You are on page 1of 7

EKAWATI SUTIKNO, et al.

/ HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP LANSIA

Hubungan antara Fungsi Keluarga


dan Kualitas Hidup Lansia
The Relationship Between Family Function
and Quality of Life in The Elderly
Ekawati Sutikno
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri

ABSTRACT
Background.Family is the smallest unit of a society. Health status of family member is inter-related
with various problem faced by other family members. In theory, family function disorder may cause
health problem of the family members. The current increasing number of the elderly leads to problem
in the health and function in the elderly. This study aimed to examine the association between family
function and the quality of life of the elderly.
Methods.This was an analitic-observasional cross sectional study. A sample of 41 old people aged 60
years or older was selected from Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri. The dependent variable
under study was quality of life of the elderly. The independent variable under study was family function.
The confounding factor to control for included age, sex, type of family, and employment status. The
variables were pre-tested for its validity and reliability. The data were analyzed by use of chi square
and multiple logistic regression, on SPSS 17.0.
Results.Multiple logistic regression analysis showed that elderly who came from a well-functioning
family had 25 times higher probalility to have better quality of life than those who came from poorlyfunctioning family (OR = 24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.2 to 533.0).
Conclusion.Family function has strong positive association with quality of life of the elderly. Family
doctors are recommended to provide information and education to families in order to increase
family function.
Key words: family function, quality of life, elderly.

PENDAHULUAN

berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka


(Notoatmodjo, 2007)

Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada


tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada
tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414
% dan hal ini merupakan prosentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan
pada periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa
negara sebagai berikut : Kenya 347%, Brazil 255%,
India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman
66%, dan Swedia 33% (Depkes, 2003).

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai


peranan yang amat penting dalam mengembangkan,
mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki
masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga
(Azwar, 2007).Segala potensi yang dimiliki oleh
lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan
dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk
mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (optimum aging).Kualitas hidup lansia yang optimal bisa
diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada
pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga
memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya
dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan
berkualitas.

Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan


masalah terutama dari segi kesehatan dan
kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak
ditangani akan berkembang menjadi masalah yang
kompleks dari segi fisik, mental dan sosial yang

73

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

Keluarga. Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang


disebut dengan keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami
istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau
ibu dengan anaknya.Goldenberg (1980) dikutip
Azwar (2007) membedakan 9 bentuk keluarga:
1. Keluarga inti (nuclear family)
2. Keluarga besar (extended family)
3. Keluarga campuran (blended family)
4. Keluarga menurut hukum umum (common
law family)
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent
family)
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
7. Keluarga serial (serial family)
8. Keluarga gabungan (composite family)
9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation
family).
Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga
bersepakat untuk saling mengatur diri sehingga
memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat dalam
keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien.
Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan
pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan
salah satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya
fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.(Azwar,
2007).Fungsi keluarga di Indonesia banyak
macamnya, menurut Peraturan Pemerintah No. 21
tahun 1994 dibedakan menjadi:
1. Fungsi keagamaan
2. Fungsi budaya
3. Fungsi cinta kasih
4. Fungsi melindungi
5. Fungsi reproduksi
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Fungsi ekonomi
8. Fungsi pembinaan lingkungan
Untuk mengukur fungsi keluarga dikembangkan
instrumen penilaian yang disebut APGAR Keluarga
(Family APGAR). Instrumen ini menilai lima fungsi
pokok keluarga (Balgis, 2009):

74

1. Adaptasi (Adaptation)
Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang diperlukannya dari
anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
berkomunikasi, musyawarah dalam
mengambil suatu keputusan dan atau
menyelesaikan suatu masalang sedang
dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.
3. Pertumbuhan (Growth)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebebasan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan pertumbuhan dan atau
kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih Sayang (Affection)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kasih sayang serta interaksi emosional yang
berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu,
kekayaan dan ruang antar anggota keluarga.
Siklus kehidupan keluarga terdiri atas 8 tahap (Duvall,
1977, dikutip Azwar, 2007):
1. Tahap awal perkawinan (newly married)
2. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first
child)
3. Tahap keluarga dgn anak usia prasekolah
(family with preschool children)
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
(family with children in school)
5. Tahap keluarga dengan anak usia remaja
(family with teenagers)
6. Tahap
keluarga
dgn
anak-anak
meninggalkan keluarga (family as launching
centre)
7. Tahap orang tua usia menengah (parent
alone in middle years)
8. Tahap keluarga usia jompo (aging family
members).

