You are on page 1of 6

Analisis distribusi obat pada pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

1
Irene Liwu, 2Erwin G. Kristanto, 3Jerry G. Tambun

1
Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Bidang Minat Kajian Administrasi Rumah Sakit
Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
3
Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: ireneliwu@yahoo.co.id

Abstract: The increasing quantity of BPJS patients (Social Security Administrator) leads the
frequency of service for this program to increase. This study was aimed to analyze whether the
drug distribution service reached the patients needs accurately (as prescribed), fast, and could
reach the maximum level of cost efficiency in drug distribution process. This study was
conducted at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital in Manado, a referral center hospital in East
Indonesia. In this study, we used qualitative method. Data were obtained from several
resources: BPJS’s patients, doctors, nurses, pharmacy assistants, pharmacy helper, and head of
the Department of Pharmacy. The qualitative data were obtained based on the comprehensive
monitoring of the interview results and were further incorporated into the transcription by
using snowballing sampling technique and triangulation. The results showed that the standard
procedure of drug delivery regulation was not covered thoroughly due to the lack of time and
perception of the pharmacy staff about the patient’s need for information. Management of
informative data is needed to support the distribution pathway including the order planning,
eficiency of drug stock quantity, and handling of administrative data. Conclusion: The
availability of drugs for BPJS patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital included in the
distribution cycle was supported by optimum internal communication in acordance with
accreditation standard and Permenkes pelayanan kefarmasian no.72 tahun 2016.
Keywords: accuration, distribution, efficiency, frequency, procedure

Abstrak: Meningkatnya kuantitas pasien yang masuk program Badan Penyelenggara


Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) menjadikan frekuensi layanan untuk program ini ikut
meningkat, khususnya untuk pelayanan obat. Penelitian ini bertujuan menganalisis layanan
distribusi yang mampu menjangkau kebutuhan obat pasien dengan akurat (sesuai resep), cepat,
dan dapat mencapai tingkat maksimum efisiensi biaya dalam proses distribusi obat. Penelitian
dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang merupakan pusat rujukan rumah
sakit di Wilayah Indonesia Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang diambil
dari sumber informasi: pasien BPJS, dokter, perawat, asisten farmasi, tenaga bantu farmasi,
dan kepala Departemen Farmasi. Data kualitatif diperoleh berdasarkan pemantauan
komprehensif dari hasil wawancara yang dimasukkan ke dalam transkripsi dengan teknik
sampel snowballing dan triangulasi. Hasil penelitian memperlihatkan adanya prosedur standar
pemberian obat dari regulasi yang tidak tercakup menyeluruh dikarenakan faktor waktu dan
persepsi tingkat kebutuhan informasi pasien dari tenaga farmasi. Diperlukan adanya
penanganan data informasi yang mendukung jalur distribusi mulai dari perencanaan
pemesanan obat, efesiensi kuantitas stok obat, dan pengelolaan data administrasi. Simpulan:
Ketersediaan obat pada pasien BPJS di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou merupakan hasil
rangkaian yang termasuk dalam siklus distribusi obat dengan dukungan komunikasi internal
yang cukup dalam proses distribusi selaras dengan standar akreditasi dan Permenkes
pelayanan kefarmasian no.72 tahun 2016.
Kata kunci: akurasi, distribusi, efisiensi, frekuensi, prosedur

