You are on page 1of 37

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN PENGKONDISIAN KEMBALI

TERHADAP KUALITAS UMBI KENTANG (Solanum tuberosum Linn)


SEBAGAI BAHAN BAKU POTATO CHIPS
Dilla Elviana*, Dr. Ali Asgar Ir., MP**, Dra. Ela Turmala Sutrisno Ir., Msc**

ABSTRACT
This research aims to study the effect of storage temperature and conditioning back to the
quality of potato tubers as raw material for potato chips. The results are also expected to give hints on
the potato tuber raw materials for the manufacture of potato chips better so will enhance the economic
value of potato tubers and encourages farmers to increase the amount of production of high-quality
potatoes each year so expect the welfare of the farmers will get better.
The method used in this study is two-factor with 3 levels and 4 levels in a randomized block
design with three replications thus obtained 36 experimental plots. Response variable in this study is
the analysis of water content, starch content, reducing sugar content, violence tubers, weight loss,
tuber rot and organoleptic tests for color, flavor, crispness and appearance of potato chips.
The results showed that the storage temperature treatment and conditioning back and their interaction
was not significantly different to the water content and starch content.
Interaction between storage temperature and conditioning back significantly different potato
tuber reducing sugar. Reducing sugar content of potato tubers s1p4 treatment is 0.81%, ie 0.95% s2p2,
s2p3 are 0.88%, 0.77% s2p4 ie, s3p1 are 0.89%, 0.79% s3p2, s3p3 0 , ie 76% and 0.75% s3p4. So it
can be concluded that the above treatments potato tubers can be accepted by the potato processing
industry chips.Perlakuan storage temperature and conditioning back significantly different potato tuber
texture. Violence best for making potato chips was 2.33 seconds on the treatment mm/100gram/10 p1
(conditioning at room temperature for 9 days). Interaction between storage temperature and
conditioning back significantly different potato tuber weight loss. Weight loss of potato tubers that are
the 2,49% s1p4 treatment, storage and conditioning treatment back temperatures and their interaction
was not significantly different to the tuber rot. Storage temperature and conditioning treatments
significantly different back color and appearance of potato chips based preference level panelists. The
most preferred color panelists namely s3 treatment (storage temperature of 10 C) and p4
(conditioning back in the room temperature at 9 days) are 2.56 and 2.73. Sightings are most panelists
favored treatment s3 (storage temperature of 10 C) and p4 (conditioning back in 9 days at room
temperature), namely 2.66 and 2.79. Conditioning treatment of potato tubers back significantly affect
the flavor and crispness of potato chips based preference level panelists. The most favored flavor
panelists are on p2 treatment (conditioning back in 3 days at room temperature) is 2.48. The most
preferred crispness panelist on p3 treatment (conditioning back in 6 days at room temperature) is 2.30.

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kentang (Solanum tuberosum

kentang dikenal sebagai bahan pangan


yang dapat mensubstitusi (menggantikan)
bahan

pangan

karbohidrat

lain

yang

Linn) merupakan salah satu jenis tanaman

berasal dari beras, jagung, dan gandum.

hortikultura yang dikonsumsi umbinya,

Selain dikonsumsi dalam keadaan segar,

yang di kalangan masyarakat dikenal

sekarang ini kentang dapat dimanfaatkan

sebagai sayuran umbi. Kentang banyak

menjadi produk-produk olahan di berbagai

mengandung karbohidrat yang sangat

industri pangan di seluruh dunia seperti

bermanfaat bagi tubuh kita. Tingginya

kentang goreng (french fries) dan keripik

kandungan

kentang (potato chips) dan jumlahnya

karbohidrat

menyebabkan

setiap tahun terus meningkat (Sibarani,

Kusdibyo, 2004).

1988).

Varietas
Hasil penelitian yang dilakukan

oleh

Ali

Asgar

menunjukkan

dan

Asandhi

bahwa

(1990)

kehilangan

hasil

digunakan

kentang

dalam

yang

umum

pembuatan

keripik

kentang adalah Atlantik. Kentang varietas


Atlantik

ini

mengandung

kadar

gula

panen pada saat panen sampai dengan

reduksi sebesar 0,70%, daging umbi

lama

yang

berwarna putih dan kadar air rendah

daerah

sehingga sangat menarik apabila kentang

Pangelangan Jawa Barat mencapai 25%.

Atlantik digunakan sebagai salah satu

Hasil penelitian berikutnya yang dilakukan

bahan

di Garut menunjukkan kehilangan hasil

kentang. Varietas ini memiliki beberapa

20% (Ali Asgar dan Asandhi, 1993). Salah

kelemahan

satu

banyak

rendah, tidak tahan layu, tidak tahan

dilakukan adalah mengeringkan kentang

busuk daun dan tidak tahan nematoda

menjadi keripik kentang.

akar (Prahardini dan Pratomo, 2004).

penyimpanan

dilakukan

petani

cara

bulan

kentang

di

pengawetan

Pengolahan

yang

kentang

menjadi

olahan

antara

bahan

yang

dibudidiayakan

untuk

pengembangan

berupa

lain:

keripik

produksinya

Menurut Wibowo (2006), kadar

keripik merupakan tahapan pasca panen


ditempuh

yang

kering

kentang
di

Granola

Jatinangor

yang

berkisar

diversifikasi produk dan peningkatan nilai

antara 14-17,5%, sehingga berdasarkan

tambah. Di Indonesia, dua jenis produk

penkelasan kadar bahan kering, kentang

olahan

menunjukkan

tersebut termasuk dalam kategori rendah.

kecenderungan semakin populer dalam

Kentang yang cocok untuk industri keripik

pola

harus

kentang
konsumsi

yang

masyarakat

adalah

mempunyai

kandungan

gula

kentang goreng (french fries) dan keripik

<0,05%, bobot kering >20%, kandungan

kentang (potato chips) (Adiyoga et al.,

bahan padatnya tinggi (16,7%), bentuk

1999).

umbi baik, dan permukaan rata. Sifat-sifat


Menurut

SNI,

Keripik

ini dimiliki dua varietas unggul baru

kentang adalah makanan yang terbuat

kentang yang dilepas oleh Kementrian

dari kentang (Solanum tuberosum) segar

Pertanian, yaitu Margahayu dan Kikondo.

berbentuk

Margahayu

irisan

tipis

(1996),

yang

digoreng

dan

Kikondo

mempunyai

dengan penambahan bahan makanan dan

potensi hasil 18-23 t/ha, umur panen

atau tanpa bahan makanan lain yang

antara 90-100 hari dan mempunyai daya

diizinkan.

baik

simpan pada suhu kamar antara 2,5-3

yang

bulan. Kentang ini cocok sebagai kentang

berasal

Keripik
dari

kentang

umbi

yang

kentang

mempunyai kadar air dan gula rendah

olahan terutama keripik (chips).

serta kadar pati tinggi (Asandhi dan

Penyimpanan

yang

baik

pada

suhu

tertentu merupakan salah satu cara untuk

selama 8 hari mengakibatkan kenaikan

mendapatkan kadar gula reduksi, kadar

kadar gula reduksi tertinggi yaitu berkisar

pati dan kadar air yang memenuhi syarat

antara 0,096 0,109%.

dalam

pembuatan

keripik

kentang.

Kentang sebaiknya disimpan di

Kentang yang di simpan pada suhu

tempat yang sejuk dan gelap dengan

rendah, misalnya 4C akan menyebabkan

sirkulasi udara yang baik. Suhu ideal

terjadinya akumulasi gula meliputi glukosa

tempat penyimpanan adalah 7 sampai

dan fruktosa sehingga rasanya akan

10C (Sunarjono, 2007).

manis, hal ini diisebabkan oleh relatif

Berdasarkan
tersebut,

menyebabkan terbentuknya warna gelap

penyimpanan

pada irisan kentang yang secara komersil

pengkondisian

tidak

reconditioning

suhu ruang yang tepat dimana kandungan

kentang pada suhu 21C selama 2-3

gula reduksinya rendah sehingga dapat

minggu menaikkan kecepatan respirasi

menekan terjadinya perubahan nutrisi dan

dan sebagian besar gula akan teroksidasi

mutu umbi kentang dapat dipertahankan.

menjadi

Diduga

diterima,

karbondioksida

(Tranggono dan Sutardi, 1990).


Kentang yang disimpan dibawah

perlu

belakang

rendahnya aktifitas respirasi dan akan

dapat

maka

latar

yang

dicari

suhu

tepat

dan

kembalikentang

bahwa

disimpan

dalam

beberapa

bulan

umbi

kentang

suhu

dingin

dilanjutkan

selama
disimpan

dalam

dan perubahan gula menjadi pati menurun

(reconditioning)

dan gula terakumulasi di dalam jaringan.

mempengaruhi kandungan gula reduksi,

Selama

dalam

kandungan pati dan kandungan airnya

kentang

akan

metabolisme,

mengalami
yaitu

suatu

umbi
proses
proses

perombakan

pati

menjadi

gula-gula

sederhana

dan

proses

tersebut

dipengaruhi oleh tingkat laju respirasi,


semakin tinggi laju respirasi perubahan
pati menjadi gula-gula sederhana akan
semakin cepat dan secara stimular gulagula sederhana akan digunakan sebagai
energi dalam proses respirasi (Tranggono
dan Sutardi, 1990).
Menurut Asandhi dan Kusdibyo,
(2004), Penyimpanan dalam suhu 10C

dengan

yang

suhu kritis yaitu 10C, kecepatan respirasi

penyimpanan

ruang

dengan

suhu

maka

kamar
akan

(Asandhi dan Kusdibyo, 2004).


1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang

penelitian,

diidentifikasikan

maka

dapat

masalah-masalah

sebagai berikut:
1. Bagaimana

pengaruh

suhu

penyimpanan terhadap kualitas umbi


kentang sebagai bahan baku potato
chips?
2. Bagaimana pengaruh pengkondisian
kembali

terhadap

kualitas

umbi

kentang sebagai bahan baku potato

pemeliharaan, kesehatan tanaman, serta

chips?

tempat

3. Bagaimana pengaruh interaksi suhu


penyimpanan
kembali

dan

pengkondisian

terhadap

kualitas

umbi

bertanam.

mengalami

Kentang

kerusakan

pertanaman,

baik

pemanenan

sering
dalam
maupun

penyimpanan. Perubahan nutrisi umbi

kentang sebagai bahan baku potato

kentang

chips?

penyimpanan dipengaruhi oleh kondisi


lingkungan

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh suhu penyimpanan
dan

pengkondisian

olahan

kembali

terhadap

kualitas umbi kentang sebagai bahan

selama

dalam

penyimpanannya

terutama

temperatur. Penyimpanan umbi kentang


pada

suhu

ruang

dapat

mengalami

penurunan kandungan pati yang lebih


besar

apabila

dibandingkan

dengan

peningkatan kandungan gulanya, karena

baku potato chips.

gula hasil perombakan dari pati secara


1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini

memberikan

manfaat, yaitu dapat mengetahui kualitas


umbi

kentang

berdasarkan

yang

suhu

paling

baik

penyimpanan

dan

pengkondisian kembali terhadap potato


chips yang dihasilkan sehingga akan
mempertinggi nilai ekonomi dari umbi
kentang dan sekaligus mendorong petani
untuk

meningkatkan

jumlah

produksi

kentang yang berkualitas tinggi setiap


tahunnya

sehingga

diharapkan

kesejahteraan hidup para petani akan


semakin baik dan meningkatkan mutu
produk kentang olahan terutama potato
chips

sehingga

dapat

mengurangi

ketergantungan import kentang sebagai


bahan baku potato chips.

Menurut Rubatzky et al., (1998),


kualitas umbi yang paling penting adalah
penampilan luar, ukuran, bentuk, tekstur
dan warna kulit, warna daging, kedalaman
dan jumlah mata tunas, ada tidaknya
cacat, dan kandungan bahan kering.
Umumnya umbi yang kandungan bahan
keringnya tinggi, perbandingan amilosa
terhadap amilopektinnya tinggi, ukuran
selnya kecil, dan kandungan gulanya
rendah, disukai untuk bahan olahan dan
untuk dipanggang atau digoreng. Jenis
kentang

ini

jika

direbus

cenderung

mengelupas, dan memiliki tekstur pangan


yang baik. Kentang yang kandungan
direbus karena cenderung tetap lekat.

