Professional Documents
Culture Documents
ABDUL MUIZ
Abdul Muiz
NRP A156070194
3
ABSTRACT
Land is a unique economic assets where it has a fixed supply on one hand
and increasing demand along with human population growth and its social
economics activity on the other hand. Administrative development in Sukabumi
Districts and the relocation of district capital from Sukabumi to Pelabuhan Ratu is
expected to speed-up economic development and land use conversion. One of the
approach to rapidly assess land use conversion is by using remote sensing
technology. Multitemporal remote sensing data can be used to understand the
dynamics of changes and also predicts land cover/use changes. Therefore, this
study aims to: (1) Identified regional development in 1997-2006 (2) analyze of
land use changes in 1997-2006 (3) To understand the drivers of land use changes
and (4) Conducting simulation on land use changes based on physical
charactheristic of land suitability in 2015.
The results showed that most of villages and sub-district in Sukabumi are
still in a low stage of development. Land use structure in Sukabumi is relatively
the same over 1997 and 2006, where it is mostly dominated by forest and estate
crop. Decreasing land use are forest, shrub, and ricefield. Estate crop, settlement
and agriculture land is increasing. Logistic regression showed that the main factor
of land use changes in Sukabumi is road density, administrative development,
elevation, slope, and sub-district hierarchy. Based on land use simulation using
Markov-Celluler automata Analysis, predicted land use in 2015 are: forest, estate
crop, settlement, shrub, agriculture land, ricefield and water as much as 19.74,
50.15, 3.34, 5.47, 14.05, 6.95 and 0.30% respectively.
RINGKASAN
ABDUL MUIZ
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Pr
o of
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Kursatul Munibah, MSc
Kupersembahkan Karya ini
Kepada:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Desember 2008 di
Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat ini adalah perubahan penggunaan
lahan, dengan judul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten
Sukabumi .
Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Kukuh
Murtilaksono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. M. Buce Saleh,
MS selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan
bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini,
serta Dr. Ir. Kursatul Munibah, MSc selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. Di samping itu,
penghargaan dan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.
Agr selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah beserta segenap staf
pengajar dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB,
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini, Kepala Pusbindiklatren
Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada
penulis, rekan-rekan PWL kelas Bappenas angkatan 2007 atas segala doa,
dukungan dan kebersamaannya selama proses belajar hingga selesai, dan pihak-
pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian tesis ini.
Akhirnya ucapan terima kasih yang setinggi-tinginya juga disampaikan
kepada ayahanda, ibunda, isteri dan kedua anakku serta seluruh keluarga, atas
segala doa, dukungan, pengertian dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Abdul Muiz
RIWAYAT HIDUP
Halaman
TINJAUAN PUSTAKA
Hirarki Wilayah........................................................................................ 5
Penggunaan dan Penutupan Lahan ........................................................... 6
Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya ......... 6
Pengindraan Jauh .................................................................................... 7
Sistem Informasi Geografis ..................................................................... 9
Analisis Dinamika Spasial Penggunaan Lahan ......................................... 12
Pergeseran dan Pusat-pusat Perubahan Penggunaan Lahan ...................... 14
Pemodelan Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan ............................... 15
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pendekatan
Celluler Automata .................................................................................. 17
Kesesuaian Lahan .................................................................................... 17
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 19
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 20
Bahan dan Alat ........................................................................................ 21
Pengumpulan Data .................................................................................. 21
Analisis dan Pengolahan Data ................................................................. 21
Analisis Perkembangan wilayah .......................................................... 21
Pemotongan Batas Area Penelitian ...................................................... 25
Rektifikasi Citra .................................................................................. 25
Klasifikasi Penggunaan lahan dan Deteksi Perubahan ......................... 26
Identifikasi Pergeseran dan Pusat-pusat Perubahan Penggunaan lahan 28
Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan .......... 28
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan .............................................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................. 82
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan merupakan aset ekonomi yang penawarannya (supply) tetap (fixed), dimana
setiap unit lahan memiliki atribut-atribut yang unik seperti kualitas tanah, kemiringan
lahan, ketinggian, aksesibilitas dan lain-lain. Sementara itu permintaan (demand) terhadap
lahan semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Ketimpangan antara
permintaan dan penawaran sumberdaya lahan merupakan suatu indikasi bahwa lahan dapat
dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity) (Rustiadi
et al. 2007). Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh interaksi ruang dan waktu yaitu
antara faktor biofisik dan manusia dimana faktor manusia memberikan pengaruh yang
lebih besar (Veldkamp dan Lambin 2001).
Fungsi lahan sebagai media produksi cenderung akan berubah penggunaannya
seiring dengan perubahan nilai ekonomi lahan (economic rent) yaitu surplus pendapatan
yang diperoleh atas penggunaan sebidang lahan yang nilainya ditentukan oleh nilai
intrinsik lahan (ricardian land) dan nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasional
(locational rent). Lahan-lahan produktif seperti lahan pertanian yang memiliki nilai
ekonomi lahan lebih rendah akan terkonversi menjadi penggunaan lain yang bernilai
ekonomi lebih tinggi. Pertumbuhan dari lokasi-lokasi permukiman berupa industri,
pemukiman penduduk, aktivitas urban dan kemacetan lalu lintas dapat menjadi indikator
secara visual peningkatan kebutuhan akan ruang/lahan di lapangan. Rustiadi et al. (2007)
menyatakan bahwa proses alih fungsi lahan merupakan proses yang tidak bisa dihindari
karena pada dasarnya alih fungsi lahan merupakan pergeseran alokasi dan distribusi
sumberdaya sebagai konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.
Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian cenderung mengalami
percepatan. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah seluas 1 Juta
ha di Jawa dan 0,62 juta ha di luar Jawa. Konversi lahan sawah merupakan proses yang
disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Percetakan sawah
dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit dihindari dan
terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik.
Peningkatan laju alih guna lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disamping
berdampak negatif terhadap swasembada pangan juga berdampak negatif terhadap
2
Perumusan Masalah
LUCC bersifat dinamis dan tidak bisa dihindari karena merupakan refleksi dari
perubahan struktur perekonomian, preferensi penduduk dan dinamika pembangunan.
