You are on page 1of 98

Vol 15. No.

1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TEKNIK


RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN NYERI
PADA PASIEN POST OPERASI APENDIKSITIS
DI RUMAH SAKIT MOJOKERTO

Arif Hidayat1, Eka Diah Kartiningrum2, Ike Prafita Sari3


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Majapahit Mojokerto

ABSTRACT
Appendicities is the most common of infection at apendiks vermiformis. In patient
after surgery. that caused by surgical inflammation of the wound. Non-
pharmacological nursing actions can reduce pain by deep breath relaxation and
finger held relaxation technigues. this study aimed to investigate the effectiveness of
inner breath relaxation techniques and finger held relaxation techniques on pain
reduction in post-appendicitis patients in the Sidowaras Hospital at Hayam wuruk
room. This research used Quasy Experiment with pre test and post test one group
design. The number of research samples are 24 respondents by using Accidintal
Sampling. Data analyzed in this research by using Wilcoxon sign rank test.showed In
the respiratory relaxation intervention group obtained ρ value ( 0.003) obtained and
in the finger held relaxation. relaxation intervention group obtained p value ( 0.005)
U Mann Withney test showed the effectiveness of both groups got p value ( 0.949)
which means there is no effectiveness between deep breathing relaxation techniques
and handheld relaxation techniques finger. Both of these techniques can be done post-
operative patients appendicitis to be selected without distinguishing the effectiveness
of both. Patient can choose one of the techniques for restoring her health.
Keywords: Pain, Relaxation, Inner Breath, Hand Held, Finger.

A. PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia.
Apendisitis adalah suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Sebagai
penyakit yang paling sering memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis
merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendik vermiformis.
Apendisitis vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih dikenal
dengan usus buntu dan melekat pada sekum (Kowalak, 2012 dalam Faridah,
2015).
Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan World
Health Organisation (2010) yang dikutip oleh Faridah (2015), angka mortalitas
akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada

1
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan.


Menurut Utami (2014) sementara itu untuk di Indonesia sendiri apendisitis
merupakan penyakit urutan keempat terbanyak daripada tahun 2006. Data yang
dirilis oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah
penderita apendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada
tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Di Jawa Timur tahun 2009 menurut Dinas
Kesehatan Jawa Timur, jumlah kasus apendisitis dilaporkan sebanyak 5.890 dan
diantaranya menyebabkan kematian. Jumlah penderita apendisitis tertinggi di
kabupaten mojokerto yakni 970 orang. Kelompok usia yang umumnya
mengalami apendisitis yaitu pada usia 10-30 tahun

B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian
(Setiadi, 2013).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
eksperimen semu atau Quasi Eksperimen dengan menggunakan rancangan Pre-
test and Post-test Group. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2
kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang
dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test dan observasi sesudah
eksperimen disebut post-test.

C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pada kelompok nafas dalam
terdapat 6 orang (50%) berjenis kelamin perempuan dan 6 orang (50%) berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 4 orang (33,3%)
berjenis kelamin perempuan dan 8 orang (66,6%) berjenis kelamin laki-laki

2
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Nafas Dalam dan
Genggam Jari Berdasarkan Usia Di Ruang Hayam Wuruk RS
sidowaras Bangsal, Bulan Februari2021

Kelompok N Mean SD Min Max Meadian


Variabel
Nafas Dalam 12 26,58 5,035 19,00 34,00 27,00
Umur 12 26,42 4,316 18,00 34,00 26,00
Genggam Jari
Umur

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa rata-rata usia responden


pada kelompok nafas dalam adalah 26,58 tahun, dengan Standart deviasi
5,035 tahun. Usia termuda 19 tahun dan usia tertua 34 tahun. Dan rata-rata
usia responden pada kelompok genggam jari adalah 26,42 tahun, dengan
Standart deviasi 4,316 tahun. Usia termuda 18 tahun dan usia tertua 34 tahun.
Berdasarkan Tingkat Pendidikan diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden kelompok nafas dalam terdapat 1 orang (8,3%) lulusan SMP, 8
orang (66%) lulusan SMA, dan 3 orang (25%) lulusan Sarjana. Sedangkan
pada kelompok genggam jari terdapat 2 orang (16,6%) lulusan SD, 1 orang
(8,3%) lulusan SMP, 8 orang (66%) lulusan SMA, dan 1 orang (8,3%)
lulusan Sarjana.
2. Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) Pemberian Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Pada Kelompok Nafas Dalam
Tabel 2 Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Pada Kelompok Nafas Dalam di RS
Sidowaras Bangsal.bulan Februari 2021

Responden N Mean Min Max CI 95%


Pre Relaksasi Nafas 5.67 3 7
Dalam 12 4.92 - 6.33
Post Relaksasi Nafas 3.67 3 5 3.25 – 4.17
Dalam

Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa rata-rata skala nyeri pada


pre relaksasi nafas dalam 5.67 sedangkan pada post relaksasi nafas dalam
3.67, skala nyeri terendah pada pre relaksasi nafas dalam 3 sedangkan pada
post relaksasi nafas dalam 3, skala nyeri tertinggi pada pre relaksasi nafas

3
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

dalam 7 sedangkan post relaksasi nafas dalam 5, dengan tingkat kepercayaan


pre relaksasi nafas dalam 4.92 - 6.33 sedangkan pada post relaksasi nafas
dalam 3.25 – 4.17.
Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) Pemberian Teknik Genggam
Jari Pada Kelompok Genggam Jari
3. Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) Pemberian Teknik Genggam
Jari Pada Kelompok Genggam Jari
Tabel 3 Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) Pemberian Teknik
Genggam Jari Pada Kelompok Genggam Jari di RS Sidowaras
Bangsal bulan Februari 2021

Responden N Mean Min Max CI 95%


Pre Relaksasi 5.33 4 7
Genggam Jari 12 4.75 - 5.83
Post Relaksasi 3.75 3 5 3.25 – 4.25
Genggam Jari
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa rata-rata skala nyeri pada
pre relaksasi genggam jari 5.33 sedangkan pada post relaksasi genggam jari
3.75, skala nyeri terendah pada pre relaksasi genggam jari 4 sedangkan pada
post relaksasi genggam jari 3, skala nyeri tertinggi pada pre relaksasi
genggam jari 7 sedangkan post relaksasi genggam jari 5, dengan tingkat
kepercayaan pre relaksasi genggam jari 4.92 - 6.33 sedangkan pada post
relaksasi genggam jari 3.25 – 4.17
4. Hasil Uji Wilcoxon Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post) pada
Kelompok Nafas Dalam dan Kelompok Genggam Jari

Tabel 4 Hasil Uji Wilcoxon Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post)
Intervensi pada Kelompok Nafas Dalam Serta Sebelum (pre) dan
Sesudah (post) Intervensi Kelompok Genggam Jari di RS Sidowaras
februari 2021
Variabel Standart Standar ρ
N Mean
Nyeri Deviasi Error Value
Pre Nafas Dalam 12 5.6667 1.37069 0.39568
.003
Post Nafas Dalam 12 3.6667 0.77850 0.22473
Pre Genggam Jari 12 5.3333 0.98473 0.28427
.005
Post Genggam Jari 12 3.7500 0.96531 0.27866

Berdasarkan tabel 4 di atas, didapatkan bahwa nilai rata-rata skala


nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada

4
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

kelompok intervensi nafas dalam mengalami perubahan dari nilai pre


intervensi dengan rata-rata 5,6 mengalami penurunan post intervensi rata- rata
3,6 serta standart deviasi pre intervensi 1,3 dan post intervensi 0,7. Pada nilai
rata- rata skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
genggam jari pada kelompok intervensi mengalami perubahan nilai pre
intervensi dengan nilai rata- rata 5,3 mengalami penurunan post intervensi
rata- rata 3,7 serta standar deviasi pre intervensi 0,98 dan post intervensi
0,96. Terdapat hubungan yang signifikan, nilai skala nyeri kelompok nafas
dalam antara sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam di dapatkan ρ value
= 0,003 < 0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada efektifitas teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas
dalam pada kelompok intervensi nafas dalam. Pada kelompok genggam jari
perbandingan antara sebelum dan sesudah intervensi genggam jari di
dapatkan p value= 0,005 < 0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada
efektifitas teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri antara
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi genggam jari.

5. Hasil Uji U Mann Whitney Skala Nyeri pada Kelompok Nafas Dalam dan
Kelompok Genggam Jari
Tabel 5 Hasil Uji U Mann Whitney Skala Nyeri Sesudah Pada Kelompok
Nafas Dalam dan Kelompok Genggam Jari di RS Sidowaras
februari2021

Skala Nyeri Sig (2 - Tailed)

Kelompok Nafas Dalam dan


0.949
Kelompok Genggam Jari

Berdasarkan tabel 5 di atas, hasil uji analisis menggunakan U Mann


Whitney didapatkan data bahwa perubahan skala nyeri kelompok nafas dalam
dan kelompok genggam jari antara sebelum intervensi dan sesudah intervensi
didapatkan nilai p value = 0,949 > 0,05 yang berarti Ho diterima artinya tidak
ada efektifitas antara teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi
genggam jari sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

5
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

D. PEMBAHASAN
Dari Skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan teknik relaksasi
nafas dalam.
Pada tabel 1 di atas diketahui bahwa rata-rata usia responden pada
kelompok nafas dalam adalah 26,58 tahun, dengan standart deviasi 5,035 tahun.
Usia termuda 19 tahun dan usia tertua 34 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, umur mempengaruhi nyeri. Semakin cukup
umur seseorang akan lebih bisa mengungkapkan rasa nyeri. Anak-anak
mempunyai kesulitan untuk memahami nyeri dan tidak bisa mengungkapkan
secara verbal hanya dengan tangisan yang bisa dilakukan.
Menurut Potter & Perry (2016), kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti usia,diantaranya
adalah usia dan jenis kelamin. Dimana faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan
atau menurunkan persepsi nyeri dan mempengaruhi sikap respon terhadap nyeri.
Usia merupakan variabel penting yang mempengruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Dengan demikian, perawat harus dapat melakukan
pendekatan Pada faktor usia terdapat hubungan antara nyeri dengan seiring
bertambahnya usia, yaitu pada tingkat perkembangan.
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri kelompok nafas dalam sebelum dan
sesudah diberikan relaksasi nafas dalam pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa
rata-rata skala nyeri pada pre relaksasi nafas dalam 5.67 sedangkan pada post
relaksasi nafas dalam 3.67, skala nyeri terendah pada pre relaksasi nafas dalam 3
sedangkan pada post relaksasi nafas dalam 3, skala nyeri tertinggi pada pre
relaksasi nafas dalam 7 sedangkan post relaksasi nafas dalam 5, dengan tingkat
kepercayaan pre relaksasi nafas dalam 4.92 - 6.33 sedangkan pada post relaksasi
nafas dalam 3.25 – 4.17.
Penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien post operasi apendisitis dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan
farmakologi adalah pemberian analgesik dan merupakan metode yang paling
umum untuk mengatasi nyeri. Untuk non farmakologi dapat dilakukan dengan
relaksasi. Dan relaksasi yang saya pilih adalah relaksasi nafas dalam karena
bernafas dengan frekuensi lambat atau perlahan akan membuat pasien merasa

6
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

nyaman dan akan merasakan penurunan nyeri yang di rasakan.


Opini tersebut dikuatkan dengan teori dari Asmadi (2008) menyatakan
bahwa nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Untuk penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologi dan non farmakologi. Menurut Dermawan (2015) menyatakan bahwa
farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya
pada sistem biologis. Ada tiga jenis analgesik, yakni non-narkotik dan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiat, dan obat
tambahan (adjuvant). Menurut Andarmoyo (2013) Manajemen nyeri non
farmakologis merupakan tindakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan
agen farmakologi. Salah satu tindakan non farmakologi adalah pemberian teknik
relaksasi. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama.
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
pada pasien post apendisitis dimana pada kelompok intervensi nafas dalam
didapatkan penurunan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam. Pada uji Wilcoxon didapatkan nilai p value = 0,003 < 0,05 yang berarti
Ho ditolak artinya ada efektifitas teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan tindakan mandiri perawat yang
mudah diterapkan dan efektif untuk mengurangi rasa nyeri. Teknik relaksasi nafas
dalam merupakan teknik sederhana yang terdiri dari napas abdomen dengan
frekuensi lambat dan berirama. Dengan melakukan relaksasi nafas dalam maka
akan merasakan nyaman dan tenang sehingga nyeri akan berkurang.
Opini tersebut dikuatkan dengan teori dari Smeltzer & Bare (2015) dalam
Andarmoyo (2013) Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen
dengan frekuensi lambat, berirama. Menurut Handerson (2015) menyatakan
bahwa penurunan nyeri oleh teknik nafas dalam disebabkan ketika seseorang

7
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

melakukan nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh
akan meningkatkan komponen syaraf parasimpatik secara stimulan, maka ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone kortisol dan adrenalin dalam
tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan
menjadi teratur.
Skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan relaksasi genggam jari
pada pasien post operasi apendisitis.
Rata-rata usia responden pada kelompok genggam jari adalah 26,42 tahun,
dengan Standart deviasi 4,316 tahun. Usia termuda 18 tahun dan usia tertua 34
tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, umur mempengaruhi nyeri. Semakin cukup
umur seseorang akan lebih bisa mengungkapkan rasa nyeri. Anak-anak
mempunyai kesulitan untuk memahami nyeri dan tidak bias mengungkapkan
secara verbal hanya dengan tangisan yang bisa dilakukan.
Menurut Potter & Perry (2015), kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain usia dan jenis
kelamin. Dimana faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
persepsi nyeri dan mempengaruhi sikap respon terhadap nyeri.
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri kelompok genggam jari sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi genggam jari pada tabel 4.3 di atas diketahui
bahwa rata-rata skala nyeri pada pre relaksasi genggam jari 5.33 sedangkan pada
post relaksasi genggam jari 3.75, skala nyeri terendah pada pre relaksasi genggam
jari 4 sedangkan pada post relaksasi genggam jari 3, skala nyeri tertinggi pada pre
relaksasi genggam jari 7 sedangkan post relaksasi genggam jari 5, dengan tingkat
kepercayaan pre relaksasi genggam jari 4.92 - 6.33 sedangkan pada post relaksasi
genggam jari 3.25 – 4.17.
Penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien post operasi apendisitis dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan
farmakologi adalah pemberian analgesik dan merupakan metode yang paling
umum untuk mengatasi nyeri. Untuk non farmakologi dapat dilakukan dengan
relaksasi. Dan relaksasi yang saya pilih adalah relaksasi genggam jari karena

8
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

dengan menggenggam jari sambil menarik nafas dalam dapat mengurangi


ketegangan fisik.
Opini tersebut dikuatkan dengan teori Liana (2008) menyatakan bahwa
menggenggam jari sambil menarik napas dalam-dalam (relaksasi) dapat
mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggam jari
akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada meridian
(energi channel) yang terletak pada jari tangan kita.
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi genggam
jari pada pasien post apendisitis dimana pada kelompok intervensi genggam jari
didapatkan penurunan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
genggam jari. Pada uji Wilcoxon didapatkan nilai p value = 0,005 < 0,05 yang
berarti Ho ditolak artinya ada efektifitas teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan relaksasi yang mudah di terapkan
dan berhubungan dengan tangan kita. Menggenggam jari dengan menarik nafas
maka akan membuat tubuh kita menjadi rileks. Relaksasi genggam jari dapat
menyembuhkan ketegangan fisik dan mengurangi intensitas nyeri.
Opini tersebut dikuatkan dengan teori Pinandita (2012) menyatakan
bahwa menggenggam jari sambil menarik napas dalam-dalam (relaksasi) dapat
mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggam jari
akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada meridian
(energi channel) yang terletak pada jari tangan kita. Adanya stimulasi nyeri pada
luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan menstimulasi
transmisi implus di sepanjang serabut aferen nosiseptor ke substansi gelatinosa di
medulla spinalis untuk selanjutnya melewati thalamus kemudian disampaikan ke
korteks serebri dan di interpretasikan sebagai nyeri.
Menganalisis efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi
genggam jari tehadap penurunan nyeri pada pasien post operasi apendisitis
Berdasarkan hasil analisis uji U Mann Whitney didapatkan hasil nilai p
value = 0,949 > 0,05 yang berarti Ho diterima artinya tidak ada efektifitas antara
teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi. Kedua teknik tersebut dapat dilakukan pasien post

9
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

operasi apendisitis untuk dipilih tanpa membedakan efektifitas keduanya. Pasien


dapat memilih salah satu teknik untuk pemulihan kesehatannya.
Menurut peneliti, relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari sama
efektifnya bila digunakan untuk mengurangi nyeri. Teknik ini dapat dijadikan
terapi non farmakologi pasien post apendisitis. Relaksasi nafas dalam adalah
bernafas dengan frekuensi lambat atau perlahan akan membuat pasien merasa
nyaman dan akan merasakan penurunan nyeri yang di rasakan. Sedangkan
relaksasi genggam jari adalah teknik yang mudah dilakukan karena menggenggam
jari sambil menarik nafas dalam dapat mengurangi ketegangan fisik dan
mengurangi intensitas nyeri.
Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian relaksasi nafas dalam pada
kelompok nafas dalam dan relaksasi genggam jari pada kelompok genggam jari.
Untuk teknik relaksasi nafas dalam diberikan selama 5 menit sebanyak 3x sehari
dalam waktu 1 hari di ruang Hayam Wuruk RS Sidowaras Bangsal. Setelah
dilakukan 3x selama sehari pada kelompok nafas dalam didapatkan penurunan
skala nyeri pada pasien post operasi apendisitis. Sedangkan untuk relaksasi
genggam jari diberikan selama 10 menit sebanyak 3x sehari dalam waktu 1 hari di
ruang Hayam Wuruk RS Sidowaras Bangsal. Setelah dilakukan 3x selama sehari
pada kelompok genggam jari didapatkan penurunan skala nyeri pada pasien post
operasi apendisitis.
Menurut Smeltzer & Bare dalam Andarmoyo (2016:89) Relaksasi adalah
suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Menurut Asmadi teknik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Hal utama yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah posisi yang nyaman dan lingkungan
yang tenang.

E. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari penelitian dapat
disimpulkanTerjadi penurunan nyeri sebelum (pre) dan sesudah (post) pada
kelompok intervensi nafas dalam pada pasien post operasi apendisitis di ruang
Hayam Wuruk RS.Sidowaras Bangsa. Terjadi penurunan nyeri sebelum (pre) dan

10
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

sesudah (post) pada kelompok intervensi genggam jari pada pasien post operasi
apendisitis di ruang Hayam Wuruk RS Sidowaras Bangsal.

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. 2015. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Arikunto, S. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asmadi. 2018. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, E. 2012. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Faridah, V. N. 2015. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Apendisitis Dengan
Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Vol. 07. [Online]. Didapatkan dari:
http://www.stikesmuhla.ac.id [Diakses pada tanggal 19 September 2016].
Jitowiyono, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. 2015. Pembedahan Tanggulangi 11 % Penyakit di Dunia. [Online].
Didapatkan dari:
http://www.depkes.go.id/article/view/15082800002/pembedahan-
tanggulangi-11%-penyakit-di-dunia.html [Diakses pada tanggal 25 September
2016].
Koto, Y. 2015. Efektifitas Penurunan Nyeri Sebelum dan Sesudah Di Lakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam. [Online]. Didapatkan dari: http://www.ykoto-
jurnal.stikim.ac.id [Diakses pada tanggal 22 September 2016].
Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Revisi Cetakan Kedua.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2055. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed. 4. Vol. 1. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed. 4. Vol. 2. Jakarta: EGC.

11
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT

Pinandita, I, Purwanti, E. & Utoyo, B. 2016. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparotomi
.Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol 8, no 1 . [Online]. Didapatkan
dari: http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/jikk/article/view/66
[Diakses pada tanggal 10 September 2016].
Saferi, A. 2015. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2017. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Ed. 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiadi. 2016. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Ed. 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Setyoadi & Kushariyadi. 2015. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Tamala, N. N. A & Purba, A. S. G. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas
Dalam Dengan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
[Online]. Didapatkan dari:
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/582/mod_resource/content/7/V
OL%204%20NO%203%20(Sep-nop%202015).pdf [Diakses pada tanggal 28
September 2016].
Utami, S. 2015. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Post Operasi
Apendiktomi Di Ruang Kantil RSUD Karanganyar. [Online]. Didapatkan
dari: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id [Diakses pada tanggal 20
September 2016].
Widyawati, E. 2015. Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan An. A Dengan Post Operasi
Apendisitis Laparotomi Di Ruang Kantil 2 RSUD Karanganyar. [Online].
Didapatkan dari: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id [Diakses pada
tanggal 20 September 2016].

12
Journal Well Being
Volume 7 No.2, 2022, Halaman 125-134
ISSN 24772704 (print) eISSN 26157519

PENERAPAN INTERVENSI BERDASARKAN EVIDENCE BASED NURSING:


NAFAS DALAM DAN GENGGAM JARI PADA NYERI POST APPENDIDTOMY

APPLICATION OF INTERVENTION EVIDENCE BASED NURSING: DEEP


BREATHING AND FINGER HOLD IN PAIN IN POST APPENDECTOMY

Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso1*,Veranica Dwi Agustin2, Suci Nurjanah3


1Poltekkes Kemenkes Kupang, Nusa Tenggara Timur
2Akper Bahrul Ulum Jombang, Jawa Timur
3Politeknik Negeri Indramayu, Jawa Barat

Email Corresponding*: shelfi.dr.putri@gmail.com

ABSTRAK
Apendiktomi merupakan operasi pembuangan apendiks. Resiko atau efek
samping pada tindakan apendiktomi yaitu nyeri akibat dari luka bedah pada abdomen.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan
pada klien post apendiktomi dengan menerapkan intervensi berdasarkan evidance
based nursing yaitu nafas dalam dan genggam jari. Metode penelitian yang dihunakan
adalah penelitian deskriptif studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara dan observasi. Penelitian ini melibatkan dua klien dengan post
apendiktomi, diberikan Tindakan asuhan keperawatan dan terapi nafas dalam dan
genggam jari selam 3 hari. Hasil pengkajian didapatkan masalah nyeri akut pada klien
1 dan klien 2, dan setelah dilakukan asuhan hasil evaluasi keperawatan klien 1 dan
klien 2 menunjukkan semua masalah teratasi sebagian pada hari ketiga. Kesimpulan
dari penelitian ini kedua intervensi tersebut dapat dijadikan rekomendasi dalam
mengatasi nyeri pada pasien post apendiktomi.
Keyword: Apendiktomi, genggam jari, nafas dalam, nyeri.

ABSTRACT
Appendectomy is an operation to remove the appendix. The risks or side effects of an
appendectomy are pain resulting from a surgical wound in the abdomen. The purpose of this
study was to describe nursing care for post-appendectomy clients by application interventions
based on evidence based nursing: deep breathing and finger holding. The research method
used is descriptive case study research. Collecting data using interview and observation
methods. This study used two clients with post appendectomy, given nursing care and deep
breathing therapy and finger holding for 3 days. The results of the study found acute pain
problems in client 1 and client 2, and after the care was carried out the results of the nursing
evaluation for client 1 and client 2 showed that all problems were partially resolved on the third
day. The conclusion of this study is that these two interventions can be used as
recommendations in managing pain in post-appendectomy patients.
Keyword: Appendectomy, deep breathing, finger hold, pain.

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 12


5
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

PENDAHULUAN banyak sehingga menyebabkan


penyumbatan, tapi karena keelastisan
Appendicitis adalah kasus dinding dari appendiks memiliki
kegawatdaruratan dapat terjadi akibat batasan akhirnya menimbulkan adanya
peradangan pada organ pencernaan penambahan tekanan padalumen
(Wati and Ernawati 2020). Apendisitis bagian dalam. Peningkatan tekanan
merupakan inflamasi appendiks tadi membuat hambatan pada
vermiformis akibat adanya infeksi pada peredaran, sehingga menyebabkan
appendiks atau umbai cacing (Sulung pembengkakan. Bila sekresi mucus
and Rani 2017). Apendisitis bila tidak terus berkelanjutan, maka ada
segera ditangani dapat menyebabkan peningkatan tekanan. Itu dapat
berbagai komplikasi, salah satu menimbulkan bertambahnya bengkak,
penatalaksanaannya dengan penumbatan vena, tembusnya bakteri
melakukan tindakan pembedahan atau ke dinding. Peradangan munculnya
apendiktomi. Apendiktomi merupakan merata dan menyentuh peritonium
operasi pembuangan apendiks. Resiko sekitarnya memerlukan tindakan
atau efek samping pada tindakan pembedahan segera mungkin untuk
apendiktomi yaitu nyeri akibat dari luka mengurangi risiko perforasi (Wedjo
bedah pada abdomen (Wedjo 2019). 2019). Tindakan ini menyebabkan luka
Insiden appendisitis di Afrika dan insisi akibat dari tindakan pembedahan
Asia tahun 2014 berjumlah 4,8% dan bisa menyebabkan tubuh
2,6% dari jumlah semua penduduk menghasilkan mediator nyeri, biasanya
(WHO, 2014). Masalah apendisitis di sensasi nyeri yang dirasakan muncul
Indonesia tinggi, dapat dilihat sebelum kembali penuh kesadaran dari
berlandasan total klien meningkat klien dan rasa nyeri akan meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan data sesuai dari pengaruh hilangnya obat
yang didapat oleh Kemenkes, (2018) bius (Hasaini 2020).
masalah apendisitis yang terjadi saat Nyeri yang terjadi saat post
2017 berjumlah 65.755 individu, saat apendiktomi biasanya dijumpai pada
2018 total klien apendisitis berjumlah nyeri sedang sampai nyeri berat,
75.601 manusia. Data yang diperoleh dikarenaan lapisan kuli yang rusak,
dari Dinkes Jawa Timur tahun 2018 jaringan otot, vaskular yang
masalah appendisitis berjumlah 5.980 memunculkan akibat nyeri bertambah
dan 177 pengidap meninggal (Dinkes, lambat saat masa penyembuhan
2018). Berdasarkan hasil data 6 bulan (Utami 2014). Terdapat dua jenis cara
terakhir yang diperoleh dari ruang untuk menghilangkan rasa nyeri yaitu
Yudistira RSUD Jombang jumlah dengan menggunakan tindakan
penderita appendisitis sebanyak 29 farmakologis dan nonfarmakologis
orang. (Hayat, Ernawati, and Ariyanti 2020).
Appendisitis dapat terjadi Penatalaksanaan nyeri dengan
dikarenakan adanya penyumbatan tindakan nonfarmakologis
pada lumen appendiks yang menggunakan cara yang gampang,
disebabkan oleh kelenjar limfoid yang mudah, dan tidak memliki efek samping
membesar, pengerasan feses, adanya yang merugikan. Cara meredakan nyeri
barang yang asing, striktur akibat dengan tindakan nonfarmakologis
sebelumnya pernah meradang. biasanya memiliki resiko yang rendah
Sehingga menimbulkan penumpukan dan hampir tidak ada. Pelaksanaan itu
mucus yang dibuat oleh mukosa. Lama- dibutuhkan guna menyingkat waktu
lama penumpukan mucus semakin

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 12


6
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

sakit yang dirasakan selama beberapa pasien post appendectomy dengan


menit (Sulung and Rani 2017). menerapkan intervensi berdasarkan
Tindakan nonfarmakologis yang dapat evidence based nursing yaitu nafas
dilakukan yaitu memberikan relaskasi dalam dan genggam jari.
nafas dalam dan relaksasi genggam jari Lokasi dan Waktu
(Wati and Ernawati 2020). Cara ini Tempat penelitian dilakukan di ruang
efisien dalam penurunan skala nyeri Yudistira RSUD Jombang,
post operasi apendiktomy (Calisanie dilaksanakan selama 3 hari terus
and Ratnasari 2021). Sedangkan hasil menerus pada pasien post operasi
yang didapat dari penelitian Rinda, Yuli apendiktomi hari pertama, dengan
& Nurul tahun 2020 kalau teknik kunjungan 2 kali sehari selama 2 jam 10
genggam jari efisien untuk menurunkan menit pada pagi dan sore hari tanggal
skala nyeri pasca operasi appendiktomi. 22 september 2021– 15 oktober 2021.
Intervensi berdasarkan evidence Populasi, Sampel dan Sampling
based nursing yang akan digunakan Subjek dalam studi kasus ini adalah 2
yaitu kombinasi nafas dalam dan klien post operasi appendiktomi
genggam jari diharapkan terapi ini dengan masalah nyeri akut, dengan
dapat memberi perasaan lebih rileks kesadaran composmentis dan tidak
sehingga fisik maupun mental tidak mengalami komplikasi berat.
stres atau tegang akhirnya bisa Cara Pengumpulan Data
menoleransi rasa sakit (Wati and Pengumpulan data dengan metode
Ernawati 2020). wawancara (mengkaji data-data pasien)
dan observasi terhadap pelaksanaan
METODE PENELITIAN asuhan keperawatan pada subjek
Desain Penelitian Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan desain Data yang telah terkumpul selama
studi kasus dengan melakukan proses pengumpulan data disajikan
wawancara dan observasi, dengan dalam bentuk tekstural yang bersifat
melakukan Asuhan keperawatan pada naratif.