(2007),

Ali Asgar dan Marpaung (1998)

produktivitas kentang dipengaruhi oleh

melaporkan bahwa umbi kentang Granola

varietas

yang disimpan selama 5 hari penurunan

kentang

Sunarjono,

proses respirasi.

bahan keringnya rendah paling baik untuk

1.5. Kerangka Pemikiran


Menurut

stimular digunakan sebagai energi dalam

yang

ditanam,

kandungan

patinya

sedangkan
gulanya

maksimal

peningkatan

maksimal 0,36%.

0,98%,

keperluan industri, kentang-kentang yang

kandungan

manis tidak dikehendaki, karena gula

Sedangkan

pereduksi

yang

dikandungnya

penyimpanan umbi kentang pada suhu

menyebabkan

dingin dapat terjadi akumulasi kadar gula

reaction. Karena itu agar mendapatkan

reduksi

hasil yang baik, kentang-kentang yang

yang

disebabkan

oleh

relatif

di

terjadinya

dapat

ruang

browning

tingginya aktivitas enzim fosforilase yang

disimpan

pendingin

merombak pati menjadi gula reduksi.

dibiarkan dulu pada suhu kamar atau

Pantastico (1975) menyatakan bahwa

diruang kamar beberapa waktu lamanya

umbi kentang yang disimpan pada suhu

sebelum diolah agar kandungan gula

dingin hasil olahannya berwarna coklat,

pereduksinya

karena kadar gulanya tinggi.

Aman, 1981).

menurun

harus

(Winarno

dan

Kentang dengan kadar gula tinggi

Menurut Asandhi dan Kusdibyo,

mempunyai tekstur yang kurang baik dan

(2004), Penyimpanan umbi kentang dalam

rasanya manis bila direbus dan bila

ruangan dengan suhu 10 C selama 8 hari

digoreng warnanya menjadi coklat akibat

dapat mempertahankan kandungan air

karamelisasi dan reaksi antara asam

sehingga secara visual umbi kentang

amino

tetap

dan

gula

(reaksi

mailard).

segar

seperti

baru

di

panen.

Akumulasi gula dalam kentang yang

Penyimpanan dalam suhu 10C selama 8

disimpan

dapat

hari mengakibatkan kenaikan kadar gula

sebagian dikembalikan atau dibalikkan

reduksi tertinggi yaitu berkisar antara

dengan menaikkan suhu penyimpanan

0,096 0,109%. Penyimpanan umbi

sampai 10C atau lebih. Meskipun pada

kentang yang dilakukan selama 4 hari

umumnya dapat diterima bahwa kadar

dalam suhu 10C kemudian dilakukan

gula kembali ke hampir normal selama 1

pengkondisian kembali pada suhu ruang

minggu pada suhu 15-20C, pengalaman

(18C21C)

menunjukkan

gula

pengkondisian kembali selama 8 hari

reduksi mungkin berlangsung pada laju

dalam suhu ruang (18C21C) ternyata

yang

dapat mengakibatkan penurunan kadar air

pada

lebih

suhu

bahwa
lambat

rendah

penurunan
(Tranggono

dan

Sutardi, 1990).

selama

hari

dan

antara 0,81% - 1,98%.

Kentang bila disimpan pada suhu

Penyimpanan kentang pada suhu

rendah akan mengalami kenaikan gula

4C akan mengaktifkan enzim fosforilase

pereduksi sehingga rasanya akan manis.

yang berperan penting dalam penimbunan

Pada umumnya kentang tidak manis

gula reduksi sehingga perlu dilakukan

rasanya, karena itu adanya kentang manis

pengkondisian kembali pada suhu ruang

merupakan suatu penyimpangan. Untuk

yang dapat mengaktifkan enzim amilase

yang berperan dalam penimbunan pati

yang

(Tranggono dan Sutardi, 1990).

Kusdibyo, 2004).

Fosforilase adalah enzim yang

berwarna

cerah

(Asandhi

dan

Selama

penyimpanan,

kentang

tetap

mengalami

proses

penting peranannya dalam penyimpanan

akan

kentang pada suhu dingin dan terbukti

metabolisme termasuk respirasi sehingga

memiliki

komposisi kimianya akan mengakibatkan

aktivitas

yang

tinggi

pada

kentang yang disimpan pada suhu 4C.

penurunan

Enzim

tentu

pengawetan

yang

banyak

di

Thailand

tersebut

sudah

barang

mutu.

Salah

satu

cara

dilakukan

merupakan

faktor

penting

yang

khususnya

berpengaruh

pada

penimbunan

gula

mengeringkan kentang menjadi keripik

dalam kentang, jadi akan menentukan

(dehydrated potato chips) pada ketebalan

kualitas kentang potongnya (Tranggono

2-3 mm (Tantidham et al., 1994)

dan Sutardi, 1990).

adalah

Salah satu persyaratan mutu umbi

Enzim amilase tidak aktif dalam

kentang olahan adalah ukuran diameter

suhu 4C tetapi sebaliknya fosforilase aktif

umbi.

pada

mempunyai

Chips di Indonesia telah menentukan

peranan penting dalam perubahan pati

ukuran umbi yang dapat diterima sebagai

menjadi gula pada kentang yang disimpan

bahan baku chips adalah umbi kentang

pada suhu ini. Enzim amilase ternyata

dengan diameter 5-7 cm kadar bahan

aktifitasnya meningkat bersamaan dengan

kering minimal16,7% .

terjadinya pertunasan dimana hal ini

Jenis

suhu

ini

sehingga

Indofood

satu-satunya

umbi

kentang

industri

untuk

diperlukan untuk metabolisme karbohidrat

keperluan industri seperti keripik kentang

untuk diangkut ke tunas yang beru tumbuh

memiliki syarat yaitu bentuknya mulus

(Tranggono dan Sutardi, 1990).

(tidak bergelombang), mata dangkal dan

Hasil penggorengan potato chips

terutama kandungan bahan keringnya

yang disimpan dalam suhu 10C selama 8

harus tinggi yang dicirikan dalam berat

hari

jenis umbinya.

menghasilkan

warna

coklat,

sedangkan penyimpanan selama 4 hari


dalam

suhu

cocok

untuk

pengolahan harus mempunyai mutu yang

dilakukan pengkondisian kembali pada

memuaskan baik pada waktu pemanenan

suhu

masih

maupun setelah disimpan. Varietas yang

menghasilkan warna keripik belum cerah

mempunyai kandungan gula pereduksi

seperti hasil gorengan pada saat baru

yang tinggi tidak dapat dianjurkan untuk

dipanen.

pengkondisian

diolah. Kandungan gula terutama gula

kembali dalam suhu ruang selama 8 hari

pereduksi dalam umbi kentang sangat

masih dapat menghasilkan keripik kentang

menentukan mutu warna keripik yang

selama

Sedangkan

yang

yang

kemudian

ruang

10C

Varietas

hari

dihasilkan. Kandungan gula reduksi yang

gula

reduksi1,08%

diterima oleh industri pengolahan keripik

16,44% (Sahat dan Kardjadi, 2008).

kentang yaitu 1% (Pantastico, 1975).

dan

berat

kering

Menurut Wibowo et al, (2004),

Varietas kentang yang mengandung gula

keripik

kentang

reduksi rendah antara lain Atlantik, Latif

ringan

(snack

dan Granola yaitu berkisar antara 0,05-

mengutamakan

0,06% (Ali Asgar dan Kusdibyo,1997).

(appereance), kerenyahan (texture) dan

Berbagai varietas kentang juga berbeda

warna dibandingkan kandungan gizinya,

sebagai bahan baku untuk beberapa

sehingga

peningkatan

produk seperti keripik, kentang goreng

kentang

sebaiknya

rajangan (french fries) dan produk-produk

peningkatan kerenyahan dan perbaikan

lain yang dikeringkan.

warna agar lebih menarik

Menurut Sahat et al., (1989),

merupakan
food)

makanan

yang

lebih

kenampakan

Kerenyahan

kualitas

keripik

diarahkan

pada

keripik

kentang

kentang variatas Granola, bila digunakan

sangat berbeda tergantung dari tebal

untuk

irisan.

industri

keripik

kentang,

akan

Hubungan

kadar

pati

dengan

menghasilkan keripik yang tidak renyah

kerenyahan irisan kentang mempunyai

dan warna yang kurang menarik (kuning

korelasi yang tinggi karena kentang yang

kecoklatan sampai coklat), dibandingkan

mempunyai kadar pati tinggi maka irisan

dengan varietas Vanda, Atlantik, dan

kentang yang diperoleh akan menjadi

Hertha.

lebih

baik.

Kerenyahan

dari

keripik

Hasil penelitian Balitsa Lembang

diperoleh dari kandungan polisakarida

menyebutkan bahwa varietas kentang

yang tinggi seperti pati, pektin, selulosa,

yang sesuai untuk olahan memerlukan

dan hemiselulosa (Nur Hartuti dan Sinaga,

beberapa kriteria antara lain dilihat dari :

1998).

ukuran (5-7) cm, spesific gravity (min


1.067),

kadar

air

(75%)

1.6. Hipotesa Penelitian

dengan
Suhu

appearance max (16%) (Kusmana et al,

pengkondisian

2004).
Tahun 2008, BALITSA Lembang
mengeluarkan varietas kentang baru yaitu
Margahayu yang merupakan persilangan
dari beberapa varietas kentang. Kentang

karbohidrat

karena
sebesar

mengandung
3,17%,

kadar

pati3,17%, spesifik gravity0,020% dan

kembali

bahan

dan
baku

kentang serta interaksinya diperkirakan


berpengaruh

terhadap

kualitas

umbi

kentang sebagai bahan baku potato chips.


1.7. Waktu dan Tempat Penelitian

ini cocok untuk kentang olahan terutama


kripik/chips

penyimpanan

Waktu penelitian yaitu dari bulan


Juni

sampai

Penelitian

bulan

dilakukan

Agustus
di

2012.

Laboratorium

Pasca Panen Balai Penelitian Tanaman

Sayuran, Jalan Tangkuban Perahu Nomor

pemanas, penangas air, corong gelas,

517, Lembang, Bandung.

pipet ukur, buret, stopwatch,kertas saring,


ball kondensor, klep, statif, pipet tetes,

II METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Bahan dan Alat yang Digunakan

pendingin reflux, kasa asbes, kertas pH,


mortar dan alu.
Alat-alat yang digunakan untuk

2.1.1. Bahan yang Digunakan


Bahan

baku

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah kentang segar

analisa fisik adalah timbangan digital,


termometer dan penetrometer.

yang didapat langsung dari petani di

Alat-alat yang digunakan untuk

Pangalengan dengan varietas Margahayu,

pembuatan potato chips adalah pisau

umur panen 90-100 hari, berat umbi 65-

stainless

130 g dan diameter 4-7 cm.

timbangan,

Bahan

kimia

yang

digunakan

untuk analisa kadar pati di antaranya


adalah air suling, Asam Asetat / Asam
Klorida 2 N, Asam Klorida 3% (HCl 3%),
Asam Sulfat 25% (H2S04 25%), Kalium
Iodida20% (KI 20%), Na2S2O3, larutan
kanji 10%, larutan Luff Schoorl,larutan
Natrium

Tiosulfat

0,1

N,

Natrium

Hidroksida 20% ( NaOH 20%), dan larutan


blanko.
kimia

analisa

antaranya

yang

kadar

adalah

gula

air

digunakan
reduksidi

suling,

bubur

alumina/ larutan Pb-asetat, H2SO4 25%,


Kalium

perajang

baskom,

sederhana,

ember,

baki,

penyaringan, kompor, wajan, plastik dan


cold storage.
2.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan
meliputi 1 tahap penelitian, yaitu:
1. Sortasi dan grading umbi kentang
pasca panen.
2. Penyimpanan umbi kentang pada suhu
4C, 7C dan 10C selama 2 bulan.
3. Pengkondisian kembali umbi kentang
pada suhu kamar selama 0 hari, 3 hari,

Bahan
untuk

steel,

Oksalat

Natrium

Karbonat

(Na2CO3) anhidrat/ Natrium Phospat 8%,


batu didih, KI 20%, larutan Luff Schoorl,
Na2S2O3 0,1 N, dan sampel.

