Professional Documents
Culture Documents
** **
**
ABSTRACT
PENDAHULUAN
215
kekurangan atau kekosongan persediaan obat
dan akan berdampak terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit4 khususnya pada
masa pandemi COVID-19.
METODE
216
Bidang Pelayanan, Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) COVID-19, dan Kepala
Instalasi Farmasi. Sedangkan informan
triagulasi terdiri dari Direktur, Kepala
Instalasi Farmasi dan bagian pengadaan.
1. Perencanaan
Perencanaan obat merupakan proses
yang paling utama dalam pengelolaan obat
di Rumah Sakit. Proses perencanaan terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap penyeleksian
obat dan tahap penentuan jumlah serta
jenis obat. Tujuan dari perencanaan adalah
untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat
yang sesuai dengan kebutuhan,
menghindari terjadinya kekosongan obat di
instalasi farmasi, meningkatkan
penggunaan obat secara rasional,
meningkatkan efisiensi penggunaan obat,
serta menghindari terjadinya kelebihan
stok yang mengakibatkan obat
kadaluwarsa11.
217
menggunakan dana tersebut secara optimal
dan rasional dengan mempertimbangkan
berbagai aspek. Sehingga, metode
konsumsi dipilih pada saat proses
perencanaan dan pengadaan. Hal ini
bertujuan agar seluruh obat-obatan yang
dibelanjakan dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan dilapangan pada masa
pandemi COVID-19. Saat ini perencaan
dilakukan berdasarkan laporan dari petugas
gudang obat maupun material kesehatan
(matkes) non-obat secara online
menggunakan aplikasi Whatsapp. Namun,
kedepannya dalam proses perencanaan
pengadaan obat dan matkes non-obat
RSUD Tugurejo Semarang akan
menerapkan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) sesuai Permenkes
RI No 82 Tahun 201314 .
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan salah satu
tahapan manajemen logistik yang
kompleks karena pengadaan bersifat
teknis. Pengadaan adalah suatu proses
untuk mendapatkan barang atau obat yang
16,13
berlebihan .
218
RSUD Tugurejo Semarang adalah kepala 4. Pendistribusian
219
Sehingga staff farmasi membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mencocokkan
antara catatan stok obat dengan jumlah
obat yang tersedia. Karena semua
pencatatan masih dilakukan secara manual
hal ini dapat mengakibatkan
ketidakcocokan antara data yang tertulis
dengan stok obat yang tersedia apabila
pencatatan tidak dilakukan secara rutin.
Hasil
Pengamatan
221
dikarenakan obat yang dibelanjakan pada
periode tersebut tidak lagi sesuai dengan
kebutuhan dokter yang praktik saat ini.
Rendahnya TOR akibat melimpahnya stok
obat dan tingginya nilai obat yang kadaluarsa
berpotensi mengakibatkan kerugian bagi
Rumah Sakit. Oleh sebab itu, diperlukan
kontrol penganggaran yang baik agar
ketersediaan obat dapat digunakan secara
efektif dan efisien.
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA