Professional Documents
Culture Documents
•/Z [ ,, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 269-275 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
(Growth of Eucalyptus pellita F Muell at Land by Using Propagation from Seed with Methods by
Using Seeds, Cuttings And Tissue Culture)
ABSTRACT
Eucalyptus pellita F Muell is a fast-growing tree that has great benefits. The uses of wood are
the raw material for pulp and paper industry, building construction, and also for charcoal.
Propagation can be done by using seeds, cuttings and tissue culture. Propagation from seed has a
weakness for very large offspring genotype variation while the vegetative propagation will produce
offspring same with the parent. The Advantages of propagation by tissue culture is able to produce
seedling in large quantities in a short time.The research objective was to determine the growth of
Eucalyptus pellita F Muell seedling in the field that propagated using three propagation methods,
tissue culture, cutting, and seed.The study was conducted in PT Surya Hutani Jaya, Sebulu, Kutai,
East Kalimantan. Seedlings from tissue culture was planted on 13.7 ha, seedling from cutting was
planted on 14.3 ha, and seedlings from the seeds was planted on 14.4 ha. Each seedling was planted
with spacing 3 m x 2.5 m. All plants had similar treatment in fertilizing, weeding, pest and disease
control. Samples are taken one per cent of the total population of the plant.The results showed that
the plants from tissue culture seedlings showed the best results on plant height, diameter and volume.
salah satu metode utama untuk menghasilkan sangat cepat dan tinggi (misalnya dapat
bibit kualitas unggul dalam jumlah besar dipanen umur 5 tahun dengan MAI > 50 m 3 ha-
1
dengan menggunakan material unggul. th-1), batang lurus (untuk memudahkan
Eucalyptus dapat diperbanyak secara pemeliharaan dan pemanenan), berkulit tipis
generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara (ini berhubungan dengan tonase kayu
generatif mempunyai keunggulan karena berbanding volume), batang sangat silindris
mempunyai perakaran yang kuat sehingga (berhubungan dengan aspek pemanenan dan
resiko tanaman roboh rendah namun memiliki volume kayu), memiliki kayu dengan kadar
kekurangan yaitu variasi pertumbuhan yang selulose yang tinggi (ini berhubungan dengan
sangat tinggi sehingga mempengaruhi volume produksi serat untuk pulp and paper), memiliki
dan mempersulit pemiliharaan dan kadar lignin dan zat ekstraktif yang rendah
pemanenannya. (berhubungan dengan rendemen kayu dan
Perbanyakan vegetatif mempunyai jumlah bahan kimia yang digunakan di
banyak kegunaan dalam kehutanan (Zobel dan pabrik), tahan terhadap hama penyakit utama
Talbert, 1984), yaitu : (1) preservasi genotipa- (berhubungan dengan MAI), dapat tumbuh
genotipa unggul dalam bank klon atau arsip baik diberbagai kondisi lahan/tapak
klonal, (2) perbanyakan genotipa-genotipa (berhubungan dengan keragaman tapak/tanah
unggul yang diinginkan untuk kegunaan yang dimiliki), dapat tumbuh baik dalam
khusus seperti di kebun benih atau pemurnian, kondisi iklim yang ekstrim (berhubungan
(3) penilaian dari genotipa-genotipa dan dengan kondisi iklim seperti curah hujan,
interaksinya dengan lingkungan melalui uji temperatur, ketinggian tempat dari permukaan
klonal dan (4) Memperoleh keuntungan laut, dsb), respon terhadap berbagai tindakan
genetik maksimum apabila digunakan untuk silvikultur (Sipayung, 2010).
peremajaan. Tujuan penelitian adalah untuk
Kelemahan perbanyakan secara mengetahui pertumbuhan tanaman Eucalyptus
vegetatif atau sistem klon adalah : keragaman pellita F Muell di lapangan, dengan
genetik sama sehingga apabila ada masalah menggunakan tiga metode perbanyakan bibit
misalnya serangan hama dan penyakit maka yang berbeda yaitu dengan menggunakan bibit
sangat menular ke individu lainnya, struktur hasil kultur jaringan, bibit hasil stek pucuk,
perakarannya kurang kuat sehingga bila dan bibit dari biji.
