You are on page 1of 18

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BENIH TERHADAP

PERKECAMBAHAN BEBERAPA NOMOR AKSESI


TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
Nur Kholifah
NIM. 201010200311053

JURUSAN AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

THE EFFECTS OF STORAGE PERIOD TO SEED GERMINATION OF


Jatropha cuscas L. ACCESSION NUMBERS
Nur Kholifah1), Harun Rasyid2), Maftuchah3)
Agronomy Department
Faculty of Agriculture and Animal Husbandry
University of Muhammadiyah Malang
ABSTRACT
Jatropha cuscas L. is potential plant in producing renewable BBN (bio
fuel). The nowadays constrain in cultivating Jatropha cuscas L. is
difficult to obtain sufficiency high quality seed to be cultivated. High
quality seeds determination is carried on by some assessment
methods which the two used methods in this research were viability
and vigor assessments.
The aim of the research is to obtain
information of Jatropha cuscas L seed response to storage period.
The research was conducted at green house, Experiment Garden,
Faculty
of
Agriculture-Animal
Husbandry,
University
of
Muhammadiyah Malang on December 2013 to August 2014. Random
Group Factorial Design was used. First factor was accession with N
label i.e. A ; P ; 18 ; 7 ; 6 ; and 5 ; while the second factor was
accession with L label (storage period) which was contained of >8
months (L1); 4 months (L2); 3 months (L3); 2 months (L4); 1 month
(L5). All of the combinations were three times multiplied which 30
seeds were used for each treatment. Some observed parameters
were water content when the seeds were planted, the day when the
seeds germinate, percentage of germinated seeds, percentage of
dead seeds, number of strong normal seeds (KNK), number of weak
normal (KNL), number of abnormal germinate seeds (A), germination
capability, vigor capability, leave size, plant height, number of leaves,
fresh weigh plant, and dried plant weigh.
The research results showed that there was interaction between seed
storage period to germination of Jatropha curcas L.
accession
numbers. The combination treatments which tended to be relative
better on all parameter of observation is P accession number in
storege periode >8 months. Storage period gave significant effect to
Jatropha curcas L. accession numbers. Treatment with >8 months
gave effect to all parameter of observation capabilities which tended
to higher than other accessions with different treatments.
Keywords: storage period, Jatropha curcas L. accession, viability.
1) Student of Agronomy Department, Faculty of Agriculture and Animal Husbandry, University of MuhammadiyahMalang
2) Thesis Advisor of Agronomy Department, Faculty of Agriculture and Animal Husbandry, University of Muhammadiyah Malang

Nur Kholifah1, 201010200311053. PENGARUH LAMA PENYIMPANAN


BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BEBERAPA NOMOR
AKSESI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.). Di Bawah
Bimbingan Dr. Drs. Harun Rasyid, MP2.Sebagai Pembimbing Utama dan Dr.Ir.
Maftuchah. MP3.Sebagai Pembimbing Pendamping.
ABSTRAK
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman
potensial sebagai tanaman penghasil BBN (Bahan Bakar Nabati) yang
terbaharukan. Kendala pada saat ini adalah sulitnya mendapatkan
benih unggul dalam jumlah yang cukup untuk budidaya. Penyimpanan
benih merupakan salah satu solusi untuk memperoleh benih yang
cukup untuk budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan memperoleh informasi mengenai respon lama
penyimpanan benih pada beberapa nomor aksesi tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas L.).
Penelitian ini dilaksanakan di green house kebun percobaan Fakultas PertanianPeternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Desember 2013
sampai dengan bulan Agustus 2014. Rancangan penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor
pertama adalah nomor aksesi jarak pagar (N), terdiri dari; aksesi A (N1),
aksesi P (N2), aksesi 18 (N3), aksesi 7 (N4), aksesi 6 (N5), aksesi 5 (N6). Sedangkan
Faktor kedua adalah Lama penyimpanan (L), terdiri; >8 bulan (L1), 4 bulan (L2), 3
bulan (L3), 2 bulan (L4), 1 bulan (L5). Semua kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3
kali dengan jumlah sampel sebanyak 30 benih untuk setiap perlakuan. Adapun
parameter yang diamati adalah kadar air awal saat tanam, hari saat muncul kecambah,
persentase benih berkecambah, persentase benih mati, jumlah kecambah normal kuat
(KNK), jumlah kecambah normal lemah (KNL), jumlah kecambah abnormal (A),
potensi kecambah optimum, persentase perkecambah, laju perkecambahan, luas daun,
tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar bibit dan berat kering bibit.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi yang nyata antara lama penyimpanan
benih terhadap perkecambahan beberapa nomor aksesi tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.). kombinasi perlakuan cenderung relatif lebih baik dari seluruh parameter
adalah nomor aksesi P pada lama penyimpanan >8 bulan. Lama penyimpanan
memberikan respon terhadap beberapa nomor aksesi tanaman jarak pagar. Perlakuan
lama penyimpanan >8 bulan cenderung relatif lebih baik pada seluruh parameter
pengamatan pada beberapa nomor aksesi tanaman jarak pagar.
Kata kunci : Lama penyimpanan, Aksesi tanaman jarak pagar.
1) Mahasiswa Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang

PENDAHULUAN
Tanaman
jarak
pagar
adalah tanaman dengan banyak
potensi yang cukup besar.
Tanaman
jarak
pagar
merupakan
tanaman
tropis
yang dapat tumbuh di dataran
rendah sampai pada dataran
tinggi, selain itu jarak pagar
dapat hidup di tanah reklamasi
sebagai
pagar
ataupun
tanaman komersial (Openshaw,
2000 dalam Santoso, et al.,
2012). Jarak pagar memiliki
potensi yang tinggi sebagai
tanaman
penghasil
minyak
(biodiesel)
di
Indonesia
(Santoso, et al., 2012), selain
itu minyak jarak pagar (minyak
nabati) tidak termasuk dalam
minyak makan (edible oil)
(Hambali, et al., 2007 dalam
Suryatini,
2011),
sehingga
pengembangan tanaman jarak
pagar sebagai biodiesel lebih
baik. Minyak nabati menjadi
energi
yang
terbaharukan,
artinya
penggunaan
dan
pemanfaatan tanaman yang
dapat dibudidayakan secara
berkesinambungan.
Berbeda
dengan bahan bakar dari fosil
atau minyak bumi, yang tidak
dapat diperbaharui.
Biodiesel menjadi salah satu
alternatif yang sangat baik bagi masa
depan, sehingga dalam jangka panjang
dapat
membantu
usaha
untuk
mengurangi ketergantungan terhadap
energi fosil khususnya dan menekan
laju eksploitasi sumber energi secara

besar-besaran
yang
akhirnya
pengolahan sumber energi secara lestari
dan berkesinambungan dapat tercapai
(Towaha, et al., 2008). Pencapaian
pada
tahap
energi
terbaharukan
yang
berkesinambungan,
perlu
adanya budidaya yang baik
untuk tanaman jarak pagar. Hal
ini menjadi kendala karena
kebutuhan benih dalam jumlah
yang banyak untuk budidaya
tanaman jarak pagar belum
mencukupi.
Tanaman
jarak
merupakan
tanaman
yang
memiliki produktivitas setiap
tahun, sehingga penyediaan
benih dalam jumlah yang
banyak pada waktu tertentu
perlu dilakukan penyimpanan
benih.
Penyimpanan
benih
dilakukan untuk mengumpulkan
benih, sehingga pada saat
penanaman dalam lahan yang
luas dapat dilakukan secara
serempak.
Selain
itu,
penyimpanan benih dilakukan
untuk menjaga agar kualitas
benih tetap baik saat tanam
tiba. Benih yang baik dan
seragam
sangat
diperlukan
dalam
proses
pembibitan,
terutama tanaman tahunan
yaitu jarak pagar. Pembibitan
merupakan fase awal mulai
muncul pertumbuhan aktif dari
tanaman tersebut, sehingga
kesehatan, keseragaman dan
perkembangannya
sangat
mempengaruhi
pertumbuhannya di lapang.
Bibit
yang
baik
dan
seragam sangat tergantung
pada kecepatan berkecambah

