You are on page 1of 9

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

PENGUKURAN KINERJA INSTALASI FARMASI RSUD DATOE BINANGKANG


DENGAN METODE BALANCED SCORECARD BERDASARKAN PERSPEKTIF
PELANGGAN SERTA PERSPEKTIF PERTUMBUHAN DAN PEMBELAJARAN

PERFORMANCE MEASUREMENT OF PHARMACY INSTALLATION AT RSUD


DATOE BINANGKANG BY BALANCED SCORECARD METHOD BASED ON
CUSTOMER PERSPECTIVE WITH LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE

Wulan P. Tawalujan1), Gayatri Citraningtyas1), Erladys M. Rumondor1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
*wulantawalujan@gmail.com

ABSTRACT

Performance measurement by balanced scorecard method needed to be done at the pharmacy installation of
RSUD Datoe Binangkang to see the performance achievements that have been done and the basis for further
performance improvement. This research aims to know performance of pharmacy installation of RSUD
Datoe Binangkang with the balanced scorecard method based on customer perspective with learning and
growth perspective. This research was a non experimental with evaluative descriptive design. The data was
collected with retrospective and prospective methods. This research used both qualitative and quantitative
data. Qualitative data was obtained by interview and direct observation. Quantitative data was obtained by
questionnaires. The result research of performance at customer perspective with patient satisfaction
indicator showed that patients have not been satisfied with the services provided with the value of gap for
each dimension are: tangibles -0,22, reliability -0,17, responsiveness -0,19, assurance -0,02, emphaty -0,05.
Performance at learning and growth perspective with indicators of employee job satisfaction high 3,23, work
spirit very high 3,37 and percentage of employee training low 0%. The conclusion obtained from both
perspective were indicators with good performance was job satisfaction and work spirit. Indicators with not
good performance that require attention to be improved was employee training and patient satisfaction.

Keywords: Performance, Pharmacy Installation, Balanced Scorecard, Customer Perspective, Learning and
Growth Perspective.

ABSTRAK

Pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard perlu dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Binangkang untuk melihat pencapaian kinerja yang telah dilakukan serta dasar bagi perbaikan kinerja
selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Instalaasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang
dengan metode balanced scorecard berdasarkan perspektif pelanggan serta perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif
evaluatif. Data diperoleh secara retrospektif dan prospektif. Kriteria data berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif melalui wawancara dan observasi langsung. Data kuantitatif melalui kuesioner.
Hasil penelitian kinerja pada perspektif pelanggan dengan indikator kepuasan pasien menunjukkan pasien
belum puas terhadap pelayanan yang diberikan, dengan perolehan nilai gap pada setiap dimensi yaitu:
berwujud -0,22, kehandalan -0,17, ketanggapan -0,19, jaminan -0,02, empati -0,05. Kinerja pada perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran dengan indikator kepuasan kerja karyawan tinggi 3,23, semangat kerja
karyawan sangat tinggi 3,37, dan persentase pelatihan karyawan rendah 0%. Kesimpulan yang didapat pada
kedua perspektif bahwa indikator dengan kinerja yang baik yaitu kepuasan kerja dan semangat kerja.
Indikator dengan kinerja yang kurang baik yang memerlukan perhatian untuk diperbaiki yaitu pelatihan
karyawan dan kepuasan pasien.

Kata Kunci: Kinerja, Instalasi Farmasi, Balanced Scorecard, Perspektif Pelanggan, Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran.

