 P3 12,1875 b 3,75060

Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata p < 0,05

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok kontrol ( P0 ) menunjukkan adanya perbedaan nyata dengan kelompok perlakuan ( P1, P2, dan P3 ), sedangkan diantara ketiga kelompok perlakuan menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata. Tabel 4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Kadar Kreatinin Serum Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Setelah Bile Duct Ligation ( BDL ) dan Setelah Pemberian Ekstrak Buah Delima. Kadar kreatinin normal pada tikus putih jantan adalah 0,15 0,35 mg/ dL. Perlakuan Kadar Kreatinin ( mg/dL ) ( X SD ) P0 0,7688a 0,02232 P1 0,5263bc 0,11892 P2 0,4675c 0,16307 P3 0,6137b 0,17687
Keterangan : Tanda superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata p < 0,05

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok kontrol ( P0 ) menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata dengan kelompok perlakuan ( P1, P2, dan P3 ), diantara ketiga kelompok perlakuan menunjukkan adanya perbedaan nyata, sedangkan antara kelompok perlakuan P2 dengan P3 menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata. Pembahasan Hasil penelitian terhadap kadar blood urea nitrogen ( BUN ) antara kelompok kontrol ( P0 ) dan kelompok perlakuan ( P1, P2, dan P3 ) didapatkan adanya perbedaan nyata ( p < 0,05 ). Kadar BUN pada kelompok kontrol P0 memberikan hasil yang rendah, namun kadar BUN yang rendah ini tidak dianggap abnormal karena dapat diduga akibat rendahnya protein dalam makanan ( Pemayun, 2002).

Pada kelompok perlakuan P1 menunjukkan hasil kadar BUN tertinggi, karena pada kelompok ini tikus percobaan yang di BDL hanya diberi CMC Na 0,3 % saja. Peningkatan kadar BUN ini bukan disebabkan ginjal yang mengalami kerusakan, karena pada penelitian yang sama ( Putria, 2012 ) menunjukkan histopatologi ginjal normal, sehingga peningkatan kadar BUN cenderung diasumsikan karena adanya gangguan metabolisme urea akibat hati yang mengalami kerusakan. Kadar BUN pada tikus yang mengalami BDL dengan pemberian ellagic acid ( P2 ) dan ekstrak buah delima ( P3 ), mengalami penurunan yang tidak signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa penurunan kadar BUN disebabkan adanya sel hati yang membaik, hal ini juga didukung oleh Putrib ( 2012 ) dalam penelitian yang sama, bahwa hasil histopatologi hati menunjukkan adanya perbaikan sel hepatosit sehingga dapat memperbaiki fungsi hati dalam memetabolisme protein. Hasil pemeriksaan terhadap kadar BUN menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara kelompok perlakuan P2 dan P3. Hal ini dikarenakan kombinasi dari berbagai bahan aktif yang terkandung dalam buah delima memiliki efek yang baik karena dapat membentuk suatu formulasi yang bersifat sinergis (Seeram et al., 2005). Kadar kreatinin pada kelompok kontrol ( P0 ) menunjukkan adanya perbedaan nyata dengan kelompok perlakuan ( P1, P2, P3 ). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok perlakuan P2 memberikan pengaruh penurunan kadar kreatinin terbaik dibandingkan kelompok perlakuan P3, hal ini disebabkan ellagic acid mengandung antioksidan maka ketika terjadi gangguan metabolisme kreatinin, ellagic acid memperbaikinya sehingga penurunan kadar kreatinin lebih baik (Seeram et al, 2006 ).

