Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Appendicities is the most common of infection at apendiks vermiformis. In patient
after surgery. that caused by surgical inflammation of the wound. Non-
pharmacological nursing actions can reduce pain by deep breath relaxation and
finger held relaxation technigues. this study aimed to investigate the effectiveness of
inner breath relaxation techniques and finger held relaxation techniques on pain
reduction in post-appendicitis patients in the Sidowaras Hospital at Hayam wuruk
room. This research used Quasy Experiment with pre test and post test one group
design. The number of research samples are 24 respondents by using Accidintal
Sampling. Data analyzed in this research by using Wilcoxon sign rank test.showed In
the respiratory relaxation intervention group obtained ρ value ( 0.003) obtained and
in the finger held relaxation. relaxation intervention group obtained p value ( 0.005)
U Mann Withney test showed the effectiveness of both groups got p value ( 0.949)
which means there is no effectiveness between deep breathing relaxation techniques
and handheld relaxation techniques finger. Both of these techniques can be done post-
operative patients appendicitis to be selected without distinguishing the effectiveness
of both. Patient can choose one of the techniques for restoring her health.
Keywords: Pain, Relaxation, Inner Breath, Hand Held, Finger.
A. PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia.
Apendisitis adalah suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Sebagai
penyakit yang paling sering memerlukan tindakan bedah kedaruratan, apendisitis
merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendik vermiformis.
Apendisitis vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih dikenal
dengan usus buntu dan melekat pada sekum (Kowalak, 2012 dalam Faridah,
2015).
Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan World
Health Organisation (2010) yang dikutip oleh Faridah (2015), angka mortalitas
akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada
1
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian
(Setiadi, 2013).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
eksperimen semu atau Quasi Eksperimen dengan menggunakan rancangan Pre-
test and Post-test Group. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2
kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang
dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test dan observasi sesudah
eksperimen disebut post-test.
C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa pada kelompok nafas dalam
terdapat 6 orang (50%) berjenis kelamin perempuan dan 6 orang (50%) berjenis
kelamin laki-laki, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 4 orang (33,3%)
berjenis kelamin perempuan dan 8 orang (66,6%) berjenis kelamin laki-laki
2
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
3
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
Tabel 4 Hasil Uji Wilcoxon Skala Nyeri Sebelum (pre) dan Sesudah (post)
Intervensi pada Kelompok Nafas Dalam Serta Sebelum (pre) dan
Sesudah (post) Intervensi Kelompok Genggam Jari di RS Sidowaras
februari 2021
Variabel Standart Standar ρ
N Mean
Nyeri Deviasi Error Value
Pre Nafas Dalam 12 5.6667 1.37069 0.39568
.003
Post Nafas Dalam 12 3.6667 0.77850 0.22473
Pre Genggam Jari 12 5.3333 0.98473 0.28427
.005
Post Genggam Jari 12 3.7500 0.96531 0.27866
4
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
5. Hasil Uji U Mann Whitney Skala Nyeri pada Kelompok Nafas Dalam dan
Kelompok Genggam Jari
Tabel 5 Hasil Uji U Mann Whitney Skala Nyeri Sesudah Pada Kelompok
Nafas Dalam dan Kelompok Genggam Jari di RS Sidowaras
februari2021
5
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
D. PEMBAHASAN
Dari Skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan teknik relaksasi
nafas dalam.
Pada tabel 1 di atas diketahui bahwa rata-rata usia responden pada
kelompok nafas dalam adalah 26,58 tahun, dengan standart deviasi 5,035 tahun.
Usia termuda 19 tahun dan usia tertua 34 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, umur mempengaruhi nyeri. Semakin cukup
umur seseorang akan lebih bisa mengungkapkan rasa nyeri. Anak-anak
mempunyai kesulitan untuk memahami nyeri dan tidak bisa mengungkapkan
secara verbal hanya dengan tangisan yang bisa dilakukan.
Menurut Potter & Perry (2016), kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti usia,diantaranya
adalah usia dan jenis kelamin. Dimana faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan
atau menurunkan persepsi nyeri dan mempengaruhi sikap respon terhadap nyeri.
Usia merupakan variabel penting yang mempengruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Dengan demikian, perawat harus dapat melakukan
pendekatan Pada faktor usia terdapat hubungan antara nyeri dengan seiring
bertambahnya usia, yaitu pada tingkat perkembangan.
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri kelompok nafas dalam sebelum dan
sesudah diberikan relaksasi nafas dalam pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa
rata-rata skala nyeri pada pre relaksasi nafas dalam 5.67 sedangkan pada post
relaksasi nafas dalam 3.67, skala nyeri terendah pada pre relaksasi nafas dalam 3
sedangkan pada post relaksasi nafas dalam 3, skala nyeri tertinggi pada pre
relaksasi nafas dalam 7 sedangkan post relaksasi nafas dalam 5, dengan tingkat
kepercayaan pre relaksasi nafas dalam 4.92 - 6.33 sedangkan pada post relaksasi
nafas dalam 3.25 – 4.17.
Penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien post operasi apendisitis dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan
farmakologi adalah pemberian analgesik dan merupakan metode yang paling
umum untuk mengatasi nyeri. Untuk non farmakologi dapat dilakukan dengan
relaksasi. Dan relaksasi yang saya pilih adalah relaksasi nafas dalam karena
bernafas dengan frekuensi lambat atau perlahan akan membuat pasien merasa
6
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
7
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
melakukan nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh
akan meningkatkan komponen syaraf parasimpatik secara stimulan, maka ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone kortisol dan adrenalin dalam
tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan
menjadi teratur.
Skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan relaksasi genggam jari
pada pasien post operasi apendisitis.
Rata-rata usia responden pada kelompok genggam jari adalah 26,42 tahun,
dengan Standart deviasi 4,316 tahun. Usia termuda 18 tahun dan usia tertua 34
tahun.
Berdasarkan hasil penelitian, umur mempengaruhi nyeri. Semakin cukup
umur seseorang akan lebih bisa mengungkapkan rasa nyeri. Anak-anak
mempunyai kesulitan untuk memahami nyeri dan tidak bias mengungkapkan
secara verbal hanya dengan tangisan yang bisa dilakukan.
Menurut Potter & Perry (2015), kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain usia dan jenis
kelamin. Dimana faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
persepsi nyeri dan mempengaruhi sikap respon terhadap nyeri.
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri kelompok genggam jari sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi genggam jari pada tabel 4.3 di atas diketahui
bahwa rata-rata skala nyeri pada pre relaksasi genggam jari 5.33 sedangkan pada
post relaksasi genggam jari 3.75, skala nyeri terendah pada pre relaksasi genggam
jari 4 sedangkan pada post relaksasi genggam jari 3, skala nyeri tertinggi pada pre
relaksasi genggam jari 7 sedangkan post relaksasi genggam jari 5, dengan tingkat
kepercayaan pre relaksasi genggam jari 4.92 - 6.33 sedangkan pada post relaksasi
genggam jari 3.25 – 4.17.
Penurunan rata-rata skala nyeri pada pasien post operasi apendisitis dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologi dan non farmakologi. Tindakan
farmakologi adalah pemberian analgesik dan merupakan metode yang paling
umum untuk mengatasi nyeri. Untuk non farmakologi dapat dilakukan dengan
relaksasi. Dan relaksasi yang saya pilih adalah relaksasi genggam jari karena
8
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
9
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari penelitian dapat
disimpulkanTerjadi penurunan nyeri sebelum (pre) dan sesudah (post) pada
kelompok intervensi nafas dalam pada pasien post operasi apendisitis di ruang
Hayam Wuruk RS.Sidowaras Bangsa. Terjadi penurunan nyeri sebelum (pre) dan
10
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
sesudah (post) pada kelompok intervensi genggam jari pada pasien post operasi
apendisitis di ruang Hayam Wuruk RS Sidowaras Bangsal.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. 2015. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Arikunto, S. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asmadi. 2018. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin, E. 2012. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Faridah, V. N. 2015. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Apendisitis Dengan
Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Vol. 07. [Online]. Didapatkan dari:
http://www.stikesmuhla.ac.id [Diakses pada tanggal 19 September 2016].
Jitowiyono, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. 2015. Pembedahan Tanggulangi 11 % Penyakit di Dunia. [Online].
Didapatkan dari:
http://www.depkes.go.id/article/view/15082800002/pembedahan-
tanggulangi-11%-penyakit-di-dunia.html [Diakses pada tanggal 25 September
2016].
Koto, Y. 2015. Efektifitas Penurunan Nyeri Sebelum dan Sesudah Di Lakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam. [Online]. Didapatkan dari: http://www.ykoto-
jurnal.stikim.ac.id [Diakses pada tanggal 22 September 2016].
Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Revisi Cetakan Kedua.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2055. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed. 4. Vol. 1. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed. 4. Vol. 2. Jakarta: EGC.
11
Vol 15. No. 1 Maret 2023 MEDICA MAJAPAHIT
Pinandita, I, Purwanti, E. & Utoyo, B. 2016. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparotomi
.Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol 8, no 1 . [Online]. Didapatkan
dari: http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/jikk/article/view/66
[Diakses pada tanggal 10 September 2016].
Saferi, A. 2015. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. 2017. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Ed. 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiadi. 2016. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Ed. 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Setyoadi & Kushariyadi. 2015. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Tamala, N. N. A & Purba, A. S. G. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas
Dalam Dengan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
[Online]. Didapatkan dari:
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/582/mod_resource/content/7/V
OL%204%20NO%203%20(Sep-nop%202015).pdf [Diakses pada tanggal 28
September 2016].
Utami, S. 2015. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Post Operasi
Apendiktomi Di Ruang Kantil RSUD Karanganyar. [Online]. Didapatkan
dari: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id [Diakses pada tanggal 20
September 2016].
Widyawati, E. 2015. Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan An. A Dengan Post Operasi
Apendisitis Laparotomi Di Ruang Kantil 2 RSUD Karanganyar. [Online].
Didapatkan dari: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id [Diakses pada
tanggal 20 September 2016].
12
Journal Well Being
Volume 7 No.2, 2022, Halaman 125-134
ISSN 24772704 (print) eISSN 26157519
ABSTRAK
Apendiktomi merupakan operasi pembuangan apendiks. Resiko atau efek
samping pada tindakan apendiktomi yaitu nyeri akibat dari luka bedah pada abdomen.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan
pada klien post apendiktomi dengan menerapkan intervensi berdasarkan evidance
based nursing yaitu nafas dalam dan genggam jari. Metode penelitian yang dihunakan
adalah penelitian deskriptif studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara dan observasi. Penelitian ini melibatkan dua klien dengan post
apendiktomi, diberikan Tindakan asuhan keperawatan dan terapi nafas dalam dan
genggam jari selam 3 hari. Hasil pengkajian didapatkan masalah nyeri akut pada klien
1 dan klien 2, dan setelah dilakukan asuhan hasil evaluasi keperawatan klien 1 dan
klien 2 menunjukkan semua masalah teratasi sebagian pada hari ketiga. Kesimpulan
dari penelitian ini kedua intervensi tersebut dapat dijadikan rekomendasi dalam
mengatasi nyeri pada pasien post apendiktomi.
Keyword: Apendiktomi, genggam jari, nafas dalam, nyeri.
ABSTRACT
Appendectomy is an operation to remove the appendix. The risks or side effects of an
appendectomy are pain resulting from a surgical wound in the abdomen. The purpose of this
study was to describe nursing care for post-appendectomy clients by application interventions
based on evidence based nursing: deep breathing and finger holding. The research method
used is descriptive case study research. Collecting data using interview and observation
methods. This study used two clients with post appendectomy, given nursing care and deep
breathing therapy and finger holding for 3 days. The results of the study found acute pain
problems in client 1 and client 2, and after the care was carried out the results of the nursing
evaluation for client 1 and client 2 showed that all problems were partially resolved on the third
day. The conclusion of this study is that these two interventions can be used as
recommendations in managing pain in post-appendectomy patients.
Keyword: Appendectomy, deep breathing, finger hold, pain.
HASIL PENELITIAN
Pengkajian
1. Distribusi Data Umum Klien
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Klien Post Apendiktomi
Identitas. Klien 1. Klien 2.
Nama Tn. Y Tn. A
Umur 17 Tahun 15 Tahun.
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Pekerjaan Pelajar Pelajar
Pendidikan SMA SMA
Sumber : Data Primer 2021
S: 6 S: 5
T: Hilang timbul T: Tiba-tiba/ hilang timbul
- Klien memiliki reflek - Klien enggan untuk gerak karena
memegang perut saat takut rasa nyeri kambuh
bergerak karena takut jahitan Masalah keperawatan:
lukanya lepas nyeri akut
Masalah keperawatan:
nyeri akut
Sumber: Klien, Keluarga dan Rekam Medis (2021)
4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Fisik Abdomen Klien Post Apendiktomi
No Observation Klien 1 Klien 2
1 K/U Lemah Lemah
2 Tingkat sadar Composmentis Composmentis
Glasgow Coma Scale E4,V5,M6 E4,V5,M6
(GCS)
3 TTV:
1. Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
2. Nadi 89x/menit 92x/menit
3. Suhu tubuh 37,2°C 36,8°C
4. Respiratory Rate 20 x/menit 20 x/menit
5 Berat badan 59 kg 57 kg
6 Tinggi badan 166 cm 161 cm
7 Abdomen
Inspeksi:
1. Bentuknya perut Rata Datar
2. Ada benjolan/tidak Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Palpasi:
1. Perbesaran hati Hepar tidak membesar Tidak ada pembesaran hati
2. Perbesaran lien Tidak ada pembesaran lien Tidak ada pembesaran lien
3. Tekanan nyeri Ada nyeri di titik MC.Burney Terdapat sakit di
MC.Burney
Perkusi
1. Ada asites/tidak Tidak ada asites Asites tidak ada
Auskultasi:
1. Peristaltik usus -Peristaltik usus 5x/menit -Peristaltik usus
Terdengar lambat 8x/menit
Terdengar lambat
Nyeri saat dibuat untuk bergerak, Q: bagian kanan bawah, hal ini terjadi
seperti dicubit, R: Perut region kanan karena letak anatomi appendiks yang
bawah, S:3, T: Hilang timbul. terinfeksi terletak pada perut kuadran
Klien 2 Evaluasi: selesai kanan bawah (Hidayat 2020).
pemberian tindakan selama 10 jam
masalah nyeri akut teratasi sebagian Klien 1 mengeluh nyeri perut
ditandai dengan data subyektif: klien disertai demam tinggi dan muntah
mengatakan nyeri pada luka operasi sebanyak 2 kali, dan klien ke 2
mulai berkurang, dan data obyektif: mengeluh nyeri perut bagian kiri,
Kesadaran: Composmentis, demam dan muntah sebanyak 3x, klien
GCS:E4,V5,M,6, TD: 120/80 mmHg, N: sempat kejang selama 4 menit,
90x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit, keesokan harinya klien muntah
wajah klien tampak rileks, luka post op sebanyak 5x dan kejang terulang
sedikit kering, P: Nyeri saat bergerak, Q: selama 3 menit . Secara teori
Seperti dicubit, R: Perut bagian tengah/ manifestasi pada klien appendisitis
bawah umbilikus, S:3, T: Hilang timbul. adalah adanya nyeri pada perut regio
Intervensi dihentikan pada hari ketiga bawah kanan, peningkatan suhu tubuh,
karena klien dipindahkan ke ruangan nausea, vomitting, titik MC.Burney
bima. terasa nyeri saat ditekan, penurunan
nafsu makan, gangguan fekal (Hidayat
PEMBAHASAN 2020). Didukung saat melakukan
Data yang didapat saat mengkaji pengkajian pola kesehatan rasa
pasien 1 usianya 17 tahun serta klien ke nyaman klien 1 dan klien 2 data yang
2 usianya 15 tahun, keduanya berjenis didapat persamaan keluhan yaitu
kelamin laki-laki, dan keduanya adalah keluhan nyeri perut bagian luka pasca
seorang pelajar Sekolah Menengan bedah. Menurut (Luthfia, 2017) nyeri
Atas (SMA). Secara teori Appendisitis yang timbul pada post operasi
adalah peradangan yang terjadi pada appendiktomi dikarenakan robeknya
appendik vermiformis, sebagian besar jaringan tubuh akibat benda tajam yang
disebabkan oleh tersumbatnya membuat kerusakan atau terputusnya
appendiks oleh tinja yang mengeras ujung saraf. Pendapat peneliti pada
(fekalit). Semua gender bisa terjangkit pengkajian menjumpai persamaan di
appendicitis baik perempuan maupun pola kenyamanan dan nyeri pada
laki-laki, namun penyakit ini sering keduanya, yaitu keduanya mengatakan
menjangkit pria berusia 10-30 tahun luka operasinya diperut terasa sakit.
