You are on page 1of 5

Nama Anggota : Edi Susanto

Fadly Sitohang
Sastra Silvester ginting
DESAIN PRODUK INDUSTRI
Penyusun lcd :

Raw Materials
A working LCD consists of several components: display glass, drive
electronics, control electronics, mechanical package, and power supply.
The display glass between which the liquid crystals lieis coated
with row and column electrodes and has contact pads to connect drive
electronics (electric current) to each row and column electrode.
The drive electronics are integrated circuits that supply current to
"drive" the row and column electrodes. The control electronics are also
integrated circuits. They decode and interpret the incoming signals
from a laptop computer, for exampleand send them to the drive
electronics. The mechanical package is the frame that mounts the
printed circuit boards for the drive and control electronics to the
display glass. This package

In all LCDs, the liquid crystal is sandwiched between 2 pieces of glass


or transparent plastic called substrates. If glass is used, it is often
coated with silicon dioxide to improve liquid crystal alignment.
Transparent electrode patterns are then made by applying a layer
of indium tin oxide to the glass and using a photolithography or
silkscreening process to produce the pattern.
also strengthens and protects the display glass and anchors the entire
display to the device using the LCD, whether it is a laptop computer, a
fax machine, or another device. Finally, the power supply is an
electronic circuit that supplies current to the LCD. Equipment makers
who use LCDs often purchase the power supplies separately.
In all LCDs, the liquid crystal is sandwiched between two pieces of
glass or transparent plastic called substrates. Just any glass will not do.
If the glass has many sodium or other alkali ions, they can move to the
glass surface, combine with any moisture that is there, and alter the
electric field pattern and liquid crystal alignment. To eliminate that,
LCD makers either use borosilicate glass, which has few ions, or they
apply a layer of silicon dioxide to the glass. The silicon dioxide prevents
the ions from touching any moisture. An even simpler solution is to use
plastic instead of glass. Using plastic also makes the display lighter.
However, inexpensive plastics scatter light more than glass, and they
may react chemically with liquid crystal substances.
Most LCDs today also use a source of light coming from the rear of the
display (backlight), such as a fluorescent light, to make the liquid
crystal appear darker against the screen when in its cloudy phase. LCD
makers also use sheets of polarizer material to enhance this effect.

Read more: http://www.madehow.com/Volume-1/Liquid-Crystal-DisplayLCD.html#ixzz3FQIMOeSY

Nih aplikasinya :
Layar Monitor Flexibel Berbahan Dasar Nata de Coco

Mungkin sulit dibayangkan jika nata de coco yang biasa kita makan,
suatu saat muncul di hadapan kita dalam bentuk layar televisi atau
monitor komputer. Tapi para ilmuwan dari Kyoto University telah
menemukan bahwa ternyata nata de coco dapat diolah menjadi
material baru yang sangat kuat dan tahan panas, tetapi sekaligus
lentur, dan mampu men-transmisi-kan cahaya. Salah satu produk yang
mungkin dihasilkan dari nata de coco adalah layar monitor. Tidak
percaya?
Nata de coco selama ini memang dikenal sebagai makanan yang
sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuatnya,
ternyata kandungan seratnya bisa memperlancar saluran pencernaan.
Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan
menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Jadi, tidak
terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa
diolah menjadi bahan baku industri yang lain.
Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto
University, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat
dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de
coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke
dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah.
Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu
180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang
sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending
strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih
baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy
AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan
1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan
dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan .8 g/cm3) yang
mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa.
Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena
nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber
kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-

laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco


mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh
lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut
memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam
berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun
konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah
dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit
tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang
ketersediaannya di alam sangat melimpah.
Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki
sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir
dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang
berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya
tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan
lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal
ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan
berbagai keunggulan.
Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco
dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas.
Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut
masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara,
sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa
resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik.
Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV,
sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible
dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de
coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor,
kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat
ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala
industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu
dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti
plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup
kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari
komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk
alat optik.
Lalu bagaimana dengan pengembangan dan pemanfaatannya di
Indonesia? Sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sangat diuntungkan
dengan melimpahnya ketersediaan nata de coco. Produksinya bersifat
ramah lingkungan dan menguntungkan banyak rakyat kecil karena bisa
dikerjakan dalam skala home industri. Pengembangan teknologi
industri berbahan dasar nata de coco di Indonesia bisa jadi memiliki
prospek cerah mengingat industri elektronik dan otomotif di Jepang

mampu menyerap hasilnya.


Jepang, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti
Indonesia dan hanya mengimpor nata de coco dari Filipina, namun
mampu mengembangkan nata de coco menjadi material yang
prospektif dengan kemungkinan aplikasi yang luas. Jika teknologi ini
bisa dikembangkan di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan
dapat menjadi penyedia komposit ini untuk berbagai aplikasi.

You might also like