381
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

PENDAHULUAN mana keberhasilan rumah sakit dalam mencapai


visi dan tujuan Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Saat ini rumah sakit dihadapkan pada Binangkang di bidang non keuangan, tujuan
penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya jangka panjang serta sisi eksternal dan internal.
untuk mencapai pelayanan yang prima. Penentuan Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
strategi akan dijadikan sebagai landasan dan penulis merasa tertarik melakukan penelitian
kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran– tentang pengukuran kinerja Instalasi Farmasi
sasaran kerja yang telah ditentukan oleh RSUD Datoe Binangkang dengan metode
manajemen. Penilaian kinerja memegang peranan balanced scorecard berdasarkan perspektif
penting dalam dunia usaha seperti rumah sakit, pelanggan serta perspektif pertumbuhan dan
dikarenakan dengan dilakukanya penilaian kinerja pembelajaran.
dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu
strategi dan penerapanya dalam kurun waktu METODOLOGI PENELITIAN
tertentu (Taher, 2018). Cara untuk mendapatkan
penilaian kinerja rumah sakit secara sempurna Waktu dan Tempat Penelitian
maka dibutuhkan suatu sistem penilaian kinerja
yang mampu mengukur kinerja, salah satu cara Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi
yang dapat dilakukan yaitu dengan metode Farmasi RSUD Datoe Binangkang pada bulan
balanced scorecard (Nur, 2016). Metode Oktober 2019 – Maret 2020.
balanced scorecard dapat diterapkan dalam
pelayanan farmasi untuk mencapai pelayanan Jenis dan Rancangan Penelitian
yang cost effective dan pharmaceutical care yang
lebih bermutu. Balanced scorecard merupakan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
konsep pengukuran kinerja yang komprehensif non eksperimental dengan rancangan deskriptif
dan koheren untuk diaplikasikan dalam evaluatif. Data diperoleh secara retrospektif dan
pengelolaan obat di rumah sakit dalam mengelola prospektif. Kriteria data berupa data kualitatif dan
strategi dan memperbaiki kinerja dari setiap aspek kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui
total (Saharuddin dkk, 2019). wawancara dan observasi langsung. Data
Penggunaan konsep balanced scorecard kuantitatif diperoleh melalui kuesioner.
diharapkan dapat mengurangi kelemahan yang
ada pada pengukuran kinerja yang hanya Alat dan Bahan
berorientasi pada aspek keuangan saja. Perbedaan Alat
yang terdapat dalam konsep ini adalah
digunakannya informasi non keuangan sebagai Alat yang digunakan dalam penelitian ini
alat ukur kinerja selain informasi keuangan adalah alat tulis menulis, lembar kuesioner dan
sehingga tidak menekankan pada pencapaian kamera untuk dokumentasi.
tujuan jangka pendek saja melainkan dapat
mengukur penyebab terjadinya perubahan Bahan
sehingga dapat diantisipasi (Mulia, 2019).
Balanced scorecard juga dipercaya sebagai Bahan yang digunakan dalam penelitian
penilaian kinerja yang objektif dan lengkap dari ini bersumber dari dua data yaitu data primer dan
berbagai sudut pandang, baik itu dari sisi eksternal data sekunder:
maupun internal. Sisi eksternal yaitu pelanggan 1. Data Primer
Sisi internal yaitu karyawan (Suryani, 2018). Data primer yang digunakan yaitu kuesioner
Instalasi Farmasi RSUD Datoe untuk pasien rawat jalan yang menebus obat
Binangkang selalu berupaya memberikan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan Binangkang, kuesioner untuk karyawan
pasien dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang,
Peningkatan pelayanan yang bermutu dan wawancara serta observasi langsung.
berkualitas dapat tercapai dengan adanya 2. Data Sekunder
peningkatan kinerja karyawan. Metode Data sekunder yang digunakan yaitu data
pengukuran balanced scorecard belum pernah jumlah pasien rawat jalan yang menebus obat
diterapkan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang
Binangkang sehingga belum diketahui sejauh

