You are on page 1of 8

ISBN: 978-979-98438-8-3

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata L.)


TERHADAP HISTOLOGI GINJAL TIKUS JANTAN GALUR Sprague dawley
HIPERGLIKEMIA
Yeny Sulistyowati1*, Idi Setyobroto2, Rinda Anggiana1, Retni Pratiwi1
1

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
2
Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes RI Yogyakarta
*

E-mail: yeny.sulistyowati6@gmail.com

ABSTRACT
Chronic complications of diabetes mellitus mainly because interference with the
integrity of blood vessels with the result microvascular and macrovascular disease.
Impaired renal function is one of the complications of diabetes mellitus. Antioxidants are
compounds that can inhibit the oxidation reaction. Giving herbaceous Physalis angulata L
as one of the potent antioxidants. The result of the earlier study was showed the significant
effect to blood glucose level and to recover the lipid profile . To determine the effect of
Physalis angulata L extracts on kidney histology of Sprague dawley male rats
hiperglycemia. This study was an experimental study (true-experiment designs) with posttest design. A total of 20 Sprague dawley male rats aged 3 months induced by
Streptozotocin and Lipopolysaccaride, were divided into four groups which were given
Physalis angulata L extracts 5 mg/day dose, 10 mg/day and 20 mg/day. The analysis data
using Anova and Regression test. Kidney histology rats treatment and control groups
showed dose respone relationship. R Square 0.271 shows the closeness of the relationship
is low. Physalis angulata L extracts dose of 20 mg/kg body weight can suppress kidney
histology damage in rats.
Keywords. Diabetes mellitus, Streptozotocin, Lipopolisacharide, Physalis angulata L,
glomerulus histology, kidney.

PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus
(DM) di Indonesia tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Perkeni,
2006). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional
diabetes mellitus adalah 5,7%, dan masih ada sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diabetes
mellitus di atas prevalensi nasional. Berdasarkan empat (4) kelompok penyebab kematian, tampak
bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi yang diikuti dengan transisi
demografi. Proses ini diprediksi akan berjalan terus. Proporsi kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat (DepKes, 2008). Sedangkan secara epidemiologi diabetes melitus
masuk dalam kategori penyakit degeneratif (Amelia, 2010).
Masalah yang akan dihadapi oleh penderita DM cukup komplek sehubungan dengan
terjadinya komplikasi kronis baik mikro maupun makroangiopati. Komplikasi kronis DM terutama
disebabkan gangguan integritas pembuluh darah dengan akibat penyakit mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Komplikasi tersebut kebanyakan berhubungan dengan perubahan-perubahan
metabolik, terutama hiperglikemia. Kerusakan vaskuler merupakan gejala yang khas sebagai akibat
DM, dan dikenal dengan nama angiopati diabetika. Makroangiopati (kerusakan makrovaskuler)
biasanya muncul sebagai gejala klinik berupa penyakit jantung iskemik dan pembuluh darah perifer.
Adapun mikroangiopati (kerusakan mikrovaskuler) memberikan manifestasi retinopati, nefropati
dan neuropati (Arsono, 2005).
461