HASIL PENELITIAN
Pengkajian
1. Distribusi Data Umum Klien
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Klien Post Apendiktomi
Identitas. Klien 1. Klien 2.
Nama Tn. Y Tn. A
Umur 17 Tahun 15 Tahun.
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Pekerjaan Pelajar Pelajar
Pendidikan SMA SMA
Sumber : Data Primer 2021

2. Riwayat Kesehatan Klien


Tabel 2. Riwayat dari penyakit Klien Post Apendiktomi
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Klien menyatakan sakit perut
Keluhan Utama Klien melaporkan nyeri perut
bagian kiri

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 12


7
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

Keluarga klien mengatakan klien


Keluarga klien mengatakan pada tanggal 08 september 2021,
klien mengeluh sakit perut klien mengeluh nyeri perut bagian
sejak selasa malam tanggal 22 kiri, demam dan muntah sebanyak
September 2021 disertai 3x, klien sempat kejang selama 4
demam tinggi dan muntah menit, lalu klien dibawa ke dokter
sebanyak 2 kali, nyeri perut umum dan dokter mengatakan
terus menerus dirasakan klien terkena penyakit lambung, klien
sampai dini hari tanggal 23 diberi obat lalu pulang, pada
September 2021 disertai tanggal 10 September 2021 setelah
muntah 1 kali lalu klien di bawa klien sarapan dengan bubur ayam
ke IGD RSUD Jombang pukul dan minum obat dari dokter,
Riwayat Penyakit 04:12 dini hari. Dari IGD klien keluarga klien lupa nama obat yang
Sekarang di pindah ke ruang rawat inap diberikan dokter, lalu klien muntah
diruang Yudistira pada tanggal sebanyak 5x dan kejang terulang
23 September 2021 pukul selama 3 menit karena tidak ada
06:00 WIB. Dokter perubahan akhirnya klien di bawa
menyarankan untuk operasi ke IGD RSUD Jombang pukul
appendiktomi, klien dan 09:47. Dari IGD klien dipindah ke
keluarga klien menyutujui ruang bedah yudistira guna rawat
tindakan tersebut dan klien di inap pada tanggal 10 Oktober 2021
operasi pada tangal 23 pukul 10:56 WIB. Saat keluarga
September 2021 pukul 12:32 konsultasi dengan dokter, keluarga
WIB. klien mengatakan bahwa klien akan
dilakukan operasi pada tanggal 10
Oktober 2021 pukul 16:04 WIB.
Pasien melaporkan tidak Klien menyatakan tidak memliki
Riwayat Penyakit
punya riwayat penyakit yang di riwayat penyakit sebelumnya
Dahulu
derita sebelumnya
Klien menyatakan Keluarga bilang tidak ada yang
Riwayat Penyakit
keluarganya tidak ada yang punya penyakit gampang menular
Keluarga
punya penyakit menular dikeluarga
Klien bilang tidak punya alergi Klien mengatakan tidak memiliki
Riwayat Alergi terhadap apapun alergi apapun terhadap makanan,
debu, obat
Sumber : Klien, Keluarga dan Rekam Medis (2021)

3. Pola Kesehatan Nyaman Nyeri


Tabel 3 Perubahan Pola Kesehatan Nyaman Nyeri Klien Post Apendiktomi
Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2
Kenyamanan dan Nyeri Sebelum Sakit: Sebelum Sakit:
P:nyeri semakin parah bila P:saat di buat untuk bergerak atau
dibuat untuk bergerak aktivitas
Q:nyeri terasa tajam Q: seperti diremas-remas secara
R: perut tembus hingga ke kuat
punggung R: perut bagian kiri
S: 7 S:7
T: nyeri terasa terus T: rasanya hilang timbul
menerus Masalah keperawatan: nyeri akut
Masalah keperawatan:
nyeri akut
Saat Sakit : Saat Sakit :
P: Nyeri terasa saat berubah P: bila bergerak nyerinya terasa
posisi kuat
Q: ditusuk-tusuk Q: seperti tertusuk-tusuk
R: abdomen bagian bawah R: Perut bawah umbilikus (luka
kanan(luka post op) post op)

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 12


8
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

S: 6 S: 5
T: Hilang timbul T: Tiba-tiba/ hilang timbul
- Klien memiliki reflek - Klien enggan untuk gerak karena
memegang perut saat takut rasa nyeri kambuh
bergerak karena takut jahitan Masalah keperawatan:
lukanya lepas nyeri akut
Masalah keperawatan:
nyeri akut
Sumber: Klien, Keluarga dan Rekam Medis (2021)

4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Fisik Abdomen Klien Post Apendiktomi
No Observation Klien 1 Klien 2
1 K/U Lemah Lemah
2 Tingkat sadar Composmentis Composmentis
Glasgow Coma Scale E4,V5,M6 E4,V5,M6
(GCS)
3 TTV:
1. Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
2. Nadi 89x/menit 92x/menit
3. Suhu tubuh 37,2°C 36,8°C
4. Respiratory Rate 20 x/menit 20 x/menit
5 Berat badan 59 kg 57 kg
6 Tinggi badan 166 cm 161 cm
7 Abdomen
Inspeksi:
1. Bentuknya perut Rata Datar
2. Ada benjolan/tidak Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan

3. Ada luka/tidak Terdapat luka post op Terdapat luka post op


sepanjang 10 cm (dengan 8 sepanjang 10 cm (dengan 7
jahitan) jahitan)
4. Bila ada luka apakah ada -Tidak ada pembekakan -Tidak ada benjolan
tanda-tanda infeksi -Tidak ada rasa panas pada /bengkak pada daerah luka
daerah luka -Tidak ada rasa panas pada
- Luka terlihat bewarna daerah luka
kemerahan - Pada area luka terlihat
- Nyeri pada luka bewarna kemerahan
-Klien masih belum bisa -Luka pasca bedah terasa
duduk dan bergerak bebas nyeri
-Klien masih belum bisa
duduk dan bergerak karena
nyeri

Palpasi:
1. Perbesaran hati Hepar tidak membesar Tidak ada pembesaran hati

2. Perbesaran lien Tidak ada pembesaran lien Tidak ada pembesaran lien
3. Tekanan nyeri Ada nyeri di titik MC.Burney Terdapat sakit di
MC.Burney

Perkusi
1. Ada asites/tidak Tidak ada asites Asites tidak ada
Auskultasi:
1. Peristaltik usus -Peristaltik usus 5x/menit -Peristaltik usus
Terdengar lambat 8x/menit
Terdengar lambat

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 12


9
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

No Observation Klien 1 Klien 2


2. Suara abdomen -Suara abdomen tympani -Suara abdomen tympani
Sumber: Klien (2021)

Diagnosa Keperawatan 3) Anjuran membuat postur yang


Diagnosis keperawatan pada post nyaman. 4) Rekomendasikan klien
operasi Appendiktomi klien 1 dan klien merasakan sensasi relaksasi. 5)
2 yang ditemukan saat pengkajian Direkomendasikan untuk bersantai dan
antara lain: nyeri akut berkaitan dengan merasakan perasaan rileks. 6) Dorong
agen pencidera fisik, risiko infeksi klien untuk melakukan pengulangan
berhubungan dengan efek prosedur teknik yang sering dipakai. 7)
invasive. Peragakan dan praktikkan teknik
relaksasi (seperti pernapasan dalam,
Intervensi Keperawatan genggaman jari). Kolaborasi: 1)
Rencana asuhan keperawatan Kolaborasi dengan tim medis dalam
klien 1 dan klien 2 mengalami Post pemberian analgesik (Tim Pokja SDKI
Operasi Appendiktomi dengan DPP PPNI 2017).
diagnosa keperawatan nyeri akut, maka
penulis melakukan perencanaan Implementasi Keperawatan
dengan tujuan, kriteria hasil, dan Implementasi yang diberikan
intervensi pada diagnosa tersebut. kepada klien 1 dan klien 2 sesuai
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan intervensi keperawatan. Dan
selama 10 jam diinginkan perasaan memberikan terapi relaksasi nafas
nyeri berkurang dengan kriteria sebagai dalam, relaksasi genggam jari selama 3
berikut: Penurunan mengeluh nyeri, hari berturut-turut Terapi tersebut
muka masam berkurang, penurunan dilakukan pada pagi dan sore hari.
gelisah, sikap melindungi diri menurun, Relaksasi nafas dalam dilakukan
penurunan rasa grogi. Perencanaan sebanyak 5 siklus selama 15 menit
yang dilakukan adalah Observasi : 1) dengan jeda 1 menit. Sedangkan
Identifikasi gejala energy menurun, relaksasi genggam jari dilakukan
tidak mampu fokus, atau manidestasi selama 10 menit, masing-masing jari
lain yang bisa mengganggu proses digenggam selama 2 menit, dan
berfikir. 2) Tanyakan metode relaksasi dilakukan selama 3 hari bertutut turut.
yang dulu dipakai. 3) Memeriksa
ketegangan otot, denyut jantung, tensi, Evaluasi Keperawatan
dan suhu tubuh sebelum dan sesudah Hasil dari evaluasi keperawatan pada
melakukan intervensi. Terapeutik : 1) klien post operasi appendiktomi adalah:
Membuat lingkungan nyaman serta Klien 1 Evaluasi: selesai
kenakan baju yang besar. 2) Pakai diberikan tindakan keperawatan 10 jam
suara yang lembut dan ketukan lamban. masalah nyeri akut teratasi sebagian
3) Memakai relaksasi untuk rencana ditandai dengan data subyektif: klien
dukungan dari analgetik. Edukasi : 1) mengatakan nyeri pada luka operasi
Menjelaskan manfaat, tujuan, mulai berkurang, data obyektif
keterbatasan, dan jenis-jenis relaksasi Kesadaran: Composmentis,
yang dipakai (misalnya relaksasi nafas GCS:E4,V5,M,6, TD: 120/70 mmHg, N:
dalam, relaksasi genggam jari). 2) 87x/menit, S: 36,9°C, RR: 20x/menit,
Menjelaskan dengan intens wajah pasien tampak rileks, luka post
perencanaan yanga akan dilaksanakan. op sedikit kering, pengkajian PQRST: P:

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 13


0
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

Nyeri saat dibuat untuk bergerak, Q: bagian kanan bawah, hal ini terjadi
seperti dicubit, R: Perut region kanan karena letak anatomi appendiks yang
bawah, S:3, T: Hilang timbul. terinfeksi terletak pada perut kuadran
Klien 2 Evaluasi: selesai kanan bawah (Hidayat 2020).
pemberian tindakan selama 10 jam
masalah nyeri akut teratasi sebagian Klien 1 mengeluh nyeri perut
ditandai dengan data subyektif: klien disertai demam tinggi dan muntah
mengatakan nyeri pada luka operasi sebanyak 2 kali, dan klien ke 2
mulai berkurang, dan data obyektif: mengeluh nyeri perut bagian kiri,
Kesadaran: Composmentis, demam dan muntah sebanyak 3x, klien
GCS:E4,V5,M,6, TD: 120/80 mmHg, N: sempat kejang selama 4 menit,
90x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit, keesokan harinya klien muntah
wajah klien tampak rileks, luka post op sebanyak 5x dan kejang terulang
sedikit kering, P: Nyeri saat bergerak, Q: selama 3 menit . Secara teori
Seperti dicubit, R: Perut bagian tengah/ manifestasi pada klien appendisitis
bawah umbilikus, S:3, T: Hilang timbul. adalah adanya nyeri pada perut regio
Intervensi dihentikan pada hari ketiga bawah kanan, peningkatan suhu tubuh,
karena klien dipindahkan ke ruangan nausea, vomitting, titik MC.Burney
bima. terasa nyeri saat ditekan, penurunan
nafsu makan, gangguan fekal (Hidayat
PEMBAHASAN 2020). Didukung saat melakukan
Data yang didapat saat mengkaji pengkajian pola kesehatan rasa
pasien 1 usianya 17 tahun serta klien ke nyaman klien 1 dan klien 2 data yang
2 usianya 15 tahun, keduanya berjenis didapat persamaan keluhan yaitu
kelamin laki-laki, dan keduanya adalah keluhan nyeri perut bagian luka pasca
seorang pelajar Sekolah Menengan bedah. Menurut (Luthfia, 2017) nyeri
Atas (SMA). Secara teori Appendisitis yang timbul pada post operasi
adalah peradangan yang terjadi pada appendiktomi dikarenakan robeknya
appendik vermiformis, sebagian besar jaringan tubuh akibat benda tajam yang
disebabkan oleh tersumbatnya membuat kerusakan atau terputusnya
appendiks oleh tinja yang mengeras ujung saraf. Pendapat peneliti pada
(fekalit). Semua gender bisa terjangkit pengkajian menjumpai persamaan di
appendicitis baik perempuan maupun pola kenyamanan dan nyeri pada
laki-laki, namun penyakit ini sering keduanya, yaitu keduanya mengatakan
menjangkit pria berusia 10-30 tahun luka operasinya diperut terasa sakit.
(Wedjo 2019). Hal ini berkaitan dengan Masalah ini akan muncul disebabkan
aktifitas pria yang lebih sering adanya insisi pada proses pembedahan
dibandingkan wanita, dengan yang mengakibatkan kerusakan
banyaknya pergerakan, tinja lebih intergritas jaringan.
mudah untuk masuk kedalam appendik Pelaksanaan asuhan
dan menyumbat appendik sehingga keperawatan antara kedua klien
terjadi peradangan (Rahmawati 2017). dilakukan di ruang yang beda subjek
Selanjutnya data yang didapat pertama dilakukan di HCU Yudistira
dari pengkajian klien 1 mengelukan barat pada tanggal 24 sd 26 September
nyeri pada perut, dan klien 2 mengeluh 2021. Subjek kedua berada di HCU
nyeri pada perut bagian kiri bawah. Yuditira timur mulai tanggal 11 hingga
Secara teori keluhan utama yang di 13 Oktober 2021. Pelaksanaan
rasakan klien biasanya nyeri perut dilakukan menggunakan dasar

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 13


1
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

intervensi dan menyesuaikan dengan Sedangkan Finger hold adalah


masalah keperawatan yang jenis metode berfungsi untuk
diidentifikasi oleh klien. mengurangi rasa nyeri. Relaksasi ini
Implementasi yang diberikan adalah salah satu pendamping dari
kepada klien 1 dan klien 2 sesuai terapi obat-obatan memiliki tujuan
intervensi keperawatan. Dan menyempurnakan efek dari obat
memberikan terapi relaksasi nafas analgesik sebagai pengurang rasa
dalam, relaksasi genggam jari selama 3 nyeri (Hayat, Ernawati, and Ariyanti
hari berturut-turut Terapi tersebut 2020). Teknik ini merupakan salah satu
dilakukan pada pagi dan sore hari. teknik relaksasi yang menggunakan
Relaksasi nafas dalam dilakukan jari-jari dan energy yang berada pada
sebanyak 5 siklus selama 15 menit tubuh. Relaksasi ini dapat
dengan jeda 1 menit. Sedangkan memproduksi sebuah impuls dan
relaksasi genggam jari dilakukan dikirimkan lewat serabut saraf aferen
selama 10 menit, masing-masing jari non-nosiseptor. Serabut saraf non-
digenggam selama 2 menit, dan nosiseptor tadi dapat membuat pintu
dilakukan selama 3 hari bertutut turut. menutup sehingga stimulus yang
Hasil evaluasi keperawatan klien 1 dan berada di cortex cerebri terhambat
klien 2 semua masalah teratasi akibat counter stimulasi mengenggam
sebagian pada hari ketiga. Pada klien 1 jari dan relaksasi. Sehingga perasaan
diagnosa 1 yaitu nyeri akut sakit mengalami modulasi disebabkan
berhubungan dengan agen pencedera adanya stimulasi dari genggam jari
fisik. yang lebih dahulu (Wahyu Widodo, Neli
Relaksasi.pernapasan adalah Qoniah 2020).
bentuk dari asuhan keperawatan, Kombinasi dua intervensi yaitu
dalam melakukan relaksasi perawat pemberian relaksasi pernapasan dan
akan mengajari, melakukan demo genggaman jari bisa lebih optimal
bagaimana untuk menarik nafas secara dalam mengatasi masalah nyeri akut.
lambat dan dalam (menahan nafas Sehingga intervensi ini dapat menjadi
secara maximal) dan mengeluarkan rekomendasi kepada klien pasca bedah
nafas secara perlahan (Utomo, Julianto, apendiktomi dengan masalah nyeri akut.
and Puspasari 2020). Metode
pernapasan membuat tubuh
melepaskan enkelaktin dan endorfin. KESIMPULAN
Hormone endophin adalah substansi Dari hasil penelitian yang
jenis morfin memiliki manfaat untuk dilakukan pada subyek 1 dan 2 post
menghambat perpindahan rasa nyeri. operasi appendiktomi didapatkan
Ketika neuron nyeri perifer kesimpulan hasil pengkajian yang telah
menyampaikan signal kepada sinaps, dilakukan berupa data umum maupun
kejadian sinapsis dengan neuron khusus mengarahkan pada diagnosa
perifer dan neuron yang pergi ke keparawatan adalah nyeri akut
hipotalamus area yang harusnya berkaitan dengan agen pencidera fisik,
substansi P akan memproduksi inpuls. risiko infeksi berhubungan dengan efek
Ketika, endorpin akan memblok prosedur invasive. Pelaksanaan
pelepasan substansi P dari neuron asuhan keperawatan antara kedua
sensorik akibatnya berkurangnya klien dilakukan di ruang yang beda
perasaan nyeri (Utami 2014). subjek pertama dilakukan di HCU
Yudistira barat pada tanggal 24 sd 26
September 2021. Subjek kedua berada

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 13


2
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

di HCU Yuditira timur mulai tanggal 11 Chemical Information and


hingga 13 Oktober 2021. Pelaksanaan Modeling 53 (9): 11-15p.
dilakukan menggunakan dasar
intervensi dan menyesuaikan dengan Hasaini, Asni. 2020. “Efektifitas
masalah keperawatan yang Relaksasi Genggam Jari Terhadap
diidentifikasi oleh klien. Implementasi Penurunan Nyeri Pada Pasien
yang diberikan kepada klien 1 dan klien Post Op Appendiktomi Di Ruang
2 sesuai intervensi keperawatan. Dan Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu
memberikan terapi relaksasi nafas Zalecha Martapura Tahun 2019.”
Dinamika Kesehatan Jurnal
dalam, relaksasi genggam jari selama 3
Kebidanan Dan Keperawatan 10
hari berturut-turut Terapi tersebut
dilakukan pada pagi dan sore hari. (1): 76–90.
Relaksasi nafas dalam dilakukan https://doi.org/10.33859/dksm.v10i
sebanyak 5 siklus selama 15 menit 1.394.
dengan jeda 1 menit. Sedangkan Hayat, Abdul, Ernawati Ernawati, and
relaksasi genggam jari dilakukan Maelina Ariyanti. 2020. “Pengaruh
selama 10 menit, masing-masing jari Tehnik Relaksasi Genggam Jari
digenggam selama 2 menit, dan Terhadap Penurunan Skala Nyeri
dilakukan selama 3 hari bertutut turut. Pada Pasien Post Appendictomydi
Hasil evaluasi keperawatan klien 1 dan Ruang Irna Iii Rsud P3 Gerung
klien 2 semua masalah teratasi Lombok Barat.” Malahayati
sebagian pada hari ketiga. Nursing Journal 2 (1): 188–200.

SARAN Hidayat, Erwin. 2020. Asuhan


Intervensi berdasarkan evidence based Keperawatan Pada Klien Dengan
nursing yaitu menggunakan terapi Appendicitis Yang Di Rawat Di
nonfarmakologi yaitu relaksasi nafas Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
dalam dan relaksasi genggam jari dapat Kesehatan.
digunakan sebagai alternatif untuk http://repository.poltekkes-
mengatasi nyeri akut pada klien post kaltim.ac.id/id/eprint/1066.
operasi apendiktomi. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017.
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Cetakan 1. DPP PPNI.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018.
Calisanie, Nyayu Nina Putri, and Anisa Standar Intervensi Keperawatan
Nur Ratnasari. 2021. “The Indonesia. DPP PPNI.
Effectiveness of the Finger Grip
Relaxation Technique to Reduce PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019.
Pain Intensity in Post- Standar Luaran Keperawatan
Appendectomy Patients: A Indonesia. Cetakan 1.
Literature Review.” KnE Life Rahmawati, Luthfiana. 2017.
Sciences 2021: 753–57. “Penerapan Teknik Relaksasi
https://doi.org/10.18502/kls.v6i1.8 Nafas Dalam Pada Pasien Post
751. Operasi Apendiktomi Dengan
Cavenett. 2018. “Mekanisme Koping Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Dan Relaksasi Nafas Dalam Post Rasa Aman Nyaman Di Rsud
Operasi Apendiktomi.” Journal of Sleman” 2 (4): 44–61.

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 13


3
Shelfi Dwi Retnani Putri Santoso, Veranica Dwi Agustin, Suci Nurjanah : Penerapan Intervensi
Berdasarkan Evidence Based Nursing: Nafas Dalam Dan Genggam Jari Pada Nyeri Post Appendidtomy

Setyaningrum, Wahyuni Adi. 2013. Nafas Dalam Menurunkan


“Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Intensitas Nyeri Pada Pasien
Dengan Post Operasi Appendicitis Di Rsud Wates.”
Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Nursing Science Journal (NSJ) 1
Dahlia RSUD Banyudono.” Naskah (1): 25–28.
Publikasi, 16. https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.1
7.
Sulung, Neila, and Sarah Dian Rani.
2017. “Teknik Relaksasi Genggam Wati, Fitria, and Ernawati Ernawati.
Jari Terhadap Intensitas Nyeri 2020. “Penurunan Skala Nyeri
Pada Pasien Post Appendiktomi.” Pasien Post-Op Appendictomy
Jurnal Endurance 2 (3): 397. Mengunakan Teknik Relaksasi
https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2 Genggam Jari.” Ners Muda 1 (3):
404. 200.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6
Syahriani. 2020. Di Puskesmas Bungo I 232.
Oleh : Pebri Syahriani , S . Kep Di
Puskesmas Bungo I Oleh : Pebri Wedjo, Musa Aditio Mangngi. 2019.
Syahriani , S . Kep. Asuhan Keperawatan Pada An. R.
L Dengan Apendisitis Dalam
Utami, Sri. 2014. “Pemberian Teknik Pemenuhan Kebutuhan Aman
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyaman Di Wilayah RSUD Prof. Dr.
Penurunan Tingkat Nyeri Pada W. Z. Johannes Kupang. Journal of
Asuhan Keperawatan Ny. S Chemical Information and
Dengan Post Operasi Apendiktomi Modeling. Vol. 53.
Di Ruang Kanthil Rsud
Karanganyar.” Journal of Nursing Wiji, Puspita. 2020. “Asuhan
and Health 3 (2): 23–42. Keperawatan Pada Post
Appendiktomi H+1 Dengan Fokus
Utomo, Candra Setyo, Eko Julianto, Studi Pengelolaan Nyeri Akut Di
and Fida Dyah Puspasari. 2020. Ruang Cempaka Rsud Sunan
“Penerapan Teknik Relaksasi Kalijaga Demak.”
Nafas Dalam Guna Menurunkan http://123.231.148.147:8908/index
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post .php?p=show_detail&id=21458&k
Apendiktomi Di Rumah Sakit eywords=.
Umum Daerah Dr.R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.” Yusrizal, Zarni Zamzahar, and Eliza
Journal of Nursing and Health 5 (2): Anas. 2012. “Pengaruh Teknik
84–94. Relaksasi Nafas Dalam Dan
https://doi.org/10.52488/jnh.v5i2.1 Masase Terhadap Penurunan
21. Skala Nyeri Pasien Pasca.” Ners
Jurnal Keperawatan 8 (2): 138–46.
Wahyu Widodo, Neli Qoniah. 2020.
“Penerapan Teknik Relaksasi

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 13


4
Vol. 1 No. 2 Hal. 125-135

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST-OP APENDIKSITIS
: STUDI KASUS

Ria Febriyani 1*, Lena Laelasari1


1
Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Apendisitis adalah infeksi yang paling sering menyerang
Diterima : 5 Mei 2023 pendiks vermiformis yaitu usus yang bentuknya seperti
Direvisi : 4 Juni 2023 tabung dan mirip seperti umbai cacing yang posisinya
Terbit : 23 Agustus 2023 terletak di perut kanan bawah. Pada pasien yang
apendisitis ini, mereka akan mengalami nyeri, salah
Kata kunci satu Tindakan non farmakologis untuk mengatasi nyeri
Apendiksitis, Nyeri, Relaksasi yaitu dengan melakukan Teknik relaksasi nafas dalam.
Nafas Dalam Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
Teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri
Kontak Penulis pada pasien post-0p apendiksitis. Metode Penelitian ini
Phone: (+62)81210860019 menggunakan metode studi literature riview dengan
E-mail: menggunakan sumber literature yang berbentuk artikel
riafebriani134@gmail.com ilmiah yang sudah terpublikasi dan melakukan pencarian
menggunakan google scholar dari tahuun 2013-2023.
Hasil Penelitian ini menunjukan Ada pengaruh
pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap nyeri
post-op apendisitis. Kesimpulannya adalah Relaksasi
nafas dalam adalah salah satu Teknik non-farmakologi
yang dapat digunakan untuk mengatasai nyeri post-op
pasien Apendiksitis yang mudah diaplikasikan.

PENDAHULUAN (WHO, 2010) yang dikutip oleh


Apendiksitis adalah suatu kondisi Naulibasa (2011), jumlah orang yang
yang menyebabkan infeksi umbai meninggal akibat pendiksitis setiap
cacing. Dalam beberapa kasus ringan tahunnya adalah 21.000 jiwa, dengan
dapat sembuh tanpa komplikasi, namun jumlah penduduk perempuan jauh lebih
banyak kasus memerlukan laparoskopi banyak dibandingkan laki-laki. Sekitar
dengan mencoba mengobati umbai 12.000 jiwa korbannya adalah laki-laki,
cacing yang terinfeksi. Jika kondisi ini dan sekitar 10.000 jiwa korbannya
tidak segera ditangani, bisa berakibat adalah perempuan. Setiap tahun, ada
fatal (Kowalak, 2011). 70.000 kasus radang usus buntu di
Angka kejadian apendiksitis cukup Amerika. Di Amerika, terdapat antara 1
banyak terjadi di seluruh dunia. dan 2 kasus apendisitis per 10.000
Menurut World Health Organization anak setiap tahun antara usia kelahiran

125
dan 4 tahun. Di Amerika, sekarang pernapasan diafragma efektif dalam
terdapat lebih dari 25 kasus mengurangi nyeri setelah
apendiksitis per 10.000 anak di bawah operasi(Brunner & Suddart, 2001).
usia 10 tahun setiap tahunnya. Menurut Saat melakukan operasi
statistik, ada 1,1 kasus per 1000 orang appendiktomi, pasien biasanya
per tahun di Amerika. merasakan nyeri di awal prosedur, yang
Menurut Stefanus Satrio (2009), akan menurun seiring berjalannya
radang usus buntu yang cukup umum waktu dan berakhir setelah mendapat
di Indonesia adalah kondisi yang perawatan dan observasi. Numerical
berkembang setelah dispepsia, Rating Scale (NRS) yang sering
gastritis, duodenitis, dan kondisi sistem digunakan untuk mengukur tingkat
pencernaan lainnya. Di Indonesia, nyeri. Nyeri diekspresikan seolah-olah
apendisitis saat ini merupakan diberikan dalam skala satu sampai
penunjang yang paling banyak sepuluh. Nyeri akan berlokasi di
digunakan untuk pas operasi setiap wilayah operasional dan akan terus
tahunnya. Hasil dari Rs. gatot Soebroto, beroperasi selama beberapa hari
Jakarta, tahun 2006 karena seringnya (Bararah & Jauhar, 2013).
serts akibat makanan mahal dan tidak Menurut temuan penelitian yang
sehat (Depkes RI, 2007). Menurut dilakukan oleh Roykulcharoen (2014),
Sutanto, 2004 Cit Novarizki 2009, keuntungan mempelajari teknik
setelah dilaksanakan tindakan operasi relaksasi adalah lebih mudah
pasien mengalami hal yang tidak diterapkan daripada teknik lain dan
menyenangkan dikarenakan nyeri yang tidak memiliki efek samping yang
sangat hebat. nyata.
Metode pengobatan non- Tujuan dari artikel ini adalah untuk
farmakologi umumnya memiliki risiko memberikan beberapa solusi sederhana
kecil . Meskipun tindakan tersebut tidak namun efektif pada pasien apendiksitis
dimaksudkan sebagai pengganti untuk mengurangi intensitas nyeri
pengobatan, namun mungkin perlu dengan relaksasi nafas dalam.
untuk mempersingkat durasi nyeri yang
hanya berlangsung beberapa hari atau METODE
jam (Smeltzer and Bare, 2002). Di Studi kepustakaan ini dilakukan
antara metode non-farmakologi untuk dengan cara menyusun dan
mengatasi nyeri, seperti TENS menganalisis artikel-artikel yang
(Transcutaneous Electric Nerve berkaitan dengan pertanyaan dan
Stimulation), biofeedback, placebo, dan tujuan penelitian. Studi saat ini
distraksi, teknik relaksasi adalah satu- menggunakan ringkasan literatur
satunya. Dengan menggunakan suatu berbasis jurnal, khususnya artikel-
teknik komunikasi, manajemen nyeri artikel yang telah diterbitkan antara
merupakan kekuatan eksternal yang tahun 2013 sampai 2023 yang menjadi
melemahkan respons internal kesimpulan studi atau karya ilmiah
seseorang terhadap nyeri. Menurut sebelumnya. Penelitian kali ini
Brunner & Suddart, 2001 menyebutkan merupakan penelitian berbasis naratif
bahwa beberapa penelitian telah dengan topik pengaruh Teknik relaksasi
menunjukkan bahwa mengatur sistem nafas dalam terhdap penurunan nyeri
saraf dengan kombinasi imajinasi pada pasien post-op apendiksitis.
terbimbing, meditasi, dan latihan Metode penelitian dilakukan dengan

126
menggunakan beberapa database
elektronik, seperti Google Scholar dan
pencarian istilah Relaksasi nafas dalam,
Appendiktomi, dan Nyeri. Sisanya 42
artikel penelitian dilakukan review, dan
20 artikel diprioritaskan karena
memiliki relevansi yang baik dengan
topik atau masalah yang diangkat oleh
penelitian. Kemudian, penulis memkecil
daftar menjadi 8 artikel prioritas yang
digunakan sebagai artikel untuk
dianalisis.