(Wedjo 2019). Hal ini berkaitan dengan Masalah ini akan muncul disebabkan
aktifitas pria yang lebih sering adanya insisi pada proses pembedahan
dibandingkan wanita, dengan yang mengakibatkan kerusakan
banyaknya pergerakan, tinja lebih intergritas jaringan.
mudah untuk masuk kedalam appendik Pelaksanaan asuhan
dan menyumbat appendik sehingga keperawatan antara kedua klien
terjadi peradangan (Rahmawati 2017). dilakukan di ruang yang beda subjek
Selanjutnya data yang didapat pertama dilakukan di HCU Yudistira
dari pengkajian klien 1 mengelukan barat pada tanggal 24 sd 26 September
nyeri pada perut, dan klien 2 mengeluh 2021. Subjek kedua berada di HCU
nyeri pada perut bagian kiri bawah. Yuditira timur mulai tanggal 11 hingga
Secara teori keluhan utama yang di 13 Oktober 2021. Pelaksanaan
rasakan klien biasanya nyeri perut dilakukan menggunakan dasar
125
dan 4 tahun. Di Amerika, sekarang pernapasan diafragma efektif dalam
terdapat lebih dari 25 kasus mengurangi nyeri setelah
apendiksitis per 10.000 anak di bawah operasi(Brunner & Suddart, 2001).
usia 10 tahun setiap tahunnya. Menurut Saat melakukan operasi
statistik, ada 1,1 kasus per 1000 orang appendiktomi, pasien biasanya
per tahun di Amerika. merasakan nyeri di awal prosedur, yang
Menurut Stefanus Satrio (2009), akan menurun seiring berjalannya
radang usus buntu yang cukup umum waktu dan berakhir setelah mendapat
di Indonesia adalah kondisi yang perawatan dan observasi. Numerical
berkembang setelah dispepsia, Rating Scale (NRS) yang sering
gastritis, duodenitis, dan kondisi sistem digunakan untuk mengukur tingkat
pencernaan lainnya. Di Indonesia, nyeri. Nyeri diekspresikan seolah-olah
apendisitis saat ini merupakan diberikan dalam skala satu sampai
penunjang yang paling banyak sepuluh. Nyeri akan berlokasi di
digunakan untuk pas operasi setiap wilayah operasional dan akan terus
tahunnya. Hasil dari Rs. gatot Soebroto, beroperasi selama beberapa hari
Jakarta, tahun 2006 karena seringnya (Bararah & Jauhar, 2013).
serts akibat makanan mahal dan tidak Menurut temuan penelitian yang
sehat (Depkes RI, 2007). Menurut dilakukan oleh Roykulcharoen (2014),
Sutanto, 2004 Cit Novarizki 2009, keuntungan mempelajari teknik
setelah dilaksanakan tindakan operasi relaksasi adalah lebih mudah
pasien mengalami hal yang tidak diterapkan daripada teknik lain dan
menyenangkan dikarenakan nyeri yang tidak memiliki efek samping yang
sangat hebat. nyata.
Metode pengobatan non- Tujuan dari artikel ini adalah untuk
farmakologi umumnya memiliki risiko memberikan beberapa solusi sederhana
kecil . Meskipun tindakan tersebut tidak namun efektif pada pasien apendiksitis
dimaksudkan sebagai pengganti untuk mengurangi intensitas nyeri
pengobatan, namun mungkin perlu dengan relaksasi nafas dalam.
untuk mempersingkat durasi nyeri yang
hanya berlangsung beberapa hari atau METODE
jam (Smeltzer and Bare, 2002). Di Studi kepustakaan ini dilakukan
antara metode non-farmakologi untuk dengan cara menyusun dan
mengatasi nyeri, seperti TENS menganalisis artikel-artikel yang
(Transcutaneous Electric Nerve berkaitan dengan pertanyaan dan
Stimulation), biofeedback, placebo, dan tujuan penelitian. Studi saat ini
distraksi, teknik relaksasi adalah satu- menggunakan ringkasan literatur
satunya. Dengan menggunakan suatu berbasis jurnal, khususnya artikel-
teknik komunikasi, manajemen nyeri artikel yang telah diterbitkan antara
merupakan kekuatan eksternal yang tahun 2013 sampai 2023 yang menjadi
melemahkan respons internal kesimpulan studi atau karya ilmiah
seseorang terhadap nyeri. Menurut sebelumnya. Penelitian kali ini
Brunner & Suddart, 2001 menyebutkan merupakan penelitian berbasis naratif
bahwa beberapa penelitian telah dengan topik pengaruh Teknik relaksasi
menunjukkan bahwa mengatur sistem nafas dalam terhdap penurunan nyeri
saraf dengan kombinasi imajinasi pada pasien post-op apendiksitis.
terbimbing, meditasi, dan latihan Metode penelitian dilakukan dengan
126
menggunakan beberapa database
elektronik, seperti Google Scholar dan
pencarian istilah Relaksasi nafas dalam,
Appendiktomi, dan Nyeri. Sisanya 42
artikel penelitian dilakukan review, dan
20 artikel diprioritaskan karena
memiliki relevansi yang baik dengan
topik atau masalah yang diangkat oleh
penelitian. Kemudian, penulis memkecil
daftar menjadi 8 artikel prioritas yang
digunakan sebagai artikel untuk
dianalisis.
HASIL
Tabel 1
1 Wahyu 2020 Vol. Penerapan D: desain Hasil penelitian pada pre Google
Widodo, 1, Teknik penelitian ini operatif sebelum dan scholar
Neli No. Relaksasi adalah sesudah dilakukan
Qoniah 1 Nafas Dalam relaksasi nafas dalam. https://d
deskriptif,
Untuk Pada Tn S sebelum oi.org/10
Menurunkan dalam bentuk dilakukan tindakan .53510/n
Intensitas studi kasus keperawatan skala nyeri js.v1i1.1
Nyeri Pada S: dua orang yang dirasakan yaitu 4 7
Pasien klien yang dan setelah diberikan
Apendisitis di mengalami relaksasi nafas dalam
RSUD Wates apendisitis nyeri berkurang menjadi
skala 3. Sedangkan pada
V: variable
Tn W sebelum dilakukan
independent Tindakan relaksasi nafas
dalam dalam nyeri yang terasa
penelitian ini yaitu 3 dan setelah
adalah relaksasi dilakukan tindakan
nafas keperawatan nyeri
dalamsedangka berkurang menjadi skala
2. Pada post operasi
n variable
pada Tn S sebelum
dependennya dilakukan tindakan
adalah nyeri relaksasi nafas dalam
post-op skala nyeri yang
I: instrument dirasakan yaitu 6 dengan
penelitian yang rasa seperti tersengat
dan waktu hilang atau
digunakan
timbul. Setelah dilakukan
dalam relaksasi nafas dalam
penelitian ini skala nyeriyang
yaitu SOP dirasakan yaitu menjadi
(Standard 3 terasa masih cenut-
Operating cenut dan waktu hilang
Procedure) atau timbul. Sedangkan
pada Tn W sebelum
pemberian
dilakukan tindakan
Teknik relaksasi relaksasi nafas dalam
127
nafas dalam skala nyeri yang
A: analisa data dirasakan yaitu 5 terasa
dalam cenut-cenut dan waktu
hilang atau timbul.
penelitian ini
Setelah dilakukan
dilakukan relaksasi nafas dalam
melalui 3 skala nyeri yang
tahapan yaitu dirasakan yaitu menjadi
Observasi, Hasil 2 terasa masih
pengukuran cenutcenut dan waktu
Post test dan hilang atau timbul
waktu.
2 Fauziah 2022 Vol. Efektifitas D : Desain Hasil penelitian Google
Botutihe, 4 Penerapan penelitian ini menunjukan pasien Scholar
Dwi Esti No. Teknik adalah Quasi mengalami penurunan
Handaya 2 Relaksasi Eksperiental intensitas nyeri setelah https://
ni, Nafas dengan diberikan intervensi baik doi.org/
Aswan DalamTerha rancangan relaksasi nafas dalam. 10.4425
dap penelitian two Dalam penelitian ini /garuda
Intensitas group peneliti menggunakan .v4i2.26
Nyeri Pada comparison durasi 2
Pasien Post pretest-posttest intervensi selama 15
Op desain menit, pada menit
Appendicitis ke 15 kedua pasien
S : dua orang mengatakan sudah
klien yang merasa lebih baik dan
rasa nyeri hilang.
mengalami
Penurunan nyeri pada
apendisitis. masing-masing pasien
V: variabel berada pada durasi dan
independent tingkat nyeri yang
dalam berbeda-beda.
penelitian ini Berdasarkan nilai t
hitung relaksasi nafas
adalah
dalam yaitu 16,672 dan
penerapan
nilai p = 0,000.Nilai t
relaksasi nafas hitung dari masing-
dalam, masing intervensi > t
sedangkan tabel = 1,761, begitu
variable pula nilai p < nilai α =
dependennya 0,05, yang berarti ada
perbedaan yang
adalah
signifikan antara
intensitas nyeri intensitas nyeri postop
post-op apendisitis sebelum dan
I: instrument sesudah intervensi.
penelitian yang
digunakan
dalam
penelitian ini
yaitu SOP
(Standard
Operating
Procedure)
pemberian
Teknik relaksasi
nafas dalam
A: analisa data
dalam
penelitian ini
dilakukan
melalui 3
tahapan yaitu
128
Observasi, Hasil
pengukuran
Post test dan
waktu.
3 Pipin 2013 - Pengaruh D : Desain Berdasarkan Hasil uji Google
Yunus Pemberian penelitian yang analisa data dengan Scholar
Teknik digunakan menggunakan uji
Relaksasi adalah statistic t paired test http://d
Nafas penelitian Dengan bantuan x.doi.or
dalamTerhad deskriptif quasi- komputer, dimana nilai α g/10.31
ap eksperimental ≤ 0,05, didapatkan nilai 314/zijk
Penurunan design dengan signifikansi p = 0,003. .v2i1.11
Intensitas one grup Karena nilai p < α (0,003 35
Nyeri Pada pretest- < 0,05), maka Ho
Pasien Post posttest, test ditolak. Hal ini
Operasi tanpa adanya menunjukkan bahwa
Apedikttomi kelompok pemberian tehnik
Hari Pertama pembanding relaksasi nafas
Diruang (control). berpengaruh terhadap
Bedah BLUD penurunan Tingkat Nyeri
RSU Dr.M.M S : adalah pada pasien Post Operasi
Dundo seluruh pasien Apendiktomi hari
limboto pasca operasi Pertama di Ruang Bedah
Kabupaten apendikttomi BLUD RSU Dr.M.M Dunda
Gorontalo hari pertama Limboto
tahun 2013 dengan jumlah
pasien 15
orrang.
V : Variabel
independent
pada penelitian
ini yaitu
penurunan
intensitas
tingkat pada
pasien post
operasi
apendikttomi
hari pertama
sebelum
diberikan
Teknik relaksasi
nafas dalam,
sedangkan
variable
dependennya
adalah
penurunan
respon nyeri
pada pasien
post operasi
hari pertama
sesudah
diberikan
Teknik relaksasi
nafas dalam.
I: instrument
penelitian yang
digunakan
dalam
penelitian ini
yaitu SOP
(Standard
Operating
129
Procedure)
pemberian
Teknik relaksasi
nafas dalam
A : analisis nya
univariat
menggunakan
distribusi
frekuensi,
analisis
hubungan antar
variable bivariat
untuk analisis
statistic
menggunakan
uji chi-square
test.
130
bivariat.
5 Henni 2023 Vol. Pengaruh D: Design Hasil penelitian Google
Febriyaw 11 Pemberian penelitian ini menunjukkah bahwa dari Scholar
ati, Weti, No. Teknik adalah Pre 15 orang terdapat 1
Wulan 01 Relaksasi orang (6,6%) yang https://
eksperimental
Anggrain Nafas Dalam mengalamai nyeri ringan, doi.org/
i, Marifje Terhadap menggunakan 9 orang (60 %) yang 10.3608
Rombe, Penurunan dhe one group mengalami nyeri sedang 5/jkmb.
Yesi Intensitas pre dan post dan 5 orang (33,4%) v11i1.4
Hidayant Nyeri Pada test yang mengalami nyeri 914
i Paien Pos S: berjumlah 15 berat. Rata-rata tingkat
Operasi orang nyeri sebelum tehnik
Appendisitis relaksasi nafas dalam
V: variable
di RSUD 5,78 dengan standar
DR.N. Yunus independent deviasi 1.246. dan
Bengkulu adalah terdapat 9 orang (60 %)
pengaruh yang mengalamai nyeri
pemberian ringan, 6 orang (40,0 %)
Teknik relaksasi yang mengalami nyeri
nafas sedang dan 0 orang (0
%) yang mengalami
dalamsedangka
nyeri bera. Rata-rata
n variable tingkat nyeri sesudah
dependen diberi tehnik relaksasi
adalah nafas dalam 3,20 dengan
intensitas nyeri standar deviasi 1.014.
pada pasien dan didapatkan hasil uji
statistik uji t didapatkan
post operasi
nilai p value = 0,000
appendicitis maka dapat disimpulkan
I: instrument ada pengaruh tehnik
berupa panduan relaksasi nafas dalam
standar terhadap penurunan
operasional nyeri pada pasien post
prosedur (SOP) operasi appendisitis di
RSUD Dr. M.Yunus
A: univariat dan
Bengkulu.
bivariat.
6 Parmasih 2021 Vol. Teknik D: Hasil penelitian ini Google
, Widya 1 Relaksasi menggunakan menunjukan setelah Scholar
Sari, No. Nafas Dalam metode dilakukan tehnik
Abdurras 2 Terhadap relaksasi nafas sehari 2 https://j
deskriptif
yid, Ita Penurunan kali selama 20-30 menit, ca.esau
Ari Astuti Nyeri Pada dengan yang dilakukan satu jam nggul.ac
Anak Post pendekatan sebelum pemberian .id/inde
Operasi proses analgetik, selama 3 hari x.php/jh
Appendiktom keperawatan berturut turut, dari ea/articl
i di Ruang dan berbasis ketiga anak post operasi e/view/
Alamanda apendiktomi terdapat 138
Evidence Based
RSUD penurunan skala nyeri.
Practice
Parakan Anak satu dari skala
S: pada 3 anak nyeri 4 turun menjadi
post operasi skala nyeri 2, Anak 2 dan
apendisitis 3 dari skala nyeri 5 turun
V: variable menjadi skala nyeri 3.
independe Dan dapat disimpulkan
adalah Teknik Intervensi tehnik
relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas
dapat diterapkan untuk
dalam dan pasien post operasi
variable lainnya, yang berfungsi
dependen untuk mengurangi rasa
penurunan sakit.
nyeri pada anak
post operasi
131
appendiktomi.
I: instrument
berupa panduan
standar
operasional
prosedur (SOP)
A:
menggunakan
wawancara,
observasi dan
pemeriksaan
fisik.
7 Arif 2023 Vol. Efektifitas D: quasi Berdasarkan hasil analisa Google
Hidayat, 15 Teknik eksperimen data yang diperoleh dari Scholar
Eka No. Relaksasi dengan pre test penelitian dapat
Diah, 1 Nafas Dalam disimpulkanTerjadi http://e
dan post test
Kartining dan Teknik penurunan nyeri sebelum journal.
rum, Ike Relaksasi one group (pre) dan sesudah (post) stikesm
Prafitas Genggam design pada kelompok intervensi ajapahit
Sari Jari terhadap S: 24 nafas dalam pada pasien .ac.id/in
penurunan responden post operasi apendisitis dex.php
nyeri pada V: variable di ruang Hayam Wuruk /MM/arti
pasien post RS.Sidowaras Bangsa. cle/view
independen
operasi Terjadi penurunan nyeri /904
adalah Teknik
apendiksitis sebelum (pre) dan
di rumah relaksasi nafas sesudah (post) pada
sakit dalam dan kelompok intervensi
Mojokerto variable genggam jari pada
dependen pasien post operasi
adalah apendisitis di ruang
Hayam Wuruk RS
penurunan
Sidowaras Bangsal.
nyeri pada
pasien post
operasi
apendiksitis
I: instrument
berupa panduan
standar
operasional
prosedur (SOP)
A: observasi
sebelum dan
sesudah
eksperimen.
134
Parmasih, p., sari, w., abdurrasyid, a., relaksasi genggam jari terhadap
& astuti, i. A. (2021). Tehnik penurunan nyeri pada pasien post
relaksasi nafas dalam terhadap operasi apendiksitis di rumah sakit
penurunan nyeri pada anak post mojokerto. Medica majapahit
operasi apendiktomi di ruang (jurnal ilmiah kesehatan sekolah
alamanda rsud tarakan. Jca of tinggi ilmu kesehatan majapahit),
health science, 1(02). 15(1),1-12
Hidayat, a., sari, i. P., & kartiningrum,
e. D. (2023). Efektifitas teknik
relaksasi nafas dalam dan teknik
135
Journal Well Being
Volume 7 No.2, 2022, Halaman 71-77
ISSN 24772704 (print) eISSN 26157519
PENERAPAN KOMBINASI TERAPI NAFAS DALAM DAN MUSIK KLASIK DALAM
MENGURANGI NYERI AKUT POST OPERASI APPENDICITIS DI RUANG BIMA RSUD
JOMBANG
ABSTRAK
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks vermiformis akibat adanya infeksi
pada appendiks atau umbai cacing. Nyeri akut merupakan sebuah pengalaman sensorik atau
emosional yang berhubungan dengan sebuah kerusakan jaringan fungsional, dengan waktu yang
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan sampai berat yang berlangsung selama kurang dari
3 bulan . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil perubahan penurunan intensitas nyeri akut
pada pasien post operasi appendicitis setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan terapi
musik klasik. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Dengan metode observasi dan wawancara
langsung. Asuhan keperawatan yang dilakukan melibatkan dua orang pasien remaja yang terkena
appendicitis setelah dilakukan operasi dengan memberikan intervensi terapi nafas dalam dan musik
klasik dilakukan selama 6 hari. Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi nafas dalam dan musik
klasik skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala nyeri menjadi 2 dan 2. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terapi nafas dalam dan musik klasik dapat menurunkan intensitas nyeri pada
pasien post operasi appendicitis sehingga teknik nonfarmakologi ini sangat direkomendasikan.
