Professional Documents
Culture Documents
a1=
(1,093-1,063) x 100
a2=
(1,107-1,047)
x 100
a3=
(1,529-1,439)
x 100
a4=
(1,965-1,851)
x 100
11,4
12,1
P1
a6=
(1,198-1,168)
x 100
a7=
(1,930-1,870)
x 100
b 1=
(1,053-1,023) x 100
b 2=
(1,058-0,998)
x 100
b 3=
(1,307-1,217)
x 100
b 4=
(1,498-1,378)
x 100
12
15
b 6=
(1,226-1,196)
x 100
b 7=
(2,784-2,724)
x 100
P2
x 100
c3= (0,719-0,629)
x 100
c4= (1,052-0,932)
x 100
12
13,4
x 100
14,6
c7= (1,378-1,348)
x 100
c8= (2,315-2,255)
x 100
d 1=
(1,002-0,972) x 100
d 2=
(0,995-0,935)
x 100
d 3=
(1,140-1,050)
x 100
d 4=
(1,140-1,020)
x 100
12
13
d 6=
(1,776-1,746)
x 100
d 7=
(2,060-2,000)
x 100
e1=
(1,160-1,130) x 100
e2=
(1,111-1,050)
x 100
e3=
(1,130-1,040)
x 100
e4=
(0,939-0,819)
x 100
12
x 100
P5
c6= (0,218-0,072)
P4
3m
c2= (0,659-0,599)
P3
(2,807-2,747)
3m
f2= (1,500-1,440)
x 100
f3= (1,615-1,525)
x 100
f4= (1,685-1,575)
x 100
11
(1,273-1,243) x 100
g 2=
(1,477-1,387)
x 100
g 3=
(1,780-1,703)
x 100
7,7
g 4=
(1,534-1,453)
x 100
8,1
f6= (2,323-2,263)
P6
g 1=
x 100
g 6=
(1,910-1,880)
x 100
g 7=
(2,215-2,155)
x 100
= 1,400-0,488 = 0,920 m
c. P1-P2
= 1,370-2,114 = -0,744 m
d. P2-P3
= 1,290-1,666 = -0,376 m
e. P3-P4
= 1,270-1,142 = 0,128 m
f.
= 1,250-0,360 = 0,890 m
P4-P5
g. P5-P6
= 1,550-0,274 =1,276 m
P2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI ILMU UKUR TANAH
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi
(topografi), artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk toporafi
muka bumi dalam suatu peta, dengan segala sesuatu yang ada ada permukaan
bumi seperti kota, sungai, bangunan dan lain-lain, dengan skala tertntu.
B. TUJUAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
1. Tujuan Praktikum Ilmu ukur tanah
pada peta itu rata, maka tdak ada bagian dari muka bumi yang dapat
digambarkan tanpa penyimpangan dari bentuk aslinya, namun demikian
untuk areal yang kecil permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang
datar, karena itu peta yang dibuat dengan proyeksi vertikal dapat dianggap
benar (tanpa kesalahan). Bentuk-bentuk penyajiannya antara lain:
1. Peta (jika skalanya kecil)
2. Plan (Jika skalanya besar)
2. Jenis-jenis Peta
Menurut maksudnya, peta dapat dibagi menjadi :
a. Peta jalan raya untuk keperluan tourisme
b. Peta sungai untuk keperluan pelayaran
c. Peta pengairan yang menyatakan daerah pengairan dengan saluran air
d. Peta gelogi yang menyatakan keadaan geologis suatu daerah
MODUL I
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN WATERPASS
I. TUJUAN INSTRUKSI UMUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan waterpass.
2. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat waterpass.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
menggunakan pesawat waterpass.
4. Mahasiswa terampil mengatur alat dan membaca rambu ukur dengan tepat
dalam setiap pengukuran.
5. Mahasiswa dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi suatu tempat.
III. PERALATAN
1. Pesawat Waterpass dan kelengkapan
2. Statif
3. Uting-unting
4. Rambu ukur
5. Pita ukur/ Roll meter
6. Patok/paku
7. Alat-alat tulis
8. Payung
IV. TINJAUAN PUSTAKA
c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode di atas, namun harus
diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode
perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena
mempunyai prinsip yang berbeda.
