You are on page 1of 7

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 7 Nomor 3 Desember 2019

Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Sebagai Dasar


Perencanaan SDM Di Instalasi Farmasi RS. X Semarang
Bagus Ronggonundarmo*, Sutopo Patria Jati**, Farid Agushybana**
*RS. Permata Medika Semarang,
** Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang
Email : bagusroonkgo@gmail.com
Manajemen Kesehatan
Manajemen Kesehatan
Abstract Indonesia
work duration. However, the Hospital has
Since X Hospital had an imbalance designed a new information management
number of prescriptions and pharmacy system to improve the resource effectiveness.
technicians, patients often complaints on To sum up, the number of resources in the
prescription waiting time which was high up to Pharmacy Unit of X Hospital is lacking. It is
58,10% in 2016 and 45,65% in 2017. This suggested that they should arrange work
study aimed to analyze whether workload schedule, provide adequate facilities in
given is balance with the number of human general and specifically for pharmaceutical
resources, and it also identified some obstacles purposes, and apply other alternatives to
in providing the ideal number of human increase the effectiveness of human resources.
resources. Keywords : Human Resources, HR
This was descriptive study with Planning, WISN, Pharmacy.
qualitative methods through an in-depth
interview and direct observation. The key PENDAHULUAN
informans are pharmacist and pharmacy Upaya kesehatan merupakan semua
technicians, and the triangulated informans aktivitas yang ditujukan untuk memelihara
involve the Head of Medical Support Division,
dan meningkatkan kesehatan sehingga
the Head of Human Resource, and the
Hospital Director. The data of workload were
akan mewujudkan derajat kesehatan yang
analyzed using WISN (workload indicators of baik dan optimal kepada masyarakat1.
staffing needs) method. Ketersediaan sumber daya manusia yang
Results explained that the Pharmacy Unit sesuai dengan kebutuhan yang memiliki
of X Hospital lacks human resources. kemampuan dan kualitas yang tinggi,
According to WISN method, there are 11.15 professional sesuai dengan tugas serta
outpatient pharmacy technicians needed by the fungsinya merupakan indikator
unit. Recently, the Outpatient Pharmacy Unit keberhasilan pengelolaan farmasi yang
has 9 pharmacy technician and need to add 2 efektif dan efisien di rumah sakit2. Setiap
more pharmacy technicians. In the Inpatient tahunnya terjadi peningkatan jumlah resep
Pharmacy Unit, there are 11.11 pharmacy
yang dilayani di farmasi namun
technicians required. Only 10 pharmacy
technicians work in the Unit, so there is one
peningkatan pelayanan resep ini tidak
more pharmacy technician required. In the diimbangi dengan penambahan jumlah
Drug Storage Unit, only one more pharmacy tenaga sehingga terjadi peningkatan beban
technician is needed. Fulfilling human kerja di farmasi. Peningkatan beban kerja
resources in the Pharmacy Unit is still difficult ini membuat waktu tunggu obat jadi
because of cost efficiency and inadequacy of menjadi lebih lama dari indikator mutu
205
yang ditetapkan oleh rumah sakit sehingga penanggungjawab sebagai kepala instalasi
komplain pasien terhadap pelayanan farmasi dan tenaga teknis kefarmasian
farmasi meningkat. yang melakukan kegiatan pelayanan
Dari data kepegawaian disebutkan farmasi, sedangkan yang merupakan
bahwa tenaga farmasi tahun 2016 informan triangulasi (diberikan kode IT)
sebanyak 22 tenaga yang terdiri dari 1 yaitu kepala seksi penunjang medis, kepala
apoteker, 19 asisten apoteker dan 2 petugas bidang kepegawaian dan direktur rumah
di gudang farmasi. Dengan jumlah resep sakit.