S40
Liwu, Kristanto, Tambun: Analisis distribusi obat pada pasien BPJS ... S41

Menurut Undang-undang No 44 tahun 2009 kan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
rumah sakit adalah institusi pelayanan bahan medis habis pakai dari tempat
kesehatan bagi masyarakat dengan penyimpanan sampai kepada unit
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi pelayanan atau pasien dengan tetap
oleh perkembangan ilmu pengetahuan menjamin mutu, stabilitas, jenis, dan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan ketepatan waktu.3
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, Penelitian yang dilakukan oleh
yang harus tetap mampu meningkatkan Yuliastuti dan Purnomo tentang
pelayanan kesehatan yang lebih bermutu penggunaan obat pada pasien rawat jalan di
dan terjangkau oleh masyarakat agar RSUD Sleman Yogyakarta periode April
terwujud derajat kesehatan masyarakat 2009 memperoleh hasil bahwa persentase
yang setinggi-tingginya.1 ketersediaan obat yang sesuai dengan
Rumah sakit umum adalah rumah sakit formularium rumah sakit pada pasien rawat
yang menyelenggarakan pelayan kesehatan jalan selama periode April 2009 sebesar
kepada masyarakat untuk semua jenis 99,81%. Hasil lainnya menyebutkan bahwa
penyakit, mulai dari pelayanan kesehatan persentase obat yang benar-benar diberikan
dasar sampai dengan pelayanan subspesialis kepada pasien rawat jalan sebesar 99,04%;
sesuai dengan kemampuan-nya.1 Pada persentase obat yang telah dilabel dengan
implementasi jaminan kesehatan nasional benar pada pasien rawat jalan sebesar
(JKN) telah diatur pola pembayaran kepada 98,06%; dan persentase pasien rawat jalan
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yaitu yang paham akan cara penggunaan obat
INA-CBGs sesuai dengan Peraturan yang benar sebesar 85,42%. Salah satu
Presiden nomor 12 tahun 2013 tentang bagian penting dalam pelayanan pada
jaminan kesehatan sebagaimana telah pasien ialah obat yang harus diatur secara
diubah dengan peraturan nomor 111 tahun efektif dan efisien. Karena itu
2013. Untuk tarif yang berlaku pada 1 pendistribusian obat merupakan hal yang
Januari 2014, telah dilakukan penyesuaian penting untuk mengurangi efek salah obat
tarif INA-CBGs jaminan kesehatan atau pasien yang tidak mengetahui
masyarakat (Jamkesmas) dan Peraturan penggunaan obat yang tepat dan
Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 69 pengurangan mutu pelayanan rumah sakit.4
tahun 2013 tentang standar tarif pelayanan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dengan
kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat akreditasi A ialah rumah sakit rujukan yang
pertama dan berkelanjutan dalam ada di provinsi Sulawesi Utara, yang
penyelenggaraan jaminan kesehatan. Tahun mendukung program pemerintah yaitu
2014 dikeluarkan Peraturan Menteri Jamkesnas. UU nomor 24 Tahun 2011
Kesehatan nomor 59 tahun 2014 tentang tentang Badan Penyelenggara Jaminan
standar tarif pelayanan kesehatan dalam Sosial (BPJS) yaitu lembaga yang dibentuk
penyelenggaraan program jaminan untuk menyelenggarakan Program Jaminan
kesehatan.2 Sosial di Indonesia. Pada pasien BPJS yang
Permenkes nomor 72 tahun 2016 rawat jalan diberlakukan sistem resep
menyatakan pelayanan kefarmasian adalah perorangan. Dari data tahun 2015 jumlah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung kunjungan pasien rawat inap BPJS di
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada bulan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai Januari-Desember 2015 sebanyak 29.965
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu pasien sedangkan untuk pasien rawat jalan
kehidupan pasien. Instalasi Farmasi adalah sebanyak 108.841 pasien, dan untuk pasien
unit pelaksana fungsional yang menyeleng- rawat darurat sebanyak 36.920 pasien.
garakan seluruh kegiatan pelayanan Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
kefarmasian di Rumah Sakit. Distribusi ingin mengkaji lebih lanjut bagaimana
obat merupakan suatu rangkaian kegiatan distribusi obat pada pasien BPJS di RSUP
dalam rangka menyalurkan atau menyerah- Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
S42 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 1 Suplemen, Maret 2017, hlm. S40-S45