ABSTRACT
Appendicitis is an inflammation that occurs in the vermiform appendix due to infection in the
appendix or appendix. Acute pain is a sensory or emotional experience associated with functional
tissue damage, with a sudden or slow time and mild to severe intensity that lasts for less than 3
months. The purpose of this study was to determine the results of changes in acute pain intensity
reduction in postoperative appendicitis patients after giving deep breathing relaxation techniques
and classical music therapy. This type of research is a case study. With direct observation and
interview methods. The nursing care carried out involved two teenage patients who were affected
by appendicitis after surgery by providing deep breathing therapy interventions and classical music
for 6 days. The results of the study before deep breathing therapy and classical music were pain
scales 6 and 5, after the pain scale was 2 and 2. The conclusion of this study is deep breathing
therapy and classical music can reduce pain intensity in postoperative appendicitis patients so that
this non-pharmacological technique highly recommended.
71
Alfin Rulian Huda, Faishol Roni, Achmad Wahdi, Arif Wijaya, Erna Tsalatsatul Fitriyah : Penerapan
Kombinasi Terapi Nafas Dalam Dan Musik Klasik Dalam Mengurangi Nyeri Akut Post Operasi Appendicitis
Di Ruang Bima Rsud Jombang
HASIL
4. Diagnosa Keperawatan
1. Distribusi Karakteristik Pasien
Tabel 1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 1.1 Distribusi Karakteristik Pasien Pasien 1 Pasien 2
Identitas
Pasien 1 Pasien 2
Pasien Nyeri akut Nyeri akut berhubungan
Umur 17 tahun 15 tahun berhubungan dengan dengan agen pencedera
Pendidikan SMA SMA agen pencedera fisik fisik
Sumber: Data Primer (2022)
Sumber: Data Primer (2022)
2. Riwayat Kesehatan Pasien
5. Analisa Data
Tabel 1.2 Riwayat Penyakit
Riwayat Tabel 1.5 Analisa Data
Pasien 1 Pasien 2
Penyakit
Riwayat Keluarga pasien Keluarga pasien Analisa Data Etologi Problem
Penyakit mengatakan pasien mengatakan pasien Pasien 1
Sekarang mengeluh nyeri mengeluh nyeri Ds. Pasien mengatakan Agen Nyeri Akut
perut perut nyeri pada perut luka Pencedra
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan operasi Fisik
Penyakit tidak mempunyai tidak mempunyai P: Pasien nyeri
Dahulu riwayat penyakit riwayat penyakit bila bergerak
yang di derita sebelumnya Q: Nyeri
sebelumnya seperti
Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan ditusuk-tusuk
Penyakit keluarga tidak keluarga tidak R: Perut
Kluarga mempunyai riwayat mempunyai riwayat bagian kanan
penyakit menular penyakit menular bawah (luka
post op
Sumber: Data Primer (2022)
laparatomi)
S: 6 (nyeri
3. Pola Kesehatan Nyaman Nyeri sedang)
T: Hilang
Tabel 1.3 Pola Kesehatan Nyaman Nyeri timbul
Pola Do. Keadaan umum:
Pasien 1 Pasien 2
Kesehatan lemah
Pola - Pasien - Pasien - Kesadaran:
Kesahatan mengatakan nyeri mengatakan composmentis
Nyaman luka operasi perutnya nyeri - GCS: 4-5-6
Nyeri - Terdapat luka karena ada luka - TTV:
operasi sepanjang operasi TD :120/80 mmHg
10 cm dengan 8 - Luka operasi Nadi :89x/menit
jahitan hari-1 Suhu :36°C
P:Pasien P:Pasien RR :21x/menit
mengatakan nyeri mengatakan - Terdapat luka
bila bergerak nyeri saat post op
Q:Nyeri seperti bergerak laparatomi
ditsuk-tusuk Q: Seperti ditusuk- sepanjang 10
R:Perut bagian tusuk cm dengan 8
kanan bawah R: Perut bawah jahitan
(luka post op) umbilikus
S:6 (Nyeri Sedang) (luka post op)
T: Hilang timbul S: 5 (Nyeri
Sedang)
Sumber: Data Primer (2022) T: Tiba-tiba/ hilang
timbul
ditambah pasien adalah mereka memiliki fisik. Secara teori bahwa pasien post
banyak aktifitas saat disekolah. operasi appendicitis adalah nyeri akut
Berdasarkan data yang didapat dari berhubungan dengan agen pencedera
pengkajian pasien 1 mengelukan nyeri fisik. Nyeri akut adalah pengalaman
pada perut bagian kanan bawah atau pada sensorik atau emosional yang berkaitan
luka pasca operasi, dan pasien 2 dengan kerusakan jaringan aktual atau
mengeluh nyeri pada perut bawah fungsional dengan kurun waktu kurang
umbilikus atau luka bekas operasi. dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
Secara teori keluhan utama yang di 2017).
rasakan pasien biasanya nyeri perut yang Menurut peneliti terdapat persamaan
terdapat luka post operasi appendiktomi antara teori dan hasil pengkajian yang
dikarenakan terputusnya kontinuitas ada, antara lain nyeri akut berhubungan
jaringan (Erwin, 2020). dengan agen pencedera fisik, risiko infeksi
Menurut peneliti terdapat persamaan berhubungan dengan prosedur invasif,
antara teori yang ada dan hasil gangguan mobilitas fisik berhubungan
pengkajian, kerena kedua pasien dengan nyeri, ketiga diagnosa yang
mengeluh nyeri pada luka post operasi muncul pada kedua pasien terdapat di
appendiktomi. diagnosa yang berada di teori.
Berdasarkan data yang didapat dari Intervensi yang diberikan
pengkajian pasien 1 mengeluh nyeri perut berdasarkan keluhan kedua pasien yaitu
bagian kanan bawah disertai demam dan nyeri post operasi appendicitis sehingga
muntah sebanyak 1 kali, dan pasien 2 diberiakan terapi nafas dalam dan musik
mengeluh nyeri perut bagian kanan klasik. Secara teori bahwa pemberian
bawah, dan muntah sebanyak 3 kali. terapi nafas dalam dan musik klasik
Secara teori manifestasi pada pasien merupakan tindakan non farmakologi.
appendisitis adalah adanya nyeri pada Terapi relaksasi nafas dalam dan musik
perut kuadran kanan bawah, demam, klasik merupakan kombinasi terapi yang
mual muntah, nyeri tekan pada titik MC dapat memberikan perasaan nyaman,
Burney, penurunan nafsu makan, perasaan lebih rileks sehingga dapat
konstipasi/diare (Erwin, 2020). membebaskan fisik dan mental dari
Menurut peneliti terdapat kesamaan ketegangan stres yang dirasakan
antara hasil pengkajian dan teori yang sehingga dapat meningkatkan toleransi
ada, kedua pasien mengatakan adanya terhadap nyeri (Wati & Ernawati, 2020).
nyeri perut dibagian kanan bawah, Menurut peneliti kelebihan dari
muntah, dan demam. Dimana manifestasi penerapan intervensi tindakan nyeri akut
klinis appendicitis keluhan nyeri perut yang telah disusun pada pasien 1 dan 2
keseluruhan dari kedua pasien sama sudah sesuai dengan SIKI (Standar
spesifik keluhan nyeri dan tepat nyerinya. Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu
Berdasarkan data yang didapatkan oleh meliputi observasi, terapeutik, edukasi,
peneliti bahwa diagnosa untuk pasien post dan kolaborasi. Dan pada penerapan dan
operasi appendicitis adalah nyeri akut penulisan kriteria hasil pada pasien 1 dan
berhubungan dengan agen pencedera
2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar melakukan shift. Terapi nafas dalam
Luaran Keperawatan Indonesia). dilakukan selama 15 menit dengan jeda 1
Implementasi yang diberikan sesuai menit. Sedangkan terapi musik klasik
yaitu memberikan terapi nafas dalam dan dilakukan selama 10 menit dengan jeda
musik klasik. Secara teori bahwa terapi waktu sesuai dengan kebutuhan pada
nafas dalam dan musik klasik merupakan pasien.
terapi non farmakologi (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2017). KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut peneliti terdapat persamaan 1. Kesimpulan
antara pengkajian dengan teori, semua Hasil pengkajian yang didapat
adalah nyeri dibagian perut post
rencana keperawatan yang di susun oleh
operasi appendicitis. Diagnosa
penulis di berikan pada pasien 1 dan 2. keperawatan adalah nyeri akut
Sebelum pemberian terapi nafas berhubungan dengan agen pencedera
dalam dan musik klasik skala nyeri post fisik. Intervensi yang diberikan kepada
operasi appendicitis pasien satu adalah pasien sesuai dengan prioritas masalah
skala nyeri 6 dan pasien dua adalah skala pasien dengan diberikan terapi nafas
nyeri 5. Setelah diberi terapi nafas dalam dalam dan musik klasik. Implementasi
yang diberikan berdasarkan intervensi
dan musik klasik skala nyeri kedua pasien
yaitu memberikan nafas dalam dan
post operasi appendicitis berkurang musik klasik. Setelah pemberian terapi
menjadi 2. nafas dalam dan musik klasik nyeri post
Secara teori adalah relaksasi nafas operasi appendicitis kedua pasien
dalam merupakan suatu bentuk asuhan menjadi berkurang.
keperawatan, yang dalam hal ini perawat 2. Saran
mengajarkan kepada klien bagaimana Menambah wawasan untuk masyarakat
yang mengalami nyeri akut post operasi
cara melakukan nafas dalam, nafas appendicitis dengan memberikan terapi
lambat (menahan inspirasi secara nafas dalam dan musik klasik.
maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan DAFTAR PUSTAKA
(Utomo dkk., 2018). Terapi musik klasik Dinkes Jatim. (2020). Profil Kesehatan
merupakan salah satu tindakan untuk Jawa Timur 2019.
mengatasi nyeri, individu yang mengalami
Erwin, H. (2020). Asuhan Keperawatan
kesakitan akan merasa rileks saat
Pada Klien Dengan Appendicitis
mendengarkan musik. Musik memberikan Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
distraksi dan disasosiasi opiate endogen Rekamedis Rungan Bima RSUD
dibeberapa fosi didalam otak, termasuk Jombang. (2022). Rekamedis
hipotalamus dan system limbik (Wati dkk., Rungan Bima RSUD Jombang.
2020).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). SDKI.
Pemberian terapi nafas dalam dan
DPP PPNI.
musik klasik yang bertujuan menurunkan
intensitas nyeri, membuat tubuh menjadi Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). SIKI.
rileks, dan menurunkan kecemasan, DPP PPNI.
Tindakan ini dilakukan pada setiap peneliti
Abstrak
Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan
studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan post op
apendisitis dengan tingkat persepsi nyeri akut tindakan keperawatan yang dilakukan
terapi relaksasi nafas dalam dengan durasi 15 menit dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut diberikan setelah paruh waktu 4 jam pemberian obat, diukur dengan skala
VAS (Visual Analog Scale) diruang Cattleyya 2 RSUD Ungaran.
Hasil : Didapatkan hasil pre test pada hari pertama dengan skala nyeri (6) post test
menjadi skala (5) dan dihari ke tiga pre test dengan skala (2,8) post test menjadi skala (2).
Rekomendasi Tindakan relaksasi nafas dalam efektif dilakukan pada pasien post op
apendisitis dengan penurunan nyeri akut.
Abstract
ABSTRAK
Latar Belakang : Appendicitis adalah suatu kondisi di mana terjadi infeksi diumbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi (Kowalak, 2011). Tujuan : untuk mengetahui pengaruh
relaksasi nafas untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada klien appendicitis. Metode :
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah
dua orang klien yang mengalami appendicitis. Penelitian dilakukan pada Februari– Maret 2019. Hasil :
Sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan skala
nyeri menjadi 3 dan 2. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sedang menjadi
skala nyeri ringan. Kesimpulan : Teknik relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
appendicitis sehingga teknik nonfarmakologis ini sangat direkomendasikan.
ABSTRACT
Background : Appendicitis is a condition in which an infection occur in the appendix. In mild cases it
can be cured without treatment, but many cases require a laparotomy by removing the tufts of infected
worms (Kowalak, 2011). Objective : to determine the effect of deep breathing relaxation with acute pain
nursing problems in appendicitis clients. Method : The design of this research is descriptive, in the form of
case studies.The subjects in this study were two clients who had appendicitis. The study was conducted
in February - March 2019. Results : before taking breath relaxation measures on the scale of pain 6 and
5, after the pain scale measures were carried out to 3 and 2. The results showed a decrease in the scale
of moderate pain to a mild pain scale. Conclusion : Breath relaxation techniques can reduce pain
intensity in appendicitis patients so this nonpharmacological technique is highly recommended.
25
Latar Belakang peningkatan temperatur pada ekstremitas.
Appendicitis akut memerlukan Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan
pembedahan. Pada umumnya klien dengan pada klien post op appendiktomy.
post appendiktomy akan mengalami masalah Dari hasil penelitian yang dilakukan
keperawatan nyeri akut akibat pembedahan. oleh Virgianti (2015) dengan melakukan teknik
Menurut Maslow (dikutip dalam Virgianti nafas ritmik/dalam dengan 30 pasien yang
2015), bahwa kebutuhan rasa nyaman mengalami frekuensi skala nyeri sedang (100%)
merupakan kebutuhan fisiologis yang harus post appendiktomy mengalami penurunan
terpenuhi. menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala nyeri
Menurut Virgianti (2015) yang ringan (63.3%).
mengemukakan penelitian Gannong Menurut data Dinkes Jateng
(2008) mengatakan bahwa seorang dengan menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
masalah keperawatan nyeri pasti akan kasus appendicitis di Jawa Tengah sebanyak
berdampak pada aktivitas sehari-harinya. 5.980 penderita, dan 117 klien dengan kasus
Aktivitas yang terganggu diantaranya adalah appendicitis mengalami kematian. Berdasarkan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, paparan di atas, penulis tertarik membahas
juga aspek interaksi sosialnya yang mana dapat mengenai penerapan teknik relaksasi nafas
berupa menghindari percakapan, menarik diri dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
dan menghindari kontak. Selain itu, jika appendicitis di RSUD Wates.
seorang yang mengalami nyeri hebat dan tidak
segera dilakukan tindakan, seseorang tersebut Metode
akan mengalami syok neurogenik. Desain penelitian ini adalah deskriptif,
Adapun pengelolaan intensitas nyeri dalam bentuk studi kasus. Subyek dala
klien dengan post appendiktomy yaitu dengan penelitian ini adalah dua orang klien 2 orang
farmakologi dan nonfarmakologi. Pengelolaan dan keluarganya yang mengalami appendicitis
intensitas nyeri dengan nonfarmakologi antara dengan masalah nyeri akut. Pelaksanaan
lain adalah nafas dalam, kompres hangat, pengumpulan data dilakukan di RSUD Wates,
terapi masase, dan pemberian analgesik. dilakukan sejak tanggal 18 – 20 Februari 2019
Teknik nafas dalam ini dipercaya dapat pada klien 1 dan pada klien 2 pada tanggal 27
menurunkan intensitas nyeri. Tamsuri, 2007 Februari 2019 – 01 Maret 2019.
(dikutip dalam Rini 2012). Pengumpulan data yang dilakuan
Menurut Rahmayati (2010) dikutip dalam peneltiian, yaitu:
dalam Chandra (2013) secara fisiologis, 1. Observasi
keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan Dalam penelitian ini, penulis
kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, mengobservasi atau melihat keadaan
menyebabkan penurunan ketegangan otot, umum partisipan dengan pemeriksaan fisik
metabolisme menurun, vasodilatasi dan (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
26
palpasi, perkusi, dan auskultasi). dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pengukuran nyeri berkurang menjadi skala 2.