Kecepatan terjadinya LUCC antara satu wilayah dengan wilayah lainnya akan berbeda
tergantung pada faktor-faktor dominan baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun
kelembagaan.
Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi antara tahun 1994 - 2002
mengalami perubahan pada beberapa jenis penggunaan lahan tertentu dengan luasan cukup
besar seperti disajikan pada Tabel 1 (Bappeda Kab. Sukabumi 2003). Penggunaan lahan
yang cenderung turun luasannya adalah hutan, sawah, dan semak belukar. Sementara
permukiman, tegalan dan perkebunan cenderung naik. Kecenderungan ini diduga akan
terus berlangsung pada tahun-tahun selanjutnya seiring dengan perkembangan wilayah di
Kabupaten Sukabumi.
3
Sejalan dengan perpindahan ibu kota Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002
dari Kota Sukabumi di bagian utara ke Pelabuhanratu di bagian selatan, maka telah
terjadi perubahan struktur ekonomi dan orientasi perkembangan wilayah. Di lain
pihak, sampai dengan saat ini belum ada pemutakhiran data penggunaan lahan dan
analisis perubahan penggunaan lahan di tingkat kecamatan.
Berbagai fenomena diatas perlu mendapat perhatian dan dikaji bagaimana
kondisi penggunaan lahan terkini. Keterkaitan antara perkembangan wilayah, faktor
fisik lahan dan kelembagaan terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
Sukabumi perlu dikaji untuk menjadi bahan pengendalian perubahan penggunaan
lahan di tingkat makro (Kabupaten). Sementara itu data konfigurasi spasial tentang
sebaran pemusatan dan pergeseran penggunaan lahan pada unit wilayah yang lebih
kecil (kecamatan) diperlukan sebagai bahan pengendalian perubahan penggunaan
lahan dalam unit wilayah secara mikro. Di samping itu, prediksi penggunaan lahan
pada masa yang akan datang diperlukan untuk menjadi bahan antisipasi terhadap
perubahan fungsi pemanfaatan ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam
rangka mewujudkan struktur dan pola tata ruang wilayah yang kondusif terhadap
kemajuan wilayah.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah mengaplikasikan teknologi pengindraan jauh untuk :
Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat sebagai
masukan kebijakan pemerintah daerah dalam mengendalikan dan mengantisipasi
perubahan penggunaan lahan yang dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
Hirarki Wilayah
Hirarki suatu wilayah sangat terkait dengan hirarki fasilitas kepentingan umum di
masing-masing wilayah. Hirarki wilayah dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa
yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing wilayah. Fasilitas kepentingan
umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya.
Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas
pelayanannya harus berbeda. Makin maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang
disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya (Tarigan 2005).
Hirarki wilayah ditentukan oleh jumlah penduduk, jumlah dan jenis fasilitas
pelayanan umum. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jumlah penduduk
dan semakin banyak jumlah serta jenis fasilitas pada suatu wilayah maka akan semakin
tinggi hirarki yang dimiliki wilayah tersebut (Hastuti 2001).
Rustiadi et al. (2007) menyatakan bahwa secara teoritis hirarki wilayah sebenarnya
ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah yang ditunjukkan oleh kapasitas
secara totalitas yang tidak terbatas infrastruktur fisiknya saja tetapi juga kapasitas
kelembagaan, sumberdaya manusia serta kapasitas perekonomiannya.
Secara historik, pertumbuhan suatu pusat atau kota ditunjang oleh hinterland yang
baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki spesifik yang hirarkinya
ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas pelayanan (regional services capacity)
yang dimaksud adalah kapasitas sumberdaya suatu wilayah (regional resources), yang
mencakup kapasitas sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya manusia (human
resources), sumberdaya sosial (social capital) dan sumberdaya buatan (man-made
resources/infrastructure). Di samping itu, kapasitas pelayanan suatu wilayah dicerminkan
pula oleh magnitude (besaran) aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yang ada di suatu
wilayah.
Secara fisik dan operasional, sumberdaya yang paling mudah dinilai dalam
penghitungan kapasitas pelayanan adalah sumberdaya buatan (sarana dan prasarana pada
pusat-pusat wilayah). Secara sederhana, kapasitas pelayanan infrastruktur atau prasarana
wilayah dapat diukur dari: (1) jumlah sarana pelayanan, (2) jumlah jenis sarana pelayanan
yang ada, serta (3) kualitas sarana pelayanan. (Rustiadi et al. 2007).
6
Definisi mengenai penggunaan lahan (land use) dan penutupan lahan (land cover)
pada hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan fisik permukaan
bumi. Lillesand & Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan
kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan
perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan
manusia terhadap objek-objek tersebut. Sebagai contoh pada penggunaan lahan untuk
pemukiman yang terdiri atas permukiman, rerumputan dan pepohonan.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer
1993). Selanjutnya Sutanto (1986) mengatakan penafsiran citra pemginderaan jauh berupa
pengenalan obyek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta
8
penyajiaannya ke dalam bentuk peta tematik. Alat yang digunakan adalah alat pengindera
atau sensor dengan wahananya berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau
wahana lain. Kegiatan penginderaan jauh terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu
pengumpulan data dan analisis data, dengan demikian pembicaraan penginderaan jauh
tidak dapat lepas dari alat pengumpul data dan alat analisis data agar menghasilkan
informasi yang bermanfaat. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi
elektromagnetik.
Citra Landsat adalah salah satu contoh bentuk data hasil perekaman penginderaan
jauh dalam bentuk agihan energi elektromagnetik yang diperoleh dari hasil penyiaman
satelit yang membawa dua sensor yaitu MSS (Multi Spectral Scanner) dan TM (Thematic
Mapper). Citra landsat biasa digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya alam di
muka bumi, khususnya untuk melihat tutupan lahan dan jenis penggunaan lahan. Obyek-
obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap tenaga
elektromagnetik yang sampai pada obyek tersebut. Prinsip dasar pengenalan objek dalam
penginderaan jauh adalah unsur-unsur interpretasi yaitu rona/warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi. Tetapi tidak semua unsur interpretasi tersebut
digunakan untuk pengenalan obyek, tergantung kepada kemudahan interpretasi. Semakin
mudah obyek itu dikenali, semakin sedikit unsur interpretasi yang digunakan.