METODE PENELITIAN Hasil penelitian ini telah sesuai dengan


Penelitian ini dilakukan dengan Permenkes 72 tahun 2016. Perencanaan
menggunakan metode kualitatif yang dilakukan untuk menghindari kekosongan
bertujuan untuk mendapatkan informasi obat dengan menggunakan metode yang
yang lebih mendalam dengan melakukan dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
analisis distribusi obat pada pasien BPJS di dasar perencanaan yang telah ditentukan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Penelitian antara lain konsumsi, epidemiologi,
ini dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. kombinasi metode konsumsi dan epidemio-
Kandou pada bulan Oktober-Desember logi, dan disesuaikan dengan anggaran
2016. Pengumpulan data dilakukan dengan yang tersedia.3 Fungsi perencanaan
cara wawancara mendalam kepada 15 mencakup aktivitas dalam menetapkan
informan yaitu pada pasien rawat jalan, sasaran, pedoman, pengukuran penyeleng-
pasien rawat khusus, pasien rawat inap, garaan bidang logistik. Penentuan
dokter, perawat, assisten apoteker, apoteker kebutuhan merupakan perincian dari fungsi
dan kepala instalasi. Pemilihan sampel perencanaan, dan bilamana perlu semua
pada penelitian ini berdasarkan prinsip faktor yang memengaruhi penentuan
kesesuaian (appropriateness) dan kebutuhan harus diperhitungkan.1
kecukupan (adequency). Validasi hasil
penelitian dengan cara triangulasi sumber Penerimaan obat pada pasien BPJS di
dan triangulasi teknik. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Pada penerimaan barang selalu terdapat
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN panitia. Panitia penerimaan barang
Pemilihan obat pada pasien BPJS di berjumlah 3 orang yang terbagi atas 2,
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. yaitu medik dan non-medik untuk melaku-
Telah dilakukan berdasarkan formula- kan pemeriksaan jumlah, jenis, tanggal
rium dan standar pengobatan atau pedoman kadaluwarsa, dan kesesuaian nota pesanan,
diagnosis dan terapi. Pola penyakit dan kemudian dilakukan penyimpanan.
pengobatan berbasis bukti diminta dari Hasil penelitian ini telah sesuai dengan
setiap ruangan, ketersediaan di pasaran. Permenkes 72 tahun 2016. Penerimaan
Hasil penelitian ini mendapatkan obat yang merupakan kegiatan untuk menjamin
benar-benar diserahkan sebesar 99,04%, kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
obat yang dilabel dengan benar sebesar waktu penyerahan, dan harga yang tertera
98,06%, dan pasien yang paham akan cara dalam kontrak atau surat pesanan dengan
penggunaan obat yang benar sebesar kondisi fisik yang diterima. Semua
84,42%. dokumen terkait penerimaan barang harus
Penelitian ini sejalan dengan penelitian tersimpan dengan baik.3
oleh Yuliastuti et al.4 tentang penggunaan
obat pada pasien rawat jalan di RSUD Penyimpanan obat pada pasien BPJS di
Yogyakarta periode April 2009 yang RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou.
mendapatkan bahwa persentase ketersedia- Obat-obatan disimpan sesuai dengan
an obat yang sesuai dengan formularium tempat yang terjaga dan tertata dengan baik
rumah sakit pada pasien rawat jalan selama di rak sediaan, jenis tempat sesuai dengan
periode April 2009 ialah 99,81%. golongan obat yang ada, dan suhu selalu
dijaga.
Perencanaan dan pengadaan obat pada Hasil penelitian ini sesuai dengan
pasien BPJS di RSUP Prof. Dr. R. D. penelitian Ibrahim et al.5 yang melaporkan
Kandou. bahwa pengelolaan persediaan farmasi dan
Perencanaan dipertimbangkan dengan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
anggaran yang tersedia, sisa persediaan, sesuai ketentuan perundangan yang berlaku
data pemakaian periode yang lalu, dan meliputi: perencanaan, pengadaan,
waktu tunggu pemesanan. penyimpanan dan pelayanan obat yang
Liwu, Kristanto, Tambun: Analisis distribusi obat pada pasien BPJS ... S43