yang dilayani sebanyak 83.868 resep Pengambilan data dilakukan dengan
ditahun 2016. Pada tahun 2017 dengan observasi secara langsung menggunakan
peningkatan jumlah resep menjadi 84.291 form observasi time and motion study
dilayani oleh 22 orang petugas farmasi untuk mengetahui waktu kerja dan
yang terdiri dari 2 apoteker, 19 asisten aktivitas kerja di instalasi farmasi serta
apoteker dan 1 petugas gudang farmasi 3. melakukan wawancara mendalam terhadap
Data dari Humas Marketing para informan.
menyebutkan bahwa pada tahun 2016 Analisis data dengan menggunakan
terjadi 74 komplain pasien dimana 43 metode WISN berdasarkan data yang
komplain terkait dengan farmasi (58,10%) didapat selama observasi. Langkah-
dan tahun 2017 sebanyak 46 komplain langkah untuk melakukan perhitungan
pasien dimana 21 komplain terkait dengan tenaga dengan metode WISN adalah
farmasi (45,65%). sebagai berikut4,5,6,7 : (1) Menentukan unit
Berdasarkan wawancara yang kerja yang akan diamati. (2) Menentukan
dilakukan dengan beberapa petugas aktivitas kerja pada unit. (3) Menghitung
farmasi menyebutkan bahwa pelayanan waktu kerja tersedia (WKT). (4)
farmasi rawat jalan masih lama Menghitung standar beban kerja yang
dikarenakan ketidakseimbangan antara merupakan kuantitas beban kerja pokok
jumlah resep yang dilayani dengan jumlah (aktivitas produktif) yang dihitung selama
petugas. Sedangkan wawancara yang satu tahun untuk tiap kategori SDM. (5)
dilakukan pada beberapa pasien di Menghitung standar kelonggaran yang
poliklinik rawat jalan menyebutkan bahwa merupakan kegiatan atau aktivitas yang
waktu tunggu obat jadi masih lama tidak berhubungan dengan pelayanan
sehingga menyebabkan bebebrapa pasien pasien (6) Perhitungan kebutuhan tenaga
menjadi tidak puas dan akhirnya dengan metode WISN. Sedangkan untuk
mengajukan komplain ke bagian Humas data hasil wawancara dilakukan
Marketing rumah sakit. kategorisasi data, verifikasi data dan
Berdasarkan hal tersebut perlu menarik kesimpulan.
dilakukan penelitian untuk menganalisis Penelitian ini sudah mendapatkan
kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban persetujuan Ethical Clearence nomor
kerja di farmasi dan kendala dalam 234/EA/KEPK-FKM/2018 yang
pemenuhan jumlah tenaga yang ideal. diterbitkan oleh Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
METODE PENELITIAN Universitas Diponegoro.
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
observasi secara langsung dengan metode Instalasi farmasi RS. Permata medika
time motion study untuk mengetahui beban dibagi menjadi beberapa unit fungsional
kerja yang ada di farmasi dan melakukan antara lain pelayanan farmasi rawat jalan,
wawancara mendalam pada informan. farmasi rawat inap (satelit), dan gudang
Informan utama (diberikan kode IU) pada farmasi. Sumber daya manusia yang ada di
penelitian ini yaitu apoteker farmasi sebanyak 22 orang yang terdiri
206
dari 5 apoteker (dimana 1 apoteker sebagai dari WKT yang ada di masing-masing
kepala instalasi farmasi), 15 tenaga rumah sakit dan perbedaan waktu
kefarmasian dan 2 tenaga gudang farmasi. pengerjaan obat racikan.
Semua tenaga tersebut sudah memiliki Standar kelonggaran farmasi rawat
kompetensi yang ssuai dan perijinan untuk jalan sebesar 0,20 dengan 7 aktivitas non
melakukan pekerjaan kefarmasian. produktif. Standar kelonggaran farmasi
Jumlah resep yang dilayani di unit satelit (rawat inap) sebesar 0,23 dengan 7
farmasi rawat jalan dan di farmasi rawat aktivitas non produktif yang sama dengan
inap (satelit) diamati dan dicatat selama rawat jalan. Sedangkan standar
dilakukan pengamatan. kelonggaran gudang farmasi sebesar 0,11
Pada instalasi rawat jalan diketahui dengan 4 aktivitas non produktif. Pada
bahwa pelayanan resep paling tinggi penelitian lain didapatkan standar
terdapat pada hari kamis dengan total resep kelonggaran sebesar 0,18 dengan 7
yang dilayani sebanyak 582 resep dengan aktivitas non produktif 9. perbedaan ini
puncak pelayanan resep terdapat pada jam disebabkan karena perbedaan waktu
10 sampai dengan jam 12 untuk shif pagi masing-masing aktivitas non produksi dan
dan puncak pelayanan resep pada jam 18 sebarapa banyak aktivitas tersebut
sampai jam 20 untuk shif siang. Hal ini dilakukan.
