You are on page 1of 10

VARIASI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT JABON

DARI DUA PROVENAN BERBEDA

(Variation of growth characteristics of Jabon seedlings from two difference provenances)

Tri Pamungkas Yudohartono dan Priska Rini Herdiyanti


Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582
Telp. (0274) 895954, 896080, Fax. (0274) 8960808

Naskah masuk : 7 Februari 2012; Naskah diterima : 5 Pebruari 2013

ABSTRACT

Jabon is a fast growing tree species having high potential market. The wood utilization and silviculture techniques of
this species have already been known. This research aims to determine the relationship of genetic variation with
characteristics of jabon single tree progenies from Ogan Ilir, South Sumatera and West Lombok, West Nusa Tenggara
provenances at nursery level. The research was arranged in Completely Randomized Design (CRD) with 20 families,
and 3 replications. Each replication comprised 10 seedlings that were arranged in line plot. In total, there were 600
seedlings planted according to the design. The results showed that genetic variation affects the growth traits such as
height, diameter and sturdiness index among families within provenances. There was no significant difference in
terms of diameter between provenances, while genetic variation of height and sturdiness index between prove-
nances was significantly observed. Mother tree that showed the highest value of height growth and sturdiness index
was family 18, which was originated from Ogan Ilir provenance. The family showing the best growth of diameter was
family 10, which was originated from Lombok Barat provenance.
Keywords: Jabon, variation, growth characteristic, provenance, mother tree

ABSTRAK

Jabon merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang prospek pemasarannya cukup tinggi. Pemanfaatan kayu dan
teknik silvikulturnya sudah dikenal luas oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui relasi
variasi genetik terhadap karakteristik bibit jabon dari berbagai pohon induk dari provenan Ogan Ilir (Sumatera
Selatan) dan Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat) pada tingkat semai. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan
Acak Lengkap dengan 20 pohon induk, dengan 3 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 10 bibit sehingga jumlah bibit
yang digunakan sebanyak 600 bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi genetik yang memberikan
pengaruh terhadap sifat tanaman yang diamati. Hal ini ditunjukkan dengan keragaman genetik dari karakter atau
sifat pertumbuhan tinggi, diameter dan indeks kekokohan semai antar famili di dalam provenan jabon. Sifat
pertumbuhan diameter antar provenan tidak menunjukkan variasi yang nyata. Sedangkan variasi genetik untuk sifat
tinggi dan indeks kekokohan semai antar provenan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Bibit yang memiliki
sifat pertumbuhan tinggi dan kekokohan semai terbaik berasal dari famili 18 (Ogan Ilir). Bibit yang menunjukkan
sifat pertumbuhan diameter terbaik berasal dari famili 10 (Lombok Barat).
Kata kunci : Jabon, variasi, karakteristik pertumbuhan, provenan, pohon induk

I. PENDAHULUAN masyarakat untuk menanam dan memanfaatkan


kawasan hutan, dan diversifikasi jenis untuk
Ketimpangan antara kapasitas industri perka- pembangunan hutan tanaman. Salah satu jenis
yuan dengan kemampuan hutan untuk menyedia- tanaman hutan yang potensial untuk dikem-
kan bahan baku secara lestari telah menyebabkan bangkan adalah jabon (Anthocephalus cadamba
pengurasan (pengrusakan) sumberdaya hutan. Miq.). Tanaman jabon merupakan jenis tanaman
Untuk mengurangi tekanan terhadap hutan alam cepat tumbuh, pemanfaatan kayunya sudah di-
akibat tuntutan pemenuhan kebutuhan bahan ba- kenal luas oleh masyarakat, prospek pemasaran-
ku industri yang semakin meningkat maka perlu nya cukup tinggi, dan teknik silvikulturnya telah
dilakukan pembukaan akses seluas-luasnya bagi diketahui.