Dalam penelitian ini, penulis mengukur Pada post operasi pada Tn S sebelum
menggunakan alat ukur pemeriksaan, dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
seperti melakukan pengukuran TTV dan nyeri yang dirasakan yaitu 6 dengan rasa seperti
skala nyeri dengan numerical rating scale. tersengat dan waktu hilang atau timbul. Setelah
3. Wawancara dilakukan relaksasi nafas dalam skala nyeri
Dalam penelitian wawancara jenis ini yang dirasakan yaitu menjadi 3 terasa masih
merupakan kombinasi dari wawancara cenut-cenut dan waktu hilang atau timbul.
tidak terpimpin dan wawancara Sedangkan pada Tn W sebelum
terpimpin. dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam skala
4. Dokumentasi nyeri yang dirasakan yaitu 5 terasa cenut-cenut
Dokumentasi yang dilakukan oleh penulis dan waktu hilang atau timbul. Setelah dilakukan
yaitu pendokumentasi hasil pengkajian, relaksasi nafas dalam skala nyeri yang
sampai dengan evaluasi dari tindakan. dirasakan yaitu menjadi 2 terasa masih
Instrumen pengumpulan data yang cenutcenut dan waktu hilang atau timbul.
meliputi: memberikan teknik relaksasi nafas
dalam dengan menggunakan SOP Rumah Pembahasan
Sakit dan skala Numerical Rating Scale untuk 1. Gambaran intensitas nyeri sebelum
mengukur skala nyeri diberikan terapi relaksasi nafas dalam
Uji keabsahan menggunakan Pada Tn S sebelum dilakukan
triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini tindakan keperawatan skala nyeri yang
menggunakan triangulasi observasi, yaitu hasil dirasakan yaitu 4. Sedangkan pada Tn W
pengukuran post test dan triangulasi waktu, skala nyeri awal yang terasa skala 3. Tn S
yaitu dilakukan dengan mengukur skala nyeri dan Tn W didapatkan klien mengeluh nyeri
setelah diberikan teknik relaksasi nafas pada abdomen karena appendicitis.
dalam). Appendicitis terjadi karena adanya infeksi
pada umbilicus. Appendicitis adalah suatu
Hasil proses obstruksi (hiperplasi limpo nadi
Hasil penelitian pada pre operatif submokosa, fecalith, benda asing, tumor),
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas kemudian diikuti proses infeksi dan disusul
dalam. Pada Tn S sebelum dilakukan tindakan oleh peradangan dari appendiks veriformis.
keperawatan skala nyeri yang dirasakan yaitu Penelitian oleh Nugroho 2011 (dikutip
4 dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam dalam Silvia 2015).
nyeri berkurang menjadi skala 3. Sedangkan Nyeri yang dirasakan akibat adanya
pada Tn W sebelum dilakukan tindakan proses inflamasi yang mengakibatkan
relaksasi nafas dalam nyeri yang terasa yaitu 3 peningkatan traluminal tekanan akan terus
27
meningkat dan menyebabkan peradangan dikutip dalam Chandra (2013) secara
yang timbul meluas sehingga fisiologis, keadaan relaksasi ditandai
menimbulkan nyeri pada perut kanan dengan penurunan kadar epinefrin dan non
bawah. Tn S dan Tn W merasa kurang epinefrin dalam darah, menyebabkan
nyaman dengan kondisinya. Klien dengan penurunan ketegangan otot, metabolisme
diagnosa Appendicitis memerlukan menurun, vasodilatasi dan peningkatan
pembedahan. temperatur pada ekstremitas.
Pada pengkajian post operatif Teknik nafas dalam sangat efektif
didapatkan data dari kedua klien dilakukan pada klien post op
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pada appendiktomy. Dari hasil penelitian yang
Tn S nyeri dirasakan dengan skala 6 dilakukan oleh Virgianti (2015) dengan
dengan waktu hilang timbul dan skala 5 melakukan teknik nafas ritmik/dalam
dengan waktu hilang timbul pada Tn W. dengan 30 pasien yang mengalami
Nyeri yang dirasakan karena frekuensi skala nyeri sedang (100%) post
adanya kerusakan pada jaringan appendiktomy mengalami penurunan
akibat adanya kontinuitas jaringan yang menjadi 19 pasien dengan frekuensi skala
terputus. Menurut Eli kosasih (2015) nyeri ringan (63.3%)
apabila ada kerusakan jaringan maka Kesimpulan
histamin, bradikinin, serotonin, dan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
prostaglandin akan di produksi oleh disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas
tubuh. Zat-zat kimia ini akan efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada
menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini pasien appendicitis.
diteruskan ke Central Nerve System Daftar Pustaka
(CNS) untuk kemudian ditransmisikan Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan
Medikal- Bedah. Jakarta : EGC
pada serabut tipe C yang menghasilkan
Cahyani, Oktavia P. 2017. Upaya Penurunan
nyeri seperti tertusuk (dikutip dalam Nyeri Pada Pasien Dengan Post
Appendiktomi.
Evarica 2015).
Faridah, Virgianti N. 2015. Penurunan Tingkat
2. Gambaran Intensitas nyeri setelah diberikan Nyeri Pasien Post Op Apendicitis
relaksasi nafas dalam Dengan Tehnik Diktraksi Nafas Ritmik.
Surya. Vol 07 No 02.
Sebelum dilakukan tindakan Jamaludin, Ulya Nur K. 2017. Pengaruh
relaksasi nafas pada kedua klien skala Terapi Guided Imagery Dan Iringan
Musik Terhadap Penurunan Nyeri
nyeri 6 dan 5, setelah dilakukan tindakan Pada Pasien Dengan Post
skala nyeri berkurang menjadi 3 dan 2. Apendiktomi. Jurnal profesi
keperawatan. Vol 4 No. 2.
Setelah dilakukan nafas dalam Kowalak, Jennifer P, Welsh,William, &
klien lebih menjadi rileks dan Mayer, Brenna. 2011. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta : EGC
menyebabkan nyeri berkurang. Sejalan Maranatha. 2019. Hamilton Rating Scale For
dengan pendapat Rahmayati (2010) Anxiety.
28
Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Devi Mediarti1, Syokumawena2, Hary A3, Herawati J4
DOI: https://doi.org/10.36729
ABSTRAK
Latar Belakang: Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks (Umbai cacing). Salah satu
penatalaksanaan apendisitis adalah dengan pembedahan apendiktomi. Keluhan yang sering timbul
pasca pembedahan adalah nyeri akut. Untuk mengatasi nyeri maka perlu dilakukan implementasi
keperawatan pada pasien post operasi apendisitis. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah
manajemen nyeri akut yaitu teknik relaksasi napas dalam, pengaturan posisi dan tindakan kolaborasi
pemberian obat. Bila implementasi keperawatan ini tidak dilakukan maka pasien pasien akan terfokus
pada nyerinya sehingga nyeri tidak berkurang. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus. Tempat penelitian dilakukan di salah satu rumah sakit yang
berada di Palembang. Waktu penelitian dilakukan di bulan April 2021. Sampel penelitian ini 2 orang
pasien post operasi apendisitis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan implementasi
keperawatan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan dua responden yang telah diberikan
implementasi berupa manajemen nyeri akut yaitu teknik relaksasi napas dalam, pengaturan posisi dan
tindakan kolaborasi pemberian obat. Hasil: Terjadi penurunan skala nyeri dimana pasien 1 nilai skala
nyeri pre adalah 5 dan nilai post turun menjadi 2 dan pasien 2 dengan nilai skala nyeri pre adalah 6
turun menjadi 2 pada nilai post nya . Implementasi keperawatan mengkaji nyeri, teknik relaksasi napas
dalam, mengatur posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi nyeri akut yang
dirasakan pasien. Saran: Agar manajemen nyeri akut bisa diterapkan oleh pasien yang berada di
rumah sakit terutama pasien yang mengalami nyeri akut.
Kata Kunci: Nyeri akut, Post Operasi Apendisitis
ABSTRACT
Background: Appendicitis is an inflammation of the appendix (worm tuber). One of the management
of appendicitis is appendectomy surgery. Complaints that often arise after surgery is acute pain. To
overcome pain, it is necessary to implement nursing in postoperative appendicitis patients. The nursing
implementation carried out was acute pain management, namely deep breathing relaxation techniques,
positioning and collaborative drug administration actions. If the implementation of this nursing is not
carried out, the patient will focus on the pain so that the pain does not decrease. Methods: This
research design uses a descriptive method in the form of a case study. The place of research was
carried out in one of the hospitals in Palembang. The time of the study was carried out in April 2021.
The sample of this study was 2 patients after appendicitis surgery. The approach used is the nursing
implementation approach. This study was conducted to compare two respondents who had been given
the implementation of acute pain management, namely deep breathing relaxation techniques,
positioning and collaborative action of drug administration. Results : There was a decrease in the pain
scale where patient 1 had a pre pain scale score of 5 and the post score dropped to 2 and patient 2 with
a pre pain scale value of 6 dropped to 2 on the post score. Nursing implementation examines pain,
deep breathing relaxation techniques, adjusts the semi-Fowler position and collaboration in drug
administration to reduce the acute pain felt by the patient. Suggestion: So that acute pain management
can be applied by patients who are in hospital, especially patients who experience acute pain.
Keywords: Acute Pain, Post Appendicitis Surgery
Ada beberapa model yang telah namun pasien suka mengonsumsi makanan
dikembangkan oleh para ahli keperawatan. pedas, frekuensi minum air putih 5-7 gelas/
Salah satu contoh format pengkajian yang hari atau ± 1500 ml/ hari. Selama Sakit
disusun oleh Gordon yang mengkaji 11 nafsu makan berkurang. Pasien makan
pola fungsi kesehatan. Kata pola digunakan 3x/hari tetapi makanan yang dimakan tidak
Gordon untuk memaknai perilaku secara habis, makan hanya 4-5 sendok makan
berurutan Pada pengkajian pola fungsi saja, diit bubur halus, minum air putih ±
menurut Gordon didapatkan pada pasien 1 500 ml/hari. Pada pasien 2 pola eliminasi
pola nutrisi sebelum sakit pola makan baik sebelum sakit pasien BAK 4-6 x/hari,
yaitu 3x sehari dengan menu nasi, lauk, warna kuning jernih, dan BAB 1x/ 2 hari
sayur, tidak ada pantangan makanan warna kuning, bau khas feses. Selama sakit
namun pasien suka mengonsumsi makanan pasien terpasang kateter, jumlah urine
pedas, frekuensi minum air putih 7-8 gelas/ perjam sebanyak ± 150 cc, belum BAB
hari atau ± 1500 ml/ hari. Selama Sakit sama sekali selama di RS. Pada pasien 2
nafsu makan berkurang. Pasien makan pola aktivitas sebelum sakit aktivitas
3x/hari tetapi makanan yang dimakan tidak dilakukan secara mandiri. Selama sakit
habis, makan hanya 5-6 sendok makan semua aktivitasnya di rumah sakit dengan
saja, diit bubur halus, minum air putih ± di bantu oleh keluarganya.
500 ml/hari. Pada pasien 1 pola eliminasi Pemeriksaan fisik pada pasien 1
sebelum sakit pasien BAK 5-7 x/hari, didapatkan keadaan umum pasien lemah,
warna kuning jernih, dan BAB 1x/hari kesadaran komposmentis. Tekanan darah
warna kuning, bau khas feses. Selama sakit 120/80 mmhg, pernapasan 24 x/menit,
pasien terpasang kateter, jumlah urine tekanan nadi 80 x/menit, suhu 36,5 0C .
perjam sebanyak ± 150 cc, belum BAB Sedangkan pada pasien 2 didapatkan
sama sekali selama di RS. Pada pasien 1 keadaan umum pasien lemah, kesadaran
pola aktivitas sebelum sakit aktivitas komposmentis. Tekanan darah 140/90
dilakukan secara mandiri. Selama sakit mmhg, pernapasan 24 x/menit, tekanan
semua aktivitasnya di rumah sakit dengan nadi 88 x/menit, suhu 37 0C. Pemeriksaan
di bantu oleh keluarganya. head to toe pada pasien didapatkan semua
Pada pengkajian pola fungsi hasil normal kecuali pada abdomen. Pada
menurut Gordon didapatkan pada pasien 2 pasien 1 dan 2 abdomen simetris, datar,
pola nutrisi sebelum sakit sakit pola makan ada luka bekas operasi di bagian perut
baik yaitu 3x sehari dengan menu nasi, sebelah kanan bawah dengan panjang 6-8
lauk, sayur, tidak ada pantangan makanan
cm, kondisi luka kemerahan dan tidak ada timbul berlangsung sekitar 3-4 menit. Data
pus. objektif pada pasien 1 yaitu pasien nampak
Pemeriksaan laboratorium pada meringis kesakitan, tekanan darah 120/80
pasien 1 dan pasien 2 diketahui bahwa mmhg, pernafasan 20 x/menit, nadi
jumlah hemoglobin (Hb) pada P1 dan P2 80x/menit, suhu 36,5 ℃. Berdasarkan
berada diatas nilai normal (14-16 g/DL). etiologi luka insisi yang menyebabkan
Pada P1 hasil Hb sebesar 16,5 g/dL dan kerusakan jaringan pada saraf sehingga
pada P2 sebesar 16,6 g/Dl. Jumlah didapatkan masalah keperawatan nyeri
Leukosit pada P1 dan P2 berada diatas akut, sedangkan didapatkan analisa data
nilai normal (5.000 – 10.000 uL). Pada P1 pada pasien 2 dengan data subjektif yaitu
hasil leukosit 11.200 uL dan pada P2 pasien mengatakan nyeri di abdomen
sebesar 20.500 uL.Jumlah Eritrosit pada P1 kanan pada luka bekas operasi. Nyeri yang
dan P2 berada diatas normal (4.5 – 5.5 dirasakan seperti di tusuk-tusuk di luka
Juta/uL). Pada P1 hasil leukosit 5.7 Juta/uL operasi dengan skala nyeri 6. Pasien
dan pada P2 sebesar 5.6 Juta/uL. Pada mengatakan nyeri menyebar keseluruh
terapi farmakologis obat kedua pasien abdomen dan nyeri tidak menentu/ hilang
sama yaitu IUFD RL gtt 20X/ menit, timbul berlangsung sekitar 5 menit. Data
keterolak 3x1 ampul, ambacin cefuroxime objektif pada pasien 2 yaitu pasien nampak
sodium 2x1 vial dan metronidazole 2x1 meringis kesakitan, tekanan darah 140/90
vial, hanya saja pada pasien 2 ada terapi mmhg, pernafasan 24 x/menit, nadi 86
obat pantoprazole dan omeprazole. x/menit, suhu 37 ℃. Berdasarkan etiologi
Diagnosa Keperawatan luka insisi yang menyebabkan kerusakan
Setelah didapatkan data dari jaringan pada saraf sehingga didapatkan
pengkajian yang dilakukan secara masalah keperawatan nyeri akut. Sehingga
menyeluruh, maka dibuatlah analisa data didapatkan kesimpulan diagnosa
dan membuat kesimpulan diagnosis keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2
keperawatan (Potter & Perry, 2009). Dari adalah Nyeri akut berhubungan dengan
data diatas didapatkan analisa data pada agen pencedera fisik (adanya insisi bedah).
pasien 1 dengan data subjektif yaitu pasien Intervensi Keperawatan
mengatakan nyeri di abdomen kanan pada Intervensi yang dibuat untuk
luka bekas operasi. Nyeri yang dirasakan diagnosa diatas adalah tujuan yang
seperti dicubit dengan skala nyeri 5. Pasien diharapkan dari tindakan keperawatan
mengatakan nyeri menyebar keseluruh 3x24 jam yang dilakukan yaitu nyeri
abdomen dan nyeri tidak menentu/ hilang berkurang, terkontrol atau hilang. Dengan
kriteria hasil tingkat nyeri menurun hilang timbul berlangsung sekitar 3-4
(kemampuan mengerjakan aktivitas menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
meningkat, keluhan nyeri menurun, mengatur posisi pasien semi fowler dengan
meringis menurun, gelisah menurun). menaikkan posisi tempat tidur dibagian
Intervensi keperawatan yang dilakukan kepala dengan ketinggian 450, meletakkan
berdasarkan Standar Intervensi 1 bantal dibawah kepala pasien, membantu
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) pasien setengah duduk ditempat tidur
adalah manajemen nyeri yang meliputi dengan cara tangan kanan masuk ke ketiak
observasi dengan mengidentifikasi lokasi, pasien dan tangan kiri menyangga
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, punggung pasien, kemudian anjurkan
intensitas nyeri, dan skala nyeri. pasien untuk mendorong badannya
Teraupetik dengan memberikan teknik kebelakang, berikan 1 bantal untuk
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa sandaran punggung pasien. Pada pukul
nyeri seperti latihan napas dalam, 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
mengontrol lingkungan yang dapat napas dalam dengan melatih pasien
memperberat rasa nyeri seperti mengatur melakukan napas perut (tarik napas dalam
posisi pasien (posisi semi fowler), Edukasi melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
dengan mengajarkan teknik tetap tertutup). Meminta pasien menahan
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa napas (3 hitungan), meminta pasien
nyeri, dan kolaborasi dengan pemberian menghembuskan napas perlahan dalam 3
analgetik, jika perlu. hitungan (lewat mulut, bibir seperti
Implementasi Keperawatan meniup). Meminta pasien untuk melakukan
Penulis melakukan implementasi napas dalam hingga merasa lebih rileks dan
keperawatan terhadap pasien 1 pada nyeri sedikit berkurang. Pada pukul 16.45
tanggal 3-5 April 2021. Tanggal 3 April WIB Melakukan pemberian obat dengan
2021 pukul 15.00 WIB penulis melakukan drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL
pengkajian nyeri secara komprehensif dengan gtt 20 x/menit .
dengan menggunakan metode mnemonic Tanggal 4 April 2021 pukul 15.00
PQRST dengan hasil Nyeri di perut kanan WIB penulis melakukan pengkajian nyeri
bawah setelah post operasi apendisitis dan secara komprehensif dengan menggunakan
dirasakan saat diam maupun bergerak (P), metode mnemonic PQRST dengan hasil
nyeri yang dirasakan seperti dicubit (Q), pasien mengatakan nyeri di perut kanan
nyeri menyebar keseluruh abdomen (R), bawah akibat luka operasi apendisitis dan
skala nyeri 5 (S), nyeri tidak menentu, dirasakan semakin membaik bila istirahat
(P), nyeri yang dirasakan seperti di cubit amp keterolak pada cairan infus RL dengan
(Q), nyeri menyebar keseluruh abdomen gtt 20 x/menit.