dan persentase berkecambah


benih yang digunakan (Sadjad,
1989), kondisi fisiologis benih,
umur
benih
dalam
penyimpanan, dan kesehatan
pathogenisnya (Sadjad, 1993).
Informasi
mengenai
lama
penyimpanan benih tanaman
jarak pagar masih kurang,
sehingga
dalam
mempersiapkan bibit tanaman
jarak mungkin dihadapkan pada
ketidakseragaman
proses
perkecambahan
biji
dalam
pesemaian. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengujian lama
penyimpanan
terhadap
perkecambahan benih jarak
pagar.
BAHAN DAN METODE
Penelitian
ini
dilaksanakan di green house
Kebun
Percobaan
Fakultas
Pertanian
Peternakan
Universitas
Muhammadiyah
Malang di desa Tegal Gondo;
kecamatan
Karang
Ploso;
kabupaten Malang; ketinggian
tempat 550 m dpl, dengan
suhu rata-rata harian antara 25
- 32o C. Waktu pelaksanaan
penelitian
pada
bulan
Desember 2013 - Agustus 2014.
Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah biji
tanaman jarak pagar dengan
nomor aksesi (A, P, 18, 5, 6, 7).
Media yang digunakan adalah
pasir steril.
Pelaksanaan penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang disusun
secara faktorial dengan 2
faktor. Faktor I: Nomor aksesi

tanaman jarak pagar


(N),
terdiri : N1: aksesi A, N2: aksesi
P, N3: aksesi 18, N4: aksesi 7,
N5: aksesi 6, N6: aksesi 5.
Faktor II : Lama penyimpanan
(L), terdiri L1: >8 bulan, L2: 4
bulan, L3: 3 bulan, L4: 2 bulan,
L5: 1 bulan. Jumlah kombinasi
perlakuan adalah 30 dengan 3
kali ulangan, untuk sampel
yang digunakan sebanyak 30
benih pada setiap perlakuan.
Total benih
yang
ditanam
sebanyak 2700 tanaman.
Adapun parameter yang
diamati adalah kadar air awal
saat tanam, hari saat muncul
kecambah, persentase benih
berkecambah, persentase benih
mati, jumlah kecambah normal
kuat (KNK), jumlah kecambah
normal lemah (KNL), jumlah
kecambah
abnormal
(A),
potensi kecambah optimum,
persentase perkecambah, laju
perkecambahan, luas daun,
tinggi tanaman, jumlah daun,
berat segar bibit dan berat
kering bibit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Awal Muncul
Kecambah
Penelitian
dilapang
menunjukkan bahwa buah yang
dipanen buah yang sudah
berwarna kuning sampai kuning
kehitaman. Berdasarkan pada
hasil penelitian kadar air benih
jarak pagar diketahui pada
(Tabel 1) bahwa semakin lama
waktu
penyimpanan
menyebabkan kadar air yang
terkandung dalam benih tidak
semakin berkurang. Hal ini

tidak sesuai dengan Santoso


dan Purwoko (2008) bahwa
kadar
air
biji
mengalami
penurunan
seiring
dengan
lamanya penyimpanan. Akan
tetapi, menurut Napiah (2009)
dalam Munir (2013) jarak pagar
termasuk
benih
ortodoks
karena mampu bertahan dan
memiliki viabilitas yang tinggi
pada saat kadar air mencapai 7
- 9%. Sehingga kadar air benih
berbeda beda pada berbagai
lama
penyimpanan
masih
dalam taraf 7 9%. Selain itu,
benih yang digunakan pada
penelitian ini merupakan benih
dengan waktu panen yang
berbeda,
sehingga
kondisi
pasca panen di lapang dan
kondisi
penyimpanan
benih
memiliki
kadar
air
yang
beragam pula. Hartmann, et al.,
(2002) menyatakan bahwa perubahan
kandungan air dalam biji (benih) dapat
mengakibatkan kerusakan biji sehingga
proses perkecambahan akan terhambat.
Wadah yang digunakan untuk
penelitian adalah plastik clip
ukuran 5 mm yang ditaruh
dalam karton pada suhu ruang.
Tabel 1. Analisa kadar air benih
(%) pada perlakuan lama
penyimpanan dan nomor
aksesi
tanaman
jarak
pagar.