382
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

selama 1 bulan dan data jumlah karyawan (Notoatmodjo, 2012). Pengujian reliabilitas
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang. biasanya menggunakan batasan tertentu seperti
0,6 (Priyatno, 2010).
Populasi dan Sampel
Analisis Data
Populasi dalam penelitian ini berdasarkan
perspektif pelanggan yaitu pasien rawat jalan yang Data dikumpulkan menggunakan
menebus obat di Instalasi Farmasi RSUD Datoe observasi langsung, wawancara serta kuesioner.
Binangkang, berdasarkan perspektif pertumbuhan Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi data
dan pembelajaran yaitu seluruh karyawan Instalasi kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
Farmasi RSUD Datoe Binangkang. melalui wawancara dan observasi langsung. Data
Sampel yang digunakan dalam penelitian kuantitatif melalui kuesioner kepuasan pasien,
ini adalah pasien rawat jalan yang menebus obat kuesioner kepuasan kerja karyawan dan kuesioner
di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang dan semangat kerja karyawan. Masing-masing
12 karyawan Instalasi Farmasi RSUD Datoe kuesioner diolah menjadi skor dengan
Binangkang. Berdasarkan perspektif pelanggan, menggunakan skala Likert. Skala Likert penilaian
digunakan Rumus Slovin untuk menentukan kuesioner yang digunakan mengacu pada Azwar
besaran sampel (Sugiyono, 2013). (1999) yang dapat dilihat pada Tabel 1.
N
n Tabel 1. Penilaian Kuesioner
1  Ne 2
840 Range Skor Kriteria Penilaian
n 1,0 ≤ x≤ 1,75 Sangat Rendah
1  (840 x0,05 2 )
1,75 ≤ x ≤ 2,5 Rendah
840 2,5 ≤ x ≤ 3,25
n Tinggi
3,1 3,25 ≤ x ≤ 4,0 Sangat Tinggi
n  270,96  271
Kuesioner yang telah terisi dengan
Keterangan jawaban responden dan dinyatakan telah
n = ukuran sampel memenuhi kriteria penelitian selanjutnya
N = ukuran populasi dilakukan uji validitas dan reliabilitas
e = penelitian ini menggunakan derajat menggunakan aplikasi SPSS. Setelah dilakukan
kepercayaan 95% maka tingkat kesalahan penilaian dengan menggunakan skala Likert pada
dalam penelitian ini adalahf 5% atau 0,05 semua responden, selanjutnya dilakukan analisis
distribusi skor pada jawaban responden dari
Uji Validitas dan Reliabilitas masing-masing kuesioner yang dijumlahkan lalu
dihitung nilai rata-ratanya. Perhitungan penilaian
Uji validitas merupakan suatu alat mengacu pada range skor kuesioner Harsono
pengukuran untuk mengukur apa yang diukur (2010) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
guna menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen (Dahlan, 2010). Alat ukur yang Tabel 2. Range Skor Kuesioner
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jawaban Nilai Jawaban
Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, favourable unfavourable
kuesioner dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Sangat Setuju 4 Sangat Tidak
Kuesioner dinyatakan valid jika r hitung ≥ r tabel Setuju
(Dahlan, 2012). Setuju 3 Tidak Setuju
Setiap item yang dinyatakan valid, Tidak Setuju 2 Setuju
selanjutnya dilakukan uji reliablitas. Uji Sangat Tidak 1 Sangat Setuju
reliabilitas dilakukan dengan cara Setuju
membandingkan angka Cronbach’s alpha dengan
ketentuan nilai Cronbach’s alpha. Uji ini Analisis gap lima dimensi kualitas
dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu pelayanan hanya dilakukan pada indikator
alat pengukur dapat dipercaya jika dilakukan kepuasan pasien. Pengukuran kualitas dalam
pengukuran berulang dengan alat yang sama model servqual (tangible, reliability,
383
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

responsiveness, assurance emphaty) didasarkan Ibu Rumah Tangga 130 48


pada skala multi-item yang dirancang untuk Lainnya 20 7,4
mengukur ekspektasi dan persepsi pelanggan,
serta gap diantara keduanya pada lima dimensi
Berdasarkan data pada tabel 3
utama kualitas pelayanan. Kesenjangan (gap) lima
menunjukkan responden terbanyak berjenis
dimensi kualitas pelayanan menggambarkan
kelamin perempuan yakni sebanyak 192 pasien
selisih antara persepsi pasien atas pelayanan yang
(70,8%). Pada karakteristik usia, mayoritas berada
diterima di Instalasi Farmasi RSUD Datoe
pada kelompok usia 36-45 tahun (masa dewasa
Binangkang dengan pelayanan yang diharapkan
akhir) yaitu berjumlah 77 orang (28,4%). Pada
pasien di Instalasi Farmasi RSUD Datoe
karakteristik pendidikan, responden terbanyak
Binangkang. Menurut Faramita (2013) rumus
dengan pendidikan terakhir SLTA sebanyak 107
untuk menghitung skor penilaian servqual untuk
orang (39,5%). Karakteristik responden pekerjaan
setiap pasang persahnyataan bagi masing-masing
yang terbesar adalah pasien rawat jalan sebagai
pelanggan menggunakan rumus sebagai berikut :
ibu rumah tangga sebanyak 130 orang (48%).
Skor servqual = skor realita - skor ekspektasi
b. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas untuk kuesioner kinerja dan