7
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 7 - 16

Daerah penyebaran jabon di Indonesia meli- II. METODE PENELITIAN


puti seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh A. Waktu dan Tempat Penelitian
Sulawesi, Nusa Tenggara Barat Lombok dan
Penelitian dilakukan di persemaian Balai Besar
Sumbawa), dan Irian Jaya (Soerianegara and
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Lemmens, 1994, Martawijaya dkk., 1989). Jabon
Hutan Yogyakarta. Pembuatan bibit jabon di
tergolong tumbuhan pionir yang dapat tumbuh di
persemaian dimulai bulan November 2010. Pe-
tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau
ngukuran dan pengamatan karakteristik bibit ja-
tanah berbatu. Anggota famili Rubiaceae itu tum-
bon dilakukan pada Juni 2011.
buh baik di tanah aluvial di pinggir sungai dan di
daerah peralihan antara rawa dan tanah kering
B. Bahan dan Peralatan
(Orwa dkk., 2009). Bahkan di tanah gambut di
Kalimantan pun, jabon dapat tumbuh baik. Jenis Bahan yang digunakan adalah bibit jabon
ini memerlukan iklim basah hingga kemarau yang berasal dari 20 pohon induk dari provenan
kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe Ogan Ilir, Sumatra Selatan dan Lombok Barat,
curah hujan A dan D, mulai dari dataran rendah Nusa Tenggara Barat. Informasi atau deskripsi
sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan dari setiap pohon induk yang digunakan dalam
laut (Martawijaya dkk., 1989). penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Kayu jabon dapat dipergunakan untuk korek Bahan pendukung lain yang digunakan yaitu:
api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan media tabur, bak tabur, plastik sungkup, paranet,
anak-anak, pulp, kelom dan konstruksi darurat media sapih, dan polybag. Peralatan yang
yang ringan. Kayu jabon juga dapat digunakan diguna-kan yaitu pinset, sprayer, digital caliper,
sebagai bahan baku kertas (pulp) dikarenakan peng-garis, tally sheet dan alat-alat tulis.
mempu-nyai sifat kimia yaitu memiliki
kandungan selulosa cukup tinggi ± 52,4% dan C. Prosedur Kerja
panjang serat 1.979 (Martawijaya dkk., 1989).
1. Rancangan penelitian
Kayu jabon juga dapat dipakai untuk lapisan inti
Rancangan yang digunakan untuk penelitian
atau lapisan permukaan vinir (kayu lapis) dan
adalah Rancangan Acak Lengkap (Completely
cocok pula untuk bahan papan partikel, papan
Randomize Design) dengan 20 famili dari 2 pro-
semen dan papan blok. (Krisnawati dkk., 2011).
venan dengan 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri
Dalam pembangunan hutan tanaman, kualitas
dari 10 bibit sehingga jumlah bibit yang digu-
benih memainkan peranan yang sangat penting.
nakan sebanyak 600 bibit.
Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini
akan menentukan mutu tegakan yang akan diha- 2. Tahapan penelitian
silkan dimasa mendatang. Menurut Zobel (1969) a. Perkecambahan
dalam Soerianegara dan Djamhuri (1979), peng- Media tabur yang digunakan adalah pasir yang
gunaan biji dari tempat asal dengan kondisi telah disterilisasi dengan penyemprotan fungi-
geografis dan ekologis yang tepat adalah syarat sida. Benih ditabur berdasarkan asal benih/pohon
pertama bagi berhasilnya usaha pemuliaan. induk. Selanjutnya bak tabur ditutup dengan
Populasi dasar dengan basis genetik yang luas sungkup plastik untuk menjaga temperatur dan
atau keragaman genetik yang tinggi sangat kelembaban yang kondusif untuk perkecambah-
penting bagi program pemuliaan jabon karena an. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan
akan memperbesar peluang untuk melakukan menggunakan sprayer.
seleksi terhadap sifat-sifat yang diinginkan.
b. Penyapihan
Langkah awal yang dilakukan dalam pemba-
Media sapih yang dipergunakan adalah top
ngunan populasi dasar tersebut adalah penyedia-
soil. Penyapihan bibit dilakukan pada saat ber-
an bibit.
umur 1,5 - 2 bulan atau pada saat mulai muncul
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me-
2 - 3 pasang daun. Sebelum penyapihan dilaku-
ngetahui relasi antara variasi genetik dengan ka-
kan, media sapih telah disiapkan dan telah diberi
rakteristik bibit jabon dari berbagai pohon induk
nomor identitas pohon induk untuk menghindari
dari provenan Ogan Ilir (Sumatra Selatan) dan
tercampurnya bibit antara pohon induk yang satu
Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat) pada ting-
dengan lainnya. Penyapihan dilakukan secara
kat semai.
berurutan sesuai dengan nomor famili yang ter-
sedia. Penyapihan bibit jabon dilakukan dengan

8
Variasi Karakteristik Pertumbuhan Bibit Jabon
dari Dua Provenan Berbeda
Tri Pamungkas Yudohartono dan Priska Rini Herdiyanti