EKAWATI SUTIKNO, et al./ HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP LANSIA

Lanjut Usia. Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir


siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dihindari (Depkes RI, 1999).
Batasan usia lanjut didasarkan atas UndangUndang no.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Sedang
menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo,
2007):
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok
usia 45 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 70
tahun
3. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara
75 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), kelompok usia
diatas 90 tahun
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
(Nugroho, 2002):
1. Perubahan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan psikososial
4. Perkembangan spiritual.
Kualitas Hidup. Hidup lansia yang berkualitas
merupakan kondisi fungsional lansia pada kondisi
optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa
tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan
berguna. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa
tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan
menerima segala perubahan dan kemunduran yang
dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang
wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan
yang menghargai hak-hak lansia serta memahami
kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan
tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk
mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang
dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki
fungsi memelihara dan mengembangkan fungsifungsi yang dimiliki oleh lansia.
Pada tahun 1991 Bagian Kesehatan Jiwa WHO
memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia
(WHOQOL).Tujuan dari proyek ini adalah untuk
mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas

hidup yang dapat dipakai secara nasional dan secara


antar budaya. Instrumen WHOQOL BREF ini
telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah
pusat dunia dan telah dilakukan uji validitas dan
reabilitas. Instrumen WHOQOL-BREF terdiri atas
4 domain dan 26 item (WHO, 2004):
1. Kesehatan Fisik
Penyakit, kegelisahan tidur dan beristirahat,
energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas
sehari-hari, ketergantungan pada obat dan
bantuan medis, kapasitas pekerjaan.
2. Psikologis :
Perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat
dan konsentrasi, self esteem, penampilan dan
gambaran jasmani, perasaan negatif,
kepercayaan individu
3. Hubungan sosial :
Hubungan pribadi, dukungan sosial,
aktivitas seksual
4. Lingkungan :
Kebebasan, keselamatan fisik dan
keamanan, lingkungan rumah, sumber
keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial,
peluang untuk memperoleh ketrampilan
dan informasi baru, keikutsertaan dan
peluang untuk berekreasi, aktivitas
dilingkungan, transportasi.
Instrumen WHOQOL-BREF merupakan suatu
instrumen yang sesuai untuk mengukur kualitas
hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan
jumlah responden yang kecil, mendekati distribusi
normal, dan mudah untuk penggunaannya (Hwang,
2003).
Kualitas hidup lansia merupakan suatu
komponen yang kompleks, mencakup usia harapan
hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis
dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,
pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial
dan jaringan sosial. Di Indonesia para lansia biasanya
tinggal bersama anaknya terutama lansia yang sudah
tidak mendapatkan penghasilan sendiri (Nawi,
2010). Belum banyak dilakukan penelitian tentang
hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup
lansia yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan memberikan bukti empiris tentang
75

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

hubungan antara funsgi keluarga dan kualitas hidup


lansia dalam konteks keluarga dan masyarakat di Indonesia.
SUBJEK DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Kediri pada Kelompok
Jantung Sehat Surya Group di Kediri, Jawa Timur.
Waktu penelitian November Desember 2010.

tersebut dijumlahkan, setelah itu ditransformasikan


ke tabel menjadi skala 0 100, nilai 0 untuk kualitas
hidup terburuk dan nilai 100 untuk kualitas hidup
terbaik (WHO, 2004).
Desain Analisis Data
Hubungan bivariat antara fungsi keluarga dan kualitas
hidup lansia diuji dengan statistik Chi Kuadrat.
Hubungan multivariat antara kualitas hidup lansia
dan fungsi keluarga dengan mengontrol faktor
perancu (confounding factor) dianalisis dengan model
regresi logistik ganda.
HASIL-HASIL

Populasi Penelitian

Karakteristik Sampel

Populasi sasaran penelitian adalah orang dengan usia


60 tahun ke atas. Populasi sumber penelitian adalah
anggota Kelompok Jantung Sehat Surya Group di
kota Kediri, Jawa Timur, terdiri atas 134 orang.

1. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin


Tabel 1 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Cakupan (orang)
Persentase
Laki-laki
15
36.6%
Perempuan
26
64.4%
Total
41
100.0%

Desain dan Ukuran Sampel


Sampel dipilih secara purposive sampling(Murti,
2010).Kriteria inklusi : (1) Usia lebih dari 60 tahun;
(2) Merupakan anggota dari klub jantung sehat Surya
Group; (3) Bersedia menjadi subjek penelitian; (4)
Pendidikan minimal SMP atau sederajat. Terdapat
41 subjek yang memenuhi kriteria inklusi untuk
penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel
1. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga diukur dengan isntrumen APGAR
(adaptation, partnership, growth, affection, resolve),
terdiri dari 5 pertanyaan. Hasil Pengukuran APGAR
diklasifikasikan sebagai berikut:

2. Karakteristik sampel menurut kelompok umur


Tabel 2 Distribusi subjek berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur
Cakupan (orang)
Persentase
27
65.9%
60 70 tahun
>70 tahun
14
34.1%
Total
41
100.0%

