You are on page 1of 3

SINTESIS JURNAL REVISI Critical Thinking Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas analisis jurnal isu internasional

terkini dalam Pendidikan Kimia

Dosen : Dr. Harry Firman, M.Pd.

IRMA RAHMAWATI 1302495

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

A. Hasil Analisis Jurnal


No 1. Judul Dan Identitas Jurnal Integrating WebQuest into Chemistry Classroom Teaching to Promote Students Critical Thinking (Qing Zhou, et al., 2012, Journal of Creative Education, Vol.3, No.3, 369-374). Critical-Thinking Grudge Match: Biology vs. Chemistry Examining Factors That Affect Thinking Skill in Nonmajors Science (Quitadamo, Ian., et al., 2011, Journal of College Science Teaching, Vol.40, No.3, 19-25). Developing Critical Thinking Dispotition by Task Based Learning in Chemistry Experiment Teaching (Qing Zhou, Shen Tia, and Tian Hong, 2010, Journal of Procedia Social and Behavioral Science, Vol.2, 4561-4570) A Preliminary Investigation into Critical Thinking of In-Service and Pre-Service Middle School Chemistry Teachers in Shaanxi Province of China (Qing Zhou, Cungeng Yan, Shuyu Zhao, Liya Liu, dan Lijuan Xing, 2012, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol.13, Issue 2, Article 12, 1-13) The Correlation Between the Flaws Students Define in Argument and Their Creative and Critical Thinking Abilities (Hakki Kadayifci, Basri Atasoy, Husyein Akkus, 2012, Procedia Social and Behavioral Sciences, 47, 802 806) Predicting Critical Thinking Skills of University Students Through Metacognitive SelfRegulation Skills and Chemistry Self-Efficacy (Esen & Yesim, 2013, Journal of Educational Science : Theory & Practice, Vol.13, No.1, 666-670) Fokus Penerapan WebQuest dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan berpikir kritis siswa. Hasil Penelitian Daya berpikir kritis pada pembelajaran kimia dapat ditingkatkan dengan menggunakan WebQuest. Penerapan WebQuest di kelas sains merupakan pendekatan yang efektif untuk mempromosikan berpikir kritis siswa.

2.

3.

Faktor-faktor personal dan akademik yang mungkin berkontribusi terhadap perbedaan keterampilan berpikir kritis yang ditemukan antara program studi Biologi dan Kimia. Penggunaan Task Based Learning terhadap pengembangan disposisi berpikir kritis siswa dalam pembelajaran percobaan kimia.

Faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan keterampilan berpikir kritis antara program studi Biologi nonmajor dan program studi Kimia nonmajor adalah etnis dan pengambilan mata pelajaran Fisika di SMA.

Siswa kelas ekperimen memiliki disposisi berpikir kritis lebih baik dibandingkan dengan kelas control. Singkatnya, dengan menggunakan Task-Based Learning pada percobaan kimia dapat mengembangkan disposisi berpikir kritis siswa.

4.

5.

Perkembangan pemikiran kritis, penyelidikan kemampuan dan disposisi berpikir kritis dan perbandingkan pemikiran kritis dari guru pre-service dan inservice di Provinsi Shaanxi China. Mengeksplorasi hubungan antara berpikir kreatif dan kritis terhadap jumlah kelemahan dalam argumen yang siswa deteksi.

(1) Aktualitas pengembangan berpikir kritis guru baik pre-service dan in-service tidak optimal; (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan pada disposisi berpikir kritis guru pre-service dan in-service, tetapi ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis; (3) Guru pre-service memiliki disposisi dan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik dari guru in-service. Adapun hubungan antara berpikir kreatif dengan menentukan kelemahan argumen, siswa yang mampu menemukan banyak ide (fluency) pada subjek dan pendekatan dari perspektif yang berbeda (flexibility) akan berhasil menemukan kelemahan lebih lanjut dalam argumen. Sedangkan berpikir kritis diperlukan agar siswa mampu mendeteksi hubungan khas dan ketidak-konsistenan antar operator argumen tersebut. Secara keseluruhan, model yang diuji ini dapat menjelaskan 68,5% dari berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat diprediksi secara langsung oleh metakognitif selfregulation bukan secara tidak langsung melalui self-efficacy. Temuan ini memberikan cara baru dalam peningkatan berpikir kritis dalam pembelajaran kimia.

