You are on page 1of 11

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 15 No.

2, Desember 2018, 67-


145 ISSN: 1829-6327, E-ISSN: 2442-8930 Terakreditasi No:
21/E/KPT/2018

FENOLOGI PEMBUNGAAN Rhizophora mucronata Lamk. DI


HUTAN MANGROVE PASURUAN, JAWA TIMUR

(Flowering Fenology of Rhizophora mucronata Lamk. at Mangrove Forest Pasuruan, East


Java)
1* 2 3 1
Liliana Baskorowati , Subagya , Mohammad Mahmud dan/and Mudji Susanto
1
Forest Biotechnology and Tree Improvement Research and Development Centre Jl. Palagan Tentara Pelajar
2
Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Indonesia CV Sumber Rejeki Mangrove Nursery and
Plantation Dusun Pesisir, Desa Panunggal, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
3
Unit Pelaksana Teknis Perbinahan Tanaman Hutan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Jl Gayungsari
Barat No 54-56, Surabaya, Indonesia *E-mail: liliana.baskorowati@gmail.com

Tanggal diterima: 3 Oktober 2018; Tanggal direvisi: 10 November 2018;


Tanggal disetujui: 20 November 2018

ABSTRACT
Rhizophora mucronata Lamk. is a mangrove species developed for rehabilitation program along the north
coast of Java Island. Increasing demand of propagules lead to the importance of gaining information
regarding the flowers, fruits and propagules production within the area designated as seed source.
Therefore, this research aimed to identify the flowers and propagules of R. mucronata production in the seed
source area of Pesisir, Pasuruan, East Java. Flowering and fruiting phenology were observed by taking
samples of trees to identify the development of the flowers and the propagules. Propagule production was
observed by making a plot of 5 x 5 m, with the distance between plots measuring 100 m. Parameters of
diameter, total height, and seed production were carried out on all trees in the plot. The results showed that
R. mucronata bloomed throughout the observation period (January-April), with flowering that was not
simultaneously in one tree. Reproductive cycle of this species took 15-16 months from bud commencement to
propagule maturations; peak of flowering occurs from March to April and propagule production occurs on
August. Propagules reach maturity and are ready for harvesting on December-January.
Key words: Mangrove, Rhizophora mucronata, flowering, propagules

ABSTRAK
Rhizophora mucronata Lamk. merupakan jenis tanaman mangrove yang dikembangkan untuk program
rehabilitasi areal pantai utara Pulau Jawa. Informasi mengenai produksi propagula R. mucronata menjadi
penting agar kebutuhan buah tercukupi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fenologi pembungaan dan
pembuahan R. mucronata di areal sumber benih teridentifikasi Dusun Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur.
Fenologi pembungaan, pembuahan, dan produksi propagula diamati pada tiga sampel pohon per petak ukur.
Produksi propagula diamati dengan membuat petak ukur 5 x 5 m, dengan jarak antar petak ukur 100 m; yang
dibedakan antara petak ukur di tepi pantai dan di tepi daratan. Total petak ukur yang diamati ada sebanyak
sepuluh petak ukur. Pengambilan data diameter, tinggi total dan produksi propagula dilakukan untuk semua
pohon dalam petak ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R. mucronata berbunga selama pengamatan
(Januari-April), dengan pembungaan yang tidak serempak dalam satu pohon. Siklus reproduksi memerlukan
waktu 15-16 bulan mulai dari terbentuknya tunas sampai masaknya propagula; dengan puncak pembungaan
terjadi pada bulan Maret-April dan musim berbuah pada bulan Agustus. Propagula mencapai tingkat masak
siap dipanen pada bulan Desember-Januari.
Kata kunci : Mangrove, Rhizophora mucronata, pembungaan, propagula

11
3
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.
15 No. 2, Desember 2018, 113-123

