You are on page 1of 6

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

240
POTENSI JERAMI PADI HASIL FERMENTASI PROBION
SEBAGAI BAHAN PAKAN DALAM RANSUM
SAPI SIMMENTAL
(Potential Rice Straw Fermented by Probion as Material
in Feed Simmental Cows)
ANTONIUS
Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
ABSTRACT
This study aims to evaluate the use of rice straw fermented by probion on feed consumption, digestibility,
daily gain and feed efficiency of Simmental cow. Twelve Simmental cows were randomly divided into three
groups of four cow of R1 ( RS-15) =40% dry matter (DM) of elephant grass +15% DM of rice straw +45%
DM of concentrate; R2 (FRS-15) =40% DM of Elephant grass +15% DM of fermented rice straw +45%
DM of concentrate; and R3 (FRS-35) =20% DM of Elephant grass +35% DM of fermented rice straw +
45% DM of concentrate. Observations made during the two months, using a random complete design with
three treatments and four replications. The results of research did not show significant differences on feed
consumption, digestibility, daily gain and feed efficiency, except on digestibilities of cellulose and
hemicelulose. The digestibilities of cellulose and hemicelulose on treatment R3 was higher than treatment R1
and R2. From this research can be concluded that fermented rice straw was suggested as as a substitute for
Elephant grass in maintaining feed consumption, digestibility, daily gain and feed efficiency of Simmental
cow.
Key Words: Probions, Cows, Rice Straws
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan jerami padi yang difermentasi dengan probion
terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan zat nutrisi ransum, pertambahan bobot hidup harian serta
efesiensi penggunaan pakan Sapi Simmental. Dua belas ekor sapi Simmental secara acak dibagi dalam tiga
kelompok masing-masing empat ekor sesuai perlakuan ransum yaitu: R1 (J PF-15) =40% rumput Gajah +
15% jerami padi +45% konsentrat, R2 (J PF-15) =40% rumput Gajah +15% jerami padi fermentasi +45%
konsentrat, dan R3 (J PF-35) =20% rumput Gajah +35% jerami fermentasi +45% konsentrat. Pengamatan
dilakukan selama dua bulan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan empat
ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perlakuan ransum R1, R2 dan R3 tidak
memberikan pengaruh terhadap perbedaan konsumsi, kecernaan, pertambahan bobot hidup harian dan
efisiensi penggunaan pakan. Perbedaan hanya terlihat pada kecernaan selulosa dan hemiselulosa, dimana R3
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan R1 dan R2. Dari penelitan ini dapat disimpulkan bahwa jerami padi
yang difermentasi dengan probion cukup berpotensi sebagai pakan pengganti rumput Gajah dan mampu
mempertahankan konsumsi, kecernaan, pertambahan bobot hidup harian dan efisiensi penggunaan pakan sapi
Simmental.
Kata Kunci: Probion, Sapi, J erami padi

PENDAHULUAN
J erami padi merupakan limbah pertanian
yang tersedia dalam jumlah yang relatif lebih
banyak dibandingkan limbah pertanian lainnya
dan terdapat hampir di setiap propinsi di
Indonesia. Melalui proses fermentasi, jerami
padi merupakan bahan pakan sumber energi
bagi ternak ruminansia. Proses fermentasi
fraksi serat seperti sellulosa akan menghasilkan
asam lemak terbang yang merupakan sumber
energi utama bagi ternak ruminansia. Namun
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
241
demikian, jerami padi memiliki beberapa
faktor pembatas dalam pemanfaatannya
sebagai pakan. Faktor-faktor pembatas tersebut
menurut SUTARDI (1982) adalah; a) dinding sel
diselimuti kristal silika, sehingga sulit
dihidrolisis oleh enzim dalam rumen, b)
dinding sel mengandung lignin yang
membentuk senyawa komplek dengan selulosa,
sehingga struktur selulosanya tidak lagi
berbentuk amorf dan molekul glukosanya
dikokohkan oleh ikatan hidrogen yang sulit
dicerna oleh mikroba, dan c) memiliki
kandungan protein rendah yaitu sekitar 3 5%.