HASIL

Tabel 1

No Peneliti Tahun Vol Judul Metode Hasil Databa


se

1 Wahyu 2020 Vol. Penerapan D: desain Hasil penelitian pada pre Google
Widodo, 1, Teknik penelitian ini operatif sebelum dan scholar
Neli No. Relaksasi adalah sesudah dilakukan
Qoniah 1 Nafas Dalam relaksasi nafas dalam. https://d
deskriptif,
Untuk Pada Tn S sebelum oi.org/10
Menurunkan dalam bentuk dilakukan tindakan .53510/n
Intensitas studi kasus keperawatan skala nyeri js.v1i1.1
Nyeri Pada S: dua orang yang dirasakan yaitu 4 7
Pasien klien yang dan setelah diberikan
Apendisitis di mengalami relaksasi nafas dalam
RSUD Wates apendisitis nyeri berkurang menjadi
skala 3. Sedangkan pada
V: variable
Tn W sebelum dilakukan
independent Tindakan relaksasi nafas
dalam dalam nyeri yang terasa
penelitian ini yaitu 3 dan setelah
adalah relaksasi dilakukan tindakan
nafas keperawatan nyeri
dalamsedangka berkurang menjadi skala
2. Pada post operasi
n variable
pada Tn S sebelum
dependennya dilakukan tindakan
adalah nyeri relaksasi nafas dalam
post-op skala nyeri yang
I: instrument dirasakan yaitu 6 dengan
penelitian yang rasa seperti tersengat
dan waktu hilang atau
digunakan
timbul. Setelah dilakukan
dalam relaksasi nafas dalam
penelitian ini skala nyeriyang
yaitu SOP dirasakan yaitu menjadi
(Standard 3 terasa masih cenut-
Operating cenut dan waktu hilang
Procedure) atau timbul. Sedangkan
pada Tn W sebelum
pemberian
dilakukan tindakan
Teknik relaksasi relaksasi nafas dalam
127
nafas dalam skala nyeri yang
A: analisa data dirasakan yaitu 5 terasa
dalam cenut-cenut dan waktu
hilang atau timbul.
penelitian ini
Setelah dilakukan
dilakukan relaksasi nafas dalam
melalui 3 skala nyeri yang
tahapan yaitu dirasakan yaitu menjadi
Observasi, Hasil 2 terasa masih
pengukuran cenutcenut dan waktu
Post test dan hilang atau timbul
waktu.
2 Fauziah 2022 Vol. Efektifitas D : Desain Hasil penelitian Google
Botutihe, 4 Penerapan penelitian ini menunjukan pasien Scholar
Dwi Esti No. Teknik adalah Quasi mengalami penurunan
Handaya 2 Relaksasi Eksperiental intensitas nyeri setelah https://
ni, Nafas dengan diberikan intervensi baik doi.org/
Aswan DalamTerha rancangan relaksasi nafas dalam. 10.4425
dap penelitian two Dalam penelitian ini /garuda
Intensitas group peneliti menggunakan .v4i2.26
Nyeri Pada comparison durasi 2
Pasien Post pretest-posttest intervensi selama 15
Op desain menit, pada menit
Appendicitis ke 15 kedua pasien
S : dua orang mengatakan sudah
klien yang merasa lebih baik dan
rasa nyeri hilang.
mengalami
Penurunan nyeri pada
apendisitis. masing-masing pasien
V: variabel berada pada durasi dan
independent tingkat nyeri yang
dalam berbeda-beda.
penelitian ini Berdasarkan nilai t
hitung relaksasi nafas
adalah
dalam yaitu 16,672 dan
penerapan
nilai p = 0,000.Nilai t
relaksasi nafas hitung dari masing-
dalam, masing intervensi > t
sedangkan tabel = 1,761, begitu
variable pula nilai p < nilai α =
dependennya 0,05, yang berarti ada
perbedaan yang
adalah
signifikan antara
intensitas nyeri intensitas nyeri postop
post-op apendisitis sebelum dan
I: instrument sesudah intervensi.
penelitian yang
digunakan
dalam
penelitian ini
yaitu SOP
(Standard
Operating
Procedure)
pemberian
Teknik relaksasi
nafas dalam
A: analisa data
dalam
penelitian ini
dilakukan
melalui 3
tahapan yaitu

128
Observasi, Hasil
pengukuran
Post test dan
waktu.
3 Pipin 2013 - Pengaruh D : Desain Berdasarkan Hasil uji Google
Yunus Pemberian penelitian yang analisa data dengan Scholar
Teknik digunakan menggunakan uji
Relaksasi adalah statistic t paired test http://d
Nafas penelitian Dengan bantuan x.doi.or
dalamTerhad deskriptif quasi- komputer, dimana nilai α g/10.31
ap eksperimental ≤ 0,05, didapatkan nilai 314/zijk
Penurunan design dengan signifikansi p = 0,003. .v2i1.11
Intensitas one grup Karena nilai p < α (0,003 35
Nyeri Pada pretest- < 0,05), maka Ho
Pasien Post posttest, test ditolak. Hal ini
Operasi tanpa adanya menunjukkan bahwa
Apedikttomi kelompok pemberian tehnik
Hari Pertama pembanding relaksasi nafas
Diruang (control). berpengaruh terhadap
Bedah BLUD penurunan Tingkat Nyeri
RSU Dr.M.M S : adalah pada pasien Post Operasi
Dundo seluruh pasien Apendiktomi hari
limboto pasca operasi Pertama di Ruang Bedah
Kabupaten apendikttomi BLUD RSU Dr.M.M Dunda
Gorontalo hari pertama Limboto
tahun 2013 dengan jumlah
pasien 15
orrang.
V : Variabel
independent
pada penelitian
ini yaitu
penurunan
intensitas
tingkat pada
pasien post
operasi
apendikttomi
hari pertama
sebelum
diberikan
Teknik relaksasi
nafas dalam,
sedangkan
variable
dependennya
adalah
penurunan
respon nyeri
pada pasien
post operasi
hari pertama
sesudah
diberikan
Teknik relaksasi
nafas dalam.
I: instrument
penelitian yang
digunakan
dalam
penelitian ini
yaitu SOP
(Standard
Operating

129
Procedure)
pemberian
Teknik relaksasi
nafas dalam
A : analisis nya
univariat
menggunakan
distribusi
frekuensi,
analisis
hubungan antar
variable bivariat
untuk analisis
statistic
menggunakan
uji chi-square
test.

4 Andi 2023 Vol. Efektifitas D: Desain Hasil penelitian ini Google


Akifa 1 Teknik penelitian ini setelah dilakukan teknik Scholar
Sudirma No. Relaksasi merupakan relaksasi napas dalam
n, Fadli 2 Nafas Dalam pree mayoritas skala nyeri. https://
Syamsud Terhadap eksperiment pasien appendisitis doi.org/
din, Penurunan dengan termasuk dalam kategori 10.5560
Syahrain Skala Nyeri pendekatan one sedang yaitu sebanyak 7 6/detect
S. Kasim Pada Pasien grup pre-post pasien (70.0%) dan or.v1i2.
Apendicitis test desain. kategori ringan 3 orang 1368
Di IRD RSUD S : Sebanyak (30.0%). Hasil
Otanaha 10 responden perhitungan statistik
Kota V : Variabel menggunakan paired
Gorontalo independent sampel t test, diperoleh
dalam nilai signifikansi sebesar
penelitian ini 0,000 < 0,05. Sehingga
yaitu Teknik dapat disimpulkan bahwa
relaksai nafas tekhnik relaksasi napas
dalam, efektif dalam
sedangkan menurunkan menurunan
variable Skala Nyeri Pada Pasien
dependennya Appendisitis di IRD RSUD
yaitu Otanaha Kota Gorontalo.
penurunan Maka disarankan perawat
skala nyeri agar lebih maksimal
pasien dalam mengajarkan
Apendicitis. teknik relaksasi napas
I : instrument dalam untuk mengurangi
penelitian yang nyeri yang dialami
digunakan pasien.
dalam
penelitian ini
yaitu SOP
(Standard
Operating
Procedure)
pemberian
Teknik relaksasi
nafas dalam
A : Analisa data
dalam
penelitian ini
menggunakan
univariat dan

130
bivariat.
5 Henni 2023 Vol. Pengaruh D: Design Hasil penelitian Google
Febriyaw 11 Pemberian penelitian ini menunjukkah bahwa dari Scholar
ati, Weti, No. Teknik adalah Pre 15 orang terdapat 1
Wulan 01 Relaksasi orang (6,6%) yang https://
eksperimental
Anggrain Nafas Dalam mengalamai nyeri ringan, doi.org/
i, Marifje Terhadap menggunakan 9 orang (60 %) yang 10.3608
Rombe, Penurunan dhe one group mengalami nyeri sedang 5/jkmb.
Yesi Intensitas pre dan post dan 5 orang (33,4%) v11i1.4
Hidayant Nyeri Pada test yang mengalami nyeri 914
i Paien Pos S: berjumlah 15 berat. Rata-rata tingkat
Operasi orang nyeri sebelum tehnik
Appendisitis relaksasi nafas dalam
V: variable
di RSUD 5,78 dengan standar
DR.N. Yunus independent deviasi 1.246. dan
Bengkulu adalah terdapat 9 orang (60 %)
pengaruh yang mengalamai nyeri
pemberian ringan, 6 orang (40,0 %)
Teknik relaksasi yang mengalami nyeri
nafas sedang dan 0 orang (0
%) yang mengalami
dalamsedangka
nyeri bera. Rata-rata
n variable tingkat nyeri sesudah
dependen diberi tehnik relaksasi
adalah nafas dalam 3,20 dengan
intensitas nyeri standar deviasi 1.014.
pada pasien dan didapatkan hasil uji
statistik uji t didapatkan
post operasi
nilai p value = 0,000
appendicitis maka dapat disimpulkan
I: instrument ada pengaruh tehnik
berupa panduan relaksasi nafas dalam
standar terhadap penurunan
operasional nyeri pada pasien post
prosedur (SOP) operasi appendisitis di
RSUD Dr. M.Yunus
A: univariat dan
Bengkulu.
bivariat.
6 Parmasih 2021 Vol. Teknik D: Hasil penelitian ini Google
, Widya 1 Relaksasi menggunakan menunjukan setelah Scholar
Sari, No. Nafas Dalam metode dilakukan tehnik
Abdurras 2 Terhadap relaksasi nafas sehari 2 https://j
deskriptif
yid, Ita Penurunan kali selama 20-30 menit, ca.esau
Ari Astuti Nyeri Pada dengan yang dilakukan satu jam nggul.ac
Anak Post pendekatan sebelum pemberian .id/inde
Operasi proses analgetik, selama 3 hari x.php/jh
Appendiktom keperawatan berturut turut, dari ea/articl
i di Ruang dan berbasis ketiga anak post operasi e/view/
Alamanda apendiktomi terdapat 138
Evidence Based
RSUD penurunan skala nyeri.
Practice
Parakan Anak satu dari skala
S: pada 3 anak nyeri 4 turun menjadi
post operasi skala nyeri 2, Anak 2 dan
apendisitis 3 dari skala nyeri 5 turun
V: variable menjadi skala nyeri 3.
independe Dan dapat disimpulkan
adalah Teknik Intervensi tehnik
relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas
dapat diterapkan untuk
dalam dan pasien post operasi
variable lainnya, yang berfungsi
dependen untuk mengurangi rasa
penurunan sakit.
nyeri pada anak
post operasi

131
appendiktomi.
I: instrument
berupa panduan
standar
operasional
prosedur (SOP)
A:
menggunakan
wawancara,
observasi dan
pemeriksaan
fisik.
7 Arif 2023 Vol. Efektifitas D: quasi Berdasarkan hasil analisa Google
Hidayat, 15 Teknik eksperimen data yang diperoleh dari Scholar
Eka No. Relaksasi dengan pre test penelitian dapat
Diah, 1 Nafas Dalam disimpulkanTerjadi http://e
dan post test
Kartining dan Teknik penurunan nyeri sebelum journal.
rum, Ike Relaksasi one group (pre) dan sesudah (post) stikesm
Prafitas Genggam design pada kelompok intervensi ajapahit
Sari Jari terhadap S: 24 nafas dalam pada pasien .ac.id/in
penurunan responden post operasi apendisitis dex.php
nyeri pada V: variable di ruang Hayam Wuruk /MM/arti
pasien post RS.Sidowaras Bangsa. cle/view
independen
operasi Terjadi penurunan nyeri /904
adalah Teknik
apendiksitis sebelum (pre) dan
di rumah relaksasi nafas sesudah (post) pada
sakit dalam dan kelompok intervensi
Mojokerto variable genggam jari pada
dependen pasien post operasi
adalah apendisitis di ruang
Hayam Wuruk RS
penurunan
Sidowaras Bangsal.
nyeri pada
pasien post
operasi
apendiksitis
I: instrument
berupa panduan
standar
operasional
prosedur (SOP)
A: observasi
sebelum dan
sesudah
eksperimen.

8 Mayasya 2018 - Pengaruh D : Pelitian Pada penelitian ini Google


nti Dewi Teknik yang digunakan didapatkan hasil bahwa Scholar
Amir, Relaksasi dalam Terdapat Pengaruh
Poppi Nafas dalam Teknik Relaksasi Nafas http://e
penelitian ini
Nuraeni Terhadap Dalam Terhadap prints.p
Intensitas adalah Intensitas Nyeri Pada oltekkes
Nyeri Pada experiment Pasien Post jogja.ac
Pasien Post research. OperatifAppendictomy di .id/1983
Operasi S : Sampel Ruang Nyi Ageng Serang /
Apendiktomy dalam RSUD Sekarwangi
Ruang Nyi penelitian ini dengan p-value 0,000
ageng maka < 0,05 yang
sebanyak 17
Serang berarti HO ditolak.
RSUD orang.
Sekarwargi V : Variable
independent
132
pada penelitian
ini yaitu Teknik
realksasi nafas
dala, sedangkan
variable
devendennya
intensitas nyeri
pada pasien
post-op
I : Instrument
pada penelitian
ini yaitu
Standar
Operasional
Prosedur (SOP)
A : Analisis data
menggunakan
Analisis
univariat dan
bivariat

Nyeri akan memunculkan


PEMBAHASAN berbagai masalah fisik dan psikologis.
Penelitian ini difokuskan pada Berdasarkan penelitian Wahyu Widodo,
hasil penelitian dari delapan (8) artikel Neli Qoniah tahun 2020 menyatakan
yang didapatkan bahwa pengaruh bahwa tindakan Relaksasi nafas dalam
teknik relaksasi nafas dalam terhadap mampu mempengaruhi intensitas nyeri
intensitas nyeri pada pasien post pada pasien post-op Apendiksitis.
operasi appendictomy. Dengan Hasil yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan hasil pendataan sebelum dilakukan tindakan relaksasi
yang dilakukan peneliti sebelumnya nafas dalam skala nyeri 6 dan 5,
menyatakan bahwa intensitas nyeri setelah dilakukan tindakan skala nyeri
pada masing-masing responden pasca menjadi 3 dan 2. Yang menunjukan
operasi apendiktomi setiap tindakan hasil penelitian bahwa adanya
penyembuhan, termasuk tindakan usus penurunan skala nyeri sedang menjadi
buntu, akan memperparah kondisi skala nyeri ringan.
jaringan sekitar (luka). Sedangkan, berdasarkan
Adanya luka ini akan penelitian Andi Akifa Sudirman dkk
menimbulkan nyeri, yang disebabkan tahun 2023 menyebutkan bahwa nyeri
oleh luka jaringan yang menyebabkan berkurang sat diberikan intervensi
prostaglandin dan leukotriens Relaksasi nafas dalam dan didapatkan
merangsang susunan pusat saraf, serta hasil yang signifikan setelah dilakukan
ekstravasasi plasma dan bradikinin intervensi ini yang memperoleh hasil
menyebabkan edema dan merangsang sebesar 0,000< 0,05.
susunan pusat saraf, yang kemudian Yang menyatakan bahwa
akan diteruskan. ke sumsum tulang Relaksasi nafas dalam Efektif dalam
belakang untuk menimbulkan impuls menurunkan skala nyeri pada pasien
nyeri. post-op Apendiksitis. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan Pipin
Yunu tahun 2013 disebutkan bahwa
ada pengaruh Pemberian teknik
133
Relaksasi nafas dalam terhadap REFERENSI
penurunan skala nyeri pada pasien Amir, m. D., & nuraeni, p. (2018).
post-op apendiksitis dengan hasil Pengaruh teknik relaksasi nafas
menggunakan uji T dependent dalam terhadap intensitas nyeri
dilaporkan terlihat mean perbedaan pada pasien post operatif
antara pengukuran sebelum dan appendictomydi ruang nyi ageng
sesudah adalah 0,60 dengan standar serang rsud sekarwangi. Lentera:
deviasi 0,632. Nilai P value yang jurnal ilmiah kesehatan dan
didapat yaitu sebesar 0,003 oleh keperawatan, 3(1), 107-118.
karena p < 0,05. Widodo, w., & qoniah, n. (2020).
Sedangkan berdasarkan Penerapan teknik relaksasi nafas
penelitian Henni Febriawati tahun 2023 dalam menurunkan intensitas
menyatakan hasil penelitian nya yaitu nyeri pada pasien appendicitis di
5,87 dengan standar deviasi 1.246. rsud wates. Nursing science
Rata-rata tingkat nyeri sesudah diberi journal (nsj), 1(1), 25-28.
tehnik relaksasi napas dalam pada Sudirman, a. A., syamsuddin, f., &
pasien post operasi appendisitis adalah kasim, s. S. (2023). Efektifitas
3, 20 dengan standar deviasi 1.014. tekhnik relaksasi napas dalam
Hasil uji statistik didapatkan nilai p terhadap penurunan skala nyeri
value= 0,000 maka ada pengaruh pada pasien appendisitis di ird
teknik relaksasi napas dalam terhadap rsud otanaha kota gorontalo.
penurunan nyeri pada pasien post Detector: jurnal inovasi riset ilmu
operasi Apendiksitis. kesehatan, 1(2), 137-147.
Botutihe, f., & handayani, d. E. (2022).
KESIMPULAN Fektifitas penerapan tehnik
1. Terdapat 8 (delapan) artikel yang relaksasi napas dalam terhadap
memiliki relevansi dengan intensitas nyeri pada pasien post
implementasi Pengaruh Teknik op appendisitis. Garuda pelamonia
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap jurnal keperawatan, 4(2), 69-74.
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Febriawati, h., weti, w., angraini, w.,
Operatif Appendictomy. rombe, m., & hidayanti, y. (2023).
2. Terdapat Pengaruh Teknik Relaksasi Pengaruh pemberian teknik
Nafas Dalam Terhadap Intensitas relaksasi napas dalam terhadap
Nyeri Pada Pasien Post-Op penurunan intensitas nyeri pada
Appendictomy pasien post operasi appendisitis di
rsud dr. M. Yunus bengkulu. Jurnal
UCAPAN TERIMAKASIH keperawatan muhammadiyah
Penulis mengucapkan terima kasih bengkulu, 11(1).
kepada seluruh dosen yang sudah Yunus, p. (2021). Pengaruh pemberian
membimbing dalam menyelesaikan tehnik relaksasi nafas dalam
penelitian ini, tidak lupa kepada orang terhadap penurunan intensitas
tua, keluarga dan rekan-rekan yang nyeri pada pasien post operasi
telah memberikan support untuk selalu appendiktomi hari pertama di
tetap focus dalam menyelesaikan ruang bedah blud rsu dr. Mm
penelitian. dunda limboto kabupaten
gorontalo tahun 2013. Zaitun
(jurnal ilmu kesehatan), 2(1).

134
Parmasih, p., sari, w., abdurrasyid, a., relaksasi genggam jari terhadap
& astuti, i. A. (2021). Tehnik penurunan nyeri pada pasien post
relaksasi nafas dalam terhadap operasi apendiksitis di rumah sakit
penurunan nyeri pada anak post mojokerto. Medica majapahit
operasi apendiktomi di ruang (jurnal ilmiah kesehatan sekolah
alamanda rsud tarakan. Jca of tinggi ilmu kesehatan majapahit),
health science, 1(02). 15(1),1-12
Hidayat, a., sari, i. P., & kartiningrum,
e. D. (2023). Efektifitas teknik
relaksasi nafas dalam dan teknik

135
Journal Well Being
Volume 7 No.2, 2022, Halaman 71-77
ISSN 24772704 (print) eISSN 26157519
PENERAPAN KOMBINASI TERAPI NAFAS DALAM DAN MUSIK KLASIK DALAM
MENGURANGI NYERI AKUT POST OPERASI APPENDICITIS DI RUANG BIMA RSUD
JOMBANG

APPLICATION OF A COMBINATION OF DEEP BREATHING THERAPY AND CLASSICAL


MUSIC IN REDUCING ACUTE PAIN AFTER APPENDICITIS SURGERY IN THE BIMA
ROOM OF THE JOMBANG HOSPITAL
Alfin Rulian Huda1), Faishol Roni2), Achmad Wahdi3), Arif Wijaya4), Erna Tsalatsatul Fitriyah5)
1) 2) 3) 4) 5) STIKes Bahrul ‘Ulum Jombang
Email: 1)author alfinrulian03@gmail.com

ABSTRAK
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks vermiformis akibat adanya infeksi
pada appendiks atau umbai cacing. Nyeri akut merupakan sebuah pengalaman sensorik atau
emosional yang berhubungan dengan sebuah kerusakan jaringan fungsional, dengan waktu yang
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan sampai berat yang berlangsung selama kurang dari
3 bulan . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil perubahan penurunan intensitas nyeri akut
pada pasien post operasi appendicitis setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan terapi
musik klasik. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Dengan metode observasi dan wawancara
langsung. Asuhan keperawatan yang dilakukan melibatkan dua orang pasien remaja yang terkena
appendicitis setelah dilakukan operasi dengan memberikan intervensi terapi nafas dalam dan musik
klasik dilakukan selama 6 hari. Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi nafas dalam dan musik
klasik skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala nyeri menjadi 2 dan 2. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terapi nafas dalam dan musik klasik dapat menurunkan intensitas nyeri pada
pasien post operasi appendicitis sehingga teknik nonfarmakologi ini sangat direkomendasikan.

Kata Kunci: Nafas Dalam, Musik Klasik, Nyeri Akut, Appendicitis

ABSTRACT
Appendicitis is an inflammation that occurs in the vermiform appendix due to infection in the
appendix or appendix. Acute pain is a sensory or emotional experience associated with functional
tissue damage, with a sudden or slow time and mild to severe intensity that lasts for less than 3
months. The purpose of this study was to determine the results of changes in acute pain intensity
reduction in postoperative appendicitis patients after giving deep breathing relaxation techniques
and classical music therapy. This type of research is a case study. With direct observation and
interview methods. The nursing care carried out involved two teenage patients who were affected
by appendicitis after surgery by providing deep breathing therapy interventions and classical music
for 6 days. The results of the study before deep breathing therapy and classical music were pain
scales 6 and 5, after the pain scale was 2 and 2. The conclusion of this study is deep breathing
therapy and classical music can reduce pain intensity in postoperative appendicitis patients so that
this non-pharmacological technique highly recommended.

Keywords: Deep Breathing, Classical Music, Acute Pain, Appendicitis

71
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

PENDAHULUAN klasik dan tarik nafas dalam (Wati dkk.,


Appendicitis adalah peradangan 2020). Terapi relaksasi nafas dalam dan
yang terjadi pada appendiks vermiformis musik klasik merupakan kombinasi terapi
akibat adanya infeksi pada appendiks atau yang dapat memberikan perasaan
umbai cacing (Wati & Ernawati, 2020). nyaman, perasaan lebih rileks sehingga
Apendiktomi merupakan operasi dapat membebaskan fisik dan mental dari
pembuangan apendiks. Resiko atau efek ketegangan stres yang dirasakan
samping pada tindakan apendiktomi yaitu sehingga dapat meningkatkan toleransi
nyeri akibat dari insisi yang disebabkan terhadap nyeri (Wati & Ernawati, 2020).
oleh robeknya jaringan pada dinding perut Solusi untuk masalah keperawatan
(Wedjo, 2019). nyeri akut adalah diberiakan terapi nafas
Menurut World Health Organization dalam dan musik klasik.
WHO (2017) menyebutkan insiden
appendisitis di Afrika dan Asia pada tahun METODELOGI
2014 sebanyak 4,8% dan 2,6% dari total Penelitian ini menggunakan
penduduk. Di Indonesia kasus rancangan deskriptif dengan pendekatan
appendicitis cukup tinggi, dapat dilihat studi kasus, subyek yang digunakan
dengan adanya jumlah pasien yang adalah dua orang remaja yang mengalami
meningkat setiap tahun. Berdasarkan data post operasi appendicitis dengan masalah
yang didapat dari Dinkes Jatim (2020) keperawatan nyeri akut. Penelitian ini
kasus appendicitis yang terjadi pada tahun dilakukan di ruangan Bima RSUD
2017 berjumlah 65.755 orang dan pada Jombang. Penelitian ini memberikan
tahun 2018 jumlah pasien appendicitis terapi nafas dalam dan musik klasik pada
sebanyak 75.601 orang. Kasus pasien nyeri akut. Pemberian terapi nafas
appendicitis di Jawa Timur berjumlah dalam dan musik klasik ini diberikan pada
5.980 dan 177 penderita diantaranya bagian post operasi appendicitis.
mengalami kematian (Dinkes Jatim, Pemberian terapi nafas dalam dan musik
2020). Berdasarkan hasil data 6 bulan klasik ini dilakukan selama tiga hari dan
terakhir yang diperoleh dari ruang Bima pemberian sehari dua kali yaitu pagi dan
RSUD Jombang jumlah penderita sore selama 30 menit. Metode
appendisitis sebanyak 29 orang pengumpulan data meliputi pengkajian,
(Rekamedis Rungan Bima RSUD menentukan diagnosis, membuat
Jombang, 2022). intervensi, melaksanakan implementasi,
Terapi non farmakologi adalah terapi dan mengevalusi di Ruang Bima RSUD
untuk menghilangkan nyeri dengan Jombang. Penelitian studi kasus ini sudah
menggunakan teknik manajemen nyeri lolos uji etik di ITSKES ICME
seperti: pemijatan, kompres hangat dan NO.045/KEPKITSKES.ICME/VII/2022
dingin, terapi musik, imajinasi terbimbing, pada tanggal 13 Jui 2022.
hipnosis dan teknik relaksasi; seperti tarik
nafas dalam. Salah satu terapi non
farmakologis untuk mengurangi nyeri
adalah dengan mendengarkan musik

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 72


[Date]
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

HASIL
4. Diagnosa Keperawatan
1. Distribusi Karakteristik Pasien
Tabel 1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 1.1 Distribusi Karakteristik Pasien Pasien 1 Pasien 2
Identitas
Pasien 1 Pasien 2
Pasien Nyeri akut Nyeri akut berhubungan
Umur 17 tahun 15 tahun berhubungan dengan dengan agen pencedera
Pendidikan SMA SMA agen pencedera fisik fisik
Sumber: Data Primer (2022)
Sumber: Data Primer (2022)
2. Riwayat Kesehatan Pasien
5. Analisa Data
Tabel 1.2 Riwayat Penyakit
Riwayat Tabel 1.5 Analisa Data
Pasien 1 Pasien 2
Penyakit
Riwayat Keluarga pasien Keluarga pasien Analisa Data Etologi Problem
Penyakit mengatakan pasien mengatakan pasien Pasien 1
Sekarang mengeluh nyeri mengeluh nyeri Ds. Pasien mengatakan Agen Nyeri Akut
perut perut nyeri pada perut luka Pencedra
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan operasi Fisik
Penyakit tidak mempunyai tidak mempunyai P: Pasien nyeri
Dahulu riwayat penyakit riwayat penyakit bila bergerak
yang di derita sebelumnya Q: Nyeri
sebelumnya seperti
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan ditusuk-tusuk
Penyakit keluarga tidak keluarga tidak R: Perut
Kluarga mempunyai riwayat mempunyai riwayat bagian kanan
penyakit menular penyakit menular bawah (luka
post op
Sumber: Data Primer (2022)
laparatomi)
S: 6 (nyeri
3. Pola Kesehatan Nyaman Nyeri sedang)
T: Hilang
Tabel 1.3 Pola Kesehatan Nyaman Nyeri timbul
Pola Do. Keadaan umum:
Pasien 1 Pasien 2
Kesehatan lemah
Pola - Pasien - Pasien - Kesadaran:
Kesahatan mengatakan nyeri mengatakan composmentis
Nyaman luka operasi perutnya nyeri - GCS: 4-5-6
Nyeri - Terdapat luka karena ada luka - TTV:
operasi sepanjang operasi TD :120/80 mmHg
10 cm dengan 8 - Luka operasi Nadi :89x/menit
jahitan hari-1 Suhu :36°C
P:Pasien P:Pasien RR :21x/menit
mengatakan nyeri mengatakan - Terdapat luka
bila bergerak nyeri saat post op
Q:Nyeri seperti bergerak laparatomi
ditsuk-tusuk Q: Seperti ditusuk- sepanjang 10
R:Perut bagian tusuk cm dengan 8
kanan bawah R: Perut bawah jahitan
(luka post op) umbilikus
S:6 (Nyeri Sedang) (luka post op)
T: Hilang timbul S: 5 (Nyeri
Sedang)
Sumber: Data Primer (2022) T: Tiba-tiba/ hilang
timbul

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 73


[Date]
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

8. Distribusi Skala Nyeri Akut Pada Post Operasi


Analisa Data Etologi Problem appendicitis Sebelum Diberikan Terapi Nafas
Dalam Dan Musik Klasik