I. PENDAHULUAN reproduksi biologi khususnya fenologi


Luas ekosistem hutan mangrove di pembungaan dan tingkat keberhasilan
produksi propagula sangat diperlukan,
Indonesia mencapai sekitar 3,5 juta ha,
yang tersebar di 257 kabupaten dan kota karena dengan adanya informasi kapan
terjadinya pembungaan dan pembuahan
di Indonesia; dengan kondisi mangrove
yang telah mengalami kerusakan seluas akan mempermudah petani untuk
mengetahui pasokan benih yang dapat
1,085 juta ha (Times-Indonesia, 2017).
Kerusakan hutan mangrove tersebut disediakan musim panen selanjutnya.
Studi fenologi menjadi penting karena
sebanyak 85% terjadi di Pantai Utara
Jawa (Pantura), dengan laju kerusakan dapat digunakan untuk memprediksi
kemampuan pohon dalam produksi benih
hutan mangrove 50.000 ha/tahun karena
konversi lahan (Berita Trans, 2017). atau propagula serta untuk menentukan
strategi pengembangan jenis tersebut
Ditjen Rehabilitasi dan Reboisasi Lahan
menyatakan sebanyak 1,6 juta ha (43,2%) (Baskorowati, Moncur, Doran, &
Kanowski, 2010; Nordatul Akmar &
luas mangrove dalam kawasan hutan
dalam kondisi rusak dan 4,8 juta ha Wan Juliana, 2012). Keberhasilan
reproduksi dapat diketahui dengan
(87,3%) di luar kawasan dalam keadaan
rusak parah (Onrizal, 2010). Pemerintah mengetahui proses fenologi tanaman
sepertu waktu, durasi, dan intensitas
Indonesia melalui Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) dan Kementerian pembungaan serta pembuahan
(Baskorowati, 2013). Kegiat-an
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) secara berkelanjutan mengga- penanaman kembali hutan mangrove
akan berkelanjutan dengan diketahuinya
lakkan kegiatan rehabilitasi lahan
mangrove untuk ditanami pohon dari informasi tentang puncak pembungaan
dan pembuahan, sehingga pengumpulan
famili Rhizophoraceae. Kegiatan reha-
bilitasi bertujuan untuk memulihkan propagula dapat tepat waktu. Dengan
demikian, studi untuk mengetahui waktu
fungsi utama hutan mangrove untuk
menahan laju erosi pantai, menyerap dan perkembangan bunga dan propagula;
serta mengetahui produksi propagula dari
energi badai laut, menjaga sedimen
pantai, serta melindungi terumbu karang R. mucronata menjadi penting untuk
diteliti.
(Dale, Knight, & Dwyer, 2014). Di
Indonesia terdapat beberapa jenis pohon
mangrove, namun jenis Rhizophora II. METODOLOGI
mucronata Lamk. menjadi pilihan para
petani mangrove untuk dikembangkan A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilakukan di
karena kemudahan-nya untuk tumbuh.
Rhizophora merupa-kan jenis bakau yang hutan mangrove Dusun Pesisir, Desa
sangat penting dari seluruh genera di Panunggal, Kecamatan Nguling,
daerah tropik maupun subtropik (Sharma, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Secara
Analuddin, & Hagihara, 2010). Jenis ini geografis hutan mangrove tersebut
juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi terletak pada 07°42'206" LS dan
karena kayunya dapat dipergunakan 113°05'622" BT. Pengamatan dimulai
sebagai kayu kons-truksi dan arang pada bulan September 2016 sampai
(Salina, 2009; Onrizal, 2010). dengan bulan Maret 2018.
Permintaan bibit Rhizophora terus
B. Metode
meningkat untuk memenuhi kegiatan
1. Pengamatan fenologi pembungaan
reboisasi; namun belum dapat terpenuhi
dan pembuahan
karena kurangnya koleksi propagula saat
Fenologi pembungaan dan pem-
musim berbuah. Pengetahuan tentang
buahan diamati secara langsung dengan

114
Fenologi Pembungaan Rhizophora mucronata Lamk. di Hutan Mangrove Pasuruan,
Jawa Timur
Liliana Baskorowati, Subagya, Mohammad Mahmud dan Mudji Susanto

