You are on page 1of 8

JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No.

2 / September 2010

PERSEPSI STAKEHOLDERS MENGENAI PROSES OTONOMI


RUMAH SAKIT PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KALISAT KABUPATEN JEMBER

Agus Perry Kusuma*)


*)
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Jl Nakula I No 5-11 Semarang
Email : perrykusuma@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Hospital autonomy is an adoubted issue. By the autonomy, the hospital would
be able to do excellent service activity. The autonomy indicators that are usually used strategic management, monetary, administration purchasing of management information system and human resources. In conducting autonomy, there are many internal stakeholders
but also external stakeholders. So that it needs to be understood about hospital autonomy
especially for external stakeholders as a policy maker.
Method: This study used qualitative description method and screened strategis management, administration purchasing system, monetary management, human resources management, the correlation between RSUD Kalisat and Health Department, and the expectation of stakeholders for the RSUD Kalisat. Data collected by in depth interview. The respondent were the Director and the staffs of RSUD Kalisat, Chief of BAPPEDA, Chief of Health
Department, Assistant II Jember Regional Secretary, Members of Comission D of Jember
DPRD.
Result: For strategic management, internal and external stakeholders perception had been
in high level of autonomy and according to the reality. For Management Information System
Administration, internal and external stakeholder perception had been according to the reality of low autonomy. For purchasing aspect, internal and external stakeholders had been in
the middle level. Monetary management, internal stakeholders perception had been in low
level autonomy and external stakeholders perception had been in high level autonomy. For
Human resources management, internal and external stakeholders had been in low level
autonomy.
Key words: perception, stakeholders, hospital autonomy
Bibliography : 27 pieces,1994-2005

81

Persepsi Stakeholders Mengenai... - Agus PK


PENDAHULUAN
Konsep otonomi rumah sakit sendiri telah
dikembangkan sejak tahun 1991, dimana Indonesia memulai program otonomi rumah
sakit (unit swadana) bertujuan untuk
mendorong rumah sakit dalam usahanya
untuk mencukupi kebutuhan beberapa biaya
mereka, bagi rumah sakit swadana
kepemilikan masih tetap milik daripada
pemerintah kabupaten/kota.
Manajer rumah sakit dapat menyusun
anggaran pendapatan untuk semua tarif
kecuali untuk tarif kamar yang disediakan bagi
golongan miskin (tempat tidur klas III). Hanya
penggunaan anggaran ini mesti disetujui oleh
para stakeholders yang berada di daerah
tersebut sehingga disini stakeholders yang
berperan adalah pihak eksekutif dan legislatif.
Manajemen rumah sakit dapat mengajukan
rencana tahunan berkenaan sumber
pendapatan mereka yang digabungkan
dengan praktek planning budgetting yang
mencakup subsidi pemerintah dari sumber
nasional maupun alokasi dari pemerintah
daerah.
Keterkaitan dengan DPRD Kabupaten
adalah dengan aturan UU No 32 Tahun 2004,
pasal 42 ayat 1(c ), dewan mempunyai tugas
melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan dari Peraturan Daerah (Perda),
Peraturan Kepala Daerah, Anggaran
Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD),
Kebijakan Pemerintah Daerah, dalam
melaksanakan Program Pengembangan
Daerah serta kerja sama internasional di
daerah. Sehingga terkandung maksud bahwa
fungsi daripada DPRD berupa pengawasan,
budgetting, maupun legislasi.
Dalam penelitian ini penulis ingin
mencoba mengkaitkan antara persepsi pihak
stakeholders terhadap pelaksanaan otonomi
rumah sakit, penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah Kalisat, Kabupaten
Jember.
Berdasarkan uraian pada latar belakang