HASIL DAN PEMBAHASAN harapan diberikan pada 30 responden pada awal
penelitian. Kuesioner yang diberikan berisi 18
1. Perspektif Pelanggan item pernyataan dengan menggunakan metode
a. Karakteristik Responden Servqual (service quality) yang terdiri dari 5
Karakteristik dari responden dalam dimensi kualitas pelayanan yaitu tangibles,
penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, reliability, responsiveness, assurance dan
pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan. emphaty. Data yang diperoleh akan dimasukkan
dalam lembar kerja SPSS dan diuji validitas. Nilai
Tabel 3. Karakteristik Responden r hitung hasil uji validitas menggunakan SPSS
selanjutnya dibandingkan dengan nilai r tabel
No. Karakteristik Responden n (%)
yaitu 0,361 (Priyatno, 2010). Berdasarkan hasil
1. Jenis Kelamin dari SPSS, dapat disimpulkan bahwa semua item
Laki-laki 79 29,2 dinyatakan valid karena nilai r hitung melebihi
Perempuan 192 70,8 nilai r tabel (0,361), sehingga seluruh item
2. Usia (Depkes, 2009) pernyataan bisa disebarkan untuk responden
17 - 25 Tahun 15 5,5 sesuai dengan jumlah sampel penelitian.
(Masa Remaja Akhir) Setiap item pernyataan yang telah
26 - 35 Tahun 57 21,1 dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji
(Masa Dewasa Awal) reliabilitas dan dilihat nilai Cronbach’s Alpha dari
36 - 45 Tahun 77 28,4 kuesioner harapan dan kinerja. Kuesioner harapan
(Masa Dewasa Akhir) dan kinerja dinyatakan reliabel dilihat dari nilai
46 - 55 Tahun 76 28 koefisien Cronbach’s Alpha yang > 0,6.
(Masa Lansia Awal) Berdasarkan hasil dari SPSS, kuesioner harapan
56 - 65 Tahun 36 13,3 memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,849
(Masa Lansia Akhir) dan kuesioner kinerja memiliki nilai Cronbach’s
> 65 Tahun 10 3,7 Alpha sebesar 0,840. Hasil uji reliabilitas dari
(Masa Manula) kedua aspek tersebut menunjukkan bahwa setiap
3. Pendidikan Terakhir item pernyataan dinyatakan reliabel karena
SD 54 19,9 keduanya memiliki nilai koefisien Cronbach’s
SLTP 70 25,8 Alpha > 0,6.
SLTA 107 39,5
Perguruan Tinggi 40 14,8 c. Kepuasan Pelanggan
4. Pekerjaan
PNS 27 10 Pengukuran kepuasan pasien digunakan
Wiraswasta 44 16,2 untuk mengetahui sejauh mana kinerja yang
Petani 50 18,4 dilakukan karyawan Instalasi Farmasi RSUD
384
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

Datoe Binangkang sesuai dengan harapan pasien pasien yang belum terpenuhi. Angka positif
rawat jalan sebagai tolak ukur mengenai kinerja menunjukkan bahwa kinerja yang diberikan telah
apa saja yang perlu dibenahi serta ditingkatkan. melebihi harapan pasien (Aini, 2017). Adanya
Analisis gap menggambarkan selisih antara perbedaan antara persepsi harapan pasien terhadap
pelayanan yang diterima pasien rawat jalan pelayanan yang diterima akan mempengaruhi
terhadap pelayanan yang diharapkan. Idealnya tingkat kepuasan pasien. Data hasil analisis gap
nilai gap adalah nol, yang berarti kinerja yang lima dimensi kualitas pelayanan dapat dilihat pada
diberikan telah sesuai dengan harapan pasien. Tabel 4.
Angka negatif menunjukkan adanya harapan

Tabel 4. Analisis Gap Antara Kinerja dan Harapan Pada Lima Dimens Kualitas Pelayanan