Penginderaan jauh akan semakin sederhana, bila setiap benda memantulkan dan/atau
memancarkan tenaga secara unik diketahui. Jenis benda yang berbeda dapat memiliki
kesamaan spektral dan mempersulit pembedaan benda tersebut.
Kisaran Gelombang
Saluran Kegunaan Utama
(m)
1 0,45 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi.
Pembedaan vegetasi dan lahan.
2 0,52 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak
diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk
membedakan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat
terhadap tanaman yang tidak sehat
3 0,63 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak
pada salah satu daerah penyerapan klorofil
4 0,76 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi
jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan
dan air.
5 1,55 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada
tanaman, kondisi kelembapan tanah.
6 2,08 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
Kunci keberhasilan terapan suatu sistem penginderaan jauh terletak pada manusia
(kelompok manusia) yang menggunakan data penginderaan jauh. Data yang dihasilkan
dengan sistem penginderaan jauh hanya akan menjadi informasi bila seseorang memahami
asal-usulnya, mengerti bagaimana menginterpretasinya dan memahami bagaimana cara
menggunakannya secara tepat (Lillesand & Kiefer 1993). Hasil interpretasi data
penginderaan jauh sangat tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dari
interpreter (Munibah dan Barus 1992).
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu cara baru yang berkembang saat
ini dalam menyajikan dan melakukan analisis data spasial dengan komputer. Selain
mempercepat proses analisis, SIG juga bisa membuat model yang dengan manual sulit
dilakukan (Barus & Wiradisastra 2000). Sementara itu Prahasta (2005), SIG adalah satu
kesatuan formal yang terdiri dari sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan
obyek-obyek yang terdapat di permukaan bumi. Dengan kata lain SIG merupakan sejenis
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanipulasi,
menampilkan dan menghasilkan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
10
Konsep dasar SIG merupakan suatu sistem yang terpadu yang mengorganisir
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data yang selanjutnya dapat
menggunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan
sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek spasial. Elemen dasar
SIG yang beroperasi pada sistem yang terpadu tersebut meliputi hardware, software,
pemasukan data, serta sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap masalah
desain, implementasi, dan penggunaan dari SIG. Keluaran yang dihasilkan dari keempat
elemen tersebut berupa informasi keruangan yang jelas dalam bentuk peta, grafik, tabel
ataupun laporan ilmiah.
SIG dapat mendukung fungsi sebagai berikut: (1) menyediakan struktur basis data
untuk penyimpanan dan pengaturan data dalam area yang luas; (2) mampu mengumpulkan
atau memisahkan data regional, landsekap, dan skala plot; (3) mampu membantu dalam
pengalokasian plot studi dan atau secara ekologi area yang sensitif; (4) meningkatkan
kemampuan ekstraksi informasi penginderaan jauh; (5) mendukung analisis statistik
spasial pada distribusi ekologi; dan (6) menyediakan input data/parameter untuk
permodelan ekosistem.
Menurut Prahasta (2005), Barus & Wiradisastra (2000) SIG mempunyai empat
komponen utama dalam menjalankan prosesnya antara lain :
Perkembangan teknik SIG telah mampu menghasilkan berbagai fungsi analisis yang
canggih. Kekuatan SIG juga terletak pada kemampuan memadukan data spasial dan non
spasial (atribut) sekaligus. Penyajian data spasial dari fenomena geografis di dalam
komputer dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu raster (grid cell) dan vektor. Bentuk
raster adalah penyajian obyek dalam bentuk rangkaian elemen gambar (pixel) yang
menampilkan semua obyek dalam bentuk sel-sel. Sedangkan vektor disajikan dalam
bentuk titik atau segmen garis karena model data vektor lebih banyak berkaitan dengan
bentuk obyek pada peta.
Menurut Aronoff (1993) fungsi analisis SIG dapat dikelompokan ke dalam empat
kategori :
Operasi tumpang tindih akan menghasilkan unit baru yang berbeda dengan
unit awalnya. Pada fungsi tumpang tindih dapat digunakan lima cara yaitu : (a)
pemanfaatan fungsi logika dan bolean seperti : penggabungan (union), irisan
(intersection), perbedaan (difference), pilihan (and dan or), dan pernyataan bersyarat
(if, then, else), (b) pemanfaatan fungsi relasional seperti : ukuran >, < = dan
12
c. Fungsi tetangga
d. Fungsi jaringan/keterkaitan
Winoto et al. (1996) menyatakan bahwa dinamika struktur penggunaan lahan dapat
mengarah kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah perubahan penggunaan
khususnya penggunaan pertanian ke non pertanian secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, perekonomian wilayah dan tata ruang
wilayah. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan akan memperlihatkan
kecenderungan meningkat atau menurun dalam tata ruang dengan arah mendekati atau
menjauhi pusat aktifitas manusia, sehingga membentuk suatu pola yang dapat dipelajari
dan diprediksi. Dengan demikian mempelajari dan memprediksi dinamika struktur
penggunaan lahan dan perubahannya terkait dengan analisis spasial karena penggunaan
lahan mempunyai lokasi yang melekat pada posisi geografi.
13
X .. ( t 1)
1
X i ( t1) X .. ( t 1) X ij ( t 1 ) X i ( t 1)
SSA
X ..
(t 0) X i (t 0) X ..
(t 0) X ij ( t 0 ) X i (t 0 )
a b c
dimana : SSA = Luas pergeseran penggunaan lahan ke-I di sub wilayah ke-j (ha)
a = komponen share
b = komponen proportional shift
c = komponen differential shift, dan
X.. = Luas lahan pada total wilayah (ha)
X.i = Luas total pengunaan lahan ke-i pada total wilayah
Xij = Luas penggunaan lahan ke-i di sub wilayah ke-j (Ha)
t1 = titik tahun akhir
t0 = titik tahun awal
geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas
menghasilkan produk yang sama. Analisis LQ dilakukan secara berjenjang dimulai dari
unit administrasi kecamatan sampai ke unit kabupaten (Panuju et al. 2005).
