Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 88 RESIKO TERJADINYA GEJALA KLINIS CAMPAK PADA ANAK USIA 1-14 TAHUN DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN SERING TERJADI INFEKSI DI KOTA KEDIRI Suwoyo*, Koekoeh Hardjito*, Siti Asiyah* ABSTRACT Measles is infection disease caused by measles virus, which attacking many children. The other health problem in child is infectious disease. Infectious disease often concomitance with nutritional status. The frequent of child get infectious disease or under nutrition status is the risk of measles. The objective of this study was to analyse the level of measles risk at children 1-14 years old with under nutritional status and their experience of other infectious disease frequency. This study was observasional analytic using case control design. Case group in this research is children 1-14 years old with measles symptoms and control group is children 1-14 years old which do not suffer measles. hey were examined of serum albumin to determine the nutritional satus of Children. Meanwhile Ig M of measles was examined for the case group only. The research traces the record of other infectious diseases might be suffered by the members of both groups in the last three months. Data was collected by interview and observation. Data was analyzed by Chi square test with significantly level < 0.05. Result, there was not significant correlation between clinical measles with nutritional status, but there was significant correlation between clinical measles and frequency of other infectious disease. Result of risk test show that children which often get frequent other infectious disease have risk 2 times higher to happened measles than children which rarely get other infectious disease . All of the clinical measles cases didnt have IgM for measles, but 9 cases among them have IgM positive for rubella Conclusion, the frequency of other infectious disease in children can increase the risk for the children to suffer measles. The high content of albumin in the blood serum does not guarantee that the children are safe from mesales. Laboratory Ig M of measles check up must be done for children with clinical measles symptoms to confirm the diagnosis. Sugestion, government should carry out the rubella immunization to prevent this disease to the children. Keywords : clinical measles, nutritional status, infection frequency
*: Program Studi Kebidanan Kediri Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes Malang
PENDAHULUAN Latar Belakang Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang anak-anak. Angka kejadian campak di dunia masih cukup tinggi, yaitu 30.000.000 orang setiap tahun. Pada tahun 2002 dilaporkan 777.000 orang meninggal akibat campak di seluruh dunia. Di negara ASEAN terdapat 202.000 orang meninggal akibat campak, dan 15% (30.300) orang di antaranya dari Indonesia. Pada tahun 2005 dilaporkan terjadi 345.000 kematian di seluruh dunia akibat campak, dan berdasarkan laporan rutin dan kejadian luar biasa (KLB) kasus campak di Indonesia antara tahun 2002-2005 terdapat 30.000 anak meninggal akibat campak (Depkes R.I, 2007). Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2001, insiden Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 89 campak berdasarkan kelompok umur kurang dari 1 tahun 9 per 10.000 penduduk, antara 1-4 tahun 7,4 per 10.000 penduduk dan antara 5-14 tahun 3,4 per 10.000 penduduk. Angka kejadian campak di Jawa Timur berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2006 terdapat 1548 kasus yang tersebar di tiga kabupaten dan kota yaitu, Surabaya (579 kasus), Sidoarjo (514 kasus), dan Kabupaten Kediri (455 kasus) (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2008). Kasus campak di Kota Kediri, berdasarkan laporan rutin dari 46 Puskesmas yang ada pada tahun 2007 tercatat 58 kasus. Jumlah kasus tersebut berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut: 3 kasus pada kelompok kurang dari satu tahun, 12 kasus kelompok umur 1-4 tahun, 37 kasus kelompok umur 5-9 tahun, dan 6 kasus kelompok umur 10-14 tahun. Jumlah kasus terbanyak terjadi pada bulan September