Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The practice of pharmaceutical services was an integrated activity with the aim of identifying, preventing
and resolving drug-related problems and health related problems. The need to evaluated the waiting time for
prescription services in pharmaceutical installations was to found out the weaknesses that can prolong
prescription services, so that improvements can be made immediately in order to improved the quality of
pharmaceutical services. The aim of this study was to evaluated the length of waiting time for non-
concoction drugs and concoction drugs at the Advent Hospital Manado pharmacy installation in October
2019 - January 2020. This research was a non-experimental descriptive study used quantitative and
qualitative methods. Sampling was carried out by the nonprobability sampling method. Quantitatively data
was taken by direct observation while implementing prescription service at hospital pharmacy installations
and qualitatively data was taken by structured interviews to pharmacists in charge and pharmacy staff at
outpatient hospital pharmacy installations. The results showed that the average for non-concoction drug
prescription service was 20 minutes 29 seconds and for concoction drug prescription service was 26 minutes
26 seconds. The conclusion that the Advent Hospital Manado has met the standards set by the Ministry of
Health of the Republic of Indonesia.
ABSTRAK
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Perlunya dilakukan evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi adalah untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang dapat memperlama pelayanan resep, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui lama waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Advent Manado pada bulan Oktober 2019 – Januari 2020. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif non eksperimental dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel
dilaksanakan dengan metode non-probability sampling. Data yang diambil secara kuantitatif adalah dengan
pengamatan langsung saat pelaksanaan pelayanan resep obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan data yang
diambil secara kualitatif adalah dengan wawancara terstruktur kepada apoteker penanggung jawab dan
tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata untuk pelayanan resep obat jadi 20 menit 29 detik dan rata-rata pelayanan resep obat racikan 26 menit
26 detik. Kesimpulannya bahwa Rumah Sakit Advent Manado telah memenuhi standar yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kata Kunci: Waktu Tunggu Resep, Pelayanan Resep Obat, Instalasi Farmasi.
318
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
320
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
yang dimulai dari pasien menyerahkan resep 382 resep obat jadi 16 obat racikan selama
sampai pasien telah menerima obat racikan pelaksanaan penelitian. Total waktu kumulatif
kemudian dianalisis untuk ditentukan data yang didapatkan sepanjang pelaksanaan
mana yang menjadi nilai minimum, nilai penelitian adalah selama 7827,15 menit untuk
maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar resep obat jadi dan 418,31 menit untuk resep
deviasi. Nilai rata-rata yang telah didapat obat racikan
tersebut kemudian dibandingkan dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam hal Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat Jadi
ini batas lama waktu tunggu pelayanan obat dan Obat Racikan
jadi dan racikan yang telah ditetapkan oleh Evaluasi terdahap standar pelayanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. minimal (SPM) farmasi kategori lama waktu
Data yang diperoleh dari wawancara langsung tunggu pelayanan resep obat yaitu dilakukan
kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit penghitungan jumlah kumulatif waktu yang
akan dimasukkan kedalam pembahasan. dimulai saat pasien menyerahkan resep
kebagian IFRS rawat jalan dan berakhir saat
HASIL DAN PEMBAHASAN pasien menerima obatnya. Penghitungan
apoteker berdasarkan beban kerjanya pada
Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat
pelayanan kefarmasian di rawat jalan yang
Tabel 1. Jumlah Resep, Jumlah Rata-rata Item
meliputi pelayanan farmasi manajerial dan
Obat dan Total Waktu Tunggu Menurut Jenis
pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas
Resep
pengkajian resep, penyerahan obat,
Indikator Pelayanan Pelayanan
pencatatan penggunaan obat (PPP) serta
Resep Obat Resep Obat
Jadi Racikan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga
Jumlah resep 382 16 apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 50
yang di pasien (Permenkes RI, 2016)
survey Tabel 2. Standar deviasi, rata-rata, median,
Jumlah rata- 3 2 maksimum, dan minimum total waktu tunggu
rata item obat menurut jenis resep
dalam resep Indikator Pelayanan Pelayanan
Total Waktu 7827,15 418,31 Resep Obat Resep Obat
(menit) Jadi (menit) Racikan
Subyek pada penelitian ini yaitu resep (menit)
obat jadi dan resep obat racikan. Berdasarkan Standar 14,25 15,25
hasil penelitian yang dilakukan, diketahui Deviasi
rata-rata jumlah obat yang diresepkan adalah Rata-rata 20,29 26,26
Median 16,14 21,47
2-3 item obat untuk resep obat jadi dan 1-2
Maksimm 77,18 63,23
item obat untuk resep obat racikan.