3. Karakteristik sampel menurut pekerjaan


Tabel 3 Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
Cakupan(orang)
persentase
Tidak bekerja
15
36.6%
Bekerja
26
63.4%
Total
41
100.0%

4. Karakteristik sampel menurut pendidikan

0 - 3 : Fungsi keluarga tidak sehat (Balgis, 2009)

Tabel 4 Distribusi subjek berdasarkan pendidikan


Pendidikan
Cakupan (orang) Persentase
SMP
16
39.0%
SMA/Perguruan Tinggi
25
61.0%
Total
41
100.0%

2. Kualitas hidup lansia

Karakteristik sampel menurut bentuk keluarga

7 - 10 : Fungsi keluarga sehat


4 - 6 : Fungsi keluarga kurang sehat

WHOQOL merupakan salah satu alat ukur untuk


mengukur kualitas hidup, Jawaban kuesioner
tersebut menggunakan skala Likert kemudian
dilakukan scoring pada tiap domain, lalu skor
76

Tabel 5 Distribusi subjek berdasarkan bentuk keluarga


Bentuk Keluarga
Cakupan (orang) Persentase
Nuclear family
26
63.4%
Extended family
15
36.6%
Total
41
100.0%

EKAWATI SUTIKNO, et al./ HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP LANSIA

Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji Chi Kuadrat untuk
mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan
kualitas hidup pada lansia. Tabel 6 menunjukkan,
ada hubungan yang secara statistik signifikan antara
fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia
(p=0.001).

bisa berguna dimasa tuanya, yakni kemampuan


menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan
dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan
dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia
tersebut (Kuntjoro, 2002).

Hasil analisis data penelitian ini mendukung


hipotesis, terdapat hubungan positif yang kuat dan
secara statistik signifikan
antara fungsi keluarga dan
Tabel 6 Perbandingan kualitas hidup menurut fungsi keluarga (Apgar)
kualitas hidup lansia.
Variabel
Kualitas hidup
X
P
Dukungan berbagai fungsi
Baik (%)
Buruk (%)
Total (%)
Fungsi Keluarga (APGAR)
keluarga dan lingkungan
Sehat
28 (90.3%)
3 (9.7%)
31 (100%) 11.18 0.001 keluarga yang berhubungan
Tidak sehat
4 (40%)
6 (60%)
10 (100%)
erat dengan kualitas hidup
32 (80%)
Total
41 (100%)
9 (20%)
lansia.
Penelitian ini menemukan, faktor usia
Analisis Multivariat
mempunyai hubungan yang secara statistik signifikan
Untuk mengontrol faktor perancu (confounding fac- dengan kualitas hidup.Lansia yang berusia 70 tahun
tor) dilakukan analisis regresi logistik ganda (Tabel ke atas memiliki kemungkinan untuk berkualitas
hidup lebih buruk daripada lansia berusia kurang
7).
dari 70 tahun. Semakin tua
Tabel 7. Hasil analisis regresi logistik tentang hubungan fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia,
umur semakin buruk
dengan mengontrol pengaruh usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, dan status pekerjaan
kualitas hidup. Hal ini
C I 95%
disebabkan karena dengan
Variabel
OR
P
Batas bawah
Batas atas
bertambahnya
umur
Apgar baik
24.85
0.040
1.16
533.04
terdapat penurunan fisik,
Usia >70 tahun
0.03
0.040
0.01
0.85
Perempuan
2.05
0.599
0.14
29.96
perubahan mental (penampilan,
Extended family
1.72
0.719
0.09
32.47
persepsi dan ketrampilan
Bekerja
0.71
0.826
0.03
15.11
psikomotor berkurang),
N observasi
= 41
perubahan psikososial
-2log likelihood = 19.4
=
59.5%
Nagelkerke R
antara lain : Pensiun, akan
kehilangan finansial, status,
teman
/
kenalan,
pekerjaan
/ kegiatan, merasakan atau
Tabel 7 menunjukkan, lansia yang berasal dari
keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup
kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi,
lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya
tidak sehat dan terdapat hubungan yang signifikan kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2002)
antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang
lansia (OR = 24.85 ; p = 0.040 ; CI 95% 1.16 secara statistik signifikan antara jenis kelamin dengan
hingga 533.04). Hubungan tersebut sudah kualitas hidup pada lansia. Peneliti seperti Nawi et
mengendalikan pengaruh faktor perancu yaitu usia, al. (2010) pada penelitiannya di Purworejo Jawa
jenis kelamin, bentuk keluarga, dan pekerjaan.
Tengah menyebutkan bahwa lansia berjenis kelamin
perempuan cenderung mempunyai kualitas hidup
yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa
PEMBAHASAN
dikarenakan perbedaan status sosial dan ekonomi
Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa antara populasi di Purworejo yang pekerjaannya
faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap mayoritas petani dan ekonominya menengah