yaitu 28 kasus. Data hasil surveilan campak di Dinas Kesehatan Kota Kediri meliputi nama penderita, umur, jenis kelamin, nama orang tua dan alamat orangtua, serta sumber informasi kasus campak tersebut terjadi. Variabel lain yang terkait dengan kejadian campak seperti antropometri, status gizi anak, dll. belum dilaporkan. Angka kejadian campak di Kota Kediri ini mengejutkan, bila dibandingkan dengan pencapaian imunisasi yang telah melebihi target nasional 80%. Imunisasi campak pada anak dapat memberikan kekebalan seumur hidup. Anak-anak yang sedang tumbuh umumnya mengalami lebih dari 100 macam infeksi sebelum dewasa. Mikroorganisme patogen, termasuk virus, bakteri dan parasit lain dapat menginvasi manusia untuk memulai infeksi. Angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia masih tinggi dengan berbagai jenis penyakit infeksi yang telah dikenal. Penyakit infeksi yang banyak menimbulkan kematian di Indonesia adalah infeksi saluran nafas atas, komplikasi perinatal dan diare. Penyakit tersebut memberikan kontribusi 75% kematian anak di Indonesia (Sampurno, 2007). Angka kejadian penyakit infeksi di Jawa Timur cukup tinggi, yang dibuktikan dengan ditemukannya penderita TBC sebanyak 79.658 orang, pneumonia 114.858 orang, diare 837.724 orang, dan berbagai penyakit infeksi lain (Profil Kesehatan Profinsi Jawa Timur, 2006). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Kediri, penyakit infeksi pada anak mencapai 60% dari seluruh penyakit yang ada. Permasalahan penyakit anak di Indonesia selain penyakit infeksi adalah kasus gizi buruk. Pemantauan rutin oleh pemerintah melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi buruk yang dilaporkan dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit semakin meningkat. Pada tahun 2005 di Indonesia diduga terdapat 5 juta anak menderita gizi kurang 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk. Di antara penderita gizi buruk tersebut, 150.000 anak menderita gizi buruk berat yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor (Sampurno,2007). Komite Penanganan Kemiskinan (KPK) Pemerintah Propinsi Jawa Timur memprediksikan 50.072 balita mengalami gizi buruk. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan gizi buruk oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Berdasarkan survei tersebut, prevalensi balita gizi buruk Jawa Timur 1,7% (50.072 anak ) (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2005). Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri pada tahun 2007 dari 14.697 balita yang ditimbang didapatkan 84,75% mengalami gizi baik, 9,07% gizi sedang, 1,64% gizi kurang dan 0,09% gizi buruk. Permasalahan gizi buruk ini bila tidak dilakukan penanggulangan segera dapat mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 90 1. Mempelajari diagnosis kejadian gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, 2. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada anak berstatus gizi kurang 3. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada anak yang menderita penyakit infeksi lain 4. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada anak berstatus gizi kurang dan menderita penyakit infeksi lain secara bersama-sama.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Kota Kediri pada tanggal 1 Januari 2008 sampai dengan 30 Juni 2008 ini menggunakan rancangan case control untuk mempelajari hubungan antara status gizi dan frekuensi terkena penyakit infeksi pada anak usia 1-14 tahun dengan kejadian campak. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua anak usia 1-14 tahun yang menderita campak dan berdomisili di Kota Kediri, sedangkan populasi kontrol adalah semua anak usia 1-14 tahun yang tidak menderita campak dan berdomisili di Kota Kediri. Sampel kasus adalah anak usia 1-14 tahun yang menderita campak yang berdomisili di Kota Kediri dengan ibu yang bersedia diwawancarai dan anaknya boleh diperiksa, sedangkan sampel kontrol adalah anak usia 1-14 tahun yang tidak menderita campak yang berdomisisli di Kota Kediri dengan ibu yang bersedia diwawancarai dan anaknya boleh diperiksa. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Status gizi dan frekuensi kejadian infeksi pada anak adalah variabel independen, sedangkan kejadian campak pada anak adalah variabel dependen. Definisi operasional dari masing-masing vaiabel ditampilkan pada Tabel 1. Data tentang umur, frekuensi terkena penyakit infeksi, dan imunisasi campak diambil dengan cara menggunakan kuesioner pada saat kunjungan rumah oleh peneliti, sedangkan data tentang status gizi diambil dengan cara pemeriksaan antropometri pada waktu kunjungan rumah dan ditegakkan dengan pemeriksaan albumin di laboratorium. Spesimen untuk pemeriksaan albumin serum diambil oleh peneliti pada saat kunjungan rumah.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Parameter Cara dan hasil pengukuran Skala Data Status gizi Kandungan gizi anak yang ditunjukkan dengan kecukupan kadar albumin dalam serum darah Pengukuran kadar albumin dalam serum darah Brilian Cresyil Green < 3,3 mg/dl (gizi kurang) 3,54,8 mg/dl (gizi baik) > 4,8 mg/dl (gizi lebih) Nominal Frekuensi terkena penyakit infeksi Jumlah kejadian penyakit infeksi yang dialami anak dalam tiga bulan terakhir dan sudah dinyatakan sembuh, sebelum terkena penyakit campak saat ini. Kekerapan terpapar infeksi lain dalam tiga bulan terakhir Kuesioner 3X/3bl=sering < 3X/3bl=jarang Nominal Kejadian campak Serangan penyakit campak pada anak yang ditunjukkan dengan gejala klinis penyakit campak Gejala klinis penyakit campak kuesioner Nominal
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 91 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis penderita campak, dan pengambilan serum darah untuk pemeriksaan IgM campak serta pemeriksaan protein albumin dalam serum darah. Selama 6 bulan dilakukan pengamatan terhadap 21 anak yang menderita campak dan 21 anak yang tidak menderita campak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari 21 serum darah responden dengan gejala klinis campak didapatkan hasil IgM campak negatif pada semua responden. Karena gejala klinis penyakit campak ini menyerupai gejala klinis Rubela, maka peneliti mengadakan pemeriksaan laboratorium yang dilanjutkan pada pemeriksaan IgM Rubela. Pada 21 serum darah responden, didapatkan IgM Rubela positif sebanyak 9 responden.
Tabel 2. Diskripsi Jenis Kelamin, Umur, Kadar Albumin dan Frekuensi Kejadian Infeksi
Status Responden Campak Tidak Campak Total n % n % Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 13 8 62 38 12 9 58 42 25 17 Umur: 1 5 tahun 6 10 tahun 11 14 tahun 5 9 7 24 42 34 0 8 13 0 38 62 5 17 20 Status gizi: Baik Lebih 5 16 23,8 76,2 4 17 19 81 10 32 Frekuensi infeksi: < 3 X / 3 bulan 3 X / 3 bulan 0 21 0 100 5 16 23.8 76.2 22 20
Hasil analisis deskriptif untuk jenis kelamin, umur, kadar albumin dan frekuensi kejadian infeksi dalam 3 bulan terakhir (JanuariJuni 2008) di Kota Kediri dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar penderita campak adalah laki-laki (62%). Sebagian besar penderita campak (81%) mempunyai kadar albumin lebih. Gambar 1 menampilkan kadar albumin lebih dan normal menurut jenis kelamin.
Gambar 1. Kadar Albumin Menurut Jenis Kelamin Anak yang Terserang Campak Frekuensi terjadinya infeksi pada anak yang menderita campak dan tidak menderita campak menurut jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa 42 (100%) anak pernah menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada tiga bulan 10 8 6 4 2 0 A L B U M I N Lebih Normal Laki-laki
Perempuan Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 92 terakhir dan tidak ada (0%) responden yang menderita Dengue Hemoragie Fever (DHF). Tampak pula bahwa gejala klinis TBC pernah dialami oleh 21 (50%) responden.
Tabel 3. Frekuensi Kejadian Penyakit Infeksi pada Anak 114 Jenis Penyakit Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan
Hasil uji chi square (Tabel 4) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala klinis campak (p = 1,00). Hasil uji chi square (Tabel 5) menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak (p = 0,048). Besarnya resiko gejala klinis campak pada anak yang sering mengalami infeksi adalah dua kali lipat jika dibandingkan dengan anak yang tidak sering mendapatkan infeksi.