Minimum 3,01 8,20
Pencatatan waktu tunggu pelayanan resep Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk
obat jadi maupun obat racikan digunakan pelayanan resep obat jadi memiliki standar
stopwatch untuk menghitung waktunya. deviasi yaitu 14,25 menit dan dengan rata-
Pencatatan waktu tunggu resep obat jadi ratanya ialah selama 20,29 menit. Hal ini
maupun obat racikan di rekap setiap hari di membuktikan bahwa pelayanan resep obat
lembar khusus yaitu formulir pencatatan lama dirumah sakit ini sudah diusahakan secara
waktu tunggu dimana didapatkan sebanyak optimal, yang dapat dilihat juga bahwa
321
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
pelayanan resep obat jadi pernah menyentuh lama sehingga dapat mempersingkat waktu
waktu hanya selama 3,01 menit saat peneliti dalam pelayanan resep obat kepada pasien.
melaksanakan penelitian. Pengalaman kerja setiap individu juga
Hasil penelitian ini memberikan berpengaruh dimana semakin lama seseorang
gambaran bahwa pelayanan resep obat jadi bekerja, maka akan semakin terampil serta
kepada pasien sudah cukup baik, walaupun semakin menambah wawasan dan
masih didapatkan data bahwa pernah kematangan dalam melaksanakan tugasnya
beberapa kali pelayanan resep tersebut (Puspitasari 2011). Berdasarkan penelitian
melebih batas waktu yang ditetapkan oleh yang dilakukan oleh Prabandari, et al.,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2019), jumlah tenaga farmasi merupakan
Hal ini dapat dilihat bahwa nilai maksimum salah satu pendukung terciptanya pelayanan
yang didapatkan adalah sebesar 1 jam 17 kefarmasian dengan maksimal sehingga
menit 18 detik yang dikarenakan pelayanan membuat waktu tunggu pasien dalam
resep obat tersebut dilaksanakan di jam sibuk menerima obat tidak lama
dimana pasien memang menumpuk. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pelayanan resep obat racikan memiliki standar
Wijaya (2012), lama waktu tunggu pelayanan deviasi yaitu 15,25 menit dan memiliki rata-
resep obat dipengaruhi beberapa faktor yaitu rata selama 26,26 menit. Data yang
sumber daya manusia, jenis pasien, jenis didapatkan saat pelaksanaan pelayanan resep
resep, ketersediaan obat, peresepan dokter, obat racikan pernah melewati standar yang
sarana dan prasarana, formularium obat, telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
standar operating procedure (SOP) pelayanan Republik Indonesia yaitu selama 1 jam 03
resep. Faktor proses pelayanan resep meliputi menit 23 detik, hal tersebut terjadi karena
penerimaan resep, pemberian harga obat, resep tersebut diserahkan pada jam sibuk
pembayaran, pengambilan dan peracikan sehingga terjadi penumpukkan jumlah resep
obat, pemberian etiket obat, dan penyerahan yang belum terlayani.
obat kepada pasien. Waktu tunggu pelayanan obat racikan
Hasil wawancara yang dilakukan juga memakan waktu lebih lama
kepada apoteker penanggung jawab yang dibandingkan dengan pelayanan resep
menyangkut hubungan antara pengalaman nonracikan (obat jadi) dikarenakan
kerja dengan kecepatan pelayanan resep memerlukan waktu lebih dalam penghitungan
diketahui bahwa jika tenaga farmasi yang dosis obat, penimbangan bahan obat, serta
bertugas telah memiliki bekal pendidikan melakukan proses peracikan baik dalam
kefarmasian dan telah terbukti berkompetensi bentuk puyer kapsul maupun sediaan lainnya
serta sudah bekerja cukup lama dibagian (Karuniawati, et al., 2016).
tersebut maka akan sangat mempengaruhi Berdasarkan hasil wawancara yang
kecepatan pelayanan resep kepada pasien. Hal dilakukan peneliti terkait pengaruh
tersebut juga dibuktikan dengan penelitian pengetahuan dan kemampuan dari pegawai
yang dilakukan oleh Septini (2012), yang bekerja di IFRS terhadap lamanya
didapatkan bahwa diperlukan tenaga yang pelayanan resep dan pengaruhnya dalam
memiliki latar belakang pendidikan farmasi mempersingkat waktu pelayanan resep. Hasil
dan dengan pengalaman kerja yang cukup wawancara menunjukkan bahwa pengetahuan
dan kemampuan pegawai yang bekerja di
322
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
323
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 2 Mei 2020
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Setyowati, E., Etikasari, R., Tetuko, A. 2017.
Indonesia. 2008. Standar Pelayanan Analisa Lamanya Waktu Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Departemen Resep Racikan Di Instalasi Farmasi
Kesehatan Republik Indonesia, Rawat Jalan Rumah Sakit Islam
Jakarta. Kendal. Jurnal Farmasi. 2(1): 1-6.
Mohebbifar, R., Hasanpoor, E., Mohseni, M., Wijaya, H. 2012. Analisis Pelaksanaan
Sokhanvar, M., Khosravizadeh, O., Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Isfahani, H.M. 2014. Outpatient Rumah Sakit Bidang Farmasi Di
Waiting Time in Health Services and Instalasi Farmasi RS Tugu Ibu Tahun
Teaching Hospital : A Case Study in 2012 [Tesis]. Universitas Indonesia,
Iran. Global Journal of Health Depok.
Science. 6(1): 172-180.
324