disebabkan karena dokter yang melakukan Perhitungan kebutuhan tenaga dengan
praktek di poliklinik sudah lebih banyak. metode WISN diperlukan data meliputi
Sedangkan pada instalasi rawat inap waktu kerja tersedia (WKT), kuantitas
diketahui bahwa pelayanan resep paling kegiatan pokok (produktif), standar beban
tinggi sekitar jam 9 sampai dengan jam 11 kerja, dan standar kelonggaran yang
dikarenakan pada jam tersebut dokter dihitung selama satu tahun 10,11. Kebutuhan
spesialis sudah melakukan visite pasien tenaga farmasi rawat jalan adalah 11 orang
dan perawat mulai menurunkan resep nanun saat ini jumlah tenaga yang ada
dalam bentuk KPPO ke farmasi rawat inap pada farmasi rawat jalan sebanyak 9,
(satelit). sehingga kekurangan 2 tenaga. Ratio
Observasi dilakukan untuk WISN sebesar 0,8 yang berarti bahwa tiap
mengetahui aktivitas yang ada di unit tenaga hanya mampu memenuhi beban
farmasi dan kemudian dihitung rerata kerja sebesar 80 persen.
waktu kerja tiap aktivitas (baik aktivitas Kebutuhan tenaga farmasi rawat inap
produktif dan aktivitas non produktif) yang (satelit) sebanyak 11 orang dengan kondisi
akan digunakan untuk menentukan standar saat ini, tenaga yang ada di farmasi rawat
beban kerja dan standar kelonggaran serta inap (satelit) sebanyak 10 orang. Ratio
Waktu Kerja Tersedia (WKT) sebanyak WISN sebesar 0,9 yang berarti tiap tenaga
2.072 jam yang kemudian dikonversi hanya mampu memenuhi beban kerja
menjadi 124.320 menit per tahun. sebanyak 90 persen. Kebutuhan tenaga
Salah satu standar beban kerja yang gudang farmasi sebanyak 3 orang namun
didapatkan pada penelitian ini Standar jumlah tenaga gudang farmasi saat ini
beban kerja untuk membuat obat racikan di hanya berjumlah 2 orang sehingga masih
instalasi farmasi sebesar 24.864 kali kekurangan 1 tenaga. Ratio WISN sebesar
setahun dengan waktu pengerjaan obat 0,6 yang berarti tiap tenaga hanya mampu
racikan rata-rata 5 menit. Berbeda dengan memenuhi beban kerja sebanyak 60 persen.
penelitian lain yang dilakukan di instalasi Proses wawancara mendalam
farmasi RS. Grha Permata Ibu dimana dilakukan pada dua kelompok informan,
standar beban kerja pembuatan obat yaitu informan utama (terdiri dari kepala
racikan sebesar 12.054 dengan waktu instalasi farmasi dan tenaga teknik
pengerjaan obat racikan rata-rata 10 menit kefarmasian) dan informan triangulasi
8
. Hal ini diakibatkan karena perbedaan (terdiri dari kepala seksi penunjang medis,
207
kepala bidang kepegawaian, dan direktur yang sesuai dengan kompetensinya dan
rumah sakit) yang diperlukan untuk harus mempunyai surat ijin untuk dapat
melakukan uji silang terhadap hasil melakukan kegiatan kefarmasian17,18.