observasi per pohon contoh (Nordatul sedangkan tinggi diukur dengan


Akmar & Wan Juliana, 2012). menggunakan galah ukur. Produksi
Pengamatan dilakukan dari mulai propagula dilakukan dengan memberikan
munculnya tunas calon bunga sampai skor dengan kriteria sebagai berikut; skor 1
kematangan propagula. Jumlah pohon = tidak berbuah sama sekali; 2 = berbuah
yang diamati sebanyak tiga pohon per sedikit; 3 = berbuah sedang; dan skor 4 =
petak ukur, total petak ukur yang diamati berbuah banyak. Dari masing-masing skor
sebanyak sepuluh petak. diambil sepuluh pohon yang dihitung
Pengamatan kuantitatitaf dilakukan jumlah propagulanya sehingga didapatkan
dengan mengukur dimensi karakteristik rerata jumlah propagula per skor.
bunga terhadap parameter yang ditetapkan
(Tabel 1). Pengukuran dimensi karak- 3. Analisis data
teristik bunga dilakukan dengan cara Data pengamatan dianalisis meng-
mengambil sampel bunga pada tahap gunakan analisis varians dilakukan untuk
sebelum mekar dan bunga yang sudah melihat hubungan antara (1) parameter
mekar masing-masing sepuluh bunga. yang diukur dengan posisi petak ukur
Pengukuran karakteristik bunga dilakukan digunakan model linier sebagai berikut: Y
dengan menghitung masing-masing = µ (rerata umum) + posisi petak ukur +
karakter bunga maupun pengukuran error; (2) parameter dimensi karakteristik
menggunakan penggaris. Pengamatan bunga digunakan model linier sebagai
kualitatif perkembangan tunas bunga, berikut: Y = µ (rerata umum) +
pembungaan, dan pembuahan dilakukan karakteristik bunga + error.
pada bulan September ketika tunas
pembungaan mulai muncul dan diamati
III. HASIL DAN
proses perkembangannya secara periodik 1
bulan sekali. Pembungaan diamati pada PEMBAHASAN A. Hasil
bulan Februari sampai dengan April 1. Fenologi pembungaan dan pem-
dilakukan setiap minggu; selanjutnya buahan
pengamatan dilakukan setiap bulan sampai Dari pengamatan fenologi pem-
propagula masak. bungaan menunjukkan bahwa bunga R.
mucronata bersifat biseksual atau
2. Pengamatan intensitas produksi berumah dua, dimana dalam satu bunga
propagula terdapat organ betina (kepala putik) dan
Pengamatan intensitas produksi organ pejantan (benang sari). Struktur
propagula diamati pada beberapa pohon bunga R. mucronata (Gambar 1) terdiri
contoh dengan menggunakan metode dari kelopak bunga (calyx) yang
pembuatan petak ukur permanen ukuran 5 berjumlah 4 berwarna kuning muda atau
x 5 m; dengan jarak antar petak ukur 100 hijau kekuningan; mempunyai mahkota
m; yang dibedakan antara petak ukur di bunga (corolla) berjumlah 4 berwarna
tepi pantai (diujung pantai, sehingga lebih putih dan berbulu tebal di seluruh
terendam air laut dan terpapar angin laut) pinggirannya; benang sari (stamen)
dan di tepi daratan (dekat dengan daratan). berjumlah 8 dan putik (style). Infloresens
Parameter diameter batang, tinggi total, dan berkarang, terdiri dari 4-8 kuncup bunga
produksi benih diamati pada semua pohon dalam setiap karang dengan pembungaan
dalam petak ukur. Diameter batang yang tidak serempak. Dimensi karakteris-
diukur setinggi dada dengan tik bunga disajikan dalam Tabel 1.
menggunakan pita diameter (phi band),

11
5
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 2, Desember 2018, 113-123

Tabel (Table) 1. Dimensi karakteristik bunga R. mucronata (The dimension of key floral
characteristics of R. mucronata)
Karakteristik yang diukur Unit Rerata Standar error
(Floral characteristic measurement) (Unit) (Mean) (Standard
error)
1. Panjang kuncup (sebelum mekar) Cm 1.34 0.13
(Length of bud) (before anthesis)
2. Diameter kuncup (Diameter of bud) Mm 0.51 0.08
3. Jumlah kelopak bunga (Number of calyx) Buah (Number) 4.00 0.00
4. Panjang mahkota bunga (Length of Cm 1.43 0.08
corolla)
5. Jumlah anther dalam 1 bunga (Number Buah (Number) 8.00 0.00
of anther in 1 flower)
6. Panjang kelopak bunga (Length of calyx) Cm 1.08 0.10
7. Panjang anther (Length of anther) Cm 0.58 0.03

Gambar (Figure) 1. Struktur bunga R. mucronata (Floral structure of R. mucronata)