Prosiding Seminar Nasional 2013


Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

Pada orang non-diabetes, ginjal dapat mensintesis atau memproses protein (albumin). Tetapi
untuk orang dengan diabetes, salah satu efek pertama kondisi pada ginjal adalah pelepasan sejumlah
kecil protein dalam urin (mikroalbuminuria) lebih besar dari jumlah normal protein merupakan
tanda awal penyakit ginjal. Pasien rentan akhirnya mengembangkan proteinuria persisten, yang
meningkatkan resiko mereka terserang penyakit ginjal yang progresif dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Orang dengan DM salah satu efek pertama kondisi ginjal adalah pelepasan
sejumlah kecil protein dalam urin lebih besar dari jumlah normal protein (AHA, 2012).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Penggunaan obat
herbal dan turunannya untuk membantu dalam pengobatan diabetes tentu tidak boleh diabaikan.
Ciplukan telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa, antara lain adalah asam
klorogenat, asam elaidat, asam sitrat, asam malat, tanin, kriptoxantin, fisalin, saponin, terpenoid,
flavonoid, polifenol, alkaloid dan steroid (Sediarso, dkk, 2008). Ciplukan digunakan masyarakat
sebagai obat antidiabetes (Kardono, dkk, 2003). Pada penelitian sebelumnya pemberian herba
ciplukan (Physalis angulata L) sebagai salah satu antioksidan potensial yang dapat menurunkan
kadar gula darah dan memperbaiki profil lipid (Sulistyowati, 2013).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni (true experiment design) dengan
rancangan penelitian post-test only control group design, menggunakan kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan, dengan randomisasi sederhana (Riyanto, 2011).
Sebanyak 20 ekor tikus Sprague Dawley jantan berumur 3 bulan dibagi menjadi empat
kelompok dengan pemberian ekstrak air herba ciplukan (Physalis angulata L) dosis 5 mg/hari,
10mg/hari dan 20 mg/hari. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai tempat penyediaan hewan coba,
pakan dan pemeliharaan hewan coba. Pengujian histofisiologi ginjal dilakukan di bagian Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Data yang dikumpulkan dalan penelitian ini adalah hasil uji fungsi ginjal. Fungsi ginjal
didapat dari hasil uji histofisiologi dengan teknik pengecatan hematoksilin dan eosin. Uji beda
dalam kelompok perlakuan dengan uji statistik Anova. Untuk mengetahui pengaruh pemberian
perlakuan menggunakan uji Regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perilaku dan Kondisi Fisik Hewan Coba
Berdasarkan hasil pengamatan perilaku dan kondisi fisik 20 ekor tikus selama 30 hari, yaitu
pada saat tikus sebelum di beri perlakuan tikus sangat aktif, setelah di beri streptozotocin dan
lipopolysaccaride tikus tampak lemas dan tidak aktif. Saat pemberian pakan standar dan pemberian
ekstrak air herba ciplukan dosis 5 mg/hari, 10 mg/hari dan 20 mg/hari tidak menyebabkan efek
samping pada perubahan perilaku dan kondisi fisik tikus.
Berat badan rata-rata tikus kelompok kontrol 198,75 gram, kelompok I 194,75 gram,
kelompok II 182,25 gram, dan kelompok III 164,50 gram. Berat badan sebelum perlakuan
(p=0,935) dan sesudah perlakuan (p=0,616) terdistribusi normal (p>0,05). Berdasarkan uji Anova
berat badan sebelum perlakuan antar dan dalam kelompok perlakuan tidak ada beda yang
siginifikan. Pada kondisi setelah perlakuan antar dan dalam kelompok perlakuan terdapat beda yang
signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara berat badan sebelum dan sesudah perlakuan.
Pada penelitian ini diet merupakan salah satu variabel yang dikontrol dan dibuat homogen sehingga
diharapkan memberikan pengaruh seminimal mungkin selama penelitian.

462

ISBN: 978-979-98438-8-3

Histopatologi fungsi ginjal dengan metode histofisiologi

Skala : 1: 40
Gambar 1. (a) histopatologi glomerulus abnormal, (b) histopatologi glomerulus normal

