Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Nurkamila, S.Ked
(2009 031 0092)
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
2015
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Obsessive-compulsive disorder is characterised by recurrent obsessive ruminations, images or
impulses, and/or recurrent physical or mental rituals;
which are distressing, time-consuming and cause interference with social and occupational
function. Common obsessions relate to contamination,
accidents, and religious or sexual matters; common rituals include washing, checking,
cleaning, counting and touching (Baldwin, et al, 2014)
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, idea atau sensasi yang mengganggu (intrusive). Suatu
kompulsif adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti
menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang,
sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang
memaksa melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seorang dengan
gangguan obsesif kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan
bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat
merupakan gangguan
yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat
mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas
social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga. (Meng, 2006)
Pengertian obsesi menurut Kaplan, et all., adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara
berulang-ulang.
Dalam DSM-IV TR obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada
suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah
kehidupan yang nyata
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan
tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari
pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)
kompulsi sebagai berikut :
a. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan
mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang
3
dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau
menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.
b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi penderitaan
atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan tetapi, perilaku atau
tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa yang
mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gangguan obsesif kompulsif
adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang
menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
B. EPIDEMIOLOGI
Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi untuk
remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan perempuan.
Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari
pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien
memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena
gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan obsesif-kompulsif
ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih (Kaplan &
Saddock, 1993).
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi
umum diperkirakan
adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif
kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Angka
tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatri tersering yang
keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresi berat.Untuk orang
dewasa
laki-laki
dan
wanita
sama
mungkin
terkena,
tetapi
laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset
rata -rata adalah umur 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang lebih awal
(sekitar 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan kira-kira dua
per tiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen
pasien memiliki onset gejala setelah 35 tahun. (Maramis, 2009)
C. ETIOLOGI
1. Faktor biologis
Neurotransmiter
Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat
mendukung
hipotesis
serotonin
terlibat
di
dalam
pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Obat serotonergik lebih
efektif
dibandingkan
obat
yang mempengaruhi
Serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif kompulsif adalah tidak jelas.
Penelitian
klinis
telah
mengukur
konsentrasi
tersebut
(metabolisme
dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kauda) dan singulum
5
menemukan
adanya
gangguan
obsesif
frontalis,
temuan
suatu
yang
konsisten
dengan
lokasi
kelainan
keluarga
pada
pasien
(Benjamin 2000)
Data biologis lainnya.
Penelitian elektrofisiologis, penelitian EEG tidur, dan penelitian neuroendokrin
telah menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresi
dengan gangguanobsesif kompulsif penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan
yangmirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan latensi
REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin seperti nonsupresi pada
dexamethason-supression test pada kira-kira sepertiga pasien dan penurunan
sekresi hormone pertumbuhan pada infus clonidine. (William, 2011)
2. Faktor perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus yang
relatif
melalui
proses
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa tindakan
tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional. Jadi
strategi
menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau ritualistic dikembangkan
untuk
mengendalikan
kecemasan.
sekunder
yang
mengandung
emosi, terlepas apakah ini berupa fantasi atau ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika
terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya
adalah dipisahkan
dari komponen ideasional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil
sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara
sadar hanya
berhubungan
kecemasan
yang
mengancan
keluar
kekesadaran. Tindakan
kompulsif
kecemasan
dan mengendalikan
impuls
dasar
isolasi. Operasi
pertahanan
yang
belum
sekunder
yang
tindakan
pertahanan
yang
gejala
terlibat
erat
dalam
menyebabkan
pembentukan
pola perilaku
yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan
dengan impuls dasar. (Jenike, 2004)
Faktor psikodinamika lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan
obsesif kompulsif dinamakan neurosis obsesif kompulsif dan merupakan suatu
regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien
dengan
gangguan
obsesif
kompulsif
yang
sangat
Ambivalensi adalah
ambivalen
yang
berhubungan
denganfase
halus
anal.
antara
dorongan seksual dan agresif yang karakteristik dari faseoedipal. Adanya benci dan
cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan
pasien
demikian,
psikogenesis
gangguan obsesif
kompulsif
selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian
kepada
suatu
objek.
Konflik
emosi
yang berlawanan
Perasaan
D. GAMBARAN KLINIS
E. DIAGNOSIS
F. TERAPI
G. PERJALANAN PENYAKIT
Sebagian besar gejala muncul secara tiba-tiba, terutama setelah suatu peristiwayang
menyebabkan stress, seperti kehamilan, maslah seksual, atau kematian salahseorang sanak
saudara. Perjalanan penyakit biasanya lama dan bervariasi, beberapa berfluktuasi namunada
pula yang konstan. Prognosis buruk bila pasien mengarah pada kompulsi, berawal pada masa
anak-anak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan dirumah sakit, gangguan depresi beratyang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, danadanya gangguan
kepribadian.8,9
Prognosis baik ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya
peristiwa pencetus, dan sifat gejala episodik.