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam
empat macam utama :
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar.
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi dan ditempatkan
pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu
yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu
mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah
dengan landasan yang terbentuk persegi, sedang nivo ditempatkan pada
teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam
alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk semua macam sama.
Dalam konstruksi yang modern, hanyalah macam ke satu dan ke dua yang
dapat mempertahankan diri, dengan perkataan lain: semua alat ukur penyipat
datar yang modern hanya dibuat dalam macam kesatu atau kedua saja.
V. PETUNJUK UMUM
1. Baca dan pelajari lembar kerja ini.
2. Penyetelan pesawat waterpass yang dimaksud adalah pengaturan pesawat
disuatu tempat sampai memenuhi syarat untuk mengadakan pengukuran.
3. Perhatikan dan ingat macam-macam sekrup penyetel dan coba bidik suatu
titik target.
4. Letak rambu ukur harus vertikal.
5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat yang digunakan.
6. Jangan memutar sekrup sebelum mengetahui kegunaannya.
7. Bekerja dengan hati-hati dan sabar.
8. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan.
c. Atur
kepala
statif
(plat
level)
sedatar
mungkin
sambil
mendapatkan
ketelitian,
sebaiknya
pengukuran
P0
a.1
P1
P2
P3
P4
a.2
a.3
a.4
a.5
a.6
a.7
a.8
slag-slag
berikutnya.
Pesawat
diusahakan
P0 a = (P1a)2 (P1P0)2
P0 b = (P1b)2 (P1P0)2
Dimana :
P0a = Jarak analitis P0 a
P1
c.1
c.2
c.3
c.4
c.5
c.6
c.7
P0
a
P1
P2
d
(BT di P0 TA di P1)
dan :
hP1P2 = TA BT (untuk pembacaan ke depan)
(TA di P1 BT di P2)
dimana : TA = Tinggi Alat
Menghitung beda tinggi patok-patok detail:
Rumus perhitungan beda tinggi:
hP0P0a = BT P0 BT P0a(untuk melintang tanpa pesawat)
Dan :
hP1P1a = TA P1 BT P1a (untuk melintang titik pesawat)
2. Metode garis bidik
1. Tentukan patok-patok yang akan diukur dan berikan tanda
sesuai jarak patok tersebut. Misalnya sta 0+00,0+25, sta 0+50
dan sebagainya.
2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antara patok tersbeut
dengan menggunakan roll meter.
3. Dirikan pesawat waterpass ditempat yang kita inginkan dengan
catatan bahwa minimal ada dua titik yang bisa dilihat dari
tempat berdirinya pesawat.
4. Letakkan rambu ukur pada titik awal yang biasanya dikenal
dengan sta 0+00.
5. Arahkan teropong ke arah rambu ukur dan pembacaan ini
dinamakan pembacaan belakang. Setelah itu baca rambu ukur
pada benang tengah sedangkan benang atas dan benang bawah
tidak perlu dibaca. Benang tangah ini merupakan garis bidik
yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik
selanjutnya. Jika metode pengukuran merupakan metode
gabungan maka bacaan benang atas dan benang bawah untuk
jalur potongan memanjang harus dicatat.
METODOLOGI WATERPASS
BAB II
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN THEODOLITH
A. TUJUAN INSTRUKSI UMUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip penggunaan theodolith.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut horizontal dan sudut
vertikal dan menghitung jarak atas dasar pembacaan sudut rambu.
B. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sudut dengan metode
yang berbeda-beda.
2.
3.
areal.
C. PERALATAN
1.
Pesawat Theodolith
2.
Statif
3.
Rambu ukur
4.
Kompas
5.
6.
Unting-unting
7.
Patok kayu
8.
Meteran
9.