Untuk meningkatkan kualitas jerami padi
sebagai bahan pakan, maka faktor-faktor
pembatas tersebut perlu diatasi. Salah satu
pendekatan adalah dengan perlakuan
fermentasi menggunakan probion. Probion
merupakan produk campuran berbagai macam
mikroba yang dibuat melalui proses inkubasi
anaerob isi rumen dengan tambahan mineral
dan bahan organik yang dibutuhkan mikroba
(HARYANTO et al., 2003). Mikroba selulolitik
yang terdapat dalam probion diharapkan dapat
menghasilkan enzim selulase yang mampu
merombak dan merenggangkan ikatan
lignosellulosa dan lignohemisellulosa, sehinga
jerami padi menjadi lebih mudah dicerna oleh
mikroba rumen. Penambahan urea berfungsi
sebagai sumber NH3 bagi mikro organisme di
dalam probion dan sekaligus menambah kadar
nitrogen hasil fermentasi jerami padi. Dengan
teratasinya faktor-faktor pembatas di atas,
maka diharapkan jerami padi hasil fermentasi
akan mampu memenuhi kebutuhan ternak
terhadap hijauan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari potensi jerami padi yang
difermentasi dengan probion terhadap
kansumsi dan kecernaan bahan kering dan zat
nutrisi ransum, pertambahan bobot hidup
harian serta efesiensi penggunaan pakan pada
Sapi Simmental.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan 12 ekor sapi
Simmental betina dengan bobot hidup rata-rata
378,25 45 kg. Kedua belas ternak
didistribusikan secara acak dalam tiga
kelompok masing-masing empat ekor sesuai
perlakuan ransum yaitu: R1(J P-15) =rumput
Gajah 40% +jerami padi 15% +konsentrat
45%, R2 (JPF-15) = rumput Gajah 40% +
jerami padi fermentasi 15 % +konsentrat 45%,
dan R3 (J PF-35) =rumput Gajah 20% +jerami
fermentasi 35% + konsentrat 45%. Ransum
percobaan diberikan selama 2 bulan, dengan
masa adaptasi selama 2 minggu dan jumlah
pemberian pakan sebanyak 3,5% bobot hidup
berdasarkan bahan kering. Air minum tersedia
secara ad libitum. J erami padi fermentasi
dibuat dengan menaburkan campuran 2,5 kg
probiotik (Probion) dan 2,5 kg urea kedalam
tumpukan 1 ton jerami, dan dibiarkan selama 3
minggu (HARYANTO, 2003). Selanjutnya jerami
yang sudah mengalami proses fermentasi
tersebut dikeringkan dengan menjemur
dibawah sinar matahari hingga diperoleh
jerami padi fermentasi kering (BK 85 90%).
Peubah yang diamati adalah tingkat
konsumsi, kecernaan, pertambahan bobot badan
harian (PBBH) dan efisiensi penggunaan pakan.
Pengamatan jumlah konsumsi dilakukan setiap
hari dengan cara menimbang jumlah pakan
yang diberikan dan sisa pada keesokan harinya.
Kecernaan pakan ditentukan dengan metoda
total collection selama dua minggu setelah
feeding trial. Selama periode ini pakan
diberikan sebanyak 90% dari konsumsi untuk
menjamin tidak terdapat sisa pakan, sehingga
tercapai kondisi steady state. Feses ditampung
pada hari ke-10 dan ditimbang setiap hari
selama lima hari berturut-turut. Sampel
sebanyak 10%, diambil dan dikomposit per
ternak, lalu disimpan di dalam refrigerator
untuk analisis selanjutnya. Efisiensi
penggunaan pakan dihitung dengan
menggunakan persamaan CRAMPTON dan
HARRIS (1996). Pertambahan bobot hidup
harian dihitung berdasarkan data bobot badan
yang diperoleh dari penimbangan ternak pada
awal dan akhir penelitian.