Pemeriksaan hasil kadar BUN yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ektrak buah delima pada kelompok perlakuan P3 memberikan pengaruh yang lebih baik, sedangkan pemeriksaan hasil kadar kreatinin dapat disimpulkan bahwa ellagic acid pada kelompok perlakuan P2 memberikan pengaruh terbaik bila dibandingkan pada kelompok perlakuan P3. Namun secara keseluruhan, pemberian ekstrak buah delima dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap perbaikan fungsi ginjal yaitu berupa penurunan kadar BUN dan kreatinin akibat bile duct ligation. Kesimpulan Pemberian ekstrak buah delima dapat mempertahankan kadar blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin serum pada tikus putih yang mengalami bile duct ligation. Daftar Pustaka Beaussier, M., D. Wendum, E. Schiffer, S. Dumont, C. Rey, A. Lienhart and C. Houssert. 2007. Prominent Contribution of Porta Liesenchimal Cells to Liver Fibrosis in Ischemic and obtructive cholestasis injury. J of Lab Invest 87:3-14. Brandoni, A. and A.M. Tores. 2009. Extrahepatic Cholestatis Model. In : Rigalli A and Di Loreto VE, Experimental Surgical Model in Laboratory Rat. 1 st Ed, Taylor and Francis Group, New York. 139-141. Dewanta, Y. 2012. Pentingnya pemeriksaan kadar kreatinin darah.//http. www.medicalera.com/info_answer Friedman, S., and T. Schiano. 2004. Cirrhosis and Its Sequelae. In : Goldman L, Ausielo D, Eds. Cecil Textbook of Medicine, 22 nd Ed. W.B Saunders, Philadelphia. 936-944. Heidebaugh, J.J. and M. Sherbondy. 2006. Cirrhosis and Crhonic Liver Failure. Part II : Complication and Treatment. Am Fam Physician 74:765-774. Kusriningrum, R.S. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya. Lansky, E.P. and R.A. Newman. 2007. Punica granatum ( Pomegranate ) and Its Potential for Prevention and Treatment of Inflamation and Cancer. J Ethnopharmacol. 109:177-206. Marshall WJ, Bangert SK. Clinical Chemistry. 5th ed. Edinburgh Mosby. 2004. p63-8. Niwa, T.Y., Nimura, and L. Niki. 2001. Lack of Effect of Incretin Hormones on Insulin Release from Pancreatic Islets in Bile Duct Ligated Rats. Am J. Phys. Endroc Metab. 280:59-64. Noer, M.S, 2006. Evaluasi fungsi ginjal secara laboratorik. Lab-SMF Ilmu Kesehatan Anak.FK.Unair.

Oh MS. Evaluation of Renal Function, water, electrolyte and acid-base balance in McPherson RA, Pincus MR, Henrys Clinical Diagnosis and Management Laboratory Methods. 21st ed. Saunders Elseveir. Philadelphia. 2007.152-4. Parola, M. and M. Pinzani. 2009. Hepatic Wound Repair. Fibrogenesis and Tissue Repair 2(4):1-6. Pemayun, I.G.A.G.P. 2002. Evaluation of nephrotomy without sutures in dog. J. Vet ; 3(2): 94-96. Putri a, E.H.A.E, 2012. Pengaruh pemberian ekstrak buah delima (Punica granatum Linn) terhadap gambaran histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) jantan pada hewan model fibrosis hati. b Putri , I.A, 2012. Perbaikan gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang mengalami BDL dengan pemberian ekstrak buah delima (Punica granatum Linn). Seeram, N.P., L.S. Adam, S.M. Henning, Y. Niu, Y. Zhang, M.G. Nair, and D. Heber. 2005. In Vitro Antiproliverative, Apoptotic, and Antioxidant Activities of Punicalagin, Ellagic Acid and A Total Pomegranate Tannin Extract Are Enchanced in Combination With Other Polyphenols as Found in Pomegranate Juice. J of Nutrient Biochemistry. 16:360-367. Seeram, N., R. Lee, M. Hardy, and D. Heber. 2005. Rapid Large Scale of Ellagitannin Pomegranate husk, A by-product of The Commercial Juice Indutry. Separation and Purification Technology. 41: 49-55. Seeram, N.P., R.N. Schulman, and D. Heber. 2006. Pomegranate Ancient Roots to Modern Medicine. 1st Ed. Taylor and Francis Group, New York. 2-99. Zollner, G.P., C. Fickert, Stumptner, and M. Trauner. 2002. Induction of Short Heterodimer Partner1 Procedes Downregulation of Ntep in Bile Duct Ligated Mice. Am. J. Physl. Gastrointestinal. Liver. 282: 184-191.

You might also like