Tabel (Table)1. Data pohon induk yang digunakan dalam penelitian (Mother trees data base for research)
No. Pohon
induk Ketinggian Habitat Tinggi Diameter
Provenan Koordinat
(Mother (Altitude) (Habitat) (Height) (Diameter)
(Provenance) (Coordinate)
trees (m) (m) (cm)
number)
1 Lombok Barat 18 Tepi sungai 25 60 08o48'19'' S/LS
(river side) 116 o03'15'' E/BT
2 Lombok Barat 37 Tepi sungai, tanah 18 40 08o48'36,8'' S/LS
berpasir(river side, 116 o03'02'' E/BT
sandy soil)
3 Lombok Barat 94 Dataran terbuka 20 32 08o48'56'' S/LS
agak lembab (opened 116 o02'47'' E/BT
humidland )
4 Lombok Barat 21 Tepi sungai 20 35 08o51'02,6'' S/LS
(river side) 116 o03'15'' E/BT
5 Lombok Barat 20 Tanah 20 40 08o51'25,4'' S/LS
berbatu 116 o02'08,4'' E/BT
(stony soil)
6 Lombok Barat 20 Tanah 20 60 08o51'24,3'' S/LS
berbatu 116 o02'09'' E/BT
(stony soil)
7 Lombok Barat 20 Tanah 20 50 08o51'23,2'' S/LS
berbatu 116 o02'08,2'' E/BT
(stony soil)
8 Lombok Barat 21 Dataran terbuka 15 35 08o51'23,5'' S/LS
kering 116 o02'10,8'' E/BT
(opened dryland)
9 Lombok Barat 23 Tepi sungai 25 70 08o51'07,5'' S/LS
(river side) 116 o01'24,6'' E/BT
10 Lombok Barat 24 Dataran dekat 25 50 08o51'05,6'' S/LS
sungai 116 o01'25,1'' E/BT
(near river)
11 Lombok Barat 263 Dataran terbuka 25 40 08o49'51,5'' S/LS
kering 116 o01'37,1'' E/BT
(opened dryland)
12 Lombok Barat 127 Dataran terbuka 25 40 08o51'23,5'' S/LS
kering 116 o02'10,8'' E/BT
(opened dryland)
13 Lombok Barat 170 Lereng 16 32 -
bukit (hillslide)
14 Lombok Barat 172 Lereng 18 35 -
bukit (hillslide)

15 Lombok Barat 172 Lereng 20 40 -


bukit (hillslide)
16 Lombok Barat 38 Dataran rendah 20 40 08o48'42,6'' S/LS
(lowland) 116 o03'04,5'' E/BT
17 Ogan Ilir 60 Daerah tergenang 13 27,7 -
periodik
(periodically
inundated area)
18 Ogan Ilir 75 Daerah tergenang 14 30,3 -
periodik
(periodically
inundated area)
19 Ogan Ilir 95 Daerah tergenang 11 39 -
periodik
(periodically
inundated)
20 Ogan Ilir 100 Dataran rendah 20 65 03o15'51,9'' S/LS
kering (dry 104o42'39'' E/BT
lowland)