Hasil pengamatan hari


pertama
saat
muncul
berkecambah terjadi pada hari
ke 5-11 hari dalam berbagai
lama penyimpanan. Pada lama
penyimpanan >8 bulan awal
muncul kecambah terjadi pada
hari ke-7 pada aksesi P dan 5.
Sedangkan
pada
lama
penyimpanan 4 bulan terjadi
pada hari ke-7 pada aksesi 7,
serta pada lama penyimpanan
3
bulan
awal
muncul
perkecambahan terjadi pada
hari ke 5 pada nomor aksesi 5.
Pada lama penyimpanan 2
bulan
awal
perkecambahan
terjadi pada hari ke-7 pada
aksesi
7.
Pada
lama
penyimpanan 1 bulan awal
muncul perkecambahan terjadi
pada hari ke-7 pada aksesi A.
Semua data didapatkan hasil
bahwa benih jarak pagar cepat
perkecambahan terjadi pada
hari
ke-7
setelah
tanam.
Walaupun
terdapat
satu
pengamatan
yang
berkecambah pada hari ke-5.
Hal ini sesuai dengan (Santoso
dan Purwoko, 2008) bahwa
kecambah muncul dipermukaan
tanah pada hari ke-8-11 hari.
Pengaruh
Penyimpanan Benih.

Lama

Tabel 2. Rerata potensi tumbuh maksimum, persentase perkecambahan,


dan Laju Perkecambahan pada perlakuan lama penyimpanan dan
nomor aksesi tanaman jarak pagar.

Hasil pengamatan pada


potensi tumbuh maksimum,
persentase
perkecambahan,
dan
laju
perkecambahan
(Tabel.2), menunjukkan bahwa
potensi tumbuh maksimum dan
persentase
perkecambahan
merupakan tolok ukur dari
viabilitas benih. Viabilitas benih
adalah
kemampuan
benih
untuk
berkecambah
pada
kondisi optimum. Nomor aksesi
pada tanaman jarak pagar
memiliki viabilitas benih yang
berbeda-beda. Hal ini terlihat
dari hasil pada Tabel.2 bahwa
nomor aksesi A, P, 7, 6, dan 5
memiliki persentase viabilitas
benih yang berbeda pada lama

penyimpanan yang berbedabeda pula. Benih jarak pagar


pada nomor aksesi P dan 18
memiliki daya kecambah yang
lebih tinggi dibanding dengan
nomor aksesi yang lain pada
berbagai lama penyimpanan.
Perbedaan
pada
kecepatan
perkecambahan
dikarenakan
oleh
berbagai
faktor
diantaranya adalah faktor gen.
Menurut Sutopo (2004) dalam
Fatmawati, Sujarwati, dan Betty
(2011) menyebutkan bahwa
terdapat kultivar tertentu yang
tidak mampu tumbuh cepat
dibandingkan dengan kultivar
yang
lain.
Penyebab
lain
tanaman jarak pagar memiliki

viabilitas yang tinggi pada lama


penyimpanan >8 bulan adalah
terdapat
innate
dormancy,
sehingga penyimpanan yang
semakin
lama
akan
menurunkan dormansi tersebut.
Selain itu, Singh, et.al., (2011)
mengatakan bahwa biji jarak
pagar memiliki kulit yang keras,
sehingga menyebabkan benih
memiliki dormansi.
Laju
perkecambahan
(Tabel. 2) menunjukkan bahwa
kecepatan berkecambah harian
pada tanaman jarak pagar
merupakan salah satu tolok
ukur untuk mengetahui vigor
benih. Menurut Sutopo (2012)
vigor benih dicerminkan oleh
dua informasi yaitu kekuatan
tumbuh dan daya simpan
benih.
Tabel
2
pada
pengamatan
laju
perkecambahan
didapatkan
hasil bahwa setiap nomor
aksesi memiliki vigor yang
berbeda-beda pada berbagai
lama penyimpanan. Akan tetapi
vigor pada berbagai lama
penyimpanan pada beberapa
nomor aksesi tanaman jarak
pagar
memiliki
laju
perkecambahan yang relatif
berbeda. Akan tetapi masih
banyak
hal
yang
mempengaruhi daya kecambah
suatu benih antara lain waktu
pengunduhan buah dan umur
tegakan
benih
(Prihastanti,
2010).
Umur tegakan asal benih
juga dapat mempengaruhi daya
viabilitas
dan
vigor
benih
(Prihastanti, 2010). Benih jarak
pagar pada lama penyimpanan

>8 bulan merupakan benih


pada
saat
pengunduhan
tegakan berumur 2 tahun,
sedangkan
pada
lama
penyimpanan 4, 3, 2, dan 1
bulan benih dari tegakan jarak
pagar yang berumur 3 tahun.
Hal ini menjadikan viabilitas
dan vigor benih tidak sama.
Selain umur tegakan benih
waktu
pengunduhan
juga
menjadi
pengaruh
pada
viabilitas maupun vigor benih.