dikembangkan di daerah daerah yang banyak
angin kencangnya biasanya lebih mudah METODE PENELITIAN
roboh. Klon sangat kuat berinteraksi dengan
Penelitian dilakukan di PT Surya
lingkungannya maka apabila tidak dapat Hutani Jaya, Sebulu, Kutai Kartanegara,
memilih lokasi yang sesuai untuk Kalimantan Timur. Perlakuan penelitian
pertumbuhannya maka hasil pertumbuhannya
adalah jenis bibit Eucalyptus pellita F Muell
tidak optimal. Teknik budidaya yang intensif
yang ditanam di lahan, yang terdiri dari tiga
sangat diperlukan untuk menghasilkan jenis cara perbanyakan bibit yang berbeda
pertumbuhan yang maksimal misalnya sarana yaitu bibit yang berasal dari perbanyakan
perbanyakan secara vegetatif yang baik, dengan metode kultur jaringan, bibit yang
pemupukan yang lebih intensif, pengendalian diperbanyak dengan cara stek pucuk dan bibit
hama, penyakit dan gulma yang intensif. yang diperbanyak dari benih. Sumber eksplan
Syarat-syarat klon yang diinginkan untuk perbanyakan kultur jaringan diambil
oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri dari kebun pangkas demikian pula bahan stek
(HTI) untuk memenuhi kebutuhan industri pucuk (mini cutting). Biji yang digunakan
Pulp and paper pada umumnya adalah mudah untuk bibit berasal dari material unggul hasil
dikembangkan dengan teknik vegetatif pemuliaan tanaman.
(perakaran dan tunas bagus), pertumbuhan
271
•/Z [ ,, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 269-275 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
9
7.9
8
Tinggi Tanaman (m)
7 6.2
6
5 6 bl
4.2
4 12 bl
3.1
3 2.4
1.9
2
1
0
Kultur Jaringan Stek Pucuk Biji
Gambar 1. Tinggi tanaman umur 6 bulan dan 12 bulan pada tanaman yang berasal dari perbanyakan
dengan teknik kultur jaringan, stek pucuk dan biji
klonal, dimana hal tersebut digunakan untuk hybrid yang steril atau tidak dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. bereproduksi secara seksual serta perbanyakan
Hasil yang diperoleh akan semakin meningkat massal tanaman terseleksi (Khan, 1993).
apabila klon yang digunakan semakin Perbanyakan vegetatif pada tanaman hutan
ditingkatkan kualitasnya dan terus sangat dibutuhkan untuk konservasi genetik
dikembangkan, seiring dengan perbaikan dan meningkatkan ketelitian pada uji genetik
teknik silvikultur yang digunakan pada dan non genetik atau mengurangi galat variasi
budidaya tanaman sehingga kondisi (Campinhos, 1993).
lingkungan tempat tumbuh tanaman benar
benar sesuai sehingga tanaman dapat Diameter Batang
beradaptasi dengan baik (Zobel, 1993). Rata-rata diameter tanaman umur 12
Perbanyakan vegetatif sangat bulan untuk tanaman yang berasal dari bibit
diperlukan karena bibit hasil perbanyakan dengan perbanyak vegetatif yaitu kultur
vegetatif sama dengan induknya sehingga jaringan (micro cutting) dan stek pucuk (mini
mempunyai struktur genetik yang sama cutting) tidak jauh berbeda yaitu 5, 2 cm
1D¶LHP 3HUEDQ\DNDQ VHFDUD vegetatif (kultur jaringan) dan 5,0 cm (stek pucuk)
juga sangat menguntungkan untuk namun rata-rata diameter tanaman dari bibit
pembangunan kebun benih klon, bank klon yang diperbanyak secara generatif sangat
dan perbanyakan tanaman yang penting dari rendah yaitu 3.4 cm (Gambar 2).
hasil kegiatan pemuliaan tanaman seperti
6
5.2
5
5
Diameter Batang (cm)
4
3.4
0
Kultur Jaringan Stek Pucuk Biji
Gambar 2. Diameter Batang tanaman umur 6 bulan dan 12 bulan pada tanaman yang berasal dari
perbanyakan dengan teknik kultur jaringan, stek pucuk dan biji.
Teknik perbanyakan vegetatif dengan adalah pada klon klon tertentu sulit berakar
stek sudah sering digunakan, hal tersebut atau dapat berakar namun persentasinya
dikarenakan pelaksanaan metode stek sangat rendah dan pertumbuhan akarnya buruk. Hal
mudah dilakukan, tidak memerlukan tingkat tersebut seringkali akan berpengaruh pada
keahlian yang tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan bibit dilapangan (Xavier, 1997).
metode pernyakan dengan teknik kultur Kesulitan berakar pada stek selain dipengaruhi
jaringan. Kesulitan yang ditemukan pada jenis klon juga dipengaruhi oleh umur atau
metode perbanyakan vegetatif dengan stek
273
•/Z [ ,, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 269-275 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
tingkat kematangan dari material yang melalui perbanyakan secara kultur jaringan
digunakan (Gomes, 1987 dan Hackett, 1987). dengan cara menggunakan zat perangsang
Perbanyakan vegetatif dengan tumbuh untuk merangsang tumbuhnya akar.
menggunakan teknik kultur jaringan Bibit hasil perbanyakan secara kultur
merupakan metode perbanyakan yang sangat jaringan mempunyai perakaran yang lebih
efisien untuk memperbanyak tanaman dalam baik dibandingkan dengan perbanyakan
jumlah besar dengan menggunakan bahan dengan teknik stek pucuk. Kondisi perakaran
tanam yang sedikit atau langka. Selain itu bibit yang baik sangat menentukan
perbanyakan melalui kultur jaringan dapat keberhasilan pertumbuhan bibit di lapang.
dilakukan sepanjang tahun, tidak tergantung Struktur perakaran bibit asal kultur jaringan
musim, dan memerlukan ruang yang sempit lebih kuat dibanding dengan bibit asal stek
untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar. sehingga tanaman lebih tahan rebah.