Alat tulis-menulis
D. TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran polygon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap
titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan
mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lainlain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya.
a. Pengukuran Sudut dan Jarak
Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan
teropong pada arah tertentu dan kita akan memperoleh pembacaan
tertentu pada plat lingkaran horizontal alat tertentu. Dengan bidikan
kearah lainnya, selisih pembacaan kedua dan pertama merupakan sudut
dari kedua arah tersebut. Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM
atau secara optis dengan theodolith seperti dibawah ini:
BA
BT
BB
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
V
Toleransi sudut = + 40
detik
dimana n
= banyaknya sudut
Poligon Tertutup
Pada polygon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama.
Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus di
ratakan sehingga memenuhi syarat diatas:
Ro
Azimuth
diketahui
Poligon Terdahul
Azimuth
diketahui
Poligon baru
D
U
AB
AB
B
C
Xi
X
Yi
Y
maupunvertikal,
karena
setiap
pesawat
mempunyai
spesivikasi sendiri-sendiri.
4. Jangan memutar-mutar sekrup pengatur sebelum tahu benar fungsinya.
5. Dalam membuka dan mengunci sekrup-sekrup pengatur jangan terlalu
longgar dan terlalu kencang.
6. Kalau masih ragu diharapkan bertanya pada instruktur.
LANGKAH KERJA
A. Mengenal Bagian-Bagian Pesawat
1. Pasang pesawat diatas statik
2. Memperhatikan dengan seksama bagiandemi bagian dari pesawat
tersebut dan sesuaikan dengan spesifiknya untuk mengingat-ingat
nama dari bagian tersebut.
3.
vertikal ditas T
4. yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T =tinggi sumbu II) dan titik
Q vertikal dibawah titik T dan letak dikaki dinding.
5. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter ataukertas skala mendatar
sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titk P & Q.
6. Membidik teropong ke titik T, memuar teropong ke atas (kearah titk P)
dan kebawah (kearah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar,
maka akan didapat 4 macam kemungkinan.
5.a. Sewaktu teropong dibidik ketitik P garis bidik (perpotongan
benang silang) akan berimpit dengan titik P sewaktu teropong
ketitik garis Q bdik akan berimpit dengan titk Q maka dalam hal
ini pesawat sudah baik (sumbu II, Sumbu I dan garisbidk sumbu
II)
5.b.
kebawah atau
sebaliknya
garis
bidik
akan
melukiskan PTQ.
5.d.
x=
1
(a b)
2
b=xy
y=
1
(a +b)
2
2.b.
2.c.
2.c.2.
2.c.3. Mencari garis nonius yang berimit dengan garis skala lingkaran.
Misal garis no. 13 maka pembacaan : 71015 + (13 x 30) =
7102130. 2.d. Alat pembaca yang dilengkapi dengan micrometer.
Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca
seperti terlihat pada:
2.d.1. Memutar sekrup micrometer sedemikian rupa sehingga 2
atau 3 garis horizontal pada bidang tengah (B) berimpit.
2.d.2. membaca angka derajat yang tertera pada bidang kiri (A)
pada gambar terbaca 246030.
2.d.3. Baca skala micrometer yang ditunjuk oleh index (bidang
C) pada gambar terbaca 96, 17 = 246038 16,7.
4.a.2.
4.a.3.
4.a.4.
4.a.5.
4.a.6.
B = 90 0 -93 0 15 = -03 0 15
POLYGON TERBUKA
1.
2.
,y p ) yang
4.
5.
6.
Pasang bakm ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat BA,BT
dan BB.
7.
8.
9.
H.
POLYGON TERTUTUP
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam
oengukuran sama dengan langkah kerja polygon terbuka pad. Hanya
bedanya:
1.
b.
2.
a.
b.