(R), skala nyeri 4 (S), nyeri tidak menentu, Pada pasien 2 penulis melakukan
hilang timbul berlangsung sekitar 2-3 implementasi keperawatan pada tanggal
menit (T). Pada pukul 15.30 WIB 21-23 April 2021. Tanggal 21 April 2021
mengatur posisi pasien semi fowler dengan pukul 15.00 WIB penulis melakukan
menaikkan posisi tempat tidur dibagian pengkajian nyeri secara komprehensif
kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul dengan menggunakan metode mnemonic
16.00 WIB melakukan teknik relaksasi PQRST dengan hasil nyeri di perut kanan
napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga bawah setelah operasi apendisitis dan
merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45 dirasakan saat diam maupun bergerak (P),
WIB Melakukan pemberian obat dengan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL (Q), nyeri menyebar keseluruh abdomen
dengan gtt 20 x/menit . (R), skala nyeri 6 (S), nyeri tidak menentu,
Tanggal 5 April 2021 pukul 15.00 hilang timbul berlangsung sekitar 4-5
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
secara komprehensif dengan menggunakan mengatur posisi pasien semi fowler dengan
metode mnemonic PQRST dengan hasil menaikkan posisi tempat tidur dibagian
pasien mengatakan nyeri di perut kanan kepala dengan ketinggian 450 , meletakkan
bawah akibat luka operasi apendisitis, 1 bantal dibawah kepala pasien, membantu
membaik bila istirahat (P), nyeri yang pasien setengah duduk ditempat tidur
dirasakan seperti di cubit (Q), nyeri dengan cara tangan kanan masuk ke ketiak
menyebar keseluruh abdomen (R), skala pasien dan tangan kiri menyangga
nyeri 2 (S), nyeri tidak menentu, hilang punggung pasien, kemudian anjurkan
timbul berlangsung sekitar 1-2 menit (T). pasien untuk mendorong badannya
Pada pukul 15.30 WIB mengatur posisi kebelakang, berikan 1 bantal untuk
pasien semi fowler dengan menaikkan sandaran punggung pasien. Pada pukul
posisi tempat tidur dibagian kepala dengan 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
ketinggian 450. Pada pukul 16.00 WIB napas dalam dengan melatih pasien
melakukan teknik relaksasi napas dalam melakukan napas perut (tarik napas dalam
sebanyak 5-6 kali hingga merasa nyeri melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
berkurang. Pada pukul 16.45 WIB tetap tertutup). Meminta pasien menahan
Melakukan pemberian obat dengan drip 1 napas (3 hitungan), meminta pasien
menghembuskan napas perlahan dalam 3
hitungan (lewat mulut, bibir seperti dirasakan semakin membaik bila istirahat
meniup). Meminta pasien untuk melakukan (P), nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
napas dalam hingga merasa lebih rileks dan tusuk (Q), nyeri menyebar keseluruh
nyeri sedikit berkurang. Pada pukul 16.45 abdomen (R), skala nyeri 2 (S), nyeri tidak
WIB Melakukan pemberian obat dengan menentu, hilang timbul berlangsung sekitar
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL 1-2 menit (T). Pada pukul 15.30 WIB
dengan gtt 20 x/menit. mengatur posisi pasien semi fowler dengan
Tanggal 22 April 2021 pukul 15.00 menaikkan posisi tempat tidur dibagian
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul
secara komprehensif dengan menggunakan 16.00 WIB melakukan teknik relaksasi
metode mnemonic PQRST dengan hasil napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga
pasien mengatakan nyeri di perut kanan merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45
bawah akibat luka operasi apendisitis dan WIB Melakukan pemberian obat dengan
dirasakan semakin membaik bila istirahat drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL
(P), nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- dengan gtt 20 x/menit .
tusuk (Q), nyeri menyebar keseluruh Evaluasi Keperawatan
abdomen (R), skala nyeri 4 (S), nyeri tidak Setelah melakukan implementasi
menentu, hilang timbul berlangsung sekitar sesuai dengan perencanaan, maka perawat
3 menit (T). Pada pukul 15.30 WIB membandingkan hasil tindakan dengan
mengatur posisi pasien semi fowler dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
menaikkan posisi tempat tidur dibagian (Debora, 2011). Evaluasi harus dilakukan
kepala dengan ketinggian 450. Pada pukul secara periodic tidak hanya satu kali saja
16.00 WIB melakukan teknik relaksasi untuk menentukan adanya perubahan atau
napas dalam sebanyak 5-6 kali hingga perbaikan kondisi klien (Potter & Perry,
merasa nyeri berkurang. Pada pukul 16.45 2009).
WIB Melakukan pemberian obat dengan Pada pasien 1 evaluasi pada tanggal
drip 1 amp keterolak pada cairan infus RL 3 April 2021 yaitu subjektif: pasien
dengan gtt 20 x/menit . mengatakan nyeri di abdomen kanan pada
Tanggal 5 April 2021 pukul 15.00 luka operasi, pasien mengatakan nyeri
WIB penulis melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan seperti di cubit. Objektif:
secara komprehensif dengan menggunakan keadaan umum sedang, tekanan darah
metode mnemonic PQRST dengan hasil 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan
pasien mengatakan nyeri di perut kanan 20 x/menit, skala nyeri 5. Assesment:
bawah akibat luka operasi apendisitis dan masalah belum teratasi. Planning:
pada komponen S dan T yaitu pada hari hasil evaluasi pada kedua pasien setelah
kedua skala nyeri 4 dan hilang timbul dilakukan pengkajian nyeri secara
sekitar 3 menit dan pada hari ketiga skala berkelanjutan didapatkan bahwa skala
nyeri 2 dan hilang timbul sekitar 1 – 2 nyeri pasien berkurang. Penelitian ini
menit. sejalan juga dengan penelitian Patasik
Pada pasien 2 di hari pertama (2013), sebagian besar mengalami nyeri
didapatkan bahwa pasien merasakan nyeri hebat sampai sangat hebat, tingkat nyeri
di perut kanan bawah akibat luka operasi pada pasien post operasi sectio caesarea
apendisitis (P), nyeri yang dirasakan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
seperti di tusuk-tusuk (Q), nyeri menyebar dalam dan guided imagery di Irina D BLU
keseluruh abdomen (R), Skala nyeri 6 (S) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
dan Nyeri tidak menentu, hilang timbul sebagian besar mengalami penurunan ke
berlangsung sekitar 4-5 menit (T). Yang kategori nyeri ringan selebihnya ke
membedakan pengkajian nyeri pada hari kategori nyeri sedang, dan teknik relaksasi
kedua dan ketiga adalah pada komponen S nafas dalam dan guided imagery
dan T yaitu pada hari kedua skala nyeri 4 efektifterhadap penurunan nyeri pada
dan hilang timbul sekitar 3 menit dan pada pasien post operasi sectio caesarea.
hari ketiga skala nyeri 2 dan hilang timbul Melakukan Teknik Relaksasi Napas
sekitar 1=2 menit. Perbandingan antara Dalam
Teknik napas dalam dilakukan
pasien 1 dan pasien 2 terletak pada skala
dengan cara meminta pasien meletakan
nyeri dimana pada saat dikaji pertama kali
satu tangan didada dan satu tangan di
pasien 1 mengungkapkan skala nyeri 5
abdomen kemudian melatih pasien
sedangkan pasien 2 mengungkapkan skala
melakukan napas perut (tarik napas dalam
nyeri 6, hal ini dapat diakibatkan oleh
melalui hidung 3 hitungan, jaga mulut
perbedaan ambang nyeri dan tingkat
tetap tertutup), menahan napas (3 hitungan)
toleransi terhadap nyeri masing-masing
serta menghembuskan napas perlahan
individu.
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
Berdasarkan penelitian Oktavia
seperti meniup). Pada pasien 1 di hari
(2017) mengenai upaya penurunan nyeri
pertama penulis mengajarkan kepada
pada pasien post apendiktomi di dapatkan
pasien untuk melakukan teknik napas
bahwa pengkajian nyeri yang akurat
dalam dan meminta pasien untuk
diperlukan untuk upaya penatalaksanaan
mengulangi dan melakukan teknik napas
nyeri yang efektif. Hal ini berkaitan
dalam hingga nyeri sedikit berkurang.
dengan yang terjadi di lapangan dimana
Begitu pula pada hari kedua dan ketiga napas dalam saat merasakan nyeri sehingga
pasien melakukan teknik napas dalam terdapat pengaruh teknik napas dalam
dengan benar dan mengulangi hingga nyeri terhadap penurunan skala nyeri.
berkurang. setelah dilakukan implementasi Berdasarkan penelitian yang telah
keperawatan teknik relaksasi napas dalam, dilakukan Amir dan Poppi (2018)
pasien 1 mengatakan tindakan ini dapat menunjukkan bahwa teknik relaksasi napas
mengurangi sedikit rasa nyeri dan pasien dalam sangat signifikan terhadap
mengulanginya sehingga didapatkan ada penurunan intensitas nyeri. Hal ini
perubahan skala nyeri yang pada awalnya berkaitan dengan yang terjadi di lapangan
skala nyeri 5 pada hari pertama turun dimana hasil evaluasi pada kedua pasien
menjadi skala nyeri 4 pada hari kedua dan setelah dilakukan teknik relaksasi napas
menjadi skala nyeri 2 pada hari ketiga. dalam secara berkelanjutan didapatkan
Pada pasien 2 di hari pertama bahwa skala nyeri pasien berkurang.
penulis mengajarkan kepada pasien untuk Mengatur Posisi Semi Fowler
melakukan teknik napas dalam dan Pada pasien 1 di hari pertama
meminta pasien untuk mengulangi dan penulis menjelaskan manfaat yang
melakukan teknik napas dalam hingga diperoleh dari pengaturan posisi semi
nyeri sedikit berkurang. Begitu pula pada fowler pada pasien post operasi apendisitis
hari kedua dan ketiga pasien melakukan dan mengajarkan bagaimana posisi semi
teknik napas dalam dengan benar dan fowler yang benar. Pasien dibantu
mengulangi hingga nyeri berkurang. melakukan posisi semi fowler karena
Setelah dilakukan implementasi kondisi yang masih lemah. Begitu pula
keperawatan teknik relaksasi napas dalam, pada hari kedua dan ketiga pasien
pasien 2 mengatakan tindakan ini dapat melakukan posisi semi fowler dengan
mengurangi sedikit rasa nyeri dan pasien benar. Setelah dilakukan implementasi
mengulanginya sehingga didapatkan ada keperawatan mengatur posisi, pasien 1
perubahan skala nyeri yang pada awalnya mengatakan tindakan ini dapat
skala nyeri 6 pada hari pertama turun meningkatkan rasa nyaman dan
menjadi skala nyeri 4 pada hari kedua dan mengurangi sedikit rasa nyeri sehingga
menjadi skala nyeri 2 pada hari ketiga. didapatkan ada perubahan skala nyeri yang
Pasien 1 dan pasien 2 memiliki keinginan pada awalnya skala nyeri 5 pada hari
yang besar untuk segera pulih, kedua pertama turun menjadi skala nyeri 4 pada
pasien mengikuti apa yang diperintahkan hari kedua dan menjadi skala nyeri 2 pada
dan selalu mengulangi teknik relaksasi hari ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, E., & Susanti, Y. (2014). Efektififitas Terapi Imajinasi Terbimbing Dan Terapi Musik
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Akut Di Ruang Rawat
Bedah RSUD Dr. Achmad Darwis Suliki.
Amir, M.D., dan Poppi, N. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif Apendiktomi di Ruang Nyi
Ageng Serang RSUD Sekarwangi. LENTERA: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan
Keperawatan, 3(1)
Andriani, C. (2019). Pengaruh Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Mawar dan Kutilang di RSUD DR. Moeloek
Provinsi Lampung. Repository Poltekkes Tanjungkarang
Anggaraeni, A. (2016). Gambaran Tindakan Perawat pada Pasien Post Operasi dengan Nyeri
di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Faridah, V. N. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Appendisitis dengan Tehnik
Distraksi Nafas Ritmik. Jurnal Kesehatan, 7(2)
Gedera, G. P., Kauppinen, R. M., & Le Louarn, S. (2015). Post-Operative Pain Management
Methods and Nursing Role in The Relief of Pain of Total Knee Replacement Patients.
JAMK University of Applied Sciences.
Patasik, C.K., Jon, T., dan Julia, R. (2013). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Guide Imagery Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1)
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Volume 3. Jakarta:
EGC
Soewito, B. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
Apendisitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuk
Linggau Tahun 2017. Jurnal Keperawatan, 5(2)
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Wahyuningtyas, S. (2013). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny. H dengan Post Operasi
Appendiktomy atas Indikasi Appendiksitis di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta. Studi Kasus. Surakarta: STIKES Kusuma Husada
Williams, L., & Wilkins. (2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT Indeks
Efektifitas Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Op Appendisitis
Latar Belakang, Appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing atau disebut appendiks, Hasil survey Sulawesi Selatan 2011, jumlah kasus apendisitis
dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 di antaranya menyebabkan kematian. Jumlah penderita
apendisitis tertinggi di kota Makassar, yakni 970 prevalensi pada pasien berjenis kelamin laki-laki
(58,3%), sedangkan pasien berjenis kelamin perempuan (41,7%) orang (Dinkes sul-sel 2011),
Berdasarkan data bagian rekam medik Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar bahwa jumlah penderita
penyakit Apendiksitis yang dirawat pada tahun 2018 adalah sebanyak 212 orang dimana yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 110 orang dan perempuan berjumlah 102 orang (Profil Rumah Sakit Tk II
Pelamonia Makassar, 2018). Tujuan, studi kasus adalah untuk mengetahui Penerapan Tehnik
Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis. Metode
penelitian ini termasuk penelitian studi kasus, yang bertujuan untuk mengetahui atau menggambarkan
perbedaan antara 2 pasien dalam Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis. Hasil studi kasus, didapatkan hasil bahwa kedua responden
mengalami penurunan nyeri, Kesimpulan, Penerapan Tehnik Relaksasi Napas Dalam dapat
menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op Appendisitis
ABSTRACT
Background, Appendicitis is a process of inflammation due to infection of the appendix or worm tufts
or called an appendix. The results of a survey in South Sulawesi in 2011 showed that there were 5,980
cases of appendicitis and 177 of them caused death. The highest number of patients with appendicitis in
the city of Makassar, namely 970 prevalence in patients of male sex (58.3%), while patients with
female sex (41.7%) (Dinkes sul-sel 2011), Based on data from the medical record section
Makassar Pelamonia Secondary Hospital that the number of people with Appendixitis disease treated in
2018 was 212 people, of which 110 were male and 102 were female (Profile of Pelamonia Makassar
Kindergarten II Hospital, 2018). The purpose of the case study is to find out the application of deep
breath relaxation techniques to the intensity of pain in patients with post op appendicitis. This research
method includes case study research, which aims to find out or describe the differences between 2
patients in the Application of Deep Breath Relaxation Techniques to Pain Intensity in Patients with
Post Op Appendicitis. The results of the case study, showed that the two respondents experienced a
decrease in pain, Conclusion, Application of Deep Breath Relaxation Technique can reduce Pain
Intensity in Patients with Post Op
69
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
PENDAHULUAN memperlihatkan nyeri adalah sesuatu
Appendisitis akut adalah salah yang alamiah maka mempengaruhi
satu penyebab nyeri abdomen akut pengeluaran fisiologis operasiiate
yang paling sering ditemukan. endogen sehingga terjadi persepsi
Hipotesis penyebab paling umum nyeri. Pada ansietas, seseorang yang
adalah adanya obstruksi lumen yang mengalami kecemasan akan
berlanjut kerusakan dinding appendiks meningkatkan persepsi nyeri.
dan pembentukan abses (Windy, Penelitian Yusrizal (2012), tentang
2016). pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan masase terhadap penurunan skala
Definisi nyeri pasien post operasi apendiktomi di
lain dari appendisitis adalah ruang bedah RSUD Dr.Muhammad
proses peradangan akibat infeksi Zein, didapatkan hasil bahwa terdapat
pada usus buntu atau umbai cacaing pengaruh pemberian teknik relaksasi
atau disebut appendis. Infeksi ini bisa nafas dalam dan masase terhadap
mengakibatkan komplikasi apabila skala nyeri pada pasien post operasi
tidak segera mendapatkan tindakan apendiktomi, sedangkan menurut
bedah untuk penanganannya penelitian Faridah (2015), tentang
(Hariyanto, 2015). penurunan tingkat nyeri pasien post
Apabila Appendisitis tidak di operasi apendiktomi dengan teknik
tangani secepatnya maka akan distraksi nafas ritmik di Ruang
terjadi peritonitis yang dapat Bougenvile RSUD Dr.Soegiri
meningkatkan risiko komplikasi pasca Lamongan, didapatkan hasil bahwa
terdapat pengaruh teknik distraksi nafas
pembedahan. Dampak lain yang akan
ritmik terhadap intensitas nyeri pada
terjadi adalah infeksi luka, abses pasien post operasi apendiktomi.
intraabdomen (pelvis, fosa, iliaka Berdasarkan uraian di atas maka
kanan, subfrenikus), perlekatan, penulis tertarik untuk mengambil judul
aktinomikosis abdomen dan piemia “Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
porta (Zulfikar & Wiratmo, 2015). Dalam Pada Pasien Post Operasi
Salah satu jenis pembedahan yang Appendectomy Dengan Gangguan
sering di lakukan pada pasien Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
Appendisitis adalah Appendectomy. Nyaman di Rumah Sakit Tk.II
Kenyamanan adalah konsep sentral Pelamonia
tentang kiat keperawatan (Potter &
Perry,2006). Menurut Persatuan METODE
Perawat Nasional Indonesia (2018)
menyatakan bahwa masalah diagnosis Jenis penelitian yang digunakan dalam
keperawatan pada gangguan penelitian ini adalah Quasi
kenyamanan adalah Gangguan Rasa Eksperimental) dengan rancangan
Nyaman, Nausea, Nyeri akut, dan Nyeri penelitian two group comparison pretest-
kronis. posttest design yaitu rancangan
Nyeri post operasi disebabkan oleh eksperimen dengan cara sampel
berbagai faktor. Faktor yang
mempengaruhi intensitas dan lamanya mengukur intensitas nyeri luka pasca
nyeri pada tiap individu berbeda. post apendisitis sebelum dan setelah
Menurut Potter dan Perry (2010), faktor dilakukan treatment (perlakuan) untuk
tersebut antara lain keyakinan, ansietas, mengidentifikasi pengaruh relaksasi
gaya koperasiing, dukungan keluarga, nafas dalam dan massage effleurage
keletihan, dan pengalaman terhadap penurunan intensitas nyeri luka
sebelumnya. Pada keyakinan dan nilai- post op apendisitis pada pasien post
nilai budaya mempengaruhi cara
apendisitis, sebelum dan setelah
individu mengatasi nyeri karena
beberapa kebudayaan yakin bahwa dilakukan intervensi.