No. Dimensi Skor Kinerja Skor Harapan Gap Peringkat


1. Tangibles 3,06 3,28 -0,22 5
2. Reliability 3,09 3,26 -0,17 3
3. Responsiveness 3,11 3,30 -0,19 4
4. Assurance 3,28 3,30 -0,02 1
5. Emphaty 3,26 3,31 -0,05 2
Skor Total 3,16 3,29 -0,13
menyebabkan banyak pasien yang berdiri,
Gap yang diperoleh dari masing-masing akibatnya pasien merasa kurang nyaman pada saat
dimensi menunjukkan tingkat kesesuaian antara mengantri obat. Penelitian yang dilakukan oleh
pelayanan yang diharapkan terhadap pelayanan
yang diterima pasien rawat jalan di Instalasi Helmawati (2014) menyatakan bahwa dimensi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang yang pada tangibles yang berfokus pada pengaturan desain
akhirnya akan menentukan kepuasan pasien atau dan tata letak lingkungan yang bersih dan nyaman
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang serta mengutamakan penampilan karyawan yang
diberikan oleh Instalasi Farmasi RSUD Datoe rapi akan mendukung proses layanan menjadi
Binangkang. Berdasarkan data pada Tabel 4, total lebih baik dan menciptakan lingkungan yang
nilai kepuasan pasien -0,13. Hal ini berarti pasien kondusif bagi pasien. Lingkungan tersebut dapat
rawat jalan merasa belum puas terhadap mempengaruhi respon emosional dan psikis
pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe pasien yang kemudian mempengaruhi tingkat
Binangkang. Dimana harapan pasien lebih besar kesembuhan pasien. Adanya tingkat kesembuhan
dari pada kinerja karyawan, keadaan ini yang pasien yang tinggi dapat meningkatkan kepuasan
dapat menyebabkan kualitas pelayanan menjadi pasien serta meningkatkan minat kunjungan ulang
tidak sesuai dengan harapan pasien terhadap ke rumah sakit yang bersangkutan.
kinerja yang ada di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Dimensi reliability berada pada peringkat
Binangkang. Adanya perbedaan antara persepsi ketiga. Hal ini dikarenakan banyak pasien yang
harapan pasien terhadap pelayanan yang diterima belum diberikan penjelasan mengenai efek
akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. samping dari obat yang diterima, akibatnya pasien
Dimensi tangibles memiliki nilai gap belum merasa puas dan berharap adanya
terbesar dari lima dimensi kualitas pelayanan perbaikan yaitu dengan menjelasakan efek
sehingga sangat perlu diperhatikan oleh pihak samping obat agar pasien tidak khawatir akan
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang agar penggunaan obat selama terapi. Hasil penelitian
menjadi prioritas untuk ditangani dengan cepat. ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hal ini dikarenakan pasien belum merasa puas Isnandar dkk (2013) yang menunjukkan hasil
terhadap fasilitas tempat duduk di Instalasi negatif terhadap pelayanan dimensi reliability,
Farmasi karena terdapat beberapa tempat duduk maka perlu diadakannya sebuah program dengan
yang rusak serta tempat duduk yang tersedia tujuan untuk menambah wawasan dan
belum memenuhi banyaknya kunjungan pasien pengetahuan petufgas di Instalasi Farmasi dalam
khususnya pada saat jam-jam sibuk sehingga memberikan pelayanan terkait dengan dimensi

385
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

kehandalan, seperti diadakannya pelatihan dan pelayanan dan proses pelayanan yang lama dapat
seminar. menurunkan kepuasan pelanggan.
Dimensi responsiveness berada pada Dimensi assurance memiliki nilai gap
peringkat keempat. Waktu tunggu pelayanan resep terkecil dari lima dimensi kualitas pelayanan. Hal
di Instalasi Farmasi yang terlalu lama disebabkan ini menunjukkan bahwa kinerja yang dilakukan
oleh banyaknya resep yang menumpuk terutama oleh karyawan Instalasi Farmasi RSUD Datoe
pada jam-jam sibuk yaitu antara pukul 11.00 Binangkang terhadap dimensi assurance sudah
hingga pukul 13.00 dikarenakan pada jam tersebut cukup besar hampir sesuai dengan harapan pasien,
pasien baru mendapatkan resep dari masing- sehingga gap antara kinerja karyawan dengan
masing poli rawat jalan, sehingga pasien harus harapan pasien rawat jalan pada dimensi ini lebih
mengantri terlalu lama hingga mencapai 1 sampai kecil dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal
2 jam lebih untuk mendapatkan obat. Hal ini ini menunjukkan masih ada aspek yang perlu
membuat pasien merasa kurang puas terhadap dibenahi, sekalipun pasien sudah merasa cukup
pelayanan Instalasi Farmasi RSUD Datoe puas. Pasien menilai bahwa bahwa karyawan
Binangkang dan berharap adanya perbaikan. Instalasi Farmasi bersikap kurang ramah dalam
Berdasarkan observasi, Instalasi Farmasi memiliki melayani pasien. Pasien beranggapan mungkin
shift 3 orang perhari selama 24 jam yang terdiri dikarenakan karyawan sangat sibuk dan harus
dari 1 Apoteker untuk melayani pasien dengan terburu-buru melayani pasien yang lain,
rata-rata resep rawat jalan yang masuk perhari khususnya pada saat jam-jam sibuk, sehingga hal
kira-kira 20an resep. Sesuai dengan Peraturan ini mempengaruhi kepuasan pasien terhadap
Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang pelayanan yang diberikan oleh Instalasi Farmasi.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Menurut Zainaro dkk (2018), pelayanan yang baik
penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan harus disertai dengan sikap keramahan kepada
beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat pihak yang dilayani. Untuk meningkatkan
jalan idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker keramahan di bidang pelayanan kesehatan seperti
dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien. Dilihat pelayanan kefarmasian, perlu membangun budaya
dari resep rawat jalan yang masuk perhari jika kerja bermutu yaitu budaya tidak ada kesalahan
dibandingkan dengan rasio Apoteker, maka yang diterapkan mulai dari pimpinan sampai ke
seharusnya pelayanan bisa dilakukan lebih cepat. karyawan yang langsung berhubungan dengan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor pasien. Budaya kerja seperti ini perlu diterapkan
129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan untuk membentuk kelompok kerja yang kompak
Minimal Rumah Sakit, waktu tunggu obat jadi dan mendapat pelatihan secara terus menerus
(non racikan) selama ≤ 30 menit dan waktu sesuai dengan perkembangan teknologi dan
tunggu obat racikan selama ≤ 60 menit. Dilihat ekspektasi pasien.
dari waktu tunggu pelayanan kefarmasian yang Dimensi emphaty berada pada urutan
belum sesuai dengan standar pelayanan, maka peringkat kedua. Hal ini dinilai oleh pasien bahwa
perlu dilakukan upaya perbaikan meningkatkan karyawan memberikan pelayanan dengan
kepuasan pasien yaitu diharapkan pihak Apoteker memandang status sosial dimana hanya sebagian
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit lebih sigap orang saja yang mendapat perhatian khusus.
dalam pelayanan, maupun penambahan loket obat Berdasarkan observasi, pada saat mengantri obat
atau penambahan karyawan yang dapat pasien umum lebih dulu mendapatkan pelayanan
mempercepat penyerahan obat kepada pasien daripada pasien BPJS. Berdasarkan analisis gap
sehingga waktu tunggu pelayanan resep dapat yang menunjukkan nilai negatif, masih ada
diminimalkan dan pelayanan dapat dilaksanakan perbedaan/ketidaksesuaian antara harapan pasien
secara optimal. Pelayanan yang demikian sangat dengan kualitas pelayanan terhadap kinerja yang
memberikan dorongan bagi pasien sehingga dirasakan pasien. Dimana pasien menuntut
mendukung dalam pelaksanaan terapi. Hal ini karyawan Instalasi Farmasi untuk dapat
sejalan dengan pendapat Kaplan dan Norton memberikan pelayanan yang mengutamakan
(2004) dalam Satibi dkk (2011) yang menyatakan perhatian secara pribadi kepada pasien. Hasil
bahwa faktor pendorong kepuasan dan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
kepercayaan pelanggan, yaitu proses pelayanan dilakukan oleh Isnandar dkk (2013) yang
yang bermutu atau tidak terjadi kesalahan dalam menunjukkan hasil negatif terhadap pelayanan
pelayanan dan proses waktu yang cepat. dimensi emphaty, menyatakan perlu adanya
Sebaliknya, seringnya terjadi kesalahan dalam pelatihan dalam hal keterampilan antar pribadi