X ij
/ X i.
LQ ij /
X .j X ..
Dimana:
Xij : Perubahan penggunaan lahan ke-j di sub wilayah ke-I
Xi. : total luas perubahan penggunaan lahan di sub wilayah ke-i
X.j : Perubahan penggunaan lahan ke-j di semua wilayah
X.. : total luas perubahan penggunaan lahan
Pemodelan perubahan penggunaan lahan tidak dapat dilakukan secara parsial untuk
masing-masing jenis penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan berarti perubahan
kearah penambahan atau pengurangan luasan penggunaan lain. Salah satu cara untuk
melakukan pemodelan perubahan penggunaan lahan adalah dengan menggunakan model
logit.
Model logit adalah model non-linear, baik dalam parameter maupun dalam variable
(Nachrowi & Usman 2002). Pada prinsipnya variable respon pada regresi logistic bersifat
kategorikal, sedangkan variable bebas dapat berupa variable kategorik maupun variable
interval (bersifat kualitatif maupun kuantitatif). Metoda regresi logistik (logistic
regression) baik binomial logit maupun multinomial logit adalah suatu metoda analisis
statistika yang mendeskripsikan hubungan ketergantungan suatu variable respon atau
tujuan (dependent variable) dengan satu atau lebih variable bebas atau penjelas
16
(explanatory variable). Secara umum fungsi hubungan tersebut ditulis dalam rumus
matematika sederhana yaitu :
Yi = + Xi + i
Apabila variable respon bersifat kualitatif, maka analisis regresi klasik tidak bisa
digunakan untuk menganalisis data. Solusi untuk mengatasinya adalah menggunakan
analisis regresi logistik. Uyanto (2006) menyatakan bahwa analisis regresi logistik
digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variable bebas X1, X2,Xn terhadap
variable respon Y yang berupa kategorik (binomial, multinomial atau ordinal) atau juga
untuk memprediksi nilai suatu variable bebas Y yang berupa kategorik berdasarkan
variable-variabel bebas bebas X1, X2,Xn. Perbedaan utama antara model regresi linear
dan regresi logistik biner adalah bahwa variabel respon pada regresi logistik adalah
variabel binary ( 0 dan 1), sedangkan variabel bebas dapat berupa variable kategorik
maupun variabel interval. Persamaan umum logit model yaitu :
Dimana :
Hukum geografi pertama dinyatakan Tobler (1970) bahwa setiap hal memiliki
keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang lebih berdekatan memiliki keterkaitan lebih
dari lainnya. Keterkaitannya dengan data raster, Vliet (2008) menyatakan bahwa
perubahan penggunaan lahan dalam suatu grid ditentukan oleh penggunaan lahan dan
karakteristik ketetanggaan grid terdekat disekitarnya (neighbourhood). Pengaruh
ketetanggaan dari penggunaan lahan melekat dalam constrained cellular automata (CA)
yang didasarkan atas model perubahan penggunaan lahan sebelumnya dan pengaruh dari
penggunaan lahan tetangganya (Verburg et al. 2004). Model CA seringkali digunakan
untuk model perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan kota (urban growth) dimana
saat ini model CA telah digunakan sebagai alat untuk mendukung perencanaan
penggunaan lahan dan analisis kebijakan (Barredo et al. 2003).
CA pertama kali diperkenalkan oleh Ulam dan Von Neuman pada tahun 1940 yaitu
membuat kerangka kerja formal untuk meneliti perilaku sistem yang kompleks. CA adalah
model dinamik dari interaksi lokal antar sel pada grid yang teratur (Hand 2005). CA juga
didefinisikan sebagai grid dua dimensi dimana nilai sel merepresentasikan penggunaan
lahan, sedangkan perubahan penggunaan lahannya tergantung aturan (rule) yang
mempertimbangkan penggunaan tetangganya (Manson 2001).
Model CA bersifat dinamik, unitnya berupa ruang diskrit (piksel) dan merupakan
fungsi waktu serta dapat diperbaiki (update) secara serentak. Komponen utama CA adalah
sel (cell), state, aturan atau fungsi perubahan (transition rule or transition function) dan
ketetanggaan (Chen et al. 2002). Skenario perubahan penggunaan lahan pada setiap piksel
tergantung pada kesesuaian lahannya, penggunaan lahan periode sebelumnya dan lahan
tetangganya.
Kesesuaian Lahan
Dalam Sistem FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 (empat)
kategori, yaitu :
1. Ordo, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu. Ordo dibagi menjadi dua yaitu ordo S (sesuai) dan N (tidak sesuai). Lahan
pada Ordo S adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Sementara lahan yang
termasuk ordo N adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga
mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai karena
adanya berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu,
dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya
yang dikeluarkan).
2. Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Kelas diberi nomor
urut dibelakang simbol ordo, semakin tinggi nomornya menunjukan semakin jelek
kelas kesesuaiannya. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai yaitu S1 (sangat
sesuai/higly suitable), S2 (cukup sesuai/moderately suitable), dan S3 (sesuai marjinal/
marginally suitable). Lahan pada kelas S1 adalah lahan tidak mempunyai pembatas
yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau mempunyai pembatas yang tidak
berpengaruh nyata terhadap kenaikan masukan yang diberikan. Lahan kelas S2 adalah
lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Selanjutnya lahan kelas S3 berarti lahan
yang mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau
keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Sedangkan untuk ordo yang
tidak sesuai ada dua kelas yaitu N1 (tidak sesuai saat ini/currently not suitable) dan
N2 (tidak sesuai/permanently not suitable). Lahan dengan kelas N1 mempunyai
pembatas-pembatas yang besar, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, dengan
biaya yang tinggi. Keadaan pembatas yang besar, sehingga mencegah penggunaan
yang lestari dalam jangka panjang. Selanjutnya lahan pada kelas N2 merupakan lahan
yang tidak sesuai untuk selamanya yaitu lahan yang mempunyai pembatas permanen.