6 hari dan 9 hari.


4. Analisa fisik yang dilakukan berupa
analisis jumlah umbi yang busuk, susut
bobot dan kekerasan umbi kentang.
Analisa kimia yang dilakukan setelah
pengkondisian

2.2.1. Analisa Produk

analisa kimia dan fisik dalam penelitian ini


neraca

suhu

ruang ialah analisa kadar gula reduksi,

Alat-alat yang digunakan untuk


adalah

pada

kadar pati dan kadar air.

2.1.2. Alat yang Digunakan

diantaranya

kembali

analitik,

eksikator, botol timbang bertutup, oven,


batu didih, labu erlenmeyer, labu ukur,

Analisis produk yang dilakukan


adalah:
1. Setelah pengkondisian kembali umbi
kentang pada suhu ruang selama 0
hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari, dilakukan

pembuatan potato chips.


2. Produk

yang

diperoleh

p1 = 0 hari
kemudian

p2 = 3 hari

dilakukan uji organoleptik yang meliputi

p3 = 6 hari

rasa,

p4= 9 hari

warna,

penampakan

dan

kerenyahan dengan menggunakan 15

2.2.1.2. Rancangan Percobaan

panelis.

Rancangan

2.2.1.1. Rancangan Perlakuan


Dari

tujuan

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah


percobaan

Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan

maka dapat dibuat rancangan perlakuan

pola faktorial 3 x 4 dan ulangan sebanyak

sebagai berikut: perlakuan terdiri dari 2

tiga kali untuk setiap kombinasi perlakuan

faktor, yaitu suhu penyimpanan (S) yang

sehingga

terdiri dari tiga taraf dan Pengkondisian

sebanyak 36 plot percobaan. Pemilihan

kembali (P) yang terdiri dari empat taraf,

rancangan ini didasarkan pada pendapat

terhadap kualitas umbi kentang sebagai

Gaspersz (1995) yang menyatakan bahwa

bahan baku pembuatan potato chips.

penggunaan

Faktor perlakuan:

faktorial dengan rancangan dasar RAK

uraian

percobaan

diperoleh

plot

rancangan

percobaan

percobaan

Suhu Penyimpanan (S), terdiri dari tiga

cocok untuk unit-unit percobaan yang

taraf, yaitu:

tidak homogen dan jumlah perlakuan

s1 = 4C

terbatas. Model rancangan yang akan

s2 = 7C

digunakan pada penelitian ini dapat dilihat

s3 = 10C

pada Tabel 1.

Pengkondisian kembali (P) terdiri dari


empat taraf yaitu:
Tabel 1. Rancangan faktorial 3 x4 dalam Rancangan Acak Kelompok
Suhu
Pengkondisian Kembali (P)
0 hari (p1)
3 hari (p2)
6 hari (p3)
9 hari (p4)
Penyimpanan (S)
4C (s1)
s1p1
s1p2
s1p3
s1p4
7C (s2)
s2p1
s2p2
s2p3
s2p4
10C (s3)
s3p1
s3p2
s3p3
s3p4
analisis data dengan menggunakan
Untuk

perbedaan
interaksinya

membuktikan

pengaruh
terhadap

adanya

perlakuan
semua

dan

respon

variabel yang diamati, maka dilakukan

persamaan rancangan percobaan sebagai


berikut:
Yijk = + K+ Si + Pj + (SP)ij + (ij)
Dimana:
i

Banyaknya

penyimpanan (s1, s2, s3)

variasi

suhu

Banyaknya

variasi

lama

taraf

pengkondisian kembali (p1, p2, p3, p4)


K

1,2,3

untuk

ulangan

(SP)ij

pengamatan

kelompok

ke-k

dari

faktor

suhu

yang

interaksi

antara

faktor

suhu

ke-i

lama pengkondisian kembali


(ij)

Pengaruh

unit

eksperimen

penyimpanan,

pada kelompok ke-k yang

taraf ke-j dari faktor lama

memperoleh taraf ke-i dari

pengkondisian kembali dan

faktor suhu penyimpanan (S)

ulangan ke-k

dan taraf ke-j dari faktor lama


pengkondisian kembali (P)

Nilai rata-rata sesungguhnya

Si

Pengaruh

lama

penyimpanan dan taraf ke-j

memperoleh taraf ke-i dari

Pj

Pengaruh
taraf

Nilai

faktor

pengkondisian kembali

percobaan
Yijk

ke-j

perlakuan

suhu

Berdasarkan rancangan yang ada

penyimpanan pada taraf ke-i

maka

faktor suhu penyimpanan

percobaan faktorial 3 x 4 yang dapat

Pengaruh

dilihat pada Tabel 2.

perlakuan

lama

dapat

dibuat

denah

pengkondisian kembali pada


Tabel 2. Denah Rancangan Percobaan Faktorial 3 x 4
Kelompok Ulangan I
1
s1p3
4
s3p4
7
s3p1
10
s1p4

2
s2p2
5
s2p3
8
s3p2
11
s3p3

3
s1p2
6
s2p4
9
s1p1
12
s2p1

Kelompok Ulangan II
1
s3p4
4
s3p2
7
s1p1
10
s1p2

2
s1p3
5
s3p1
8
s2p1
11
s2p4

3
s3p3
6
s1p4
9
s2p3
12
s2p2

(layout)

Kelompok Ulangan III


1
s2p3
4
s3p1
7
s3p2
10
s2p2

2
s1p4
5
s2p1
8
s3p4
11
s2p4

Berdasarkan rancangan di atas dapat


dibuat analisis variasi (ANOVA), untuk
mendapatkan
pengaruh

kesimpulan

mengenai

perlakuan.

Selanjutnya

daerah

penolakan

ditentukan

3
s3p3
6
s1p2
9
s2p1
12
s1p3
-

Hipotesis ditolak jika F hitung <F

tabel 5%
Hipotesis diterima jika F hitung
F tabel 5%

hipotesisnya, yaitu:
Sumber
Derajat
keragaman
bebas
Kelompok
r-1
Perlakuan
sp-1
S
s-1
P
p-1
SP
(s-1)(p-1)
Galat
(sp) (r-1)
Total
spr-1
Sumber: Gaspersz, (1995).
Sebagai

Tabel 3. Analisis Variasi (ANOVA)


Jumlah
Kuadrat
F hitung
kuadrat
tengah
JKK
JKP
JK(S)
KT(S)
KT(S)/KTG
JK(P)
KT(P)
KT(P)/KTG
JK(SP)
KT(SP)
KT(SP)/KTG
JKG
KTG
JKT
-

kesimpulan

F tabel 5%
-

hipotesis,

dari masing-masing perlakuan (F hitung

diterima jika ada beda nyata antara rata-

F tabel) adalah dengan melakukan uji

rata dari masing-masing perlakuan atau

jarak berganda Duncan untuk mengetahui

disebut berbeda nyata. Bila hipotesis

kelompok

ditolak jika tidak ada beda nyata antara

perbedaan mencolok (Gaspersz, 1995).

sampel

yang

memiliki

rata-rata dari masing-masing perlakuan


(Gaspersz, 1995).
2.2.1.4. Rancangan Respon
Rancangan

respon

untuk

penelitian ini adalah analisa kimia, analisa


2.2.1.3. Rancangan Analisis
Analisis yang dilakukan apabila
terdapat perbedaan nyata antara rata-rata

fisik dan uji organolpetik dengan beberapa


variabel yang diamati sebagai berikut:
2.2.1.4.1.

Analisa kimia meliputi:

1. Analisa

kadar

menggunakan

air

metode

dengan

4.

Kekerasan umbi kentang menggunakan

Gravimetri

(AOAC, 1995).
2. Analisa kadar gula reduksi

Penetrometer

Dan

Pranggonawati, S., 1983).


dengan

menggunakan metode Luff Schoorl

2.2.1.4.3. Uji Organolpetik meliputi:


5.

Warna,

(AOAC, 1995).
3. Analisa

(M.Baedhowie

rasa,

kerenyahan

dan

penampakan dari potato chipsdengan

kadar

pati

dengan

menggunakan

menggunakan metode Luff Schoorl

metode

Hedonik

(M.Baedhowie Dan Pranggonawati, S.,

(AOAC, 1995).

1983).

2.2.1.4.2. Analisa fisik meliputi:


3. Analisa susut bobot dan perhitungan

Uji organoleptik dilakukan oleh 15


panelis

jumlah umbi kentang yang busuk.

dan

kriteria

penelitian

yang

diberikan oleh panelis dapat dilihat pada


tabel 4.
Skala hedonik
Sangat suka
Suka
Biasa
Tidak suka
Sangat tidak suka

Tabel 4. Kriteria Skala Hedonik


Skala numerik
1
2
3
4
5
1 Umbi kentang dipilih dengan ukuran

Uji organoleptik dilakukan untuk


mengetahui

tingkat

kesukaan

homogen (berat umbi 65-130 g) dan

atau

penerimaan panelis terhadap potato chips

rendah yaitu suhu 4C, 7C dan 10C

sehingga dapat diketahui apakah produk


disenangi dan diterima oleh panelis atau

tidak. Hasil penilaian dimasukkan kedalam


format

pengisian

(dapat

dilihat

selama 2 bulan.
Dilakukan pengkondisian kembali pada
suhu kamar selama 0 hari, 3 hari, 6

pada

lampiran 3) dan dikumpulkan, lalu dihitung

diameter 4-7 cm.


Dilakukan penyimpanan pada suhu

hari dan 9 hari.


Masing-masing unit percobaan diambil

secara statistik untuk dilakukan uji Sidik

contohnya untuk dianalisis kimia dan

Ragam (ANOVA). Selanjutnya dilakukan

fisik dan dilakukan pembuatan potato

Uji Rentang (Test Duncan) jika F hitung

chips setiap setelah 0 hari, 3 hari, 6

F tabel pada taraf nyata 5%. Hal ini berarti


5

hipotesa diterima.

hari dan 9 hari.


Dilakukan
pengujian

organoleptik

potato chips kepada 15 panelis.


Winarto
2.3. Deskripsi Penelitian
Deskripsi

penelitian

dilakukan adalah sebagai berikut:

(1989),

mengatakan

bahwa prosedur proses pembuatan potato


yang

chips adalah sebagai berikut:

(1). Persiapan bahan baku


Kentang
dengan

umur

yang

kontak
baru

panen

dipanen

100

hari

antara

O2

dengan

jaringan

kentang.
(5). Pengirisan

(Mulyaningsih, 1996), varietas margahayu

Kentang

yang

dikupas

dan ukuran tertentu dipisahkan. Kentang

kemudian

yang telah mengalami penyimpanan pada

ketebalan

suhu dingin sebelum diolah dinormalkan

dilakukan secara manual menggunakan

dahulu pada suhu kamar selama 0, 3, 6

perajang sederhana.

dan 9 hari.

(6). Penggorengan

(2). Pengupasan

diiris

telah

2-3

tipis-tipis
mm.

Penggorengan

Pengupasan

dilakukan

dengan

dengan

Pengirisan

adalah

ini

proses

untuk mempersiapkan makanan dengan

menggunakan pisau stainless steel. Hasil

pemanasan

kupasan direndam dalam air dan dijaga

minyak. Dalam proses penggorengan,

agar selalu terendam dalam air, karena

minyak goreng berfungsi sebagai medium

akan

atau

penghantar panas, menambah rasa gurih

kehitaman bila kena udara. Demikian juga

dan menambah nilai gizi atau kalori dalam

bila pisau yang digunakan dari baja biasa.

bahan

(3). Pencucian

yang

menyebabkan

warna

biru

Pencucian dilakukan dengan air


mengalir

yang

bertujuan

untuk

dalam

pangan.
digunakan

ketel

Sistem
adalah

yang

berisi

penggorengan
deep

frying

(bahan pangan yang digoreng terendam


didalam minyak). Penggorengan dilakukan

menghilangkan sisa-sisa kotoran setelah

dengan

metode

deep

frying.