Data yang diperoleh diolah dengan analisis
keragaman (ANOVA), mengikuti pola
rancangan acak lengkap menurut petunjuk SAS
(1987). Bila hasil analisis keragaman
menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P <
0,05) dari perlakuan terhadap peubah yang
diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji
polinomial kontras orthogonal (STEEL dan
TORRIE, 1993).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
242
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi nutrien jerami padi tanpa olahan
dan hasil fermentasi dengan probion disajikan
dalam Tabel 1. J erami padi hasil fermentasi
memiliki komposisi nutrien yang lebih baik
dari pada jerami padi yang tidak diolah. Kadar
ADF, NDF, sellulosa, hemisellulosa, lignin dan
silika mengalami penurunan masing-masing
sebesar 20,05; 18,75; 25,15; 16,39; 35,4 dan
27,95%, sedangkan protein meningkat sebesar
107,25%. Penurunan fraksi serat diduga
diakibatkan oleh meningkatnya aktifitas enzim
yang dihasilkan mikroba dalam probion yang
mendegradasi, merombak, melonggarkan dan
memutuskan ikatan lignosellulosa dan
lignohemisellulosa. KRAUSE (2001) melaporkan
bahwa mikroba rumen mampu memanfaatkan
sumber non protein nitrogen (NPN) seperti
urea dan ammonia untuk diubah menjadi
protein dengan cara mengikatnya di dalam
protoplasmanya. Hal inilah yang diduga
menyebabkan protein jerami padi fermentasi
lebih tinggi dibandingkan dengan jerami padi
tanpa diolah. Mikroba yang terdapat dalam
probion hampir sama dengan yang terdapat di
dalam rumen. Probion merupakan produk
campuran berbagai macam mikroba yang
dibuat melalui proses inkubasi anaerob isi
rumen dengan tambahan mineral dan bahan
organik yang dibutuhkan oleh mikroba
(HARYANTO et al., 2003).
Total konsumsi bahan kering ransum tidak
berbeda antara ternak yang mendapat 15%
jerami padi (J P-15), 15% jerami padi
fermentasi (J PF-15) dan 35% jerami fermentasi
(J PF-35), namun secara numerik pada
perlakuan J PF-35 cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan J PF-15 dan J P-15 yaitu
10,26 kg/ekor/hari vs 9,7 dan 9,83
kg/ekor/hari. Hal ini menggambarkan bahwa
palatabilitas ransum yang menggunakan pakan
dasar jerami padi fermentasi (J PF) tidak lebih
rendah dari ransum yang menggunakan pakan
dasar rumput Gajah dan/atau jerami padi,
bahkan ada kecenderungan jerami fermentasi
lebih disukai oleh sapi. Dari kenyataan tersebut
dapat diasumsikan bahwa penggunaan rumput
Gajah sebagai pakan dasar ransum untuk sapi
Simmental dapat digantikan dengan J PF.
Tabel 1. Komposisi nutrien jerami tanpa olahan dan jerami hasil fermentasi
Komposisi nutrien (%)
J enis jerami
NDF ADF Selulosa Hemiselulosa Lignin Silika PK
Tanpa olahan 72,41 46,72 35,91 25,69 6,13 7,12 4,55
Hasil fermentasi 58,83 37,35 26,88 21,48 3,96 5,13 9,43
NDF: Neutral detergent fiber; ADF: Acid detergent fiber; PK: Protein kasar
Tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering dan zat-zat nutrisi ransum sapi simental yang diberikan perlakuan
penelitian
Konsumsi (kg/ekor/hari) Rata-rata SE
Zat nutrisi
J P-15 J PF-15 J PF-35 (kg/ekor/hari)
Bahan kering 9,83 9,70 10,26 9,93 0,31
Bahan organik 8,28 8,32 8,66 8,45 0,25
Protein kasar 0,98 1,02 1,11 1,04 0,06
Lemak kasar 0,45 0,42 0,44 0,44 0,41
Serat kasar 1,96 1,85 1,94 1,92 0,08
BETN 4,97 4,83 4,98 4,93 0,99
BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen; SE: Standard error


Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
243
Bahan kering ransum merupakan unit
gabungan dari zat-zat gizi makanan yang
terdiri dari protein kasar, lemak kasar, serat
kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Dengan demikian bahan kering yang
dikonsumsi pada percobaan ini akan
berpengaruh pada jumlah seluruh zat nutrisi
yang dikonsumsi. Sekalipun konsumsi seluruh
zat nutrisi relatif sama, namun terdapat data
menarik pada konsumsi protein kasar (PK),
dimana secara numerik jumlah PK yang
dikonsumsi sapi dengan ransum J PF-35
cenderung 8,8% lebih tinggi dari J PF-15, dan
J PF-15 cenderung 4,08% lebih tinggi dari J P-
15, masing-masing dengan rataan 1,11; 1,02;
dan 0,98 kg/ekor/hari (Tabel 2). Fakta ini tentu
menguntungkan bagi ternak sapi karena protein
merupakan zat nutrisi yang sangat penting
selain untuk pertumbuhan, juga diperlukan
oleh mikroorganisme rumen yang berperan
dalam mencerna selulosa dan sebagai sumber
protein untuk ternak (MCDONALD et al., 1988).