Gambar (a) menunjukkan glomerulus ginjal tikus abnormal, ditandai dengan glomerulus yang
keseluruhannya tidak tertutup oleh kapsula bowman karena ada bagian dari glomerulus yang tidak
tertutup seperti ditunjukkan pada tanda panah. Dan sebaliknya glomerulus normal dapat dilihat pada
gambar (b) yang mana keseluruhan glomerulus tertutup oleh kapsula bowman. Hal itu sesuai
dengan pernyataan Kumar, 2007 bahwa, glomerulus dalam keadaan normal secara keseluruhan
tertutup oleh kapsula bowman yang berbentuk mangkok dan dilapisi oleh endotelium berlubang
berpori-pori yang terletak pada membrana basalis dan dibagian luar membrana basalis adalah sel
epitel viseral (podosit).
Secara mikroskopis kelainan ginjal yaitu dengan bercak bercak putih pada bagian kortek,
bercak putih ini terjadi karena akumulasi dari leukosit sebagian dari eksudat radang, ginjal yang
membesar dan pucat, merupakan ginjal yang menderita degenerasi parenkimatosa atau degenerasi
lemak. Pembesaran disebabkan oleh pembengkakan dari tubuli. Kepucatan disebabkan karena
adanya perlemakkan, cloudy swelling atau bionephrosis dan juga karena pembuluh darah yang
kekurangan isi darah akibat tekanan pembengkakan. Konsistensi dari ginjal pada kasus ini biasanya
akan menurun, ginjal yang mengecil, putih, tidak rata. Pengecilan dan warna putih disebabkan
karena banyaknya jaringan ikat. Karena sifat refraktif dari jaringan ikat, maka permukaan ginjal
menjadi berbenjol benjol tidak rata. Ginjal dapat mengalami kerusakan didalam menjalankan
fungsinya (Ressang, 1984).
Perubahan patologi yang dapat terjadi pada ginjal antara lain nephrosis (nefrosa) yaitu
peradangan pada ginjal yang disebabkan oleh gangguan pertukaran zat. Pada ginjal dapat terjadi
kematian sel, baik dalam bentuk apoptosis maupun nekrosa. Nekrosa merupakan kematian sel dan
jaringan yang terjadi pada hewan yang hidup. Jaringan nekrotik tampak secara makro seperti noktah
atau bercak yang pucat secara mikroskopik dalam pewarnaan HE, massa sel yang mengalami
koagulasi pada jaringan yang mati akan brwarna lebih eosinofilik dibandingkan sel sel yang
normal.
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kedua duanya (Ada, 2012).
Diabetes mellitus berpengaruh terhadap penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan abnormalitas
kreatinin dan ureum serum. Awal terjadinya diabetes mellitus, karena kadar glukosa darah yang
tinggi maka terjadi peningkatan tarikan dan tekanan mesangial karena poliferasi sel sehingga
mesangium glomerular mengembang. Selanjutnya terjadi hipertrofi selular yang mengstimulasi
pelebaran ini (Rao, dkk, 2011).
Glomerulus merupakan kapiler komplek yang mempunyai fungsi utama dalam filtrasi.
Apabila terjadi kerusakan pada glomerulus maka daya filtrasi akan terganggu. Kerusakan
glomerulus yang parah dapat mengganggu sistem vascular peritubular dan berpotensi untuk
mengalirkan zat racun ke tubuli. Sebaliknya, kerusakan yang parah pada tubuli akibat peningkatan
tekanan intra glomerulus dapat menyebabkan atropi glomerulus (Ressang, 1984). Hasil perhitungan
glomerulus pada kelompok kontrol yaitu terdapat 116,75 glomerulus normal, dan 47,5 glomerulus
463