386
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

khususnya menyangkut interaksi dengan pasien. kepuasan terhadap uang jasa yang diperoleh
Menurut Sumiati (2019) indikator-indikator pada berada pada nilai terendah. Hal ini disebabkan
dimensi emphaty merupakan perwujudan dari karena karyawan merasa uang jasa yang diperoleh
aspek intangible yang menekankan betapa belum sesuai dengan beban kerja yang ada. Selain
besarnya peran karyawan dalam menjalin itu tidak semua karyawan memperoleh uang jasa
komunikasi efektif terhadap pasien sebagai salah yang sama, dimana karyawan yang sudah Pegawai
satu cara meningkatkan kualitas pelayanan Negeri Sipil mendapat penghasilan yang lebih
kefarmasian. besar dibandingkan dengan Pegawai Kontrak.
2. Perspektif Pertumbuhan dan Nilai tertinggi berada pada pernyataan 4 dan 8
Pembelajaran yaitu kepuasan pada hubungan dengan Kepala
a. Kepuasan Kerja Karyawan Instalasi dan hubungan dengan teman-teman,
dikarenakan terjalin hubungan yang baik antar
Tabel 5. Rata-rata Kepuasan Kerja Karyawan sesama karyawan maupun dengan Kepala
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Instalasi dengan cara saling menghargai dan
Binangkang menghormati serta komunikasi yang baik demi
tercapainya tujuan bersama. Menurut Buitenbach
No. Pernyataan Nilai Kategori dan De Witt (2005) dalam Saharuddin dkk (2019)
Rata- karyawan yang senang dan puas terhadap
rata pekerjaannya dapat meningkatkan produktivitas
1. Kepuasan 2,58 Tinggi kerja sehingga hasilnya akan meningkatkan
komitmen karyawan terhadap organisasi.
terhadap uang
jasa
b. Semangat Kerja Karyawan
2. Kepuasan pada 3,16 Tinggi
pekerjaan
Tabel 6. Hasil Pengukuran Skala Semangat Kerja
3. Kepuasan 3,33 Sangat
Karyawan Instalasi Farmasi RSUD
terhadap Tinggi
Datoe Binangkang
pengawasan
selama bekerja Keterangan Skala Keterangan
4. Kepuasan pada 3,50 Sangat Semangat
hubungan dengan Tinggi Kerja
Rata-rata 3,37 Sangat Tinggi
Kepala Instalasi
Minimal 2,91 Tinggi
5. Kepuasan 3,25 Tinggi Maksimal 3,75 Sangat Tinggi
terhadap promosi
jabatan Berdasarkan data pada Tabel 6,
6. Kepuasan 3,41 Sangat menunjukkan nilai rata-rata tingkat semangat
terhadap jam Tinggi kerja karyawan berada pada kategori sangat
kerja tinggi, sehingga hal ini akan berpengaruh pada
kinerja Instalasi Farmasi RSUD Datoe
7. Kepuasan 3,16 Tinggi
Binangkang karena semangat kerja yang baik
terhadap seiring dengan adanya loyalitas petugas terhadap
pembagian tugas perusahaan (Rao, 2009). Dimana karyawan
kerja dengan loyalitas yang tinggi selalu mempunyai
8. Kepuasan pada 3,50 Sangat semangat dalam melaksanakan setiap tugas dan
hubungan dengan Tinggi pekerjaanya dengan baik untuk memajukan
teman-teman Rumah Sakit. Hal ini harus terus ditingkatkan dan
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
Rata-rata 3,23 Tinggi semangat kerja karyawan. Menurut Satibi (2007)
dalam Saharuddin dkk (2019) semangat kerja
Berdasarkan data pada Tabel 5, karyawan yang tinggi didukung oleh adanya
menunjukkan rata-rata tingkat kepuasan kerja kesesuaian job desk dari masing-masing karyawan
karyawan berada pada kategori tinggi. Nilai dengan tingkat pendidikan dan keahliannya, selain
terendah berada pada pernyataan 1 yaitu itu semangat kerja tinggi juga dipengaruhi oleh
387
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

tugas, wewenang, serta jabatannya. Instalasi dan semangat kerja karyawan yang sangat tinggi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang selama ini 3,37. Hasil kinerja yang kurang baik yang
belum ada pengadaan sistem reward seperti bonus memerlukan perhatian untuk diperbaiki yaitu
kepada karyawan yang memiliki kinerja yang pelatihan karyawan dan kepuasan pasien. Hal ini
tinggi, namun demi meningkatkan semangat kerja dilihat dari hasil yang diperoleh dengan pelatihan
karyawan, Kepala Instalasi Farmasi RSUD Datoe karyawan sebesar 0% dan kepuasan pasien dengan
Binangkang saling bertukar pikiran dengan rata-rata nilai gap sebesar -0,13 dengan nilai gap
karyawan terkait kendala-kendala yang terjadi di pada setiap dimensi pelayanan berwujud -0,22,
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang dan kehandalan -0,17, ketanggapan -0,19, jaminan -
saling memberikan semangat sehingga hal 0,02 dan empati -0,05.
tersebut diharapkan dapat meningkatkan semangat
kerja karyawan. SARAN