Gambar 1. Data curah hujan BMKG


Kab. Pasuruan tahun 2013-2014.

Data curah hujan dari


BMKG pada tahun 2013 2014
di
kabupaten
Pasuruan
menunjukkan
bahwa
waktu
pengunduhan tanaman jarak
pagar pada Tabel 3 yaitu bulan
Agustus 2013 (lama simpan >8
bulan) pengunduhan pada saat
curah hujan 0 mm, sedangkan
pada Januari (lama simpan 4
bulan), Februari (lama simpan 3
bulan), Maret (lama simpan 2
bulan), April 2014 (lama simpan
1 bulan) merupakan curah
hujan dengan kisaran 84, 194,
192, dan 86 mm. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saat
pengunduhan buah jarak pagar

(lama simpan >8 bulan) yaitu


pada kondisi lapang kering
(tidak hujan), sehingga benih
yang diambil kadar air dalam
benih tetap terjaga sampai
pengupasan dan penyimpanan.
Sedangkan pada saat kondisi di
lapang hujan (lama simpan 4, 3,
2, dan 1 bulan) buah yang
diunduh memiliki kadar air yang
tinggi, sehingga ketika buah di
kupas
dan
dilakukan
pengeringan
benih
telah
terinfeksi jamur dikarenakan
kelembaban
pada
saat
pengunduhan.
Menurut
Chelkowski
(1991)
dalam
Miftahudin,
et
al.
(2009),
melaporkan
bahwa
dalam
banyak
kasus,
jamur
menginfeksi benih, sehingga
benih
membawa
patogen.
Mereka
memainkan
peran
penting dalam transmisi dari
banyak spesies jamur patogen
untuk pembibitan.

Selama
penyimpanan,
perubahan fisik dan kimia
terjadi
yang
mengubah
kekuatan tarik kulit biji dan
meningkatkan permeabilitas air
dan gas (Pompelli,
et al.,
2013), sehingga mengurangi
keras kulit dari mantel dan
menyebabkan kebocoran zat
terlarut, seperti ion organik dan
anorganik, gula, asam amino
dan bahkan protein, ke dalam
medium sekitarnya (Pompelli,
et al., 2013). Terdapat 2 faktor
yang
mempengaruhi
laju
kemunduran benih yaitu sifat
genetis
benih
dan
faktor
lingkungan (BPTH Sulawesi,
2012). Francis dan Becker (2001),
Jker dan Jepsen (2003) menyatakan
karena kandungan minyak yang tinggi,
sekitar 55-60%, maka biji tanaman
jarak
pagar
tidak
dapat
mempertahankan daya tumbuhnya
apabila disimpan dalam waktu yang
lama.
Pertumbuhan bibit.

Tabel 3. Rerata tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun umur 54 HST dan
berat segar akar, berat kering akar, berat segar tanaman, berat
kering tanaman pada perlakuan lama penyimpanan dan nomor
aksesi tanaman jarak pagar.

Berdasarkan analisis data


terhadap tinggi tanaman, pada
pengamatan umur 33 54 hst
menunjukkan bahwa perlakuan
lama penyimpanan terhadap
nomor aksesi tanaman jarak
pagar mendapatkan hasil yang
berbeda nyata (Tabel 3). Hal ini
karena
lama
penyimpanan
mempengaruhi daya tumbuh
suatu benih untuk menjadi
semai.
Benih
yang
dapat
bertahan dan berkecambah
setelah
lama
penyimpanan
akan mampu bertahan pada
saat semai. Selain itu daya
tumbuh benih juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti
cahaya dan air (Hasihola 2000
dalam Trijayanto, 2014).
Berdasarkan analisis data
terhadap
jumlah
daun
menunjukkan
lama
penyimpanan terhadap nomor

aksesi berpengaruh berbeda


nyata. terhadap jumlah daun
(Tabel 3) Menurut Setyamidjaja
(1986) dalam Trijayanto (2014),
kekurangan unsur N dan fosfor
dapat mempengaruhi jumlah
daun.
Berdasarkan analisis data
terhadap
luas
daun
menunjukkan
bahwa
lama
penyimpanan terhadap nomor
aksesi tanaman jarak pagar
mendapatkan
hasil
yang
berbeda sangat nyata (Tabel 3).
Menurut Setyamidjaja (1986)
dalam
Trijayanto
(2013),
kekurangan unsur N dan fosfor
dapat
mempengaruhi
luas
daun.
Sejalan
dengan
itu
Agustina
(1986)
dalam
Trijayanto (2014), menjelaskan
bahwa luas daun berhubungan
erat
dengan
produktivitas
tanaman yang menghasilkan

fotosintat
yang
sangat
dibutuhkan
oleh
tanaman,
dalam fase vegetatif dari suatu
perkembangan
tanaman
menggunakan
sebagian
karbohidrat
yang
telah
dibuatnya.
Data pertumbuhan (tinggi
tanaman, jumlah daun, dan luas
daun) tidak dipengaruhi oleh
vigor (kekuatan tumbuh). Hal ini
terlihat dari data pengamatan
yang diperoleh yaitu pada
pengamatan vigor benih yang
memiliki
kekuatan
tumbuh
relatif tinggi, tidak di ikuti
dengan data yang diperoleh
dari pengamatan pertumbuhan
(tinggi tanaman, jumlah daun,
dan luas daun). Hal ini sesuai
dengan penelitian Pompelli et
al, 2013 bahwa tanaman jarak
pagar
merupakan
tanaman
yang dapat tumbuh pada iklim
tropis dan sub-tropis, serta
dengan lingkungan yang suboptimal.
Berdasarkan analisis hasil
pengamatan berat segar dan
berat kering akar dan bagian
tanaman pada umur 33 - 54 hst
di dapatkan hasil yang berbeda
nyata. Menurut Soriano, et al.,
2013 bahwa pertumbuhan bibit
tanaman jarak pagar yang telah
disimpan pada lama 0-12 bulan
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan bibit, hal ini lebih
dipengaruhi
oleh
faktor
lingkungan. Penelitian Pompeli,
et al., 2013 menjelaskan bahwa
semua bibit jarak pagar normal
melalui 40 hari pertumbuhan,
dan
tidak
ada
morfologi
perubahan yang dicatat dalam

bibit
sebagai
akibat
dari
penuaan benih. Penambahan
biomassa akar, tinggi tanaman,
jumlah daun, dan luas daun
dipengaruhi oleh perawatan
selama pembibitan. Penelitian
dilapang menunjukkan bahwa
bibit tanaman jarak pagar
dalam
pertumbuhannya
dipengaruhi
oleh
faktor
lingkungan (air, cahaya, suhu,
media).
Korelasi
perkecambahan
pertumbuhan.

dan

Hasil korelasi antara potensi


tumbuh maksimum (PTM) dan
persentase
perkecambahan
(DB) adalah terjadi hubungan
yang sangat nyata, artiya
antara penambahan nilai pada
potensi
tumbuh
maksimum
diikuti oleh penambahan nilai
pada
daya
berkecambah
dengan nilai (0,993**). Hal ini
dikarenakan parameter PTM
dan DB merupakan parameter
dari viabilitas benih. Sedangkan
pada laju perkecambahan (LP)
terjadi korelasi negatif yang
nyata pada PTM dan korelasi
negatif sangat nyata pada DB.
Hal ini menunjukkan bahwa
kenaikan pada nilai PTM dan DB
tidak diikuti oleh LP. Akan tetapi
nilai (-0,419* dan -0,478**)
pada PTM dan DB terhadap LP
dengan nilai yang rendah
tersebut,
biarpun
memiliki
hubungan negatif yang nyata
dan sangat nyata tidak berarti,
karena masih terdapat nilai
yang lebih tinggi yang tidak
masuk
dalam
pendugaan
hubungan
tersebut.
Pengertiannya adalah [(100) (

r
2

17,6%],
Tabel

(100)

(-0,419)2

sehingga

hubungan
anatar
sangat kecil.

variabel

nilai

4. Hasil Korelasi Potensi Tumbuh Maksimum, Persentase


Perkecambahan, Laju Perkecambahan, Berat Segar Akar, Berat
Kering Akar, Berat Segar Tanaman, dan Berat Kering Tanaman.

Laju
perkecambahan
tidak
terjadi korelasi yang berbeda
nyata terhadap berat segar akar,
berat kering akar, berat segar

tanaman, dan berat kering


tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa lama penyimpanan tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan tanaman, akan
tetapi
berpengaruh
nyata
terhadap
perkecambahan.
seperti
terlihat
pada
hasil
korelasi yang sangat kecil pada
berat segar akar, berat kering
akar, berat segrar tanaman, dan
berat kering tanaman. Hal ini
sesuai
dengan
penelitian
Purwoko dan Santoso (2008)
bahwa
hasil
berat
kering
tanaman yang tidak berbeda
nyata pada semua perlakuan
lama penyimpanan. Begitu pula
pada berat kering akar tidak
memiliki
hubungan
yang
berbeda nyata terhadap berat
segar tanaman dan berat kering
tanaman.
Hal
ini
karena
pertambahan
akar
maupun
pemanjangan
akar
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan bagian tanaman
yang
merupakan
penghasil
fotosintat. Selain itu, jumlah
tanaman yang banyak dan
sangat
berdekatan
mengakibatkan daun tanaman
bertumpang tindih, sehingga
tanaman
tidak
dapat
menghasilkan fotosintat secara
maksimal, maupun mendapatkan

unsur hara dari dalam tanah


secara maksimal.
KESIMPULAN
Kesimpulan
penelitian di atas adalah :

dari

1. Terdapat
interaksi
yang
nyata
antara
lama
penyimpanan
terhadap
beberapa
nomor
aksesi
tanaman jarak pagar pada
variabel
pengamatan
potensi tumbuh maksimum,
daya
berkecambah,
laju
perkecambahan,
tinggi
tanaman, jumlah daun, luas
daun, berat segar akar,
berat kering akar, berat
segar tanaman, dan berat
kering tanaman. Kombinasi
perlakuan cenderung relatif
lebih baik yaitu nomor
aksesi
P
pada
lama
penyimpanan >8 bulan.
2. Lama
penyimpanan
memberikan
respon
cenderung relatif lebih baik
pada lama penyimpanan >8
bulan pada nomor aksesi A,
P, 18, 7, 6, dan 5 dengan
melihat
dari
beberapa
variabel
berikut
yaitu
potensi tumbuh maksimum,
daya
berkecambah,
laju
perkecambahan,
tinggi
tanaman, jumlah daun, luas
daun, berat segar akar,
berat kering akar, berat
segar tanaman, dan berat
kering tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 1986. Hubungan
Jumlah Daun dengan
Produktivitas Fotosintat
Tanaman. Rineka Cipta,
Jakarta. Hal 86-78.

BPTH

Sulawesi.
2012b.
Kemunduran
Benih.
Siaran
RRI
ke-21.
Makasar.
November.
2012.

Chelkowski J. 1991. Fungal pathogens


influencing cereal seed quality
at harvest. In: Chelkowski J
(ed),
Cereal
Grains;
Mycotoxins, Fungi and Quality
in Drying and Storage.
Amsterdam: Elsevier. P 53-66.
Fatmawati. Sujarwati. Betty, A. 2011.
Viabilitas dan Vigor Lima
Kultivar Durian Asal Kampar.
http://repository.unri.ac.i
d
Francis, G. dan K. Becker, 2001.
Development, Mobility and
Environment: a case for
production and use of biodisel
from jatropha plantations in
India.
The
DaimlerChrysler/UNEP
Environment
Forum,
Magdeburg, November 21-23,
2001.
Hambali, E., Ani, S., Dadang, Hariyadi,
Hasim, H., Iman, K.R., Mira,
R., Ihsanur, M., Prayoga, S.,
Soekisman, T., Tatang, H.S.,
Theresia, P., Tirto, P., dan
Wahyu, P. 2007. Jarak Pagar :
Tanaman Penghasil Biodiesel.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T.
Davies, Jr., R.L. Geneve. 2002.
Plant Propagation : Principles
and Practices. 7th edition.
Printice Hall Inc. 770p.