bahwa persepsi stakeholders baik internal


maupun eksternal akan dapat mempengaruhi
kelangsungan otonomi sebuah rumah sakit,
sehingga permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
Bagaimana Persepsi Stakeholders
Mengenai Proses Otonomi Rumah Sakit pada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kalisat,
Kabupaten Jember.
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
Mengetahui persepsi stakeholders
mengenai otonomi rumah sakit dalam
kerangka untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit
Dalam mengetahui tingkat otonomi pada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kalisat,
Kabupaten Jember dilihat dari lima kerangka
konseptual yaitu:
1. Manajemen Stratejik
2. Manajemen Keuangan
3. Administrasi SIM Rumah Sakit
4. Pembelian
5. Manajemen Sumber Daya Manusia
6. Hubungan antara Dinas Kesehatan
Kabupaten dengan Rumah Sakit Umum
Kalisat, Kabupaten Jember
7. Harapan stakeholders terhadap RSUD
Kalisat, Kabupaten Jember
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian Deskriptif Kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui persepsi stakeholders
tentang pelaksanaan otonomi yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember
Materi Penelitian
Materi penelitian ini, tentang persepsi
stakeholders mengenai otonomi rumah sakit
yang meliputi manajemen stratejik, keuangan,
sumber daya manusia, pembelian,
administrasi rumah sakit

82

JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 2 / September 2010


Unit Analisis dan Subyek Penelitian
Unit analisis penelitian ini meliputi: Kantor
Dinas Kesehatan, Kabupaten Jember, Kantor
Badan Perencanaan Dan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jember,
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Jember, Kantor Assisten II
Sekretaris Daerah Kabupaten Jember, serta
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember
Subyek penelitian ditentukan dengan
metode purposive sampling yaitu pemilihan
responden, subyek atau setting untuk tujuan
tertentu (Kusnanto, n.d). Kriteria responden
di kalangan dinas maupun lembaga di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember
adalah pejabat (stakeholders) yang ikut
menentukan kebijakan di dalam RSUD
Kalisat, Kabupaten Jember, sedangkan untuk
kalangan DPRD Kabupaten Jember adalah
para anggota Komisi D yang membawahi
masalah Kesejahteraan Rakyat (Kesra).
Alat Penelitian
Penelitian berperan sebagai alat
penelitian dengan kelengkapan berupa
pedoman wawancara, daftar periksa, dan
tape recorder
Variabel Penelitian
Variabel Penelitian terdiri dari :
1. Variabel Bebas terdiri dari manajemen
strategi, keuangan, sumber daya

manusia, administrasi, pembelian,


hubungan antar Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dengan RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember, harapan stakeholders terhadap RSUD Kalisat, Kabupaten
Jember
2. Variabel Terikat terdiri atas tingkat
persepsi terhadap otonomi penuh,
otonomi sebagian, otonomi rendah
PEMBAHASAN
1. Persepsi Stakeholders Internal dan
Stakeholders Eksternal terhadap
Manajemen Stratejik di RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil wawancara baik
kepada stakeholder internal maupun stakeholder eksternal didapatkan hasil bahwa
tingkat otonomi pada Rumah Sakit Umum
Daerah Kalisat, Kabupaten Jember berada
pada tingkat yang tinggi.
Persepsi dari stakeholders internal
menilai bahwa dalam proses penentuan visi
dan misi maupun mengadakan pola-pola
kerjasama terhadap pihak luar, maka pihak
pengelola Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat, Kabupaten Jember, dapat melakukan
sendiri tanpa adanya campur tangan dari
pihak luar dari manajemen Rumah Sakit
Kalisat Kabupaten Jember.
Sedangkan persepsi dari kalangan stake-

Tabel 1. Perincian Macam dan Jumlah Responden disajikan dalam tabel


No
1
2
3
4
5
6
7
8

RESPONDEN
Direktur RSUD Kalisat, Kabupaten Jember
Kepala Seksi Pelayanan Medik, RSUD Kalisat, Kabupaten Jember
Ketua Komite Medik RSUD Kalisat, Kabupaten Jember
Kepala Tata Usaha Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
Kepala BAPPEDA Kabupaten Jember
Assisten Sekretaris II Kabupaten Jember
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Jember
Anggota Komisi D Kabupaten Jember
Total

83

JUMLAH
1
1
1
1
1
1
1
1
10

Persepsi Stakeholders Mengenai... - Agus PK


holders eksternal, menyatakan bahwa
penentuan visi dan misi maupun mengadakan
pola-pola kerjasama adalah merupakan suatu
kewenangan atau hak penuh daripada
pengelola Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat, Kabupaten Jember, dengan catatan
bahwa untuk penentuan visi dan misi dari
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember harus tetap melihat
kondisi riil dari masyarakat yang dilayani oleh
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember.

Sedangkan untuk pelaksanaan pola


kerjasama yang dilakukan oleh pihak Rumah
Sakit Umum Daerah Kalisat, Kabupaten
Jember, kalangan stakeholders eksternal
berpendapat bahwa hal ini juga kewenangan
penuh dari Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat, Kabupaten Jember untuk upaya
peningkatan pelayanan bagi warga
masyarakat yang mempergunakan jasa
pelayanan di Rumah Sakit Umum daerah
Kalisat, Kabupaten Jember
Pendapat baik dari kalangan stakehold-

Tabel 2. Faktor, Kategori dan Cara Pengumpulan Data


Faktor
Persepsi
Stakeholder
Internal
Eksternal
Otonomi
Tinggi
Sedang
Rendah
Manajemen
Stratejik

Pemahaman seseorang mengenai


informasi

Pemahaman tentang
Otonomi RS

Sumber
Informasi
Wawancara
mendalam

Individu yang berpengaruh dlm


masa depan RS yang berasal dari
dalam
Individu yang berpengaruh dlm
masa depan RS yang berada di
luar RS

Melihat kebijakan yang


terdapat di RS

Wawancara
mendalam

Melihat kebijakan tentang


RS

Wawancara
mendalam

Melihat proses
pengambilan keputusan

Wawancara
mendalam

Keputusan visi dan misi,


ada tidak pola kerjasama,
pola strategi yg ada
Dilakukan tender atau
tidak
Menggunakan tim
beranggotakan dari luar
RS atau tidak
Rekrutmen pegawai
Reward and punishment
Pelatihan

Wawancara
mendalam

Aliran kas pendapatan

Wawancara
mendalam

Kualitas pelayanan di RS
SIM sudah dilaksanakan
apa belum

Wawancara
mendalam

Definisi Operasional

Keputusan diambil manajemen RS


sendiri
Keputusan diambil bersama antara
RS dengan Pemkab
Keputusan diambil sepenuhnya
oleh Pemkab
Keputusan yg diambil untuk
meningkatkan daya saing RS

Pembelian

Pengambilan keputusan di RS
dalam pembelian barang dan jasa
serta identifikasi dan memilih
alternatif merk dan pemasok

SDM

Dititikberatkan pada penarikan,


penempatan, pemberian
penghargaan serta peningkatan
pelatihan
Aktivitas yang berhubungan
perolehan pendanaan serta
pengelolaan pendapatan di RS
Peningkatan pelayanan dalam RS
dimana SIM merupakan bagian
vital dalam peningkatan mutu

Keuangan
Administrasi
SIM

Kategori

Wawancara
mendalam

Wawancara
mendalam

84

JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 2 / September 2010


ers internal maupun stakeholders eksternal
ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Alkatiri yang menyatakan
dengan adanya kebebasan dalam
menjalankan visi dan misi maka suatu
organisasi akan dapat bereaksi terhadap
masa depan yang serba tidak pasti secara
lebih fleksibel dan adaptif
2. Persepsi stakeholders internal dan
stakeholders eksternal mengenai
administrasi
RSUD
Kalisat,
Kabupaten Jember
Berdasarkan
hasil
wawancara
mendalam maka tidak ditemukan suatu
perbedaan yang mencolok antara persepsi
yang disampaikan baik oleh stakeholders internal maupun eksternal, keduanya berada
pada level tingkat otonomi yang tinggi.
Stakeholders internal mempunyai
persepsi bahwa dalam sistem administrasi
yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat, Kabupaten Jember mereka dapat
melaksanakan dengan kewenangan penuh,
dimana dilihat dari sistem informasi
manajemen rumah sakit maupun pola efisiensi
kerja serta pola komunikasi antar karyawan
juga sudah dapat dilakukan dengan baik
Sedangkan bagi stakeholders eksternal
juga menilai bahwa pola administrasi yang
ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat
adalah meruapakan kewenangan penuh dari
pengelola Rumah Sakit Umum Daerah
Kalisat, Kabupaten Jember, diharapkan
dengan semakin bertambah baiknya pola
administrasi akan dapat berdampak langsung
terhadap pelayanan pengguna jasa Rumah
Sakit Umum Daerah Kalisat, Kabupaten
Jember.
Hal ini sangat bersesuaian dengan
pendapat dari Alkatiri yang menyatakan bahwa
organisasi rumah sakit yang mendasarkan
akuntabilitas pelayanan dengan struktur
organisasi yang bertumpu kepada titik
pelayanan, tidak akan terwujud selama rumah
sakit tidak memiliki level otonomi yang tinggi.

