You are on page 1of 8

Vol.I No.

2 April 2010 ISSN: 2086-3098


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 88
RESIKO TERJADINYA GEJALA KLINIS CAMPAK PADA ANAK USIA 1-14 TAHUN
DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN SERING TERJADI INFEKSI DI KOTA KEDIRI
Suwoyo*, Koekoeh Hardjito*, Siti Asiyah*
ABSTRACT
Measles is infection disease caused by measles virus, which attacking many children.
The other health problem in child is infectious disease. Infectious disease often concomitance
with nutritional status. The frequent of child get infectious disease or under nutrition status
is the risk of measles.
The objective of this study was to analyse the level of measles risk at children 1-14 years
old with under nutritional status and their experience of other infectious disease frequency.
This study was observasional analytic using case control design. Case group in this research
is children 1-14 years old with measles symptoms and control group is children 1-14 years old
which do not suffer measles. hey were examined of serum albumin to determine the
nutritional satus of Children. Meanwhile Ig M of measles was examined for the case group
only. The research traces the record of other infectious diseases might be suffered by the
members of both groups in the last three months. Data was collected by interview and
observation. Data was analyzed by Chi square test with significantly level < 0.05.
Result, there was not significant correlation between clinical measles with nutritional
status, but there was significant correlation between clinical measles and frequency of other
infectious disease. Result of risk test show that children which often get frequent other
infectious disease have risk 2 times higher to happened measles than children which rarely get
other infectious disease . All of the clinical measles cases didnt have IgM for measles, but 9
cases among them have IgM positive for rubella
Conclusion, the frequency of other infectious disease in children can increase the risk for
the children to suffer measles. The high content of albumin in the blood serum does not
guarantee that the children are safe from mesales. Laboratory Ig M of measles check up
must be done for children with clinical measles symptoms to confirm the diagnosis. Sugestion,
government should carry out the rubella immunization to prevent this disease to the children.
Keywords : clinical measles, nutritional status, infection frequency

*: Program Studi Kebidanan Kediri Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes Malang