(www.prota4u.org)

Diantara individu-individu bunga 2 Intensitas produksi


yang diobservasi, tidak ada perbedaan yang Hasil pengukuran pertumbuhan
nyata (P < 0,0001) dalam hal panjang tanaman serta produksi propagula disajikan
kuncup (sebelum mekar), diameter kuncup, pada Tabel 3. Hasil analisis varians
jumlah mahkota bunga, jumlah antera menunjukkan bahwa posisi petak ukur
dalam satu bunga, panjang mahkota bunga, berpengaruh nyata terhadap produksi
dan panjang antera. Proses perkembangan propagula (P = 0,02) dan berpengaruh
organ generatif jenis R. mucronata di sangat nyata terhadap pertumbuhan
lokasi penelitian terjadi sepanjang tahun, diameter (P = 0.0001). Posisi petak ukur
dengan puncak pembungaan yang terjadi juga berpengaruh sangat nyata terhadap
bulan Maret sampai dengan April dan pertumbuhan tinggi tanaman (P = 0.0001).
puncak produksi propagula bulan Agustus Analisis varians juga menunjukkan bahwa
sampai dengan Desember. Hasil perbedaan kelas diameter tidak
pengamatan perkem-bangan organ dipengaruhi oleh posisi petak ukur.
generatif pada R. mucronata dijabarkan
pada Tabel 2.

116
Fenologi Pembungaan Rhizophora mucronata Lamk. di Hutan Mangrove
Pasuruan, Jawa Timur
Liliana Baskorowati, Subagya, Mohammad Mahmud dan Mudji Susanto

Tabel (Table) 2. Tahapan perkembangan bunga, dan buah R. mucronata di hutan mangrove
Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur (Stages of floral and fruit development of R.
mucronata at Mangrove Forest Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur)
Fase Tahap Gambar Deskripsi Waktu: Jumlah
(Phase) (Stages) (Figure) (Description) bulan, tahun minggu
(Time: (Number
month, year) of weeks)
Sebelum 1 Kemunculan Awal
bunga calon tunas pada September 0
mekar ketiak daun (tahun 1)
(Pre (Early bud (Early
anthesis) initiation on the Sept)
axil) (year 1)
Munculnya Akhir
2
tunas September 4
reproduktif pada (tahun 1)
primordia (End of
(Reproductive Sept)
bud initiation on (year 1)
the primordial)
(RonYeo@tidechaser.blongspot.com)

3 Perkembangan Akhir 15
tunas hingga, Januari
berbentuk (tahun ke 2)
kerucut (kuncup End of
bunga), warna
January
hijau
(year 2)
kekuningan
(Subagya, 2017) Developing
buds to cone
shaped (flower
buds), yellowish
green
Bunga 4 Kuncup bunga Akhir Maret 23

mekar merekah, (tahun ke 2)


Anthesis membuka (End of
dengan waktu March)
yang tidak (year 2)
bersamaan antar
individu bunga
(Subagya, 2017) dalam satu
malai
(Flowers open/
anthesis
unsynchronously
between
individual
flowers)

11
7
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 2, Desember 2018, 113-123

Tabel (Table) 2. Lanjutan (Continued)


Fase Tahap Gambar Deskripsi Waktu: Jumlah
(Phase) (Stages) (Figure) (Description) bulan, tahun minggu
(Time: (Number
month, year) of weeks)
5 Bunga Awal April 24-25
berkembang (tahun ke 2)
dengan (Early
mahkota bunga nd
April) (2
dan athers layu
year)
setelah
pembuahan
(Subagya, 2017) (Developing
flowers with
withered
corolla and
anthers after
fertilization)
Perkembangan 6 Perkembangan Awal Juni 32

buah ukuran buah (tahun ke-2)


(Fruit yang berwarna Early June
nd
development) coklat; (2 year)
sedangkan
kelopak bunga
berubah warna
(Subagya, 2017) menjadi hijau
(Developing of
young fruit
with brown
color; while
the petals turn
green)
7 Perkembangn Awal 44

buah pada September


ukuran (tahun ke-2)
maksimal, (Early
hipokotil September)
nd
muncul (2 year)
(Developing
(Subagya, 2017) fruit at
maximum size
with the
emergence of
hypocotyl)