Pasien 2 Tabel 1.8 Skala Nyeri Akut Pada Post Operasi


Ds. Pasien mengatakan Agen Nyeri Akut Appendicitis Sebelum Diberikan Terapi Nafas
perutnya nyeri Pencedra Dalam Dan Musik Klasik
karena ada luka Fisik
Skala Nyeri Klien 1 Klien 2
operasi Tidak nyeri - -
P: Pasien Nyeri ringan - -
mengatakan Nyerisedang 6 5
nyeri saat Nyeri berat - -
bergerak Nyeri hebat - -
Q: Seperti Sumber: Data Primer (2022)
ditusuk-tusuk
R: Perut
9. Distribusi Skala Nyeri Akut Pada Post Operasi
bawah
umbilikus (luka appendicitis Setelah Diberikan Terapi Nafas
post op) Dalam Dan Musik Klasik
S: 5 (Nyeri
sedang) Tabel 1.8 Skala Nyeri Akut Pada Post Operasi
T: Tiba-tiba/ Appendicitis Setelah Diberikan Terapi Nafas
hilang timbul
Dalam Dan Musik Klasik
Do: Keadaan umum: lemah
-Kesadaran : composmentis Skala Nyeri Klien 1 Klien 2
TTV Tidak nyeri - -
TD :110/70 mmHg Nyeri ringan 2 2
N : 92 Nyerisedang - -
S :36,8°C Nyeri berat - -
RR : 20x/menit Nyeri hebat - -
-Terdapat luka post op Sumber: Data Primer (2022)
sepanjang 10 cm (dengan
7 jahitan)
PEMBAHASAN
Sumber: Data Primer (2022)
Berdasarkan data yang didapat saat
6. Intervensi Keperawatan pengkajian pasien 1 berusia 17 tahun dan
pasien ke 2 berusia 15 tahun, keduanya
Tabel 1.6 Intervensi Keperawatan
berjenis kelamin laki-laki, dan keduanya
Pasien 1 Pasien 2 adalah seorang pelajar Sekolah
Berikan teknik non Berikan teknik non Menengan Atas (SMA).
farmakologi untuk farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa nyeri
Penyakit ini dapat mmenyerang semua
(terapi nafas dalam dan (terapi nafas dalam dan umur baik perempuan maupun laki-laki,
musik klasik) musik klasik) namun penyakit ini sering menyerang laki-
Sumber: Data Primer (2022)
laki berusia 10-30 tahun (Wedjo, 2019).
7. Implemtasi Keperawatan Menurut peneliti terdapat kesesuaian
Tabel 1.7 Implemntasi Keperawatan antara pengkajian dengan teori yang ada
Pasien 1 Pasien 2 dikarenakan jenis kelamin, dan usia
Memberikan terapi nafas Memberikan terapi nafas
pasien masuk dalam kategori seseorang
dalam dan musik klasik dalam dan musik klasik yang lebih sering terkena appendisitis
Sumber: Data Primer (2022)

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 74


[Date]
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

ditambah pasien adalah mereka memiliki fisik. Secara teori bahwa pasien post
banyak aktifitas saat disekolah. operasi appendicitis adalah nyeri akut
Berdasarkan data yang didapat dari berhubungan dengan agen pencedera
pengkajian pasien 1 mengelukan nyeri fisik. Nyeri akut adalah pengalaman
pada perut bagian kanan bawah atau pada sensorik atau emosional yang berkaitan
luka pasca operasi, dan pasien 2 dengan kerusakan jaringan aktual atau
mengeluh nyeri pada perut bawah fungsional dengan kurun waktu kurang
umbilikus atau luka bekas operasi. dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
Secara teori keluhan utama yang di 2017).
rasakan pasien biasanya nyeri perut yang Menurut peneliti terdapat persamaan
terdapat luka post operasi appendiktomi antara teori dan hasil pengkajian yang
dikarenakan terputusnya kontinuitas ada, antara lain nyeri akut berhubungan
jaringan (Erwin, 2020). dengan agen pencedera fisik, risiko infeksi
Menurut peneliti terdapat persamaan berhubungan dengan prosedur invasif,
antara teori yang ada dan hasil gangguan mobilitas fisik berhubungan
pengkajian, kerena kedua pasien dengan nyeri, ketiga diagnosa yang
mengeluh nyeri pada luka post operasi muncul pada kedua pasien terdapat di
appendiktomi. diagnosa yang berada di teori.
Berdasarkan data yang didapat dari Intervensi yang diberikan
pengkajian pasien 1 mengeluh nyeri perut berdasarkan keluhan kedua pasien yaitu
bagian kanan bawah disertai demam dan nyeri post operasi appendicitis sehingga
muntah sebanyak 1 kali, dan pasien 2 diberiakan terapi nafas dalam dan musik
mengeluh nyeri perut bagian kanan klasik. Secara teori bahwa pemberian
bawah, dan muntah sebanyak 3 kali. terapi nafas dalam dan musik klasik
Secara teori manifestasi pada pasien merupakan tindakan non farmakologi.
appendisitis adalah adanya nyeri pada Terapi relaksasi nafas dalam dan musik
perut kuadran kanan bawah, demam, klasik merupakan kombinasi terapi yang
mual muntah, nyeri tekan pada titik MC dapat memberikan perasaan nyaman,
Burney, penurunan nafsu makan, perasaan lebih rileks sehingga dapat
konstipasi/diare (Erwin, 2020). membebaskan fisik dan mental dari
Menurut peneliti terdapat kesamaan ketegangan stres yang dirasakan
antara hasil pengkajian dan teori yang sehingga dapat meningkatkan toleransi
ada, kedua pasien mengatakan adanya terhadap nyeri (Wati & Ernawati, 2020).
nyeri perut dibagian kanan bawah, Menurut peneliti kelebihan dari
muntah, dan demam. Dimana manifestasi penerapan intervensi tindakan nyeri akut
klinis appendicitis keluhan nyeri perut yang telah disusun pada pasien 1 dan 2
keseluruhan dari kedua pasien sama sudah sesuai dengan SIKI (Standar
spesifik keluhan nyeri dan tepat nyerinya. Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu
Berdasarkan data yang didapatkan oleh meliputi observasi, terapeutik, edukasi,
peneliti bahwa diagnosa untuk pasien post dan kolaborasi. Dan pada penerapan dan
operasi appendicitis adalah nyeri akut penulisan kriteria hasil pada pasien 1 dan
berhubungan dengan agen pencedera

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 75


[Date]
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar melakukan shift. Terapi nafas dalam
Luaran Keperawatan Indonesia). dilakukan selama 15 menit dengan jeda 1
Implementasi yang diberikan sesuai menit. Sedangkan terapi musik klasik
yaitu memberikan terapi nafas dalam dan dilakukan selama 10 menit dengan jeda
musik klasik. Secara teori bahwa terapi waktu sesuai dengan kebutuhan pada
nafas dalam dan musik klasik merupakan pasien.
terapi non farmakologi (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2017). KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut peneliti terdapat persamaan 1. Kesimpulan
antara pengkajian dengan teori, semua Hasil pengkajian yang didapat
adalah nyeri dibagian perut post
rencana keperawatan yang di susun oleh
operasi appendicitis. Diagnosa
penulis di berikan pada pasien 1 dan 2. keperawatan adalah nyeri akut
Sebelum pemberian terapi nafas berhubungan dengan agen pencedera
dalam dan musik klasik skala nyeri post fisik. Intervensi yang diberikan kepada
operasi appendicitis pasien satu adalah pasien sesuai dengan prioritas masalah
skala nyeri 6 dan pasien dua adalah skala pasien dengan diberikan terapi nafas
nyeri 5. Setelah diberi terapi nafas dalam dalam dan musik klasik. Implementasi
yang diberikan berdasarkan intervensi
dan musik klasik skala nyeri kedua pasien
yaitu memberikan nafas dalam dan
post operasi appendicitis berkurang musik klasik. Setelah pemberian terapi
menjadi 2. nafas dalam dan musik klasik nyeri post
Secara teori adalah relaksasi nafas operasi appendicitis kedua pasien
dalam merupakan suatu bentuk asuhan menjadi berkurang.
keperawatan, yang dalam hal ini perawat 2. Saran
mengajarkan kepada klien bagaimana Menambah wawasan untuk masyarakat
yang mengalami nyeri akut post operasi
cara melakukan nafas dalam, nafas appendicitis dengan memberikan terapi
lambat (menahan inspirasi secara nafas dalam dan musik klasik.
maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan DAFTAR PUSTAKA
(Utomo dkk., 2018). Terapi musik klasik Dinkes Jatim. (2020). Profil Kesehatan
merupakan salah satu tindakan untuk Jawa Timur 2019.
mengatasi nyeri, individu yang mengalami
Erwin, H. (2020). Asuhan Keperawatan
kesakitan akan merasa rileks saat
Pada Klien Dengan Appendicitis
mendengarkan musik. Musik memberikan Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
distraksi dan disasosiasi opiate endogen Rekamedis Rungan Bima RSUD
dibeberapa fosi didalam otak, termasuk Jombang. (2022). Rekamedis
hipotalamus dan system limbik (Wati dkk., Rungan Bima RSUD Jombang.
2020).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). SDKI.
Pemberian terapi nafas dalam dan
DPP PPNI.
musik klasik yang bertujuan menurunkan
intensitas nyeri, membuat tubuh menjadi Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). SIKI.
rileks, dan menurunkan kecemasan, DPP PPNI.
Tindakan ini dilakukan pada setiap peneliti

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 76


[Date]
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang

Utomo, C. S., Julianto, E., & Puspasari, F.


D. (2018). Penerapan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Guna
Menurunkan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Apendiktomi Di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.R.
Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Journal of Nursing
and Health, 3(2), 66–77.

Wati, F., & Ernawati, E. (2020). Penurunan


Skala Nyeri Pasien Post-Op
Appendictomy Mengunakan Teknik
Relaksasi Genggam Jari. Ners
Muda, 1 (3), 200.

Wati, R. A., Widyastuti, Y., & Istiqomah, N.


(2020). Perbandingan Terapi Musik
Klasik Dan Genggam Jari
Terhadap Penurunan Nyeri Post
Operasi Appendiktomy. Jurnal
Surya Muda, 2(2), 97–109.

Wedjo, M. A. (2019). Asuhan


Keperawatan Pada An. RL Dengan
Apendisitis Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Aman Nyaman Di
Wilayah RSUD Prof. Dr. WZ
Johannes Kupang. Karya Tulis
Ilmiah, Prodi D-III Keperawatan.
Kupang: Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang.

WHO. (2017). World Health Statistics,


Word Health Organization 2017.

Alamat online : http://journal.stikes-bu.ac.id/ Email : jurnalwellbeing2017@gmail.com 77


[Date]
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2022

ASUHAN KEPERWATAN PASIEN POST OP APENDISITIS DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

Sabrilina Diyah Aprilliani1, Diyanah Syolihan R.P 2


1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : sabrilina.diyah@gmail.com
2
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Pendahuluan : Post operasi apendisitis adalah tindakan pembedahan yang dilakukan


untuk memotong jaringan appendiks yang mengalami peradangan. Pada proses
pembedahan tersebut terdapat luka yang mengakibatkan nyeri. Nyeri merupakan masalah
utama dalam perawatan paska operasi. Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan
tubuh yang timbul bila ada kerusakan jaringan. Pasien dengan keluhan nyeri perlu
diberikan terapi, salah satunya dengan terapi non farmakologi relaksasi nafas dalam.
Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien post
op apendisitis dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman; nyeri.

Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan
studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan post op
apendisitis dengan tingkat persepsi nyeri akut tindakan keperawatan yang dilakukan
terapi relaksasi nafas dalam dengan durasi 15 menit dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut diberikan setelah paruh waktu 4 jam pemberian obat, diukur dengan skala
VAS (Visual Analog Scale) diruang Cattleyya 2 RSUD Ungaran.

Hasil : Didapatkan hasil pre test pada hari pertama dengan skala nyeri (6) post test
menjadi skala (5) dan dihari ke tiga pre test dengan skala (2,8) post test menjadi skala (2).
Rekomendasi Tindakan relaksasi nafas dalam efektif dilakukan pada pasien post op
apendisitis dengan penurunan nyeri akut.

Kata Kunci : Post Op Apendisitis, Nyeri, Relaksasi Nafas Dalam.


Associate’s Degree in Nursing Study Program
Faculty of Health Sciences
Kusuma Husada University of Surakarta
2022

NURSING CARE FOR APPENDICITIS POST-OP PATIENT IN


FULFILLING THE NEEDS FOR SAFETY AND COMFORT

Sabrilina Diyah Aprilliani1, Diyanah Syolihan R.P 2


1Student of Associate’s Degree in Nursing Study Program
Kusuma Husada University of Surakarta
Email : sabrilina.diyah@gmail.com
2
Lecturer of Graduate Program in Nursing
Kusuma Husada University of Surakarta

Abstract

Introduction : Appendicities postoperation is a surgical action to cut inflamed


appendix. During the surgery, there is wound that causes pain. Pain is the main
problem in post-op care. Pain is the body’s defense mechanism when there is
tissue damage. Patient who complains about pain should undergo therapy,
including the non-pharmacological therapy of deep breath relaxation. The purpose
of the present case study was determining the nursing care for appendicitis post-
op patient in fulfilling the needs for safety and comfort; pain.
Method : The research type was descriptive, using case study approach. The case
study subject was an appendicitis post-op patient with perceived acute pain. The
nursing care was deep breath relaxation for 15 minutes 2 times a day for 3 days in
a row, 4 hours after taking medication. It was measured using VAS (Visual
Analog Scale) in Cattleyya 2 room of RSUD Ungaran.
Result : The result on the first day showed that the pain scale score lowered from
(6) to (5) and on the first day lowered from (2.8) to (2). Deep breath relaxation
was effective for reducing the acute pain of appendicitis post-op patient.

Keywords : Appendicitis Post-Op, Pain, Deep Breath Relaxation.


PENDAHULUAN apendikitis dilaporkan sebanyak 5.980
Apendisitis merupakan proses dan 177 diantaranya menyababkan
peradangan akut maupun kronis yang kematian (Depkes, 2018). Jumlah
terjadi pada apendiks vemiformis oleh penderita apendikitis tertinggi ada di
karena adanya sumbatan yang terjadi Kota Semarang, yakni 970 orang
pada lumen apendiks (Ike Nurjana, (Dinkes Jateng, 2018).
2020). Apendisitis adalah penyakit yang Salah satu penatalaksanaan
menjadi perhatian oleh karena angka kejadian apendisitis dapat disembuhkan
kejadian apendisitis tinggi di setiap dengan pembedahan atau appendiktomi.
negara. Resiko perkembangan Appendiktomi yaitu cara pembedahan
apendiksitis bisa seumur hidup sehingga untuk mengangat apendiks ketika sudah
memerlukan tindakan pembedahan. terdiagnosa. Untuk menurunkan resiko
Apendisitis dapat didefinisikan sebagai perforasi pembedahan dilakukan segera
radang usus buntu dan merupakan mungkin (Sulung & Rani, 2017).
penyebab paling umum dari abdomen Menurut Manurung, dkk pada tahun
akut (Sulung & Rani, 2017). Infeksi ini (2019) keluhan utama pada pasien post
bisa mengakibatkan peradangan akut appendiktomi yang sering muncul yaitu
sehingga memerlukan tindakan bedah nyeri karna meningkatnya histamine,
segera untuk mencegah komplikasi yang pasien telah sadar dan berada di ruang
umumnya berbahaya (Rahmawati, perawatan dengan edema/bengkak,
2017). imobilisasi, keterbatasan lingkup gerak
Menurut World Health sendi, penurunan kekuatan otot,
Organization (WHO) 2018 kejadian pendekatan ektremitas, perubahan
apendisitis di dunia sangat tinggi, angka warna, serta penurunan kemampuan
moral appendisitis 21.000, laki-laki untuk ambulasi dan berjalan karena luka
lebih banyak dari pada perempuan, ada bekas operasi dan luka bekas trauma.
sekitar 12.000 penduduk laki-laki Meneurut International Association for
10.000 penduduk wanita. Di Indonesia, The Study of Pain (IASP) nyeri adalah
jumlah pasien yang menderita penyakit suatu rasa dan pengalaman emosional
apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari yang tidak menyenangkan yang disertai
jumlah penduduk di Indonesia atau oleh kerusakan jaringan aktual dan
sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey potensial, atau digambarkan dalam
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). ragam yang menyangkut kerusakan, atau
Jawa Tengah tahun 2018, jumlah kasus sesuatu yang digambarkan dengan
terjadinya kerusakan (Sulliva & menjadi skala ringan setelah diberikan
Ballantyne, 2018). teknik relaksasi nafas dalam (Satriya,
Penatalaksanaan nyeri pada pasien 2017).
post operasi dapat dilakukan dengan Berdasarkan uraian diatas maka
terapi farmakologis dan non dilakukan studi kasus tentang “Asuhan
farmakologis. Penatalaksanaan nyeri Keperawatan Pasien Post Op Apendisitis
secara farmakologis dapat diatasi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman
dengan menggunakan obat-obatan Dan Nyaman”
analgetic (Utami, 2017). Menurut
METODE
Widodo (2020) mengatakan Adapun
Metode studi kasus ini
pengelolaan intensitas nyeri klien
menggunakan metode wawancara,
dengan post op apendisitis yaitu dengan
observasi, pemeriksaan fisik dan
non farmakologi. Pengelolaan intensitas
dokumentasi pada pasien dengan post op
nyeri dengan non farmakologi antara
apendisitis dalam pemenuhan kebutuan
lain adalah kompres hangat, terapi
aman dan nyaman. Studi kasus ini untuk
masase, relaksasi nafas dalam.
mengeksplorasi masalah asuhan
Teknik relaksasi nafas dalam
keperawatan pada pasien dengan post op
merupakan suatu bentuk asuhan
apendisitis. Sebelum dilakukan tindakan,
keperawatan, yang dalam hal ini perawat
subjek dilakukan pengukuran awal (pre
mengajarkan kepada klien bagaimana
test) untuk menentukan skala nyeri,
cara melakukan nafas dalam, nafas
kemudian dilakukan intervensi dengan
lambat (menahan inspirasi secara
memberikan terapi relaksasi nafas
maksimal) dan bagaimana
dalam. Setelah dilakukan tindakan,
menghembuskan nafas secara perlahan
subjek dilakukan pengukuran akhir (post
(Ike, 2020).
test) untuk menentukan pengaruh terapi
Teknik relaksasi nafas dalam yang
relaksasi relaksasi nafas dalam terhadap
dilakukan secara berulang-ulang akan
penurunan skala nyeri pada pasien post
menimbulkan rasa nyaman adanya rasa
op apendisitis.
nyaman inilah yang akan meningkatkan
Pengambilan data dilaksanakan
toleransi terhadap nyeri. Relaksasi nafas
selama 3 hari mulai tanggal 21
dalam juga dapat meningkatkan ambang
Januari - 23 Januari 2022. Pengumpulan
batas nyeri, sehingga dengan
data dilakukan dengan 2 metode yaitu
meningkatnya ambang batas nyeri, maka
wawancara dan observasi. Dokumen
nyeri yang sebelumnya skala sedang
yang diperlukan pada pasien post op seperti tertusuk-tusuk dan merasa panas
apendisitis yaitu pemeriksaan disekitar luka, R: Pasien mengatakan
penunjang. nyeri perut bagian kanan bawah, S:
Terapi relaksasi nafas dalam Pasien mengatakan skala nyeri 6, T:
diberikan dengan durasi 15 menit Pasien mengatakan nyeri muncul saat
dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari bergerak dan hilang timbul secara tiba-
berturut-turut diberikan setelah paruh tiba, data objektif yaitu pasien terlihat
waktu 4 jam pemberian obat, menahan nyeri dengan wajah meringis
pengukuran dilakukan sebelum tindakan kesakitan, pasien terlihat bersikap
dan sesudah tindakan untuk mengetahui protektif dengan tangan reflek waspada
penurunan skala nyeri dengan menghindari nyeri pada luka, pasien
menggunakan skala VAS (Ike, 2020). terlihat gelisah, pasien terlihat sulit tidur
karena merasa nyeri.
HASIL
Setelah menentukan diagnosa
Studi kasus ini subjek yang
keperawatan, kriteria hasil yang ingin di
digunakan adalah pasien post op
capai menurut SLKI adalah tingkat nyeri
apendisitis dalam pemenuhan kebutuhan
menurun (L.08066) dengan kriteria hasil
aman dan nyaman : nyeri. Dengan
keluhan nyeri menurun skala 2, meringis
kriteria pasien post op apendisitis
kesakitan menahan nyeri menurun, sikap
dengan skala nyeri 6 di RSUD Ungaran.
protektif dengan tangan reflek waspada
Hasil dari data pengkajian
menghindari nyeri pada luka menurun,
observasi yang diperoleh maka penulis
gelisah menurun, kesulitan tidur
melakukan analisa data dan
menurun menjadi mudah tidur. Dengan
merumuskan diagnosa keperawatan pada
intervensi keperawatan yaitu manajemen
Jumat, 21 Januari 2022, keluhan Ny. P
nyeri (I.08238). Rencana keperawatan
adalah nyeri luka post op apendisitis,
yang telah dibuat berdasarkan SIKI
pengkajian ini didukung dengan
(2018) yaitu O: identifikasi lokasi;
menentukan data subjektif dan objektif
karakteristik; durasi; frekuensi; kualitas
pada pasien. Berdasarkan hasil studi
dan intensitas nyeri, identifikasi skala
didapatkan data subjektif pasien
nyeri (dengan skala VAS), T: berikan
mengatakan nyeri luka operasi, P:
teknik non farmakologi untuk
Pasien mengatakan nyeri dibagian perut
mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas
kanan bawah pada luka post operasi
dalam), E: jelaskan penyebab; periode
apendisitis, Q: Pasien mengatakan nyeri
dan pemicu nyeri, dan K: kolaborasi
pemberian analgetic injeksi ketorolac apendisitis sudah lebih membaik dari
30mg/8 jam. pada sebelumnya, Q: pasien mengatakan
Implementasi hari pertama luka sedikit kaku, hanya terasa cekit-
dilakukan pada hari Jumat, 21 Januari cekit dan sudah tidak terasa panas lagi,
2022. Pukul 13.30 WIB Penulis R: pasien mengatakan nyeri luka perut
memberikan terapi relaksasi nafas dalam dibagian kanan bawah sudah lebih
untuk menurunkan nyeri sebelum membaik dari sebelumnya, S: pasien
dilakukan skala 6 nyeri sesudah mengatakan skala nyeri 2, T: pasien
dilakukan 5,6, pada pukul 19.00 WIB mengatakan nyeri saat bergerak sudah
sebelum dilakukan skala 5,6 sesudah menurun dan hanyya nyeri muncul
dilakukan 5. Implementasi hari kedua sesaat. Objektif: Skala nyeri menjadi 2,
dilakukan pada hari Sabtu, 22 Januari pasien terlihat sudah tidak meringis
2022. Pukul 13.30 WIB Penulis menahan nyeri, pasien sudah tidak
memberikan terapi relaksasi nafas dalam bersikap protektif dengan tangan reflek
untuk menurunkan nyeri sebelum waspada menghidari nyeri, pasien
dilakukan skala 5 nyeri sesudah terlihat sudah tidak gelisah, pasien
dilakukan 4,6, pada pukul 19.00 WIB terlihat sudah dapat tidur dengan waktu
sebelum dilakukan skala 4,6 sesudah normal. Assesment: Masalah nyeri akut
dilakukan 3,8. Implementasi hari ketiga sudah teratasi. Planning: Hentikan
dilakukan pada hari Minggu, 23 Januari intervensi.
2022. Pukul 13.30 WIB Penulis
PENGUKURAN
memberikan terapi relaksasi nafas dalam TINGKAT NYERI
untuk menurunkan nyeri sebelum POST OP
APENDISITIS
dilakukan skala 3,8 nyeri sesudah
10
SKALA NYERI

dilakukan 2,8, pada pukul 19.00 WIB


5
sebelum dilakukan skala 2,8 sesudah 6 5 5 3,8 3,8 2
dilakukan 2. 0
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Evaluasi yang dilakukan oleh PELAKSANAAN TINDAKAN
penulis pada hari ketiga Minggu, 23
Pre Test Post Test
Januari 2022 pukul 20.00 WIB respon
pasien secara Subjektif: pasien Gambar 1. Diagram Penurunan Skala
mengatakan sudah tidak merasakan Nyeri
nyeri pada luka operasi, P: pasien
mengatakan nyeri pada luka post operasi
Berdasarkan Diagram diatas maka menurunkan intesitas nyeri tehnik napas
dapat diketahui bahwa subjek yang dalam dapat meningkatkan ventilisasi
diberikan implementasi tindakan paru dan meningkatkan oksigenasi darah
relaksasi nafas dalam mengalami (Ike, 2020). Terapi relaksasi nafas dalam
penurunan skor nyeri. Pada hari pertama adalah aktivitas yang dilakukan dalam
yaitu sebesar 1; pada hari kedua sebesar keadaan sadar untuk mengatur frekuensi
1,2; pada hari ketiga sebesar1,8. dan kedalaman pernafasan secara lambat
sampai menimbulkan efek relaksasi
PEMBAHASAN
terhadap tubuh (Goleman & boyatzis,
Intervensi keperawatan
2018).
merupakan tahap perencanaan kegiatan
Teknik relaksasi nafas dalam
atau Tindakan dalam asuhan
dapat mengendalikan nyeri dengan
keperawatan yang bertujuan untuk
meminimalkan aktivitas simpatik dalam
meningkattkan status Kesehatan pasien.
sistem saraf otonom. Relaksasi
Dalam penetapannya dibutuhkan data
melibatkan otot dan respirasi dan tidak
yang cukup jelas diikuti dengan
membutuhkan alat lain sehingga mudah
diagnose keperawatn yang telas
dilakukan kapan saja atau sewaktu-
ditetapkan (Beatrik Yeni, 2019)
waktu (Muttaqin, 2012).
Berdasatkan fokus diagnosa
Prinsip yang mendasari
utama yang diambil adalah oleh penulis
penurunan oleh teknik relaksasi terletak
nyeri akut nerhubungan dengan agen
pada fisiologi sistem saraf otonom yang
pencedera fisik (prosedur operasi)
merupakan bagian dari sistem saraf
(D.0077) pada pasien post op apendisitis
perifer yang mempertahankan
yang mengalami nyeri, intervensi yang
homeostatis lingkungan internal
dapat dilakukan yaitu dengan
individu. Pada saat terjadi pelepasan
memberikan terapi relaksasi nafas
mediator kimia seperti bradikinin,
dalam. Relaksasi nafas dalam
prostaglandin dan substansi p yang akan
merupakan salah satu bentuk asuhan
merangsang saraf simpatis sehingga
keperawatan yang dalam hal ini perawat
menyebabkan saraf simpatis mengalami
mengajarkan pasien bagaimana cara
vasokonstriksi yang akhirnya
melakukan napas dalam, napas lambat
meningkatkan tonus otot yang
(menahan inspirasi secara maksimal)
menimbulkan berbagai efek spasme otot
dan bagaimana menghembuskan napas
yang akhirnya menekan pembuluh
secara perlahan, selain dapat
darah. Mengurangi aliran darah dan
meningkatkan kecepatan metabolisme mencapai suatu tujuan, maka perawat
otot yang menimbulkan pengiriman mampu menentukan efketifitas tindakan
impuls nyeri dari medulla spinalis ke keperawatan (Handayaningsih, 2017).
otak dan dipersepsikan sebagai nyeri Dari hasil pemberian Terapi
(Brunner & Suddarth, 2016). relaksasi nafas dalam diberikan dengan
Pemberian terapi relaksasi nafas durasi 15 menit dilakukan 2 kali sehari
dalam untuk mengurangi nyeri akibat selama 3 hari berturut-turut diberikan
post op apendisitis pada pasien. setelah paruh waktu 4 jam pemberian
Kegiatan ini dilakukan sebagai tindakan obat pada Ny. P.
utama penulis untuk mengurangi nyeri Hal ini sesuai penelitian yang
pada pasien karena tindakan tersebut dilakukan oleh Ike Nurjana, dkk (2020)
efektif. Terapi relaksasi nafas dalam bahwa ada pengaruh penurunan skala
diberikan dengan durasi 15 menit nyeri dengan terapi relaksasi nafas
dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari dalam sebelum dan sesudah dilakukan
berturut-turut diberikan setelah paruh tindakan pre test pada hari pertama
waktu 4 jam pemberian obat (Ike dengan skala nyeri (6) post test menjadi
Nurjana, dkk (2020). skala (5), dihari ke dua pre test dengan
Hal ini sejalan dengan penelitian skala (3,8) post test menjadi skala (2,8)
yang dilakukan oleh Ike Nurjana, dkk dihari ke tiga pre test dengan skala (2,8)
(2020) yang menyatakan bahwa post test menjadi skala (2). Berdasarkan
terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil studi kasus yang dilakukan di
pemberian teknik relaksasi nafas dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran
terhadap penurunan skala nyeri pada diketahui bahwa setelah dilakukan
pasien post op apendisitis di RSUD tindakan intervensi keperawatan dengan
Sleman Yogyakarta. terapi relaksasi nadas dalam, nyeri dapat
Setelah melakukan tindakan teratasi.
keperawatan atau implementasi Dalam studi kasus ini
keperawatan tahap terakhir dalam dibuktikan bahwa pemberian relaksasi
asuhan keperawatan yaitu evaluasi nafas dalam yang dilakukan 2 kali sehari
keperawatan. Evaluasi keperawatan selama 3 hari berturut-turut dengan
adalah perbandingan status kesehatan durasi 15 menit efektif untuk
klien dari setelah dilakukan tindakan dan menurunkan intensitas nyeri. Pemberian
sebelum dilakukan tindakan. Dengan relaksasi nafas dalam ini mampu
mengukur perkembangan klien menurunkan intensitas nyeri karena bisa
membuat rileks dan menambah menjadikan relaksasi nafas dalam
keyakinan pasien untuk mempermudah menjadi salah satu alternatif terapi
menurunkan intensitas nyeri yang nonfarmakologi untuk mengurangi
sedang dirasakan. Hal tersebut terbukti nyeri pada psien post op apendisitis
karena adanya perubahan tanda gejala berdasarkan pada jurnal Kesehatan
sebelum dan setelah dilakukan tindakan dan meningkatkat pelayanan
yaitu pasien terlihat sudah tidak Kesehatan yang lebih baik.
meringis menahan nyeri, pasien sudah 2. Bagi Institusi Perawat
tidak bersikap protektif dengan tangan Diharapan perawat memiliki
reflek waspada menghidari nyeri, pasien ketrampilan yang baik dalam
terlihat sudah tidak gelisah, pasien memberikan asuhan keperawatan
terlihat sudah dapat tidur dengan waktu pada pasien post op apendisitis dan
normal. menjadikan relaksasi nafas dalam
menjadi salah satu alternatif untuk
KESIMPULAN
mengurangi nyeri.
Hasil Evaluasi selama tiga hari
3. Bagi Institusi Pendidikan
dari tanggal 21-23 Januari 2022, hari
Diharapkan karya tulis ilmiah ini
pertama dan hari kedua terjadi
bisa menjadi bacaan dan menambah
penurunan yang sama yaitu satu skor
wawasan serta informasi bagi
yaitu hari pertama dari skala 6 terkontrol
mahasiswa keperawatan tentang
menjadi 5 dan hari kedua dari skala 5
pemberian relaksasi nafas dalam
terkontrol menjadi 3,8. Dihari ketiga
untuk mengurangi nyeri pada
mengalami penurunan dua skor yaitu
pasien post op apendisitis.
hari ketiga atau terakhir dari skala 3,8
4. Bagi Pasien dan Keluarga
menjadi 2. Dengan begitu teknik
Diharapkan pasien dapat
relaksasi nafas dalam terbukti dapat
membantu perawat dalam kegiatan
menurunkan skala nyeri pasien post
menerapkan tindakan terapi
operasi.
relaksasi nafas dalam sebagai

SARAN prioritas untuk pasien post op

1. Bagi Rumah Sakit apendisitis. Untuk keluarga pasien

Diharapkan seluruh rumah sakit diharapkan mampu menangani

khususnya RSUD Ungaran masalah yang dialami pasien

Semarang senantiasa dapat dengan melakukan tindakan


relaksasi nafas dalam secara Apendisitis-Di-Indonesia-Pada-
Tahun-2018
mandiri utuk mengurangi nyeri.
5. Bagi Penulis Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2018).
Profil kesehatan jawa tengah
Diharapkan penulis dapat
tahun 2018. Jawa Tengah : Dinkes
menerapkan tindakan terapi Jawa Tengah.
relaksasi nafas dalam dalam Handayaningsih., & Isti. 2017.
pemenuhan kebutuhan rasa aman Dokumentasi keperawatan
“DAR”. Yogyakarta : Mitra
dan nyaman dalam hal mengurangi Cendikia Press
nyeri. Selain itu dapat selalu
Hidayat, A. Alimul Aziz dan Uliah,
mempelajari ilmu terbaru Musrifatul. (2015). Pengantar
khususnya dalam bidang kebutuhan dasar manusia (edisi
2-buku 2). Jakarta: Salemba
keperawatan serta membagikan Medika
kepada teman sejawat sehingga
Leniwita, H., & Yanti, A. (2019). Modul
mempermudah dalam memberikan bahan ajar dokumentasi
asuhan keperawatan dikemudian keperawatan. Jakarta: Universitas
Kristen Inddonesia.
harinya.
Nursalam. 2015. Metodologi penelitian
DAFTAR PUSTAKA dan ilmu
keperawatan:pendekatan praktis.
Arifuddin, A., Lusia, S., & Andi, P., Jakarta: Salemba Medika
(2017). Faktor risiko kejadian
apendisitis di bagian rawat inap Hidayat, A. Alimul Aziz dan Uliah,
Rumah Sakit Umum Anutapura Musrifatul. (2015). Pengantar
Palu. Jurnal Preventif. Volume 8, kebutuhan dasar manusia (edisi
Nomor 1 April 2017: 1-58 2-buku 2). Jakarta: Salemba
Medika.
Awaluddin. (2020). Faktor risiko
terjadinya apendisitis pada Manurung, M. (2019). Pengaruh teknik
penderita apendisitis di RSUD relaksasi benson terhadap
Batara Guru Belopa Kabupaten penurunan skala nyeri post
Luwu. Jurnal Kesehatan Lawu appendixtomy di RSU D Porsea.
Raya. Vol.7 No.1, Juli 2020: 67- Jurnal Keperawatan Priority,
72 2(2), 61-69.