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang anak-anak. Angka
kejadian campak di dunia masih cukup tinggi, yaitu 30.000.000 orang setiap tahun. Pada
tahun 2002 dilaporkan 777.000 orang meninggal akibat campak di seluruh dunia. Di negara
ASEAN terdapat 202.000 orang meninggal akibat campak, dan 15% (30.300) orang di
antaranya dari Indonesia. Pada tahun 2005 dilaporkan terjadi 345.000 kematian di seluruh
dunia akibat campak, dan berdasarkan laporan rutin dan kejadian luar biasa (KLB) kasus
campak di Indonesia antara tahun 2002-2005 terdapat 30.000 anak meninggal akibat campak
(Depkes R.I, 2007). Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2001, insiden
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 89
campak berdasarkan kelompok umur kurang dari 1 tahun 9 per 10.000 penduduk, antara 1-4
tahun 7,4 per 10.000 penduduk dan antara 5-14 tahun 3,4 per 10.000 penduduk.
Angka kejadian campak di Jawa Timur berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Timur tahun 2006 terdapat 1548 kasus yang tersebar di tiga kabupaten dan kota yaitu,
Surabaya (579 kasus), Sidoarjo (514 kasus), dan Kabupaten Kediri (455 kasus) (Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2008). Kasus campak di Kota Kediri, berdasarkan laporan
rutin dari 46 Puskesmas yang ada pada tahun 2007 tercatat 58 kasus. Jumlah kasus tersebut
berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut: 3 kasus pada kelompok kurang dari satu
tahun, 12 kasus kelompok umur 1-4 tahun, 37 kasus kelompok umur 5-9 tahun, dan 6 kasus
kelompok umur 10-14 tahun. Jumlah kasus terbanyak terjadi pada bulan September yaitu 28
kasus. Data hasil surveilan campak di Dinas Kesehatan Kota Kediri meliputi nama penderita,
umur, jenis kelamin, nama orang tua dan alamat orangtua, serta sumber informasi kasus
campak tersebut terjadi. Variabel lain yang terkait dengan kejadian campak seperti
antropometri, status gizi anak, dll. belum dilaporkan. Angka kejadian campak di Kota Kediri ini
mengejutkan, bila dibandingkan dengan pencapaian imunisasi yang telah melebihi target
nasional 80%. Imunisasi campak pada anak dapat memberikan kekebalan seumur hidup.
Anak-anak yang sedang tumbuh umumnya mengalami lebih dari 100 macam infeksi
sebelum dewasa. Mikroorganisme patogen, termasuk virus, bakteri dan parasit lain dapat
menginvasi manusia untuk memulai infeksi. Angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia
masih tinggi dengan berbagai jenis penyakit infeksi yang telah dikenal. Penyakit infeksi yang
banyak menimbulkan kematian di Indonesia adalah infeksi saluran nafas atas, komplikasi
perinatal dan diare. Penyakit tersebut memberikan kontribusi 75% kematian anak di Indonesia
(Sampurno, 2007). Angka kejadian penyakit infeksi di Jawa Timur cukup tinggi, yang
dibuktikan dengan ditemukannya penderita TBC sebanyak 79.658 orang, pneumonia 114.858
orang, diare 837.724 orang, dan berbagai penyakit infeksi lain (Profil Kesehatan Profinsi Jawa
Timur, 2006). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Kediri, penyakit infeksi
pada anak mencapai 60% dari seluruh penyakit yang ada. Permasalahan penyakit anak di
Indonesia selain penyakit infeksi adalah kasus gizi buruk.
Pemantauan rutin oleh pemerintah melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi buruk
yang dilaporkan dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit semakin meningkat. Pada tahun 2005
di Indonesia diduga terdapat 5 juta anak menderita gizi kurang 1,5 juta di antaranya menderita
gizi buruk. Di antara penderita gizi buruk tersebut, 150.000 anak menderita gizi buruk berat
yaitu marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor (Sampurno,2007). Komite
Penanganan Kemiskinan (KPK) Pemerintah Propinsi Jawa Timur memprediksikan 50.072
balita mengalami gizi buruk. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan gizi buruk oleh Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Berdasarkan survei tersebut, prevalensi balita gizi buruk
Jawa Timur 1,7% (50.072 anak ) (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2005). Hasil
pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri pada tahun 2007 dari 14.697
balita yang ditimbang didapatkan 84,75% mengalami gizi baik, 9,07% gizi sedang, 1,64% gizi
kurang dan 0,09% gizi buruk. Permasalahan gizi buruk ini bila tidak dilakukan penanggulangan
segera dapat mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 90
1. Mempelajari diagnosis kejadian gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun,
2. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada
anak berstatus gizi kurang
3. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada
anak yang menderita penyakit infeksi lain
4. Menganalisis besarnya resiko terjadi gejala klinis campak pada anak usia 1-14 tahun, pada
anak berstatus gizi kurang dan menderita penyakit infeksi lain secara bersama-sama.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di wilayah Dinas Kesehatan Kota Kediri pada tanggal 1
Januari 2008 sampai dengan 30 Juni 2008 ini menggunakan rancangan case control untuk
mempelajari hubungan antara status gizi dan frekuensi terkena penyakit infeksi pada anak
usia 1-14 tahun dengan kejadian campak. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua
anak usia 1-14 tahun yang menderita campak dan berdomisili di Kota Kediri, sedangkan
populasi kontrol adalah semua anak usia 1-14 tahun yang tidak menderita campak dan
berdomisili di Kota Kediri. Sampel kasus adalah anak usia 1-14 tahun yang menderita campak
yang berdomisili di Kota Kediri dengan ibu yang bersedia diwawancarai dan anaknya boleh
diperiksa, sedangkan sampel kontrol adalah anak usia 1-14 tahun yang tidak menderita
campak yang berdomisisli di Kota Kediri dengan ibu yang bersedia diwawancarai dan
anaknya boleh diperiksa. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling.
Status gizi dan frekuensi kejadian infeksi pada anak adalah variabel independen,
sedangkan kejadian campak pada anak adalah variabel dependen. Definisi operasional dari
masing-masing vaiabel ditampilkan pada Tabel 1. Data tentang umur, frekuensi terkena
penyakit infeksi, dan imunisasi campak diambil dengan cara menggunakan kuesioner pada
saat kunjungan rumah oleh peneliti, sedangkan data tentang status gizi diambil dengan cara
pemeriksaan antropometri pada waktu kunjungan rumah dan ditegakkan dengan
pemeriksaan albumin di laboratorium. Spesimen untuk pemeriksaan albumin serum diambil
oleh peneliti pada saat kunjungan rumah.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Parameter Cara dan hasil
pengukuran
Skala
Data
Status gizi Kandungan gizi anak yang
ditunjukkan dengan kecukupan
kadar albumin dalam serum
darah
Pengukuran
kadar albumin
dalam serum
darah
Brilian Cresyil Green
< 3,3 mg/dl (gizi kurang)
3,54,8 mg/dl (gizi baik)
> 4,8 mg/dl (gizi lebih)
Nominal
Frekuensi
terkena
penyakit
infeksi
Jumlah kejadian penyakit infeksi
yang dialami anak dalam tiga
bulan terakhir dan sudah
dinyatakan sembuh, sebelum
terkena penyakit campak saat ini.
Kekerapan
terpapar
infeksi lain
dalam tiga
bulan terakhir
Kuesioner
3X/3bl=sering
< 3X/3bl=jarang
Nominal
Kejadian
campak
Serangan penyakit campak pada
anak yang ditunjukkan dengan
gejala klinis penyakit campak
Gejala klinis
penyakit
campak
kuesioner Nominal

Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 91
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis penderita campak, dan
pengambilan serum darah untuk pemeriksaan IgM campak serta pemeriksaan protein albumin
dalam serum darah. Selama 6 bulan dilakukan pengamatan terhadap 21 anak yang menderita
campak dan 21 anak yang tidak menderita campak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium dari 21 serum darah responden dengan gejala klinis campak
didapatkan hasil IgM campak negatif pada semua responden. Karena gejala klinis penyakit
campak ini menyerupai gejala klinis Rubela, maka peneliti mengadakan pemeriksaan
laboratorium yang dilanjutkan pada pemeriksaan IgM Rubela. Pada 21 serum darah
responden, didapatkan IgM Rubela positif sebanyak 9 responden.

Tabel 2. Diskripsi Jenis Kelamin, Umur, Kadar Albumin dan Frekuensi Kejadian Infeksi

Status Responden
Campak Tidak Campak
Total
n % n %
Jenis Kelamin: Laki-laki
Perempuan
13
8
62
38
12
9
58
42
25
17
Umur: 1 5 tahun
6 10 tahun
11 14 tahun
5
9
7
24
42
34
0
8
13
0
38
62
5
17
20
Status gizi: Baik
Lebih
5
16
23,8
76,2
4
17
19
81
10
32
Frekuensi infeksi: < 3 X / 3 bulan
3 X / 3 bulan
0
21
0
100
5
16
23.8
76.2
22
20

Hasil analisis deskriptif untuk jenis kelamin, umur, kadar albumin dan frekuensi kejadian
infeksi dalam 3 bulan terakhir (JanuariJuni 2008) di Kota Kediri dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar penderita campak adalah laki-laki (62%).
Sebagian besar penderita campak (81%) mempunyai kadar albumin lebih.
Gambar 1 menampilkan kadar albumin lebih dan normal menurut jenis kelamin.

Gambar 1. Kadar Albumin Menurut Jenis Kelamin Anak yang Terserang Campak
Frekuensi terjadinya infeksi pada anak yang menderita campak dan tidak menderita
campak menurut jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa
42 (100%) anak pernah menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada tiga bulan
10
8
6
4
2
0
A
L
B
U
M
I
N
Lebih Normal
Laki-laki

Perempuan
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 92
terakhir dan tidak ada (0%) responden yang menderita Dengue Hemoragie Fever (DHF).
Tampak pula bahwa gejala klinis TBC pernah dialami oleh 21 (50%) responden.

Tabel 3. Frekuensi Kejadian Penyakit Infeksi pada Anak 114
Jenis
Penyakit
Jenis Kelamin Umur
Laki-laki Perempuan

1 5 Th 6 10 Th 1114 Th

n % n % n % n % n %
Diare
TBC
DHF
ISPA
Tonsilitis
8
13
0
25
2
50
62
0
60
40
8
8
0
17
3
50
38
0
40
60
16
21
0
42
5
2
5
0
5
1
12
24
0
12
20
6
9
0
17
2
38
42
0
40
40
8
7
0
20
2
50
34
0
48
40
16
21
0
42
5

Hasil uji chi square (Tabel 4) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi
dengan gejala klinis campak (p = 1,00). Hasil uji chi square (Tabel 5) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak (p = 0,048). Besarnya
resiko gejala klinis campak pada anak yang sering mengalami infeksi adalah dua kali lipat jika
dibandingkan dengan anak yang tidak sering mendapatkan infeksi.