memakai sistim FIFO (first in first out) dan mendapatkan obat dengan jumlah yang
FEFO (first expired first out). Pelayanan terdapat dalam resep dan disuruh bolak
resep meliputi skrining resep yang berisi balik. Obat yang diberikan tidak diikuti
nama, surat ijin praktek dan alamat dokter, dengan pemberian informasi tentang obat.
tanggal penulisan resep, tanda tangan atau Apoteker dan asisten apoteker sudah
paraf dokter penulis resep, nama dan umur melakukan sesuai SOP penerimaan resep
pasien; kesesuaian bentuk sediaan, dosis, atau penyiapan obat yaitu mencantumkan
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, eara tanggal pembuatan, nama pasien, nama
dan lama pemberian; pertimbangan klinis obat, dosis obat, aturan pakai, waktu, dan
adanya alergi, efek samping, interaksi, rute pemberian. Petugas penerima mengisi
kesesuaian dosis dan jumlah obat.5 nama penerima resep, tanda tangan, dan
Menurut Sheina et al.6 indikator menanyakan nomor tilpon penerima obat.
penyimpanan obat yaitu: 1) Kecocokan Mengenai penyerahan obat pada pasien
antara barang yang tersimpan dan kartu terdapat 7 klarifikasi benar, yaitu kejelasan
stok (stok dalam sistem): indikator ini penulis, benar obat, benar waktu dan
digunakan untuk mengetahui ketelitian frekuensi pemberian, benar dosis, benar
petugas gudang dan mempermudah dalam rute pemberian, benar pasien, serta benar
pengecekan obat serta membantu dalam informasi dan dokumentasi. Dengan antrian
perencanaan dan pengadaan obat sehingga yang panjang dan resep yang menumpuk
tidak menyebabkan terjadinya akumulasi kadang kala petugas tidak menginformasi
obat dan kekosongan obat; 2) Turn over cara minum obat atau rute pemberian obat.
ratio (TOR): indikator ini digunakan untuk Hasil penelitian ini selaras dengan
mengetahui kecepatan perputaran obat, penelitian oleh Arini et al.7 mengenai
yaitu seberapa cepat obat dibeli, didistribu- pengendalian intern terhadap persediaan
sikan, sampai dipesan kembali, dengan obat untuk pasien pengguna BPJS
demikian nilai TOR akan berpengaruh pada kesehatan di RSUD Kabupaten Buleleng
ketersediaan obat. TOR yang tinggi berarti menggunakan metode deskriptif kualitatif
mempunyai pengenda-lian persediaan yang dengan data primer dan sekunder. Rumah
baik, demikian pula sebaliknya, sehingga sakit merupakan institusi pelayanan
biaya penyimpanan akan menjadi minimal; kesehatan bagi masyarakat dengan
3) Persentase obat yang sampai karakteristik tersendiri yang dipengaruhi
kadaluwarsa dan atau rusak: indikator ini oleh perkembangan ilmu pengetahuan
digunakan untuk menilai kerugian rumah kesehatan, kemajuan teknologi, dan
sakit; 4) Sistem penataan gudang: indikator kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
ini digunakan untuk menilai sistem harus tetap mampu meningkatkan
penataan gudang standar yaitu FIFO dan pelayanan yang lebih bermutu. Adanya
FEFO; 5) Persentase stok mati: yaitu istilah perubahan pada suatu program kesehatan
yang digunakan untuk menunjukkan item tertentu merupakan suatu kebutuhan
persediaan obat di gudang yang tidak mengenai penerapan pengendalian intern
mengalami transaksi dalam waktu minimal yang cukup intensif karena sangat
3 bulan; dan 6) Persentase nilai stok akhir: memengaruhi suatu proses operasional
yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar rumah sakit.
persentase jumlah barang tersisa pada Tahap distribusi merupakan tahapan
periode tertentu, yang berbanding terbalik dari siklus manajemen obat yang sangat
dengan nilai TOR. penting dan kompleks, sedangkan
penggunaan obat merupakan tahap yang
Pendistribusian obat pada pasien BPJS penting dan menjadi orientasi utama dalam
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pelayanan kefarmasian. Sasongko8
Hasil penelitian mendapatkan antrian mengevaluasi tahapan pengelolaan obat
yang panjang dan lama. Sebagian pasien/ terutama distribusi dan penggunaan obat
keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi
S44 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 1 Suplemen, Maret 2017, hlm. S40-S45