wawancara yang didapatkan dari informan Tenaga yang ada saat ini memiliki latar
utama12, 13. pendidikan dan kompetensi yang sesuai
Variable masukan dalam manajemen untuk melakukan pelayanan farmasi
ketenagaan pada instalasi farmasi adalah dan semuanya sudah mendapatkan ijin
sebagai berikut : dari instansi terkait.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan 2. Kebijakan Rekruitmen, Penempatan
salah satu sumber daya yang terdapat dan Distribusi Tenaga
dalam suatu organisasi yaitu meliputi Dalam manajemen sumber daya
semua orang yang melakukan manusia salah satu kegiatan adalah
14
aktivitas . Tenaga yang ada dalam mengatur jumlah kebutuhan tenaga
pelayanan farmasi meliputi apoteker, dengan melakukan penempatan dan
tenaga teknis kefarmasian, dan tenaga pendistribusian ketenagaan pada suatu
farmasi lain15. Apabila jumlah tenaga organisasi19,20.
tidak terpenuhi dengan baik dan Standar prosedur operasional (SPO)
kualitas SDM sesuai dengan standar dan pedoman yang mengatur mengenai
yang ditetapkan maka mutu pelayanan ketenagaan sudah ada dan dikelola oleh
yang dihasilkan akan tidak sesuai bagian ketenagaan. Namun
dengan yang diharapkan16. pelaksanaannya masih belum sesuai
Hasil wawancara dengan informan dengan SPO dan pedoman yang sudah
utama mengatakan masih terjadi dibuat. Pernyataan ini sama seperti
kekurangan tenaga baik tenaga yang dikemukakan oleh informan
apoteker atau tenaga teknis sebagai berikut.
kefarmasian. Namun hasil yang
berbeda didapatkan dari informan “SPO dan Pedoman rekruitmen tenaga
triangulasi yang mengatakan bahwa farmasi sama dengan proses rekruitmen
hanya tenaga apoteker saja yang tenaga yang lain, tapi untuk penempatan
kurang namun tenaga teknis dan distribusi tenaga sepertinya belum
kefarmasian masih cukup jika ada ya.” (IU1)
dibandingkan dengan jumlah resep “Sudah ada kebijakan untuk rekruitmen
yang ada. Hal ini terdapat dalam tenaga dan sudah dijalankan sesuai SPO.
kutipan sebagai berikut. Tapi memang untuk proses penempatan
dan distribusi tenaga masih belum sesuai
“Untuk apoteker saat ini masih kurang 4 dengan SPO/Pedoman yang ada.” (IT3)
dari yang dipersyaratkan sesuai klasifikasi
rumah sakit dan masih kurang tenaga Beberapa kebijakan ketenagaan
assisten apoteker sehingga apoteker yang yang ada di farmasi antara lain SPO
ada bisa bertugas sebagai assisten
apoteker.” (IU1)
dan Pedoman tentang penerimaan
“farmasi rumah sakit masih mempunyai karyawan, penetapan karyawan, pola
kekurangan jumlah apoteker yang ketenagaan dan evaluasi karyawan
seharusnya 8 tapi saat ini baru ada 5
orang. Untuk petugas farmasi selain 3. Beban Kerja Farmasi
apoteker dirasakan sudah cukup sesuai.” Perhitungan beban kerja farmasi
(IT1) perlu memperhatikan faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang
Tenaga pada instalasi farmasi harus dilakukan salah satunya adalah jumlah
mempunyai latar belakang pendidikan resep yang dilayani riap harinya18.
208
Menurut informan utama untuk menambah peralatan yang ada.
didapatkan ketidaksesuaian antara Untuk ruang farmasi satelit memang
volume pekerjaan yang meningkat termasuk sempit karena jumlah obat-
dikarenakan banyaknya resep yang obatan yang disimpan cukup banyak
sehingga ada wacana untuk farmasi satelit
dilayani dengan jumlah tenaga. Namun
untuk dipisah menjadi dua unit farmasi
berbeda dengan yang disampaikan oleh lain, farmasi rawat inap dan farmasi
informan triangulasi dimana satelit.” (IT1)
peningkatan jumlah resep masih dapat
teratasi dengan jumlah tenaga saat ini.
