You are on page 1of 6

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini

Penularan Penyakit Kusta

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DENGAN


PERILAKU PENCEGAHAN DINI PENULARAN PENYAKIT KUSTA
Ema Mayasari
Leprosy is a chronic infectious disease which caused by Mycobacterium Leprae.
Patients must be hidden, but must be treated immediately. The purpose of this research
is to know the relation between knowledge with the behavior of early prevention of
transmission the leprosy in Kelurahan Balowerti. This research use Crossectional design.
Where the population in this research are 668 head of household who live in 7 Rukun
Tetanggas who found a patients with leprosy. The samples has been researched
consisted of 87 respondents using proportional sampling. Independent variable is the
knowledge about the transmission of leprosy, while the dependent variable is the
behavior of early prevention of transmission the leprosy. The datas analysis was
performed using spearmans rho statistic test. The results of research showed that having
good knowledge category are 39 respondents (45%), medium knowledge category are 33
respondents (38%), and less knowledge category are 15 respondents (17%). Head of
household having good preventive behavior catagory are 60 respondents (69%), medium
preventive behavior category are 16 respondents (18%), and less preventive behavior
category are 11 respondents (13%). The result of datas analysis using statistical tests
Spearmans rho at = 0.05 is sig 0.000. This mean is a correlation between knowledge
and behavior of early prevention of transmission the leprosy in Kelurahan Balowerti. The
result of this research is there was a relation between knowledge and behavior of early
prevention of transmission the leprosy in Kelurahan Balowerti. Advice for the government
is to improve the dissemination or promotion of public health. And for head of household
is to improve the implementation of early prevention of transmission of leprosy.
Keywords: Leprosy, Knowledge, Behavior

LATAR BELAKANG
Kusta disebabkan oleh bakteri,
yang
bernama
Mycobacterium
Leprae. Jadi bukan karena keturunan,
kutukan, ataupun hukuman dari dosa
(Susanto, 2009). Peningkatan jumlah
penderita kusta baru di Indonesia
terjadi karena upaya penanggulangan
penyakit kuno yang disebabkan
Mycobacterium leprae itu kini tidak
lagi mendapat perhatian penuh dari
pemangku
kepentingan
terkait
(Susanto, 2009).
Kasus penyakit yang jika tidak
segera ditangani mengakibatkan
kecacatan itu, sebagian besar
ditemukan di wilayah Jawa Timur,
Jawa Barat dan Jawa Tengah
(Susanto, 2009). Propinsi Jawa Timur
jumlah penderita baru tahun 2006
yang dilaporkan sebanyak
5.360
orang,
dengan
rincian
jumlah
Penderita tipe Kering (PB) yaitu 732

dan jumlah Penderita tipe basah (MB)


yaitu 4.628,
yang telah selesai
menjalani pengobatan (RFT) tahunan
5.236, dengan CDR per 10.000
sebesar
1,45
%,
sedangkan
prevalensi rate
sebesar
1,7 %
(Subdin P2, 2006).
Di Kediri masih terdapat kasus
kusta, sesuai data program P2 kusta
Dinas Kesehatan Kota Kediri pada
tanggal 31 Desember ditemukan 4
puskesmas yang terdapat penderita
kusta yaitu Puskesmas Campurejo,
Puskesmas Kota Wilayah Selatan,
Puskesmas Balowerti, Puskesmas
Pesantren I.
Di Kelurahan Balowerti terdapat
11 penderita kusta, masing-masing
ditemukan pada tahun 2006 dan
2009. Pada tahun 2006 terdapat 2
Penderita tipe basah dan 5 Penderita
tipe kering. Pada Tahun 2009
terdapat 3 Penderita tipe basah dan 2
Penderita tipe kering. Sedangkan
30

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta

untuk tingkat kecacatan yang terjadi


di Kelurahan Balowerti masih tinggi
bila dibandingkan dengan wilayah
yang lain yaitu 66 %. Oleh karena itu
maka
Peneliti
merasa
perlu
melakukan suatu penelitian mengenai
hubungan
pengetahuan
dengan
perilaku pencegahan dini penularan
penyakit kusta di kelurahan balowerti
kecamatan kota kediri.

Penelitian ini meneliti tentang


hubungan pengetahuan penularan
penyakit kusta dengan perilaku
pencegahan dini penyakit kusta di
Kelurahan
Balowerti.
Desain
penelitian yang digunakan adalah
Crossectional
dimana
peneliti
melakukan
penelitian
dengan
mengukur dan mengamati variabelvariabel yaitu variabel independent
(variabel sebab) dan dependent
(variabel akibat) yang terjadi pada
objek
penelitian
diukur
atau
dikumpulkan secara simultan (dalam
waktu
yang
bersamaan)
atau
sekaligus (Notoatmodjo, 2003).
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh KK di Kelurahan
Balowerti yang bertempat tinggal di
RT yang mempunyai penderita kusta.
Sampel diambil di 7 RT yang terdapat
penderita kusta. Berdasar kriteria
teknik
proposional
sampel
di
dapatkan sampel 87 KK.
HASIL
Tabel 1. Pengetahuan KK tentang kusta di
Wilayah Puskesmas Balowerti Kota Kediri

Penget
ahuan

1
2
3

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Jumlah
Respond
en
39
33
15
87

No

Perilaku
Baik
Cukup
Kurang

Jumlah
Responden
60
16
11

Persentase
(%)
69%
18%
13%

1
2
3

Jumlah

87

100%

Tabel 3. Tabulasi silang pengetahuan


tentang penularan penyakit kusta dan
perilaku pencegahan dini penularan
penyakit kusta di Kelurahan Balowerti.

METODE PENELITIAN

No

Tabel 2. Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta di Kelurahan
Balowerti Kota Kediri

Persentase
(%)

Perilaku

Pengetahuan
BAIK
Ju
mla
h
Per
sen
tas
e
CUKU
Ju
P
mla
h
Per
sen
tas
e
KURA
Ju
NG
mla
h
Per
sen
tas
e
TOTAL
Ju
mla
h
Per
sen
tas
e

BAI
K

C
U
K
U
P

KU
RA
NG

Total

35

39

40

3
1%
%
%

20

23

10
4%
%
%

.6%

44%

33

37%

15

7%
%

17

87

60

16

11

69

18
%

13
100%
% %

45%
38%
17%
100%

31

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta

Tabel 4. Hasil Uji Spearmens rho antara


Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan
Dini Pencegahan Penyakit Kusta di
Kelurahan Balowerti.

Variabel
Independ
en

Variabel
Depende
n

Koefisi
en
Korela
si
Pearso
n

Pengetah
uan

Perilaku

0,466

signif
ikan

0,000

Dari tabel 4. didapatkan nilai sig


(2-tailed) 0,000. Karena nilai sig. (2tailed) 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak
dan H1 diterima, maka ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan dini penularan penyakit
kusta di Kelurahan Balowerti. Dan di
dapatkan nilai Koefisien Korelasi
0,466** .
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa sebagaian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan kategori baik yaitu 39
KK (45%) dari total 87 responden.
Dan
didapatkan
hasil
bahwa
sebagaian
besar
responden
mempunyai perilaku kategori baik
yaitu 39 KK (45%) dari total 87
responden. Hal tersebut dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan mereka yang
sebagian besar tingkat pendidikan
akhir SMA dan juga sebagian dari
mereka ada yang mempunyai tingkat
pendidikan akhir D1/S1/PT. Dari
tabulasi silang diketahui pengetahuan
kurang dan perilaku pencegahan dini
kurang yaitu ada 6 KK (7%) dari total
87 responden, pengetahuan cukup
dan perilaku pencegahan kurang
yaitu ada 4 KK (4%), pengetahuan
baik perilaku pencegahan kurang ada
1 KK (1%). Untuk pengetahuan
kurang Perilaku pencegahan cukup
ada 4 KK (4%), pengetahuan cukup
perilaku pencegahan cukup ada 9 KK
(10%), pengetahuan baik perilaku
pencegahan cukup ada 3 KK (3%).
Sedangkan
untuk
pengetahuan

kurang dan perilaku pencegahan dini


baik ada 5 KK (6%), pengetahuan
cukup dan perilaku pencegahan
cukup
ada
20
KK
(23%),
pengetahuan baik dan perilaku baik
ada 35 KK (40%).
Dari hasil tabulasi silang yang
peneliti lakukan, 87 responden yang
mempunyai
pengetahuan
baik
dengan perilaku baik berjumlah 35
KK
(40%).
Sedangakn
untuk
responden
yang
mempunyai
pengetahuan
kurang
dengan
perilakunya yang kurang berjumlah 6
KK (7%). Adapun responden yang
mempunyai
pengetahuan
baik
dengan perilaku kurang berjumlah 1
KK (1%).
Dari
hasil
uji
statistik
menggunakan
spearmans
rho
didapatkan nilai sig (2-tailed) 0,000.
Karena nilai sig. (2-tailed) 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak dan H1
diterima, maka ada hubungan antara
pengetahuan
dengan
perilaku
pencegahan dini penularan penyakit
kusta di Kelurahan Balowerti. Dan di
dapatkan nilai koefisien korelasi
0,466(**).
Masyarakat sebagian besar
mengucilkan mereka yang terserang
kusta, sehingga orang menderita
kusta sulit melakukan aktifitas
layaknya orang normal karena stigma
yang ada di masyarakat. Image
masayarkat yang memfonis penderita
kusta dengan pendapat yang tidak
baik itulah yang akhirnya membuat
para penderita kusta takut untuk
berobat
dan
berdampak
pada
lambannya
penanggulangan
(Zainuddin, 2008).
Akibat Minimnya Pengetahuam
dan informasi tentang kusta pada
masyarakat, maka penderita sulit
untuk diterima di tengah-tengah
masyarakat, masyarakat menjauh
dari penderita, merasa takut dan
menyingkirkannya.
Masyarakat

32

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta

mendorong keluarga dan penderita


diasingkan (Zulkifli, 2003).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan
kurang akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam melakukan tidakan
pencegahan dini penularan penyakit
kusta. Dari hasil penelitian yang di
lakukan pada KK di Kelurahan
Balowerti didapatkan sebagian besar
KK mempunyai pengetahuan baik 39
KK
(45%).
Responden
yang
mempunyai perilaku baik dalam
tindakan pencegahan penyakit kusta
sebanyak 39 KK (45%).
Dari hasil tabulasi silang
responden
yang
mempunyai
pengetahuan baik dengan perilaku
kurang berjumlah 1 KK (1%).
Responden tersebut berumur 28 th
dengan tingkat pendidikan akhir SMA.
Responden tersebut bekerja di
perusahaan
swasta.
Responden
tersebut mempunyai pengetahuan
kategori baik yaitu 80% dengan
jumlah benar 12 soal dalam
menjawab pertanyaan. Nmun untuk
perilaku pencegahan dini penularan
penyakit kusta responden tersebut
masuk dalam katagori kurang. Dari
hasil pengisian kuesioner didapatkan
hasil bahwa perilaku responden ini
cenderung menolak atas keberadaan
para penderita kusta yang ada di
sekitar
rumahnya.
Selain
itu
responden ini tidak menyadari
pentingnya kebersihan diri dan
lingkungan
dalam
pencegahan
penyakit kusta. Dia tidak mau
melakukan pencegahan penularan
penyakit kusta seperti bersembunyi
apabila dia terdeteksi penyakit kusta,
mengisolasi
dan
mengasingkan
penderita kusta, tidak mau memberi
motivasi kepada penderita kusta,
tidak
bersedia
mencari
dan
menemukan penderita kusta baru,
Tidak mau berkomunikasi dengan
penderita kusta, Dan tidak menjaga
kelembaban rumah. Responden ini

sibuk
pada
pekerjaanya
yang
sebagian besar dari waktunya dia
habiskan untuk bekerja. Perilaku
yang ditunjukan oleh responden ini
akan
menghambat
keberhasilan
dalam
pemberantasan
penyakit
kusta.

KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Dari 87 KK sebagian besar
mempunyai pengetahuan kategori
baik yaitu sebanyak 39 KK (45%).
KK
yang
mempunyai
pengetahuan kategori sedang
berjumlah
33
KK
(38%).
Sedangkan untuk KK yang
mempunyai
pengateahuan
Kurang berjumlah 15 KK (17%).
2. Dari 87 KK sebagian besar
mempunyai perilaku pencegahan
kategori baik yaitu sebanyak 60
KK (69%). KK yang mempunyai
perilaku pencegahan kategori
cukup berjumlah 16 KK (18%).
Sedangkan untuk KK yang
mempunyai perilaku pencegahan
kategori kurang berjumlah 11 KK
(13%).
3. Dari hasil uji statistik spearmans
Rho didapatkan hasil bahwa ada
hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan dini
penularan penyakit kusta di
Kelurahan Balowerti.
Saran
1. Bagi
Dinas
Kesehatan
Meningkatkan sosialisasi atau
promosi
kesehatan
kepada
masyarakat serta memperbaiki
program yang sudah berjalan
yaitu upaya pencegahan penyakit
kusta untuk lebih maksimal lagi.
2. Bagi KK mengikuti tiap kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh
tenaga
kesehatan,
selalu
melaksanakan hidup bersih dan