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. dilaksanakan dengan cara yang sesuai
Soeharso Surakarta. Pengambilan data dengan ketentuan peraturan perundang-
dilakukan selama bulan Februari-Maret undangan yang berlaku. Produk yang tidak
2014. Jenis penelitian ialah deskriptif memenuhi persyaratan mutu atau telah
analitik dengan pengambilan data secara kadaluwarsa tidak memenuhi syarat untuk
retrospektif dan konkuren. Sampel dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
penelitian sebesar 100 pasien dan 660 atau kepentingan ilmu pengetahuan.3
lembar resep. Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa belum semua pengelolaan obat pada SIMPULAN
tahap distribusi dan penggunaan dikelola Ketersediaan obat pada pasien BPJS di
secara efisien. Indikator yang belum efisien RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou merupakan
ialah kecocokan jumlah obat dengan kartu hasil dari rangkaian yang masuk dalam
stok sebesar 99,33%, masih terdapatnya siklus distribusi obat dengan dukungan
stok mati sebesar 3,33%, peresepan generik komunikasi internal yang cukup dalam
masih sebesar 70,18%, dan obat yang proses distribusi selaras dengan standar
diresepkan sesuai formularium rumah sakit akreditasi dan Permenkes pelayanan
sebesar 95,76%. Faktor-faktor yang kefarmasian no.72 tahun 2016 .
memengaruhi kinerja pengelolaan obat
antara lain kurangnya ketelitian petugas SARAN
instalasi logistik dalam pencatatan, kasus 1. Tingkat pemahaman formularium
penyakit yang jarang, beberapa obat tidak nasional perlu ditingkatkan sehingga
ada generiknya dan tidak semua dokter mendekatkan kebutuhan pasien BPJS
hafal isi formularium rumah sakit.8 dengan ketersediaan obat. Bersamaan
Rumah sakit menyalurkan obat melalui dengan itu perlu adanya realisasi
pengisian formulir yang paling sederhana penggunaan sistem teknologi informasi
untuk memperkecil kemungkinan terjadi- internal untuk memastikan adanya
nya kesalahan dalam pendistribusian dan ketersediaan obat.
pemberian. Ketika suatu obat dikeluarkan 2. Perlu adanya penggabungan depo
dari kemasannya yang asli atau disiapkan layanan rawat jalan dan rawat inap 24
dan disalurkan dalam bentuk atau wadah jam di satu lokasi yang lebih besar, dan
(container) yang berbeda dan tidak segera menambah counter layanan yang bisa
diberikan maka obat harus diberi label melayani pasien BPJS dengan ini dapat
dengan nama obat, dosis atau konsentrasi menambah kapasitas layanan dan
obat, tanggal penyiapan, dan tanggal meratakan tingkat frekuensi layanan
kadaluwarsa. Farmasi sentral dan titik farmasi.
distribusi obat yang lain di seluruh rumah
sakit menggunakan sistem yang sama. DAFTAR PUSTAKA
Sistem menunjang pengeluaran obat secara 1. Febriawati H. Manajemen Logistik Farmasi
akurat dan tepat waktu.9 Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen
Publishing, 2013.
Penarikan obat pada pasien BPJS di 2. Tantangan standar tarif pelayanan kesehatan
dalam penyelenggaraan program
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
jaminan kesehatan JKN. Jakarta:
Hasil penelitian mendapatlan bahwa Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
stok obat yang telah mendekati kadalu- 2014.
warsa segera dipulangkan ke gudang. Pihak 3. Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
gudang melakukan penarikan agar supaya Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
obat dapat dikembalikan ke perusahan obat. Indonesia, 2017.
Proses penarikan telah mengikuti 4. Yuliastuti F, Achmad P, Riswaka S.
Permenkes no. 72 tahun 2012, yang Analisis penggunaan obat pada pasien
menyatakan bahwa penarikan sediaan rawat jalan di Rumah Sakit Umum
farmasi yang tidak dapat digunakan harus Daerah Sleman Yogyakarta periode
Liwu, Kristanto, Tambun: Analisis distribusi obat pada pasien BPJS ... S45

April 2009. Media Farmasi. Pengguna BPJS (Badan Penyelenggara


2013;10:104-13. Jaminan Sosial) Kesehatan di RSUD
5. Ibrahim A, Lolo WA, Citraningtyas. (Runah Sakit Umum Daerah)
Evaluasi penyimpanan dan Kabupaten Buleleng. JIMAT.
pendistribusian obat di gudang farmasi 2015;3(1).
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. 8. Sasongko H. Evaluasi distribusi dan
Pharmacon. 2016;5(2). penggunaan obat pada pasien rawat
6. Sheina B, Umam MR, Solikah. Penyimpanan jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
obat di gudang Instalasi Farmasi RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Surakarta [Tesis]. Yogyakarta:
I. Kes Mas. 2010;4(1):1-75. Universitas Gajah Mada, 2014.
7. Arini L, Sulindawati NLGE, Herawati NT. 9. Standar akreditasi rumah sakit. Jakarta:
Analisis pengendalian intern terhadap Kementrian Kesehatan Republik
pertsediaan obat untuk pasien Indonesia, 2012.

You might also like