Kecernaan bahan kering dan zat-zat
makanan pada penelitian ini sebagaimana
terlihat pada Tabel 3 memiliki perbedaan yang
relatif kecil atau hampir sama. Perbedaan
sedikit terlihat pada kecernaan serat kasar.
Walaupun tidak berbeda nyata, secara numerik
perlakuan JPF-35 memiliki kecernaan serat
kasar yang lebih tingi dari perlakuan J P-15 dan
perlakuan J PF-15 sekitar 9,8%. Data ini
semakin jelas terlihat pada hasil analisa
komponen serat seperti pada Tabel 4. Tabel
tersebut metunjukkan bahwa perlakuan ransum
yang menggunakan 35% jerami padi fermentasi
memiliki kecernaan selulosa dan hemiselulosa
yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang menggunakan 15% jerami padi
atau 15% jerami padi fermentasi. Hal ini
membuktikan bahwa proses fermentasi dengan
probion efektif memutuskan ikatan lignin dan
silika dengan sellulosa dan hemisellulosa
sehingga kandungan gizi jerami padi menjadi
lebih tinggi dan lebih mudah dicerna.
Tabel 3. Rataan kecernaan bahan kering dan zat nutrisi ransum pada sapi Simmental yang diberikan
perlakuan penenelitian
Perlakuan (%)
Zat nutrisi
J P-15 J PF-15 J PF-35
Rata-rata SE
Bahan kering 61,14 62,08 63,58 62,39 1,22
Bahan organik 62,99 64,22 65,96 64,96 0,94
Protein kasar 81,78 80,32 78,21 80,10 1,02
Lemak kasar 82,84 84,20 73,39 40,14 0,94
Serat kasar 41,11 41,13 50,94 44,38 3,03
BETN 65,77 66,29 68,58 66,88 1,02
TDN 59,25 58,33 58,42 58,67 0,95
BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible energy; SE: standard error
Tabel 4. Rataan kecernaan komponen serat ransum pada sapi Simmental yang diberikan perlakuan
penenelitian
Perlakuan NDF ADF Selulosa Hemiselulosa
J P-15 53,26 43,07 54,68
a
74,60
a
J PF-15 54,10 43,38 59,66
a
76,56
a
J PF-35 55,57 43,44 62,81
b
82,38
b
Rata-rata 54,31 43,29 59,05 77,84
SE 0,84 1,05 0,84 0,51
NDF: neutral detergent fiber; ADF: acid detergent fiber; SE: standard error

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
244
Pertambahan bobot hidup harian merupakan
suatu refleksi dari akumulasi konsumsi,
fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-
zat makanan di dalam tubuh. Kelebihan
makanan yang berasal dari kebutuhan hidup
pokok akan digunakan untuk meningkatkan
bobot hidup harian. Pertambahan bobot hidup
harian ternak merupakan cerminan kualitas dan
nilai biologis pakan. Rataan pertambahan
bobot bidup harian selama penelitian berkisar
antara 0,84 0,95 kg/ekor/hari. Hasil analisis
keragaman menunjukkan bahwa pengaruh
antar perlakuan terhadap pertambahan bobot
hidup harian adalah tidak berbeda nyata (P >
0,05). Tidak terdapatnya perbedaan yang nyata
terhadap pertambahan bobot hidup harian
disebabkan karena kandungan nutrien,
konsumsi serta kecernaan bahan kering dan
zat-zat makanan pada setiap perlakuan relatif
sama.
Tabel 5. Rataan pertambahan bobot hidup harian
(PBHH) dan efisiensi ransum ransum pada
sapi Simmental yang diberikan perlakuan
penenelitian
Perlakuan
PBHH
(kg/ekor/hari)
Efisiensi
penggunaan pakan
J P-15 0,84 11,74
J PF-15 0,95 10,23
J PF-35 0,85 12,79
Rata-rata 0,88 11,58
SE 0,07 1,09
Pengaruh perlakuan terhadap PBHH
merupakan gambaran terhadap efisiensi
penggunaan pakan. Semakin tinggi pbbh, maka
efisiensi penggunaan pakan juga akan semakin
tinggi. Efisiensi penggunaan pakan adalah
rasio antara pertambahan bobot hidup harian
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.