5. Kendala Dalam Pemenuhan Tenaga
Apabila jumlah tenaga tidak
“sekarang ini jumlah pasien semakin
meningkat tiap tahunnya pak. Kondisinya terpenuhi dengan baik dan kualitas
menjadi tidak sesuai dengan jumlah SDM sesuai dengan standar yang
tenaga farmasi yang ada. Untuk mengatasi ditetapkan maka mutu pelayanan yang
kekurangan tenaga kami biasanya dihasilkan akan tidak sesuai dengan
melemburkan petugas farmasi.” (IU1) yang diharapkan11.
Pemenuhan kecukupan tenaga
“jumlah tenaga farmasi sekarang jika berdasarkan beban kerja pada instalasi
dibandingkan dengan jumlah resep yang farmasi masih mengalami beberapa
dilayani masih mencukupi, pengaturan kendala yaitu adanya efisiensi yang
tenaga dalam hal penjadwalan petugas dilakukan rumah sakit untuk menekan
masih bisa mengatasi jumlah resep yang
biaya yang dikeluarkan dan waktu
semakin meningkat.” (IT2)
kerja petugas farmasi masih belum
efektif dikarenakan petugas bekerja
4. Sarana dan Prasarana setelah ada resep yang dilayani yakni
Instalasi farmasi rumah sakit menunggu pelayanan pasien di
memerlukan kelengkapan sarana dan poliklinik.
prasarana agar pelayanan farmasi yang Rumah sakit saat ini bekerja sama
diberikan kepada pasien dapat berjalan dengan vendor IT dalam membuat
efektif dan efisien dengan selalu system informasi manajemen (SIM) RS
memperhatikan keselamatan pasien18,21. baru yang diharapkan dapat
Semua informan mengatakan mempermudah dan membantu tenaga
bahwa sarana dan prasarana sudah farmasi melakukan pekerjaan/aktivitas
sesuai untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut dapat
pelayanan farmasi namun untuk ruang diketahui dari transkrip wawancara
farmasi rawat inap masih terlalu kecil berikut.
dan sempit sedangkan jumlah obat-
obatan yang disimpan terlalu banyak. “Kebijakan pemilik RS sekarang ini
Hal ini dapat terlihat dari transkrip adalah efiseinsi biaya. Sedangkan
wawancara berikut. penambahan tenaga akan meningkatkan
cost RS, jadi untuk penambahan tenaga
“Tempat farmasi satelit masih kurang luas memang belum menjadi jalan keluar untuk
pak. Padahal obat-obat yang ditaruh di kekurangan tenaga. Beliau meminta untuk
farmasi satelit banyak karena melayani meningkatkan efektifitas kerja karyawan
kebutuhan dari IGD dan rawat inap. Jadi dulu.” (IT1)
susah ngatur penempatan obat-obatan.” “RS dan vendor IT sedang membuat
(IU5) SIMRS yang baru yang disesuaikan dgn
“Kebutuhan sarana dan prasarana sudah kondisi RS. Nantinya SIMRS ini akan
sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan banyak membantu tenaga-tenaga yang ada
pelayanan kefarmasian. Kalau pasien dalam melakukan aktifitas pekerjaan
semakin banyak dan jumlah peralatan sehari-hari.” (IT2)
sudah kurang memadai ada kemungkinan
209
KESIMPULAN 3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Hasil penelitian terkait analisis 2014, Peraturan Menteri Kesehatan
kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja Nomor 56 Tahun 2014 tentang
yang ada di instalasi farmasi RS. X, Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit.