33

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta

sehat, mau ikut berpartisipasi


dalam pencarian penderita sedini
mungkin untuk pemberantasan
penularan penyakit kusta.
3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian
dengan lebih mendetail dan lebih
sempurna. Diharapkan peneliti
selanjutnya
meneliti
tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kusta di Wilayah
Kelurahan Balowerti.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, I. 2009. Hubungan Antara
Pendidikan,
Pendapatan,
Dan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Pada Pedagang Hidangan
Istimewa Kampong (HIK) Di Pasar
Kliwon
Dan
Jebres
Kota
Surakarta.
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur
Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : EGC
Chacko, R. Mariam, Roberta, A.,
Kozinets, A. Claudia, Grover, L.
Jenice and Smith, B. Peggy. 2003.
Neural Tube Defects : Knowledge
And Preconceptional Practices In
Minority
Young
Women.
http://pediatrics.aappublications.or
g/cgi/reprint/112/3/536.
diakses
tanggal 29 Juli 2010

http://library.usu.ac.id/download/e
-book/
pidato
hanafiah.pdf.
Diakses tanggal 16 Februari
2010
Hidayat, A. A., 2009. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Irmayanti.
2007.
Pengetahuan.
http://id.wikipedia.org/wiki/penget
ahuan. Diakses tanggal 10 Maret
2010
Kepmenkes
RI
No.
369/MENKES/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Bidan :
Pengurus Pusat IBI
Kusmarjadi, D. 2009. Asam folat dan
kehamilan.
http://www.drdidispog.com/
2009/06/asam-folat-dankehamilan.html. Last update 23
Juni 2008. Diakses tanggal 19
Maret 2010
Kusmiyati, Y. Dkk. 2008. Perawatan Ibu
Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Mufdlilah. 2009. Panduan Asuhan
Kebidanan
Ibu
Hamil.
Yogyakarta : Nuha Medika Pers
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo,
S.
2007.
Promosi
Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam, 2001. Pendekatan praktis
metodologi
riset
keperawatan.
Jakarta: Sagung seto

Dahlan, M. S. 2008. Statistika Untuk


Kedokteran
Dan
Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan


Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Hanafiah,
T.M.
2006.
Perawatan
Antenatal Dan Peranan Asam
Folat
Dalam
Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Ibu
Hamil
Dan
Janin.

Ocviyanti. D. 2008.PentingnyaAsam
Folat.
http://www.bayisehat.com/
pregnancy-mainmenu-39/216-

34

Hubungan Pengetahuan Penularan Penyakit Kusta Dengan Perilaku Pencegahan Dini


Penularan Penyakit Kusta

pentingnya-asam-folat.html . last
update 4 agustus 2008. Diakses
tamggal 16 Februari 2010
Paath, A. F. Dkk. 2005. Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC
Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu Gizi.
Jakarta timur : Dian Rakyat
Simatupang, E. J. 2008. Manajemen
Pelayanan Kebidanan. Jakarta :
EGC

Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas


Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Warni, L. 2009. Hubungan Perilaku
Murid SD Kelas V Dan VI Pada
Kesehatan
Gigi
Dan
Mulut
Terhadap Status Karies Gigi Di
Wilayah
Kecamatan
Delitua
Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Sofyan, M. 2003. 50 Tahun IBI : Bidan


Menyongsong Masa Depan.
Jakarta : Pengurus Pusat IBI
Sugiyono.
2008.
Statistika
untuk
Penelitian. Bandung : CV Alfabeta
Taufiqurrahman, M.A. 2008. Pengantar
Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : LPP UNS
Wardana, T. T. 2008. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
dengan
Koitus
Pranikah Remaja Penghuni Rumah
Kos
di
Kelurahan
Jebres,
Kecamatan Jebres, Surakarta.

35

You might also like