Brunner & Suddrath. (2016). Minarlin. (2018). Hubungan motivasi


keperawatan medikal-bedah klien dan teknik relaksasi nafas
brunner & suddarth (edisi 12). dalam dengan intensitas nyeri
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pada klien post operasi. Jurnal
Keperawatan Flora. Vol. 11, No.
Depkes RI. (2018). Kasus appendicitis 2, 2018: 65-70.
di Indonesia. Di akses dari : Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016).
Http://Www.Artikelkedokteran.C Asuhan keperawatan praktis
om/Arsip/2018 Kasus- berdasarkan penerapan diagnosa
nanda, nic, noc dalam berbagai nyaman di RSUD Sleman.
kasus. Jogjakarta: Mediaction Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Nurjana, I.T., Elsye, M.R., & Dianita, S. Yogyakarta.
(2020). Effect of slow deep http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/
breathing to decrease of pain in 1983/9/KTI%20LUTFIANA.pdf.
post op apendisitis in rsud sleman. Diakses 15 Desember 2021.
Scientific Medical Sciences
(ISSN: 2582-0931). Vol. 4, No. 1, Rosdahl, C., B., & Kowalski, M., T.
2020. (2014). Buku ajar keperawatan
dasar. alih bahasa: dwi widiarti,
PPNI (2017). Standar diagnosa anastasia onny tampubolon. editor
keperawatan Indonesia (sdki) : edisi bahasa indonesia: eka anisa
definisi dan indikator diagnostic mardella, devi yulianti. Edisi 10.
(1st ed). Jakarta: DPP PPNI. Jakarta: EGC.
PPNI (2018). Standar intervensi Waisani, S., & Khoiriyah. (2020).
keperawatan Indonesia (siki) : Penurunan intensitas skala nyeri
definisi dan tindakan pasien appendiks post
keperawatan (1st ed). Jakarta: appendiktomi menggunakan
DPP PPNI. teknik relaksasi benson. Jurnal
Ners Muda. Vol 1 No 1. 14-23.
PPNI (2018). Standar luaran
keperawatan Indonesia (slki) : Widodo, W. & Neli, Q. (2020).
definisi dan kriteria hasil Penerepan teknik relaksasi nafas
keperawatan (1st ed). Jakarta: dalam untuk menurunkan
DPP PPNI. intensitas nyeri pada pasien
appendicitis di RSUD Wates.
Rahmawati, Luthifina. (2018). Nursing Science Journal (NSJ).
Penerapan teknik relaksasi nafas Volume 1, Nomor 1, Juni 2020:
dalam pada pasien post operasi 25-28.
apendiktomi dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa aman
Nursing Science Journal (NSJ) p-ISSN: 2722-4988
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020 e-ISSN : 2722-5054
Hal 25-28

PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK


MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN APPENDICITIS
DI RSUD WATES
Wahyu Widodo 1, Neli Qoniah 2

Akademi Keperawatan Pemkab Purworejo


Purworejo, (0275) 3140576
E-mail : wahyumkepwidodo@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Appendicitis adalah suatu kondisi di mana terjadi infeksi diumbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi (Kowalak, 2011). Tujuan : untuk mengetahui pengaruh
relaksasi nafas untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis. Metode :
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah
dua orang klien yang mengalami appendicitis. Penelitian dilakukan pada Februari– Maret 2019. Hasil :
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala
nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan. Kesimpulan : Teknik relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis sehingga teknik nonfarmakologis ini sangat direkomendasikan.

Kata Kunci : Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri Akut, Appendicitis

ABSTRACT

Background : Appendicitis is a condition in which an infection occur in the appendix. In mild cases it
can be cured without treatment, but many cases require a laparotomy by removing the tufts of infected
worms (Kowalak, 2011). Objective : to determine the effect of deep breathing relaxation with acute pain
nursing problems in appendicitis clients. Method : The design of this research is descriptive, in the form of
case studies.The subjects in this study were two clients who had appendicitis. The study was conducted
in February - March 2019. Results : before taking breath relaxation measures on the scale of pain 6 and
5, after the pain scale measures were carried out to 3 and 2. The results showed a decrease in the scale
of moderate pain to a mild pain scale. Conclusion : Breath relaxation techniques can reduce pain
intensity in appendicitis patients so this nonpharmacological technique is highly recommended.

Keywords: Deep Breath Relaxation, Acute Pain, Appendicitis

25
Latar Belakang peningkatan temperatur pada ekstremitas.
Appendicitis akut memerlukan Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan
pembedahan. Pada umumnya klien dengan pada klien post op appendiktomy.
post appendiktomy akan mengalami masalah Dari hasil penelitian yang dilakukan
keperawatan nyeri akut akibat pembedahan. oleh Virgianti (2015) dengan melakukan teknik
Menurut Maslow (dikutip dalam Virgianti nafas ritmik/dalam dengan 30 pasien yang
2015), bahwa kebutuhan rasa nyaman mengalami frekuensi skala nyeri sedang (100%)
merupakan kebutuhan fisiologis yang harus post appendiktomy mengalami penurunan
terpenuhi. menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala nyeri
Menurut Virgianti (2015) yang ringan (63.3%).
mengemukakan penelitian Gannong Menurut data Dinkes Jateng
(2008) mengatakan bahwa seorang dengan menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
masalah keperawatan nyeri pasti akan kasus appendicitis di Jawa Tengah sebanyak
berdampak pada aktivitas sehari-harinya. 5.980 penderita, dan 117 klien dengan kasus
Aktivitas yang terganggu diantaranya adalah appendicitis mengalami kematian. Berdasarkan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, paparan di atas, penulis tertarik membahas
juga aspek interaksi sosialnya yang mana dapat mengenai penerapan teknik relaksasi nafas
berupa menghindari percakapan, menarik diri dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
dan menghindari kontak. Selain itu, jika appendicitis di RSUD Wates.
seorang yang mengalami nyeri hebat dan tidak
segera dilakukan tindakan, seseorang tersebut Metode
akan mengalami syok neurogenik. Desain penelitian ini adalah deskriptif,
Adapun pengelolaan intensitas nyeri dalam bentuk studi kasus. Subyek dala
klien dengan post appendiktomy yaitu dengan penelitian ini adalah dua orang klien 2 orang
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan dan keluarganya yang mengalami appendicitis
intensitas nyeri dengan nonfarmakologi antara dengan masalah nyeri akut. Pelaksanaan
lain adalah nafas dalam, kompres hangat, pengumpulan data dilakukan di RSUD Wates,
terapi masase, dan pemberian analgesik. dilakukan sejak tanggal 18 – 20 Februari 2019
Teknik nafas dalam ini dipercaya dapat pada klien 1 dan pada klien 2 pada tanggal 27
menurunkan intensitas nyeri. Tamsuri, 2007 Februari 2019 – 01 Maret 2019.
(dikutip dalam Rini 2012). Pengumpulan data yang dilakuan
Menurut Rahmayati (2010) dikutip dalam peneltiian, yaitu:
dalam Chandra (2013) secara fisiologis, 1. Observasi
keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan Dalam penelitian ini, penulis
kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, mengobservasi atau melihat keadaan
menyebabkan penurunan ketegangan otot, umum partisipan dengan pemeriksaan fisik
metabolisme menurun, vasodilatasi dan (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
26
palpasi, perkusi, dan auskultasi). dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pengukuran nyeri berkurang menjadi skala 2.
Dalam penelitian ini, penulis mengukur Pada post operasi pada Tn S sebelum
menggunakan alat ukur pemeriksaan, dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
seperti melakukan pengukuran TTV dan nyeri yang dirasakan yaitu 6 dengan rasa seperti
skala nyeri dengan numerical rating scale. tersengat dan waktu hilang atau timbul. Setelah
3. Wawancara dilakukan relaksasi nafas dalam skala nyeri
Dalam penelitian wawancara jenis ini yang dirasakan yaitu menjadi 3 terasa masih
merupakan kombinasi dari wawancara cenut-cenut dan waktu hilang atau timbul.
tidak terpimpin dan wawancara Sedangkan pada Tn W sebelum
terpimpin. dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
4. Dokumentasi nyeri yang dirasakan yaitu 5 terasa cenut-cenut
Dokumentasi yang dilakukan oleh penulis dan waktu hilang atau timbul. Setelah dilakukan
yaitu pendokumentasi hasil pengkajian, relaksasi nafas dalam skala nyeri yang
sampai dengan evaluasi dari tindakan. dirasakan yaitu menjadi 2 terasa masih
Instrumen pengumpulan data yang cenutcenut dan waktu hilang atau timbul.
meliputi: memberikan teknik relaksasi nafas
dalam dengan menggunakan SOP Rumah Pembahasan
Sakit dan skala Numerical Rating Scale untuk 1. Gambaran intensitas nyeri sebelum
mengukur skala nyeri diberikan terapi relaksasi nafas dalam
Uji keabsahan menggunakan Pada Tn S sebelum dilakukan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini tindakan keperawatan skala nyeri yang
menggunakan triangulasi observasi, yaitu hasil dirasakan yaitu 4. Sedangkan pada Tn W
pengukuran post test dan triangulasi waktu, skala nyeri awal yang terasa skala 3. Tn S
yaitu dilakukan dengan mengukur skala nyeri dan Tn W didapatkan klien mengeluh nyeri
setelah diberikan teknik relaksasi nafas pada abdomen karena appendicitis.
dalam). Appendicitis terjadi karena adanya infeksi
pada umbilicus. Appendicitis adalah suatu
Hasil proses obstruksi (hiperplasi limpo nadi
Hasil penelitian pada pre operatif submokosa, fecalith, benda asing, tumor),
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas kemudian diikuti proses infeksi dan disusul
dalam. Pada Tn S sebelum dilakukan tindakan oleh peradangan dari appendiks veriformis.
keperawatan skala nyeri yang dirasakan yaitu Penelitian oleh Nugroho 2011 (dikutip
4 dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam dalam Silvia 2015).
nyeri berkurang menjadi skala 3. Sedangkan Nyeri yang dirasakan akibat adanya
pada Tn W sebelum dilakukan tindakan proses inflamasi yang mengakibatkan
relaksasi nafas dalam nyeri yang terasa yaitu 3 peningkatan traluminal tekanan akan terus
27
meningkat dan menyebabkan peradangan dikutip dalam Chandra (2013) secara
yang timbul meluas sehingga fisiologis, keadaan relaksasi ditandai
menimbulkan nyeri pada perut kanan dengan penurunan kadar epinefrin dan non
bawah. Tn S dan Tn W merasa kurang epinefrin dalam darah, menyebabkan
nyaman dengan kondisinya. Klien dengan penurunan ketegangan otot, metabolisme
diagnosa Appendicitis memerlukan menurun, vasodilatasi dan peningkatan
pembedahan. temperatur pada ekstremitas.
Pada pengkajian post operatif Teknik nafas dalam sangat efektif
didapatkan data dari kedua klien dilakukan pada klien post op
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pada appendiktomy. Dari hasil penelitian yang
Tn S nyeri dirasakan dengan skala 6 dilakukan oleh Virgianti (2015) dengan
dengan waktu hilang timbul dan skala 5 melakukan teknik nafas ritmik/dalam
dengan waktu hilang timbul pada Tn W. dengan 30 pasien yang mengalami
Nyeri yang dirasakan karena frekuensi skala nyeri sedang (100%) post
adanya kerusakan pada jaringan appendiktomy mengalami penurunan
akibat adanya kontinuitas jaringan yang menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala
terputus. Menurut Eli kosasih (2015) nyeri ringan (63.3%)
apabila ada kerusakan jaringan maka Kesimpulan
histamin, bradikinin, serotonin, dan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
prostaglandin akan di produksi oleh disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas
tubuh. Zat-zat kimia ini akan efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini pasien appendicitis.
diteruskan ke Central Nerve System Daftar Pustaka
(CNS) untuk kemudian ditransmisikan Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan
Medikal- Bedah. Jakarta : EGC
pada serabut tipe C yang menghasilkan
Cahyani, Oktavia P. 2017. Upaya Penurunan
nyeri seperti tertusuk (dikutip dalam Nyeri Pada Pasien Dengan Post
Appendiktomi.
Evarica 2015).
Faridah, Virgianti N. 2015. Penurunan Tingkat
2. Gambaran Intensitas nyeri setelah diberikan Nyeri Pasien Post Op Apendicitis
relaksasi nafas dalam Dengan Tehnik Diktraksi Nafas Ritmik.
Surya. Vol 07 No 02.
Sebelum dilakukan tindakan Jamaludin, Ulya Nur K. 2017. Pengaruh
relaksasi nafas pada kedua klien skala Terapi Guided Imagery Dan Iringan
Musik Terhadap Penurunan Nyeri
nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan Pada Pasien Dengan Post
skala nyeri berkurang menjadi 3 dan 2. Apendiktomi. Jurnal profesi
keperawatan. Vol 4 No. 2.
Setelah dilakukan nafas dalam Kowalak, Jennifer P, Welsh,William, &
klien lebih menjadi rileks dan Mayer, Brenna. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta : EGC
menyebabkan nyeri berkurang. Sejalan Maranatha. 2019. Hamilton Rating Scale For
dengan pendapat Rahmayati (2010) Anxiety.
28
Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI


APENDISITIS DENGAN MASALAH NYERI AKUT
Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary Akbar3, Herawati Jaya4
Program Studi DIII Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang1
devi@poltekkespalembang.ac.id1
wena@poltekkespalembang.ac.id2
haryakbar1603@gmail.com3
herajaya@poltekkespalembang.ac.id4
Corresponding Author: Devi Mediarti

DOI: https://doi.org/10.36729

ABSTRAK
Latar Belakang: Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks (Umbai cacing). Salah satu
penatalaksanaan apendisitis adalah dengan pembedahan apendiktomi. Keluhan yang sering timbul
pasca pembedahan adalah nyeri akut. Untuk mengatasi nyeri maka perlu dilakukan implementasi
keperawatan pada pasien post operasi apendisitis. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
manajemen nyeri akut yaitu teknik relaksasi napas dalam, pengaturan posisi dan tindakan kolaborasi
pemberian obat. Bila implementasi keperawatan ini tidak dilakukan maka pasien pasien akan terfokus
pada nyerinya sehingga nyeri tidak berkurang. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus. Tempat penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit yang
berada di Palembang. Waktu penelitian dilakukan di bulan April 2021. Sampel penelitian ini 2 orang
pasien post operasi apendisitis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan implementasi
keperawatan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan dua responden yang telah diberikan
implementasi berupa manajemen nyeri akut yaitu teknik relaksasi napas dalam, pengaturan posisi dan
tindakan kolaborasi pemberian obat. Hasil: Terjadi penurunan skala nyeri dimana pasien 1 nilai skala
nyeri pre adalah 5 dan nilai post turun menjadi 2 dan pasien 2 dengan nilai skala nyeri pre adalah 6
turun menjadi 2 pada nilai post nya . Implementasi keperawatan mengkaji nyeri, teknik relaksasi napas
dalam, mengatur posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi nyeri akut yang
dirasakan pasien. Saran: Agar manajemen nyeri akut bisa diterapkan oleh pasien yang berada di
rumah sakit terutama pasien yang mengalami nyeri akut.
Kata Kunci: Nyeri akut, Post Operasi Apendisitis

ABSTRACT
Background: Appendicitis is an inflammation of the appendix (worm tuber). One of the management
of appendicitis is appendectomy surgery. Complaints that often arise after surgery is acute pain. To
overcome pain, it is necessary to implement nursing in postoperative appendicitis patients. The nursing
implementation carried out was acute pain management, namely deep breathing relaxation techniques,
positioning and collaborative drug administration actions. If the implementation of this nursing is not
carried out, the patient will focus on the pain so that the pain does not decrease. Methods: This
research design uses a descriptive method in the form of a case study. The place of research was
carried out in one of the hospitals in Palembang. The time of the study was carried out in April 2021.
The sample of this study was 2 patients after appendicitis surgery. The approach used is the nursing
implementation approach. This study was conducted to compare two respondents who had been given
the implementation of acute pain management, namely deep breathing relaxation techniques,
positioning and collaborative action of drug administration. Results : There was a decrease in the pain
scale where patient 1 had a pre pain scale score of 5 and the post score dropped to 2 and patient 2 with
a pre pain scale value of 6 dropped to 2 on the post score. Nursing implementation examines pain,
deep breathing relaxation techniques, adjusts the semi-Fowler position and collaboration in drug
administration to reduce the acute pain felt by the patient. Suggestion: So that acute pain management
can be applied by patients who are in hospital, especially patients who experience acute pain.
Keywords: Acute Pain, Post Appendicitis Surgery

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 151


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

PENDAHULUAN Salah satu penatalaksanaan pasien


Apendisitis merupakan peradangan dengan apendisitis akut adalah dengan cara
pada apendiks (umbai cacing) yang pembedahan apendiktomi. Apendiktomi
berbahaya jika tidak ditangani dengan merupakan tindakan pembedahan yang
segera dimana dapat terjadi infeksi berat dilakukan untuk mengangkat apendiks
yang bisa menyebabkan pecahnya lumen yang didiagnosa apendisitis sebagai
usus (Williams, L., 2011). Menurut World pencegahan terjadinya perforasi apendiks
Health Organisation atau WHO (2010) dan penanganan terjadinya perforasi yang
menjelaskan bahwa angka kejadian dapat menimbulkan nyeri (Amalia &
Apendisitis cukup tinggi di dunia dengan Susanti, 2014). Keluhan yang sering
angka mortalitas sebanyak 21.000 jiwa, timbul pasca pembedahan (post operasi)
dimana angka mortalitas pada laki-laki adalah pasien merasakan nyeri yang hebat
sekitar 12.000 jiwa dan sekitar 10.000 jiwa dan mempunyai pengalaman yang kurang
pada perempuan WHO juga menyebutkan menyenangkan akibat nyeri yang tidak
bahwa insiden pada tahun 2014 apendisitis adekuat. Berdasarkan penelitian yang telah
menempati urutan ke delapan sebagai dilakukan oleh Gedara et al, (2015),
penyebab utama kematian di dunia prevalensi pasien yang mengalami nyeri
(Faridah, 2015) . Menurut data yang dirilis berat setelah melakukan operasi sekitar 50
oleh Departemen Kesehatan Republik % dan 10 % pasien mengalami nyeri
Indonesia tentang kejadian apendisitis di sedang sampai berat (Anggaraeni, 2016).
Indonesia pada tahun 2016 jumlah Pendekatan farmakologis
penderita apendisitis di Indonesia merupakan pendekatan kolaborasi antara
mencapai 591.819 orang dan meningkat dokter dengan perawat yang menekankan
pada tahun 2017 sebesar 596.132 orang pada pemberian obat yang mampu
(Soewito, 2017), sedangkan di kota menghilangkan sensasi nyeri. Sedangkan
Palembang kejadian apendisitis sebanyak pendekatan non farmakologis merupakan
2.363 penderita dan 19 penderita pendekatan untuk menghilangkan nyeri
diantaranya meninggal. Penulis melakukan dengan menggunakan teknik manajemen
studi pendahuluan ke rumah sakit nyeri yang salah satunya adalah dengan
Bhayangkara Palembang didapatkan data teknik relaksas (PPNI, 2018). Teknik
pada 3 bulan terakhir didapatkan pasien relaksasi nafas dalam merupakan suatu
yang menderita apendisitis sebanyak 5 bentuk asuhan keperawatan, yang dalam
orang. hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam,

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 152


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

nafas lambat (menahan inspirasi secara METODE PENELITIAN


maksimal) dan bagaimana Metode yang digunakan dalam
menghembuskan nafas secara perlahan. studi kasus ini adalah deskriptif dalam
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi
teknik relaksasi nafas dalam juga dapat masalah implementasi keperawatan pada
mengurangi tanda dan gejala pasien post operasi apendisitis dengan
ketidaknyamanan seperti ketegangan otot masalah nyeri akut di Rumah Sakit
atau kecemasan (PPNI, 2018). Mengatur Bhayangkara Palembang. Pendekatan yang
posisi merupakan salah satu teknik untuk dilakukan adalah pendekatan asuhan
mengurangi nyeri. Salah satu posisi yang keperawatan yang meliputi pengkajian
dapat diberikan untuk kenyamanan pasien keperawatan, diagnosa keperawatan,
yaitu posisi semi fowler. Teknik ini dapat intervensi keperawatan, implementasi
dilakukan dengan kepala ditopang dalam keperawatan dan evaluasi keperawatan.
posisi berbaring atau duduk dikursi atau Studi kasus ini telah dilaksanakan di
tempat tidur untuk memberikan Instalasi Rawat Inap Umum Rumah Sakit
kenyamanan pada pasien (Potter & Perry, Bhayangkara Palembang yang
2006). pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 2 –
Secara umum tujuan penulis adalah 23 April 2021. Subjek studi kasus
untuk melakukan implementasi berjumlah dua pasien yang diamati secara
keperawatan pada pasien post operasi mendalam dengan kriteria inklusi yaitu
apendisitis dengan masalah nyeri akut. pasien post operasi apendisitis yang
Secara khusus tujuan penulis adalah dapat mengalami nyeri akut, pasien post operasi
melakukan implementasi keperawatan apendisitis hari pertama dan bersedia
manajemen nyeri akut, teknik relaksasi menjadi partisipan. Sedangkan Kriteria
napas dalam, pengaturan posisi dan eksklusi pada karya tulis ilmiah ini adalah
tindakan kolaborasi pemberian obat. Maka pasien post operasi apendisitis yang telah
penulis tertarik untuk menjelaskan dan mengalami komplikasi. Pelaksanaan studi
menganalisis tentang penanganan kasus kasus ini difokuskan pada implementasi
post operasi apendisitis dengan judul keperawatan pada pasien post operasi
“Implementasi Keperawatan Pada Pasien apendisitis dengan masalah nyeri akut.
Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Pasien post operasi apendisitis yang telah
Nyeri Akut”. selesai operasi akan merasakan nyeri akut
sehingga perlu dilakukan implementasi

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 153


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

keperawatan tersebut untuk mengurangi masuk ke RS X Palembang pada tanggal


nyerinya. 19 April 2021 di ruangan Irna Umum
nomor 320 Kelas 2. Identitas penanggung
HASIL PENELITIAN jawab pasien adalah Ny. H selaku Istri dari
Pada hasil dan pembahasan Tn. J yang berumur 42 tahun, beragama
memaparkan hasil dari kegiatan proses islam dan tinggal serumah dengan Tn. J.
keperawatan yang dilakukan pada klien. Pada pasien 1 keluhan utama saat
Proses keperawatan dilakukan dengan masuk RS pasien mengatakan nyeri perut
tahapan dari pengkajian, diagnose, kanan bawah sejak ± 10 jam sebelum
perencanaan, implementasi dan evaluasi masuk rumah sakit, nyeri bila ditekan,
keperawatan (Potter & Perry, 2009). nafsu makan menurun, demam, mual dan
Hasil Pengkajian Keperawatan muntah. Keluhan utama saat pengkajian
Pada Pasien pertama pengkajian pasien 1 mengatakan masih merasa nyeri
dilakukan pada tanggal 2 April 2021 pukul pada daerah luka operasi. Riwayat
15.00 WIB didapatkan biodata pasien yaitu kesehatan sekarang pasien 1 telah
Tn. A berumur 34 tahun, berjenis kelamin dilakukan operasi apendisitis pada tanggal
laki-laki, bekerja sebagai polisi dengan 2 April 2021 pukul 10.00 WIB – 11.30
pendidikan terakhirnya yaitu SMA. Tn. A WIB. Tidak ada komplikasi selama
bertempat tinggal di Jalan Swadaya 4 pembedahan. Pasien mengatakan nyeri di
Sukajadi, Palembang. Tn.A masuk ke RS bagian luka operasi saat bergerak dan
X Palembang pada tanggal 1 April 2021 di menjalar ke perut. Sedangkan Pada pasien
ruangan Irna Umum nomor 323 Kelas 1. 2 keluhan utama saat masuk RS Pasien
Identitas penanggung jawab pasien adalah mengatakan sakit perut didaerah abdomen
Ny. R selaku Istri dari Tn. A yang berumur bagian kanan ± 7 jam sebelum masuk
30 tahun, beragama islam dan tinggal rumah sakit, lidah pahit dan demam.
serumah dengan Tn. A. Sedangkan pada Keluhan utama saat pengkajian pasien 2
pasien kedua pengkajian dilakukan pada mengatakan masih merasa nyeri pada
tanggal 20 April 2021 pukul 14.00 WIB daerah luka operasi. Riwayat kesehatan
didapatkan biodata pasien yaitu Tn. J sekarang pasien 2 telah dilakukan operasi
berumur 50 tahun, berjenis kelamin laki- apendisitis pada tanggal 20 April 2021
laki.bekerja sebagai karyawan swasta pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB. Tidak ada
dengan pendidikan terakhirnya yaitu SMA. komplikasi selama pembedahan. Pasien
Tn. J bertempat tinggal di Jalan Sido mengatakan nyeri di bagian luka operasi
Makmur Sukarami, Palembang. Tn. J dan menjalar ke seluruh perut.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 154


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

Ada beberapa model yang telah namun pasien suka mengonsumsi makanan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan. pedas, frekuensi minum air putih 5-7 gelas/
Salah satu contoh format pengkajian yang hari atau ± 1500 ml/ hari. Selama Sakit
disusun oleh Gordon yang mengkaji 11 nafsu makan berkurang. Pasien makan
pola fungsi kesehatan. Kata pola digunakan 3x/hari tetapi makanan yang dimakan tidak
Gordon untuk memaknai perilaku secara habis, makan hanya 4-5 sendok makan
berurutan Pada pengkajian pola fungsi saja, diit bubur halus, minum air putih ±
menurut Gordon didapatkan pada pasien 1 500 ml/hari. Pada pasien 2 pola eliminasi
pola nutrisi sebelum sakit pola makan baik sebelum sakit pasien BAK 4-6 x/hari,
yaitu 3x sehari dengan menu nasi, lauk, warna kuning jernih, dan BAB 1x/ 2 hari
sayur, tidak ada pantangan makanan warna kuning, bau khas feses. Selama sakit
namun pasien suka mengonsumsi makanan pasien terpasang kateter, jumlah urine
pedas, frekuensi minum air putih 7-8 gelas/ perjam sebanyak ± 150 cc, belum BAB
hari atau ± 1500 ml/ hari. Selama Sakit sama sekali selama di RS. Pada pasien 2
nafsu makan berkurang. Pasien makan pola aktivitas sebelum sakit aktivitas
3x/hari tetapi makanan yang dimakan tidak dilakukan secara mandiri. Selama sakit
habis, makan hanya 5-6 sendok makan semua aktivitasnya di rumah sakit dengan
saja, diit bubur halus, minum air putih ± di bantu oleh keluarganya.
500 ml/hari. Pada pasien 1 pola eliminasi Pemeriksaan fisik pada pasien 1
sebelum sakit pasien BAK 5-7 x/hari, didapatkan keadaan umum pasien lemah,
warna kuning jernih, dan BAB 1x/hari kesadaran komposmentis. Tekanan darah
warna kuning, bau khas feses. Selama sakit 120/80 mmhg, pernapasan 24 x/menit,
pasien terpasang kateter, jumlah urine tekanan nadi 80 x/menit, suhu 36,5 0C .
perjam sebanyak ± 150 cc, belum BAB Sedangkan pada pasien 2 didapatkan
sama sekali selama di RS. Pada pasien 1 keadaan umum pasien lemah, kesadaran
pola aktivitas sebelum sakit aktivitas komposmentis. Tekanan darah 140/90
dilakukan secara mandiri. Selama sakit mmhg, pernapasan 24 x/menit, tekanan
semua aktivitasnya di rumah sakit dengan nadi 88 x/menit, suhu 37 0C. Pemeriksaan
di bantu oleh keluarganya. head to toe pada pasien didapatkan semua
Pada pengkajian pola fungsi hasil normal kecuali pada abdomen. Pada
menurut Gordon didapatkan pada pasien 2 pasien 1 dan 2 abdomen simetris, datar,
pola nutrisi sebelum sakit sakit pola makan ada luka bekas operasi di bagian perut
baik yaitu 3x sehari dengan menu nasi, sebelah kanan bawah dengan panjang 6-8
lauk, sayur, tidak ada pantangan makanan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 155


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

cm, kondisi luka kemerahan dan tidak ada timbul berlangsung sekitar 3-4 menit. Data
pus. objektif pada pasien 1 yaitu pasien nampak
Pemeriksaan laboratorium pada meringis kesakitan, tekanan darah 120/80
pasien 1 dan pasien 2 diketahui bahwa mmhg, pernafasan 20 x/menit, nadi
jumlah hemoglobin (Hb) pada P1 dan P2 80x/menit, suhu 36,5 ℃. Berdasarkan
berada diatas nilai normal (14-16 g/DL). etiologi luka insisi yang menyebabkan
Pada P1 hasil Hb sebesar 16,5 g/dL dan kerusakan jaringan pada saraf sehingga
pada P2 sebesar 16,6 g/Dl. Jumlah didapatkan masalah keperawatan nyeri
Leukosit pada P1 dan P2 berada diatas akut, sedangkan didapatkan analisa data
nilai normal (5.000 – 10.000 uL). Pada P1 pada pasien 2 dengan data subjektif yaitu
hasil leukosit 11.200 uL dan pada P2 pasien mengatakan nyeri di abdomen
sebesar 20.500 uL.Jumlah Eritrosit pada P1 kanan pada luka bekas operasi. Nyeri yang
dan P2 berada diatas normal (4.5 – 5.5 dirasakan seperti di tusuk-tusuk di luka
Juta/uL). Pada P1 hasil leukosit 5.7 Juta/uL operasi dengan skala nyeri 6. Pasien
dan pada P2 sebesar 5.6 Juta/uL. Pada mengatakan nyeri menyebar keseluruh
terapi farmakologis obat kedua pasien abdomen dan nyeri tidak menentu/ hilang
sama yaitu IUFD RL gtt 20X/ menit, timbul berlangsung sekitar 5 menit. Data
keterolak 3x1 ampul, ambacin cefuroxime objektif pada pasien 2 yaitu pasien nampak
sodium 2x1 vial dan metronidazole 2x1 meringis kesakitan, tekanan darah 140/90
vial, hanya saja pada pasien 2 ada terapi mmhg, pernafasan 24 x/menit, nadi 86
obat pantoprazole dan omeprazole. x/menit, suhu 37 ℃. Berdasarkan etiologi
Diagnosa Keperawatan luka insisi yang menyebabkan kerusakan
Setelah didapatkan data dari jaringan pada saraf sehingga didapatkan
pengkajian yang dilakukan secara masalah keperawatan nyeri akut. Sehingga
menyeluruh, maka dibuatlah analisa data didapatkan kesimpulan diagnosa
dan membuat kesimpulan diagnosis keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2
keperawatan (Potter & Perry, 2009). Dari adalah Nyeri akut berhubungan dengan
data diatas didapatkan analisa data pada agen pencedera fisik (adanya insisi bedah).
pasien 1 dengan data subjektif yaitu pasien Intervensi Keperawatan
mengatakan nyeri di abdomen kanan pada Intervensi yang dibuat untuk
luka bekas operasi. Nyeri yang dirasakan diagnosa diatas adalah tujuan yang
seperti dicubit dengan skala nyeri 5. Pasien diharapkan dari tindakan keperawatan
mengatakan nyeri menyebar keseluruh 3x24 jam yang dilakukan yaitu nyeri
abdomen dan nyeri tidak menentu/ hilang berkurang, terkontrol atau hilang. Dengan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 156


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

kriteria hasil tingkat nyeri menurun hilang timbul berlangsung sekitar 3-4
(kemampuan mengerjakan aktivitas menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
meningkat, keluhan nyeri menurun, mengatur posisi pasien semi fowler dengan
meringis menurun, gelisah menurun). menaikkan posisi tempat tidur dibagian
Intervensi keperawatan yang dilakukan kepala dengan ketinggian 450, meletakkan
berdasarkan Standar Intervensi 1 bantal dibawah kepala pasien, membantu
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) pasien setengah duduk ditempat tidur
adalah manajemen nyeri yang meliputi dengan cara tangan kanan masuk ke ketiak
observasi dengan mengidentifikasi lokasi, pasien dan tangan kiri menyangga
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, punggung pasien, kemudian anjurkan
intensitas nyeri, dan skala nyeri. pasien untuk mendorong badannya
Teraupetik dengan memberikan teknik kebelakang, berikan 1 bantal untuk
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa sandaran punggung pasien. Pada pukul
nyeri seperti latihan napas dalam, 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
mengontrol lingkungan yang dapat napas dalam dengan melatih pasien
memperberat rasa nyeri seperti mengatur melakukan napas perut (tarik napas dalam
posisi pasien (posisi semi fowler), Edukasi melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
dengan mengajarkan teknik tetap tertutup). Meminta pasien menahan
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa napas (3 hitungan), meminta pasien
nyeri, dan kolaborasi dengan pemberian menghembuskan napas perlahan dalam 3
analgetik, jika perlu. hitungan (lewat mulut, bibir seperti
Implementasi Keperawatan meniup). Meminta pasien untuk melakukan
Penulis melakukan implementasi napas dalam hingga merasa lebih rileks dan
keperawatan terhadap pasien 1 pada nyeri sedikit berkurang. Pada pukul 16.45
tanggal 3-5 April 2021. Tanggal 3 April WIB Melakukan pemberian obat dengan
2021 pukul 15.00 WIB penulis melakukan drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL
pengkajian nyeri secara komprehensif dengan gtt 20 x/menit .
dengan menggunakan metode mnemonic Tanggal 4 April 2021 pukul 15.00
PQRST dengan hasil Nyeri di perut kanan WIB penulis melakukan pengkajian nyeri
bawah setelah post operasi apendisitis dan secara komprehensif dengan menggunakan
dirasakan saat diam maupun bergerak (P), metode mnemonic PQRST dengan hasil
nyeri yang dirasakan seperti dicubit (Q), pasien mengatakan nyeri di perut kanan
nyeri menyebar keseluruh abdomen (R), bawah akibat luka operasi apendisitis dan
skala nyeri 5 (S), nyeri tidak menentu, dirasakan semakin membaik bila istirahat

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 157


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

(P), nyeri yang dirasakan seperti di cubit amp keterolak pada cairan infus RL dengan
(Q), nyeri menyebar keseluruh abdomen gtt 20 x/menit.
(R), skala nyeri 4 (S), nyeri tidak menentu, Pada pasien 2 penulis melakukan
hilang timbul berlangsung sekitar 2-3 implementasi keperawatan pada tanggal
menit (T). Pada pukul 15.30 WIB 21-23 April 2021. Tanggal 21 April 2021
mengatur posisi pasien semi fowler dengan pukul 15.00 WIB penulis melakukan
menaikkan posisi tempat tidur dibagian pengkajian nyeri secara komprehensif
kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul dengan menggunakan metode mnemonic
16.00 WIB melakukan teknik relaksasi PQRST dengan hasil nyeri di perut kanan
napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga bawah setelah operasi apendisitis dan
merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45 dirasakan saat diam maupun bergerak (P),
WIB Melakukan pemberian obat dengan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL (Q), nyeri menyebar keseluruh abdomen
dengan gtt 20 x/menit . (R), skala nyeri 6 (S), nyeri tidak menentu,
Tanggal 5 April 2021 pukul 15.00 hilang timbul berlangsung sekitar 4-5
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
secara komprehensif dengan menggunakan mengatur posisi pasien semi fowler dengan
metode mnemonic PQRST dengan hasil menaikkan posisi tempat tidur dibagian
pasien mengatakan nyeri di perut kanan kepala dengan ketinggian 450 , meletakkan
bawah akibat luka operasi apendisitis, 1 bantal dibawah kepala pasien, membantu
membaik bila istirahat (P), nyeri yang pasien setengah duduk ditempat tidur
dirasakan seperti di cubit (Q), nyeri dengan cara tangan kanan masuk ke ketiak
menyebar keseluruh abdomen (R), skala pasien dan tangan kiri menyangga
nyeri 2 (S), nyeri tidak menentu, hilang punggung pasien, kemudian anjurkan
timbul berlangsung sekitar 1-2 menit (T). pasien untuk mendorong badannya
Pada pukul 15.30 WIB mengatur posisi kebelakang, berikan 1 bantal untuk
pasien semi fowler dengan menaikkan sandaran punggung pasien. Pada pukul
posisi tempat tidur dibagian kepala dengan 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
ketinggian 450. Pada pukul 16.00 WIB napas dalam dengan melatih pasien
melakukan teknik relaksasi napas dalam melakukan napas perut (tarik napas dalam
sebanyak 5-6 kali hingga merasa nyeri melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
berkurang. Pada pukul 16.45 WIB tetap tertutup). Meminta pasien menahan
Melakukan pemberian obat dengan drip 1 napas (3 hitungan), meminta pasien
menghembuskan napas perlahan dalam 3

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 158


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

hitungan (lewat mulut, bibir seperti dirasakan semakin membaik bila istirahat
meniup). Meminta pasien untuk melakukan (P), nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
napas dalam hingga merasa lebih rileks dan tusuk (Q), nyeri menyebar keseluruh
nyeri sedikit berkurang. Pada pukul 16.45 abdomen (R), skala nyeri 2 (S), nyeri tidak
WIB Melakukan pemberian obat dengan menentu, hilang timbul berlangsung sekitar
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL 1-2 menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
dengan gtt 20 x/menit. mengatur posisi pasien semi fowler dengan
Tanggal 22 April 2021 pukul 15.00 menaikkan posisi tempat tidur dibagian
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul
secara komprehensif dengan menggunakan 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
metode mnemonic PQRST dengan hasil napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga
pasien mengatakan nyeri di perut kanan merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45
bawah akibat luka operasi apendisitis dan WIB Melakukan pemberian obat dengan
dirasakan semakin membaik bila istirahat drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL
(P), nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- dengan gtt 20 x/menit .
tusuk (Q), nyeri menyebar keseluruh Evaluasi Keperawatan
abdomen (R), skala nyeri 4 (S), nyeri tidak Setelah melakukan implementasi
menentu, hilang timbul berlangsung sekitar sesuai dengan perencanaan, maka perawat
3 menit (T). Pada pukul 15.30 WIB membandingkan hasil tindakan dengan
mengatur posisi pasien semi fowler dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
menaikkan posisi tempat tidur dibagian (Debora, 2011). Evaluasi harus dilakukan
kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul secara periodic tidak hanya satu kali saja
16.00 WIB melakukan teknik relaksasi untuk menentukan adanya perubahan atau
napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga perbaikan kondisi klien (Potter & Perry,
merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45 2009).
WIB Melakukan pemberian obat dengan Pada pasien 1 evaluasi pada tanggal
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL 3 April 2021 yaitu subjektif: pasien
dengan gtt 20 x/menit . mengatakan nyeri di abdomen kanan pada
Tanggal 5 April 2021 pukul 15.00 luka operasi, pasien mengatakan nyeri
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan seperti di cubit. Objektif:
secara komprehensif dengan menggunakan keadaan umum sedang, tekanan darah
metode mnemonic PQRST dengan hasil 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan
pasien mengatakan nyeri di perut kanan 20 x/menit, skala nyeri 5. Assesment:
bawah akibat luka operasi apendisitis dan masalah belum teratasi. Planning:

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 159


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

intervensi dilanjutkan. Tanggal 4 April pasien mengatakan nyeri sudah berkurang


2021 yaitu subjektif: pasien mengatakan dari sebelumnya. Objektif: keadaan umum
nyeri sedikit berkurang. Objektif: keadaan sedang, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
umum sedang, tekanan darah 120/80 80x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu
mmHg, nadi 76x/menit, pernafasan 20 36,8 ℃, skala nyeri 2. Assesment: masalah
x/menit, suhu 36,2 ℃, skala nyeri 4. teratasi sebagian. Planning: intervensi
Assesment: masalah belum teratasi. dihentikan.
Planning: intervensi dilanjutkan. Tanggal 5
April 2021 yaitu subjektif: pasien PEMBAHASAN
mengatakan nyeri sudah berkurang dari Penulis telah melakukan
sebelumnya. Objektif: keadaan umum Implementasi keperawatan pada pasien
sedang, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi post operasi apendisitis dengan masalah
80x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu nyeri akut di Irna Umum Rumah Sakit
36,3 ℃, skala nyeri 2. Assesment: masalah Bhayangkara Palembang yang dilakukan
teratasi sebagian. Planning: intervensi selama 3 hari yaitu kepada Tn. A (pasien
dihentikan. 1) pada tanggal 3-5 April 2021 dan Tn. J
Pada pasien 2 evaluasi pada tanggal (Pasien 2) pada tanggal 21-23 April 2021.
21 April 2021 yaitu subjektif: pasien Mengkaji Nyeri Secara Komprehensif
mengatakan nyeri di abdomen kanan pada Pengkajian nyeri dilakukan dengan
luka operasi, pasien mengatakan nyeri metode mnemonic PQRST. Penulis
yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk. menanyakan beberapa pertanyaan yaitu apa
Objektif: keadaan umum sedang, tekanan yang menyebabkan rasa nyeri, bagaimana
darah 140/90 mmHg, nadi 86 x/menit, kualitas nyeri yang dirasakan, apakah nyeri
pernafasan 24 x/menit, skala nyeri 6. menyebar, seperti apa sakitnya (skala
Assesment: masalah belum teratasi. nyeri), dan kapan rasa nyeri muncul. Pada
Planning: intervensi dilanjutkan. Tanggal pasien 1 di hari pertama didapatkan bahwa
22 April 2021 yaitu subjektif: pasien pasien merasakan nyeri di perut kanan
mengatakan nyeri sedikit berkurang. bawah akibat luka operasi apendisitis (P),
Objektif: keadaan umum sedang, tekanan nyeri yang dirasakan seperti di cubit (Q),
darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, nyeri menyebar keseluruh abdomen (R),
pernafasan 24 x/menit, suhu 36,7 ℃, skala Skala nyeri 5 (S) dan Nyeri tidak menentu,
nyeri 4. Assesment: masalah belum hilang timbul berlangsung sekitar 3-4
teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan. menit (T). Yang membedakan pengkajian
Tanggal 23 April 2021 yaitu subjektif: nyeri pada hari kedua dan ketiga adalah

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 160


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

pada komponen S dan T yaitu pada hari hasil evaluasi pada kedua pasien setelah
kedua skala nyeri 4 dan hilang timbul dilakukan pengkajian nyeri secara
sekitar 3 menit dan pada hari ketiga skala berkelanjutan didapatkan bahwa skala
nyeri 2 dan hilang timbul sekitar 1 – 2 nyeri pasien berkurang. Penelitian ini
menit. sejalan juga dengan penelitian Patasik
Pada pasien 2 di hari pertama (2013), sebagian besar mengalami nyeri
didapatkan bahwa pasien merasakan nyeri hebat sampai sangat hebat, tingkat nyeri
di perut kanan bawah akibat luka operasi pada pasien post operasi sectio caesarea
apendisitis (P), nyeri yang dirasakan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
seperti di tusuk-tusuk (Q), nyeri menyebar dalam dan guided imagery di Irina D BLU
keseluruh abdomen (R), Skala nyeri 6 (S) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
dan Nyeri tidak menentu, hilang timbul sebagian besar mengalami penurunan ke
berlangsung sekitar 4-5 menit (T). Yang kategori nyeri ringan selebihnya ke
membedakan pengkajian nyeri pada hari kategori nyeri sedang, dan teknik relaksasi
kedua dan ketiga adalah pada komponen S nafas dalam dan guided imagery
dan T yaitu pada hari kedua skala nyeri 4 efektifterhadap penurunan nyeri pada
dan hilang timbul sekitar 3 menit dan pada pasien post operasi sectio caesarea.
hari ketiga skala nyeri 2 dan hilang timbul Melakukan Teknik Relaksasi Napas
sekitar 1=2 menit. Perbandingan antara Dalam
Teknik napas dalam dilakukan
pasien 1 dan pasien 2 terletak pada skala
dengan cara meminta pasien meletakan
nyeri dimana pada saat dikaji pertama kali
satu tangan didada dan satu tangan di
pasien 1 mengungkapkan skala nyeri 5
abdomen kemudian melatih pasien
sedangkan pasien 2 mengungkapkan skala
melakukan napas perut (tarik napas dalam
nyeri 6, hal ini dapat diakibatkan oleh
melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
perbedaan ambang nyeri dan tingkat
tetap tertutup), menahan napas (3 hitungan)
toleransi terhadap nyeri masing-masing
serta menghembuskan napas perlahan
individu.
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
Berdasarkan penelitian Oktavia
seperti meniup). Pada pasien 1 di hari
(2017) mengenai upaya penurunan nyeri
pertama penulis mengajarkan kepada
pada pasien post apendiktomi di dapatkan
pasien untuk melakukan teknik napas
bahwa pengkajian nyeri yang akurat
dalam dan meminta pasien untuk
diperlukan untuk upaya penatalaksanaan
mengulangi dan melakukan teknik napas
nyeri yang efektif. Hal ini berkaitan
dalam hingga nyeri sedikit berkurang.
dengan yang terjadi di lapangan dimana

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 161


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

Begitu pula pada hari kedua dan ketiga napas dalam saat merasakan nyeri sehingga
pasien melakukan teknik napas dalam terdapat pengaruh teknik napas dalam
dengan benar dan mengulangi hingga nyeri terhadap penurunan skala nyeri.
berkurang. setelah dilakukan implementasi Berdasarkan penelitian yang telah
keperawatan teknik relaksasi napas dalam, dilakukan Amir dan Poppi (2018)
pasien 1 mengatakan tindakan ini dapat menunjukkan bahwa teknik relaksasi napas
mengurangi sedikit rasa nyeri dan pasien dalam sangat signifikan terhadap
mengulanginya sehingga didapatkan ada penurunan intensitas nyeri. Hal ini
perubahan skala nyeri yang pada awalnya berkaitan dengan yang terjadi di lapangan
skala nyeri 5 pada hari pertama turun dimana hasil evaluasi pada kedua pasien
menjadi skala nyeri 4 pada hari kedua dan setelah dilakukan teknik relaksasi napas
menjadi skala nyeri 2 pada hari ketiga. dalam secara berkelanjutan didapatkan
Pada pasien 2 di hari pertama bahwa skala nyeri pasien berkurang.
penulis mengajarkan kepada pasien untuk Mengatur Posisi Semi Fowler
melakukan teknik napas dalam dan Pada pasien 1 di hari pertama
meminta pasien untuk mengulangi dan penulis menjelaskan manfaat yang
melakukan teknik napas dalam hingga diperoleh dari pengaturan posisi semi
nyeri sedikit berkurang. Begitu pula pada fowler pada pasien post operasi apendisitis
hari kedua dan ketiga pasien melakukan dan mengajarkan bagaimana posisi semi
teknik napas dalam dengan benar dan fowler yang benar. Pasien dibantu
mengulangi hingga nyeri berkurang. melakukan posisi semi fowler karena
Setelah dilakukan implementasi kondisi yang masih lemah. Begitu pula
keperawatan teknik relaksasi napas dalam, pada hari kedua dan ketiga pasien
pasien 2 mengatakan tindakan ini dapat melakukan posisi semi fowler dengan
mengurangi sedikit rasa nyeri dan pasien benar. Setelah dilakukan implementasi
mengulanginya sehingga didapatkan ada keperawatan mengatur posisi, pasien 1
perubahan skala nyeri yang pada awalnya mengatakan tindakan ini dapat
skala nyeri 6 pada hari pertama turun meningkatkan rasa nyaman dan
menjadi skala nyeri 4 pada hari kedua dan mengurangi sedikit rasa nyeri sehingga
menjadi skala nyeri 2 pada hari ketiga. didapatkan ada perubahan skala nyeri yang
Pasien 1 dan pasien 2 memiliki keinginan pada awalnya skala nyeri 5 pada hari
yang besar untuk segera pulih, kedua pertama turun menjadi skala nyeri 4 pada
pasien mengikuti apa yang diperintahkan hari kedua dan menjadi skala nyeri 2 pada
dan selalu mengulangi teknik relaksasi hari ketiga.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 162


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

Pada pasien 2 di hari pertama berkaitan dengan yang terjadi di lapangan


penulis menjelaskan manfaat yang dimana hasil evaluasi pada kedua pasien
diperoleh dari pengaturan posisi semi setelah dilakukan pengaturan posisi semi
fowler pada pasien post operasi apendisitis fowler didapatkan bahwa skala nyeri
dan mengajarkan bagaimana posisi semi pasien berkurang.
fowler yang benar. Pasien dibantu Kolaborasi Pemberian Obat
melakukan posisi semi fowler karena Pada pasien 1 di hari pertama
kondisi yang masih lemah. Begitu pula penulis melakukan pemberian obat 1 amp
pada hari kedua dan ketiga pasien ketorolac yang di drip di infus RL dengan
melakukan posisi semi fowler dengan gtt 20 x/menit. Begitu pula pada hari kedua
benar. Setelah dilakukan implementasi dan ketiga penulis melakukan pemberian
keperawatan mengatur posisi, pasien 2 obat yang sama. Pada pasien 2 di hari
mengatakan tindakan ini dapat pertama penulis melakukan pemberian obat
meningkatkan rasa nyaman dan 1 amp ketorolac yang di drip di infus RL
mengurangi sedikit rasa nyeri sehingga dengan gtt 20 x/menit. Begitu pula pada
didapatkan ada perubahan skala nyeri yang hari kedua dan ketiga penulis melakukan
pada awalnya skala nyeri 6 pada hari pemberian obat yang sama. Selama
pertama turun menjadi skala nyeri 4 pada melakukan tindakan kolaborasi pemberian
hari kedua dan menjadi skala nyeri 2 pada obat pasien 1 dan pasien 2 kooperatif dan
hari ketiga. Selama melakukan tindakan mengatakan bahwa pemberian obat dapat
keperawatan mengatur posisi semi fowler mengurangi nyeri yang dirasakan oleh
pasien 1 dan pasien 2 mampu mengikuti pasien tersebut.
dan melaksanakan sesuai dengan prosedur Berdasarkan penelitian
dan yang penulis ajarkan dari kedua pasien Wahyuningtyas (2013) menunjukkan
mengatakan tindakan keperawatan bahwa setelah dilakukannya implementasi
mengatur posisi semi fowler ini mampu seperti pemberian analgesik, pasien
meningkatkan rasa nyaman dan mengungkapkan nyeri berkurang. Hal ini
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh berkaitan dengan yang terjadi di lapangan
pasien tersebut. dimana Hasil evaluasi pada kedua pasien
Berdasarkan penelitian yang setelah dilakukan kolaborasi pemberian
dilakukan oleh Andriani (2019) didapatkan obat anti nyeri didapatkan bahwa skala
bahwa ada pengaruh posisi semi fowler nyeri pasien berkurang.
terhadap penurunan intensitas nyeri pada
pasien post operasi laparatomi. Hal ini

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 163


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

KESIMPULAN DAN SARAN dengan prosedur yang telah diajarkan.


Kesimpulan Kedua pasien mengatakan tindakan
1. Tindakan mengkaji nyeri yang telah keperawatan mengatur posisi semi
dilakukan sangat efektif untuk fowler ini mampu mengurangi nyeri
mengetahui intensitas nyeri pasien dan yang dirasakan oleh pasien tersebut.
untuk mengetahui tindakan selanjutnya 4. Tindakan kolaborasi pemberian obat
yang akan dilakukan untuk mengurangi pada kedua pasien didapatkan bahwa
rasa nyeri tersebut. nyeri pada pasien berkurang sehingga
2. Tindakan teknik relaksasi napas dalam pasien merasa nyaman. Obat yang
pada kedua pasien didapatkan bahwa diberikan bisa memberikan efek
nyeri pada pasien berkurang penyembuhan terhadap keluhan yang
dikarenakan pasien mengatakan dirasakan pasien dan diberikan sesuai
melakukan teknik relaksasi napas anjuran dokter.
dalam jika nyeri tersebut muncul.
3. Tindakan keperawatan mengatur posisi
semi fowler pada kedua pasien
didapatkan bahwa pasien mampu
mengikuti dan melaksanakan sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E., & Susanti, Y. (2014). Efektififitas Terapi Imajinasi Terbimbing Dan Terapi Musik
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Akut Di Ruang Rawat
Bedah RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki.

Amir, M.D., dan Poppi, N. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif Apendiktomi di Ruang Nyi
Ageng Serang RSUD Sekarwangi. LENTERA: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan
Keperawatan, 3(1)

Andriani, C. (2019). Pengaruh Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Mawar dan Kutilang di RSUD DR. Moeloek
Provinsi Lampung. Repository Poltekkes Tanjungkarang

Anggaraeni, A. (2016). Gambaran Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Faridah, V. N. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Appendisitis dengan Tehnik
Distraksi Nafas Ritmik. Jurnal Kesehatan, 7(2)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 164


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4

Gedera, G. P., Kauppinen, R. M., & Le Louarn, S. (2015). Post-Operative Pain Management
Methods and Nursing Role in The Relief of Pain of Total Knee Replacement Patients.
JAMK University of Applied Sciences.

Patasik, C.K., Jon, T., dan Julia, R. (2013). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Guide Imagery Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1)

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Volume 3. Jakarta:
EGC

Soewito, B. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
Apendisitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuk
Linggau Tahun 2017. Jurnal Keperawatan, 5(2)

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Wahyuningtyas, S. (2013). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny. H dengan Post Operasi
Appendiktomy atas Indikasi Appendiksitis di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta. Studi Kasus. Surakarta: STIKES Kusuma Husada

Williams, L., & Wilkins. (2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 165


Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107

Efektifitas Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Op Appendisitis

Fauziah Botutihe1, Dwi Esti Handayani2 , Aswan3


Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia
Fauziah.maksum81@gmail.com
Abstrak

Latar Belakang, Appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing atau disebut appendiks, Hasil survey Sulawesi Selatan 2011, jumlah kasus apendisitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 di antaranya menyebabkan kematian. Jumlah penderita
apendisitis tertinggi di kota Makassar, yakni 970 prevalensi pada pasien berjenis kelamin laki-laki
(58,3%), sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan (41,7%) orang (Dinkes sul-sel 2011),
Berdasarkan data bagian rekam medik Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar bahwa jumlah penderita
penyakit Apendiksitis yang dirawat pada tahun 2018 adalah sebanyak 212 orang dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 110 orang dan perempuan berjumlah 102 orang (Profil Rumah Sakit Tk II
Pelamonia Makassar, 2018). Tujuan, studi kasus adalah untuk mengetahui Penerapan Tehnik
Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis. Metode
penelitian ini termasuk penelitian studi kasus, yang bertujuan untuk mengetahui atau menggambarkan
perbedaan antara 2 pasien dalam Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis. Hasil studi kasus, didapatkan hasil bahwa kedua responden
mengalami penurunan nyeri, Kesimpulan, Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam dapat
menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis

Kata Kunci : Appendicitis, Deep Relaxation Technique, Comfort Disorders (Pain)

ABSTRACT

Background, Appendicitis is a process of inflammation due to infection of the appendix or worm tufts
or called an appendix. The results of a survey in South Sulawesi in 2011 showed that there were 5,980
cases of appendicitis and 177 of them caused death. The highest number of patients with appendicitis in
the city of Makassar, namely 970 prevalence in patients of male sex (58.3%), while patients with
female sex (41.7%) (Dinkes sul-sel 2011), Based on data from the medical record section
Makassar Pelamonia Secondary Hospital that the number of people with Appendixitis disease treated in
2018 was 212 people, of which 110 were male and 102 were female (Profile of Pelamonia Makassar
Kindergarten II Hospital, 2018). The purpose of the case study is to find out the application of deep
breath relaxation techniques to the intensity of pain in patients with post op appendicitis. This research
method includes case study research, which aims to find out or describe the differences between 2
patients in the Application of Deep Breath Relaxation Techniques to Pain Intensity in Patients with
Post Op Appendicitis. The results of the case study, showed that the two respondents experienced a
decrease in pain, Conclusion, Application of Deep Breath Relaxation Technique can reduce Pain
Intensity in Patients with Post Op

Keywords : Post Appendicitis, Deep Relaxation Technique, Comfort Disorders (Pain).