Suhu

proses penguapasan.

penggorengan pada deep frying biasanya


diatas 177C selama 5 menit akan
memberikan efek blanch pada produk.

(4). Perendaman dalam air


Selama
pengupasan

tenggang
dan

Proses blanching biasanya digunakan


waktu

penggorengan

antara
perlu

untuk inaktivasi enzim, mengurangi udara


intraseluler,

mengurangi

volume

dilakuakan perendaman dalam air 3

menghancurkan

menit. Ini dimaksudkan untuk membatasi

mikroorganisme (Shidiq, 2005).

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Utama

dan

beberapa

Kentang
Cacat, Kulit hijau, Busuk
Sortasi
Afkir

Grading
Suhu Penyimpanan
Penimbangan
4C
7C
10C
PenyimpananCool Storage 60 hari

Reconditioning
Lama Reconditioning
0 hari
Penggorengan
3 hari
6 hari
9 hari
Potato Chips

Minyak Goreng

III HASIL DAN PEMBAHASAN

dan Pengkondisian Kembali Terhadap

PENELITIAN

Hasil Analisa Kimia Umbi Kentang


untuk Pembuatan Potato Chips.

3.1. Penelitian Utama


Pada

penelitian

utama

Pengaruh Suhu Penyimpanan

akan

dibahas mengenai pengaruh perlakuan


suhu penyimpanan dan pengkondisian
kembali terhadap kualitas umbi kentang
untuk pembuatan potato chips dengan

dan Pengkondisian Kembali Terhadap


Hasil Analisa Kimia umbi kentang untuk
pembuatan potato chips.
(1). Kadar Air
Air

analisa kimia, analisa fisika dan uji


organoleptik.

Analisa

kimia

yang

dilakukan meliputi pengujian kadar air,


kadar pati dan kadar gula reduksi.
Analisa fisika meliputi pengujian tekstur
kentang, susut bobot dan jumlah umbi
busuk.
meliputi

Sedangkan
pengujian

uji

organoleptik

warna,

rasa,

kerenyahan dan penampakan.

komponen

penting dalam bahan pangan karena air


dapat

mempengaruhi

penampakan,

tekstur, dan citarasa dari produk yang


dihasilkan (Winarno, 1992). Air dalam
bahan pangan juga ikut menentukan
kesegaran dan daya
pangan

tersebut.
dalam

tahan bahan
Sebagian

perubahan-perubahan
terjadi

3.1.1. Pengaruh Suhu Penyimpanan

merupakan

bahan

media

air

besar
pangan
yang

ditambahkan atau yang berasal dari

tinggi kadar air yang terdapat dalam

bahan pangan itu sendiri.

suatu bahan pangan makin besar pula


kemungkinan

makanan

atau

bahan

Kadar air dalam suatu bahan

pangan tersebut cepat rusak atau tidak

pangan perlu ditetapkan karena makin

tahan lama. Data hasil pengamatan dan


perhitungan dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Kadar Air Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan

Pengkondisian Kembali (P)

(S)

p1

s1

84,32

p2
a

a
A

84,65

83,36

a
86,05

83,67

a
s3

84,76

a
84,79

84,01

p4
a

84,18

A
s2

p3

a
84,96

a
85,27

83,67

A
A
A
A
KK (CV)%
1,29%
Keterangan:
-Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
-Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
berkisar antara 95%-100%, maka
Hasil Uji statistik menyebutkan

semakin tinggi kadar air dalam umbi

bahwa faktor suhu penyimpanan (S),

kentang tersebut karena kelembaban

pengkondisian kembali di suhu ruang

udara

(P),

suhu

menghambat air hasil respirasi dan

pengkondisian

transpirasi umbi kentang menguap ke

dan

interaksi

penyimpanan

antara

dan

yang

tinggi

yang

dapat

nyata

udara dalam ruang pendingin. Air dalam

terhadap kadar air umbi kentang untuk

umbi cenderung untuk bergerak ke

pembuatan potato chips.

daerah

kembali

(SP)

tidak

berbeda

Menurut Teori, semakin lama


penyimpanan umbi kentang pada suhu

yang

kelembaban

udaranya

lebih kecil seperti udara di suhu kamar.


Oleh karena itu penurunan kadar air
umbi kentang yang disimpan pada suhu
kamar lebih cepat jika dibandingkan

dingin

dengan

kelembaban

yang

dengan

penurunan

kadar

air

umbi

kentang

yang disimpan

pada suhu

seperti pada beras, kentang dan lain

dingin.

lain. Selama proses kemasakan buah


Hasil

penelitian

BALITSA

terjadi metabolisme yang berhubungan

menyebutkan bahwa varietas kentang

dengan perubahan kandungan gula,

yang sesuai untuk olahan adalah yang

asam-asam

memiliki kandungan air 75%.

senyawa yang berperan penting dalam

Berdasarkan

hasil

uji

statistik

nyata

dengan

dan

senyawa-

perubahan warna, tekstur dan citarasa

dapat disimpulkan setiap perlakuan tidak


berbeda

organik,

(Subramanyam et. al, 1976).

perlakuan

Hasil analisis variansi pada tabel

lainnya sehingga menurut kriteria ini

tidak ada perlakuanpenyimpanan umbi

perbedaan yang nyata pada perlakuan

kentang yang kadar airnya memenuhi

suhu penyimpanan (S), pengkondisian

syarat untuk pembuatan potato chips.

kembali di suhu ruang (P), dan interaksi

(2). Kadar Pati

antara

Pati merupakan senyawa yang

menunjukkan

suhu

bahwa

tidak

penyimpanan

ada

dan

pengkondisian kembali (SP) terhadap

tersimpan dalam organ tanaman dan

kadar pati umbi kentang.

menentukan sifat komoditas tersebut,


Tabel 6. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Kadar Pati Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan

Pengkondisian Kembali (P)

(S)

p1

p2
a

s1

8,94

10,53

a
8,87

8,47

a
s3

a
8,22

a
9,15

8,00

A
a
9,56

p4
a

8,50

A
s2

p3

a
8,91

a
9,27

8,47

A
A
A
A
KK (CV)%
13,80%
Keterangan:
-Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
-Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
Tabel 6 menunjukkan bahwa
pengkondisian kembali di suhu ruang
faktor

suhu

penyimpanan

(S),

(P),

dan

interaksi

antara

suhu

penyimpanan
kembali

dan

(SP)

pengkondisian

tidak

berbeda

nyata dengan kadar pati umbi kentang

nyata

sehinga belum adanya kentang yang

terhadap kadar pati umbi kentang untuk

kadar patinya memenuhi standar untuk

pembuatan potato chips.

pembuatan keripik kentang.

Penyimpanan

umbi

kentang

(3). Kadar Gula Reduksi

pada suhu dingin 4C akan mengubah


keseimbangan pati dan gula dalam
komoditi kentang. Kecepatan respirasi
dan

perubahan

gula

menjadi

pati

menurun dan gula terakumulasi di dalam


jaringan. Hal ini disebabkan karena
selama

penyimpanan

suhu

umbi diubah menjadi gula oleh enzim


fosforilase. Oleh sebab itu kandungan
yang

terdapat

dalam

umbi

mempunyai

yang

terdapat

dalam

umbi.

Akumulasi gula yang tinggi dan pati


yang rendah tidak diinginkan untuk
pembuatan potato chips karena akan
mempengaruhi
kentang

penampakan

sehingga

keripik

tidak

disukai

konsumen.
standar

dengan

tabel

pada

Rastovski dan Van, (1981) (hal 43) maka


kadar pati yang memenuhi standar
untuk

nutrisi

yaitu

macam yaitu gula pereduksi dan gula


non-pereduksi.
Gula
essensial

reduksi

dalam

ialah

reaksi

senyawa

pencoklatan

karena akan memberikan gugus karbonil


yang diperlukan untuk interaksi dengan
gugus amino bebas.
Sifat

pereduksi

dari

suatu

molekul gula ditentukan oleh ada atau


tidaknya gugus hidroksi asetal. Dimana
pada glukosa, hidroksi asetal aktif pada
rantai atom karbon nomor 1, sedangkan
fruktosa

mempunyai

gugus

ketosa,

gugus aktif yang terletak pada atom

PT.

Indofood dalam Basuki et al, (2005)


konversi

kandungan

karbon nomor 2.

Berdasarkan
hasil

senyawa

sebagai sumber kalori. Gula ada dua

merupakan kebalikan dari kandungan


pati

merupakan

organik dan termasuk karbohidrat yang

dingin

kandungan pati yang terdapat dalam

gula

Gula

pembuatan

keripik

kentang

Hasil uji jarak berganda Duncan


untuk faktor pengaruh suhu penyimpanan,
pengkondisian kembali di suhu ruang dan
interaksi antara suhu penyimpanan dan
pengkondisian kembali dapat dilihat pada
tabel 7.

minimal 11,90%.
Hasil

statistik

menunjukkan

bahwa setiap perlakuan tidak berbeda


Tabel 7. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Kadar Gula Reduksi Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan

Pengkondisian Kembali (P)

(S)

p1

s1

1,44

p2

p3

b
B

B
ab

0,95

0,89

a
0,77

0,88

AB

A
s3

1,32
C

a
0,81

1,00

B
s2

1,07

p4

0,79

a
0,75

0,76

A
A
A
A
KK (CV)%
8,68%
Keterangan:
-Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
-Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
teroksidasi menjadi karbondioksida dan
Berdasarkan hasil analisis terhadap

air sehingga kadar gula menjadi rendah.

kentang

Dalam penyimpanan umbi kentang pada

menunjukkan bahwa suhu penyimpanan,

suhu dingin terjadinya akumulasi gula

pengkondisian kembali di suhu ruang dan

adalah akibat secara relatif aktivitas enzim

interaksi antara suhu penyimpanan dan

lebih

pengkondisian kembali berbeda nyata

kecepatan penggunaan dalam respirasi.

kadar

gula

reduksi

umbi

tinggi

dibandingkan

dengan

Menurut Tranggono dan Sutardi

terhadap kadar gula reduksi umbi kentang

(1990), Kentang mengandung enzim

untuk pembuatan potato chips.


Umbi kentang yang disimpan diatas

amilase dan fosforilase. Enzim amilase

suhu kritis yaitu 10C akan menyebabkan

tidak aktif pada suhu dingin 4C tetapi

tingginya

selama

sebaliknya fosforilase aktif pada suhu

penyimpanan sehingga perubahan gula

dingin ini sehingga berperan dalam

menjadi pati semakin rendah dan gula

perubahan

akan

kentang yang disimpan pada suhu ini.

aktivitas

terakumulasi

repirasi

didalam

jaringan

kentang. Pengkondisian kembali umbi

Enzim

kentang pada suhu ruang dilakukan agar

ikatan

terjadi kenaikan aktivitas respirasi dalam

bantuan

jangka waktu tertentu yang diikuti dengan

sedangkan

pati

menjadi

fosforilase

mampu

1,4-glukosidik
asam

gula

memecah

pati

atau

amilase

pada

ion

dengan
fosfat,

memerlukan

molekul air. Fosforilase dapat memecah


amilosa

secara

keseimbangan aktivitas respirasi yang

enzim

amilase

baru dan sebagian besar gula akan

meningkat

tuntas.

Sedangkan

ternyata

aktivitasnya

bersamaan

dengan

terjadinya pertunasan dimana hal ini

Hasil Analisa Fisika Umbi Kentang

diperlukan

untuk Pembuatan Potato Chips.

untuk

metabolisme

karbohidrat untuk diangkut ke tunas


yang baru tumbuh.

dan Pengkondisian Kembali Terhadap

Menurut penelitian Pantastico


(1975)

yang

Pengaruh Suhu Penyimpanan

menyatakan

bahwa

kandungan gula reduksi yang diterima

Hasil Analisa Fisika umbi kentang untuk


pembuatan potato chips.
(1). Kekerasan Kentang

oleh industri pengolahan keripik kentang


yaitu 1%. Jadi dari hasil uji statistik
dapat disimpulkan kadar gula reduksi
yang dapat diterima industri pengolahan
potato chips adalah perlakuan s1p4
yaitu 0,81%, s2p2 yaitu 0,95%, s2p3
yaitu 0,88%, s2p4 yaitu 0,77%, s3p1
yaitu 0,89%, s3p2 0,79%, s3p3 0,76%
dan s3p4 yaitu 0,75%.