4. Unit, menunjukkan kesesuaian lahan dalam tingkat unit yang merupakan pembagian
lebih lanjut dari subkelas berdasarkan atas besarnya faktor penghambat.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang (UU No. 26 tahun
2007). RTRW merupakan hasil perencanaan tata ruang di tingkat wilayah menyangkut
aspek struktur dan pola ruang termasuk didalamnya mengatur tentang arahan penggunaan
lahan. Dalam perkembangannya RTRW yang telah ditetapkan dapat mengalami perubahan
baik dalam wujud struktur maupun pola ruangnya seiring dengan perkembangan sosial
ekonomi masyarakat, pertumbuhan penduduk, perubahan kebijakan dan kelembagaan.
Perubahan pola dan struktur lahan dapat didentifikasi dengan menganalisis
perubahan penggunaan lahan, perkembangan wilayahnya dan faktor-faktor penyebabnya
baik dari faktor fisik, sosial ekonomi maupun kebijakan. Selanjutnya prediksi penggunaan
lahan diperlukan untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan di masa yang akan datang
yang dapat dijadikan sebagai bahan pengendalian RTRW dalam rangka mewujudkan
struktur dan pola tata ruang wilayah yang kondusif terhadap kemajuan wilayah. Adapun
kerangka pemikiran penelitian secara skematis diilustrasikan dalam bagan alir pada
Gambar 1 sedangkan tahapan penelitian pada Gambar 2.
Pengumpulan Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini baik data primer maupun data
sekunder didapatkan melalui metoda pengumpulan data yang berbeda. Data sekunder
didapatkan dengan menginventarisasi dan penelusuran data baik pada buku, peta, internet,
perundang-undangan, penelitian terdahulu maupun dari instansi terkait baik pemerintah
maupun swasta. Data primer diperoleh dari hasil survey/cek lapangan.
Jenis, sumber data, ringkasan tujuan, cara analisis, jenis variabel dan output yang
ingin dicapai disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Matrik hubungan antara tujuan, data, metode dan keluaran pada setiap tahapan penelitian
1. Mengidentifikasi Tipe Penggunaan Citra Landsat 1997, Interpretasi Citra dengan menggunakan Sofware Peta penggunaan lahan Tahun
dinamika perubahan lahan dan 2006 Pengolah Citra 1997dan 2006
penggunaan lahan (unit Peta Rupa Bumi Verifikasii akurasi dengan: Skala 1:100.000
analisis: polygon Indonesia (1: 25.000) Ground check dengan GPS dan dari Matrik Perubahan
penggunaan lahan) Peta Administrasi Lapangan penggunaan lahan
Desa dan Kecamatan Peta Penutupan lahan tahun sebelumnya
Penutupan lahan dari Google Earh
2. Mengidentifikasi Infrastruktur Data Podes 2000 dan Analisis Skalogram Indeks Perkembangan
perkembangan wilayah Jumlah Penduduk 2006 wilayah (IPD dan IPK)
pada kurun waktu Aksesibilitas Hierarki Desa dan
perubahan penggunaan Sumber data : Kecamatan
lahan
Lab. Bangwil IPB
23
23
Tabel 4 (lanjutan)
22
(1) (2) (3) (4) (5)
Overlay Diperoleh Faktor-faktor
3. Mengetahui perubahan penggunaan Keluaran tujuan 1 dan Binomial Logit Model penyebab peluang terjadinya
faktor-faktor lahan 2 perubahan penggunaan lahan
penyebab utama jenis Tanah Peta administrasi
perubahan Elevasi Peta tanah
penggunaan lahan Lereng Peta elevasi
Indeks Perkembangan Desa Peta lereng
Arahan penggunaan lahan Peta RTRW
Hirarki desa IPD
Hirarki kecamatan IPK
Perubahan hirarki desa Kerapatan jalan
Perubahan hirarki
kecamatan Sumberdata:
Kerapatan jalan desa Bappeda Sukabumi
Kerapatan jalan kecamatan Dishut Sukabumi
Pemekaran kecamatan
Jarak centroid desa ke Kota
Sukabumi
Jarak Centroid Desa ke
Pelabuhanratu
4. Memprediksi Penggunaan Lahan Keluaran tujuan 1 Simulasi dengan Cellular Automata Analysis Estimasi Peta
perubahan Rencana tata ruang Peta Kesesuaian Lahan Overlay Penggunaan Lahan
penggunaan lahan Kesesuaian lahan Peta RTRW Tahun 2015
Moving filter 5 x 5 Dugaan lokasi
Matrix Trasformasi Sumber : penyimpangan
Perubahan Hasil analisis tujuan 1 RTRW
Bappeda Sukabumi
23
24
dimana:
Yij adalah variabel baru untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j
Xij adalah jumlah sarana untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j
Xj min adalah nilai minimum untuk jenis sarana ke-j
sj adalah simpangan baku untuk jenis sarana ke-j
f. Menentukan Indeks Perkembangan Desa dan Kecamatan (IPD dan IPK)
serta kelas hirarkinya.
Pada penelitian ini, IPD dan IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas
hirarki, yaitu hirarki I (tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki III (rendah). Data
aksesibilitas untuk penentuan IPK adalah rata-rata data aksesibilitas ditingkat
desa. Kelas hirarki didasarkan pada nilai standar deviasi (St Dev) dari indeks
perkembangan wilayah dan nilai tengah, seperti terlihat pada Tabel 5. Variabel
dan parameter yang dipergunakan untuk analisis skalogram, terlihat pada
Lampiran 1.
25
Rektifikasi Citra
Hal terpenting dari koreksi geometri adalah keakuratan hasil koreksi yang
ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square) yang kecil yaitu dengan
memilih GCP yang kesalahan geometrinya kecil dan membuang GCP yang
menyebabkan nilai RMS besar.
Persiapan Citra:
1. Komposit Citra
dengan Band 542.
