Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
LT is a 67-year-old white male presenting to your ambulatory care clinic for a CMR. He
says his wife tells him he is taking too many medications and he wants your help evaluating
his current regimen. According to his chart, his blood pressure has been within goal, but he
has been having trouble with heart failure as of late and was recently hospitalized. In the
last few months his blood sugars have been trending on the low end. His mood has been
stable. He complains of regular loose stools over the last couple months and that in addition
to his regular naproxen he has been needing his Advil PM more frequently. Lastly, he says
he’s been seeing commercials for Entresto, what can you tell him about that?
Medications :
Berdasarkan diagnosa pasien atas nama Mr. LT, pasien mengalami gagal
jantung kongestif, hipertensi, diabetes melitus tipe II, hiperlipidemia, gangguan
kecemasan, trauma karena stres, glaukoma sudut terbuka, dan osteoarthritis.
Banyaknya keluhan dari pasien ini juga diiringi dengan banyaknya obat yang
dikonsumsi oleh pasien. Oleh karena itu perlu adanya telaah mengenai rasionalitas
dari obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien, perlu dilakukan telusur dari
beberapa permasalahan baik dari sisi penyakit pasien maupun obat-obatan yang
dikonsumsi pasien, serta rekomendasi yang dapat diberikan agar terapi pengobatan
pasien ini lebih rasional.
1. Gagal Jantung
Gagal jantung kongestif ini merupakan berhentinya kerja jantung untuk
memompa darah ke jaringan tubuh yang disebabkan oleh adanya kelainan
struktural maupun fungsional dari organ jantung. Beberapa gejala yang khas
ditandai dengan pasien mengalami kelelahan, sesak nafas, dan penumpukan
cairan di paru - paru (edema paru). (Wulandari, dkk., 2018). Hal ini disebabkan
adanya gangguan pada ventrikel kiri sehingga penyebabkan perubahan
outcome yang signifikan. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
gagal jantung kongestif yaitu adanya hepatomegali (pembesaran hepar) dan
edema tungkai (Mariyono & Santoso, 2007).
2. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan atau kondisi tekanan darah
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
(Yonata, dkk., 2016). Etiologi dari hipertensi dapat disebabkan karena obesitas,
resistensi insulin, kadar trigliserida yang tinggi dengan kolesterol yang rendah
(HDL) (Haris & Tambunan, 2009).
5. Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi
kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan
proporsi ancaman, atau sepertinya datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila
bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan (Nevid, dkk 2005).
Serangan-serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai
dengan simtom-simtom fisik, seperti jantung yang berdebar-debar, nafas cepat,
nafas tersengal atau kesulitan bernafas, banyak mengeluarkan keringat, dan
terdapat rasa 6 lemas dan pusing (Nevid, dkk, 2005). Suatu diagnosis gangguan
panik didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1) Mengalami serangan panik secara berulang dan tidak terduga (sedikitnya
dua kali).
2) Sedikitnya satu dari serangan tersebut diikuti oleh setidaknya satu bulan rasa
takut yang persisten dengan adanya serangan berikutnya atau merasa cemas
akan implikasi atau konsekuensi dari serangan (misalnya, takut kehilangan
akal „menjadi gila‟ atau serangan jantung) atau perubahan tingkah laku
yang signifikan (Nevid, dkk, 2005). Gangguan panik biasanya dimulai pada
akhir masa remaja sampai pertengahan usia 30-an tahun. Perempuan
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengembangkan
gangguan panik (Nevid, dkk, 2005).
7. Osteoarthritis
Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology merupakan
sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai
dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5%
pada pria dan 70,5% pada wanita (Sumual AS, 2012). Penyakit ini
menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari. Jenis OAINS termasuk aspirin, ibuprofen dan naproxen adalah
obat yang sering digunakan pada penanganan penyakit ini. Namun,
penggunaan jangka panjang OAINS dapat menyebabkan masalah lambung
seperti ulkus dan pendarahan. Obat ini juga dapat meningkatkan risiko
serangan jantung dan stroke (Inawati, 2008).