Tabel 4. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Gejala Klinis Campak
Status Gizi Campak Tidak Campak Total
Baik 5 (23,8%) 4 (19,2%) 9 (21,4%)
Lebih 16 (76,2%) 17 (81,0% ) 33 (78,6%)
total 21 (100%) 21 (100%) 42 (100%)
P = 1,00 OR = 0,753 95% CI = 0,171-3,312

Tabel 5. Hubungan Antara Frekuensi Kejadian Infeksi Dengan Kejadian Klinis Campak.
Status Gizi Campak Tidak Campak Total
Sering 21 ( 100% ) 16 ( 6,2 % ) 37 ( 88,1% )
Tidak sering 0 ( 0 % ) 5 (23,8% ) 5 (11,9%)
total 21 (100%) 21 (100%) 42 (100%)
P = 0,048 OR = 2,213 95% CI = 1,599-3,345
Pembahasan
Serum darah yang diambil, selain dilakukan pemeriksaan IgM campak juga dilakukan
pemeriksaan protein albumin untuk menilai status gizi anak. Pemeriksaan kadar albumin
dalam serum darah ini dilakukan pada 21 responden sebagi kasus dan 21 responden sebagai
kontrol. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil kadar protein serum
dengan nilai normal dan protein serum lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi pada 42
responden tersebut baik. Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-14 tahun,
yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin mencoba jenis
makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik di rumah maupun di sekolah.
Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam, lemak dan kolesterol, dan kebutuhan
tinggi kalori pada anak memicu tingginya kadar albumin serum (Muscari , M,2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan
gejala klinis campak. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi anak tidak cukup mampu untuk
melawan infeksi virus. Pertahanan tubuh terhadap infeksi virus memerlukan pertahanan yang
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 93
bersifat spesifik, sedangkan protein serum merupakan pertahan tubuh yang bersifat non
spesifik. Kekebalan terhadap infeksi virus didasarkan pada pembentukan respon imun
terhadap antigen khusus yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang terinfeksi
oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan yang berbeda dari respon terhadap
bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan terjadi infiltrasi sel berinti satu dan limfosit. Protein
yang disandikan oleh virus, biasanya protein kapsid, merupakan sasaran dari respon imun. Sel
yang terinveksi oleh virus dapat menjadi lisis oleh limfosit T sitotoksik yang mengenali
polipeptida-poipeptida virus pada permukaan sel. Imunitas humoral akan melindungi inang
terhadap infeksi ulang oleh virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelbergs, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi kejadian infeksi dengan
gejala klinis campak, yang berarti bahwa anak yang sering terkena penyakit infeksi akan lebih
mudah terkena penyakit dengan gejala klinis campak. Penyakit infeksi akut dapat
meningkatkan metabolisme dan konsumsi oksigen tubuh. Sel-sel hati dan limfoid secara cepat
meningkatkan tingkat sintesis proteinnya yang diperlukan untuk mekanisme defensif tuan
rumah dan mempercepat proliferasi sel-sel fagositik dan limfoid. Peningkatan anabolisme dan
katabolisme terjadi secara simultan, namun mekanisme katabolik terjadi lebih hebat, sehingga
banyak cadangan nitrogen dan lemak yang dikeluarkan selama terjadi infeksi. Seseorang yang
sering mengalami infeksi akan mengakibatkan cadangan nitrogen dan lemak akan semakin
tipis (Linder, Maria, C,1992). Resiko kejadian campak pada anak yang sering terkena infeksi
adalah dua kali lipat jika dibandingkan anak yang tidak sering mengalami infeksi. Hal ini
terjadi karena anak yang tidak sering infeksi mempunyai cadangan nitrogen dan lemak yang
lebih banyak. Anak yang sering mengalami infeksi akan terjadi proses katabolisme yang lebih
cepat. Kesanggupan tubuh untuk merespon reaksi radang tergantung dari pada ketersediaan
energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan metabolisme seluler dan mekanisme yang
dibutuhkan untuk kehilangan panas. Kedua faktor tersebut akan terganggu oleh malnutrisi
umum. Kesanggupan menghasilkan dan mempertahankan reaksi peradangan sangat penting
dalam pertahanan tubuh. Respon ini merupakan reaksi yang sangat kompleks, yang
memerlukan perubahan-perubahan lokal dalam aliran darah, infiltrasi leukosit, akumulasi zat-
zat mediator yang berasal dari protein plasma. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa cadangan nutrisi yang kurang dalam tubuh dapat berpengaruh negatif pada
reaksi peradangan (Linder, C, Maria, 1992).
Keterbatasan pada penelitian ini adalah bahwa pengambilan darah pada responden
dilakukan setelah fase penyembuhan sehingga asupan nutrisi responden sudah mulai
membaik. Perbaikan asupan tersebut memungkinkan kadar albumin darah menjadi normal.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ditarik simpulan yaitu: 1) gejala klinis penyakit campak yang
ditemukan, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorum menunjukkan penyakit rubella, 2) tidak
ada hubungan antara status gizi dengan gejala klinis campak, 3) ada hubungan antara
frekuensi kejadian infeksi dengan gejala klinis campak, 4) anak yang sering mengalami infeksi
lain mempunyai resiko 2 kali lipat untuk terkena gejala klinis campak.
Berdasarkan simpulan disarankan: 1) menegakkan diagnosis penyakit campak secara
klinis saja belum cukup, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium, 2) perlu vaksinasi rubella
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 94
pada anak, selain vaksinasi campak, 3) karena banyaknya penyakit infeksi pada anak,
diperlukan peningkatan pemahaman kepada orang tua tentang gejala klinis, faktor-faktor yang
mempengaruhi, penanggulangan, dan pencegahan penyakit infeksi pada anak, 4) perlu
penyegaran bagi petugas di lapangan melalui pelatihan tentang pengkajian klinis campak.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syafii. 2007. Indonesia Health Profile. Jakarta: Ministry of Health Republic of
Indonesia
Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta : EGC
Aritonang. 1996. Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan
Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Bres, 1995. Tindakan Darurat Kesehatan Masyarakat pada Kejadian Luar Biasa. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Brown, R E. Interaction of Nutrition and Infection in Clinical Practice,
http://www.nchi.mlm.n.h.gov/pubmed/403498 (Diakses 21 Pebruari 2008)
Chin, James. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular . Jakarta : Infomedika
Danendro. 2004. Demam Campak. http://www.yankes,go.id/html (Diakses 21 Pebruari 2008)
Depkes RI. 2004. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat
Depkes RI. 1991. Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Wabah. Jakarta: Direktorat Jendral
PPM & PLP
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2008. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi, http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news-id=492
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2008. Lembaga Perlindungan Anak Tanggapi
Tingginya Balita Gizi Buruk. http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news id=124
Guyton, C, Arthur, 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Handojo, Indro. 2003. Pengantar imunoasai dasar. Surabaya : Airlangga University Press
Hasan, Hayatee. 2006. Health Campaign to Protect Indonesian Children Succesfully
Completed. http://www.redcross,org/pres.release/0,1077,0-314-7159,00html (Diakses 21
Pebruari 2008)
Hunardja. 2002. Buku Pegangan Pediatri,.Jakarta: Widya Medika
Jawetz, Melnick, Alderberg. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika
Lemesho, Stanley.1997.Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI- Press
Markum. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: UI- Press
Murray, K, Robert. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Muscari, Mary, 2001, Advanced Pediatric Clinical Assessment, New York, Philadelpia,
Lippincolt
Nanan R. 2008. Measles Virus Infection Causes Transient Depletion of Activated t Cells From
Peripheral Circulation. http://cat.inist.fr/?a modele=affi Che N& cpsidt: 1847461(Diakses
21 Pebruari 2008)
Vol.I No.2 April 2010 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 95
Narendra, Moersintowati , B (dkk). 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:
Sagung Seto
Nelson. 2003. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Notobroto, Basuki, Hari. 2007. Penghitungan Besar Sampel dalam Materi Pelatihan Teknik
Sampling dan Penghitungan Besar Sampel. Surabaya: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat UNAIR
Rampengan dan Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: EGC
Ranuh I.G.N, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rudolph , A. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC
Rusepno. Hasan . 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Universitas Indonesia
Samik ,Wahab. 2006. Buku Ajar Pediatri. Jakarta: EGC
Sardjito. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Sampurno. 2007. Wajah Kesehatan Indonesia. http://strategic-manage.com/?p=40

You might also like