118
Fenologi Pembungaan Rhizophora mucronata Lamk. di Hutan Mangrove Pasuruan,
Jawa Timur
Liliana Baskorowati, Subagya, Mohammad Mahmud dan Mudji Susanto

Tabel (Table) 2. Lanjutan (Continued)


Fase Tahap Gambar Deskripsi Waktu: bulan, Jumlah
(Phase) (Stages) (Figure) (Description) tahun minggu
(Time:month, (Number
year) of weeks)
Perkembangan 8 Hipokotil yang Awal 56-60
propagulae berbentuk Desember
(Propagulae silindris akan (tahun ke-2)
development) berkembang (Early
dan bertambah December)
panjang dengan (2nd year)
ukuran
bervariasi
antara 40-70
cm; diameter 2-
3 cm
(Developing of
cylindrical
hypocotyl and
grow longer
with varying
(Subagya, 2017) sizes between
40-70 cm,
diameter of 2-3
cm)
9 Kemasakan Akhir Januari 62-64
hipokotil di (tahun ke-3)
tandai dengan (End of
rd
munculnya January) (3
kotiledon pada year)
pangkal
hipokotil yang
berwarna
kekuningan
dengan ukuran
4-5 cm,
hipokotil akan
lepas dari buah,
dan jatuh
(Maturation of
hypocotyl
(Subagya, 2017) characterized
by the
appearance of
cotyledons at
the base of the
yellowish
hypocotyl with
a size of 4-5
cm, the
hypocotyl will
be released
from the fruit
and fall)

11
9
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 2, Desember 2018, 113-123

Tabel (Table) 3. Rerata dan standar error diameter batang, tinggi dan produksi propagula
R mucronata (mean and standard error of stem diameter, height, and
propagule productions of R mucronata)
No Rerata diameter (cm) Rerata tinggi (m) Produksi propagula (skor)
PU (Mean of diameter) (Mean of height) (Propagule production)
(cm) (m) (score)
1 10.33 ± 4.22 6.67 ± 0,56 2.00 ± 0.71
2 8.75 ± 1.58 7.37 ± 0,52 1.75 ± 0.71
3 10.00 ± 1.33 7.00 ± 0.00 2.10 ± 0.88
4 10.38 ± 1.60 7.75 ± 0,50 1.88 ± 0.99
5 12.11 ± 1.62 10.50 ± 0,55 2.44 ± 0.53
6 10.36 ± 2.38 8.50 ± 0,93 1.91 ± 1.04
7 10.38 ± 2.38 10.50 ± 0,55 2.13 ± 0.83
8 12.14 ± 2.54 10.00 ± 0,82 2.43 ± 0.79
9 9.43 ± 1.40 10.75 ± 0,71 2.00 ± 0.68
10 11.30 ± 2.00 10.50 ± 0,53 2.50 0.53

B. Pembahasan bulan); anthesis atau membukanya


Secara umum, faktor genetik dan kuncup bunga, masaknya organ reproduksi
lingkungan diyakini sebagai faktor yang bunga (polen dan putik) sampai luruhnya
mempengaruhi fenologi pembungaan. organ re-produksi bunga, fase ini hanya
Waktu pembungaan dan pembuahan yang membutuhkan waktu 1-2 minggu. Dalam
tidak serempak di beberapa kawasan proses penyerbukan dan pembuahan; untuk
hutan mangrove disajikan pada Tabel 4. fase post anthesis terbagi lagi menjadi
Perbedaan lingkungan seperti perbedaan perkembangan buah dan perkembangan
jenis tanah dan letak geografis mem- propagula yang membutuhkan waktu 8-9
pengaruhi terjadinya perbedaan waktu bulan sampai propagula masak dan siap
berbunga suatu jenis tanaman antar tanam.
populasi (Liliana Baskorowati, 2013; Secara keseluruhan, siklus repro-
Cortés - Flores, Hernández - Esquivel, duksi R. mucronata di hutan mangrove
González - Rodríguez, & Ibarra - Desa Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur
Manríquez, 2017). memerlukan waktu 15-16 bulan mulai dari
Perkembangan organ generatif terbentuknya tunas sampai masaknya
merupakan serangkaian tahapan yang propagula; dengan puncak pembungaan
dimulai dari inisiasi bunga; perkembangan terjadi pada bulan Maret–April dan musim
bunga menuju reseptif; penyerbukan dan berbuah pada bulan Agustus. Beberapa
pembuahan; perkembangan buah menuju penelitian menyebutkan kisaran waktu
kemasakan serta masaknya buah siklus reproduksi R. mucronata yaitu 16-20
(Hartmann, Kester, Davies, & Geneve, bulan (Kamal, 2011; Wang’ondu et al.,
2010). Seperti yang disampaikan pada 2013; 2014). Dalam penelitian ini waktu
Tabel 2, bahwa fase reproduksi pada R. yang diperlukan oleh R. mucronata mulai
mucronata terbagi dalam 4 fase yaitu pre- dari terbentuknya propagula sampai masak
anthesis dimana tunas reproduksi sudah (muncul kotiledon) membutuhkan waktu 8-
mulai muncul sampai perkembangan 9 bulan, hampir sama dengan
kuncup bunga sebelum anthesis hasil penelitian yang dilaporkan
(membuka), fase ini membutuhkan waktu sebelumnya yaitu 6-8 bulan dan 9 bulan
yang lama yaitu selama 15 minggu (4 (Wang’ondu et al., 2013).