8. Konstipasi/Sembelit
Konstipasi atau yang dikenal juga dengan sebutan sembelit adalah
kondisi sulit buang air besar, seperti tidak bisa buang air besar sama sekali atau
tidak sampai tuntas. Walaupun frekuensi buang air besar setiap orang bisa
berbeda-beda, seseorang dapat dinyatakan mengalami konstipasi jika buang air
besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.Tidak terdapat informasi terkait
diagnosis oleh dokter bahwa pasien mengalami konstipasi, namun diduga
penggunaan obat pencahar pada pasien tersebut disebabkan oleh penyakit
diabetes yang dialami pasien. Pasien dengan diabetes memiliki resiko yang
tinggi terkena gangguan pada gastrointestinal.Sebanyak 75% pasien diabetes
memiliki gejala pada gastrointestinal, seperti mual, kembung, diare, sembelit,
mulas, serta disfagia, namun 60 % diantaranya mengalami sembelit/konstipasi
(Piper et al, 2017).
ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT MR. LT
2. Penggunaan obat gagal jantung dan hipertensi pada pasien ini ada beberapa
jenis yaitu Lisinopril, metoprolol, chlortalidone, dan Cartia XT. Pada
histotory diagnosa pasien tidak disebutkan pasien pernah mengalami angina
pektoris. Beberapa obat tersebut mempunyai fungsi yang hampir sama.
Dosis Lisinopril diatas dosis yang dianjurkan yaitu 20 mg sampai 40 mg
dengan frekuensi dosis 2 kali sehari. Pada pasien ini, frekuensi dosis yang
dikonsumsi adalah 4 kali sehari 20 mg.
• Perlu dipertimbangkan pemberian satu obat pencahar saja (miralax /docusate) pada
pasien. Pasien disarankan untuk lebih banyak mengkonsumsi serat sayuran dan
buah serta mengkonsumsi air putih yang cukup. Penggunaan terapi non farmakologi
dapat menghindari ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat karena yang
diterima pasien sudah cukup banyak, serta usia pasien yang sudah tua.
• Perlu dipertimbangkan mengurangi obat antidiabetes oralnya dikarenakan kadar
gula darah dalam batas normal, perlu cek HbA1C
• Hubungi pasien setelah pengurangan penggunaan Anti Diabetik Oral (ADO), masih
konstipasi atau tidak
• Penggunaan obat gagal jantung dan hipertensi cukup banyak, perlu adanya
penyesuaian obat atau penurunan dosis obat yang digunakan. Frekuensi
penggunaan lisinopril sebaiknya disesuaikan dengan maksimal dosis dalam sehari
yang 40 mg. Jadi disarankan dosis lisinopril yang diberikan adalah dengan
frekuensi 2 kali sehari 20 mg.
• Pemberian metoprolol untuk pasien LT ini sudah berlangsung selama 4 tahun. Obat
ini juga merupakan obat yang diindikasikan untuk gagal jantung dan hipertensi.
Fungsi obat ini hampir sama dengan lisinopril namun mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda. Namun jika akan digunakan salah satu, sebaiknya penghentian obat
ini tidak dilakukan mendadak, namun dengan menurunkan dosis dan frekuensi
secara bertahap. Selain itu, sebaiknya melakukan pengecekan tekanan darah secara
periodik.
• Penggunaan obat Lasix (Furosemide) sudah tepat. Obat ini hanya diberikan untuk
2 minggu. Disarankan setelah penggunaan obat ini dilakukan monitoring terhadap
tanda dan gejala yang muncul, seperti sesak nafas. Jika masih terjadi sesak nafas,
sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan fisik dan klinis. Bila perlu
penggunaan obat lasix ini dapat dilanjutkan sampai gejala klinis berkurang dan
berhenti.
• Pasien akhir-akhir ini melihat iklan Entresto (Sacubitril 24 mg/Valsartan 26 mg)
dan mungkin mempertimbangakan untuk menggunakan obat tersebut. Berdasarkan
kondisi pasien saat ini, apakah pasien memerlukan tambahan obat Entresto tersebut.
Berdasarkan data bahwa tekanan darah pasien sesuai target terapi, namun pasien
baru keluar dari rumah sakit karena gagal jantung. Pasien dapat diusulkan kepada
dokter untuk diresepkan obat Entresto dengan catatan untuk diusulkan pengurangan
obat antihipertensi lainnya. Cartia XT dan lisinopril dapat diusulkan untuk
dikurangi. Mengingat Cartia XT (Diltiazem) dapat menghambat penyerapan
kalsium menjadi kurang disarankan untuk pasien dengan osteoarthritis yang
memerlukan tambahan asupan kalsium pada tulangnya. Selain itu Lisinopril juga
ada interaksi obat dengan Aspirin. Sesuai referensi, dinyatakan bahwa Entresto
diindikasikan untuk mengurangi risiko kematian kardiovaskular dan rawat inap
pada pasien gagal jantung kronis (CHF)
DAFTAR PUSTAKA