85

3. Persepsi Stakeholders Internal dan


Stakeholders Eksternal Mengenai
Sistem Pembelian di RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember
Hampir sebagian besar stakeholders
baik internal maupun eksternal berpendapat
bahwa untuk sistem pembelian yang dilakukan
oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember mengacu kepada
Keputusan Presiden (Keppres) No 80 Tahun
2003, tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam proses pembelian ini harus
dibentuk suatu kepanitiaan dimana untuk
ketua ditunjuk dari kalangan Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember
sedangkan untuk keanggotaan dari kalangan
Pemerintah Kabupaten,yang kemudian
dilakukan proses tender untuk menentukan
perusahaan yang menjadi pemasok barang
di Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
kabupaten Jember.
Selain itu juga karena untuk pembelian
masih mengandalkan dana yang berasal dari
Anggaran Penerimaan Belanja Daerah
(APBD), sehingga wajar untuk pelaksanaan
pembelian yang dilakukan oleh Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember ini
kewenangannya tidak diberikan secara
penuh.
Sehingga dari pendapat yang
disampaikan baik oleh stakeholder internal
maupun eksternal ini dapat kita kategorikan
dalam level yang sedang,hal ini akan
berakibat terjadinya suatu inefisiensi seperti
yang diungkap oleh Trisnantoro yang
menyebutkan bahwa dalam proses
pengadaan barang ini akan mengakibatkan
rumit dan panjangnya proses birokrasi yang
ditempuh dalam melaksanakan Keppres no
80 Tahun 2003 ini sehingga berakibat
terjadinya kenaikan harga alat yang akan
mencapai hingga 200-300% dari harga yang
normal

Persepsi Stakeholders Mengenai... - Agus PK


4. Persepsi Stakeholders Internal dan
Stakeholders Eksternal Terhadap
Manajemen Keuangan RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember
Dari persepsi antara stakeholder internal maupun eksternal menyatakan bahwa
untuk pola pendapatan yang diterima oleh
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember, harus masuk ke Kas
Daerah (Kasda) Kabupaten Jember, hal ini
terkait dengan status Rumah Sakit Umum
Daerah Kalisat, Kabupaten Jember, sebagai
Lembaga Teknis Daerah (LTD) dari
Pemerintah Kabupaten, disamping juga
selama ini untuk operasionalisasinya masih
mempergunakan dana yang bersumber dari
Anggaran Penerimaan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Jember, hanya baik
stakeholder internal maupun eksternal dari
Rumah Sakit Umum Daerah Kalisat,
Kabupaten Jember mempertanyakan
transparansi penggunaan keuangan yang
sudah disetor ke Kas Daerah dan bagaimana
prosesnya, jika pihak Rumah Sakit Umum
Daerah Kalisat, Kabupaten Jember, meminta
kembali pendapatan yang telah disetor ke
Kas Daerah Kabupaten Jember.
Menurut Trisnantoro, dengan pola
pendapatan yang harus disetor ke kas daerah
menyebabkan pihak rumah sakit harus
mengajukan permohonan untuk kebutuhan
operasionalnya, yang akan berakibat adanya
keterlambatan dalam pelayanan di rumah
sakit disamping akan sulit terpenuhinya
tuntutan untuk makin meningkatkan daya
saing rumah sakit terhadap rumah sakit yang
lainnya.
5. Persepsi Stakeholders Internal dan
Stakeholders Eksternal Terhadap
Sumber Daya Manusia (SDM) RSUD
Kalisat, Kabupaten Jember
Hasil wawancara terhadap stakeholder
internal maupun eksternal didapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden berada
pada level otonomi yang rendah. Untuk stake-