120
Fenologi Pembungaan Rhizophora mucronata Lamk. di Hutan Mangrove
Pasuruan, Jawa Timur
Liliana Baskorowati, Subagya, Mohammad Mahmud dan Mudji Susanto

Tabel (Table) 4. Waktu berbunga dan berbuah R. mucronata di beberapa kawasan hutan
mangrove (Time of flowering and fruiting of R. mucronata at several
mangrove forests)
Lokasi Waktu berbunga Waktu berbuah Sumber pustaka
(Location) (Flowering time) (Fruiting time) (Reference)
Pulau Unggas, November-Maret Agustus- Kamal (2011)
Sumatra Barat Desember
Gazi Bay, Kenya Oktober- Wang’ondu et al. (2013,
September 2014).
Sungai Pulai, Januari-April, Maret-Mei Nordatul Akmar & Wan
Malaysia Juliana (2012)
Tanjung Tuan, April-Juni Nordatul Akmar & Wan
Malaysia Juliana, (2012); Wan
Juliana, Farihah, Nordatul
Akmar, Muhamad Rizali,
& Nurhanim (2011).

Baik faktor genetik maupun 0,02) dengan rerata produksi propagula


lingkungan diketahui sebagai penyebab lebih banyak pada tanaman yang berada
adanya perbedaan fenologi pembungaan di dekat daratan dibandingkan dengan
antar spesies, contohnya periode waktu tanaman yang di dekat pantai. Hal
pembungaan yang berbeda dalam satu tersebut diduga karena faktor terpaan
jenis tanaman dapat dipengaruhi oleh angin laut yang menyebabkan jumlah
kondisi lingkungan terjadinya pem- pollinator yang membantu penyerbukan
bungaan (Baskorowati et al., 2010; menjadi berkurang. Seperti diketahui
Baskorowati, 2013). Penelitian fenologi bahwa angin dan serangga memegang
R. mucronata oleh Wang’ondu et al. peranan yang penting terhadap proses
(2013; 2014) menunjukkan bahwa penyerbukan jenis ini.
kemunculan struktur reproduksi jenis ini Penelitian sebelumnya menyatakan
dipengaruhi oleh iklim; dimana bahwa angin dan serangga menjadi
pembentukan kuncup bunga berkorelasi pollinator pada R. mucronata ( Willmer,
dengan kelembapan dan suhu udara; 2012; Wang’ondu et al., 2013). Penelitian
pembungaan berhubungan dengan curah lain menyebutkan bahwa serangga (lebah
hujan, dan perkembangan propagula madu, semut dan ngengat) lebih
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan memungkinkan menjadi faktor utama
kelembapan. Terdapat hubungan yang kuat penyerbukan dibandingkan angin (Pandey,
antara proses reproduksi tanaman Pandey, & Jain, 2010). Dalam penelitian
mangrove dengan curah hujan; dimana ini, diasumsikan bahwa yang menjadi agen
panjangnya sinar matahari, curah hujan, utama proses penyerbukan adalah
dan suhu ditengarai sangat mempengaruhi serangga, sehingga dengan kuatnya terpaan
terjadinya pembungaan dan pembuahan angin akan menyebabkan jumlah
pada jenis mangrove (Nadia, Morellato, & kunjungan serangga menjadi berkurang;
Machado, 2012; Wang’ondu et al., 2013). yang akhirnya berpengaruh pada
Hasil analisis varians menunjukkan keberhasilan reproduksi pohon-pohon yang
bahwa posisi petak ukur berpengaruh di dekat pantai menjadi lebih sedikit
nyata terhadap produksi propagula (P = dibandingkan yang di tepi dataran. Angin