70
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Intervensi t T table Nilai df P
HASIL hitung korelasi
1. Distribusi Intensitas Nyeri Relaksasi 16,672 1,761 0,633 19 0,000
Nafas
Tabel 3.1 Dalam
Distribusi intensitas nyeri pada kelompok
relaksasi nafas dalam sebelum dan Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
sesudah diberikan intervensi t hitung relaksasi nafas dalam = 16,672
Intesitas nyeri dan nilai p = 0,000. Nilai t hitung dari
Pre Post
Post op masing-masing intervensi > t tabel =
Intervensi Intervensi
Apendisitis 1,761, begitu pula nilai p < nilai α =
F % F % 0,05, dan nilai korelasi antara relaksasi
Tidak Nyeri 0 0 12 30
napas dalam dan penurunan intensitas
Ringan 2 5 28 70
sedang 30 75 0 0 nyeri post op laparatomi = 0,633 yang
Berat 8 20 0 0 berarti ada perbedaan yang signifikan
Jumlah 40 100 40 100 antara intensitas nyeri postop
apendisitis sebelum dan sesudah
Tabel di atas menunjukkan bahwa intervensi yaitu relaksasi nafas dalam
dari 40 responden, sebelum intervensi dengan kekuatan hubungan kuat.
mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu
sebanyak 30 responden. Setelah PEMBAHASAN
diberikan intervensi mayoritas 1. Intensitas Nyeri post op Apendisitis
responden mengalami penurunan Sebelum dan Sesudah Diberikan
Intervensi Relaksasi Nafas Dalam
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan sebanyak
28 responden. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan 40 sampel penelitian.
2. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Skala intensitas nyeri dismenore
Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas sebelum diberikan intervensi relaksasi
Dalam nafas dalam di Rumah Sakit Tk.II
Pelamonia menunjukkan bahwa dari 40
Tabel 3.2
Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum responden, sebelum intervensi
Dan Sesudah Intervensi Relaksasi mayoritas mengalami nyeri sedang
Nafas Dalam yaitu sebanyak 30 responden. Setelah
Mean Selish Standar T D P diberikan intervensi mayoritas
Mean Deviasi f responden mengalami penurunan
Pre 5,60 4,70 16,67
1 19 0,000
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan
Post 0,90 sebanyak 28 responden.
Gejala yang dialami responden
pada saat menstruasi, sesuai dengan
3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas pendapat Judha (2012) gejala yang
Dalam Terhadap Penurunan Intensitas dirasakan pada saat dismenore adalah
Nyeri post op Apendisitis nyeri pada perut bagian bawah,
Tabel 3.3
Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas pinggang bahkan punggung.Dismenore
Dalam Terhadap Penurunan Intensitas sangat mengganggu aktivitas dan
nyeri post op Apendisitis sering dikeluhkan pada sebelum, saat
71
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
dan setelah menstruasi.Nyeri tersebut Hapsari dan Tri Anasari (2013). Dimana
timbul akibat adanya hormone dalam penelitian tersebut peneliti
prostaglandin yang membuat otot membandingkan relaksasi nafas dalam
uterus (rahim) berkontraksi (Judha, dkk, dengan pemberian coklat. Penelitian
2012). tersebut dilakukan pada 15 responden
Setelah diberikan intervensi yang mengalami nyeri postop
relaksasi nafas dalam terjadi penurunan apendisitis dengan metode relaksasi
intensitas nyeri dari 8 responden yang nafas dalam yang sama dengan
mengalami nyeri berat dan 30 penelitian ini. Hasil akhir menunjukkan
responden yang mengalami nyeri bahwa responden mengalami
sedang 28 diantaranya menurun penurunan intensitas nyeri yang
menjadi nyeri ringan dan 12 responden signifikan dengan nilai signifikansi
lainnya tidak mengalami nyeri setelah p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian
diberi intervensi. responden yang tersebut menyebutkan bahwa relaksasi
mengalami nyeri berat menurun nafas dalam lebih efektif terhadap
menjadi nyeri ringan. Skala tersebut penurunan intensitas nyeri Postop
menunjukkan bahwa nyeri yang apendisitis dibandingkan dengan
dirasakan responden sesudah relaksasi metode pemberian cokelat (Hapsari dan
nafas dalam adalah tidak nyeri dan Anasari T, 2013).
nyeri ringan. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian ini dimana skala
2, Perbedaan Rata-Rata Intensitas intensitas nyeri postop apendisitis
Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi sebelum relaksasi nafas dalam di
Nafas Dalam
Rumah Sakit labuang Baji tahun 2017
Hasil analisis dengan uji paired t- diperoleh skala intensitas nyeri postop
test menunjukkan skala intensitas nyeri Apendisitis sebelum intervensi M= 5,60,
postop apendisitis pada kelompok SD= 1,603. Kemudian skala intensitas
relaksasi nafas dalam sebelum dan nyeri postop apendisitis sesudah
sesudah diberi intervensi diperoleh t(df) dilakukan relaksasi nafas dalam di
= 16,672(19), perbedaan Mean = 4,70 Rumah Sakit Labuang Baji tahun 2017
Perbedaan SD = 1,261 dan nilai p = diperoleh skala sesudah diberi
0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan intervensi M= 0,90, SD= 0,788. Hasil
bahwa relaksasi nafas dalam dapat tersebut menunjukkan adanya
menurunkan intensitas nyeri postop perbedaan yang bermakna pada rata-
apendisitis secara signifikan sehingga rata intensitas nyeri sebelum dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan sesudah dilakukan relaksasi nafas
antara skala intensitas nyeri sebelum dalam atau dengan kata lain secara
dan sesudah dilakukan relaksasi nafas signifikan bahwa relaksasi nafas dalam
dalam. dapat menurunkan rata-rata intensitas
Penelitian lain yang mendukung nyeri sebesar 4,70 (α<0,05).
penelitian tentang pengaruh relaksasi
nafas dalam terhadap intensitas nyeri 3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas
postop apendisitis adalah penelitian Dalam Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri post op Apendisitis.
yang dilakukan oleh Retno Wida
72
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Berdasarkan tabel 4.3 berbeda pada setiap orang dalam hal
menunjukkan bahwa seluruh responden skala atau tingkatannya dan hanya
mengalami penurunan intensitas nyeri orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa
setelah diberikan intervensi baik
nyeri yang dialami.
relaksasi nafas dalam. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan durasi KESIMPULAN
intervensi selama 15 menit, pada menit
ke 15 seluruh responden mengatakan 1. Skala intensitas nyeri postop
sudah merasa lebih baik dan rasa nyeri apendisitis sebelum dilakukan
hilang. Penurunan nyeri pada masing- relaksasi nafas dalam adalah M =
masing responden berada pada durasi 5,60. SD= 1,603, nilai minimum = 3
dan tingkat nyeri yang berbeda-beda. dan nilai maksimum = 10.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas 2. Skala intensitas nyeri postop
diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas Apendisitis sesudah dilakukan
dalam yaitu 16,672 dan nilai p = 0,000. relaksasi nafas dalam adalah M =
Nilai t hitung dari masing-masing 0,90. SD= 0,788, nilai minimum = 0
intervensi > t tabel = 1,761, begitu pula dan nilai maksimum = 2.
nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada 3. Ada perbedaan yang signifikan
perbedaan yang signifikan antara antara skala intensitas nyeri post op
intensitas nyeri postop apendisitis Apendisitis sebelum dan sesudah
sebelum dan sesudah intervensi. dilakukan relaksasi nafas dalam
Nilai korelasi relaksasi nafas dengan nilai p=0,000.
dalam adalah 0,633 menunjukkan 4. Relaksasi nafas efektif terhadap
bahwa korelasi relaksasi nafas penurunan intensitas nyeri postop
dalam terhadap penurunan Apendisitis.
intensitas nyeri postop apendisitis
sangat kuat. Teknik relaksasi nafas
dalam berupaya agar responden
DAFTAR PUSTAKA
fokus pada daerah yang mengalami
nyeri atau ketegangan otot pada Ayudianningsih. (2009). Pengaruh
perut bagian bawah sehingga Teknik Relaksasi Nafas
daerah yang mengalami nyeri akan Dalam terhadap Penurunan
berkurang. Tingkat Nyeri Pada Pasien
Efek yang ditimbulkan dari kedua Pasca Operasi Fraktur Femur
perlakuan sebenarnya tergantunng dari diRumah Sakit Karima Utama
sifat nyeri, kenyamanan dan lingkungan Surakarta.Surakarta : UMS.
responden saat melakukan kedua Eylin. (2015). Karakteristik Pasien dan
intervensi untuk menurunkan nyeri. Histologi Diagnosis Pada
Nyeri yang dialami responden sangat Kasus
subjektif, tidak bisa dirasakan oleh
apendisitisBerdasarkan Data
orang lain dan hanya responden yang
dapat menjelaskan bagaimana keadaan Registrasi di Departemen
nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai Patologi Anatomi Fakultas
pendapat Judha (2012) sifat nyeri Kedokteran Universitas
sangat subjektif karena perasaan nyeri Indonesia Rumah Sakit
73
Garuda Pelamonia Jurnal Keperawatan P-ISSN :2548-4451
Vol 4 No. 2, Agustus 2022 e-ISSN : 2829-1107
Umum Pusat Nasional Cipto Potter&Perry,. (2009). Fundamental
Mangunkusumo pada tahun Keperawatan: Konsep,
2003-2007. Jakarta: Fakultas Proses, Dan Praktek. Edisi
Kedokteran Universitas 4,Volume 2. Jakarta: EGC
Indonesia. Konsep, Proses dan Praktik,
Faucett, J., Gordon, N., & Levine, J. Edisi 4,Volume 2, Alih
(2009). Differences in Bahasa Renata Komalasari,
postoperative pain severity Editor Monica Ester, dkk,
among four ethnic groups. Jakarta: EGC. penelitian
Pain Management. Di unduh kesehatan, edisi PT. Asdi
28 Mei 2018. Mahasatya.
Kisner, C & Colby, L.A. (2009). Smeltzer& Bare C.Suzanne. (2008).
Therapeutic Exercise: Buku Ajar
Foundations and Techniques Keperawatan.Medika Bedah,
5th Edition. Philadelphia: F.A. Alih Bahasa: Waluyo Agung,
Davis Company. dkk, Editor Monika Ester.
Kusumawati,I. (2010). Hubungan Antara Jakarta : EGC
Status Merokok Anggota Yuliawati, S. (2010). Pengaruh
Keluarga Dengan Lama Kombinasi Teknik Relaksasi
Pengobatan ISPA Balita di Sistematik dan Analgesic
Kecamatan Jenawi (Doctoral Terhadap Rasa Nyeri Pasien
dissertation, Universitas Pasca Bedah Abdomen.
Sebelas Maret). penelitian Tesis. FIK-UI.
kesehatan, edisi PT. Asdi
Mahasatya.
Lowrence, G. (2006). Appendiksitis dan
Insidennya. Diunduh pada
tanggal 20 Juli 2018.
Long, B. C. (2008). Keperawatan
Medika Bedah : Suatu
Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung:
YIAPK.
Nursalam. (2013). Konsep Dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu
Keperawatanpedoman
Skripsi, Tesis Dan Instrumen
Penelitian Keperawatan.
Edisi 4 . Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metode
Penelitian Kesehatan, edisi
PT. Asdi Mahasatya.
74
Jurnal Anestesi: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Vol. 1 No. 3 Juli 2023
e-ISSN : 2986-7045, p-ISSN : 2986-7886, Hal 156-166
DOI: https://doi.org/10.59680/anestesi.v1i3.356
terdapat penurunan skala nyeri. Pasien skala nyeri 7 turun menjadi skala nyeri 4. Intervensi
tehnik relaksasi nafas dalam dapat diterapkan untuk pasien post operasi lainnya, yang berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit.
LATAR BELAKANG
KAJIAN TEORITIS
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum) . Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Pengobatan apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi (apendiktomy) yang
merupakan suatu tindakan membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah
apendiktomy untuk adalah nyeri (Udkhiyah, 2020). Pasien pasca operasi mengalami gangguan
rasa nyaman yeri, jika nyeri tidak diatasi akan menghambat proses penyembuhan, keterbatasan
lingkup gerak sendi sehingga mempersulit pasien memenuhi aktivitas sehari hari (Purwanti,
2021). Terdapat dua penanganan nyeri yaitu secara farmakologi maupun non farmakologi.
Tindakan farmakologis biasanya diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri, terapi
non farmakologis digunakan sebagai pendamping obat untuk mempersingkat episode nyeri
yang berlangsung relatife singat, dapat dilakukan teknik pernafasaan nafas dalam (Wati, 2020).
Teknik relaksasi perlu diajarkan beberapa kali untuk mencapai hasil yang optimal untuk
mengurangi rasa sakit (Appulembang, 2015). Dalam keadaan rileks, tubuh manusia akan
menghentikan produksi hormon adrenalin dan saat stres, tubuh manusia mengurangi produksi
hormon kortisol (Devi, 2020). Maka salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologi pada
pasien post operasi adalah teknik rileksasi benson(Warsono et al., 2019.
Teknik pernapasan relaksasi adalah tindakan asuhan keperawatan, yang mengajarkan
pasien melakukan teknik nafas dalam / pernapasan secara perlahan (tahan inspirasi secara
maksimal) dan menghembuskan nafas secara perlahan. Selain mengurangi intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam, juga dapat meningkatkan ventilasi paru-paru dan meningkatkan
oksigenasi darah (Asman, 2019). Relaksasi nafas dalam dilakukan dengan mengajarkan klien
untuk mengambil nafas dalam-dalam dan melepaskan rasa sakit dirasakan (Rohyani, 2020).
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa relaksasi pernapasan sangat efektif dalam
mengurangi nyeri pasca operasi, salah satunya adalah teknik relaksasi terbukti efektif dalam
menurunkan adaptasi respon nyeri pada pasien usus buntu pada RSUD Aloei Saboe Gorontalo
(Appulembang, 2015).
METODE PENELITIAN
Studi kasus yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan masalah yang terjadi. Studi kasus ini bertujuan membuat gambaran tentang
studi keadaan secara objektif dan menganalisa lebih mendalam tentang asuhan keperawatan
pada pasien post operasi apendisitis dalam penurunan skala nyeri. Sempel studi kasus ini adalah
1 pasien middle age post operasi apendiktomi yang datanya diperoleh dengan cara yaitu :
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Study kasus ini dilakukan di ruang UGD Puskesmas
Latu pada 26 Juni 2023.
Usia
Hasil studi kasus meddle age dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan usia di
ruang UGD Puskesmas Latu menunjukkan usia pasien yang dikelola berumur 50 tahun.
Appendisitis dapat dijumpai pada semua usia, dan paling sering dijumpai pada usia remaja dan
dewasa antara 15-30 tahun yang bisa dikategorikan sebagai usia produktif (Silaban, 2020).
Appendisitis ditemukan pada usia 0-4 tahun, sedang tertinggi ditemukan pada usia 15-34 tahun
(Lorna, 2018).
Jenis Kelamin
Hasil studi kasus anak dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan jenis kelamin di
ruang UGD Puskesmas Latu menunjukkan 1 pasien berjenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan persepsi nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak
berbeda dalam berespons terhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan berpengaruh dalam
mengekspresikan nyeri. Seorang pria tidak boleh menangis dan harus berani sedangkan wanita
boleh menangis dalam situasi yang sama. Apendisitis lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan, karena perempuan lebih sering mengkonsumsi makanan berserat
dibandingkan laki-laki (Wildan, 2021).
Pendidikan
Hasil studi kasus meddle age dengan post operasi Apendiktomy berdasarkan
pendidikan di ruang UGD Puskesmas Latu 1 pasien berprofesi wirasuasta. Tingkat pendidikan
pada kasus tidak mempengaruhi kejadian apendisitis, dimana Appendisitis dapat dijumpai pada
semua usia (Silaban, 2020).