Prosiding Seminar Nasional 2013


Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

abnormal dari jumlah 164,25 glomerulus pada lapang pandang ginjal kelompok kontrol. Kelompok
kontrol memiliki glomerulus abnormal paling banyak, karena kelompok kontrol hanya diberi
perlakuan pemberian streptozotocin dan lipopolysaccaride dan tidak diberi ekstrak air herba
ciplukan.
Steptozotocin (STZ) menginduksi stress oksidatif dan komplikasi metabolik (Raza & John,
2012). Streptozotocin digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan percobaan. Tujuan
pemberian STZ adalah agar tikus menjadi DM tipe 2 dan lipopolysaccaride diberikan setelah tikus
dinyatakan DM dengan tujuan agar tikus DM mengalami komplikasi makrovaskuler aterosklerosis.
Ada bukti yang berkembang bahwa lipid abnormal metabolisme dan akumulasi ginjal lipid berperan
dalam patogenesis nefropati diabetik. Pernyataan Kimmelstiel dan Wilson dari glomerulosklerosis
nodular dan kehadiran deposit lipid dalam ginjal diabetes, menunjukkan adanya akumulasi lipid
pada ginjal manusia diabetes dan hewan coba, lipid dimungkinkan memainkan peran penting dalam
patogenesis ginjal diabetes penyakit (Li, dkk, 2004).
Pada kelompok I yaitu kelompok tikus dengan pemberian streptozotocin, lipopolysaccaride
dan ekstrak air herba ciplukan dengan dosis 5 mg/hari jumlah glomerulus normal sebanyak 111,5,
dan 43,25 glomerulus abnormal dari jumlah 154,75 glomerulus pada lapang pandang. Pemberian
ekstrak air herba ciplukan menunjukan perbedaan hasil jumlah glomerulus abnormal pada
kelompok kontrol tanpa pemberian ekstrak air herba ciplukan dengan kelompok I yang diberi
ekstrak air herba ciplukan. Kelompok I memiliki jumlah glomerulus abnormal lebih sedikit
dibanding kelompok kontrol. Kadar glukosa yang tinggi dapat menimbulkan peningkatan tarikan
dan tekanan mesangial karena poliferasi sel sehingga mesangium glomerular mengembang.
Selanjutnya terjadi hipertrofi selular yang mengstimulasi pelebaran ini (Rao, 2011). Kelompok II
merupakan kelompok tikus dengan pemberian streptozotocin dan lipopolysaccaride serta ekstrak air
herba ciplukan dengan dosis 10 mg/hari jumlah glomerulus yang dihitung dalam satu lapang
pandang ginjal tikus yaitu 133,5 terdiri dari 101 glomerulus normal dan 32,25 glomerulus abnormal.
Pada kelompok II dosis ditingkatkan menjadi 10 mg/hari, terlihat efek yang berbeda yaitu jumlah
glomerulus abnormal semakin sedikit dibanding dengan kelompok I dengan dosis ekstrak air herba
ciplukan 5 mg/hari.
Diabetes Mellitus menyebabkan dinding dinding arteri dan arteriol dalam ginjal dan
jaringan lainnya mengalami kerusakan (sklerosis). Arteriol merupakan bagian terkecil dari arteri
yang menghubungkan kapiler kapiler. Sklerosis (kerusakan) menyebabkan penebalan dan
penyempitan dalam dinding pembuluh darah yang mengalir terus dari lumen. Pada kasus diabetes,
karena kerusakan arteri dan arteriol, maka oksigen yang sampai ke jaringan tidak cukup sehingga
menyebabkan luka di jaringan. Hal ini menyebabkan luka pada semua jaringan, termasuk ginjal
(Cintari, 2008).
Kelompok III diberikan perlakuan yang sama dengan kelompok I dan II namun terdapat
perbedaan pemberian dosis ekstrak air herba cipukan, pada kelompok III dosis ekstrak air herba
ciplukan yang diberikan yaitu 20 mg/hari, jumlah glomerulus yang terdapat pada kelompok III
sebanyak 153, dengan 130,75 glomerulus normal dan 22,25 glomerulus abnormal. Dan hasilnya
dosis ektrak herba ciplukan 20 mg/hari memiliki jumlah glomerulus abnormal paling sedikit
dibanding dengan kelompok kontrol, kelompok I dan kelompok II.
Dari hasil pembacaan gambaran histologis, dapat diketahui bahwa gambaran histologis ginjal
tikus DM kelompok kontrol, kelompok I, kelompok II dan kelompok III menunjukan hasil semakin
besar dosis ekstrak air herba ciplukan yang diberikan maka efek yang terjadi semakin baik, dapat
dilihat dari jumlah perhitungan glomerulus abnormal pada tikus. Jumlah glomerulus abnormal
paling banyak terdapat pada tikus kelompok kontrol tanpa pemberian ekstrak air herba ciplukan.
Dan jumlah glomerulus abnormal pada dosis 20 mg/hari memiliki glomerulus abnormal lebih
sedikit dibanding kelompok lain.
Pemberian antioksidan pada lesi ateroklerotik akan menghambat oksidasi kolesterol LDL dan
mencegah stress oksidatif sehingga mengurangi timbulnya disfungsi endotel. Oksidasi LDL yang
464