Citra Landsat 2. Koreksi Geometrik.
3. Subset Citra dengan
peta Administrasi
Peta Peta
Menghitung akurasi pengklasifikasian.
penggunaan Administrasi
lahan Kecamatan
Sesuai
(Kappa Konversi data raster ke
> 80%) data vektor
Tahun 2006
Penggunaan Lahan
Total
Kab. Sukabumi
Htn Kbn Pmk Sbk Tgl Swh Tba
Semak belukar,
22 23 24 25 26 27 28 Sbk1997
tanah kosong (Sbk)
Keterangan :
= Tidak berubah
= Berubah ke penggunaan lain
28
Dimana :
Tabel 7. Input dan output data perubahan penggunaan lahan dengan cellular
automata analysis pada software Idrisi 32
No Output Input Data Indikator
Administrasi
33
Gambar 5 Peta administrasi Kabupaten Sukabumi
34
Kependudukan
Rata-Rata 1.92
Sumber : Diolah dari Kabupaten Sukabumi Dalam Angka (KASDA) 2007
Tanah
Dari aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), wilayah
Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanpa liat).
Kedalaman tanahnya dapat dikelompok menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu
kedalaman efektif tanah dalam dan kedalaman efektif tanah sedang sampai
dangkal. Kedalaman efektif tanah dalam tersebar di bagian utara, sedangkan
kedalaman efektif tanah sedang sampai dangkal tersebar di bagian tengah dan
selatan (BPS Kabupaten Sukabumi, 2006).
Jenis tanah dibagian utara pada umumnya terdiri dari tanah Podsolik,
Andosol dan Regosol. Sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari
tanah Grumusol, Latosol dan Alluvial (Gambar 8). Sebaran luasan berdasarkan
perhitungan di peta tanah Podsolik mendominasi dengan luasan mencapai 45,6 %.
Sebaran Jenis tanah di Kabupaten Sukabumi disajikan dalam Tabel 11.
Gambar 9 Peta arahan penggunaan lahan RTRW wilayah Kabupaten Sukabumi 2006-2016
41
42
Persentase Total
No. Arahan Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Wilayah (%)
1 Kawasan Hutan 101.280,14 24,34
- Taman Nasional Gununggede 6.800,00
Pangrango (TNGP) 1,63
- Taman Nasional Gunung Halimun- 28.915,82
Salak (TNGH-S) 6,95
- Hutan Produksi 56.935,32 13,68
- Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa 8.629,00 2,07
2 Areal Perkebunan (PTPN dan PBS) 63.449,02 15,25
- Jenis karet 28.512,00 6,85
- Jenis Kelapa 16.665,69 4,01
- Jenis teh 12.869,04 3,09
- Jenis cengkeh 3.975,59 0,96
- Tanah kosong 1.383,49 0,33
- Tubuh air 43,21 0,01
Jumlah Kawasan Hutan dan Areal
164.729,16 39,59
Perkebunan
Sumber : Kawasan Hutan :Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi (2007)
Areal Perkebunan : Bappeda Kabupaten Sukabumi (2006)
43
43
Gambar 10 Peta kawasan hutan dan areal perkebunan wilayah Kabupaten Sukabumi
43
44
Pertanian Sawah
Perkembangan Wilayah
Data desa yang lengkap untuk dianalisis adalah 334 dari 341 desa, baik data
pada tahun 2000 maupun tahun 2006, sementara 7 desa lainnya datanya tidak
lengkap. Anlisis selanjutnya hanya akan menganalisis 334 desa terutama
perbandingan hirarki wilayahnya. Rangkuman nilai IPD dan penentuan hirarki
disajikan pada Tabel 15. Hasil lengkap anlisis IPD disajikan pada Lampiran 2.
49
Nilai tengah IPD tahun 2000 adalah 111,25 dengan kisaran antara 63,03
sampai dengan 324,12. Nilai tertinggi diperoleh Desa Jampang Kulon dan
terendah oleh Desa Purwasedar Kecamatan Ciracap. Sementara itu Nilai tengah
IPD tahun 2006 adalah 89,75 dengan nilai tertinggi 46.87 diperoleh Desa Cicurug
Kecamatan Cicurug dan nilai terendah diperoleh Desa Mekarjaya Kecamatan
Kabandungan. Penyebaran desa-desa menurut hirarki tahun 2000 dan 2006 di
Kabupaten Sukabumi disajikan pada Lampiran 3.
Hirarki wilayah desa pada setiap kecamatan tahun 2000 dapat dijelaskan
sebagai berikut (digrafikkan pada Gambar 12) :
1. Desa yang termasuk pada hirarki I merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi/maju dibandingkan desa-
desa pada hirarki yang lebih rendah. Desa-desa yang termasuk pada hirarki
ini memiliki IPD > 154,32, yaitu sebanyak 24 (7,2 %) dan terdapat di 20
Kecamatan. Kecamatan yang memiliki desa hirarki I lebih dari satu ada 4
yaitu Kecamatan Cisaat, Cikembar, Jampang Kulon dan Sagaranten.
2. Desa yang termasuk pada hirarki II merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah sedang dengan nilai IPD antara 111,25 sampai
dengan 154,32. Desa-desa yang termasuk pada hirarki ini sebanyak 104 desa
(31,1 %) yang tersebar pada semua kecamatan kecuali di Kecamatan
Cicantayan, Gegerbitung, Kalapanunggal dan Waluran. Ciri-ciri yang
menonjol dari desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum relatif lebih rendah dibandingkan desa-desa pada
hirarki I dan berada di dekat desa-desa yang berhirarki I.
50
3. Desa yang termasuk pada hirarki III merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah paling rendah dengan nilai IPD <111,25. Di
Kabupaten Sukabumi Desa-desa pada hirarki III memiliki jumlah paling
banyak yaitu 206 desa (61,07%) dan tersebar pada semua kecamatan.
Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki III
>80% adalah kecamatan: Waluran (100%), Cicantayan (100%), Nagrak
(92,3%), Kalapanunggal (85,7%), Gegerbitung (85,7%), Pabuaran (83,3%),
Sukalarang (83,3%) dan Cikidang (81,8%). Ciri-ciri yang menonjol dari
desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif kurang
dibandingkan desa-desa pada hirarki yang lebih tinggi, mempunyai akses
terhadap pusat pemerintahan yang lebih sulit dan masih mengandalkan sektor
pertanian.
3. Desa yang termasuk pada hirarki III merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah paling rendah, memiliki nilai IPD <89,75. Di
Kabupaten Sukabumi Desa-desa pada hirarki III paling banyak jumlahnya,
yaitu sebanyak 201 desa (60,2 %) yang tersebar pada semua kecamatan.
Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki III
>80% adalah kecamatan: Bantargadung (100%), Cidahu (100%),
Curugkembar (100%), Waluran (100%), Cikidang (90,9%), Jampang Tengah
(90,9%), Nagrak (84,6%), Kalibunder (83,3%), Pabuaran (83,3%),
Parakansalak (83,3%) dan Sagaranten (81,83%).
200
32,04%
Jumlah Desa
150 31,14%
100
7,78%
7,19%
50
0
Hierarki-1 Hierarki-2 Hierarki-3
2000 24 104 209
2006 26 108 203
Desa-desa pada kecamatan pemekaran secara umum adanya naik, turun dan
tetap hirarkinya. Kecamatan yang hirarki desanya naik adalah : Caringin,
Cicantayan, Cirenghas, Gunungguruh, Kebonpedes dan Sukalarang. Kecamatan
yang hirarki desanya tetap adalah : Bojonggenteng, Cidadap, Cikakak, Pabuaran
dan Waluran. Sedangkan kecamatan yang hirarki desanya relatif turun adalah :
Bantargadung, Cibitung, Curugkembar dan Simpenan. Kecamatan yang hirarki
desanya naik semuanya berada di bagian utara dan dilalui oleh jalan nasional.
Hasil ini menunjukkan bahwa terjadinya pemekaran wilayah kecamatan di
Kabupaten Sukabumi tidak selalu meningkatkan perkembangan wilayah
kecamatan yang dimekarkan. Perkembangan wilayah kecamatan lebih ditentukan
kemudahan akan aksesibilitas kecamatan terhadap pusat-pusat pertumbuhan
regional seperti Bandung dan Jakarta. Secara fisik dilapangan, kecepatan
perkembangan wilayah kecamatan lebih ditentukan oleh tingginya tingkat
aksesibilitas dan kedekatan suatu kecamatan terhadap jalan nasional. Perubahan
hirarki desa tahun 2000-2006 digrafikkan pada Gambar 13.
47,6%
160
140
120
Jumlah Desa
100
80 16,5% 13,2%
60 12,6%
40 4,8%
2,4% 0,0% 2,1% 0,9%
20
0
1 ke 1 1 ke 2 1 ke 3 2 ke 1 2 ke 2 2 ke 3 3 ke 1 3 ke 2 3 ke 3
16 8 0 7 55 42 3 44 159
Perubahan Hirarki
Variabel Tahun
2000 2006
Minimal IPK 42,72 34,09
Maksimal IPK 207,76 163,71
Nilai Tengah IPK 109,28 94,53
Standar deviasi 39,90 30,45
Hirarki 1 >169,14 >140,20
Hirarki 2 109,28 - 169,14 94,53 140,20
Hirarki 3 <109,28 <94,53
Sumber : Hasil Analisis
56
57
Luas penggunaan lahan hutan yang tidak berubah adalah 64.343 Ha.
Pengurangan luas hutan disebabkan perubahan ke penggunaan lahan kebun 28.090
Ha, pemukiman 256 Ha, semak belukar 2.166 Ha, tegalan 6.412 Ha dan sawah 103
ha. Sementara penambahan luas hutan dari perubahan kebun 15.841 ha, semak
belukar 4.497 Ha dan Tegalan 3.741 Ha.
Penambahan luas kebun diperoleh dari perubahan hutan 28.090 ha, semak
belukar 41.676 Ha dan tegalan 18.344 ha. Selanjutnya Penggunaan lahan kebun
yang berubah ke penggunaan laian adalah : hutan 15.841 ha, permukiman 1.262 ha,
semak belukar16.052 ha dan sawah 72 ha. Penggunaan lahan kebun yang tidak
berubahan seluas 113.740 ha.
Pengurangan luas semak belukar disebabkan perubahannya menjadi hutan
4.497 ha, kebun 41.676 ha, permukiman 474 ha, tegalan 4.412 ha dan sawah 85 ha,
sehingga luas semak belukar yang tidak berubahan adalah 16.052 ha.
Penggunaan lahan tegalan mengalami penambahan luasan dari perubahan
penggunaan lahan hutan 6.412 ha, kebun 16.840 ha dan sawah 150 ha. Sedangkan
pengurangan luasan terjadi karena perubahan ke hutan 3.741 ha, kebun 18.344 ha,
permukiman 242 ha, semak belukar 2.147 ha dan sawah 85 ha.
58
Luas penggunaan lahan hutan yang tidak berubah adalah 64.343 Ha.
Pengurangan luas hutan disebabkan perubahan ke penggunaan lahan kebun 28.090
Ha, pemukiman 256 Ha, semak belukar 2.166 Ha, tegalan 6.412 Ha dan sawah 103
ha. Sementara penambahan luas hutan dari perubahan kebun 15.841 ha, semak
belukar 4.497 Ha dan Tegalan 3.741 Ha.
Penambahan luas kebun diperoleh dari perubahan hutan 28.090 ha, semak
belukar 41.676 Ha dan tegalan 18.344 ha. Selanjutnya Penggunaan lahan kebun
yang berubah ke penggunaan laian adalah : hutan 15.841 ha, permukiman 1.262 ha,
semak belukar16.052 ha dan sawah 72 ha. Penggunaan lahan kebun yang tidak
berubahan seluas 113.740 ha.
Pengurangan luas semak belukar disebabkan perubahanya menjadi hutan
4.497 ha, kebun 41.676 ha, permukiman 474 ha, tegalan 4.412 ha dan sawah 85 ha,
sehingga luas semak belukar yang tidak berubahan adalah 16.052 ha.