69
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
PENDAHULUAN memperlihatkan nyeri adalah sesuatu
Appendisitis akut adalah salah yang alamiah maka mempengaruhi
satu penyebab nyeri abdomen akut pengeluaran fisiologis operasiiate
yang paling sering ditemukan. endogen sehingga terjadi persepsi
Hipotesis penyebab paling umum nyeri. Pada ansietas, seseorang yang
adalah adanya obstruksi lumen yang mengalami kecemasan akan
berlanjut kerusakan dinding appendiks meningkatkan persepsi nyeri.
dan pembentukan abses (Windy, Penelitian Yusrizal (2012), tentang
2016). pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan masase terhadap penurunan skala
Definisi nyeri pasien post operasi apendiktomi di
lain dari appendisitis adalah ruang bedah RSUD Dr.Muhammad
proses peradangan akibat infeksi Zein, didapatkan hasil bahwa terdapat
pada usus buntu atau umbai cacaing pengaruh pemberian teknik relaksasi
atau disebut appendis. Infeksi ini bisa nafas dalam dan masase terhadap
mengakibatkan komplikasi apabila skala nyeri pada pasien post operasi
tidak segera mendapatkan tindakan apendiktomi, sedangkan menurut
bedah untuk penanganannya penelitian Faridah (2015), tentang
(Hariyanto, 2015). penurunan tingkat nyeri pasien post
Apabila Appendisitis tidak di operasi apendiktomi dengan teknik
tangani secepatnya maka akan distraksi nafas ritmik di Ruang
terjadi peritonitis yang dapat Bougenvile RSUD Dr.Soegiri
meningkatkan risiko komplikasi pasca Lamongan, didapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh teknik distraksi nafas
pembedahan. Dampak lain yang akan
ritmik terhadap intensitas nyeri pada
terjadi adalah infeksi luka, abses pasien post operasi apendiktomi.
intraabdomen (pelvis, fosa, iliaka Berdasarkan uraian di atas maka
kanan, subfrenikus), perlekatan, penulis tertarik untuk mengambil judul
aktinomikosis abdomen dan piemia “Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
porta (Zulfikar & Wiratmo, 2015). Dalam Pada Pasien Post Operasi
Salah satu jenis pembedahan yang Appendectomy Dengan Gangguan
sering di lakukan pada pasien Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Appendisitis adalah Appendectomy. Nyaman di Rumah Sakit Tk.II
Kenyamanan adalah konsep sentral Pelamonia
tentang kiat keperawatan (Potter &
Perry,2006). Menurut Persatuan METODE
Perawat Nasional Indonesia (2018)
menyatakan bahwa masalah diagnosis Jenis penelitian yang digunakan dalam
keperawatan pada gangguan penelitian ini adalah Quasi
kenyamanan adalah Gangguan Rasa Eksperimental) dengan rancangan
Nyaman, Nausea, Nyeri akut, dan Nyeri penelitian two group comparison pretest-
kronis. posttest design yaitu rancangan
Nyeri post operasi disebabkan oleh eksperimen dengan cara sampel
berbagai faktor. Faktor yang
mempengaruhi intensitas dan lamanya mengukur intensitas nyeri luka pasca
nyeri pada tiap individu berbeda. post apendisitis sebelum dan setelah
Menurut Potter dan Perry (2010), faktor dilakukan treatment (perlakuan) untuk
tersebut antara lain keyakinan, ansietas, mengidentifikasi pengaruh relaksasi
gaya koperasiing, dukungan keluarga, nafas dalam dan massage effleurage
keletihan, dan pengalaman terhadap penurunan intensitas nyeri luka
sebelumnya. Pada keyakinan dan nilai- post op apendisitis pada pasien post
nilai budaya mempengaruhi cara
apendisitis, sebelum dan setelah
individu mengatasi nyeri karena
beberapa kebudayaan yakin bahwa dilakukan intervensi.

70
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Intervensi t T table Nilai df P
HASIL hitung korelasi
1. Distribusi Intensitas Nyeri Relaksasi 16,672 1,761 0,633 19 0,000
Nafas
Tabel 3.1 Dalam
Distribusi intensitas nyeri pada kelompok
relaksasi nafas dalam sebelum dan Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
sesudah diberikan intervensi t hitung relaksasi nafas dalam = 16,672
Intesitas nyeri dan nilai p = 0,000. Nilai t hitung dari
Pre Post
Post op masing-masing intervensi > t tabel =
Intervensi Intervensi
Apendisitis 1,761, begitu pula nilai p < nilai α =
F % F % 0,05, dan nilai korelasi antara relaksasi
Tidak Nyeri 0 0 12 30
napas dalam dan penurunan intensitas
Ringan 2 5 28 70
sedang 30 75 0 0 nyeri post op laparatomi = 0,633 yang
Berat 8 20 0 0 berarti ada perbedaan yang signifikan
Jumlah 40 100 40 100 antara intensitas nyeri postop
apendisitis sebelum dan sesudah
Tabel di atas menunjukkan bahwa intervensi yaitu relaksasi nafas dalam
dari 40 responden, sebelum intervensi dengan kekuatan hubungan kuat.
mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu
sebanyak 30 responden. Setelah PEMBAHASAN
diberikan intervensi mayoritas 1. Intensitas Nyeri post op Apendisitis
responden mengalami penurunan Sebelum dan Sesudah Diberikan
Intervensi Relaksasi Nafas Dalam
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan sebanyak
28 responden. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan 40 sampel penelitian.
2. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Skala intensitas nyeri dismenore
Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas sebelum diberikan intervensi relaksasi
Dalam nafas dalam di Rumah Sakit Tk.II
Pelamonia menunjukkan bahwa dari 40
Tabel 3.2
Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum responden, sebelum intervensi
Dan Sesudah Intervensi Relaksasi mayoritas mengalami nyeri sedang
Nafas Dalam yaitu sebanyak 30 responden. Setelah
Mean Selish Standar T D P diberikan intervensi mayoritas
Mean Deviasi f responden mengalami penurunan
Pre 5,60 4,70 16,67
1 19 0,000
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan
Post 0,90 sebanyak 28 responden.
Gejala yang dialami responden
pada saat menstruasi, sesuai dengan
3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas pendapat Judha (2012) gejala yang
Dalam Terhadap Penurunan Intensitas dirasakan pada saat dismenore adalah
Nyeri post op Apendisitis nyeri pada perut bagian bawah,
Tabel 3.3
Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas pinggang bahkan punggung.Dismenore
Dalam Terhadap Penurunan Intensitas sangat mengganggu aktivitas dan
nyeri post op Apendisitis sering dikeluhkan pada sebelum, saat

71
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
dan setelah menstruasi.Nyeri tersebut Hapsari dan Tri Anasari (2013). Dimana
timbul akibat adanya hormone dalam penelitian tersebut peneliti
prostaglandin yang membuat otot membandingkan relaksasi nafas dalam
uterus (rahim) berkontraksi (Judha, dkk, dengan pemberian coklat. Penelitian
2012). tersebut dilakukan pada 15 responden
Setelah diberikan intervensi yang mengalami nyeri postop
relaksasi nafas dalam terjadi penurunan apendisitis dengan metode relaksasi
intensitas nyeri dari 8 responden yang nafas dalam yang sama dengan
mengalami nyeri berat dan 30 penelitian ini. Hasil akhir menunjukkan
responden yang mengalami nyeri bahwa responden mengalami
sedang 28 diantaranya menurun penurunan intensitas nyeri yang
menjadi nyeri ringan dan 12 responden signifikan dengan nilai signifikansi
lainnya tidak mengalami nyeri setelah p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian
diberi intervensi. responden yang tersebut menyebutkan bahwa relaksasi
mengalami nyeri berat menurun nafas dalam lebih efektif terhadap
menjadi nyeri ringan. Skala tersebut penurunan intensitas nyeri Postop
menunjukkan bahwa nyeri yang apendisitis dibandingkan dengan
dirasakan responden sesudah relaksasi metode pemberian cokelat (Hapsari dan
nafas dalam adalah tidak nyeri dan Anasari T, 2013).
nyeri ringan. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian ini dimana skala
2, Perbedaan Rata-Rata Intensitas intensitas nyeri postop apendisitis
Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi sebelum relaksasi nafas dalam di
Nafas Dalam
Rumah Sakit labuang Baji tahun 2017
Hasil analisis dengan uji paired t- diperoleh skala intensitas nyeri postop
test menunjukkan skala intensitas nyeri Apendisitis sebelum intervensi M= 5,60,
postop apendisitis pada kelompok SD= 1,603. Kemudian skala intensitas
relaksasi nafas dalam sebelum dan nyeri postop apendisitis sesudah
sesudah diberi intervensi diperoleh t(df) dilakukan relaksasi nafas dalam di
= 16,672(19), perbedaan Mean = 4,70 Rumah Sakit Labuang Baji tahun 2017
Perbedaan SD = 1,261 dan nilai p = diperoleh skala sesudah diberi
0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan intervensi M= 0,90, SD= 0,788. Hasil
bahwa relaksasi nafas dalam dapat tersebut menunjukkan adanya
menurunkan intensitas nyeri postop perbedaan yang bermakna pada rata-
apendisitis secara signifikan sehingga rata intensitas nyeri sebelum dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan sesudah dilakukan relaksasi nafas
antara skala intensitas nyeri sebelum dalam atau dengan kata lain secara
dan sesudah dilakukan relaksasi nafas signifikan bahwa relaksasi nafas dalam
dalam. dapat menurunkan rata-rata intensitas
Penelitian lain yang mendukung nyeri sebesar 4,70 (α<0,05).
penelitian tentang pengaruh relaksasi
nafas dalam terhadap intensitas nyeri 3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas
postop apendisitis adalah penelitian Dalam Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri post op Apendisitis.
yang dilakukan oleh Retno Wida

72
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Berdasarkan tabel 4.3 berbeda pada setiap orang dalam hal
menunjukkan bahwa seluruh responden skala atau tingkatannya dan hanya
mengalami penurunan intensitas nyeri orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa
setelah diberikan intervensi baik
nyeri yang dialami.
relaksasi nafas dalam. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan durasi KESIMPULAN
intervensi selama 15 menit, pada menit
ke 15 seluruh responden mengatakan 1. Skala intensitas nyeri postop
sudah merasa lebih baik dan rasa nyeri apendisitis sebelum dilakukan
hilang. Penurunan nyeri pada masing- relaksasi nafas dalam adalah M =
masing responden berada pada durasi 5,60. SD= 1,603, nilai minimum = 3
dan tingkat nyeri yang berbeda-beda. dan nilai maksimum = 10.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas 2. Skala intensitas nyeri postop
diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas Apendisitis sesudah dilakukan
dalam yaitu 16,672 dan nilai p = 0,000. relaksasi nafas dalam adalah M =
Nilai t hitung dari masing-masing 0,90. SD= 0,788, nilai minimum = 0
intervensi > t tabel = 1,761, begitu pula dan nilai maksimum = 2.
nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada 3. Ada perbedaan yang signifikan
perbedaan yang signifikan antara antara skala intensitas nyeri post op
intensitas nyeri postop apendisitis Apendisitis sebelum dan sesudah
sebelum dan sesudah intervensi. dilakukan relaksasi nafas dalam
Nilai korelasi relaksasi nafas dengan nilai p=0,000.
dalam adalah 0,633 menunjukkan 4. Relaksasi nafas efektif terhadap
bahwa korelasi relaksasi nafas penurunan intensitas nyeri postop
dalam terhadap penurunan Apendisitis.
intensitas nyeri postop apendisitis
sangat kuat. Teknik relaksasi nafas
dalam berupaya agar responden
DAFTAR PUSTAKA
fokus pada daerah yang mengalami
nyeri atau ketegangan otot pada Ayudianningsih. (2009). Pengaruh
perut bagian bawah sehingga Teknik Relaksasi Nafas
daerah yang mengalami nyeri akan Dalam terhadap Penurunan
berkurang. Tingkat Nyeri Pada Pasien
Efek yang ditimbulkan dari kedua Pasca Operasi Fraktur Femur
perlakuan sebenarnya tergantunng dari diRumah Sakit Karima Utama
sifat nyeri, kenyamanan dan lingkungan Surakarta.Surakarta : UMS.
responden saat melakukan kedua Eylin. (2015). Karakteristik Pasien dan
intervensi untuk menurunkan nyeri. Histologi Diagnosis Pada
Nyeri yang dialami responden sangat Kasus
subjektif, tidak bisa dirasakan oleh
apendisitisBerdasarkan Data
orang lain dan hanya responden yang
dapat menjelaskan bagaimana keadaan Registrasi di Departemen
nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai Patologi Anatomi Fakultas
pendapat Judha (2012) sifat nyeri Kedokteran Universitas
sangat subjektif karena perasaan nyeri Indonesia Rumah Sakit

73
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Umum Pusat Nasional Cipto Potter&Perry,. (2009). Fundamental
Mangunkusumo pada tahun Keperawatan: Konsep,
2003-2007. Jakarta: Fakultas Proses, Dan Praktek. Edisi
Kedokteran Universitas 4,Volume 2. Jakarta: EGC
Indonesia. Konsep, Proses dan Praktik,
Faucett, J., Gordon, N., & Levine, J. Edisi 4,Volume 2, Alih
(2009). Differences in Bahasa Renata Komalasari,
postoperative pain severity Editor Monica Ester, dkk,
among four ethnic groups. Jakarta: EGC. penelitian
Pain Management. Di unduh kesehatan, edisi PT. Asdi
28 Mei 2018. Mahasatya.
Kisner, C & Colby, L.A. (2009). Smeltzer& Bare C.Suzanne. (2008).
Therapeutic Exercise: Buku Ajar
Foundations and Techniques Keperawatan.Medika Bedah,
5th Edition. Philadelphia: F.A. Alih Bahasa: Waluyo Agung,
Davis Company. dkk, Editor Monika Ester.
Kusumawati,I. (2010). Hubungan Antara Jakarta : EGC
Status Merokok Anggota Yuliawati, S. (2010). Pengaruh
Keluarga Dengan Lama Kombinasi Teknik Relaksasi
Pengobatan ISPA Balita di Sistematik dan Analgesic
Kecamatan Jenawi (Doctoral Terhadap Rasa Nyeri Pasien
dissertation, Universitas Pasca Bedah Abdomen.
Sebelas Maret). penelitian Tesis. FIK-UI.
kesehatan, edisi PT. Asdi
Mahasatya.
Lowrence, G. (2006). Appendiksitis dan
Insidennya. Diunduh pada
tanggal 20 Juli 2018.
Long, B. C. (2008). Keperawatan
Medika Bedah : Suatu
Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung:
YIAPK.
Nursalam. (2013). Konsep Dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu
Keperawatanpedoman
Skripsi, Tesis Dan Instrumen
Penelitian Keperawatan.
Edisi 4 . Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode
Penelitian Kesehatan, edisi
PT. Asdi Mahasatya.

74
Jurnal Anestesi: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Vol. 1 No. 3 Juli 2023
e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166
DOI: https://doi.org/10.59680/anestesi.v1i3.356

TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN


NYERI PADA PASIEN POST OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG
UGD PUSKESMAS LATU
Yerry Soumokil
Stikes Maluku Husada

Alwia Said Pattimura


Stikes Maluku Husada

Ahmad Janwar Pattimura


Stikes Maluku Husada
Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Stikes Maluku Husada
Email: soumokily@gmail.com

Abstract. Appendicitis is an inflammation of the appendix vermiformis, which requires


immediate surgical action. The prominent complaint in post appendicectomy patients is pain
discomfort. Pharmacological measures are usually given analgesics, and non-
pharmacological therapies are used as a companion to drugs. One of the non-pharmacological
therapies to reduce pain is deep breath relaxation techniques. Relaxation breathing techniques
are nursing care actions, where nurses teach patients how to perform deep breathing
techniques / breathing slowly (hold inspiration to the maximum) and exhale slowly. The
purpose of this application is to reduce the pain intensity of postoperative appendicitis patients
in the Latu Health Center emergency room. The writing of this case study final report uses a
descriptive method with a nursing process approach and Evidence Based Practice. Case study
analysis was conducted on 1 postoperative appendicitis patient with a focus on deep breath
relaxation technique interventions. Results After performing breath relaxation techniques
twice a day for 20-30 minutes, which was carried out one hour before giving analgesics, for 1
consecutive day, post appendicectomy patients had a decrease in pain scale. Patient pain scale
7 dropped to pain scale 4. Deep breath relaxation technique interventions can be applied to
other postoperative patients, which serves to reduce pain.

Keywords : Appendicitis, Pain, Deep Breath Relaxation Technique

Abstrak. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis, yang memerlukan


tindakan bedah segera. Keluhan yang menonjol pada pasien pasca apendiktomi adalah
gangguan rasa nyaman nyeri. Tindakan farmakologis biasanya diberikan analgetik, dan terapi
non farmakologis digunakan sebagai pendamping obat. Salah satu terapi non farmakologis
untuk mengurangi nyeri adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik pernapasan
relaksasi adalah tindakan asuhan keperawatan, dimana perawat mengajarkan pada pasien cara
melakukan teknik nafas dalam / pernapasan secara perlahan (tahan inspirasi secara maksimal)
dan menghembuskan nafas secara perlahan. Tujuan penerapan ini adalah untuk menurunkan
intensitas nyeri pasien post operasi apendisitis di ruang UGD Puskesmas Latu. Penulisan
laporan akhir studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses
keperawatan dan berbasis Evidence Based Practice. Analisis studi kasus dilakukan pada 1
pasien post operasi apendisitis dengan fokus intervensi tehnik relaksasi nafas dalam. Hasil
Setelah dilakukan tehnik relaksasi nafas sehari 2 kali selama 20-30 menit, yang dilakukan satu
jam sebelum pemberian analgetik, selama 1 hari berturut turut, pasien post operasi apendiktomi
Received Juni 26, 2023;
* Yerry Soumokil, soumokily@gmail.com
e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166

terdapat penurunan skala nyeri. Pasien skala nyeri 7 turun menjadi skala nyeri 4. Intervensi
tehnik relaksasi nafas dalam dapat diterapkan untuk pasien post operasi lainnya, yang berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit.

Kata Kunci : Apendisitis, Nyeri, Tehnik Relakasasi Nafas Dalam

LATAR BELAKANG

Appendisitis adalah peradangan di appendix vermiformis, yang memerlukan tindakan


bedah segera untuk mencegah terjadinya perforasi apendiks. Penyebab apendisitis Fekalit
(Batu feses) yang mengoklusi lumen apendiks, Apendiks yang terpuntir, pembengkakan
didinng usus, kondisi fibrosa di dinding usus, oklusi ekternal usus akibat adesi, infeksi
organisme (Silaban, 2020). Penyakit usus buntu kerap meresahkan masyarakat dikarenakan
tindakan pembedahan yang menyebabkan hilangnya usus buntu secara permanen. Pola pikir
masyarakat masih mengaitkan kejadian penyakit usus buntu atau apendisitis dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan pedas, kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung biji, serta
efek menahan buang air besar (Ramadhani, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) di tahun 2017 menyebutkan, angka


kematian akibat apendisitis mencapai 0,2% – 0,8% secara global. Salah satu negara di dunia
yaitu Indonesia, mencatat di tahun 2016 kasus apendisitis sampai menyentuh angka 65.755
serta meningkat pesat hingga tahun 2017 menjadi 75.601 kasus. Peningkatan tersebut
berlangsung hingga di tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dengan tingginya
jumlah pasien rawat inap akibat apendisitis sebanyak 28.040 orang (Depkes RI, 2018). Di
Amerika Serikat terdapat 70.000 kasus apendisitis setiap tahunnya. Kejadian apendisistis di
Amerika memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak pertahunnya diantara kelahiran sampai
usia 4 tahun. Tahun 2013 Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kasus kejadian
appendicitis tertinggi diIndonesia dengan jumlah kasus mencapai 591.819 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2014 sebesar 596.132 orang (Wati, 2020). Berdasarkan survey praktek
diruangan UGD Puskesmas Latu mulai tanggal 26 Juni 2023 di temukan 1 kasus Apendisitis
pada middle age yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana angka kejadian apendisitis
termasuk 1 kasus darurat di ruang UGD Puskesmas Latu sehingga pasien di rujuk ke rumah
sakit.
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU

KAJIAN TEORITIS
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum) . Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Pengobatan apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi (apendiktomy) yang
merupakan suatu tindakan membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah
apendiktomy untuk adalah nyeri (Udkhiyah, 2020). Pasien pasca operasi mengalami gangguan
rasa nyaman yeri, jika nyeri tidak diatasi akan menghambat proses penyembuhan, keterbatasan
lingkup gerak sendi sehingga mempersulit pasien memenuhi aktivitas sehari hari (Purwanti,
2021). Terdapat dua penanganan nyeri yaitu secara farmakologi maupun non farmakologi.
Tindakan farmakologis biasanya diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri, terapi
non farmakologis digunakan sebagai pendamping obat untuk mempersingkat episode nyeri
yang berlangsung relatife singat, dapat dilakukan teknik pernafasaan nafas dalam (Wati, 2020).
Teknik relaksasi perlu diajarkan beberapa kali untuk mencapai hasil yang optimal untuk
mengurangi rasa sakit (Appulembang, 2015). Dalam keadaan rileks, tubuh manusia akan
menghentikan produksi hormon adrenalin dan saat stres, tubuh manusia mengurangi produksi
hormon kortisol (Devi, 2020). Maka salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologi pada
pasien post operasi adalah teknik rileksasi benson(Warsono et al., 2019.
Teknik pernapasan relaksasi adalah tindakan asuhan keperawatan, yang mengajarkan
pasien melakukan teknik nafas dalam / pernapasan secara perlahan (tahan inspirasi secara
maksimal) dan menghembuskan nafas secara perlahan. Selain mengurangi intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam, juga dapat meningkatkan ventilasi paru-paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Asman, 2019). Relaksasi nafas dalam dilakukan dengan mengajarkan klien
untuk mengambil nafas dalam-dalam dan melepaskan rasa sakit dirasakan (Rohyani, 2020).
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa relaksasi pernapasan sangat efektif dalam
mengurangi nyeri pasca operasi, salah satunya adalah teknik relaksasi terbukti efektif dalam
menurunkan adaptasi respon nyeri pada pasien usus buntu pada RSUD Aloei Saboe Gorontalo
(Appulembang, 2015).

158 JURNAL ANESTESI - VOLUME 1, NO. 3, JULI 2023


e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166

METODE PENELITIAN

Studi kasus yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan masalah yang terjadi. Studi kasus ini bertujuan membuat gambaran tentang
studi keadaan secara objektif dan menganalisa lebih mendalam tentang asuhan keperawatan
pada pasien post operasi apendisitis dalam penurunan skala nyeri. Sempel studi kasus ini adalah
1 pasien middle age post operasi apendiktomi yang datanya diperoleh dengan cara yaitu :
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Study kasus ini dilakukan di ruang UGD Puskesmas
Latu pada 26 Juni 2023.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usia

Hasil studi kasus meddle age dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan usia di
ruang UGD Puskesmas Latu menunjukkan usia pasien yang dikelola berumur 50 tahun.
Appendisitis dapat dijumpai pada semua usia, dan paling sering dijumpai pada usia remaja dan
dewasa antara 15-30 tahun yang bisa dikategorikan sebagai usia produktif (Silaban, 2020).
Appendisitis ditemukan pada usia 0-4 tahun, sedang tertinggi ditemukan pada usia 15-34 tahun
(Lorna, 2018).

Jenis Kelamin

Hasil studi kasus anak dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan jenis kelamin di
ruang UGD Puskesmas Latu menunjukkan 1 pasien berjenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan persepsi nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak
berbeda dalam berespons terhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan berpengaruh dalam
mengekspresikan nyeri. Seorang pria tidak boleh menangis dan harus berani sedangkan wanita
boleh menangis dalam situasi yang sama. Apendisitis lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan, karena perempuan lebih sering mengkonsumsi makanan berserat
dibandingkan laki-laki (Wildan, 2021).

Pendidikan

Hasil studi kasus meddle age dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan
pendidikan di ruang UGD Puskesmas Latu 1 pasien berprofesi wirasuasta. Tingkat pendidikan
pada kasus tidak mempengaruhi kejadian apendisitis, dimana Appendisitis dapat dijumpai pada
semua usia (Silaban, 2020).
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU

Etiologi

Hasil studi kasus pada anak dengan post operasi Apendiktomy di ruang UGD
Puskesmas Latu berdasarkan etiologi disebabkan oleh sering Inflamasi apendiks yang
dibuktikan dengan peningkatan leukosit dalam darah. Bahwa gaya hidup tidak sehat seperti
menunda lapar terlalu lama, menahan buang air besar, kebiasaan mengkonsumsi makanan
terlalu pedas secara berlebihan serta kebiasaan makan-makanan rendah serat merupakan
bentuk pola makan tidak sehat yang dapat memicu terjadinya apendisitis (Rizki, 2021).

Manifestasi klinis

Hasil studi kasus manifestasi klinis pada anak apendisitis di ruang UGD
PuskesmasLatu menunjukkan bahwa pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, nyeri
abdomen akut merupakan tanda dari apendisitis yang memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi seperti gangrenosa, perforasi bahkan dapat terjadi peritonitis (Erianto,
2020). Efek dari pembedahan yang di keluhan dari ketiga anak adalah nyeri. Keluhan yang
menonjol pasca operasi adalah nyeri (Lorna, 2018). Nyeri merupakan suatu sensori yang tidak
menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau potensial. Nyeri dari ketiga pasien yang dikelola adalah nyeri post operasi apendiktomi.

Penatalaksanaan Medis

Hasil studi kasus anak apendisitis di ruang UGD Puskesmas Latu, pasien diberikan
terapi cairan infus, pemberian terapi anti sakit melalui intraventrikuler sebelum tindakan
operasi setelahnya pasien di rujuk untuk dilakukan tindakan infasif yaitu pembedahan yang
disebut dengan Appedictomy. Apendiktomi, dapat dilakukan dengan laparotomi terbuka
melalui sayatan kuadran kanan bawah atau melalui laparoskopi (Wati, 2020). Analisis baru-
baru ini mengevaluasi hasil dari laparotomi dan laparoskopi usus buntu pada anak-anak dan
orang dewasa. Laparoskopi apendektomi menghasilkan insiden infeksi luka yang lebih rendah,
lebih sedikit komplikasi pasca operasi, lama tinggal yang lebih pendek, dan kembali ke
aktivitas lebih cepat, tetapi waktu operasi lebih lama (Matthew, 2018).

160 JURNAL ANESTESI - VOLUME 1, NO. 3, JULI 2023


e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166

Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2023 pukul 10.00 WIB, pasien
mengeluh nyeri perut kanan bawah, P : Pasien mengeluh nyeri pada saat bergerak/aktivitas, Q
: Nyeri seperti ditusuk - tusuk, R : nyeri pada bagian post operasi perut kanan bawah, S : skala
nyeri 7, T : Hilang timbul selama 5 menit. Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4,V5,M6), TD
120/80 mmHg, N 70x/menit, RR 22x/menit, S : 36,5˚C, tampak lemah, pasien tampak
meringis, pasien tampak menahan sakit, tampak mengerutkan dahi dan pasien tampak
memegangi area yang sakit, konjungtiva ananemis, reaksi pupil +/+, pupil isokor 2mm/2mm,
CRT < 2 detik, terpasang infuse RL 20 tpm.

Espresi wajah anak pertama meringis menahan sakit, sedangkan pada anak kedua dan
ketiga klien tampak meringis dan gelisah menahan sakit, luka operasi pada klien pertama
terdapat tiga titik yang tertutup kassa, pada klien kedua dan ketiga luka operasi memanjang
tertutup kassa di perut bagian bawah. Terdapat kenaikan nadi pada anak dua dan tiga,
Pengkajian fokus pada anak dilakukan dengan keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi, dan pemeriksaan fisik head to toe (Nurarif,
2013).

Berdasarkan data-data diatas diagnosa keperawatan yang muncul pada ketiga pasien
post operasi apendiktomi yaitu nyeri akut, gangguan mobilisasi fisik, dan resiko infeksi.

1) Nyeri akut (D.0077)


Pada diagnosa keperawatan nyeri akut, ditemukan pada kasus pasien yang
menunjukkan adanya nyeri luka operasi, ekspresi wajah meringis menahan sakit, nadi
meningkat, gelisah, skala nyeri dan tindakan pembedahan. Pasien post operasi
laparoscopy.
2) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Pada diagnosa keperawatan Gangguan mobilitas fisik ditemukan pada kasus dilakukan
laparoscopi, sehingga ada gangguan mobilitas fisik. Data subyektif yang didapatkan
dari kasus yaitu menyatakan keluhan nyeri post operasi, data obyektif yang diperoleh
dari aktivitas klien dibantu keluarga, klien buang air kecil dan buang air besar dengan
menggunakan pampers.
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU

3) Resiko Infeksi (D.0142)


Pada diagnosa keperawatan Resiko infeksi pada ketiga kasus post operasi laparoscopy.
Data obyektif yang diperoleh menunjukkan adanya luka operasi yang tertutup verban
memanjang di perut bawah, luka operasi tertutup kasa kecil dan terpasang drain.

Intervensi

Intervensi Keperawatan Hasil studi kasus anak post operasi apendiktomy gambaran
distribusi frekuensi pasien berdasarkan intervensi keperawatan :

1. Nyeri akut
Intervensi keperawatan untuk klien bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 8 jam diharapkan klien menyampaikan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
: klien tampak rileks, klien tidak gelisah, skala nyeri klien menurun menjadi 4 pada
klien. Salah satu fokus itervensi yang akan dilakukan adalah dengan melatih klien
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri klien, yang
dilakukan satu jam sebelum pemberian analgetik injeksi selama 20-30 menit.
2. Gangguan Mobilitas fisik
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8
jam diharapkan gangguan mobilitas klien teratasi dengan kriteria hasil rentang gerak
klien meningkat, kelemahan fisik menurun, gerakan terbatas menurun, pergerakan
ektremitas klien meningkat.
3. Resiko infeksi
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8
jam diharapkan resiko infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil kebersihan
tangan meningkat, nyeri luka operasi menurun, nafsu makan meningkat, tidak ada
demam, tidak ada bengkak pada luka operasi, ttv dalam batas normal.