Tabel 4. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Gejala Klinis Campak Status Gizi Campak Tidak Campak Total Baik 5 (23,8%) 4 (19,2%) 9 (21,4%) Lebih 16 (76,2%) 17 (81,0% ) 33 (78,6%) total 21 (100%) 21 (100%) 42 (100%) P = 1,00 OR = 0,753 95% CI = 0,171-3,312
Tabel 5. Hubungan Antara Frekuensi Kejadian Infeksi Dengan Kejadian Klinis Campak. Status Gizi Campak Tidak Campak Total Sering 21 ( 100% ) 16 ( 6,2 % ) 37 ( 88,1% ) Tidak sering 0 ( 0 % ) 5 (23,8% ) 5 (11,9%) total 21 (100%) 21 (100%) 42 (100%) P = 0,048 OR = 2,213 95% CI = 1,599-3,345 Pembahasan Serum darah yang diambil, selain dilakukan pemeriksaan IgM campak juga dilakukan pemeriksaan protein albumin untuk menilai status gizi anak. Pemeriksaan kadar albumin dalam serum darah ini dilakukan pada 21 responden sebagi kasus dan 21 responden sebagai kontrol. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil kadar protein serum dengan nilai normal dan protein serum lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi pada 42 responden tersebut baik. Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-14 tahun, yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin mencoba jenis makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik di rumah maupun di sekolah. Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam, lemak dan kolesterol, dan kebutuhan tinggi kalori pada anak memicu tingginya kadar albumin serum (Muscari , M,2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala klinis campak. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak cukup mampu untuk melawan infeksi virus. Pertahanan tubuh terhadap infeksi virus memerlukan pertahanan yang Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 93 bersifat spesifik, sedangkan protein serum merupakan pertahan tubuh yang bersifat non spesifik. Kekebalan terhadap infeksi virus didasarkan pada pembentukan respon imun terhadap antigen khusus yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang terinfeksi oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan yang berbeda dari respon terhadap bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan terjadi infiltrasi sel berinti satu dan limfosit. Protein yang disandikan oleh virus, biasanya protein kapsid, merupakan sasaran dari respon imun. Sel yang terinveksi oleh virus dapat menjadi lisis oleh limfosit T sitotoksik yang mengenali polipeptida-poipeptida virus pada permukaan sel. Imunitas humoral akan melindungi inang terhadap infeksi ulang oleh virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelbergs, 2001). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak, yang berarti bahwa anak yang sering terkena penyakit infeksi akan lebih mudah terkena penyakit dengan gejala klinis campak. Penyakit infeksi akut dapat meningkatkan metabolisme dan konsumsi oksigen tubuh. Sel-sel hati dan limfoid secara cepat meningkatkan tingkat sintesis proteinnya yang diperlukan untuk mekanisme defensif tuan rumah dan mempercepat proliferasi sel-sel fagositik dan limfoid. Peningkatan anabolisme dan katabolisme terjadi secara simultan, namun mekanisme katabolik terjadi lebih hebat, sehingga banyak cadangan nitrogen dan lemak yang dikeluarkan selama terjadi infeksi. Seseorang yang sering mengalami infeksi akan mengakibatkan cadangan nitrogen dan lemak akan semakin tipis (Linder, Maria, C,1992). Resiko kejadian campak pada anak yang sering terkena infeksi adalah dua kali lipat jika dibandingkan anak yang tidak sering mengalami infeksi. Hal ini terjadi karena anak yang tidak sering infeksi mempunyai cadangan nitrogen dan lemak yang lebih banyak. Anak yang sering mengalami infeksi akan terjadi proses katabolisme yang lebih cepat. Kesanggupan tubuh untuk merespon reaksi radang tergantung dari pada ketersediaan energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan metabolisme seluler dan mekanisme yang dibutuhkan untuk kehilangan panas. Kedua faktor tersebut akan terganggu oleh malnutrisi umum. Kesanggupan menghasilkan dan mempertahankan reaksi peradangan sangat penting dalam pertahanan tubuh. Respon ini merupakan reaksi yang sangat kompleks, yang memerlukan perubahan-perubahan lokal dalam aliran darah, infiltrasi leukosit, akumulasi zat- zat mediator yang berasal dari protein plasma. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa cadangan nutrisi yang kurang dalam tubuh dapat berpengaruh negatif pada reaksi peradangan (Linder, C, Maria, 1992). Keterbatasan pada penelitian ini adalah bahwa pengambilan darah pada responden dilakukan setelah fase penyembuhan sehingga asupan nutrisi responden sudah mulai membaik. Perbaikan asupan tersebut memungkinkan kadar albumin darah menjadi normal.