holder internal mengungkapkan dalam sistem


perekrutan karyawan pada Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember
dilakukan dengan mengajukan kebutuhan
karyawan kepada Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kabupaten Jember, yang
kemudian pihak BKD yang memproses untuk
proses formasinya.
Pendapat dari stakeholders eksternal
mengungkapkan bahwa proses rekrutmen
karyawan dengan status Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah melalui mekanisme Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) sedangkan bagi
karyawan honorer adalah merupakan suatu
kebijakan dari pihak pengelola Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember.
Dengan masih bergantungnya proses
rekrutmen kepada Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) maka pengelola Rumah Sakit
Umum Daerah Kalisat, Kabupaten Jember,
tidak mempunyai kewenangan yang penuh
dalam proses rekrutmennya, demikian pula
dalam proses penentuan penggajian, bonus
maupun insentifnya,hal ini menurut Gani,
dinyatakan bahwa apabila rumah sakit dapat
mempergunakan konsep Badan Layanan
Usaha (BLU) maka dapat memangkas aturan
yang selama ini mengekang kebebasan dari
pimpinan rumah sakit pemerintah. Dengan
konsep BLU maka pimpinan rumah sakit
dapat menentukan dan mengatur penggajian
karyawannya, dimana dalam aturan
sebelumnya semua karyawan mendapat gaji
yang sama tanpa membedakan suatu
prestasi atau hasil kerja
SIMPULAN
1. Dalam persepsi stakeholders internal
maupun stakeholders eksternal
mengenai manajemen stratejik maka
termasuk dalam kategori otonomi yang
tinggi
2. Dalam persepsi stakeholders internal
maupun stakeholders eksternal
mengenai administrasi juga termasuk

86

JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 2 / September 2010

3.

4.

5.

6.

dalam kategori tingkat otonomi yang


tinggi, walaupun pada kondisi obyektifnya
berada pada tingkat otonomi yang rendah
Dalam persepsi stakeholders internal
maupun stakeholders eksternal
mengenai pembelian atau pengadaan
barang adalah dalam tingkat otonomi yang
sedang
Dalam persepsi stakeholders internal
untuk masalah keuangan adalah dalam
tingkat otonomi yang rendah, sedangkan
persepsi stakeholders eksternal masuk
dalam tingkat otonomi yang tinggi untuk
kondisi realita tingkat otonomi yang rendah
Dalam persepsi stakeholders internal
maupun stakeholders eksternal
mengenai masalah rekrutmen pegawai
masuk dalam kategori tingkat otonomi
yang rendah
Persepsi stakeholders internal dan stakeholders eksternal mengenai hubungan
antara Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember dengan RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember telah terjadi upaya
pemisahan sehingga khusus bagi RSUD
Kalisat, Kabupaten Jember, maka dengan
adanya pemisahan akan menyebabkan
jalur birokrasi yang ada saat ini dinilai
cukup ringkas, pengajuan anggaran bisa
langsung ke Kepala Daerah/Bupati tanpa
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember, sedangkan koordinasi yang
terjadi antara Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dengan RSUD Kalisat,
Kabupaten Jember, hanyalah apabila
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
timbulnya suatu penyakit, pada suatu
daerah.

SARAN
Untuk dapat mengurangi timbulnya suatu
kesenjangan (gap) khususnya antara stakeholders internal dengan stakeholders
eksternal mengenai otonomi rumah sakit
khususnya dalam bidang administrasi dan