Semarang diketahui bahwa instalasi Jakarta: Departemen Kesehatan.
farmasi masih mengalami kekurangan 4. World Health Organization. 2010,
tenaga. Unit farmasi rawat jalan WISN (Workload Indicators of Staffing
kekurangan tenaga sebanyak 2 orang Need. User manual.: p 12-29.
dengan ratio 0,8 (tiap tenaga farmasi hanya 5. Hagopian, Amy, et al. "Applying
mampu memenuhi 80 persen beban kerja), WHO’s ‘workforce indicators of
farmasi rawat inap (satelit) kekurangan 1 staffing need’(WISN) method to
tenaga dengan ratio WISN 0,9 (tiap tenaga calculate the health worker
hanya mampu memenuhi 90 persen beban requirements for India’s maternal and
kerja), dan gudang farmasi kekurangan 1 child health service guarantees in
tenaga dengan ratio WISN sebesar 0,6 Orissa State." Health policy and
(tiap tenaga hanya mampu memenuhi 60 planning 27.1 2011: 11-18.
persen beban kerja).
6. Pandey, Anuja Awadh, and Swati
Pemenuhan jumlah tenaga ideal sesuai
Chandel. "Human resource assessment
dengan perhitungan metode WISN masih
of a district hospital applying WISN
sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan
method: Role of laboratory
adanya kebijakan pemilik RS untuk
technicians." International Journal of
melakukan efisiensi biaya RS dan waktu
Medicine and Public Health 3.4. 2013:
kerja instalasi farmasi yang masih belum
267-270.
efektif. Manajemen rumah sakit perlu
mengambil alternatif pemecahan masalah 7. NM, Ravhengani, and Mtshali, MG.
terhadap kekurangan tenaga yang ada. "Implementing workload indicators of
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan staffing need (WISN) tool to determine
adalah dengan pengaturan penjadwalan human resources in primary health care
shif kerja, melakukan penambahan sarana settings in South Africa: a concept
dan prasarana yang diperlukan, serta analysis. " IOSR Journal of nursing
membuat program jangka panjang untuk and health science 6. 6. 2017: 65-73.
perbaikan pelayanan di instalasi farmasi. 8. Verawaty. Analisis Kebutuhan Tenaga
Kefarmasian Di Instalasi Farmsi
UCAPAN TERIMA KASIH Rumah Sakit Graha Permata Ibu.
Penulis mengucapkan banyak terima Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 2017: 313-
kasih kepada RS. X dan semua informan 326.
yang telah berpartisipasi pada penelitian 9. Krisna, Melfita. Analisis Beban Kerja
ini. dan Kebutuhan tenaga Di Instalasi
Farmasi Rumah sakit Jiwa Daerah
DAFTAR PUSTAKA Provinsi Lampung Tahun 2012. (Tesis).
1. Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
Undang Undang Republik Indonesia 10. Shivam, Swapnil, et al. "Nursing
Nomor 36 Tahun 2009 tentang personnel planning for rural hospitals
Kesehatan. Jakarta: Pemerintah in Burdwan District, West Bengal,
Republik Indonesia India, using workload indicators of
2. Ilyas, Y. Perencanaan SDM Rumah staffing needs." Journal of health,
Sakit, Teori, Metode, dan Formula. population, and nutrition 32.4. 2014:
Cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit FKM 658.
UI Depok; 2011. 11. Musau, P., et al. "Workload
Indicators of Staffing Need method in
210
determining optimal staffing levels at
Moi Teaching and Referral Hospital."
East African medical journal 85.5.
2008: 232-239.
12. Ghozali I. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro; 2006.
13. Bungin, B. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada; 2002.
14. Azwar, Azrul. Pengantar
Administrasi Kesehatan: Edisi Ketiga.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1996.
15. Hasibuan, Malayu. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Cetakan
keenambelas. Jakarta: PT. Bumi
Aksara; 2012.
16. Donabedian, A. Basic Approaches
to Assesment : Structure, Process, and
Outcome. The Definition Quality and
Approaches Its Assesment Health
Administration Press; 1980.
17. Pemerintah Republik Indonesia,
2009, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
18. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2004, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.
19. Marwansyah. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bandung: Penerbit
ALFABETA; 2010.
20. Siagian S. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Cetakan kelima belas.
Bumi aksara; 2008.
21. Sekretariat Jendral Republik
Indonesia, 2007, Pedoman Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan.

211

You might also like