Kekerasan umbi kentang hasil


penelitian

ini

menunjukkan

bahwa

perlakuan suhu penyimpanan (S) dan


pengkondisian kembali di suhu ruang
(P) berbeda nyata terhadap kekerasan
umbi

kentang.

antara

suhu

pengkondisian

Sedangkan

interaksi

penyimpanan
kembali

dan

(SP)

tidak

berbeda nyata. Data hasil pengamatan

3.1.2. Pengaruh Suhu Penyimpanan

dan perhitungan dapat dilihat pada tabel

dan Pengkondisian Kembali Terhadap

8 dan 9.

Tabel 8. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Kekerasan Umbi Kentang Untuk
Pembuatan Potato Chips.
Perlakuan

Kekerasan (mm/100gram/10 detik)

7C (s2)
10C (s3)
4C (s1)

2,43 a
2,45 a
2,61 a

KK (CV)%
5,54%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
kekerasan
menjadi
lebih
tinggi.
Kadar pati yang rendah akan

Sebaliknya semakin lama penyimpanan

mempengaruhi kemampuan masuknya

umbi kentang pada suhu ruang, maka

jarum penetrometer ke dalam umbi

semakin tinggi kadar patinya dan rendah

kentang. Semakin lama penyimpanan

gula reduksinya sehinggaumbi kentang

umbi kentang pada suhu dingin, maka

semakin keras dan nilai kekerasan


menjadi lebih rendah.

semakin rendah kadar patinya dan tinggi

Hasil penelitian pengaruh suhu

gula reduksinya sehingga kekekerasan

penyimpanan

semakin menurun (melunak) dan nilai

menunjukkan

pada
tidak

kadar

pati

berbeda

nyata

sehingga

menyebabkan

kekerasaan

umbi kentang yang di pengaruhi oleh

nyata. Ini dapat dilihat dari nilai taraf


nyata yang tidak perbedaan.

suhu penyimpanan juga tidak berbeda


Tabel 9. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Kekerasan Umbi Kentang Untuk
Pembuatan Potato Chips.
Perlakuan

Kekerasan (mm/100gram/10 detik)

0 hari (p1)
6 hari (p3)
3 hari (p2)
9 hari (p4)

2,33 a
2,49 ab
2,53 ab
2,64 b

KK (CV)%
5,54%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
Hasil uji statistik terhadap
bergantung pada banyaknya total zat
kekerasaan umbi kentang pada tabel 9

padat, terutama kandungan patinya.

menunjukan bahwa kekerasan

Kekerasan

keripik

juga

dipengaruhi

oleh

kentang perlakuan p1 tidak berbeda

ketegangan, keterikatan sel-sel, adanya

nyata

jaringan

dengan

kekerasan

perlakuan p3 dan p2,

keripik

penunjang

dan

susunan

tetapi berbeda

tanamannya. Ketegangan disebabkan

nyata dengan kekerasan keripik dari

oleh adanya tekanan isi sel pada dinding

perlakuan p4.

sel. Cairan isi sel yang mempunyai

Kekerasan disebabkan adanya


granula-granula

pati

yang

jenjang

energi

kinetik

lebih

rendah

tersusun

karena zat-zat yang terlarut didalamnya.

dengan suatu kerapatan di dalam umbi

Sebagai akibatnya air berdifusi ke dalam

sehingga mempengaruhi kemampuan

sel. Tekanan yang meningkat kemudian

masuknya jarum penetrometer ke dalam

mendorong sitoplasma dinding sel yang

umbi kentang. apabila kerapatan antar

menyebabkan

granula tinggi maka jarum penetrometer

(Pantastico,1975).

sel

menjadi

tegar

sulit untuk menembus masuk ke dalam

Menurut Sterling dan Betlhim

umbi. Semakin lama penyimpanan di

dalam Pantastico (1975) menyatakan

suhu dingin, maka kadar pati akan

bahwa

semakin rendah. Kemudian dilakukan

disebabkan oleh perbedaan kandungan

penyimpanan

pati dan senyawa pektin.

di

suhu

kamar

agar

kerapatan granula-granula pati akan

perbedaan

Dari

uji

kekerasan

statistik

dapat

semakin tinggi sehingga akan sulit untuk

disimpulkan bahwa faktor pengkondisian

ditembus jarum penetrometer.

kembali (P) yang terpilih adalah p2

Perbedaan

kekerasan

karena tidak berbeda nyata dengan p1

dan p3. Waktu pengkondisian yang

berkurangnya berat umbi dari awal

dibutuhkan p2 hanya 3 hari sehingga

setelah di panen. Untuk itu dilakukan

bisa

proses penyimpanan selama 2 bulan

menghemat

biaya

produksi

pembuatan potato chips.

pada suhu dingin untuk memperlambat

(2). Susut Bobot

proses respirasi dan transpirasi.

Susut bobot ialah penyusutan


berat

umbi

penyimpanan
mengalami

kentang
di

lapangan

proses

Energi

yang

berasal

dari

selama

timbunan pati yang berubah menjadi

karena

gula

respirasi

sederhana

yang

kemudian

dan

digunakan dalam proses respirasi dan

transpirasi. Hal ini dikarenakan selama

bila penyimpanan lama digunakan untuk

penyimpanan terjadi pengupan air dari

pertunasan.

umbi kentang ke udara dan perombakan


zat-zat

yang

kentang

terdapat

sehingga

dalam

Data

umbi

hasil

pengamatan

dan

perhitungan susut bobot umbi kentang

menyebabkan

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Susut Bobot Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan

Pengkondisian Kembali (P)

(S)

p1

p2
a

s1

2,49

4,20

b
AB

a
3,44

b
4,51

3,64

BC
c

s3

b
4,19

a
3,53

3,26

AB
b
3,30

p4
ab

2,79

A
s2

p3

a
2,82

c
5,58

B
A
A
C
KK (%)
11,19%
Keterangan:
-Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
-Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
Berdasarkan pengamatan dan
berpengaruh terhadap susut bobot umbi
uji

statistik

dapat

dilihat

bahwa

kentanguntuk pembuatan potato chips.

perlakuan suhu penyimpanan (S) dan

Susut bobot berkisar antara 2,49-5,58%.

pengkondisian kembali di suhu ruang

Ada kecenderungan bahwa semakin

(P) serta interaksi diantara keduanya

lama umbi disimpan maka semakin

besar susut bobotnya, hasil penelitian ini

hanya 0 hari sehingga perubahan gula

sesuai dengan hasil percobaan Ali Asgar

reduksi menjadi pati tidak significant.

dan Asandhi (1992) bahwa semakin

Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa

lama umbi disimpan, semakin besar

bahan

susut

digunakan

bobotnya.

persentase

susut

penyimpanan

ialah

(penyimpanan
kemudian

Nilai

tertinggi

bobot

selama

perlakuan

pada

suhu

pengkondisian

dari

kentang

untuk

terbaik

pembuatan

yang
potato

chips adalah susut bobot terendah yaitu

s3p4

pada

10C

2,49%.

kembali

baku

di

perlakuan

s1p1

dengan

nilai

layu

menyebabkan

(3). Umbi busuk

suhu kamar selama 9 hari) yaitu 5,58%.

Penyakit

Hal ini karena kadar gula reduksi yang

busuk pada umbi kentang sehingga

terakumulasi selama penyimpanan suhu

mempengaruhi

dingin diubah menjadi pati dan terjadi

dihasilkan.

peningkatan

disebabkan oleh beberapa pathogen,

transpirasi

proses
sehingga

respirasi
umbi

dan

kentang

terutama

Penyakit
adalah

melepaskan air dan karbondioksida ke

solanacearum.

udara

diantaranya

dalam

menyebabkan

ruangan.
berat

umbi

Ini

juga

kentang

warna

keripik
layu

bakteri

kentang
Ralstonia

Penyebab
genus

yang

lainnya

pseudomonas,

bacillus, dan clostridium.

Bakteri layu

menjadi semakin berkurang. Sedangkan

Ralstonia solanacearumsangat toleran

susut bobot yang nilainya paling rendah

terhadap dingin dan sering ditemukan di

ialah

dataran

perlakuan

s1p1

(penyimpanan

tinggi

maupun

pada suhu 4C kemudian pengkondisian

Tanaman

kembali di suhu kamar 0hari) yaitu

bakteri ini akan menunjukkan gejala layu

2,49%.

selama

pada tanaman dan busuk coklat pada

penyimpanan suhu dingin zat-zat pati

ikatan vaskuler dengan virulensi yang

dalam kentang di ubah menjadi gula

tinggi.

reduksi

Ini

dikarenakan

yang

menyebabkan

kentang

Data

yang

subtropika.

hasil

terserang

pengamatan

dan

berkurangnya berat umbi kentang yang

perhitungan umbi busuk dapat dilihat

disimpan

pada tabel 11.

pada

suhu

tersebut

dan

pengkondisian kembali di suhu ruang


Tabel 11. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Umbi Busuk Kentang (%)
Suhu Penyimpanan
(S)
s1

Pengkondisian Kembali (P)


p1

p2
a

0,71

p3
a

0,71

p4
a

0,71

a
0,71

a
s2

0,71

0,71
A
5,58%

a
0,71

0,71

a
s3

0,71

0,71

a
0,79

0,71

KK (%)
Keterangan:
-Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
-Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
hampir kembali normal seperti semula.
Tabel 11 menunjukkan bahwa
faktor

suhu

penyimpanan

(S),

Umbi
kembali

(P),

menyebabkan

interaksi

penyimpanan
kembali

antara

dan

(SP)

suhu

pengkondisian

tidak

berbeda

nyata

disimpan

disuhu

10C kemudian dilakukan pengkondisian

pengkondisian kembali di suhu ruang


dan

yang

di

suhu
1

kamar

umbi

yang

hari
busuk

karena selama penyimpanan di suhu


kritis 10C aktivitas respirasi tetap terjadi

terhadap umi busuk kentang untuk

dan

perombakan

pembuatan potato chips.

reduksi

karbohidrat

gula

menjadi

pati

cenderung

Selama penyimpanan di suhu

sehingga lebih mudah terkontaminasi

dingin, banyak umbi yang mengalami

mikroba yaitu kapang. Hal ini sesuai

chilling injuring yaitu berupa sisi umbi

dalam

yang menjadi lunak terutama pada suhu

meyatakan bahwa diantara polisakarida

4C karena penyimpanan umbi kentang

yang dapat menjadi sumber karbon dari

di bawah suhu kritisnya yaitu 10C

energi untuk kapang terutama pati,

menyebabkan umbi kentang tidak dapat

selulosa dan lignin.

melakukan
secara

proses

sempurna

tersebut

tetapi

metabolismenya
di

suhu

dapat

ekstrim

mencegah

kontaminasi mikroba yang akan masuk

Syarief

dan

Halid

(1991)

3.1.3. Pengaruh Suhu Penyimpanan


dan Pengkondisian Kembali Terhadap
Uji Organoleptik potato chips.
Pengaruh Suhu Penyimpanan
dan Pengkondisian Kembali Terhadap

ke

dalam

dilakukan

umbi.

Kemudian

pengkondisian

setelah

kembali

di

suhu kamar, umbi yang mengalami


chilling

injuring

perlahan-lahan

mengalami pemulihan pada kulitnya dan

Uji Organoleptik potato chips.


(1). Warna
Penilaian

uji

organoleptik

dengan uji tingkat kesukaan dilakukan

terhadap warna potato chips untuk


mengetahui

pengaruh

penyimpanan

dan

suhu

pengkondisian

Industri menginginkan varietas


yang

apabila

(browning)

diketahui

dikehendaki

konsumen

terhadap produk tersebut.


Warna

penting

memberikan

warna yang baik. Warna kecoklatan

kembali umbi kentang sehingga dapat


penerimaan

digoreng

setelah

digoreng

karena

tidak

menurunkan

kualitas terutama rasanya jadi pahit,


bagi

banyak

juga protein dan asam amino serta

makanan, baik makanan yang tidak

bahan lainnya yang bermanfaat hilang

diproses maupun bagi makanan yang

dari produk (Rastovski, 1981).

diproses. Warna memegang peranan

Hasil

analisis

variansi

pada

penting dalam penerimaan makanan.

lampiran 10 menunjukkan bahwa tingkat

Selain itu warna dapat memberikan

kesukaan panelis terhadap warna potato

petunjuk

kinia

chips akibatsuhu penyimpanan (S) dan

dalam makanan, seperti pencoklatan

pengkondisian kembali disuhu kamar (P)

dan pengkaramelan. Warna merupakan

adalah berbeda

hasil dari indera mata yang bisa menjadi

interaksi antara suhu penyimpanan dan

pertimbangan dalam pemilihan suatu

pengkondisian kembali disuhu kamar

produk. Menurut Winarno (1992), secara

(SP) tidak berbeda nyata. Data hasil

visual faktor warna tampil lebih dahulu

pengamatan

dan kadang-kadang sangat menentukan

dilihat pada tabel 12 dan 13.

mengenai

perubahan

dan

nyata. Sedangkan

perhitungan

dapat

sebelum faktor lain dipertimbangkan.


Tabel 12. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Warna Keripik Kentang
Perlakuan

Nilai Rata-rata Warna Keripik Kentang

10C (s3)
7C (s2)
4C (s1)

2,56 a
2,83 ab
3,26 b

KK (CV)%
7,72%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
s2, tetapi berbeda nyata dengan warna
keripik dari perlakuan s1. Warna keripik
Hasil uji organoleptik terhadap

kentang perlakuan s1 tidak berbeda

warna potato chips pada tabel di atas

nyata dengan warna keripik perlakuan

menunjukan

keripik

s2, tetapi berbeda nyata dengan warna

kentang perlakuan s3 tidak berbeda

keripik dari perlakuan s3. Ini berarti suhu

nyata dengan warna keripik perlakuan

penyimpanan

bahwa

warna

berpengaruh

terhadap

warna

potato

chipsyang

dihasilkan.

mailard(Winarno,

1992).

Keripik kentang diharapkan mempunyai

gula

sangat

warna yang terang karena bila berwarna

menyebabkan

gelap akan memberi kesan gosong yang

kecoklatan

pada

keripik,

tetapi

identik dengan rasa pahit.

kandungan

gula

tidak

mutlak

reduksi

Kandungan
berperan

timbulnya

warna

Kentang yang disimpan lama

menyebabkan pencoklatan karena untuk

pada suhu dibawah suhu kritis (10C)

varietas yangberbeda dengan kadar

akan memiliki kandungan gula tinggi dan

gula yang sama dapat memberikan hasil

mempunyai

warna keripik kentang yang sangat

warna

kecenderungan

menjadi

berubah

gelap

setelah

berbeda

(Roe

dan

Faulks,

1991).

penggorengan.Warna kecoklatan pada

Kandungan gula yang dapat ditolerir

keripik merupakan hasil reaksi antara

untuk keripik kentang adalah 2,5-3 mg

karbohidrat, khususnya gula pereduksi

perbahan segar (Asgar dan Chujoy,

dengan gugus amina primer dari asam

1999).

amino, reaksi ini dikenal sebagai reaksi


Tabel 13. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Warna Keripik Kentang.
Perlakuan

Nilai Rata-rata Warna Keripik Kentang

9 hari (p4)
3 hari (p2)
6 hari (p3)
0 hari (p1)

2,73 a
2,73 a
2,81 a
3,27 a

KK (CV)%
7,72%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
keripik pun dipengaruhi oleh suhu dan
Hasil uji organoleptik terhadap

waktu

penggorengan.

Meningkatnya

warna potato chips pada tabel di atas

suhu

dan

penggorengan

menunjukan

menyebabkan warna keripik semkain

bahwa

perlakuan

waktu

pengkondisian kembali tidak berbeda

gelap.

Menurut

nyata dengan perlakuan lainnya..

kondensasi gula-gula pereduksi dengan


asam-asam

Menurut
kentang

pada

menurunkan

teori,
suhu

kadar

Penyimpanan
kamar
gula

dapat
reduksi

sehingga setelah penggorengan keripik


menjadi bewarna kuning terang.Warna

Pantastico

amino

yang

(1975),

merupakan

suatu proses yang dipercepat oleh


panas merupakan penyebab terjadinya
warna gelap.
Winarno

(1992)

menjelaskan

bahwa warna coklat tersebut diduga

terjadi

karena

proses

pencoklatan

antara gula-gula reduksi dengan gugus


amino

primer

yang

disebut

penggorengan (Muliawan, 1991).


(2). Rasa

reaksi

Rasa merupakan faktor yang

mailard. Selanjutnya dikatakan bahwa

penting dari suatu produk makanan

reaksi Mailard ini merupakan reaksi

selain penampakan dan warna. Selain

pencoklatan non enzimatis.

itu tekstur dan konsistensi suatu bahan

Gula reduksi yang tinggi dalam


kentang

akan

menghasilkan

kentang

yang

bewarna

akan mempengaruhi cita rasa yang

keripik

ditimbulkan

kecoklatan

Perubahan

oleh
yang

bahan
terjadi

tersebut.
pada

rasa

dikarenakan terjadinya reaksi mailard

bahan pangan biasanya lebih kompleks

antara gugus amino dari asam amino

daripada yang terjadi pada warna bahan

atau protein dengan gugus karbonil dari

pangan. Cita rasa suatu bahan pangan

gula reduksi. Oleh sebab itu dilakukan

biasanya

penyimpanan kembali di suhu kamar

mengalami

agar gula reduksi menjadi rendah dan

penanganan,

keripik kentang yang dihasilkan memiliki

penyimpanan.

penampakan menarik dan tidak bewarna


cokelat sehingga di sukai konsumen.
Menurut Setiawan (1998) bahwa

tidak

stabil,

yaitu

perubahan

dapat
selama

pengolahan

dan

Rangsangan indera perasa ada


empat kelompok, yaitu manis, asin,
asam dan pahit (Soekarto, 1985). Oleh

hasil warna objektif dipengaruhi secara

sebab

nyata oleh komposisi bahan baku yaitu

perasaan

warna

menelan suatu makanan. Umumnya

awal

penyusunannya.

bahan-bahan

Reaksi

kimia

yang

itu

rasa

ditimbulkan

seseorang

yang

oleh
telah

rasa pada bahan pangan tidak terdiri

terjadi selama proses pembuatan juga

dari

dapat dipengaruhi nilai warna obyektif.

merupakan

Bagian permukaan luar dari makanan

macam

goreng

menimbulkan cita rasa makanan yang

berwarna

coklat

kekuningan

merupakan hasil reaksi pencoklatan luar


yang

dipengaruhi

makanan,

suhu,

oleh
dan

satu

rasa

gabungan
yang

saja,
dari

bersatu

tetapi

berbagai
sehingga

utuh.

komposisi
lama

salah

Hasil

uji

organoleptik

dapat

dilihat pada tabel 14 dan 15.

Tabel 14. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Rasa Keripik Kentang
Perlakuan

Nilai Rata-rata Rasa Keripik Kentang

10C (s3)
7C (s2)
4C (s1)
KK (CV)%
Keterangan:

2,47 a
2,69 a
2,83 a
7,74%

-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
Tabel 14 menunjukkan setiap

Struktur dagimgnya halus, bobot umbi

perlakuan tidak berbeda nyata dengan

berat,

perlakuan

lembek (Setiadi dan fitri, 2006).

lainnya.

Penyimpanan

kentang disuhu rendah akan menaikkan


kandungan
kentang

gula

reduksinya.

sangat

kandungan
karbohidratnya.

Bila

karbohidratnya

rendah,

dagingnya

berair

serta

Kriteria keripik yang baik adalah

Rasa

rasanya pada umumnya gurih (Made

dari

Astawan et al, 1991). Makanan yang

atau

diproses dengan penggorengan menjadi

kandungan

lebih gurih, berwarna lebih baik. Selain

bergantung

kadar

dan

gula
jika

direbus

umbinya tdak mengalami perubahan.

berfungsi sebagai media pengahntar


panas, minyak goreng juga akan diserap
oleh bahan pangan (Aulianan, 2001)

Tabel 15. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Rasa Keripik Kentang.
Perlakuan

Nilai Rata-rata Rasa Keripik Kentang

3 hari (p2)
9 hari (p4)
6 hari (p3)
0 hari (p1)

2,48 a
2,56 a
2,63 a
2,99 b

KK (CV)%
7,74%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
disimpan
pada
suhu
dingin
dan
Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan
panelis

terhadap

rasa

potato

chips

pengkondisian di suhu kamarnya hanya 3


hari

sehingga

umbi

tersebut

masih

menunjukkan Hasil Tabel 15 menunjukkan

mengandung gula reduksi yang tinggi dan

bahwa rasa keripik kentang perlakuan p2

ketika dilakukan pembuatan potato chips

tidak berbeda nyata dengan kerenyahan

akan terasa manis. Bila dilihat dari hasil-

keripik perlakuan p4 dan perlakuan p3,

hasil yang diperoleh dalam dalam uju

tetapi berbeda nyata dengan kerenyahan

organoleptik ini, maka nilai rasa potato


chips

yang

dihasilkanmasing-masing

keripik dari perlakuan p1. Rasa keripik

perlakuan pengkondisian kembali di suhu

kentang perlakuan p1 berbeda nyata

kamar tersebut pada umumnya masih

dengan rasa keripik perlakuan p2, p4 dan

disukai oleh panelis.

perlakuan p3. Perlakuan p2 ini memiliki


nilai terendah karena umbi kentang yang

Salah
mempengaruhi

satu

faktor

penerimaan

yang

konsumen

terhadap
adalah

rasa

potato

senyawa

belakang
individu

dan

chips

penyusunnya,

selera

yang

kentang
latar

dihasilkan dari kombinasi rasa, aroma,

masing-masing

dan tekstur. Flavour precursors yang

memberikan

penilaian

(Winarno, 1992).
Rasa
tanggapan

Menurut Shelley (1985), flavour

disintesis oleh tanaman terdapat dalam


bahan baku

dinilai

dengan

rangsangan

adanya

kimiawi

oleh

kentang dan

terutama

mengandung gula, asam amino, RNA


dan

lemak.

Genotip

tanaman,

indrera pencicip (lidah), dimana akhirnya

lingkungan penanaman, dan lingkungan

keseluruhan interaksi antara sifat-sifat

penyimpanan

aroma, rasa, dan tekstur merupakan

campuran kandungan ini dan enzim

keseluruhan rasa makanan yang dinilai.

yang bereaksi dengannya meghasilkan

Cita

keripik

tingkat

kentang

flavour. Selama pemasakan, flavour

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

precursors bereaksi dan menimbulkan

lain varietas kentang yang dipergunakan

reaksi Mailard dan gula, lemak, serta

sebagai bahan baku, jenis minyak yang

produk

digunakan untuk menggoreng, adanya

berkontribusi

penambahan penyedap rasa, bahan

Identifikasi flavour adalah penting bagi

pengepakan yang dipergunakan untuk

breeder dalam seleksi bagi peningkatan

mengemas

flavour.

Salah

rasa

mempengaruhi

keripik

satu

dan

sebagainya.

degradasi

RNA

terhadap

yang
flavour.

jenis

minyak

tertentu

mutu

keripik

kentang

Kerenyahan keripik disebabkan

yang lebih baik dibandingkan dengan

oleh adanya pengembangan keripik saat

jenis minyak merk yang lain (Sinaga,

dilakukan

1992). Sedangkan menurut Plessis et al.

fenomena pengembangan keripik terjadi

(1982) bahwa minyak biji kapas lebih

disebabkan oleh terlepasnya air yang

stabil dari pada minyak kacang tanah

terikat

dalam penggorengan keripik kentang

penggorengan. Air ini mula-mula menjadi

karena

tokoferol.

uap akibat meningkatnya suhu serta

Tokoferol merupakan sumber vitamin E

mendesak pati untuk keluar sehingga

sangat aktif terhadap oksidasi sehingga

terjadi penggosongan yang membentuk

dapat digunakan sebagai antioksidan

rongga-rongga udara pada keripik yang

(Winarno,

telah digoreng. Rongga-rongga inilah yang

menghasilkan

terhadap
sebagai

dapat

menahan

1992).
cita

Penilaian

rasa

dapat

penerimaannya

panelis
diartikan
terhadap

(3). Kerenyahan

penggorengan,

dalam

gel

pati

dimana

pada

saat

menyebabkan keripik menjadi renyah.