Pengukuran
akhir
harus
kembali
360
2
Patok P0a
NO
TITIK
galian
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
139.135
99.717
139.300
438.755
4.4
99.500
448.017
736.300
7.4
101.822
738.690
1058.949
10.4
99.823
1033.926
1337.628
13.4
99.416
1329.747
1371.941
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
13.8
13.1
12.1
11.9
11.6
11.4
99.235
98.722
98.722
98.322
98.322
98.722
1362.364
1293.258
1189.696
1015.332
1145.175
1125.887
1299.977
1194.536
1043.892
1140.535
1120.871
1026.709
13
10.4
98.762
1027.749
730.839
14
7.4
98.822
730.839
434.817
15
4.4
98.762
434.377
335.791
16
3.4
98.722
334.295
315.910
17
3.2
98.322
314.630
285.134
18
2.9
98.322
286.294
265.469
19
2.7
98.722
266.549
167.827
20
1.7
98.722
168.950
0.000
21
99.382
0.000
0.000
X
0
Y
99.382
1.4
4
5
1 =
L
14445.015
14385.075
14385.075
2
29.970
2 =
14445.015
Patok P1a
NO
TITIK
galian
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
119.954
100.579
120.504
422.432
4.2
100.420
423.158
723.024
7.2
100.752
725.486
1027.670
10.2
100.762
1025.386
1330.058
13.2
100.528
1325.421
1427.498
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
14.2
11.9
10.9
10.7
10.4
10.2
100.411
99.222
99.222
98.822
98.822
99.222
1408.952
1180.742
1077.160
1057.395
1031.909
1012.472
1194.887
1081.520
1061.675
1027.749
1007.984
714.398
13
7.2
99.262
715.118
416.900
14
4.2
99.322
416.900
317.830
15
3.2
99.262
317.510
297.786
16
99.222
296.466
267.899
17
2.7
98.822
266.819
237.173
18
2.4
98.822
238.133
217.408
19
2.2
99.222
218.288
0.000
20
99.222
0.000
0.000
21
99.962
0.000
12857.82
2
0.000
12893.84
7
X
0
Y
99.962
1.2
1 =
12893.847
12857.82
2
2
=
18.013
2 =
Patok P2a
NO
TITIK
gallian
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
239.492
100.238
240.809
541.285
5.4
100.337
541.577
842.831
8.4
100.292
841.740
922.686
9.2
100.207
926.642
811.678
8.1
100.722
815.848
715.126
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
7.1
6.9
6.6
6.4
5.4
2.4
100.722
100.322
100.322
99.722
99.762
99.822
712.286
692.222
658.165
638.477
539.039
239.492
694.982
662.125
642.061
538.499
239.429
0.000
13
99.788
0.000
0.000
14
99.633
0.000
0.000
15
0.2
100.322
20.064
20.064
16
0.5
100.322
49.826
50.161
17
0.7
99.652
69.743
69.756
16
99.633
0.000
0.000
X
0
Y
99.788
2.4
1 =
L
6990.175
6985.930
2
=
2.122
6985.930
2 =
6990.175
Patok P2a
NO
TITIK
timbunan
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
99.652
99.676
99.822
99.762
99.722
99.822
159.619
99.722
0.000
159.482
99.822
0.000
0.000
99.652
0.000
0.000
0
1.3
1.3
0.2
0
99.603
99.633
99.722
99.722
99.603
0.000
129.639
129.639
19.921
0.000
129.484
129.523
19.944
0.000
0.000
X
0
Y
99.652
2
3
4
5
B
C
D
E
1
1.6
1
0
7
8
9
10
11
G
H
I
J
K
1 =
L
638.361
638.361
637.907
2
=
0.227
2 =
637.907
Patok P3a
NO
TITIK
timbunan
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
295.620
98.809
297.900
592.854
99.300
597.498
893.700
99.583
898.992
1194.996
12
99.888
1193.700
1498.320
15
99.475
1492.223
1621.443
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
16.3
14.7
13.7
13.5
13.2
13
99.482
100.222
100.222
99.822
99.822
100.222
1633.619
1473.263
1367.561
1347.597
1322.930
1303.406
1462.378
1373.041
1352.997