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU
Etiologi
Hasil studi kasus pada anak dengan post operasi Apendiktomy di ruang UGD
Puskesmas Latu berdasarkan etiologi disebabkan oleh sering Inflamasi apendiks yang
dibuktikan dengan peningkatan leukosit dalam darah. Bahwa gaya hidup tidak sehat seperti
menunda lapar terlalu lama, menahan buang air besar, kebiasaan mengkonsumsi makanan
terlalu pedas secara berlebihan serta kebiasaan makan-makanan rendah serat merupakan
bentuk pola makan tidak sehat yang dapat memicu terjadinya apendisitis (Rizki, 2021).
Manifestasi klinis
Hasil studi kasus manifestasi klinis pada anak apendisitis di ruang UGD
PuskesmasLatu menunjukkan bahwa pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, nyeri
abdomen akut merupakan tanda dari apendisitis yang memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi seperti gangrenosa, perforasi bahkan dapat terjadi peritonitis (Erianto,
2020). Efek dari pembedahan yang di keluhan dari ketiga anak adalah nyeri. Keluhan yang
menonjol pasca operasi adalah nyeri (Lorna, 2018). Nyeri merupakan suatu sensori yang tidak
menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau potensial. Nyeri dari ketiga pasien yang dikelola adalah nyeri post operasi apendiktomi.
Penatalaksanaan Medis
Hasil studi kasus anak apendisitis di ruang UGD Puskesmas Latu, pasien diberikan
terapi cairan infus, pemberian terapi anti sakit melalui intraventrikuler sebelum tindakan
operasi setelahnya pasien di rujuk untuk dilakukan tindakan infasif yaitu pembedahan yang
disebut dengan Appedictomy. Apendiktomi, dapat dilakukan dengan laparotomi terbuka
melalui sayatan kuadran kanan bawah atau melalui laparoskopi (Wati, 2020). Analisis baru-
baru ini mengevaluasi hasil dari laparotomi dan laparoskopi usus buntu pada anak-anak dan
orang dewasa. Laparoskopi apendektomi menghasilkan insiden infeksi luka yang lebih rendah,
lebih sedikit komplikasi pasca operasi, lama tinggal yang lebih pendek, dan kembali ke
aktivitas lebih cepat, tetapi waktu operasi lebih lama (Matthew, 2018).
Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2023 pukul 10.00 WIB, pasien
mengeluh nyeri perut kanan bawah, P : Pasien mengeluh nyeri pada saat bergerak/aktivitas, Q
: Nyeri seperti ditusuk - tusuk, R : nyeri pada bagian post operasi perut kanan bawah, S : skala
nyeri 7, T : Hilang timbul selama 5 menit. Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4,V5,M6), TD
120/80 mmHg, N 70x/menit, RR 22x/menit, S : 36,5˚C, tampak lemah, pasien tampak
meringis, pasien tampak menahan sakit, tampak mengerutkan dahi dan pasien tampak
memegangi area yang sakit, konjungtiva ananemis, reaksi pupil +/+, pupil isokor 2mm/2mm,
CRT < 2 detik, terpasang infuse RL 20 tpm.
Espresi wajah anak pertama meringis menahan sakit, sedangkan pada anak kedua dan
ketiga klien tampak meringis dan gelisah menahan sakit, luka operasi pada klien pertama
terdapat tiga titik yang tertutup kassa, pada klien kedua dan ketiga luka operasi memanjang
tertutup kassa di perut bagian bawah. Terdapat kenaikan nadi pada anak dua dan tiga,
Pengkajian fokus pada anak dilakukan dengan keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat imunisasi, dan pemeriksaan fisik head to toe (Nurarif,
2013).
Berdasarkan data-data diatas diagnosa keperawatan yang muncul pada ketiga pasien
post operasi apendiktomi yaitu nyeri akut, gangguan mobilisasi fisik, dan resiko infeksi.
Intervensi
Intervensi Keperawatan Hasil studi kasus anak post operasi apendiktomy gambaran
distribusi frekuensi pasien berdasarkan intervensi keperawatan :
1. Nyeri akut
Intervensi keperawatan untuk klien bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 8 jam diharapkan klien menyampaikan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
: klien tampak rileks, klien tidak gelisah, skala nyeri klien menurun menjadi 4 pada
klien. Salah satu fokus itervensi yang akan dilakukan adalah dengan melatih klien
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri klien, yang
dilakukan satu jam sebelum pemberian analgetik injeksi selama 20-30 menit.
2. Gangguan Mobilitas fisik
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8
jam diharapkan gangguan mobilitas klien teratasi dengan kriteria hasil rentang gerak
klien meningkat, kelemahan fisik menurun, gerakan terbatas menurun, pergerakan
ektremitas klien meningkat.
3. Resiko infeksi
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8
jam diharapkan resiko infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil kebersihan
tangan meningkat, nyeri luka operasi menurun, nafsu makan meningkat, tidak ada
demam, tidak ada bengkak pada luka operasi, ttv dalam batas normal.
Implementasi
Keperawatan Hasil studi kasus meddle age post operasi apendiktomy dengan gambaran
distribusi frekuensi post operasi apendiktomy berdasarkan implementasi keperawatan :
1. Nyeri akut
Pada ketiga kasus anak post operasi apendiktomi telah diberikan terapi non farmakologi
dengan mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, dengan cara memposisikan pasien
dengan nyaman, mengukur vital sign, selanjutnya mengajarkan tentang tehnik relaksasi
nafas dalam pada pasien, dilakukan 20-30 menit, sehari 2 kali, selama 3 hari berturut
turut yang sebelumnya telah dilakukan pengkajian tingkat nyeri pada pasien dengan
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Tehnik relaksasi nafas dalam ini diberikan
satu jam saat pasien mengeluh nyeri luka operasi. Dalam prakteknya pasien mau
mengikuti tehnik relaksasi nafas dalam yang diberikan dengan baik. Saat dilakukan
evaluasi intervensi pemberian teknik relaksasi nafas dalam terdapat penurunan skala
nyeri dari pasien Studi kasus pasien mengalami penurunan nyeri setelah dilakukan
intervensi dengan selisih penurunan yaitu skala nyeri 7, dari hari pertama hingga hari
ketiga setelah pemberian intervensi. Anak studi kasus pertama pada hari 1 pemberian
relaksasi nafas dalam, pasien mengatakan skala nyeri 4. Analisis masalah keperawatan
nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan terapi non farmakologi dengan teknik
relaksasi nafas dalam selama 20- 30 menit satu jam sebelum pemberian analgetik
injeksi selama 3 kali 24 jam. Terdapat perbedaan penurunan skala nyeri. Hal ini terjadi
karena perbedaan usia, semakin bertambah usia maka semakin mentoleransi JCA
Health Science Volume 1 No 2, 2021 114 rasa nyeri yang timbul, serta dapat mengubah
persepsi dan pengalaman nyeri (Septiana, 2021).
2. Gangguan Mobilitas fisik
Saat dilakukan intervensi dengan menganjurkan melakukan mobilisasi dini dan
mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk ditempat tidur, pindah
dari tempat tidur) respon dari klien mau melakukan mobilisasi sederhana di sekitar
tempat tidur . Evaluasi pada hari ketiga, kekakuan otot dan sendi, sehingga dapat
mengurangi nyeri dan dapat memperlancar peredaran darah kebagian yang mengalami
perlukaan agar proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat (Rizky, 2021).
3. Resiko Infeksi
Luka operasi klien hanya terdapat 3 titik kecil di perut karena pembedahannya
dilakukan dengan laparaskopy yang berisiko terjadi perdarahan yang berisiko terjadi
infeksi. Penyebab terjadinya infeksi adalah perdarahan oleh karena hemostasis yang
kurang sempurna, infeksi luka, jahitan kurang baik, dan teknik operasi yang kurang
baik (Farizal, 2018). Salah satu intervensi pada klien adalah menjaga teknik aseptik saat
perawatn luka dan mencuci tangan sebelum melakukan perawatan luka. Proses
TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DI RUANG UGD PUSKESMAS LATU
Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Hasil studi kasus anak post operasi apendiktomy dengan
gambaran distribusi frekuensi berdasarkan evaluasi keperawatan :
1. Nyeri akut
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan diagnosa nyeri akut, dengan fokus
penerapan tehnik relaksasi nafas dalam sebagai terapi non farmakologi di dapatkan
respon subjektif dari pasien mengatakan dirinya sudah tidak kesakitan. Studi kasus pada
hari 1 pemberian relaksasi nafas dalam mengatakan skala nyeri 7, setelah tiga hari
implementasi studi kasus pertama mengalami penurunan nyeri dengan skala nyeri 4
pasien sudah bisa mobilisasi jalan disekitar tempat tidur. Implementasi tehnik relaksasi
nafas dalam diberikan selama 1 kali 8 jam sesuai dengan protap Puskesmas Latu, pasien
di perbolehkan pulang setelah perawatan. Hasil evaluasi dari studi kasus mengatakan
nyeri berkurang, tampak lebih rileks dan tidak meringis. Analisis masalah keperawatan
nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan terapi non farmakologi dengan teknik
relaksasi nafas dalam selama 20-30 menit.
2. Gangguan Mobilitas fisik
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan
mobilitas fisik, respon subyektif dari klien mengatakan sudah bisa ke kamar mandi
sendiri, dan sudah bisa jalan disekitar tempat tidur. Respon obyektif dari klien adalah
klien dapat berjalan mandiri, infus dan drain sudah di aff maka intervensi dihentikan.
3. Resiko infeksi
Berdasarkan karakteristik evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan resiko
infeksi, respon subyektif dari klien mengatakan akan melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan ganti verban, respon obyektif adalah luka tampak kering tertutup
verban, nyeri luka operasi menurun, tidak ada tanda pembengkakan. Assement pada
klien masalah teratasi, intervensi dihentikan dan planning selanjutnya pemberian
discharge planning selama di rumah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus pada stase medikal bedah tentang “Asuhan Keperawatan
Apendisitis Pada Pasien Dengan Fokus Intervensi Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Di Ruang
UGD Puskesmas Latu” didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut : Hasil studi kasus
berdasarkan karakteristik responden terdapat 1 pasien middle age (50 tahun), responden
berjenis kelamin kelamin laki-laki, serta tingkat pendidikan pada responden menduduki tingkat
sekolah menengah umum (SMU). Hasil studi kasus berdasarkan penyebab yang terjadi pada
klien dikarenakan inflamasi pada apendiks (usus buntu) dibuktikan dengan meningkatnya
leukosit dalam darah dari klien. Hasil studi kasus berdasarkan tanda dan gejala yang paling
banyak muncul sebelum tindakan pembedahan adalah nyeri perut kanan bawah, demam, mual,
muntah, penurunan nafsu makan, sedangkan tanda dan gejala yang muncul setelah tindakan
pembedahan adalah nyeri luka operasi dan gangguan mobilisasi. Hasil studi kasus berdasarkan
penatalaksanaan medis dengan teknik relaksasi nafas dalam. Hasil studi kasus berdasarkan
pengkajian dan diagnosa keperawatan klien mengalami nyeri akut post operasi, gangguan
mobilisasi fisik, resiko infeksi. Hasil studi kasus berdasarkan intervensi dan implementasi
sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul yang disesuaikan dengan kondisi dari pasien.
Hasil studi kasus berdasarkan evaluasi keperawatan pada klien pada assessment tujuan
tercapai, masalah teratasi.
Saran
DAFTAR REFERENSI
Aulia, A. & Yesi, M. (2019). Effect Of Deep Breathing Relaxation Techniques For Reducing
Pain After Hernia Surgery In Inpatient Of Regional Hospital Pariaman West Sumatera
Indonesia. International Journal of Research & Review. Vol.6;Issue: 8
Emine. Efe. et all.(2017). Turkish Pediatric Nurses Use of Non-Pharmacological Methods for
Postoperative Pain Relief in 6 to 12 Year Old Children. The Open Pain Journal. DOI
: 10.2174/1876386301710010056.
Wati, F., Ernawati. (2020). Penurunan Skala Nyeri Pasien Post-Op Appendictomy
Mengunakan Teknik Relaksasi Genggam Jari. Ners Muda. Vol 1 No 3, Desember
2020/ page 200-206.
Devi. & et.all. (2020). The Effect of Deep Breathing Exercises on Menstrual Pain Perception
in Adolescents with Primary Dysmenorrhea. Pertanika J. Sci. & Technol. 28 (2): 649
– 657.
Lorna. Lestari. & Nensi Novianty. (2018). Pengaruh Pemberian Guided Imagery Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendisitis Hari Pertama Di Rsud
Sawerigading Kota Palopo Tahun 2017. Jurnal Fenomena Kesehatan. Volume 01
Nomor 01.Hal 20-25.
PPNI. Tim Pokja SLKI DPP. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI, 2018. PPNI. Tim Pokja DPP. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI, 2018.
PPNI. Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawata Indonesia. Jakarta Selatan: DPP
PPNI, 2016.
Nanda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jakarta : Mediaction Rais, A., Dera. A. (2020).
Anggara Ista Putra. (2018). Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Nyeri Pasien
Pasca Sectio Caesarea. 3(32), 1–44.
Penerapan Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Dengan Post
Operasi Appendiktomi Di Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda. Vol. 1, No. 4, ISSN :
2807-3649.
Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Appendiktomi Di Kota Metro.
Jurnal Cendikia Muda. Volume 1, Nomor 4, Desember 2021. ISSN : 2807-3649. Silaban, I. &
et.all. (2020). Korelasi Kadar Leukosit Sebagai Prediktor Perforasi Apendiks Pada
Apendisitis Akut.
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 13 No.1 Juni 2020. Sinulingga, W., Br. (2021). Pengetahuan
Sikap
Depkes Ri. (2018). Kasus Appendicitis Di Indonesia.Di Akses Dari :
Http://Www.Artikelkedokteran.Com/Arsip/Kasus-Apendisitis-Di-Indonesia-Pada
Tahun
Alamat: Jl. Prof. Dr. H. Mansoer Pateda No.Desa, Pentadio Tim., Kec. Telaga Biru,
Kabupaten Gorontalo, Gorontalo 96181;Telepon: (0435) 881136
Email korespondensi : syahrainkasim813@gmail.com
ABSTRAK
Appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing atau disebut
appendiks. Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah gangguan rasa
nyaman “nyeri”.Penatalaksanaan nyeri pada penelitian ini dengan menggunakan teknik relaksasi napas
dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap
penurunanskala nyeri pada pasien appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo. Penelitian ini
merupakan Pre Eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design, dengan Sampel sebanyak
10 responden. Hasil penelitian ini setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam mayoritas skala nyeri
pasien appendisitis termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 7 pasien (70.0%) dan kategori ringan
3 orang (30.0%). Hasil perhitungan statistik menggunakan paired sampel t test, diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik relaksasi napas efektif dalam
menurunkan menurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo.
Maka disarankan perawat agar lebih maksimal dalam mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri yang dialami pasien.
ABSTRACT
Appendicitis is an inflammatory process due to infection of the appendix or appendix or called the appendix.
One of the most felt problems by patients with appendicitis is the disturbance of the sense of comfort "pain".
The management of pain in this study used deep breathing relaxation techniques. This study aims to analyze
the effectiveness of deep breathing relaxation techniques to reduce pain scale in appendicitis patients at
the IRD Otanaha Hospital, Gorontalo City. This research is a pre-experimental with a one group pre-post
test design approach, with a sample of 10 respondents. The results of this study after breathing relaxation
techniques were carried out in the majority of the pain scales of appendicitis patients included in the
moderate category, namely 7 patients (70.0%) and 3 people in the mild category (30.0%). The results of
statistical calculations using paired sample t tests, obtained a significance value of 0.000 <0.05. So it can
be concluded that the breathing relaxation technique is effective in reducing pain scale reduction in
appendicitis patients at the IRD Otanaha Hospital, Gorontalo City. So it is suggested for nurses to be more
maximal in teaching deep breathing relaxation techniques to reduce the pain experienced by patients.
Received Januari 30, 2023; Revised Februari 2, 2023;Accepted Maret 09, 2023
*Corresponding author, e-mail rahmat.durango@gmail.com
Detector: Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan
Vol.1, No.2 Mei 2023
E-ISSN: 2963-2005, P-ISSN: 2964-6081 ; Hal 137-147
PENDAHULUAN
Appendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan.
Penyebab paling umum adalah adanya obstruksi lumen yang berlanjut kerusakan dinding appendiks dan
pembentukan abses (Windy, 2016). Definisi lain dari appendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi
pada usus buntu atau umbai cacing atau disebut appendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi
apabila tidak segera mendapat tindakan bedah untuk penanganannya(Hariyanto, 2018).
Kejadian apendisitis masih menjadi salah satu penyakit yang paing umum terjaei di seluruh dunia.
World Health Organization (WHO) mencatat kejadian kasus apendistis mencapai 32.782 orang, sedangkan
pasien appendicitis akut yang menjalani pembedahan appendectomy sebanyak 75,2%. Semnetara Insiden
Appendicitis Indonesia masih cukup tinggi dan penyakit urutan ke empat setelah dyspepsia, gastritis dan
duodenitis dan sistem cerna lainnya. Setiaptahun Appendicitis menyerang 10 juta penduduk Indonesia,
dan saat ini morbiditas angka appendicitis di Indonesia mencapai 95/1000 penduduk dan angka ini
merupakan tertinggi diantara Negara-negara ASEAN (Assosiation South East Asian Nation) (Silaban,
2020).
Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah gangguan rasa nyaman
“nyeri”. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang
rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri
adalah suatu sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. klien dapat merespon terhadap nyeri yang
dialaminya dengan cara misalnya berteriak, expresi wajah meringis, dan lain-lain. Respon nyeri tersebut
sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkanberkaitan dengan
adanya kerusakan integritas jaringan atau yang dirasakan(Hidayat, 2015).
Penjelasan teori nyeri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Nyeri adalah perasaan tidak nyaman
dan tidak menyenangkan yang bisa membatasi kemampuan seseorang untuk melaksanakan rutinitas sehari-
hari yang dirasakan pada setiap individu, nyeri biasanya timbul bila terjadi kerusakan jaringan tubuh.
Menurut Muttaqin, A. (2016) salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan.
Hipotesis penyebab paling umum adalah adanya obstruksi lumen yang berlanjut kerusakan dinding
appendiks dan pembentukan abses.
Nyeri yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas sehari-hari
sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasa. Bahkan dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan syok. Berbagai upaya dilakukan sebagai intervensi penanganan nyeri. Penanganan
tersebut dapat berupa terapi farmakologi berupa pemberian obat- obatan penghilang nyeri atau
menggunakan terapi non farmakologi yang biasa disebut juga terapi komplementer seperti teknik relaksasi,
massage atau menggunakan bahan bahan herbal. Salah satu teknik relaksasi yang biasa dilakukan adalah
teknik relakasi nafas dalam.
Received Januari 30, 2023; Revised Februari 2, 2023;Accepted Maret 09, 2023
*Corresponding author, e-mail rahmat.durango@gmail.com
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin
dalam darah, menyebabkan penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan
peningkatan temperatur pada ekstremitas. Teknik nafas dalam sangat efektif dilakukan pada klien yang
merasakan nyeri. Relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi. Pemberian relaksasi nafas dalam merupakan
salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen sehingga
terbentuk sistem penekanan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan penurunan nyeri dan mendengarkan
musik dala keadaan akut dapat memberikanhasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Black
J, 2014)).
Secara umum intervensi keperawatan teknik relaksasi nafas dalam adalah tindakan asuhan
keperawatan, yang mengajarkan pasien melakukan teknik nafas dalam/pernapasan secara perlahan (tahan
inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas secara perlahan. Selain mengurangi intensitas nyeri,
teknik relaksasi nafas dalam, juga dapat meningkatkan ventilasi paru-paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Hidayat, A. & Uliyah, M, 2015)).
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti seberapa besar efektifitas teknik relaksasi
nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Botutihe (2020) terhadap 40 pasien post operatif apendiktomi di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia Makassar
yang dinagi dalam kelompok intervensi relaksasi nafas dalam dan kelompok kontrol yang diberikan flasebo
atau tanpa intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri postop apendisitis secara signifikan sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Penelitian lain yang juga meneliti tentang efektifitas relaksasi nafas dalam adalah penelitian yang
dilakukan Amir dan Nuraeni (2018) di RSUD Sekarwangi terhadap 17 orang pasien post operatif
apendectomy. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat nyeri post operatif Appendictomy
responden sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif Appendictomy skala 5 dan
sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri berada pada skala 3. Hasil uji statistik juga
membuktikan bahwa terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post
opetarif appendectomy.
RSUD Otanaha merupakan Rumah Sakit pemerintah daerah di Kota Gorontalo, dan menjadi salah
satu Rumah Sakit rujukan. Menurut data rekam medik, selama tahun 2020 jumlah kunjungan pasien yang
didiagnosa apendisitis telah mencapai 287 pasien atau rata-rata 24 pasien perbulannya. Sedangkan tahun
2021, tercatat 301 pasien atau rata-rata sebanyak 24 pasien perbulan. Jumlah ini mengalami peningkatan
ditahun 2022 yang mencapai 351 pasien atau30 pasien rata-rata perbulan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di IRD RSUD Otanaha tanggal 3 november tahun 2022 terhadap
6 pasien pre operatif apendisitis di dapatkan hasil 3 orang Pasien diantaranya mengalami nyeri berat
dengan skala 8, sedangkan 3 orang mengalami nyeri sedang dengan skala 4. Hasil wawancara dengan
Perawat pelaksana di IRD didapatkan penjelasan bahwa selama iniupaya penanganan nyeri lebih pada
penggunaan terapi farmakologi hasil dari kolaborasi dengan dokter untuk menghilangkan atau
meringankan nyeri pada pasien karena perawat hanya melaksanakan intruksi dokter berupa pemberian
analgetik. Sedangkan terapi non farmakologi saat ini belum menjadi alternatif pilihan untuk penanganan
nyeri. Pasien masuk rumah sakit di ruang IRD yang masih berstatus suspek Appendisitis biasanya belum
langsung diberikan obat analgetik oleh dokter karena masih akan dikaji lokasi dan intensitas nyeri, jadi
saat inilah waktunya perawat memberikan terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian
tentang penanganan nyeri melalui penelitian yang berjudul “Efektifitas Tekhnik Relaksasi Napas Dalam
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo”.
METODE
Penelitian ini merupakan Pre Eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design yaitu
suatu rancangan penelitian melibatkan satu kelompok intervensi tanpa menggunakan kelompok kontrol.
Populasi penelitian adalah pasien apendisitis yang berkunjung di RSUD Otanaha Kota Gorontalo yang rata-
rata setiap bulannya berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
acctidential sampling. Uji statisticyang digunakan adalah uji Paired T Test.
HASIL
Karakteristik Responden
Usia, Jenis Kelamin, dan Pendidikan
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan
Usia Frequency Percent
18 - 22 7 70.0
23 - 27 1 10.0
> 27 2 20.0
Total 10 100
Jenis Kelamin Frequency Percent
Laki-laki 0 0,0
Perempuan 10 100
Total 10 100
Pendidikan Frequency Percent
D3 1 10.0
SMA 7 70.0
SMP 2 20.0
Total 10 100
Sumber: Data Primer Diolah 2023
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
Berdasarkan tabel diatas responden yang berusia 18-22 tahun berjumlah 7 orang (70%), 23-27 tahun
berjumlah 1 orang (10%) dan usia lebih dari 27 tahun berjumlah 2 orang (20%). Responden yang berjenis
kelamin laki-laki 0 sedangkan perempuan 10 orang. Responden yang berpendidikan D3 1 orang (10%),
SMA 7 orang (70%) dan SMP 2 orang (20%).
Analisis Univariat
Tabel 2. Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Skala nyeri n Mean SD SE
Pre Test 10 2.7000 .48305 .15275
Post test 10 1.7000 .48305 .15275
Sumber: Data Primer Diolah 2023
Hasil analisis univariat di atas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan tekhnik relaksasi napas
dalam nilai rata-rata nyeri adalah 2.7000 dan setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam nilai rata-rata
nyeri menjadi 1.7000 ini berarti terjadi penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi napas dalam.
Analisis Bivariat
Tabel 3. Efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
Skala Nyeri n mean Std. Deviasi p. value
Sebelum
10 6.50 1.581
Teknik Relaksasi
0.000
Setelah
10am 5.10 1.449
Teknik Relaksasi
Berdasarkan table 4.4 melalui uji paired sampel t-Test didapatkan hasil penurunan nilai mean dari
skala nyeri sebelum teknik relaksasi napas dalam yaitu 6.50 menjadi 5.10 pada skala nyeri setelah teknik
relaksasi napas dalam, dan nilai P.Value: 0.000 yang berarti < 0.05. dengan demikian dapat dikatakan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, itu berarti teknik relaksasi napas dalam efektif dalam menurunkan
skala nyeri pada pasien appendisitis di IRD RSUD Otanaha..
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Usia
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa umur responden terbanyak dalam penelitian
ini adalah 18-22 tahun berjumlah 7 orang (70%).
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam mengubah perilaku
seseorang . Tingkatan usia menunjukkan kematangan fisik dan psikologis yang mempengaruhi tingkat
kognitifnya (Mubarak,2010).
Menurut pendapat peneliti sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 20 dan 22 tahun,
yang berarti bahwa responden dalam penelitian ini kebanyakan di usia remaja. Pada usia remaja seseorang
memiliki cara berfikir yang lebih kompleks dan mengambil alih tentang keputusan pribadinya, sehingga
perawat membutuhkan kesabaran yang tinggi saat memberikan edukasi tentang teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurang nyeri yang dirasakan pasien.
Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan berjumlah 10
orang (100%) dan laki-laki 0 (0%).
Jenis kelamin merupakan karakteristik responden yang bersifat genetis. Jenis kelamin laki-laki dan
perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan informasi kesehatan termasu edukasi
tentang teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan skala nyeri pasien (Wong, 2010)
Menurut pendapat peneliti melihat dari hasil yang didapatkan yaitu semua responden adalah
perempuan. Biasanya perempuan lebih paham bagaimana berprilaku yang baik dan sehat, terutama dalam
menerima edukasi dari perawat tentang teknik relaksasi napas dalam.
Pendidikan
Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa pendidikan
responden terbanyak adalah SMA berjumlah 7 responden (70%), diploma 3 berjumlah 1 responden
(10%) dan SMP berjumlah 2 responden (20%).
Analisis Univariat
Skala Nyeri Pasien appendisitis sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada pre-test skala nyeri pasien appendisitis memiliki rata-
rata sebesar 2,7 dan mayoritas berada dalam kategori nyeri berat.
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
Nyeri berat yang dirasakan pasien karena belum mendapatkan terapi farmakologis dari dokter dan
belum mendapatkan terapi non farmakologis dari perawat salah satunya teknik relaksasi napas dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 pasien appendicitis yang mengalami nyeri berat. Nyeri
yang tidak segera ditangani dapat berdampak pada fisik, perilaku, dan aktifitas sehari-hari sehingga
penderita tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasa. Bahkan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan syok. Berbagai upaya dilakukan sebagai intervensi penanganan nyeri. Penanganan tersebut
dapat berupa terapi farmakologi berupa pemberian obat-obatan penghilang nyeri atau menggunakan terapi
non farmakologi yang biasa disebut juga terapi komplementer seperti teknik relaksasi, massage atau
menggunakan bahan bahan herbal.
Nyeri yang dirasakan oleh pasien appendisitis adalah nyeri akut, Nyeri Akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri
akut dapat dideskripsikan sebagainyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah,
dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi (ringansampai berat) serta berlangsung
singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan 9 pulih
padaarea yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya
menunjukkan gejala perspirasi meningkat,denyut jantung dan tekanan darah meningkat (Permana, 2020).
Hasil pnelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fauziah Botutihe, Dwi
Esti Handayani & Aswan yang berjudul pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
dismenore di Rumah sakit TK.II Palamoni, dimana Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 40 sampel penelitian. Skala
intensitas nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Tk.II
Pelamonia menunjukkan bahwa dari 40 responden, sebelum intervensi mayoritas mengalami nyeri sedang
yaitu sebanyak 30 responden. Setelah diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan
tingkat nyeri yaitu nyeri ringan sebanyak 28 responden.
Skala nyeri pasien appendisitis setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam
memiliki rata-rata memiliki sebesar 1,7 dan mayoritas skala nyeri pasien appendisitis termasuk dalam
kategori sedang.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan skala nyeri pasien appendicitis
setelah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam. Relaksasi nafas dalam adalah suatu tindakan untuk
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi.
Pemberian relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadaan yang mampu merangsang tubuh untuk
mengeluarkan opioid endogen sehingga terbentuk sistem penekanan nyeri yang akhirnya akan
menyebabkan penurunan nyeri dan mendengarkan musik dalakeadaan akut dapat memberikan hasil yang
sangat efektif dalam upayamengurangi nyeri (Black J, 2014)).
Penurunan skala nyeri ini adalah pengaruh dari teknik relaksasi napas dalam yang dilakukan sebelum
pemberian therapy Farmakologik. Teknik farmakologi menghilangkannyeri dengan pemberian obat-obatan
pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan
berhari-hari. Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesik. Menurut
Smeltzer & Bare (2015), ada tiga jenis analgesik yakni: Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid
(NSAID): menghilangkan nyeriringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang rentan
terhadap efek pendepresi pernafasan. Analgesik narkotik atau opiad:analgesik ini umumnya diresepkan
untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping dari opiad ini dapat
menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual muntah. Obat tambahan atau ajuvant
(koanalgesik): ajuvant seperti sedative, anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual.
Sedangkan, Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan
rasa nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Dalam Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam
system saraf otonom. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman.
Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi
dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
Penelitian lain yangmendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri postop apendisitis adalahpenelitian yang dilakukan oleh Retno Wida Hapsari
dan Tri Anasari (2013), yang berjudul efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien dismenore pada remaja putri di SMK Swagaya. Dimana dalam penelitian
tersebut peneliti membandingkan relaksasi nafas dalam dengan pemberian coklat. Penelitian tersebut
dilakukan pada 15responden yang mengalami nyeri postop apendisitis dengan metoderelaksasi nafas
dalam yang sama dengan penelitian ini. Hasil akhir menunjukkan bahwa responden mengalami
penurunan intensitas nyeri yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian
tersebut menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri
Postop apendisitis
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
Analisis Bivariat
Efektifitas teknik relaksasi napas dalam terhadap Skala nyeripasien appendisitis di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo
Hasil perhitungan statistik menggunakan paired sampel t test, diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik relaksasi napas efektif dalam menurunkan
menurunan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD Otanaha Kota Gorontalo. Berdasarkan
hasil penelitian ini diperoleh mayoritas skala nyeri pasien appendisitis dengan kategori berat ada 7
responden (70.0%) dan sesudah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam skala nyeri mayoritas menjadi
nyeri sedang yaitu sebanyak 7 responden (70.0%). Appendisitis adalah peradangan di appendix
vermiformis, yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah terjadinya perforasi apendiks.
Penyebab apendisitis Fekalit (Batu feses) yang mengoklusi lumen apendiks, Apendiks yang terpuntir,
pembengkakan didinng usus, kondisi fibrosa di dinding usus, oklusi ekternal usus akibat adesi, infeksi
organisme (Silaban, 2020). Salah satu masalah yang paling dirasakan oleh penderita apendisitis adalah
gangguan rasa nyaman “nyeri”. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada
jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan
stimulus nyeri. Nyeri adalah suatu sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien
dapat merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara misalnya berteriak, expresi wajah meringis,
dan lain-lain. Salah satu teknik relaksasi yang biasa dilakukan adalah teknik relakasi nafas dalam.
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas
nyeri, meningkatkan ventilasi paru danmeningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya
dapatmenurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri,ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan latihan nafas dalam adalah
bernafas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Tetty, S. 2015).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir dan Nuraeni
(2018) yang berjudul pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan skala nyeri pasien Post
operasi appendisitis di RSUD Sekarwangi terhadap 17 orang pasien post operatif apendectomy. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat nyeri post operatif Appendictomy responden sebelum
dilakukan relaksasi nafas dalam keluhan nyeri post operatif Appendictomy skala 5 dan sesudah dilakukan
relaksasi nafas dalam keluhan nyeri berada pada skala 3. Hasil uji statistik juga membuktikan bahwa
terdapat pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri padapasien post opetarif appendectomy.
Menurut Smeltzer & Bare (2015), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang pengaruh tekhnik relaksasi napas dalam
terhadap skala nyeri Pasien appendisitis, maka dapatdisimpulkan bahwa :
1. Skala nyeri pasien appendisitis sebelum dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo mayoritas termasuk dalam kategori nyeri berat yaitu ada sebanyak 7
responden (70,0%).
2. Skala nyeri pasien appendisitis sesudah dilakukan tekhnik relaksasi napas dalam di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo mayoritas termasuk dalam kategori nyeri sedang ada sebanyak 7 responden
(70,0%).
3. Tekhnik napas dalam efektif menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Appendisitis di IRD RSUD
Otanaha Kota Gorontalo. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi uji paired sampel t-test
sebesar 0,000 < 0,05 serta adanya penurunan sekala nyeri dari nyeri berat ke nyeri sedang sesudah
dilakukannya tekhnik napas dalam.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti merekomendasikan kepada:
1. Pasien
Bagi pasien appendiksitis, bila mengalami nyeri dapat melakukan upaya-upaya teknik relaksasi nafas
dalam sehingga dapat merununkan nyeri.
2. Bagi orang tua pasien
Disarankan untuk melakukan motibasi dan pendampingan kepada pasien untuk mengetasi masalah
nyeri
3. Bagi institusi kesehatan
Diharapkan pihak institusi disarankan memberikan pengetahuan tata cara melakukan teknik relaksasi
napas dalam bagi orang yang mempunyai pasien appendisitis melalui penyuluhan atau pelatihan
diadakan secara khusus.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diasarkan sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar, agar hasil penelitian
bisa dikembangkan lebih luas.
EFEKTIFITAS TEKHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN
APPENDISITIS DI IRD RSUD OTANAHA KOTA GORONTALO
DAFTAR PUSTAKA
Baresti SW, Rahmanto T (2017). Sistem Skoring Baru untuk Mendiagnosis Apendisitis Akut. Majority
Journal.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 volume 1. Jakarta : EGC
Black J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8.
Singapura : Elsevier
Fransisca, Gotra, Mahastuti. (2019). Karakteristik Pasien dengan Gambaran Histopatologi Apendisitis di
RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-2017. Jurnal Medika Udayana.