Perbedaan tingkat kekerasan dan

flavour atau cita rasa yang dihasilkan

kerenyahan

erat

kaitannya

dengan

oleh kombinasi bahan baku.

perbedaan komposisi bahan dasarnya,

keberadaan pati penting dalam kentang

dengan air dalam jumlah yang lebih

yang digunakan dalam pembuatan keripik,

banyak.

peranan pati sebagai bagian utama bahan

penggorengan air akan menguap dan

kering untuk meningkatkan kualitas. Kadar

meninggalkan ruang kosong dalam bahan

amilosa yang tinggi dapat meningkatkan

dan

kerenayahan keripik yang dihasilkan, hal

(Surhaini et al, 2009).

ini karena amilosa dalam bahan akan

Hasil

mampu

membentuk

ikatan

hidrogen

Akibatnya

menjadikan
uji

pada

keripik

lebih

organoleptik

saat

renyah
dapat

dilihat pada tabel 16 dan 17.

Tabel 16. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Kerenyahan Keripik Kentang
Nilai Rata-rata Kerenyahan Keripik
Perlakuan
Kentang
10C (s3)
2,41 a
7C (s2)
2,68 a
4C (s1)
2,93 a
KK (CV)%
9,54%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
Hasil uji duncan menunjukkan

statistik, perlakuan suhu penyimpanan

bahwa faktorsuhu penyimpanan tidak

tidak berbeda nyata terhadap kadar pati

berbeda

nyata.

perlakuan

umbi kentang sehingga perlakuan suhu

lainnya.

Kerenyahan

satunya

penyimpanan juga tidak berbeda nyata

terhadap
salah

ditentukan oleh kadar pati. Menurut hasil

terhadap kerenyahan keripik kentang.

Tabel 17. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Kerenyahan Keripik


Kentang.
Nilai Rata-rata Kerenyahan
Perlakuan
Keripik Kentang
6 hari (p3)
2,30 a
3 hari (p2)
2,37 ab
9 hari (p4)
2,81 ab
0 hari (p1)
3,21 b
KK (CV)%
9,54%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
Hasil

Tabel

17

dan perlakuan p4, tetapi berbeda

menunjukkan bahwa kerenyahan

nyata dengan kerenyahan keripik

keripik kentang perlakuan p3 tidak

dari perlakuan p1. Kerenyahan

berbeda

keripik kentang perlakuan p1 tidak

nyata

dengan

kerenyahan keripik perlakuan p2

berbeda

nyata

dengan

kerenyahan keripik perlakuan p2

cost produksi pembuatan keripik kentang.

dan perlakuan p4, tetapi berbeda

(4). Penampakan

nyata dengan kerenyahan keripik


dari perlakuan

p3. Ini berarti

Sifat fisika bahan makanan akan


berubah

secara

signifikan

selama

pengkondisian kembali di suhu

penggorengan. Perubahan sifat fisika ini

kamar

meliputi geometri (bentuk, ukuran, luas

berpengaruh

kerenyahan

terhadap

potato

chips.

permukaan,

volume,

polaritas),

suhu dingin selama 60 hari dan

termal, difusitas termal, panas spesifik,

pengkondisian

ruang

koefisien transfer massa), sifat transfer

dapat meningkatkan kandungan

massa (difusitas uap, difusitas lemak,

pati dalam umbi kentang sehingga

koefisien

setelah

menghasilkan

(warna, tampilan permukaan) dan sifat

keripik yang renyah dan tidak alot.

mekanis (kekerasan, kohesitas, viskositas,

Ini sesuai dengan hasil pengujian

daya lenting, daya rekat, tekstur). Faktor

Asandhi

yang

yang mempengaruhi perubahan sifat fisika

menyatakan bahwa kerenyahan

dari gorengan adalah kandungan minyak

selain

suhu

digoreng

et

al.,

(1989)

dipengaruhi

tipisnya

bagian

termal

serta

Penyimpanan umbi krntang pada


di

sifat

densitas

transfer

massa),

(konduktifitas

sifat

optis

oleh

tebal

dan air dari bahan makanan, serta kondisi

hati

juga

proses penggorengan itu sendiri.

dipengaruhi oleh kandungan pati

Analisis statistik yang dilakukan

dalam bahan tersebut. Kadar pati

menunjukkan adanya perbedaan yang

semakin tinggi dalam suatu bahan

nyata dari pengaruh suhu penyimpanan

pangan, maka kerenyahan dari

(S) dan pengkondisian kembali di suhu

bahan

kamar (P) terhadap panampakan potato

pangan

tersebut

akan

semakin baik.
Perlakuan

chips
p2merupakan

setelah

terdapat

digoreng,

pengaruh

yang

tetapi
nyata

tidak
dari

perlakuan terpilih karena tidak berbeda

interaksi antara suhu penyimpanan dan

nyata dengan p3 dan p4. Perlakuan ini

pengkondisian kembali di suhu kamar

membutuhkan waktu singkat yaitu 3 hari

(SP). Hasil uji organoleptik dapat dilihat

untuk melakukan pengkondisian kembali

pada tabel 18 dan 19

di suhu ruang sehingga bisa menghemat

Tabel 18. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Penampakan Keripik Kentang
Nilai Rata-rata Penampakan Keripik
Perlakuan
Kentang

10C (s3)
7C (s2)
4C (s1)

2,66 a
2,82 ab
3,30 b

KK (CV)%
6,14%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
Berdasarkan

tabel

18

diatas

nyata dengan penampakan keripik dari

menunjukkan penampakan keripik kentang

perlakuan

perlakuan s3 tidak berbeda nyata dengan

Penampakan keripik kentang perlakuan s1

penampakan keripik perlakuan s2, tetapi

tidak berbeda nyata dengan penampakan

berbeda

penampakan

keripik dari perlakuan s2, tetapi berbeda

keripik dari perlakuan s1. Penampakan

nyata dengan penampakan keripik dari

keripik kentang perlakuan s2 tidak berbeda

perlakuan s3.

nyata

dengan

s3

dan

perlakuan

s1.

Tabel 19. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Penampakan Keripik Kentang.
Nilai Rata-rata Rasa
Perlakuan
PenampakanKentang
9 hari (p4)
2,79 a
3 hari (p2)
2,80 a
6 hari (p3)
2,87 a
0 hari (p1)
3,24 a
KK (CV)%
6,14%
Keterangan:
-Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.
(Winarno,1997).
Perfomance

Berdasarkan hasil uji organoleptik


terhadap

penampakan

potato

chips

adalah

penilaian

gabungan dari beberapa kesan yang

dengan faktor pengkondisian kembali di

ditangkap

suhu

indera peraba, pengecap, penglihatan, dll.

kamar

menunjukkanpenampakan

keripik kentang perlakuan p4 tidak berbeda


nyata

dengan

penampakan

keripik

perlakuan lainnya.
Penampakan

adalah

kehalusan

permukaan dan tampilan lainnya yang


menarik pada keripik dari segi warna dan
ukuran. Kadar air, pati, gula reduksi yang
tinggi akan mempengaruhi penampilan
dan kehilangan kerenyahan pada keripik

oleh

beberapa

indera

baik

IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
pengaruh

Suhu

hasil

penelitian

Penyimpanan

Dan

Pengkondisian Kembali Terhadap Kualitas


Umbi

Kentang

Sebagai

Bahan

Baku

Potato Chips dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut:
1. Perlakuan suhu penyimpanan dan

pengkondisian

kembali

serta

terhadap warna dan penampakan

interaksi keduanya tidak berbeda

keripik kentang berdasarkan tingkat

nyata terhadap kadar air dan kadar

kesukaan panelis. Warna yang paling

pati.

suhu

disukai panelis yaitu perlakuan s3

pengkondisian

(suhu penyimpanan 10C) dan p4

Interaksi

penyimpanan

antara

dan

kembali berbeda nyata terhadap

(pengkondisian

gula reduksi umbi kentang. Kadar

kamar pada 9 hari) yaitu 2,56 dan

gula reduksi umbi kentang dari

2,73.

perlakuan s1p4 yaitu 0,81%, s2p2

panelis yaitu perlakuan s3 (suhu

yaitu 0,95%, s2p3 yaitu 0,88%, s2p4

penyimpanan

10C)

yaitu 0,77%, s3p1 yaitu 0,89%, s3p2

(pengkondisian

kembali

0,79%, s3p3 0,76% dan s3p4 yaitu

kamar pada 9 hari) yaitu 2,66 dan

0,75%.

2,79.Perlakuan

Jadi

dapat

disimpulkan

kembali

Penampakan

di

paling

suhu
disukai

dan
di

p4
suhu

pengkondisian

bahwa perlakuan-perlakuan diatas

kembali umbi kentang berpengaruh

umbi kentang dapat diterima oleh

nyata terhadap rasa dan kerenyahan

industri pengolahan potato chips.


2. Perlakuan suhu penyimpanan dan

keripik kentang berdasarkan tingkat

pengkondisian
nyata

tekstur

Kekerasaan

kembali

berbeda

umbi

kentang.

terbaik

untuk

kesukaan panelis. Rasa yang paling


disukai panelis yaitu pada perlakuan
p2 (pengkondisian kembali di suhu
kamar

pembuatan potato chips adalah 2,33


mm/100gram/10
perlakuan

p1

detik

yaitu

di

suhu

penyimpanan

pengkondisian

kembali

berbeda

kentang. Susut bobot terpilih yaitu


umbi kentang dari perlakuan s1p4
penyimpanan

Perlakuan
dan

hari)

yaitu

2,48.

perlakuan
kembali

di

p3
suhu

kamar pada 6 hari) yaitu 2,30.

dan
4.2. Saran
Dari

nyata terhadap susut bobot umbi

2,49%,

pada

(pengkondisian

suhu kamar selama 9 hari).Interaksi


antara

Kerenyahan paling disukai panelis

pada

(pengkondisian

pada

suhu

pengkondisian

kembali serta interaksi keduanya


tidak berbeda nyata terhadap umbi
busuk.
3. Perlakuan suhu penyimpanan dan
pengkondisian kembali berbeda nyata

hasil

evaluasi

terhadap

penelitian pengaruh Suhu Penyimpanan


Dan

Pengkondisian

Kembali Terhadap

Kualitas Umbi Kentang Sebagai Bahan


Baku Potato Chips, maka saran yang
diperlukan untuk penelitian selanjutnya
adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
memperpanjang

pengkondisian

kembali umbi kentang di suhu kamar


agar kualitas umbi kentang yang

digunakan untuk potato chips lebih

Java,

memenuhi syarat pengolahan dan

Hortikultura, XXV (3): 44-49.

potato chips yang dihasilkan lebih


cerah warnanya.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai varietas kentang terbaru
yang

dapat

digunakan

untuk

Penelitian

Asgar A. dan Kusdibyo, (1997), Pengaruh


Varietas

dan

Terhadap

Umur

Panen

Kualitas

Umbi

Kentang (Solanum tuberosum,


L.)

pembuatan potato chips.

Buletin

sebagai

bahan

baku

pembuatan kripik kentang, Balai


DAFTAR PUSTAKA

Penelitian Hortikultura, Lembang;

Adiyoga, W., S. Rachman, A. Ali, dan


Irfansyah, (1999),
System

in

West

Indonesia:

Java,

Production,

Marketing,

Processing,

and

Consumer

Preferences

for

Potato

Products,

Research

Institute for Vegetables; Lembang,

Asgar A. dan E. Chujoy, (1999), Chipping


Quality of 45 Potato Clones,
Potato Research in Indonesia.
Research

result

working

in

papers.

series

Col.

Res.

Between RIV and CIP. Reserach


Institute for Vegetables, Bandung.