9
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 7 - 16

menggunakan pinset karena ukuran bibit/kecam- III. HASIL DAN PEMBAHASAN


bah yang kecil (diameter 1 mm dan tinggi 1,5 -
2 cm). Bibit jabon disungkup selama kurang lebih A. Hasil
1 bulan setelah penyapihan. Selama penyapihan
1. Tinggi
penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari.
Nilai rata-rata sifat pertumbuhan tinggi dari
Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada saat
provenan Lombok Barat dan Ogan Ilir disajikan
semai berumur 6 bulan atau saat bibit siap di-
tanam. pada Gambar 1.
Nilai rata-rata tinggi tiap famili yang paling
3. Karakteristik yang diamati tinggi dicapai famili 18 (54,9 cm) dan yang te-
Karakteristik atau sifat yang diamati yaitu rendah dicapai famili 7 (31,53 cm). Hasil analisis
tinggi, diameter dan indeks kekokohan semai varian untuk sifat tinggi disajikan pada Tabel 2
pada umur 6 bulan (November 2010 - Juni 2011). yang menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
Tinggi diukur mulai pangkal batang yang ber- untuk sifat tinggi baik antar provenan maupun
batasan dengan permukaan media sampai pucuk antar famili di dalam provenan.
dan diameter diukur pada pangkal batang (± 1 cm Untuk melihat perbedaan dan ranking antar
dari leher akar). Nilai indeks kekokohan semai provenan untuk variabel tinggi dilakukan pe-
dihitung dengan membandingkan tinggi batang ngujian lebih lanjut yaitu uji jarak berganda
(mm) dengan diameter (mm) pada akhir pe- Duncan (DMRT) seperti disajikan pada Tabel 3.
ngamatan Jaenicke (1999).
2. Diameter
4. Analisis data Nilai rata-rata sifat pertumbuhan diameter
Data hasil pengukuran dianalisis dengan meng-
dari setiap famili dari provenan Lombok Barat
gunakan analisis varian untuk mengetahui variasi
dan Ogan Ilir disajikan pada Gambar 2.
antar provenan dan variasi famili di dalam pro-
Nilai rata-rata diameter tiap famili yang paling
venan. Apabila terdapat variasi antar provenan
yang diuji, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak tinggi dicapai famili 10 (6,31 mm) dan yang te-
Berganda Duncan (Duncan's Multiple Range rendah dicapai famili 3 (4,78 mm). Berdasarkan
Test-DMRT) untuk melihat perbedaan antar hasil analisis varian untuk sifat diameter (Tabel 2)
provenan yang diuji. diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat
Model matematis yang digunakan adalah: nyata untuk sifat diameter ditemukan pada ting-
kat famili di dalam provenan. Perbedaan yang
Yij = μ + Pi + Fj(Pi) + εij(Snedecor and Cochran, 1967) sangat nyata dapat menjadi indikasi adanya ke-
dimana : i = 1, 2, ...,t dan j = 1, 2, ..., r ragaman/variasi genetik dari karakteristik atau
Yij = Variabel yang diamati/diukur sifat diameter antar famili di dalam provenan
(observed variable) Lombok Barat dan Ogan Ilir. Sedangkan pada
μ = Rerata umum( general mean) tingkat provenan walaupun nilai rata-rata sifat
Pi = Pengaruh provenan ke-i(effect of the
diameter berbeda (Lombok Barat = 5,49 dan
ith provenance)
Ogan Ilir = 5,44) tetapi perbedaan tersebuttidak
Fj(Pi) = Efek famili ke-j dalam provenan ke-i
berbeda nyata.
(effect of the jthfamily in the ith pro-
venance) 3. Indeks kekokohan semai
εij = Random error pada pengamatan ke-ij Nilai rata-rata sifat indeks kekokohan semai
th
(random error at the ij observation) dari setiap famili dari provenan Lombok Barat
dan Ogan Ilir disajikan pada Gambar 3.
Nilai F hitung lebih besar daripada nilai F Nilai rata-rata indeks kekokohan semai tiap
tabel pada taraf nyata 1%, perbedaan perlakuan famili yang paling tinggi dicapai famili 18 (10,26)
dikatakan berbeda sangat nyata, sedangkan nilai dan yang terendah dicapai famili 7 (6,28). Hasil
F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada analisis varian untuk sifat kekokohan semai
taraf nyata 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan (Tabel 2) menunjukkan bahwa terdapat perbeda-
nilai F tabel pada taraf nyata 1%, perbedaan
an yang sangat nyata untuk sifat indeks kekokoh-
perlakuan dikatakan berbeda nyata. Perbedaan
an semai baik antar provenan maupun antar
perlakuan dikatakan tidak berbeda nyata jika
nilai F hitung lebih kecil daripada atau sama famili di dalam provenan. Perbedaan yang sangat
dengan nilai F tabel pada taraf nyata 5% (Gomez nyata menunjukkan adanya keragaman/variasi
and Gomez, 1984). genetik dari karakteristik atau sifat indeks ke-

10
Variasi Karakteristik Pertumbuhan Bibit Jabon
dari Dua Provenan Berbeda
Tri Pamungkas Yudohartono dan Priska Rini Herdiyanti

Gambar (Figure) 1. Rata - rata tinggi tiap provenan (The mean of height of each provenance)

Tabel (Table) 2. Analisis varian untuk variabel tinggi, diameter dan kekokohan semai (Analysis of
variance for height, diameter and sturdiness index)
Derajat Kuadrat
Jumlah
Sumber variasi Bebas Tengah F Hitung F Tabel
Kuadrat
(Source of variation) (Degree of (Mean (F calculated) (F table)
(Sum squares)
freedom) squares)
Tinggi (Height)

Provenan (Provenance) 1 1489,95 1489,95 26,69** 6,69

Famili (Provenan)
18 36304,39 2016,91 36,13** 1,97
Family (Provenance)

Eror (Error) 580 32378,13 55,82

Total (Total) 599 70172,47

Diameter(Diameter)

Provenan (Provenance) 1 0,18 0,18 0,15ns 6,69

Famili (Provenan)
18 105,92 5,88 4,87** 1,97
Family (Provenance)