12
1
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol. 15 No. 2, Desember 2018, 113-123

yang kencang juga menyebabkan UCAPAN TERIMA KASIH


gugurnya bunga yang sedang mekar, Penulis mengucapkan banyak terima
sehingga akan mempengaruhi jumlah kasih kepada CV. Sumber Rejeki
keberhasilan buah/propagula. Pembunga- Mangrove Nursery and Plantation, Dusun
an berjalan tidak serempak, sehingga
Pesisir, Desa Panunggal, Kecamatan
propagula yang sudah masak juga
Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,
dijumpai pada saat puncak pembungaan
Indonesia atas bantuannya selama
meskipun dalam jumlah yang sedikit.
pengambilan data di lapangan. Tidak lupa
penulis mengucapkan banyak terima kasih
IV. KESIMPULAN DAN SARAN kepada seluruh jajaran Unit Pelaksana
A. Kesimpulan Teknis Perbenihan Tanaman Hutan, Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Timur, atas
Produksi propagula R. mucronata di
kesempatan yang diberikan kepada penulis
hutan mangrove Dusun Pesisir, Pasuruan
untuk melakukan kajian ini.
dipengaruhi oleh keberhasilan
penyerbukan, yang dipengaruhi oleh letak
tanaman. Produksi propagula R.
mucronata dipengaruhi oleh posisi DAFTAR PUSTAKA
tanaman dalam hutan mangrove tersebut. Baskorowati, L. (2013). Pengaruh faktor
Semakin dekat posisi tanaman dengan lingkungan terhadap intensitas
laut; produksi propagula semakin sedikit. pembungaan Melaleuca alternifolia.
Proses pembungaan dan pembuahan R. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan,
mucronata di hutan mangrove Dusun 7(1), 15-28.
Pesisir membutuhkan waktu 15-16 bulan. Baskorowati, L., Moncur, M.W., Doran,
Siklus reproduksi R. mucronata terbagi J.C., & Kanowski, P.J. (2010).
dalam empat tahap, yaitu tahap pre- Reproductive biology of Melaleuca
anthesis atau perkembangan kuncup alternifolia (Myrtaceae) 1. Floral
bunga; anthesis atau membukanya bunga biology. Australian Journal of
dan berfungsinya organ-organ reproduksi Botany, 58(5), 373-383.
baik kepala sari maupun serbuk sari https://doi.org/10.1071/BT10035.
sampai terjadinya proses pembuahan; Berita Trans. (2017). Rehabilitasi hutan
post-anthesis perkembangan bakal buah; mangrove tak bisa lagi andalkan
dan post-antheis perkembangan KKP dan KLHK. Berita Trans.Com.
propagula sampai siap tanam. R. Retrieved from
mucronata mulai berbunga pada bulan https://aksi.id/artikel/18541/
Maret-April, musim berbuah Agustus– Rehabilitasi-Hutan-Mangrove-Tak-
September. Waktu yang diperlukan untuk Bisa-Lagi-Andalkan-KKP-dan-
kemasakan propagula adalah 8-9 bulan, KLHK/
sehingga propagula akan siap untuk Cortés-Flores, J., Hernández-Esquivel, K.,
dipanen pada bulan Desember-Januari. González-Rodríguez, A., & Ibarra-
Manríquez, G. (2017). Flowering
B. Saran phenology, growth forms, and
Pengunduhan propagula R. pollination syndromes in tropical dry
mucronata di hutan mangrove Dusun forest species: Influence of
Pesisir, Pasuruan, Jawa Timur disarankan phylogeny and abiotic factors.
dilakukan pada bulan Desember sampai American Journal of Botany.
dengan Januari. Meskipun dalam jumlah https://doi.org/10.3732/ajb.1600305.
sedikit dapat ditemui juga propagula yang Dale, P.E.R., Knight, J.M., & Dwyer,
masak pada bulan September-Desember. P.G. (2014). Mangrove rehabilitation: a