Bandung.
Asgar A. dan A. A. Asandhi, (1990), Cara
Penyimpanan dan Kehilangan
Hasil

Bandung, hal 251-262.

The Potato

Kentang

Konsumsi

di

Pangalengan, Buletin Penelitian

Asgar A. dan Kusdibyo, (1997), Pengaruh


Varietas
Terhadap

Umur

Kualitas

Panen
Umbi

Kentang (Solanum tuberosum,


L.)

Hortikultura, XX (1): 1-7.

dan

sebagai

bahan

baku

pembuatan kripik kentang, Balai


Asgar A. dan A. A. Asandhi., (1992),
Perbaikan
Bibit

Sistem

Untuk

Peningkatan
Mutu

Produksi

Penelitian Hortikultura, Lembang;


Bandung, hal 251-262.

Menunjang
Produksi

Kentang,

Dan
Pidato

Pengukuhan Ahli Penelit Utama


Bidang Budidaya Tanaman. Balai
Penelitian Hortikultura Lembang.
Asgar A. dan A. A. Asandhi., (1993),
Study on Storage Method and
Weight Loss of Ware Potato in
Pangalengan and Garut-West

Anonim,

(2012),

Kentang:

Hingga

Sejarah
Olahan,

http://www.google.com, accesed 6
April 2012.
AOAC, (1995), Official Methods Of
Analysis Of The Association Of
Official

Analytical

Washington, D.C.

Chemists;

Asandhi A. A., Sastrosiswojo S., Abidin Z.,

(2003), Structure oilabsorption

Subhan, (1989), Kentang, Edisi

relationships

Kedua,

frying, Journal of Food Science,

Balai

Penelitian

dan

Pengembangan Pertanian, Balai


Penelitian Hortikultura, Lembang;

68,

V.,

(1995),

Perancangan

Asandhi A. A dan Kusdibyo, (2004).

Cetakan

Waktu Panen Dan Penyimpanan


Pasca

Panen

Mempertahankan
Kentang

Untuk
Mutu

Olahan,

Metoda
Percobaan,

Kedua,

CV.

Armico;

Bandung, hal: 54-60.


Hartus, T., (2001), Usaha Pembibitan

Umbi

Jurnal

deep-fat

27112716.

Gaspersz

Bandung.

during

Kentang Bebas Virus, Penebar

Ilmu

Swadaya, Edisi Baru, Jakarta Hal

Pertanian Vol. 11 No.1, 2004 : 51

136.

62, Balai Penelitian Hortikultura,


Ketaren S., (2008), Minyak dan Lemak

Lembang; Bandung.

Pangan,
Astawan, (2004), Kentang : Sumber
Vitamin

Hipertensi,

dan

Cetakan

Pertama,

Universitas Indonesia (UI-Press);

Pencegah

Jakarta, hal: 141-143.

http://www.gizi.net,
Kolasa, K.M, (1993), The Potato and

accesed 6 April 2012.

Human Nutrition, Am. Potato J.


Aulianan,

R.,

(2001),

Pengolahan

Gizi

Pangan,

dan

70 (5): 375-383

Adicita

Karya Nusa, Yogyakarta, 103 hal.

Kusmana,

R.S.

Basuki

dan

Dimyati,

(2004),makalah
BALITSA, (2008), Berita Resmi PVT,
Pendaftaran
Pemuliaan

Varietas
No.

pelepasan

Hasil

Daya

baku kentang Olahan, hal 254Hasil,

Mutu, dan Respons Pengguna


Terhadap Klon 380584.3, TS-2,
FBA-4,

I-1085,

dan

kentang

1085 dan MF-II sebagai bahan

Basuki, R. S, Kusmana, dan A. Dimyati,


Analisis

varietas

Klon,380584.3, TS-2, FBA-4, I-

Publikasi:

020/BR/PVHP/8/2008.

(2005),

usulan

MF-II

Sebagai Bahan Baku Keripik


Kentang, Jurnal Hortikultura Vol
15 (3): 160-170.
Bouchon, P., Aguilera, J. M., & Pyle, D. L.,

259.
Made

Astawan

dan

Astawan,

(1991),

Pengolahan
Tepat

Mita

Guna,

Pembuatan

Wahyuni
Teknologi

Pangan

Nabati

Marinih

(2005),

Kripik

Kimpul

Bumbu Balado dengan Tingkat


Pedas

yang

berbeda,

Tugas

Akhir.

Universitas

Negri

Semarang, Semarang.

P.J.

M. Baedhowie Dan Pranggonawati, S.,


(1983),

Petunjuk

Pengawasan
Pertanian

Praktek

Mutu
1;

Plessis, L.M. du; Twisk, P. Van; Niekerk,

Hasil

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 129


halaman.

Van;

Evaluation

Steyn,

M.,

(1981),

of

peanut

and

cottonseed oils for deep frying,


J Amer. Oil Chem. Soc 58 (5):
575-578
Prahardini, P.E.R. dan Pratomo Al. G.,
(2004), Uji Adaptasi Varietas

Muliawan, (1991), Pengaruh Tingkat


Kadar

Air

Terhadap

Pengembangan Kerupuk Sagu


Goreng, Skripsi Fateta IPB Bogor.

Dan Klon Kentang Olahan Pada


Musim

Kemarau

Di

Dataran

Tinggi Beriklim Kering, hal: 1,


Balai

Pengkajian

Teknologi

Pertanian Jawa Timur.


Mulyaningsih Y., (1996), Pengaruh Umur
Panen dan Lama Penyimpanan
Terhadap

Kualitas

Umbi

Kentang, Tugas Akhir Jurusan


Teknologi
Teknik,

Pangan,
Universitas

Fakultas
Pasundan;

Rastovski, A. Van Es, (1981), Storage Of


Potatoes,

Post-Harvest

Behaviour,
Storage

Store
Practice,

Design,
Handling,

Centre for Agricultural Publishing


and Documentation Wageningen,

Bandung.

hal 20-97.
Niederhauser, J.S., (1993), International
Cooperation and the Role of the
Rotation Feeding the World.
Am. Potato. J. 70 (5): 385-403.

Roe. M.A. and R.M. Faulks, (1991), Color


Develoopment

in

Model

System During Frying: Role of


Individual Amino Acid Sugar,

Nur Hartuti, Sinaga R. M., (1998), Keripik


Kentang,

Balai

Penelitian

Tanaman

Sayuran,

Lembang,

Bandung.

1711-1713.
Rubatzky, Vincent. E., dan Mas Yamaguchi,
(1998), Sayuran Dunia. Jilid I, Edisi

Pantastico, ER.B., (1975), Postharvest


Physiology
Utilization

Journal Food Science Vol. 36(6):

Handling
of

Tropical

and
and

Subtropical Fruit and Vegetable,

Baru Terjemahan Catur H. ITB Press,


Bandung, hal 313.
Robertson, (1967), The practise of deep fat
frying, J. Food Tech, 21 (1): 34-36.

Edited by ER. B. Pantastico.


Westport, Connecticut. The Avi
Publishing, Co., Inc, 15 halaman.

Sahat, S. D.D Widjajanto, I. Hidayat, dan


S. Kusumo, (1989), Pembibitan

kentang, Dalam Asandhi, et al

Bramborarskeko

(Eds), Kentang Edisi 2, Balitsa,

Brode (5): 75-82.

Lembang, 209 hal.

Sinaga. R.M., (1992), Pengaruh Jenis

Sahat, S. dan Kardjadi. K. A, (2008),


Pendaftaran

Havlickove

Varietas

Hasil

Kemasan dan Minyak Goreng


Terhadap Mutu Keripik Kentang

Pemuliaan,

(Solanum tuberosum L.), Buletin

http://www.google.com, accesed 6

Penelitian Hortikultura, XXII (1),

Juni 2012.

26-38.

Samadi B., (2007), Analisis Usaha Tani


Kentang, Edisi Baru, Kanisius;
Yogyakarta, hal: 74-75.

Shelley, H.J., (1985), Potato Flavor, Am,


J. Potato Res. 87 (2): 209-217.
Sidiq, (2005), AplikasiCurtain Prying

Setiadi dan S. Fitri., (2006), Kentang

Sebagai

Alternatif

Pengganti

Varietas dan pembudidayaan,

Deep-Fat Frying Pada Proses

Penebar Swadaya, Jakarta, 89

Penggorengan Nugget Champ

hal.

di

Setiawan,

(1998),

Mempelajari

Karakteristik

Fisiko-Kimia

Kerupuk Dari Berbagai Taraf


Formulasi

Tapioka,

Tepung

PT.

Charoen

Indonesia-chicken

Pokhpand
Procesing,

Skripsi Fateta IPB, Bogor.


Soekarto

T.

S.,

(1985),

Organoleptik

Penilaian

Untuk

Industri

Kentang Dan Tepung Jagung.

Pangan Dan Hasil Pertanian,

Skripsi Fateta IPB Bogor.

Edisi Baru, Bharata, Jakarta, 115

Sibarani

A.,

(1988),

Pengaruh

Penyimpanan Terhadap Kadar


Glikoalkaloid

Kentang

(Solanum tuberosum,)

Skripsi

Fateta IPB, Bogor.

halaman.
Standar Nasional Indonesia, (1996), SNI
01-4031-1996

kripik

kentang,

http://www.google.com,

accesed

12 Juli 2012.

Simek, J., (1980), Effect of Potato

Subramanyam, H., S. Gouri and S.

Composition on the Quality of

Krishnamurty, (1976), Ripening

French

Behaviour

Fried

Potatoes

and

Mango

Chips and Crisps, Vyzkummy

Graded

Intav Bramborasky. Havlikuv Brod,

Basic, J. Food Sci. Tech.

Czechoslavakia. Vedeche Prace


Vyzkumneko

Ustavu

on

of

Specific

Fruits
Gravity

Sunarjono H., (2007), Petunjuk Praktis


Budidaya

Kentang,

Cetakan

Pertama,

PT.

Soeroengan,

Tranggono dan Sutardi, (1990), Biokimia

Jakarta, hal: 9-12, 16-17, 19, 89

dan Teknologi Pasca Panen,

dan 94.

Pusat Antar Universitas-Pangan

Sunarjono H dan Rismunandar, (1981),


Pengantar Pengetahuan Dasar
Hortikultura II, Cetakan Pertama,
CV. Sinar Baru; Bandung.

Penggunaan

Umbi

Gadung Bebas Racun Menjadi


Keripik Simulasi, Percikan Vol.
96 Edisi Januari: 69-73, ISSN:

R.,

dan

Wibowo, C., E. Powelzik, E. Delgado,


food

security

program

by

utilization of medium altitudes


land on potato cultivation, J. of
Agriculture

and

Development

in

Rural

Tropics and

Subtropics 80:5360.

0854-8986.
Syarief,

Yogyakarta, hal: 160-161.

Nurpilihan., (2004), Strengtening

Surhaini, Mursalin, Addion Nizori, (2009),


Teknologi

Gizi, Universitas Gadjah Mada;

Halid,

Teknologi

H.,

(1991),

Penyimpanan

Pangan, Penerbit Arcan, Jakarta,

Wibowo, (2006), Peningkatan Kualitas


Keripik
Granola

Kentang

Varietas

dengan

Metode

Pengolahan Sederhana, J. Akta

hal 126.

Agronesia. 9 (2): 102-109.


Tantidham, K., P. Jirathana and M.
Thongjiem, (1994), Thai Potato
Recipes, published by Southeast
Asian

Program

for

Potato

Research and Development, Los


Banos, Laguna, Philipines, hal:
41.
The International Potato Center, (2008),
Facts and Figures: 2008The

Winarno F.G. dan Aman, M., (1981),


Fisiologi Lepas Panen, Cetakan
Pertama,

PT.

Sastra

Hudaya;

Jakarta Pusat, hal: 72-73.


Winarno F.G., (1992), Kimia Pangan dan
Gizi,

Cetakan

Keenam,

PT.

Gramedia; Jakarta, hal: 40-43.


Winarto A., (1989), Pembuatan Keripik

International Year of the Potato,

Kentang,

http://www.potato2008.org,

Tepat

accesed 6 April 2012.

Bandung.

Puslitbang

Guna,

API

Teknologi
Indonesia;

You might also like