Eror (Error) 580 700,57 1,21

Total (Total) 599 806,67

Kekokohan Semai (sturdiness index)

Provenan (Provenance) 1 80,39 80,39 29,97** 6,69

Famili(Provenan)
18 665,12 36,95 13,78** 1,97
Family (Provenance)

Eror (Error) 580 1555,76 2,68

Total (Total) 599 2301,28

11
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 7 - 16

Tabel (Table) 3. Uji jarak berganda Duncan untuk variabel tinggi (Duncan's Multiple Range Test for
height)
Rata-rata tinggi Uji Duncan
Provenan
(Mean height)
(Provenance) (cm) (Duncan Test)
Ogan Ilir 46,58 ± 10,05 A
Lombok Barat 42,64 ± 6,63 B

Keterangan (Remarks): Rata-rata yang dihubungkan dengan huruf yang sama, tidak berbeda pada taraf uji 5% (Mean value
followed by same letter indicated not significantly different at 5 % level

Gambar (Figure) 2. Rata - rata diameter tiap provenan (The mean of diameter of each provenance)

Gambar (Figure) 3. Rata-rata kekokohan semai tiap provenan (The average of sturdiness index on each
provenance)

12
Variasi Karakteristik Pertumbuhan Bibit Jabon
dari Dua Provenan Berbeda
Tri Pamungkas Yudohartono dan Priska Rini Herdiyanti

Tabel (Table) 4. Uji jarak berganda Duncan untuk variabel kekokohan semai (Duncan's Multiple Range
Test for sturdiness index)
Rata-rata indeks kekokohan semai
Provenan Uji Duncan
(Average sturdiness index)
(Provenance) (Duncan Test)
(cm)
Ogan Ilir 8,83 ± 1,95 A
Lombok Barat 7,92 ± 1,43 B
Keterangan (Remarks): Rata-rata yang dihubungkan dengan huruf yang sama, tidak berbeda pada taraf uji 5% (Mean value
followed by same letter indicated not significantly different at 5 % level)

kokohan semai. Perbedaan dan ranking provenan anatomi antar pohon. Jabon yang merupakan
dapat dilihat dengan menggunakan uji jarak ber- jenis pionir yang tumbuh pada hutan tropis se-
ganda Duncan yang hasilnya disajikan pada kunder dengan wilayah penyebaran yang luas
Tabel 4. menjadikan jenis ini mempunyai keragaman
genetik yang cukup tinggi (Soerianegara dan
B. Pembahasan Lemmens, 1994). Variasi sifat tinggi, diameter
dan kekokohan semai dari semai jabon dari pro-
1. Variasi sifat atau karakteristik venan Ogan Ilir dan Lombok Barat tersebut
Keragaman atau variasi suatu sifat pada suatu diduga disebabkan oleh perbedaan kondisi geo-
jenis pohon dapat terjadi antar spesies, antar daerah grafis, habitat antara kedua provenan tersebut dan
geografis (antar provenan), antar tegakan, antar kondisi tempat tumbuh dari setiap pohon induk/
tempat tumbuh, antar individu dan keragaman di famili dalam provenan yang bervariasi. Secara
dalam individu. Di dalam suatu jenis pohon yang geografis, terpisahnya kedua provenan oleh laut
memiliki daerah penyebaran alam luas akan di- dan perbedaan habitat menyebabkan terjadinya