c. Pelatihan Karyawan Perlu adanya peningkatan pelayanan


kesehatan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Pelatihan karyawan ini sangat diperlukan Binangkang dalam mempertimbangkan kebutuhan
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan kepuasan pasien dengan cara memperhatikan
karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja waktu tunggu pelayanan resep, ketersediaan obat,
pelayanan Instalasi Farmasi yang berdampak pada peningkatan fasilitas di ruang tunggu, serta
kepuasan pasien terhadap pelayanan. Karyawan diharapkan untuk mengadakan pelatihan bagi
Instalasi Farmasi rumah sakit sebagai salah satu karyawan dalam meningkatkan kinerja karyawan
motor penggerak rumah sakit yang berada digaris sesuai harapan pasien.
depan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien sudah seharusnya menjadi pelatihan terkait DAFTAR PUSTAKA
dpeningkatan kapabilitas dan kompetensinya
sehingga dapat berkontribusi positif terhadap Aini, N. 2017. Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi
rumah sakit (Harsono, 2010). Persentase pelatihan RSUD A. W. Sjahranie Samarinda
karyawan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Binangkang ialah 0% dimana karyawan Instalasi [Tesis]. Universitas Setia Budi, Surakarta.
Farmasi belum pernah mendapatkan pelatihan
dalam mendukung pekerjaannya. Kurangnya Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi.
pelatihan bagi karyawan menyebabkan kinerja Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
karyawan menjadi kurang baik sehingga belum
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan Dahlan, S. M. 2010. Besar Sampel dan Cara
harapan pasien. Menurut Kepala Instalasi Farmasi Pengambilan Sampel dalam Penelitian
hal ini dikarenakan dana untuk melaksanakan Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
pelatihan tidak ada. Dalam Peraturan Menteri Medika, Jakarta.
Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Dahlan, S. M. 2012. Statistik Untuk Kedokteran
menyatakan bahwa setiap staf harus diberi dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta.
kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Departemen Kesehatan RI. 2009. Kategori Umur.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
KESIMPULAN
Faramita, R. 2013. Analisis Kinerja Instalasi
Pengukuran kinerja Instalasi Farmasi Farmasi RSUD KRT. Setjonegoro
RSUD Datoe Binangkang dengan menggunakan Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah
metode balanced scorecard berdasarkan dengan Pendekatan Balanced Scorecard
perspektif pelanggan serta perspektif pertumbuhan [Tesis]. Universitas Setia Budi, Surakarta.
dan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
indikator dengan hasil kinerja yang baik yaitu Harsono. 2010. Analisis Kinerja Instalasi Farmasi
kepuasan kerja karyawan dan semangat kerja Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri
karyawan. Hal ini dilihat dari hasil yang diperoleh dengan Pendekatan Balanced Scorecard
dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi 3,23 [Tesis]. Universitas Setia Budi, Surakarta.

388
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

Helmawati, T., Handayani, S. 2014. Pengaruh Saharuddin, T. S., Satibi., Andayani, T. M. 2019.
Kualitas Layanan Terhadap Minat Analisis Perspektif Pembelajaran Dan
Kunjungan Ulang yang Dimediasi oleh Pertumbuhan Dalam Mengukur Kinerja
Kepuasan Pasien di Klinik Rumah Zakat Instalasi Farmasi RSUD A.M. Parikesit
Yogyakarta. Journal Of Medicolegal- Tenggarong Kutai Kartanegara
ethics and Hospital Management. 3: 1-15. Kalimantan Timur Dengan Pendekatan
Balanced Scorecard. Jurnal Ilmiah
Isnandar., Saputra, I, Robiyanto. 2013. Analisis Manuntung. 1(5): 97-105.
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di
Ruangan Penyakit Dalam Terhadap Satibi., Fudholi, A., Kusnanto, H., Jogiyanto.
Pelayanan Di Instalasi Farmasi Rumah 2011. Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi
Sakit Periode Desember 2011-Februari RSUD Kota Yogyakarta dengan
2012. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Pendekatan Balanced Scorecard. Majalah
Farmasi. 3(4): 231-248. Farmaseutik. 7(3): 77-86.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif,
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Kualitatif dan R&D. Alfa Beta, Bandung.
Rumah Sakit.
Sumiati, L. 2019. Analisis Kinerja Instalasi
Mulia, D. S. 2019. Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Farmasi Rumah Sakit Islam PKU Kota Surakarta Dengan Pendekatan
Muhammadiyah Palangka Raya Balanced Scorecard [Tesis]. Universitas
Kalimantan Tengan Dengan Pendekatan Setia Budi, Yogyakarta.
Balanced Scorecard. Jurnal Surya
Medika. 4(2): 72-78. Suryani, N. K., FoEh, J. 2018. Kinerja
Organisasi. Deepublish,Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Taher, T. H. 2018. Analisis Pendekatan Balanced
Scorecard Mengukur Kinerja Perusahaan.
Nur, Y. D., Haksama, S. 2016. Pengukuran Jurnal Komunikasi Bisnis dan
Kinerja Rawat Inap Berdasarkan Manajemen. 5(1): 103 – 119.
Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. 4(1): Zainaro, M . A., Dherlirona., Norabela, A. 2018.
67-76. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Dengan Kepuasan Pasien Di Klinik Dira
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Medika Gotong Royong Bandar Lampung
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Tahun 2017. Holistik Jurnal Kesehatan.
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. 12(2): 126-135.

Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data


dengan SPSS. Madiakom, Yogyakarta.

Rao, C. M., Rao, K. P. 2009. Inventory Turnover


Ratio As A Supply Chain Performance
Measure. Serbian Journal Of
Management. 4:41-50.

389

You might also like