87

keuangan maka diperlukan peran serta


masyarakat dalam Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), maupun dari organisasi
masyarakat yang berupa suatu tekanan politik
yang dapat makin mengarahkan pola
kebijakan dalam otonomi ini menjadi makin
transparan dan akuntabel, disamping
perlunya upaya advocacy dari pihak
manajemen RSUD Kalisat, Kabupaten
Jember sendiri kepada pihak yang masuk
dalam stakeholders eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesoemo, S. (1994). Manajemen Rumah
Sakit. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Alkatiri, A., et.al. (1997). Rumah Sakit Suatu
Pemikiran Awal. P.T. Nimas Multima.
Jakarta
Alakatiri, A., Ibrahim, E., Soejitni, S. (2002).
Reformasi Perumahsakitan Indonesia
Edisi Revisi. Grasindo. Jakarta
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi
Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta
Baron, R.A., and Byrne, O. (1994). Social
Psycology: Understanding Behavior. Holt
Saunders Communication Inc
Bertens, K. (1995). Rumah Sakit: Antara
Komersialisasi dan Etika, Grasindo.
Jakarta
Bryson, J.M. (2001). Perencanaan Strategis
Bagi Organisasi Sosial. Cetakan ke IV.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Bossert, K., T., Kosen, Harsono., Gani (1997).
Hospital Autonomy in Indonesia http//
www.hsph.harvard.edu/ihsg/publication/
pdf/No-39.PDF
Charoedparijd, S., Chunharas, S., Donaldson,
D. (1999) Health Financing in Thailand :
Final Integrated Report. Management
Sciences for Health. Boston. MA

Persepsi Stakeholders Mengenai... - Agus PK


Chawla M., Govindaraj, R. (1996) Improving
Hospital Performance Policies to Increase Hospital Autonomy: Implementation Guidelines. Data for Decision Making Project Report 32. http//
www.hsph.harvard.edu/ihsg/topic.html.
Harvard University. Boston. MA
Departemen Dalam Negeri R.I. (2003) Kep
Pres No 80 Tahun 2003 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa.
Departemen Dalam Negeri. Jakarta
Departemen DAlam Negeri R.I. (2004) UU No
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah. Departemen Dalam Negeri.
Jakarta
Hanafi, M.M. (2003) Manajemen. Edisi Revisi.
UPP AMP YKPN. Jogjakarta
Handoko, H. (1999) Manajemen Ed 2 BPFE
Yogyakarta
Herliana, E. (2003) Desentralisasi dan
Masalah Pelayanan Kesehatan http//
www.kompas.com/kompascetak/0505/
17/ilpeng/1751200
Horne, J.C.V., Wachowicsz, J.M. (1997)
Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
Terjemahan Ed Kesembilan. Salemba
Empat. Jakarta
Hitt, M.A., Ireland R.D. (1995) Startegis Management Competition and Globalization
West Publishing Company
Kottler, P. (2002). Manajemen Pemasaran
Edisi Millenium. Indeks Jakarta
Kusnanto, H.(n.d.). Metode Kualitatif Dalam
Riset Kesehatan: Program Studi
Kesehatan Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta

Manajemen Kontemporer Untuk


Pelipatganda Kinerja Keuangan
Perusahaan Salemba Empat Jakarta
Monrad, I (1997) Organizational Change
Desentralization in Hospital International
Journal of Health Planning and Management Vol 12 103-114
Nawawi H (1998) Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif
Gadjah Mada University Press
Yogyakarta
Osborne D., Gaebler T. (2003)
Mewirausahakan
Birokrasi
Mentransformasi Wirausaha Kedalam
Sektor Publik PPM. Jakarta
Putra, F. (2003) Paradigma Kritis Dalam Studi
Kebijakan Publik Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Quick DJ Hume, M.L., O Connor R.W. (1986)
Managing Drug Supply Management
Sciences for Health Fourth Printing Boston. Massachussets
Reinke W (Ed) (1994) Perencanaan
Kesehatan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Manajemen Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Robbins. S.P. (1996) Perilaku Konsep
Kontroversi dan Aplikasi Edisi Bahasa Indonesia Prenhalindo Jakarta
Trisnantoro, L. (2005) Aspek Strategis
Manajemen Rumah Sakit Antara Misi
Sosial dan Tekanan Pasar. Andi.
Yogyakarta

Muchlas, M. (1999) Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Program


Pendidikan Pasca Sarjana MMR-UGM
Yogyakarta
Mulyadi (2001) Balanced Scorecard Alat

88

You might also like