dapati keragaman geografis yang menyebabkan adaptasi lokal. Ogan Ilir merupakan daerah yang
jenis tersebut dapat dipisahkan menjadi sub tergenang air secara periodik. Sedangkan Lombok
populasi-sub populasi yang berbeda yang dikenal Barat merupakan daerah yang tidak tergenang.
dengan ras-ras geografis. Tergantung pada fak- Adaptasi lokal yang telah berlangsung dalam
tor-faktor yang mempengaruhinya, maka dikenal waktu yang lama ini diduga dapat menyebabkan
istilah-istilah ras altitudinal, ras iklim dan ras terjadinya perbedaan struktur genetik antara ke-
edafis. Ras adalah suatu populasi yang telah dua populasi tersebut. Menurut Loveless dan
mampu beradaptasi dengan lingkungannya me- Hamrick (1984), diferensiasi genetik antar popu-
liputi faktor altitudinal, iklim atau edafis setelah lasi dipengaruhi oleh adanya aliran gen melalui
ditambah untuk jangka waktu tertentu (Zobel and penyebaran serbuk sari dan biji. Spesies dengan
Talbert, 1984). Menurut Isik(1986); Singh dkk. populasi diskontinyu dan terisolasi seperti jenis
(2006) dalam Singh and Bhatt (2008) biji yang jabon menunjukkan kenaikan tingkat diferensiasi
dikumpulkan dari berbagai sumber atau dari genetik karena turunnya aliran gen. Perbedaan
ketinggian yang berbeda akan berbeda dalam struktur genetik tersebut dapat diekspresikan
viabilitas, perkecambahan, pertumbuhan dan per- melalui perbedaan karakteristik tanaman jabon.
forma biomassa. Dari hasil analisis diketahui Selain itu kondisi tempat tumbuh antar pohon
bahwa terdapat variasi untuk sifat pertumbuhan induk juga bervariasi baik altitude, koordinat dan
tinggi, diameter dan kekokohan semai pada ting- kondisi edafisnya (Tabel 1). Variasi sifat diameter
kat famili di dalam provenan (antar individu). yang tidak nyata antar provenan mengindikasi-
Sedangkan antar provenan hanya sifat diameter kan bahwa faktor genetik belum memberikan
yang menunjukkan variasi yang tidak nyata. Hal pengaruh yang signifikan pada semai jabon. Hal
ini didukung dengan hasil studi keragaman ge- ini diduga disebabkan karena sifat pertumbuhan
netik dengan menggunakan penanda isozim. diameter merupakan pertumbuhan sekunder yang
Mardiningsih (2002) menyatakan bahwa berda- jauh lebih lambat dari sifat pertumbuhan tinggi
sarkan analisis isozim terdapat perbedaan variasi merupakan pertumbuhan primer. Pertumbuhan
genetik yang besar terjadi antar populasi. Ismail, sekunder dipengaruhi oleh aktivitas kambium
dkk. (1995) juga meneliti variasi karakteristik (pembelahan jaringan kambium) yang salah satu-
anatomi jabon dengan hasil penelitian yang me- nya adalah zat auksin dimana konsentrasi ter-
nunjukkan perbedaan yang nyata pada variasi banyak pada bagian tanaman yang sedang aktif