Khususnya pada ternak ruminansia, efisiensi
penggunaan pakan dipengaruhi oleh kualitas
dan nilai biologis pakan, besarnya pertambahan
bobot hidup harian dan nilai kecernaan pakan
tersebut. Tidak terdapatnya perbedaan yang
nyata terhadap efisiensi penggunaan pakan
sebagaimana tersaji pada Tabel 5 adalah
merupakan akibat dari relatif samanya pbhh,
kecernaan, konsumsi dan nilai biologis pakan.
Fakta ini setidaknya menggambarkan bahwa
pemakaian jerami padi hasil fermentasi dengan
menggunakan probion dalam ransum sapi
simmental tidak memberikan efek yang negatif
terhadap pertambahan bobot hidup harian dan
efisiensi ransum.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa jerami padi hasil fermentasi dengan
menggunakan probion berpeluang sebagai
pakan pengganti rumput dan mampu
mempertahankan konsumsi, kecernaan,
pertambahan bobot hidup harian dan efisiensi
ransum sapi simmental. Untuk mengatasi
kekurangan hijauan makanan ternak dan agar
usaha peternakan bisa lebih berkembang
hendaknya peternak dapat menggunakan
jerami padi hasil fermentasi probion dalam
ransum sapi simmental sebagai pengganti
rumput.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1991. Official Methods of Analysis.
Association of Official Analytical Chemists.
Arlington, Virginia, USA.
BESTARI, J ., A THALIB, H. HAMID dan D. SUHERMAN.
1999. Kecemaan in vivo ransum silase jerami
padi dengan penambahan mikroba rumen
kerbau pada sapi PO. J ITV 4(4): 237 242.
CRAMPTON, E.W. and L.E. HARRIS. 1996. Applied
Animal Nutrition 2
nd
Ed. Co. W.H. Freeman
and Co. San Fransisco. The Intersate Printers
& Publisher. Inc. Danville, Illinois. pp. 370
402.
GOERING, H.K. and P.J . VAN SOEST. 1970. Forage
Fiber Analyses (Apparatus, Reagents,
Procedures and Some Application). Agric.
Handbook 379. Washington DC: ARS, USDA.
HARYANTO, B., SUPRIYATI, A. THALIB dan S.N.
J ARMANI. 2005. Peningkatan nilai hayati
jerami padi melalui bio-proses fermentative
dan penambahan zinc organik. Pros. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor, 12 13 September 2005. Puslitbang
Peternakan. Bogor. 473 -478
HARYANTO, B. 2000. Penggunaan probiotik dalam
pakan untuk meningkatkan kualitas karkas dan
daging domba. JITV 5(4): 1 5.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009
245
KOESNOTO, S., D.S. NAZAR dan D. HANDIYATNO.
2007. Potensi jerami padi yang diamoniasi dan
difermentasi menggunakan bakteri selulolitik
terhadap konsumsi bahan kering, kenaikan
berat badan dan konversi pakan domba. Media
Kedokteran Hewan 23(3): 202 205.
KRAUSE, D.O., R.J . BUNCH, L.L. COLAN, P.M.
KENNEDY, W.J . SMITH, R.I. MACKIE and C.S.
MCSWEENEY. 2001. Repeated dosing of
ruminococcus spp. does not result in
persistence, but changes in other microbial
populations occur that can be measured with
quantitative-165-V RNA-based probes.
Microbiol. 147: 1719 1729.
MC DONALD P.R.A., EDWARDS, J .D.F. GREENHALGH
and C.A. MORGAN. 2002. Animal nutrition.
Sixth Edition. Pretice Hall. Gosport, London.

NRC. 1984. Nutrient Requirement of Beef Cattle.
National Academy of Science. Washington,
D.C.
SAS. 1991. SAS Users Guide: Statistics. SAS
Institute.Inc., Cary NC USA.
SOEJ ONO, M., R. UTOMO dan WIDYANTORO. 1987.
Peningkatan nilai nutrisi jerami padi dengan
berbagai perlakuan. Pros. Limbah pertanian
sebagai pakan dan manfaat lainnya. Grati, 16
17 November 1987. hlm. 21 35.
STEEL, R.G.D. dan J .H. TORRIE. 1991. Prinsip dan
Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
Biometrik. Alihbahasa: Bambang Sumantri
Cetakan ke-2. PT Gramedia, J akarta.
SUTARDI, T. 1982. Landasan ilmu nutrisi ternak.
Diktat. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

You might also like