122
Fenologi Pembungaan Rhizophora mucronata Lamk. di Hutan Mangrove Pasuruan,
Jawa Timur
Liliana Baskorowati, Subagya, Mohammad Mahmud dan Mudji Susanto

review focusing on ecological and (2010). Phenology and litterfall


institutional issues. Wetlands production of mangrove Rhizophora
Ecology and Management. stylosa Griff . in the subtropical
https://doi.org/10.1007/s11273-014- region , Okinawa Island , Japan. Proc.
9383-1. of International Conference on
Hartmann, H., Kester, D., Davies, F., & Environmental Aspects of
Geneve, R. (2010). Plant Bangladesh (ICEAB10), Japan,
propagation: principles and Sept. 2010.
practices. Biochemical Systematics Times-Indonesia. (2017). Luas lahan
and Ecology. mangrove di Indonesia semakin me-
https://doi.org/10.1016/0305- rosot. Times Indonesia. Retrieved
1978(90)90018-B. from
Kamal, E. (2011). Fenologi mangrove https://www.timesindonesia.co.
( Rhizophora apiculata, R. id/read/146434/20170418/180940/
mucronata dan R . stylosa) di Pulau luas-lahan-mangrove-di-indonesia-
Unggas, Air Bangis Pasaman Barat, semakin-merosot/
Sumatera Barat. Jurnal Natur Wan Juliana, W., Farihah, A., Nordatul
Indonesia, 14(1), 90-94. Akmar, Z., Muhamad Rizali, S., &
Nadia, T. de L., Morellato, L.P.C., & Nurhanim, M. (2011). Phenology of
Machado, I.C. (2012). Reproductive rhizophora species at three
phenology of a northeast Brazilian peninsular Malaysia mangrove
mangrove community: environmental forests. In Proceeding of Universiti
and biotic constraints. Flora: Malaysia Terengganu 10th Annual
morphology, distribution, functional Symposium (UMTAS 2011). Kuala
ecology of plants. Terengganu, 11-13 Juli (pp. 12-17).
https://doi.org/10.1016/j.flora.2012. Wang’ondu, V.W., Bosire, J.O., Kairo,
06.020. J.G., Kinyamario, J.I., Mwaura, F. B.,
Nordatul Akmar, Z., & Wan Juliana, W.A. Dahdouh-Guebas, F., & Koedam, N.
(2012). Reproductive phenology of (2014). Litter fall dynamics of
two rhizophora species in Sungai restored mangroves (Rhizophora
Pulai Forest Reserve, Johor, mucronata Lamk. and Sonneratia
Malaysia. Malaysian Applied alba Sm.) in Kenya. Restoration
Biology, 41(1), 11-21. Ecology.
Onrizal. (2010). Perubahan tutupan hutan https://doi.org/10.1111/rec.12149.
mangrove di Pantai Timur Sumatera Wang’ondu, V.W., Kairo, J.G.,
Utara periode 1977-2006. Jurnal Kinyamario, J.I., Mwaura, F.B.,
Biologi Indonesia, 6(2), 163-172. Bosire, J.O., Dahdouh-Guebas, F., &
Pandey, C.N., Pandey, R., & Jain, B.K. Koedam, N. (2013). Vegetative and
(2010). Reproductive phenology of reproductive phenological traits of
Rhizophora mucronata Lamk. Rhizophora mucronata Lamk. and
(rhizophoraceae) in the gulf of Sonneratia alba Sm. Flora -
Kachchh, Gujarat, India. Morphology, Distribution,
Phytomorphology: An International Functional Ecology of Plants,
Journal of Plant Morphology, 60(3- 208(8), 522-531. https://doi.org/
4), 91-100. 10.1016/j.flora.2013.08.004.
Salina, K. (2009). Saving the mangroves: Willmer, P.G. (2012). Ecology.
nursery created to keep costs down. Pollinator-plant syncrony tested by
Starmetro. climate change. Current Biology, 22,
Sharma, S., Analuddin, K., & Hagihara, A. 131-132.

12
3

You might also like