13
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 7 - 16

tumbuh dan berkembang (Kramer dan Kozlowski, daerah tropis dengan kondisi tempat tumbuh
1960). yang baik nilai kekokohan semainya lebih besar
Selain tinggi dan diameter, kekokohan semai daripada yang menjauhi daerah tropis. Dari hasil
juga merupakan sifat yang sangat penting bagi penelitian diketahui bahwa provenan Lombok
pertumbuhan tanaman di lapangan. Kekokohan Barat yang beriklim iklim kering dimana sebagi-
semai dapat diartikan sebagai ketahanan bibit da- an tanahnya berbatu mempunyai nilai rata-rata
lam menerima tekanan angin atau kemampuan indeks kekokohan semai lebih kecil dibandingkan
bibit dalam menahan biomassa bagian atas. Se- provenan Ogan Ilir (Tabel 6). Kondisi ini sejalan
makin kecil nilai diameter maka semai kelihatan dengan yang dinyatakan Dorser (1983) dalam
kurus atau tidak kokoh. Roller (1977) dalam Dermayanto (1994) bahwa daerah-daerah yang
Dermayanto (1994) menyatakan bahwa ukuran kondisi cuacanya buruk pada tanah-tanah yang
kekokohan semai yang baik adalah yang seim- berat memiliki nilai kekokohan semai lebih kecil.
bang antara tinggi dengan diameter semai. Sema- Untuk melihat konsistensi peran varaiasi genetik
kin kecil nilai kekokohan semai maka bibit ter- terhadap keragaman sifat tanaman jabon maka
sebut semakin kokoh dan diharapkan memiliki perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut pada
kemampuan bertahan hidup dari angin dan ke- plot tanaman jabon di lapangan untuk karakter
keringan (Jaenicke, 1999). Nilai kekokohan yang pertumbuhan seperti tinggi dan diameter serta
lebih kecil mempunyai kekokohan semai yang karakter lainnya.
lebih baik daripada semai dengan nilai kekokoh-
2. Pemanfaatan Variasi Sifat untuk Kegiatan
an yang lebih besar karena apabila ditanam di
Konservasi Sumberdaya Genetik Genetik
lapangan akan lebih tahan menghadapi angin.
dan Pemuliaan
Menurut Omon (2008) kriteria mutu bibit meranti
Konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan
(Shorea leprosula, S. parvifolia dan S. johorensis)
(SDGTH) bertujuan untuk menjamin kontinuitas
yang baik berdasarkan hasil uji penanaman di 3
dari keberadaan (habitat/populasi), evolusi dan
lokasi di Kalimantan adalah tinggi 60 - 65,
adaptabilitas dari Sumber Daya Genetik Tana-
diameter 5,0 - 8,0 dan nilai kekokohan 6,3 - 10,8.
man Hutan baik melalui proses alami maupun
Peraturan Dirjen RLPS No. P.05/V-Set/2009
karena campur manusia. Kegiatan konservasi
tentang Pedoman Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman
sumberdaya genetik tidak bisa terlepas dari status
Hutan menjelaskan standar mutu bibit tanaman
variasi genetik yang merupakan sumberdaya yang
hutan yang secara substansi tidak berbeda dengan
bisa dimanfaatkan untuk generasi sekarang dan di
SNI mutu bibit dari BSN. Pada Perdirjen RLPS
masa yang akan datang. Setiap individu mem-
No. P.05/V-Set/2009 jenis yang tercantum dalam
bawa informasi genetik dan dapat dipanen sepan-
standar tersebut sebanyak 13 jenis yang dikate-
jang informasi genetiknya telah dikonservasi
gorikan dalam dua kelompok, yaitu jenis cepat
(Cossalter, 1989). Peranan konservasi sumber-
tumbuh (Acacia spp., Eucalyptus spp Anthoce-
daya genetik sangat signifikan dalam memper-
phalus spp., Gmelina arborea, dan Paraserianthes
tahankan dan mengamankan keragaman genetik
falcataria) dan jenis lambat tumbuh (Altingia-
suatu populasi yang sangat diperlukan dalam
excelsa, Tectona grandis, Shorea spp., Swietenia
kegiatan pemuliaan. Hasil penelitian menunjuk-
spp., Pinus spp.). Sementara pada SNI (BSN,
kan adanya keragaman genetik pada tanaman
2005) mutu bibit baru memuat 7 jenis, yaitu
jabon. Dengan keragaman genetik yang terdapat
Acacia mangium, Eucalyptus urophylla, Gmelina
antar provenan dan antar famili di dalam pro-
arborea, Paraserianthes falcataria, Pinus mer-
venan Lombok Barat dan Ogan Ilir maka semakin
kusii, Shorea sp. (meranti) dan Shorea stenoptera/
banyak potensi sumberdaya genetik tanaman
tengkawang (Sudradjat, 2010). Berdasarkan Per-
jabon yang bisa dipertahankan atau diselamat-
aturan Dirjen RLPS No. P.05/V-Set/2009, bibit
kan. Disamping itu keragaman genetik yang
binuang bini (Octomeles sp.) yang memenuhi
tinggi juga sangat penting dalam program pe-
syarat memiliki diameter lebih dari 7 mm dan
muliaan jabon karena optimalisasi perolehan ge-
tinggi lebih dari 25 cm, jabon (Anthocephalus
netik akan dapat dicapai dengan semakin besar-
sp.) memiliki diameter lebih dari 7 mm dan tinggi
nya peluang untuk melakukan seleksi terhadap
lebih dari 40 cm, Paraserianthes falcataria me-
sifat-sifat yang diinginkan. Menurut Palmberg-
miliki diameter lebih dari 4 mm dan tinggi lebih
Lerche (1992) dalam Na'iem (2001), konservasi
dari 30 cm, bibit Acacia carcicarpa, Acacia mangium
sumberdaya genetik adalah upaya pengelolaan
dan Eucalyptus pellita memiliki kriteria yang
sumberdaya genetik sedemikian rupa sehingga
sama yaitu diameter lebih dari 2 cm dengan tinggi
didapatkan produktifitas tertinggi secara lestari
lebih dari 20 cm. Daerah yang semakin mendekati
untuk keperluan generasi saat ini, sementara

14
Variasi Karakteristik Pertumbuhan Bibit Jabon
dari Dua Provenan Berbeda
Tri Pamungkas Yudohartono dan Priska Rini Herdiyanti