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ditarik simpulan yaitu: 1) gejala klinis penyakit campak yang ditemukan, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorum menunjukkan penyakit rubella, 2) tidak ada hubungan antara status gizi dengan gejala klinis campak, 3) ada hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak, 4) anak yang sering mengalami infeksi lain mempunyai resiko 2 kali lipat untuk terkena gejala klinis campak. Berdasarkan simpulan disarankan: 1) menegakkan diagnosis penyakit campak secara klinis saja belum cukup, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium, 2) perlu vaksinasi rubella Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 94 pada anak, selain vaksinasi campak, 3) karena banyaknya penyakit infeksi pada anak, diperlukan peningkatan pemahaman kepada orang tua tentang gejala klinis, faktor-faktor yang mempengaruhi, penanggulangan, dan pencegahan penyakit infeksi pada anak, 4) perlu penyegaran bagi petugas di lapangan melalui pelatihan tentang pengkajian klinis campak.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Syafii. 2007. Indonesia Health Profile. Jakarta: Ministry of Health Republic of Indonesia Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta : EGC Aritonang. 1996. Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius Bres, 1995. Tindakan Darurat Kesehatan Masyarakat pada Kejadian Luar Biasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Brown, R E. Interaction of Nutrition and Infection in Clinical Practice, http://www.nchi.mlm.n.h.gov/pubmed/403498 (Diakses 21 Pebruari 2008) Chin, James. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Jakarta : Infomedika Danendro. 2004. Demam Campak. http://www.yankes,go.id/html (Diakses 21 Pebruari 2008) Depkes RI. 2004. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 1991. Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Wabah. Jakarta: Direktorat Jendral PPM & PLP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2008. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news-id=492 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2008. Lembaga Perlindungan Anak Tanggapi Tingginya Balita Gizi Buruk. http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news id=124 Guyton, C, Arthur, 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Handojo, Indro. 2003. Pengantar imunoasai dasar. Surabaya : Airlangga University Press Hasan, Hayatee. 2006. Health Campaign to Protect Indonesian Children Succesfully Completed. http://www.redcross,org/pres.release/0,1077,0-314-7159,00html (Diakses 21 Pebruari 2008) Hunardja. 2002. Buku Pegangan Pediatri,.Jakarta: Widya Medika Jawetz, Melnick, Alderberg. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika Lemesho, Stanley.1997.Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI- Press Markum. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: UI- Press Murray, K, Robert. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: EGC Muscari, Mary, 2001, Advanced Pediatric Clinical Assessment, New York, Philadelpia, Lippincolt Nanan R. 2008. Measles Virus Infection Causes Transient Depletion of Activated t Cells From Peripheral Circulation. http://cat.inist.fr/?a modele=affi Che N& cpsidt: 1847461(Diakses 21 Pebruari 2008) Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 95 Narendra, Moersintowati , B (dkk). 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto Nelson. 2003. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Notobroto, Basuki, Hari. 2007. Penghitungan Besar Sampel dalam Materi Pelatihan Teknik Sampling dan Penghitungan Besar Sampel. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNAIR Rampengan dan Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: EGC Ranuh I.G.N, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Rudolph , A. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC Rusepno. Hasan . 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Universitas Indonesia Samik ,Wahab. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC Sardjito. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara Sampurno. 2007. Wajah Kesehatan Indonesia. http://strategic-manage.com/?p=40
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Ispa Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Balita Di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I