1317.650
1297.686
1202.664
13
12
100.262
1203.864
902.358
14
100.322
902.358
601.932
15
100.262
601.332
501.310
16
100.222
499.110
481.066
17
4.8
99.822
479.146
449.199
18
4.5
99.822
450.999
429.235
19
4.3
100.222
430.955
330.733
20
3.3
100.222
325.524
0.000
22
98.644
0.000
0.000
23
98.540
0.000
0.000
X
0
Y
98.540
1 =
L
17821.976
17821.976
17799.181
2
=
11.397
2 =
17799.181
Patok P4a
NO
TITIK
timbunan
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
293.703
98.481
298.284
590.886
99.428
597.198
894.852
99.533
896.382
1194.396
12
99.598
1195.116
1493.970
15
99.593
1496.470
1742.878
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
17.5
14
13.7
13.5
13.2
13
99.765
100.722
100.722
100.322
100.322
100.722
1762.635
1410.108
1374.411
1354.347
1329.530
1309.906
1396.705
1379.891
1359.747
1324.250
1304.186
1208.664
13
12
100.762
1209.864
906.858
14
100.822
906.858
604.932
15
100.762
604.332
503.810
16
100.722
501.610
483.466
17
4.8
100.322
481.546
451.449
18
4.5
100.322
453.249
431.385
19
4.3
100.722
433.105
332.383
20
3.3
100.722
326.894
0.000
20
99.059
0.000
0.000
21
97.901
0.000
0.000
X
0
Y
97.901
1 =
L
17941.845
17941.845
17898.410
2
=
21.717
2 =
17898.410
Patok P5a
NO
TITIK
timbunan
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
298.725
100.176
300.954
601.056
100.318
602.748
902.862
100.458
903.582
1205.496
12
100.398
1203.576
1505.970
15
100.298
1503.705
1674.977
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
16.7
14.7
13.7
13.5
13.2
13
100.247
101.222
101.222
100.822
100.822
101.222
1690.407
1487.963
1381.261
1361.097
1336.130
1316.406
1473.631
1386.741
1366.497
1330.850
1310.686
1214.664
13
12
101.262
1215.864
911.358
14
101.322
911.358
607.932
15
101.262
607.332
506.310
16
101.222
504.110
485.866
17
4.8
100.822
483.946
453.699
18
4.5
100.822
455.499
433.535
19
4.3
101.222
429.019
0.000
20
99.772
0.000
0.000
21
99.575
0.000
0.000
X
0
Y
99.575
1 =
L
17694.958
17694.958
17670.855
2
=
12.052
2 =
17670.855
Patok P6a
NO
TITIK
timbunan
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
0.000
141.279
101.049
141.851
293.042
2.9
101.322
294.994
273.569
2.7
101.722
274.649
172.927
1.7
101.722
171.553
0.000
100.914
0.000
0.000
7
8
9
10
11
12
G
H
I
J
K
L
0
1.15
4.15
7.15
8.85
9.25
101.422
101.686
101.527
101.203
101.451
101.722
0.000
116.756
419.992
725.375
900.240
940.929
116.635
421.997
725.918
895.647
938.422
981.617
13
9.65
101.722
981.617
900.240
14
8.85
101.722
896.700
879.895
15
8.65
101.322
876.435
846.039
16
8.35
101.322
849.379
825.774
17
8.15
101.722
829.360
727.312
18
7.15
101.762
728.027
422.312
19
4.15
101.822
422.312
117.095
20
1.15
101.762
116.980
15.264
20
0.15
101.722
15.213
0.000
21
101.422
0.000
0.000
X
0
Y
100.914
1.4
1 =
L
9702.363
9702.363
2 =
9694.986
2
=
Patok P6a
NO
TITIK
3.689
galian
KOORDINAT
X*Yn+1
Yn*X+1
9694.986
1
2
3
A
B
C
X
0
0.3
0.35
Y
88.322
88.322
88.422
0.000
26.527
30.913
26.497
30.913
0.000
88.322
0.000
0.000
5
6
7
8
9
E
F
G
H
I
0
0.3
0.5
0.5
0
88.722
88.722
88.822
88.987
88.722
0.000
26.647
44.494
44.361
0.000
26.617
44.361
44.411
0.000
0.000
1 =
L
172.940
172.940
172.798
2
0.071
2 =
172.798
Construction of Theodolite
Stereoskop