potensi ini tetap dipertahankan sedemikian rupa payan (Neolamarckia cadamba, Rubia-
sehingga bermanfaat untuk kepentingan generasi ceae). IAWAJournal. 16(3): 277-287.
mendatang.
Jaenicke, H. 1999. Good Tree Nursery Practises:
Practical Guidelines for Research Nur-
series. ICRAF, Nairobi, Kenya.
IV. KESIMPULAN
Kramer, P.J and T.T. Kozlowsky. 1960. Phy-
1. Variasi genetik yang diamati memberikan pe- siology of Trees. McGraw-Hill Company.
ngaruh terhadap sifat pertumbuhan tinggi, London.
diameter dan indeks kekokohan semai antar
Krisnawati, H., Kallio, M and Konninen, M.
famili di dalam provenan. Tidak ada perbe-
2011. Anthochephalus cadamba Miq:
daan yang signifikan untuk diameter antar
Ecology, Silviculture and Productivity.
provenan. Sementara itu variasi genetik untuk
Cifor. Bogor. Indonesia.
tinggi dan kekokohan semai antar provenan
yang diamati menunjukkan perbedaan yang Mardiningsih, O. 2002. Teknik Kultur In Vitro
signifikan. dan Variasi Genetik Jabon (Anthocephalus
2. Bibit yang memiliki sifat pertumbuhan tinggi cadamba). Skripsi. Jurusan Manajemen
dan kekokohan semai terbaik berasal dari famili Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Per-
18 (Ogan Ilir) dengan nilai tinggi 54,9 cm dan tanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
kekokohan semai 6,29. Bibit yang menun-
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang,Y.I.,
jukkan sifat pertumbuhan diameter terbaik
Prawira, S.A. dan Kadir, K. 1989. Atlas
berasal dari famili 10 (Lombok Barat) dengan
kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang
nilai 6,31 mm.
Kehutanan. Bogor.
3. Agar dilakukan penelitian variasi genetik lebih
lanjut dengan menambah jumlah sampel dari Na'iem, M, 2001. Konsevasi Sumberdaya Gene-
provenan yang berbeda. tik untuk Pemuliaan Pohon. Seminar Se-
hari 70 Tahun Prof. Oemi H. Suseno; Pe-
letakan Dasar-dasar dan Strategi Pemulia-
UCAPAN TERIMA KASIH an Pohon Hutan di Indonesia. Yogyakarta.
Omon, M. 2008. Teknik Kriteria dan Indikator
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Mutu Bibit Dipterocarpaceae. Prosiding
semua pihak yang membantu kelancaran pene-
Workshop Sintesa Hasil Litbang Hutan
litian ini, khususnya kepada Bapak Sudradjat dan
Tanaman, Bogor 19 Desember 2008. Pusat
Rizki Ary Fambayun, S.Hut yang telah mem-
Penelitian dan Pengembangan Hutan Ta-
bantu dalam kegiatan penyiapan dan pengukuran
naman. Bogor.
bibit di persemaian.
Orwa C, Mutua, A. Kindt, R., Jamnadass, R. dan
Simans, A. 2009. Agroforestry Database:
DAFTAR PUSTAKA A Tree Reference and Selection Guide
Ve r s i o n 4 . 0 . H t t p : / / w w w. w o r l d -
Cossalter, C. 1989. Genetic Conservation : a agroforestry.org/af/treedb/.
Cornerstone of Breeding Strategies. In
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan
GIBSON, G.L., GRIFFIN, A.R. and
dan Perhutanan Sosial No. P.05/V-Set/
MATHESON,A.C. (eds). pp. 28-38.
2009 tentang Pedoman Pengujian Mutu
Dermayanto. 1994. Pengaruh Media Gambut, Sekam Bibit Tanman Hutan
Padi, Arang Sekam Padi dan Kombinasi-
Snedecor, G.W. and W.G. Cochran. 1967.
nya terhadap Pertumbuhan Acacia mangi-
Statistical Methods. Sixth Edition. The
um dan Paraserianthes falcataria di HTI
Iowa State Ubiversity Press. Iowa.
Perawang Sukses Perkasa Industri Pro-
vinsi Riau. Skripsi. Jurusan Manajemen Soerianegara, I. dan Djamhuri. E. 1979. Pemulia-
Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Per- an Pohon. Departemen Manajemen Hutan.
tanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ismail, J., M.Z. Jusoh and M.H. Sahri. 1995.
Anatomical Variation in Planted Kelem-

15
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.10 No.1, Maret 2013, 7 - 16

Soerianegara, I. and R.H.M.J. Lemmens. 1994. Indonesia. Puslitbang Produktivitas Hu-


Timber Trees : Major Commercial Timber. tan, Badan Litbang Kehutanan. Bogor
PROSEA. Bogor.
Zobel, B. J dan J. Talbert. 1984. Applied Forest
Sudradjat, D.J. 2010. Tinjauan Standar Mutu Tree Improvement. John Wiley and Sons,
Bibit Tanaman Hutan dan Penerapannya di Inc. New York.

16

You might also like