Hasiholan,
S.B.Suprihatin,
M.S.,Muryas
R.dan
Isjwara.
2000.
Pengaruh
Perbandingan
Nitrat
Dan
Amonium
Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman
Selada (Latuca sativa
L.)
yang
Dibudidayakan Secara
Hidroponik.FP-UKSW
Salatiga.
Jker, D. and J. Jepsen, 2003. Jatropha
curcas L. Seed Leaflet No. 83.
Danida Forest Seed. Centre.
www.dfsc.dk
Miftahudin.
Okky
Setyawati
Dharmaputra.
Rantje
Lilly
Worang.
Rizal
Syarief.
2009.
The
Quality Of Physic Nut
(Jatropha
Curcas)
Seeds Affected By Water
Activity And Duration Of
Storage.
Mikrobiologi
Indonesia.
Volume
3,
Number 3, December 2009. p
139 - 145
Munir, B. 2013. Analisis
Keragaan Pengaruh
Tingkat Kemasakan
Terhadap Daya
Berkecambah Benih
Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.). PBT Ahli
Pertama BBPPTP
Surabaya
Napiah, A. 2009. Pengaruh Jenis
Kemasan Dan Tingkat
Kemasakan
Buah
Terhadap Daya Simpan

Benih Tanaman Jarak


Pagar (Jatropha Curcas
L.).
Skripsi.Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Openshaw, K. 2000. A Review Of
Jatropha Curcas: An Oil Plant
Of
Unfulfiled
Promise.
Biomass Bioeng 19: 1-15.
Pompelli, M.F. Escandon, J.M.
Silva, B.C.F. Silva, S.R.S.
Granja,
J.A.A.
Alves,
M.C.J.L.
2013.
Germination Responses
of Jatropha curcas L.
Seeds to Storage and
Aging. Industrial Crops
and
Products.
www.elsevier.com
Prihastanti,
Erma.
2010.
Perkecambahan biji dan
pertumbuhan
semai
tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.).
Buletin
anatomi
dan
fisiologi. Vol. XVIII, no. 1,
maret 2010.
Sadjad, S. 1989. Konsepsi SteinbauerSadjad Sebagai Landasan
Pengembangan
Matematika
Benih di Indonesia. Pidato
Ilmiah
Pengukuhan
Guru
Besar.
FakultasPertanian,
Institut
Pertanian
Bogor.
Bogor.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada
Benih.
PT
Gramedia
Widiasarana
Indonesia.
Jakarta.325h.
Santoso, B.B. Purwoko, B.S., 2008.
Teknik Pembibitan Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas

L.). CROP AGRO - - Jurnal


Ilmiah Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian UNRAM.
Vol. 1 No. 2 Juli 2008. Hal :
77-84.

Pagar (Jatropha Curcas


L.) Dengan Metode Inter
Simple
Sequence
Repeats (ISSR). Tesis.
Program
Studi
Bioteknologi
Pertanian.
Universitas
Udayana.
Denpasar.

Santoso, B.B. Budianto, A. Aryana, I.M.


2012. Seed Viability Of
Jatropha Curcas In Different
Fruit Maturity Stage After
Storage. Bioscience. Vol. 4.
No. 3. Pp. 113-117.

Sutopo, L. 2004. Teknologi


Benih. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Setyamidjaja, D., 1986. Pupuk


dan
Pemupukan.
Simplex, Jakarta.

Sutopo, L. 2012. Teknologi


Benih. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Singh, Geeta., Nandini Mohan,


Saeid
Nikdad.
2011.
Studies
on
seed
germination and embryo
culture
of
Jatropha
curcas L. under in vitro
conditions.
Research
Article,
Biotechnol.
Bioinf. Bioeng. 2011,
1(2):187-194.

Towaha, J. Pranowo, D. Heryana,


N.
2008.
Pengaruh
Tingkat
Kematangan
Buah
terhadap
Rendemen dan Kualitas
Minyak
Jarak
Pagar
(Jatropha Curcas L.).
Buletin RISTRI Vol. 1 (2)
2008.

Soriano, P. E. Mrcio Dias


Pereira. Denise Cunha
Fernandes dos Santos
Dias. Eduardo Euclydes
de
Lima
e
Borges.
Sebastio Martins Filho.
Luiz Antnio dos Santos
Dias. 2013. Physiological
quality of physic nut
(Jatropha curcas L.)
seeds during storage.
Journal of Seed Science.
v.35, n.1, p.21-27, 2013.

Trijayanto, D.I. 2014. Kajian


Frekuensi
Pemberian
Nutrisi yang Berbeda
pada Hasil Tiga Varietas
Selada
(
Lactuca
Sativa L. ) Secara
Hidroponik
dengan
Sistem Nutrient Film
Technique ( NFT ).
Skripsi.
Jurusan
Agroteknologi
Fakultas
Pertanian
Peternakan.
Universitas
Muhammadiyah Malang.

Suryatini, K.Y. 2011. Analisis


Keragaman Genetik Jarak

You might also like