You are on page 1of 8

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI

FARMASIRUMAH SAKIT TINGKAT IVSAMARINDA

Eka Oktaviati1, Nurul Fatimah1, Husnul Warnida1

1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda
Email : mbaeka321@gmail.com

ABSTRACT
The hospital is a unit of health services to the community. One part of the hospital that is
responsible for the drug management process is the Hospital Pharmacy Installation. The
occurrence of drug shortages, out of stock, or stockpiles that have accumulated medical and
economic impacts. This requires efficient and effective drug management efforts. The management
of pharmaceutical supplies is a cycle of activities, starting from the selection, planning,
procurement, storage, distribution, elimination, control and evaluation. This research is a
qualitative descriptive study which aims to determine the drug management system and the
suitability of drug management in the Installation at the Pharmacy Installation of the Level IV
Hospital of Samarinda. This research was conducted in January-March 2021. The object of the
research is the drug management system at the Pharmacy Installation of Level IV Hospital
Samarinda. The data analysis technique used in this study is a qualitative analysis technique.
The results showed that the evaluation of drug management at the Pharmacy
Installation of the Level IV Hospital of Samarinda was still not effective. Drug management
at the Pharmacy Installation of Level IV Hospital Samarinda is still not in accordance with
Permenkes number 72 of 2016 this can be seen from the percentage of planning by 50%,
procurement 75%, storage 86%, distribution 100% with a decentralized system, and
controlling 100%.

Keywords: drug management, pharmaceutical supplies, hospital pharmacy installation,


Samarinda Level IV Hospital.

152
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terdiri dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan,
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait pengendalian serta administrasi berdasarkan
obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan pelaporan dan pencatatan (8).
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, Manajemen logistik obat merupakan hal
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma yang sangat penting bagi rumah sakit karena
lama yang berorientasi kepada produk (drug persediaan obat yang terlalu besar maupun
oriented) menjadi paradigma baru yang terlalu sedikit akan membuat rumah sakit
berorientasi pada pasien (patient oriented) mengalami kerugian. Kerugian yang didapat
dengan filosofi pelayanan kefarmasian berupa biaya persediaan obat yang membesar
(pharmaceutical care). Pelayanan kefarmasian serta terganggunya kegiatan operasional
di rumah sakit meliputi dua kegiatan yaitu pelayanan (12). Dampak negatif secara medis
kegiatan bersifat manajerial berupa pengelolaan maupun ekonomis akan dirasakan rumah sakit
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan jika terjadi ketidak efektifan dalam melakukan
medis habis pakai dan kegiatan pelayanan manajemen obat (1). Seperti penelitian yang telah
farmasi klinik (8). dilakukan Mellen dan Pudjiraharjo (2012) di
Pengelolaan sediaan farmasi khususnya RSU Haji Surabaya bahwa kondisi stagnant dan
manajemen obat merupakan suatu rangkaian stockout obat dapat menimbulkan kerugian
kegiatan paling penting yang mendapatkan cukup besar yang harus ditanggung Rumah
alokasi dana sebesar 40-50%. Obat harus Sakit. Kegagalan manajemen logistik akan
dikelola secara optimal untuk menjamin menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit
tercapainya ketepatan jumlah dan jenis sehingga kepuasaan pasien terhadap rumah sakit
perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Tujuan tersebut akan menurun. Sebagai rumah sakit
manajemen obat adalah tersedianya obat setiap yang memiliki misi memberikan pelayanan
saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah, kesehatan dengan cepat dan tepat, Rumah Sakit
maupun kualitas secara efektif dan efisien. Tingkat IV Samarinda harus mampu menjaga
Proses manajemen obat harus dilakukan, karena kualitas pelayanan kesehatan termasuk
(5)
ketidakefisienan dan kelancaran manajemen didalamnya pelayanan kefarmasian .
obat akan berdampak negatif, bagi kegiatan METODE PENELITIAN
pelayanan kefarmasian dalam penyediaan Jenis penelitian ini merupakan penelitian
pelayanan kesehatan secara keseluruhan, baik deskriptif kualitatif untuk mengetahui
medik, sosial, maupun secara ekonomi(2). pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah
Pengelolaan sediaan farmasi pada dasarnya Sakit Tingkat IV Samarinda secara mendalam.
tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
logistik. Manajemen logistik di rumah sakit pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk
merupakan salah satu aspek penting dirumah mendapatkan informasi yang lebih mendalam
sakit, yang ketersediaannya saat ini menjadi tentang pengelolaan obat di instalasi farmasi
suatu tuntutan bagi pelayanan yang berdasarkan Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda. Penelitian
siklus pengelolaan. Siklus pengelolaan obat ini ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah

153
Sakit Tingkat IV Samarinda pada bulan Januari- dilakukan efisiensi dan penghematan biaya.
Maret 2021. Pengelolaan persediaan obat yang tidak efisien
HASIL PENELITIAN akan memberikan dampak negatif terhadap
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi rumah sakit, baik medik maupun ekonomi(6).
Farmasi Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda Berdasarkan hasil wawancara diketahui
pada bulan Januari sampai Maret 2021. bahwa perencanan Instalasi Farmasi Rumah
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Sakit Tingkat IV Samarinda dilakukan oleh
yang dimaksudkan untuk mengetahui evaluasi Apoteker sebagai penanggung jawab dan Kepala
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Unit Logistik dan Keuangan sebagai bagian
Sakit Tingkat IV Samarinda yang meliputi penganggaran. Perencanaan kebutuhan obat
perencanaan, pengadaan, penerimaan, merupakan proses untuk menentukan jumlah dan
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan periode pengadaan obat sesuai dengan hasil
dan pengendalian obat. Pada penelitian ini kegiatan pemilihan untuk menjamin
peneliti menggunakan teknik wawancara, telaah terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
dokumen dan observasi. tepat waktu dan efisien (4).
Informan yang terlibat dalam penelitian ini Kegiatan perencanaan di gudang farmasi
yaitu Kepala Instalasi Farmasi, Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda mengacu
penanggungjawab logistik, penanggungjawab kepada prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan
gudang farmasi, penanggungjawab depo rawat perencanaan dan penentuan kebutuhan obat di
jalan, penanggungjawab depo rawat inap, instalasi farmasi menggunakan metode
petugas adminstrasi instalasi farmasi dan konsumsi.Hasil ini sejalan dengan hasil
petugas gudang farmasi. penelitian Pratiwi (2012) yang menyebutkan
bahwa metode yang digunakan di sub unit
Pendidikan Jabatan gudang farmasi RSUD Kota Depok adalah
Terakhir dengan menggunakan metode konsumsi yang
Apoteker Kepala Instalasi Farmasi merupakan dasar dari perencanaan melalui data
laporan jumlah pemakaian sebelumnya. Metode
Sarjana Penanggungjawab Logistik
konsumsi hanya berdasarkan data konsumsi
S 1 Farmasi Penanggungjawab Gudang sebelumnya yang tidak mempertimbangkan
D III Farmasi Penanggungjawab Depo epidemiologi penyakit. Sehingga kekurangan
Rawat Jalan dan kelebihan sulit untuk ditentukan. Dalam
menggunakan metode konsumsi, penggunaan
D III Farmasi Penanggungjawab Depo obat yang keluar tidak dapat dipastikan, pasti
Rawat Inap ada perubahan dalam obat-obat yang keluar.
Sehingga akan mengalami stok kurang dan stok
D III Farmasi Petugas Administrasi
berlebih. Kelebihan dari metode konsumsi ini
SMK Petugas Gudang Farmasi digunakan karena lebih mudah dalam
penerapannya(9).

A. Perencanaan
Perencanaan obat merupakan tahap awal
kegiatan pengelolaan obat dan pengadaan obat
yang merupakan faktor terbesar yang dapat
menyebabkan pemborosan, maka perlu

154
Pernyataan Sesuai Tidak Pernyataan Sesuai Tidak
Observasi Sesuai Observasi Sesuai
Anggaran yang tersedia √ Bahan baku Obat harus disertai √
Sertifikat Analisa
Penetapan prioritas √
Sisa persedian √ Bahan berbahaya harus √
Data pemakaian periode yang √ menyertakan Material Safety Data
lalu Sheet (MSDS)
Waktu tunggu pemesanaan √
Rencana pengembangan √ Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, √
Persentase Kesesuaian : 50 % dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar
Berdasarkan kesesuaian tahap perencanaan Masa kadaluarsa (expired date) √
yaitu sebesar 50% menggambarkan proses minimal 2 (dua) tahun kecuali
perencanaan yang dilakukan belum sesuai untuk Sediaan Farmasi, Alat
dengan standar yang berlaku saat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
ini.Ketidaksesuaian tahap perencanaan yang di Pakai tertentu (vaksin, reagensia,
dan lain-
lakukan pihak rumah sakit terdapat pada waktu
lain), atau pada kondisi tertentu
tunggu pemesanan dan rencana pengembangan. yang dapat dipertanggung
Waktu tunggu pemesanan (leadtime) merupakan jawabkan.
waktu yang dibutuhkan mulai dari obat dipesan Persentase Kesesuaian : 75 %
hingga obat sampai dan diterima oleh rumah
sakit. Penggunaan leadtime diperlukan untuk Pengadaan obat yang dilakukan dengan
dapat mengetahui besar safety menggunakan e-catalog karena obat-obatan
stock obat sehingga dapat memberikan stok yang masuk kedalam e-catalog telah memenuhi
pengaman obat yang cukup syarat keamanan dan harga sesuai dengan yang
agar terhindar dari kejadian stagnant maupun di tetapkan. Namun pada SP manual pihak
stockout obat (10). Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tingkat IV
B. Pengadaan Samarinda melakukan beberapa pemantauan
Proses pengadaan yang ada di Rumah Sakit seperti pada tabel dengan persentase kesesuaian
Tingkat IV Samarinda dimulai dari pengajuan 75%. Penentuan waktu pengadaan obat di
gudang farmasi ke kepala instalasi farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tingkat IV
berdasarkan kebutuhan yang telah direncanakan, Samarinda dapat dilakukan dengan melihat buku
setelah itu kepala instalasi farmasi akan defekta obat yang ditulis oleh petugas masing-
membuat surat pesanan, kemudian pemesanan masing depo dan gudang yang akan dilaporkan
akan diajukan ke distributor masing-masing. kepada penanggungjawab gudang untuk
Berdasarkan pengamatan dokumen total dana dilakukan pemesanan sewaktu atau diwaktu
yang dipakai untuk mengadakan kurang lebih tertentu. Dengan melihat data obat atau stok
132 jenis obat sebesar Rp.133.822.410,-. obat terakhir kemudian melakukan
Ketersediaan dana untuk pengadaan obat yang penganggaran yang dibutuhkan dalam proses
sesuai dengan kebutuhan akan mencapai pengadaan obat. Pihak Instalasi Farmasi Rumah
terlaksananya penggunaan obat yang rasional Sakit juga melakukan pemesanan cito jika
yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu persediaan obat yang diperlukan secara
pelayanan kesehatan yang membutuhkan emergency.
pelayanan kesehatan. C. Penerimaan

155
Penerimaan merupakan kegiatan untuk terjadi adalah tugas untuk menerima barang
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, diberikan kepada staf farmasi lainnya
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera selanjutnya akan dilakukan pengecekan ulang
dalam kontrak atau surat pesanan dengan ketika staf penerimaan sudah berada di tempat
kondisi fisik yang diterima (8). (7)
.
Proses penerimaan dan pemeriksaan barang D. Penyimpanan
yang datang di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Penyimpanan harus dapat menjamin
Tingkat IV Samarinda diketahui dari informasi kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
yang diberikan oleh petugas gudang, personil kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
yang bertugas di gudang akan memeriksa dengan persyaratan kefarmasian (8).
terlebih dahulu obat tersebut. Penerima barang Berdasarkan penjelasan informasi yang
memeriksa dan mencocokkan jumlah dan jenis diperoleh bahwa penyimpanan obat disusun
barang yang dipesan dengan barang yang berdasarkan alfabetis dan berdasarkan
datang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain: kegunaannya. Penyimpanan obat juga dilakukan
obat tidak boleh diterima jika sudah atau dengan melihat jenis obatnya. Model
mendekati kadaluwarsa, pengiriman obat, bahan penyimpanan stok obat di gudang penyimpanan
obat maupun alat kesehatan yang diterima benar, di Instalasi Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda
berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak dilakukan dengan menyimpan obat-obat di rak,
atau tidak mengalami perubahan selama lemari pendingin, dan juga ada yang disimpan di
transportasi. Nomor batch dan tanggal lemari khusus. Obat-obat narkotika dan
kedaluwarsa obat, bahan obat dan alat psikotropika disimpan dalam lemari khusus
kesehatan harus dicatat pada saat penerimaan, dengan pintu ganda yang selalu terkunci.
untuk mempermudah penelusuran. Selain itu, Perbekalan farmasi harus disimpan dengan
kesesuaian jumlah, jenis dan bentuk sediaan obat prinsip FIFO (First In First Out) / FEFO (First
tersebut juga diperiksa dan dilakukan Expired First Out).
pemeriksaan berupa data pada Surat Pesanan Berdasarkan hasil observasi kesesuaian
(SP), faktur serta kondisi fisik barang tersebut. tahap penerimaan yaitu sebesar 86 %
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menggambarkan proses penerimaan yang
terdapat kendala yang dihadapi ketika dilakukan belum sesuai dengan standar yang
melakukan penerimaan obat. Pertama, barang berlaku saat ini.Penyimpanan perbekalan
yang datang tidak sesuai dengan pesanan. Kedua farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
terkadang staf gudang tidak berada di tempat Tingkat IV Samarinda yang masih terlihat
ketika barang datang. Dalam hal penerimaan bahwa masih adanya penumpukan dus dan
Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda sudah karton. Tetapi dalam penyimpanan di Rumah
sesuai dengan Permenkes nomor 72 tahun 2016 Sakit Tingkat IV Samarinda sudah dilengkapi
karena dalam penerimaan barang sudah dijamin kartu stok.
kesuaian jenis, jumlah, dan mutu yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang Pernyataan Sesuai Tidak
diterima. Observasi Sesuai
Dari penelitian sebelumnya dapat diketahui Penggolongan obat berdasarkan √
di RSUD Syeh Yusuf Gowa bahwa kendala sediaan
atau masalah dalam proses penerimaan barang
adalah ketika penerimaan barang tidak berada di Penggolongan obat berdasarkan √
alfabetis
tempat. Hal yang biasa dilakukan ketika itu

156
Menggunkan lemari khusus untuk √ Informasi mengenai mekanisme
perbekalan farmasi yang pendistribusian obat yang dilakukan di Instalasi
memerlukan suhu khusus Farmasi Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda
diperoleh dari wawancara dengan
Penyimpanan obat – obatan √
Psikotropik dan narkotik di penanggungjawab gudang dan petugas gudang,
lemari khusus proses pendistribusian obat di Rumah Sakit
Tingkat IV Samarinda dilakukan dengan sistem
Menggunakan almari, rak dan √ desentralisasi yaitu melalui apotek dan unit-unit
pallet yang ada di rumah sakit. Jika stok obat di apotek
tersebut sudah habis atau sedikit jumlahnya,
Menerapkan metode √
maka pihak apotek akan melakukan permintaan
penyimpanan FIFO / FEFO
ke gudang farmasi. Metode pendistribusian obat
Dilengkapi kartu stok √ dilakukan dengan cara melakukan
Persentase kesesuaian : 86 % ampra.Pendistribusian obat-obatan ke unit
Hasil penelitian Sholikah dkk (2010) yang rumah sakit dipusatkan ke gudang farmasi
menyebutkan bahwa penyimpanan dan tujuannya adalah untuk memudahkan pendataan
penyusunan obat di gudang Instalasi Farmasi RS terhadap obat-obatan yang dikeluarkan.
PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan Hasil penelitian yang didapatkan Malinggas
metode FIFO dan FEFO dan berdasarkan abjad. (2015) yang mengungkapkan bahwa sistem
Metode ini digunakan agar mempermudah distribusi obat yang dilakukan oleh instalasi
petugas dalam pengambilan obat-obatan dan farmasi RSUD DR Sam Ratulangi Tondano
menjaga mutu obat-obatan di Instalasi Farmasi adalah sistem resep perorangan yaitu resep
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta(11). pasien rawat jalan dan rawat inap diambil
E. Pendistribusiaan melalui instalasi farmasi(6).
Distribusiadalah kegiatan mendistribusikan Untuk pasien rawat inap menggunakan
perbekalan farmasi di rumah sakit untuk sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD)
pelayanan individu dalam proses terapi bagi karena sistem ini sangat dianjurkan untuk pasien
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat
menunjang pelayanan medis. Tujuan kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan
pendistribusian adalah tersedianya perbekalan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan
farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat sistem floor stock atau Resep individu yang
waktu, tepat jenis, dan jumlah (3). mencapai 18%. Unit Dose Dispensing (UDD)
adalah suatu sistem distribusi obat kepada pasien
Pernyataan Sesuai Tidak rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi
Observasi Sesuai siap pakai untuk pemakaian selama 24 jam.
Sistem distribusi obat UDD merupakan
Efisiensi dan efektivitas √ tanggung jawab farmasi, juga terkait dengan staf
sumber daya yang ada medis, perawat, dan administrasi(8).
F. Penghapusan
Metode sentralisasi √
Pemusnahan dan penarikan sediaan
atau desentralisasi Desent
ralisasi farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
Persentase Pendistribusian pakai yang tidak dapat digunakan harus
100% dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan

157
ketentuan peraturan perundang-undangan yang KESIMPULAN
berlaku (8). Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
Berdasarkan informasi yang didapat bahwa dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengelolaan
pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Rumah obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tingkat
Sakit Tingkat IV Samarinda belum pernah IV Samarinda :
dilakukan dan untuk obat-obatan yang expired 1. Sistem pengelolaan obat di Instalasi
date akan disimpan ditempat terpisah. Untuk Farmasi Rumah Sakit IV Samarinda
menghindari adanya obat expired date lebih dimulai dari perencanaan, pengadaan,
banyak maka sebaiknya pihak instalasi farmasi penerimaan, pendistribusian, penghapusan
mengevaluasi stok obat yang slow moving dan dan pengendalian sudah berjalan baik.
yang sudah tidak diresepkan lagi selama 3 bulan 2. Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
berturut-turut, serta memilih distributor yang Rumah Sakit Tingkat IV Samarinda masih
kebijakan dalam retur obat lebih flexsibel. belum sesuai dengan Permenkes nomor 72
Adapun pernyataan mengenai proses tahun 2016 hal ini terlihat dari persentase
pemusnahan obat, diperoleh informasi dari perencanaaan sebesar 50%, pengadaan
kepala instalasi farmasi dan penanggungjawab 75%, penyimpanan 86%, pendistribusian
gudang antara lain dengan mengembalikan atau 100% dengan sistem desentralisasi, dan
meretur obat ke disributor dan untuk obat yang pengendalian 100%.
tidak dapat dikembalikan ke distributor maka
rumah sakit akan menyerahkan ke pihak ketiga
DAFTAR PUSTAKA
agar dilaksanakan pemusnahan oleh pihak ke
tiga.dikarenakan Rumah Sakit Tingkat IV 1. Anshari, M., 2009, Aplikasi Manajemen
Samarinda belum memiliki inecerator sendiri. Pengelolaan Obat dan Makanan, Nuha
G. Pengendalian Litera Offset,Yogyakarta.
Berdasarkan telaah dokumen dapat 2. Akbar, N. H., Kartinah, N., dan Wijaya, C.,
2016, Analisis Management Penyimpanan
diketahuibahwa proses pengendalian
Obat di Puskesmas Sekota, Jurnal
persediaan obat di Instalasi farmasi Rumah
Managemen Dan Pelayanan Farmasi
Sakit Tingkat IV Samarinda dengan (Journal of Management and Pharmacy
menggunakan stock opname. Kegiatan stock Practice), 6(4), 255-260.
opname di instalasi farmasi Rumah Sakit 3. Depkes RI.,2008, Pedoman Pengelolaan
Tingkat IV Samarinda dilakukan setiap Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
bulan 3 sekali yaitu bulan Maret, Juni, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan
September dan Desember akan tetapi dalam Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
proses pengendalian terkadang terhambat bekerja sama dengan Japan International
karena tidak bisa memantau stok secara Cooperation Agency (JICA), Jakarta.
berkala.Kendala dalam kegiatan stock 4. Kementerian Kesehatan RI., 2010, Pedoman
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah
opnameyang biasa ditemui oleh petugas
Sakit, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
diantaranya adalah disebabkan karena
Bekerjasama dengan Japan Internasional
keterbatasan tenagasehingga Coorperation Agency, Jakarta.
pengendaliannya tidak bisa dilaksanakan 5. Mellen, R. C., dan Pudjirahardjo, W. J.
secara periodik. 2013, Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat
Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik

158
RSU Haji Surabaya. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 1(1), 99-107.
6. Malinggas, N. E., 2015, Analisis Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah DR Sam Ratulangi
Tondano.Jikmu, 5(5).
7. Nurul, I., 2017, Gambaran Pengelolaan
Persediaan Obat Di Gudang Farmasi
RSUD Syeh Yusuf Gowa, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72, 2016, Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
9. Pratiwi, Sauzan., 2012, Gambaran
Perencanaan Obat Antibiotik
Menggunakan Analisis ABC di Sub Unit
Gudang Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok Tahun
2012, Skripsi, FKM UI,
Depok.
10. Ranie, Z, 2014, Penentuan Sistem
Persediaan Obat Pada Apotik Pahlawan,
Jurnal Informasi dan Teknologi Ilmiah
(INTI). Vol III (2), Binjai.
11. Solikhah, S., Sheina, B., dan Umam, M. R.,
2010, Penyimpanan Obat Di Gudang
Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit I.Kes Mas: Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan, 4(1), 25003, Yogyakarta.
12. Verawaty, D. M., Damayanti, D. D., dan
Santosa, B., 201, Perencanaan Kebijakan
Persediaan Obat Dengan Menggunakan
Metode Probabilistik Continuous Review (S,
S) System Pada Bagian Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Amc. eProceedings of
Engineering, 2(1).

159

You might also like