ISBN: 978-979-98438-8-3

terjadi karena stres oksidatif tergantung dari kandungan antioksidan sebelum terbentuk sejumlah
hidroperoksida lipid. Bila senyawa antioksidan lipofilik yang terkandung dalam LDL cukup
banyak, maka LDL akan terlindungi dari proses oksidasi (Hayden & Tyagi, 2003). Oleh karena itu
semakin besar dosis ciplukan yang diberikan maka akan menghambat oksidasi kolesterol LDL dan
mencegah stress oksidatif sehingga mengurangi timbulnya disfungsi endotel. Maka hasil yang
terjadi, kerusakan fungsi ginjal yang digambarkan melalui gambaran glomerulus tikus
menghasilkan dose respone relationship yang mana efek dari ciplukan semakin terlihat pada dosis
ciplukan 20 mg/hari.
Perbandingan fungsi ginjal pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Gambar 2. Presentase jumlah glomerulus tikus

Dari hasil pemeriksaan dan pembacaan gambaran histologis, dapat disimpulkan bahwa
gambaran histologis ginjal tikus DM tanpa diberi perlakuan, di beri ciplukan dosis 5 mg/hari, 10
mg/hari dan 20 mg/hari terdapat kelainan ginjal secara bermakna yaitu terjadi kerusakan pada
bagian glomerulus. Kerusakan yang paling berat ditemukan pada gambar histologis ginjal tikus
tanpa diberi perlakuan karena terdapat jumlah glomerulus abnormal yang banyak dibanding dengan
tikus yang diberi perlakuan. Dapat diketahui juga semakin besar dosis ciplukan yang diberikan
maka semakin kecil jumlah glomerulus yang abnormal.
Pemberian antioksidan pada lesi ateroklerotik akan menghambat oksidasi kolesterol LDL dan
mencegah stress oksidatif sehingga mengurangi timbulnya disfungsi endotel. Oksidasi LDL yang
terjadi karena stres oksidatif tergantung dari kandungan antioksidan sebelum terbentuk sejumlah
hidroperoksida lipid. Bila senyawa antioksidan lipofilik yang terkandung dalam LDL cukup
banyak, maka LDL akan terlindungi dari proses oksidasi (Hayden & Tyagi, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Sulistyowati dkk (2013) menunjukkan bahwa ekstrak air
herba ciplukan dapat menurunkan kadar gula darah, kadar kolesterol darah, kadar trigliserida darah,
kadar LDL darah dan meningkatkan kadar HDL dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstra
air herba ciplukan juga berpengaruh terhadap histologis ginjal tikus, terlihat dari efek yang terjadi
pada setiap kelompok perlakuan.

465

Prosiding Seminar Nasional 2013


Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
Tabel 1. Uji perbedaan glomerulus ginjal tikus dan pengaruh pemberian ekstrak air herba ciplukan kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.

R square 0,271 menunjukkan adanya keeratan hubungan yang rendah.


Penderita DM biasanya mengalami peningkatan stress oksidatif yaitu suatu keadaan dimana
terjadi pembentukan radikal bebas. Hal tersebut disebabkan karena proses peroksidasi lebih banyak
dari kemampuan tubuh untuk membersihkan radikal bebas tersebut oleh antioksidan dalam sel.
Stress oksidatif yang terjadi memegang peranan penting dalam proses terjadinya komplikasi
vaskuler, baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler (Suhartono, 2009).
Pemberian ekstrak air herba ciplukan dilakukan sebagai antioksidan. Mengkonsumsi
antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan kejadian penyakit degenerative,
seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis, dan lain lain. Antioksidan juga
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan
molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2011). Fisalin
merupakan senyawa turunan steroid (secosteroid) dengan aktivitas antioksidan tinggi. Senyawa
aktif alkaloid dan physalin yang terkandung dalam Ciplukan merupakan senyawa antioksidan yang
mampu memberikan efek menguntungkan
KESIMPULAN
1. Glomerulus ginjal tikus abnormal ditandai dengan glomerulus yang keseluruhannya tidak
tertutup oleh kapsula bowman dan sebaliknya glomerulus normal dengan keseluruhan
glomerulus tertutup oleh kapsula bowman.
2. Ekstrak air herba ciplukan dosis 20 mg/hari memberikan efek lebih baik dibanding dengan
dosis 5 mg/hari dan 10 mg/hari.
3. Fungsi ginjal tikus kelompok perlakuan lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol.
4. Hasil uji statistik menunjukkan nilai R square sebesar 0,27 artinya ada hubungan yang
rendah.
Saran
1. Sebaiknya pada penelitian perlu dilakukan pengamatan terhadap pengaruh ekstrak air
herba ciplukan terhadap fungsi ginjal dengan mempertimbangkan kadar kreatinin dan
ureum hewan coba.
2. Sebaiknya pengamatan pada gambaran histologis ginjal tikus selain pada glomerulus
dilakukan juga pada bagian tubulus untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada ginjal.
3. Memperhatikan kebersihan dan kesehatan hewan coba serta hygiene sanitasi lingkungan
tempat pemeliharaan, air minum, pakan serta peralatan yang digunakan dalam
memberikan perlakuan kepada hewan coba agar hewan coba tidak terkontaminasi bakteri
dan virus.
466

ISBN: 978-979-98438-8-3

UCAPAN TERIMAKASIH
Tersusunnya naskah publikasi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak, diantaranya pihak
Universitas Respati Yogyakarta, Laboran PA dan di LPPT UGM serta kerjasama yang baik antara
tim 1 dan 2: Darul, Siska, Retni, Vika, Rindha, Ani, Elfrida dan Rosa.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R. 2010. Dahsyatnya Terapi Herbal untuk 7 Penyakit Degeneratif, Yogyakarta : Pinang
Merah Publisher.
American Diabetes Assosiation. 2012. Kidney Disease (Nefropathy), USA.
American Heart Association. 2012. Stages of Kidney Disease, USA.
Arsono, S. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Thesis
S-2 Program Studi Epidemiologi UNDIP Semarang
Cintari , L. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Ceplikan (Ruellia Tuberosa L) terhadap
Kadar Kreatinin dan Ureum dalam Serum serta Gambaran Histologis Ginjal Tikus Putih
(Rattus Novergicus) Diabetes Melitus. Thesis S-2 Program Studi Ilmu dan Kesehatan
Masyarakat UGM Yogyakarta.
Hayden MR, Tyagi SC. 2003. Homocysteine and reactive oxygen species in metabolic syndrome,
type 2 diabetes mellitus and at heroscleropathy: the pleiotropic effects of folat
supplementation. J Nutr.
Kardono, L, B, S., N, Artanti., I, D, Dewiyanti., dan T, Basuki. 2003. Selected Indonesian
Medicinal Plants: Monographs and Descriptions. Volume 1. Jakarta : PT Grasindo.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku ajar patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Li W, Li HZ ; Wang EB, Ye Z-C, Jun LN, Guo L-H, Luo F-H. 2004. Effect of two human growth
hormone receptor antagonist on glomerulosclerosis in streptozotocin-induced diabetic rats.
Acta Pharmaco l Sin.
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB. PERKENI).
Rao PT, Rao KS, & Usha CL. 2011. Stochastic Modeling of Blood Glucose Level in Type-2
Diabetes Mellitus. Asian. J. Math. Stat.
Raza, H., John, A., 2012. Streptozotocin Induced Cytotoxcity, Oxidative Stress and Mitochondrial
Dysfunction in Human Hepatoma HepG2 Cell. Int J Mol Sci.
Ressang, AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Denpasar: Team Leader IFAD Project.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sediarso., Sunaryo, H., Amalia, N. 2008. Efek Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa Dominan
dalam Fraksi Kloroform Herba Ciplukan (Physalis Angulata L), Jurnal Farmasi Indonesia,
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.
Suhartono T. 2009. Diabetik Neuropati: Manajemen Terapi Fokus Cinula. Dalam: Lestariningsih,
Nugroho KH, editor. Symposium The NewManagement in Diabetes Mellitus & Diabetic
Polineuropati. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sulistyowati, Y., Septriana, Rafika., M. 2013. Effect of Water Extract Herbs Ciplukan (Physalis
angulata L) on Blood Sugar and Lipid Profile of Sprague Dawley Male Rats Injected By
467

Prosiding Seminar Nasional 2013


Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

Streptozotocin and Lipopholysacharide. Abstract book of Asia Pacific Conggres of Clinical


Nutrition. Jepang.
Winarsi, H. 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta : Kanisius.
World Health Organization, 2000, General Guidelines for Methodologies on Research and
Evaluation of Traditional Medicine. Geneva.

468

You might also like