6.

Sejauh mana pemikiran kritis dapat diprediksi oleh metakognitif SelfRegulation dan SelfEfficacy kimia.

B. Peluang Penelitian (Sintesis)


Berdasarkan hasil analisis jurnal bertema berpikir kritis diatas, kita bisa mengetahui pentingnya kemampuan berpikir kritis, seperti ketika kita mengambil sebuah keputusan di tempat kerja, bahkan menjadi acuan bagaimana kompetensi kita jika berkontribusi dalam masyarakat. Berpikir kritis juga diperlukan untuk mendeteksi hubungan khas, kelemahan dan ketidak-konsistenan sebuah argumen (Kadayifci, Hakki, et al., 2012). Oleh karena itu, berpikir kritis telah menjadi salah satu tujuan utama pendidikan, sehingga hasil pembelajarannya menjadi tolak ukur kualitas sebuah sekolah atau perguruan tinggi. Berbagai upaya untuk dapat meningkatkan daya berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran kimia telah banyak dilakukan, seperti dalam jurnal yang telah dianalisis diatas, yaitu dengan pembelajaran berbasis web yang menggunakan WebQuest (Zhou, Qing, et al., 2012) dan Task-Based Learning (TBL) di Laboratorium (Zhou, Qing, et al., 2010). Faktor-faktor yang berkontribusi perbedaan kemampuan berpikir kritis juga telah diteliti oleh Quitadamo, et al. (2011), yaitu siswa yang pernah mempelajari mata pelajaran Fisika memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mengambilnya Namun, dari berbagai upaya untuk meningkatkan berpikir kritis siswa diatas, terdapat temuan bahwa ternyata guru kimia memiliki pemikiran kritis yang tidak optimal (Zhou, Qing, et al.,2012). Mengingat peran penting guru ini, maka perlu diadakannya studi untuk mengetahui aspek-aspek yang berperan penting terhadap pemikiran kritis yang dimiliki mahasiswa calon guru karena akan menjadi guru dimasa depan. Ketidakoptimalan guru kimia berada pada poin truth seeking, open mindedness dan kematangan (Zhou, Qing, et al.,2012). Hasil temuan ini secara tidak langsung memperlihatkan peranan motivasi yang dimiliki guru kimia terhadap berpikir kritis. Menurut Esen & Yesim (2013), metakognitif self-regulation memainkan peranan yang sangat penting dalam berpikir krtitis karena dapat secara langsung memprediksi berpikir kritis siswa. Selain itu self-efficacy juga terkait dengan pemikiran kritis, karena hasil temuan Phan (2009, dalam Esen & Yesim, 2013) siswa dengan self-efficacy yang tinggi lebih memungkinkan untuk memanfaatkan berpikir kritis untuk mengatasi masalah daripada siswa dengan self-efficacy rendah. Berdasarkan pemaparan permasalahan diatas, maka dapat dilihat peluang diadakannya penelitian berjudul Korelasi antara kemampuan metakognisi, self-regulation, self-efficacy, dan motivasi terhadap daya berpikir kritis yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru kimia. Dengan metodologi penelitian sebagai berikut : 1. Menggunakan desain penelitian korelasional, untuk meneliti hubungan antara metakognisi, self-regulation, self-efficacy, motivasi dan berpikir kritis. 2. Subjek penelitian adalah mahasiswa calon guru kimia. 3. Instrumen yang digunakan adalah Motivated Strategies for Learning Questionnare (MSLQ) dan Chemistry Self-Efficacy Scale yang dikembangkan dalam Esen & Yesim (2013), serta California Critical Thinking Disposition Inventory (CCTDI) dan California Critical Thinking Skills Test (CCTST) yang dikembangkan oleh Facione (dalam Qing Zhou, et al., 2012).

Dengan penelitian ini, kita dapat mengetahui aspek yang paling dominan terhadap berpikir kritis. Sehingga diharapkan menjadi implikasi untuk meningkatkan berpikir kritis calon guru secara optimal.

You might also like