77

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

kebawah, sedangkan pada Kelompok Jantung Sehat


Surya Group, Kediri, Jawa Timur, mayoritas masih
bekerja mandiri dan dari segi ekonomi tergolong
cukup mampu, sehingga mungkin menyebabkan
tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan
kualitas hidup.
Hasil penelitian tentang hubungan bentuk
keluarga dengan kualitas hidup lansia hasilnya tidak
ada hubungan yang signifikan. Masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa orang tua (lansia)
cenderung tinggal bersama dengan anaknya, dan
anaknya akan merawat orang tuanya tersebut
khususnya bila orang tuanya sudah tidak produktif
(Nawi, 2010). Tetapi sekarang terdapat perubahan
karakteristik keluarga dari keluarga besar (extended
family) menjadi keluarga inti (nuclear family). Di Indonesia, extended family jumlahnya mulai menurun
dan nuclear family meningkat. Hal ini dipengaruhi
oleh empat hal: (1) Keberhasilan program Keluarga
Berencana; (2) Kemajuan industrialisasi yang
menyebabkan keluarga menjadi lebih bersifat mobile; (3) Keberhasilan emansipasi perempuan, dan
(4) Berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam
masyarakat dari corak agraris ke corak industri.
Perubahan ke arah keluarga inti bisa juga disebabkan
para lansia masih mempunyai pekerjaan sendiri dan
beberapa aktivitas yang menyenangkan dengan
kelompoknya sehingga meskipun mereka tidak hidup
dengan anaknya, mereka tidak merasa kesepian.
Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan
yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan
dengan kualitas hidup pada lansia, sedangkan pada
beberapa penelitian dinyatakan bahwa pekerjaan
berhubungan dengan sosioekonomi dan hal ini dapat
mempengaruhi kualitas hidup, sosioekonomi yang
rendah berhubungan dengan kualitas hidup yang
rendah dan status kesehatan yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nawi et al.(2010)
di Purworejo Jawa Tengah pada tahun 2010,
mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang
lebih tua, tidak menikah/ janda/ duda, pendidikan
rendah dan ekonomi rendah berhubungan kualitas
hidup dan status kesehatan yang rendah pada lansia.
Pada umumnya di Indonesia dan khususnya di pulau
Jawa, kualitas hidup lansia sangat dipengaruhi oleh
fungsi keluarga karena kultur budaya di Jawa biasanya
orang tua / lansia tinggal bersama dengan anaknya
dan setelah mereka tidak produktif lagi.
78

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat


sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti
interaksi keluarga tersebut dengan tetanggatetangganya, keaktifan keluarga mengikuti kegiatankegiatan masyarakat. Keluarga sangat dipengaruhi
oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut oleh
keluarga tersebut dan ketaatannya terhadap agama
itu. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi
keluarga.Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh
ekonomi. Bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga
juga tidak akan sehat, karena anggota keluarga akan
kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang
sehat, makanan yang bergizi, pendidikan yang
memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal
yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota
keluarganya tidak baik.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan, terdapat hubungan
positif yang sangat kuat dan secara statistik signifikian
antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia.
Kesimpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh
faktor perancu usia, jenis kelamin, bentuk keluarga,
dan pekerjaan. Dokter keluarga disarankan untuk
memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga
untuk meningkatkan fungsi keluarga, dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A (1997).Pengantar pelayanan dokter
keluarga. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia
Balgis (2009), Kedokteran keluarga. Surakarta:
Sebelas Maret University Press
Depkes (2003).Kegiatan kesehatan di kelompok
usialanjut.Edisi 2. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Hwang HF, Liang WM, Chiu YN, Lin MR (2003).
Suitability of the WHOQOL-Bref for
community-dwelling older people in Taiwan.Age
and Ageing.9: 593 600
Kuntjoro ZS (2002), Masalah kesehatan lansia.http:/
/www.e-psikologi.com.Diakses 12 Oktober 2010
Murti B (2010). Desain dan ukuran sampel untuk
penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang

EKAWATI SUTIKNO, et al./ HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DAN KUALITAS HIDUP LANSIA

kesehatan. Edisi ke 2. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Notoatmodjo S (2007), Kesehatan masyarakat ilmu


dan seni, Jakarta: PT.Rineka Cipta

Nawi Ng, Hakimi M, Byass P, Wilopo S, Wall S


(2010), Health and Quality of Life Among

Nugroho W (2006) Keperawatan gerontik. Edisi 2.


Jakarta: EGC

Older Rural People in Purworejo District Indonesia,


Glob Health Action v3

WHO (2004). WHO quality of life BREF. Geneva:


World Health Organization.

79

You might also like