Seperti halnya dengan perbanyakan
vegetatif melalui stek, keberhasilan teknik Volume Pohon
kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh umur Pertumbuhan bibit hasil kultur jaringan
bahan tanam. Menurut George dan menunjukkan volume yang paling tinggi
Sherrington (1993), umur sumber eksplan dikarenakan tinggi dan diameter pohon juka
mempengaruhi morfogenesis yang terjadi. paling tinggi, selain itu hal yang sangat penting
Menurut Sulichantini (1998), semakin muda adalah rendahnya variasi pertumbuhan
umur eksplan yang digunakan maka tingkat tanaman dilapangan sehingga rata rata volume
regenerasi semakin tinggi. yang dihasilkan juga lebih tinggi bila
Teknik permudaan dapat dilakukan dibandingkan dengan penggunaan bibit
dengan metode kultur jaringan. Kesulitan dengan menggunakan biji (gambar 3).
bahan tanam untuk berakar dapat diatasi
12 11.4
10 8.9
Volume (m3/ha)
4
2.6
2
0
Kultur Jaringan Stek Pucuk Biji
Gambar 3. Volume pohon umur 1 tahun pada tanaman yang berasal dari perbanyakan dengan
teknik kultur jaringan, stek pucuk dan biji.
Bibit asal biji mempunyai variasi menyulitkan teknik silvikultur yang dilakukan
pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga rata seperti pemupukan, pengendalian hama dan
rata volume yang dihasilkan menjadi rendah, penyakit, pengendalian gulama juga pada
Variasi pertumbuhan tanaman yang tinggi proses pemanenan.
274
•/Z [ ,, Volume 41 Nomor 2, Juni 2016 Halaman 269-275 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
land rehabilitation and farm planting in Sipayung, M.S. 2010. Sekilas tentang clone di
the tropics. ACIAR monograph No. Hutan Tanaman Industri (HTI).
24, 384 p. http://researcher-on-
forest.blogspot.com. Dikutip pada
FAO. 1979. Eucalypts for Planting FAO tanggal 16 Maret 2013.
Forestry Series No. 11.
Sulichantini, E.D. 1998. Induksi embrio
George, E.P., dan P.D.Sherrington, 1993. somatic dari beberapa tipe eksplan
Plant Propagation by Tissue Culture : pada beberapa kultivar kacang tanah
the technology. 6.ed. Exegetics Ltd, (Arachis hypogaea L.). Thesis
London. Program pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Gomes, A.L. Propagação clonal: princípios e
particularidades. Vila Real: Xavier, A.; Comério, J.; Iannelli, C.M.
Universidade de Trás-os- Montes e Eficiência da microestaquia e da
Alto Douro, 1987. 69p. (Série micropropagação na clonagem de
Didáctica, Ciências Aplicadas, 1). Eucalyptus spp. In: Iufro Conference
On Silviculture And Improvement Of
Hackett, W.P. 1987. Juvenility and maturity. Eucalypts, Salvador, 1997.
In: Bonga, J.M.; Durzan, D.J. (Eds.). Proceedings... Colombo: Embrapa
Cell and tissue culture in forestry. Florestas, 1997. v.4, p.40-45.
Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers, 1987. v.1, p.216-231. Zobel, B. and John Talbert, 1984. Applied
Forest Tree Improvement. John
Khan, M. 1993. Proceedings national training Wiley and Sons, Canada.
course on tree breeding and
propagation. Fakistan Institute 22-26 ZobeL, B.J. 1993. Clonal forestry in the
february 1994, FAO. Los Banos. Eucalyptus. In: AHUJA, M.R.;
Philipines. LIBBY, W.J. (Eds.). Clonal forestry:
conservation and application.
1D¶LHP 0 3URVSHN SHUKXWDQDQ NORQ Budapest: Springer-Verlag, 1993. v.2,
Jati di Indonesia. Prosiding Seminar p.139-148.
Nasional Status Silvikultur di
Indonesia Saat Ini. Wanagama I, 1-2
Desember 2000. Fakultas Kehutanan
UGM, Yogyakarta.