Implementasi

Keperawatan Hasil studi kasus meddle age post operasi apendiktomy dengan gambaran
distribusi frekuensi post operasi apendiktomy berdasarkan implementasi keperawatan :

162 JURNAL ANESTESI - VOLUME 1, NO. 3, JULI 2023


e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166

1. Nyeri akut
Pada ketiga kasus anak post operasi apendiktomi telah diberikan terapi non farmakologi
dengan mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, dengan cara memposisikan pasien
dengan nyaman, mengukur vital sign, selanjutnya mengajarkan tentang tehnik relaksasi
nafas dalam pada pasien, dilakukan 20-30 menit, sehari 2 kali, selama 3 hari berturut
turut yang sebelumnya telah dilakukan pengkajian tingkat nyeri pada pasien dengan
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Tehnik relaksasi nafas dalam ini diberikan
satu jam saat pasien mengeluh nyeri luka operasi. Dalam prakteknya pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi nafas dalam yang diberikan dengan baik. Saat dilakukan
evaluasi intervensi pemberian teknik relaksasi nafas dalam terdapat penurunan skala
nyeri dari pasien Studi kasus pasien mengalami penurunan nyeri setelah dilakukan
intervensi dengan selisih penurunan yaitu skala nyeri 7, dari hari pertama hingga hari
ketiga setelah pemberian intervensi. Anak studi kasus pertama pada hari 1 pemberian
relaksasi nafas dalam, pasien mengatakan skala nyeri 4. Analisis masalah keperawatan
nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan terapi non farmakologi dengan teknik
relaksasi nafas dalam selama 20- 30 menit satu jam sebelum pemberian analgetik
injeksi selama 3 kali 24 jam. Terdapat perbedaan penurunan skala nyeri. Hal ini terjadi
karena perbedaan usia, semakin bertambah usia maka semakin mentoleransi JCA
Health Science Volume 1 No 2, 2021 114 rasa nyeri yang timbul, serta dapat mengubah
persepsi dan pengalaman nyeri (Septiana, 2021).
2. Gangguan Mobilitas fisik
Saat dilakukan intervensi dengan menganjurkan melakukan mobilisasi dini dan
mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk ditempat tidur, pindah
dari tempat tidur) respon dari klien mau melakukan mobilisasi sederhana di sekitar
tempat tidur . Evaluasi pada hari ketiga, kekakuan otot dan sendi, sehingga dapat
mengurangi nyeri dan dapat memperlancar peredaran darah kebagian yang mengalami
perlukaan agar proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat (Rizky, 2021).
3. Resiko Infeksi
Luka operasi klien hanya terdapat 3 titik kecil di perut karena pembedahannya
dilakukan dengan laparaskopy yang berisiko terjadi perdarahan yang berisiko terjadi
infeksi. Penyebab terjadinya infeksi adalah perdarahan oleh karena hemostasis yang
kurang sempurna, infeksi luka, jahitan kurang baik, dan teknik operasi yang kurang
baik (Farizal, 2018). Salah satu intervensi pada klien adalah menjaga teknik aseptik saat
perawatn luka dan mencuci tangan sebelum melakukan perawatan luka. Proses
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU

penyembuhan atau pemulihan klien terhambat karena kurangnya kepatuhan dalam


menjalankan kebersihan tangan (Windawati, 2021).

Evaluasi

Evaluasi Keperawatan Hasil studi kasus anak post operasi apendiktomy dengan
gambaran distribusi frekuensi berdasarkan evaluasi keperawatan :

1. Nyeri akut
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan diagnosa nyeri akut, dengan fokus
penerapan tehnik relaksasi nafas dalam sebagai terapi non farmakologi di dapatkan
respon subjektif dari pasien mengatakan dirinya sudah tidak kesakitan. Studi kasus pada
hari 1 pemberian relaksasi nafas dalam mengatakan skala nyeri 7, setelah tiga hari
implementasi studi kasus pertama mengalami penurunan nyeri dengan skala nyeri 4
pasien sudah bisa mobilisasi jalan disekitar tempat tidur. Implementasi tehnik relaksasi
nafas dalam diberikan selama 1 kali 8 jam sesuai dengan protap Puskesmas Latu, pasien
di perbolehkan pulang setelah perawatan. Hasil evaluasi dari studi kasus mengatakan
nyeri berkurang, tampak lebih rileks dan tidak meringis. Analisis masalah keperawatan
nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan terapi non farmakologi dengan teknik
relaksasi nafas dalam selama 20-30 menit.
2. Gangguan Mobilitas fisik
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan
mobilitas fisik, respon subyektif dari klien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi
sendiri, dan sudah bisa jalan disekitar tempat tidur. Respon obyektif dari klien adalah
klien dapat berjalan mandiri, infus dan drain sudah di aff maka intervensi dihentikan.
3. Resiko infeksi
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan resiko
infeksi, respon subyektif dari klien mengatakan akan melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan ganti verban, respon obyektif adalah luka tampak kering tertutup
verban, nyeri luka operasi menurun, tidak ada tanda pembengkakan. Assement pada
klien masalah teratasi, intervensi dihentikan dan planning selanjutnya pemberian
discharge planning selama di rumah.

164 JURNAL ANESTESI - VOLUME 1, NO. 3, JULI 2023


e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus pada stase medikal bedah tentang “Asuhan Keperawatan
Apendisitis Pada Pasien Dengan Fokus Intervensi Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Di Ruang
UGD Puskesmas Latu” didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut : Hasil studi kasus
berdasarkan karakteristik responden terdapat 1 pasien middle age (50 tahun), responden
berjenis kelamin kelamin laki-laki, serta tingkat pendidikan pada responden menduduki tingkat
sekolah menengah umum (SMU). Hasil studi kasus berdasarkan penyebab yang terjadi pada
klien dikarenakan inflamasi pada apendiks (usus buntu) dibuktikan dengan meningkatnya
leukosit dalam darah dari klien. Hasil studi kasus berdasarkan tanda dan gejala yang paling
banyak muncul sebelum tindakan pembedahan adalah nyeri perut kanan bawah, demam, mual,
muntah, penurunan nafsu makan, sedangkan tanda dan gejala yang muncul setelah tindakan
pembedahan adalah nyeri luka operasi dan gangguan mobilisasi. Hasil studi kasus berdasarkan
penatalaksanaan medis dengan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil studi kasus berdasarkan
pengkajian dan diagnosa keperawatan klien mengalami nyeri akut post operasi, gangguan
mobilisasi fisik, resiko infeksi. Hasil studi kasus berdasarkan intervensi dan implementasi
sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul yang disesuaikan dengan kondisi dari pasien.
Hasil studi kasus berdasarkan evaluasi keperawatan pada klien pada assessment tujuan
tercapai, masalah teratasi.

Saran

Diharapkan Bagi Peneliti Selanjutnya dapat mengganti atau mengembangkan


rancangan penelitan ini guna meningkatkan pengetahuan tentang Teknik pernapasan relaksasi
adalah tindakan asuhan keperawatan, yang mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam
/ pernapasan secara perlahan (tahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas
secara perlahan dalam menurunkan adaptasi respon nyeri.
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU

DAFTAR REFERENSI

Aulia, A. & Yesi, M. (2019). Effect Of Deep Breathing Relaxation Techniques For Reducing
Pain After Hernia Surgery In Inpatient Of Regional Hospital Pariaman West Sumatera
Indonesia. International Journal of Research & Review. Vol.6;Issue: 8
Emine. Efe. et all.(2017). Turkish Pediatric Nurses Use of Non-Pharmacological Methods for
Postoperative Pain Relief in 6 to 12 Year Old Children. The Open Pain Journal. DOI
: 10.2174/1876386301710010056.
Wati, F., Ernawati. (2020). Penurunan Skala Nyeri Pasien Post-Op Appendictomy
Mengunakan Teknik Relaksasi Genggam Jari. Ners Muda. Vol 1 No 3, Desember
2020/ page 200-206.
Devi. & et.all. (2020). The Effect of Deep Breathing Exercises on Menstrual Pain Perception
in Adolescents with Primary Dysmenorrhea. Pertanika J. Sci. & Technol. 28 (2): 649
– 657.
Lorna. Lestari. & Nensi Novianty. (2018). Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendisitis Hari Pertama Di Rsud
Sawerigading Kota Palopo Tahun 2017. Jurnal Fenomena Kesehatan. Volume 01
Nomor 01.Hal 20-25.
PPNI. Tim Pokja SLKI DPP. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI, 2018. PPNI. Tim Pokja DPP. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI, 2018.
PPNI. Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawata Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI, 2016.
Nanda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jakarta : Mediaction Rais, A., Dera. A. (2020).
Anggara Ista Putra. (2018). Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Nyeri Pasien
Pasca Sectio Caesarea. 3(32), 1–44.
Penerapan Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Dengan Post
Operasi Appendiktomi Di Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda. Vol. 1, No. 4, ISSN :
2807-3649.
Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Appendiktomi Di Kota Metro.
Jurnal Cendikia Muda. Volume 1, Nomor 4, Desember 2021. ISSN : 2807-3649. Silaban, I. &
et.all. (2020). Korelasi Kadar Leukosit Sebagai Prediktor Perforasi Apendiks Pada
Apendisitis Akut.
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 13 No.1 Juni 2020. Sinulingga, W., Br. (2021). Pengetahuan
Sikap
Depkes Ri. (2018). Kasus Appendicitis Di Indonesia.Di Akses Dari :
Http://Www.Artikelkedokteran.Com/Arsip/Kasus-Apendisitis-Di-Indonesia-Pada
Tahun

166 JURNAL ANESTESI - VOLUME 1, NO. 3, JULI 2023


Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147

EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN APPENDISITIS DI IRD
RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Andi Akifa Sudirman, Fadli Syamsuddin2, Syahrain S.Kasim3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Alamat: Jl. Prof. Dr. H. Mansoer Pateda No.Desa, Pentadio Tim., Kec. Telaga Biru,
Kabupaten Gorontalo, Gorontalo 96181;Telepon: (0435) 881136
Email korespondensi : syahrainkasim813@gmail.com

ABSTRAK
Appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing atau disebut
appendiks. Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah gangguan rasa
nyaman “nyeri”.Penatalaksanaan nyeri pada penelitian ini dengan menggunakan teknik relaksasi napas
dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap
penurunanskala nyeri pada pasien appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo. Penelitian ini
merupakan Pre Eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design, dengan Sampel sebanyak
10 responden. Hasil penelitian ini setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam mayoritas skala nyeri
pasien appendisitis termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 7 pasien (70.0%) dan kategori ringan
3 orang (30.0%). Hasil perhitungan statistik menggunakan paired sampel t test, diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik relaksasi napas efektif dalam
menurunkan menurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo.
Maka disarankan perawat agar lebih maksimal dalam mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri yang dialami pasien.

Kata Kunci : Appendisitis, Nyeri, Teknik Relaksasi Napas Dalam

ABSTRACT
Appendicitis is an inflammatory process due to infection of the appendix or appendix or called the appendix.
One of the most felt problems by patients with appendicitis is the disturbance of the sense of comfort "pain".
The management of pain in this study used deep breathing relaxation techniques. This study aims to analyze
the effectiveness of deep breathing relaxation techniques to reduce pain scale in appendicitis patients at
the IRD Otanaha Hospital, Gorontalo City. This research is a pre-experimental with a one group pre-post
test design approach, with a sample of 10 respondents. The results of this study after breathing relaxation
techniques were carried out in the majority of the pain scales of appendicitis patients included in the
moderate category, namely 7 patients (70.0%) and 3 people in the mild category (30.0%). The results of
statistical calculations using paired sample t tests, obtained a significance value of 0.000 <0.05. So it can
be concluded that the breathing relaxation technique is effective in reducing pain scale reduction in
appendicitis patients at the IRD Otanaha Hospital, Gorontalo City. So it is suggested for nurses to be more
maximal in teaching deep breathing relaxation techniques to reduce the pain experienced by patients.

Keywords: Appendicitis, Pain, Deep Breathing Relaxation Technique

Received Januari 30, 2023; Revised Februari 2, 2023;Accepted Maret 09, 2023
*Corresponding author, e-mail rahmat.durango@gmail.com
Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147
PENDAHULUAN
Appendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan.
Penyebab paling umum adalah adanya obstruksi lumen yang berlanjut kerusakan dinding appendiks dan
pembentukan abses (Windy, 2016). Definisi lain dari appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi
pada usus buntu atau umbai cacing atau disebut appendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi
apabila tidak segera mendapat tindakan bedah untuk penanganannya(Hariyanto, 2018).
Kejadian apendisitis masih menjadi salah satu penyakit yang paing umum terjaei di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) mencatat kejadian kasus apendistis mencapai 32.782 orang, sedangkan
pasien appendicitis akut yang menjalani pembedahan appendectomy sebanyak 75,2%. Semnetara Insiden
Appendicitis Indonesia masih cukup tinggi dan penyakit urutan ke empat setelah dyspepsia, gastritis dan
duodenitis dan sistem cerna lainnya. Setiaptahun Appendicitis menyerang 10 juta penduduk Indonesia,
dan saat ini morbiditas angka appendicitis di Indonesia mencapai 95/1000 penduduk dan angka ini
merupakan tertinggi diantara Negara-negara ASEAN (Assosiation South East Asian Nation) (Silaban,
2020).
Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah gangguan rasa nyaman
“nyeri”. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang
rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri
adalah suatu sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. klien dapat merespon terhadap nyeri yang
dialaminya dengan cara misalnya berteriak, expresi wajah meringis, dan lain-lain. Respon nyeri tersebut
sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkanberkaitan dengan
adanya kerusakan integritas jaringan atau yang dirasakan(Hidayat, 2015).
Penjelasan teori nyeri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Nyeri adalah perasaan tidak nyaman
dan tidak menyenangkan yang bisa membatasi kemampuan seseorang untuk melaksanakan rutinitas sehari-
hari yang dirasakan pada setiap individu, nyeri biasanya timbul bila terjadi kerusakan jaringan tubuh.
Menurut Muttaqin, A. (2016) salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan.
Hipotesis penyebab paling umum adalah adanya obstruksi lumen yang berlanjut kerusakan dinding
appendiks dan pembentukan abses.
Nyeri yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas sehari-hari
sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasa. Bahkan dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan syok. Berbagai upaya dilakukan sebagai intervensi penanganan nyeri. Penanganan
tersebut dapat berupa terapi farmakologi berupa pemberian obat- obatan penghilang nyeri atau
menggunakan terapi non farmakologi yang biasa disebut juga terapi komplementer seperti teknik relaksasi,
massage atau menggunakan bahan bahan herbal. Salah satu teknik relaksasi yang biasa dilakukan adalah
teknik relakasi nafas dalam.

Received Januari 30, 2023; Revised Februari 2, 2023;Accepted Maret 09, 2023
*Corresponding author, e-mail rahmat.durango@gmail.com
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin
dalam darah, menyebabkan penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan
peningkatan temperatur pada ekstremitas. Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan pada klien yang
merasakan nyeri. Relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi. Pemberian relaksasi nafas dalam merupakan
salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen sehingga
terbentuk sistem penekanan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan penurunan nyeri dan mendengarkan
musik dala keadaan akut dapat memberikanhasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Black
J, 2014)).
Secara umum intervensi keperawatan teknik relaksasi nafas dalam adalah tindakan asuhan
keperawatan, yang mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam/pernapasan secara perlahan (tahan
inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas secara perlahan. Selain mengurangi intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam, juga dapat meningkatkan ventilasi paru-paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Hidayat, A. & Uliyah, M, 2015)).
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti seberapa besar efektifitas teknik relaksasi
nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Botutihe (2020) terhadap 40 pasien post operatif apendiktomi di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar
yang dinagi dalam kelompok intervensi relaksasi nafas dalam dan kelompok kontrol yang diberikan flasebo
atau tanpa intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri postop apendisitis secara signifikan sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang efektifitas relaksasi nafas dalam adalah penelitian yang
dilakukan Amir dan Nuraeni (2018) di RSUD Sekarwangi terhadap 17 orang pasien post operatif
apendectomy. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat nyeri post operatif Appendictomy
responden sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif Appendictomy skala 5 dan
sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri berada pada skala 3. Hasil uji statistik juga
membuktikan bahwa terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post
opetarif appendectomy.
RSUD Otanaha merupakan Rumah Sakit pemerintah daerah di Kota Gorontalo, dan menjadi salah
satu Rumah Sakit rujukan. Menurut data rekam medik, selama tahun 2020 jumlah kunjungan pasien yang
didiagnosa apendisitis telah mencapai 287 pasien atau rata-rata 24 pasien perbulannya. Sedangkan tahun
2021, tercatat 301 pasien atau rata-rata sebanyak 24 pasien perbulan. Jumlah ini mengalami peningkatan
ditahun 2022 yang mencapai 351 pasien atau30 pasien rata-rata perbulan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di IRD RSUD Otanaha tanggal 3 november tahun 2022 terhadap

139 DETECTOR - VOLUME 1, NO. 2, MEI 2023


Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147

6 pasien pre operatif apendisitis di dapatkan hasil 3 orang Pasien diantaranya mengalami nyeri berat
dengan skala 8, sedangkan 3 orang mengalami nyeri sedang dengan skala 4. Hasil wawancara dengan
Perawat pelaksana di IRD didapatkan penjelasan bahwa selama iniupaya penanganan nyeri lebih pada
penggunaan terapi farmakologi hasil dari kolaborasi dengan dokter untuk menghilangkan atau
meringankan nyeri pada pasien karena perawat hanya melaksanakan intruksi dokter berupa pemberian
analgetik. Sedangkan terapi non farmakologi saat ini belum menjadi alternatif pilihan untuk penanganan
nyeri. Pasien masuk rumah sakit di ruang IRD yang masih berstatus suspek Appendisitis biasanya belum
langsung diberikan obat analgetik oleh dokter karena masih akan dikaji lokasi dan intensitas nyeri, jadi
saat inilah waktunya perawat memberikan terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian
tentang penanganan nyeri melalui penelitian yang berjudul “Efektifitas Tekhnik Relaksasi Napas Dalam
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo”.

METODE
Penelitian ini merupakan Pre Eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design yaitu
suatu rancangan penelitian melibatkan satu kelompok intervensi tanpa menggunakan kelompok kontrol.
Populasi penelitian adalah pasien apendisitis yang berkunjung di RSUD Otanaha Kota Gorontalo yang rata-
rata setiap bulannya berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
acctidential sampling. Uji statisticyang digunakan adalah uji Paired T Test.
HASIL
Karakteristik Responden
Usia, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan
Usia Frequency Percent
18 - 22 7 70.0
23 - 27 1 10.0
> 27 2 20.0
Total 10 100
Jenis Kelamin Frequency Percent
Laki-laki 0 0,0
Perempuan 10 100
Total 10 100
Pendidikan Frequency Percent
D3 1 10.0
SMA 7 70.0
SMP 2 20.0
Total 10 100
Sumber: Data Primer Diolah 2023
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Berdasarkan tabel diatas responden yang berusia 18-22 tahun berjumlah 7 orang (70%), 23-27 tahun
berjumlah 1 orang (10%) dan usia lebih dari 27 tahun berjumlah 2 orang (20%). Responden yang berjenis
kelamin laki-laki 0 sedangkan perempuan 10 orang. Responden yang berpendidikan D3 1 orang (10%),
SMA 7 orang (70%) dan SMP 2 orang (20%).
Analisis Univariat
Tabel 2. Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Skala nyeri n Mean SD SE
Pre Test 10 2.7000 .48305 .15275
Post test 10 1.7000 .48305 .15275
Sumber: Data Primer Diolah 2023
Hasil analisis univariat di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan tekhnik relaksasi napas
dalam nilai rata-rata nyeri adalah 2.7000 dan setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam nilai rata-rata
nyeri menjadi 1.7000 ini berarti terjadi penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi napas dalam.
Analisis Bivariat
Tabel 3. Efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
Skala Nyeri n mean Std. Deviasi p. value
Sebelum
10 6.50 1.581
Teknik Relaksasi
0.000
Setelah
10am 5.10 1.449
Teknik Relaksasi

Berdasarkan table 4.4 melalui uji paired sampel t-Test didapatkan hasil penurunan nilai mean dari
skala nyeri sebelum teknik relaksasi napas dalam yaitu 6.50 menjadi 5.10 pada skala nyeri setelah teknik
relaksasi napas dalam, dan nilai P.Value: 0.000 yang berarti < 0.05. dengan demikian dapat dikatakan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, itu berarti teknik relaksasi napas dalam efektif dalam menurunkan
skala nyeri pada pasien appendisitis di IRD RSUD Otanaha..

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Usia
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa umur responden terbanyak dalam penelitian
ini adalah 18-22 tahun berjumlah 7 orang (70%).
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam mengubah perilaku
seseorang . Tingkatan usia menunjukkan kematangan fisik dan psikologis yang mempengaruhi tingkat
kognitifnya (Mubarak,2010).

141 DETECTOR - VOLUME 1, NO. 2, MEI 2023


Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147

Menurut pendapat peneliti sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 20 dan 22 tahun,
yang berarti bahwa responden dalam penelitian ini kebanyakan di usia remaja. Pada usia remaja seseorang
memiliki cara berfikir yang lebih kompleks dan mengambil alih tentang keputusan pribadinya, sehingga
perawat membutuhkan kesabaran yang tinggi saat memberikan edukasi tentang teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurang nyeri yang dirasakan pasien.
Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan berjumlah 10
orang (100%) dan laki-laki 0 (0%).
Jenis kelamin merupakan karakteristik responden yang bersifat genetis. Jenis kelamin laki-laki dan
perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan informasi kesehatan termasu edukasi
tentang teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan skala nyeri pasien (Wong, 2010)
Menurut pendapat peneliti melihat dari hasil yang didapatkan yaitu semua responden adalah
perempuan. Biasanya perempuan lebih paham bagaimana berprilaku yang baik dan sehat, terutama dalam
menerima edukasi dari perawat tentang teknik relaksasi napas dalam.
Pendidikan
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa pendidikan
responden terbanyak adalah SMA berjumlah 7 responden (70%), diploma 3 berjumlah 1 responden
(10%) dan SMP berjumlah 2 responden (20%).

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk


tingkah laku manusia didalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial, yakni orang yang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusunya yang datang dari sekolah), sehingga dia
dapat memperoleh atau mengalami pekembangan kemampuan sosial, dan kemampuan individu yang
optimal (Muabark, 2010). Ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal , adanya
kemudahan dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber melalui media promosi kesehatan baik
dari media massa, media cetak, media elektronik, dan juga petugas kesehatan (Efendi, 2009).
Menurut Pendapat peneliti pendidikan berpengaruh pada perilaku responden saat perawat
memberikan edukasi tentang teknik relaksasi napas dalam. Makin tinggi tingkat pendidikan responden
makin tinggi juga tingkat pemahaman atas edukasi teknik relaksasi napas dalam yang diberikan oleh
perawat.

Analisis Univariat
Skala Nyeri Pasien appendisitis sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada pre-test skala nyeri pasien appendisitis memiliki rata-
rata sebesar 2,7 dan mayoritas berada dalam kategori nyeri berat.
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Nyeri berat yang dirasakan pasien karena belum mendapatkan terapi farmakologis dari dokter dan
belum mendapatkan terapi non farmakologis dari perawat salah satunya teknik relaksasi napas dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 pasien appendicitis yang mengalami nyeri berat. Nyeri
yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas sehari-hari sehingga
penderita tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasa. Bahkan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan syok. Berbagai upaya dilakukan sebagai intervensi penanganan nyeri. Penanganan tersebut
dapat berupa terapi farmakologi berupa pemberian obat-obatan penghilang nyeri atau menggunakan terapi
non farmakologi yang biasa disebut juga terapi komplementer seperti teknik relaksasi, massage atau
menggunakan bahan bahan herbal.
Nyeri yang dirasakan oleh pasien appendisitis adalah nyeri akut, Nyeri Akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri
akut dapat dideskripsikan sebagainyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah,
dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi (ringansampai berat) serta berlangsung
singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan 9 pulih
padaarea yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya
menunjukkan gejala perspirasi meningkat,denyut jantung dan tekanan darah meningkat (Permana, 2020).
Hasil pnelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauziah Botutihe, Dwi
Esti Handayani & Aswan yang berjudul pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
dismenore di Rumah sakit TK.II Palamoni, dimana Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 40 sampel penelitian. Skala
intensitas nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Tk.II
Pelamonia menunjukkan bahwa dari 40 responden, sebelum intervensi mayoritas mengalami nyeri sedang
yaitu sebanyak 30 responden. Setelah diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan sebanyak 28 responden.

Skala nyeri pasien appendisitis setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam
memiliki rata-rata memiliki sebesar 1,7 dan mayoritas skala nyeri pasien appendisitis termasuk dalam
kategori sedang.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan skala nyeri pasien appendicitis
setelah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam. Relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan untuk
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi.
Pemberian relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk
mengeluarkan opioid endogen sehingga terbentuk sistem penekanan nyeri yang akhirnya akan

143 DETECTOR - VOLUME 1, NO. 2, MEI 2023


Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147

menyebabkan penurunan nyeri dan mendengarkan musik dalakeadaan akut dapat memberikan hasil yang
sangat efektif dalam upayamengurangi nyeri (Black J, 2014)).
Penurunan skala nyeri ini adalah pengaruh dari teknik relaksasi napas dalam yang dilakukan sebelum
pemberian therapy Farmakologik. Teknik farmakologi menghilangkannyeri dengan pemberian obat-obatan
pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan
berhari-hari. Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesik. Menurut
Smeltzer & Bare (2015), ada tiga jenis analgesik yakni: Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid
(NSAID): menghilangkan nyeriringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang rentan
terhadap efek pendepresi pernafasan. Analgesik narkotik atau opiad:analgesik ini umumnya diresepkan
untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini dapat
menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual muntah. Obat tambahan atau ajuvant
(koanalgesik): ajuvant seperti sedative, anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual.
Sedangkan, Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan
rasa nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Dalam Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam
system saraf otonom. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman.
Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi
dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
Penelitian lain yangmendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri postop apendisitis adalahpenelitian yang dilakukan oleh Retno Wida Hapsari
dan Tri Anasari (2013), yang berjudul efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien dismenore pada remaja putri di SMK Swagaya. Dimana dalam penelitian
tersebut peneliti membandingkan relaksasi nafas dalam dengan pemberian coklat. Penelitian tersebut
dilakukan pada 15responden yang mengalami nyeri postop apendisitis dengan metoderelaksasi nafas
dalam yang sama dengan penelitian ini. Hasil akhir menunjukkan bahwa responden mengalami
penurunan intensitas nyeri yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian
tersebut menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri
Postop apendisitis
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

Analisis Bivariat
Efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap Skala nyeripasien appendisitis di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo
Hasil perhitungan statistik menggunakan paired sampel t test, diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik relaksasi napas efektif dalam menurunkan
menurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo. Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh mayoritas skala nyeri pasien appendisitis dengan kategori berat ada 7
responden (70.0%) dan sesudah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam skala nyeri mayoritas menjadi
nyeri sedang yaitu sebanyak 7 responden (70.0%). Appendisitis adalah peradangan di appendix
vermiformis, yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah terjadinya perforasi apendiks.
Penyebab apendisitis Fekalit (Batu feses) yang mengoklusi lumen apendiks, Apendiks yang terpuntir,
pembengkakan didinng usus, kondisi fibrosa di dinding usus, oklusi ekternal usus akibat adesi, infeksi
organisme (Silaban, 2020). Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah
gangguan rasa nyaman “nyeri”. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada
jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan
stimulus nyeri. Nyeri adalah suatu sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien
dapat merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara misalnya berteriak, expresi wajah meringis,
dan lain-lain. Salah satu teknik relaksasi yang biasa dilakukan adalah teknik relakasi nafas dalam.
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas
nyeri, meningkatkan ventilasi paru danmeningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya
dapatmenurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri,ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan latihan nafas dalam adalah
bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Tetty, S. 2015).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir dan Nuraeni
(2018) yang berjudul pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan skala nyeri pasien Post
operasi appendisitis di RSUD Sekarwangi terhadap 17 orang pasien post operatif apendectomy. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat nyeri post operatif Appendictomy responden sebelum
dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif Appendictomy skala 5 dan sesudah dilakukan
relaksasi nafas dalam keluhan nyeri berada pada skala 3. Hasil uji statistik juga membuktikan bahwa
terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri padapasien post opetarif appendectomy.
Menurut Smeltzer & Bare (2015), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas

145 DETECTOR - VOLUME 1, NO. 2, MEI 2023


Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147

dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh tekhnik relaksasi napas dalam
terhadap skala nyeri Pasien appendisitis, maka dapatdisimpulkan bahwa :
1. Skala nyeri pasien appendisitis sebelum dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo mayoritas termasuk dalam kategori nyeri berat yaitu ada sebanyak 7
responden (70,0%).
2. Skala nyeri pasien appendisitis sesudah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo mayoritas termasuk dalam kategori nyeri sedang ada sebanyak 7 responden
(70,0%).
3. Tekhnik napas dalam efektif menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi uji paired sampel t-test
sebesar 0,000 < 0,05 serta adanya penurunan sekala nyeri dari nyeri berat ke nyeri sedang sesudah
dilakukannya tekhnik napas dalam.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti merekomendasikan kepada:
1. Pasien
Bagi pasien appendiksitis, bila mengalami nyeri dapat melakukan upaya-upaya teknik relaksasi nafas
dalam sehingga dapat merununkan nyeri.
2. Bagi orang tua pasien
Disarankan untuk melakukan motibasi dan pendampingan kepada pasien untuk mengetasi masalah
nyeri
3. Bagi institusi kesehatan
Diharapkan pihak institusi disarankan memberikan pengetahuan tata cara melakukan teknik relaksasi
napas dalam bagi orang yang mempunyai pasien appendisitis melalui penyuluhan atau pelatihan
diadakan secara khusus.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diasarkan sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar, agar hasil penelitian
bisa dikembangkan lebih luas.
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin. (2017) Patofisiologi Nyeri (Pain). Volume 13 Nomor 1 Tahun 2017.

Baresti SW, Rahmanto T (2017). Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis Apendisitis Akut. Majority
Journal.

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 volume 1. Jakarta : EGC

Black J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8.
Singapura : Elsevier

Dermawan R. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Goysen Publishing

Fransisca, Gotra, Mahastuti. (2019). Karakteristik Pasien dengan Gambaran Histopatologi Apendisitis di
RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-2017. Jurnal Medika Udayana.

147 DETECTOR - VOLUME 1, NO. 2, MEI 2023

You might also like