Penggunaan lahan tegalan mengalami penambahan luasan dari perubahan
penggunaan lahan hutan 6.412 ha, kebun 16.840 ha dan sawah 150 ha. Sedangkan
pengurangan luasan terjadi karena perubahan ke hutan 3.741 ha, kebun 18.344 ha,
permukiman 242 ha, semak belukar 2.147 ha dan sawah 85 ha.
Pengurangan luas penggunaan lahan sawah sebagian besar karena
perubahannya menjadi permukiman yaitu 3.801 ha sisanya adalah semak belukar 8
ha, tegalan 150 ha dan tubuh air 184 ha.
Perubahan penggunaan lahan tersebut diatas sejalan dengan pernyataan
Rustiadi (2001) bahwa proses alih fungsi lahan umumnya berlangsung dari aktifitas
dengan economic land rent yang lebih rendah ke aktifitas-aktifitas dengan
economic land rent yang lebih tinggi. Namun di sisi lain alih fungsi lahan pada
umumnya berlangsung dari aktifitas dengan environmental rent yang lebih tinggi
ke aktifitas dengan environmental rent yang lebih rendah. Penggunaan lahan
permukiman memiliki nilai economic land rent yang lebih tinggi dibanding
penggunaan lahan lainnya. Oleh karena itu penggunaan lahan permukiman akan
terus meningkat luasannya. Sebaliknya, penggunaan lahan hutan dan semak
belukar akan terus menurun. Dengan demikian secara keseluruhan aktifitas
kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan
kapasitas daya dukung yang semakin menurun, padahal di lain pihak permintaan
akan sumberdaya terus meningkat akibat tekanan pertambahan pemduduk dan
peningkatan konsumsi per kapita.
59
Dalam perspektif teori sewa lahan (land rent), penggunaan lahan dengan
nilai proporsional shift negatif memiliki nilai sewa lahan yang lebih rendah
dibandingkan dengan penggunaan lahan lain yang memiliki nilai proporsional shift
positif. Nilai proporsional shift penggunaan lahan pemukiman yang positif dan
sangat tinggi menunjukan tingginya laju penambahan luas penggunaan lahan
permukiman. Hal tersebut sesuai dengan teori sewa ekonomi lahan yang
dikemukakan Barlowe (1986) bahwa nilai ekonomi lahan untuk aktifitas industri,
perdagangan dan pemukiman lebih besar dari nilai ekonomi lahan untuk pertanian
dan hutan. Apabila hanya ukuran sewa lahan yang dijadikan acuan, atau tanpa
adanya kebijakan pemerintah dan mengikuti secara hukum ekonomi pasar, maka
penggunaan lahan pertnian akan beralih pada aktifitas non pertanian.
Kecamatan yang menjadi lokasi pemusatan perubahan penggunaan lahan
dengan laju perubahan lebih tinggi dibanding laju perubahan di kabupaten
dicerminkan dari nilai LQ>1 dan nilai positif diffrential shift (DS) untuk laju
penambahan atau nilai DS negatif untuk laju pengurangan. Rekapitulasi Hasil
analisis LQ dan DS untuk masing-masing perubahan penggunaan lahan
berdasarkan nilai proporsional shift disajikan pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 20, pemusatan pengurangan lahan hutan dengan laju
pengurangan yang tinggi terjadi di 9 kecamatan yang berada di bagian selatan
wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu: Cikakak, Cibitung, Ciemas, Cisolok,
Jampang Kulon, Lengkong, Simpenan, Waluran dan Warungkiara (Gambar 16).
Perubahan hutan menjadi penggunaan lain dapat bersifat disengaja/direncanakan
ataupun tidak sengaja/karena tuntutan kebutuhan sebagai akibat nilai land rent
penggunaan lain yang lebih tinggi. Perubahan hutan yang disengaja/direncanakan
maksudnya adalah lokasi perubahan lahan terjadi di kawasan hutan produksi yang
vegetasi kayunya telah cukup umur untuk ditebang. Pada perubahan yang
disengaja, hasil interpretasi citra satelit cendung berubah menjadi semak belukar
atau tegalan yang memiliki nilai land rent relatif rendah.
61
Gambar 16 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan hutan ke penggunaan lain
63
64
64
Gambar 17 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan sawah ke penggunaan lain
64
65
65
Gambar 19 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi kebun
66
67
67
Gambar 20 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan semak belukar menjadi penggunaan lain
67
68
68
Gambar 21 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi tegalan
68
69
berada pada kecamatan yang hirarkinya naik maka penggunaan lahan hutan
cenderung akan berubah ke penggunaan lain. Adanya pemekaran kecamatan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan perubahan hutan. Desa-
desa yang memiliki kerapatan jalan yang tinggi akan meningkatkan perubahan
penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lain.
Elevasi dan IPK Tahun 2006 menjadi penyebab utama perubahan sawah
menjadi penggunaan lain (Lampiran 17.g). Sawah cenderung akan berubah pada
elevasi 0 1000 M dpl. Sementara itu, semakin tinggi IPK tahun 2006 maka akan
semakin tinggi pula perubahan penggunaan lahan sawah menjadi lahan lain
terutama dalam hal ini permukiman. Nilai IPK yang tinggi disuatu kecamatan
menunjukan hirarki kecamatan tersebut relatif tinggi sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan sawah cenderung terjadi pada kecamatan yang berhiraki tinggi.
Matrik transisi perubahan terdiri atas dua tipe yaitu matrik perubahan
dalam bentuk jumlah grid dari masing-masing tipe perubahan penggunaan lahan
(area) dan matrik perubahan dalam bentuk proporsi (peluang) grid perubahan
suatu tipe penggunaan dengan jumlah grid penggunaan lahan tersebut pada tahun
awal (1997). Matrik transisi perubahan dalam bentuk proporsi ditampilkan pada
Lampiran 18.
Penggunaan lahan tahun 1997 digunakan sebagai dasar untuk pendugaan
penggunaan lahan tahun 2006. Matrik TPM, peta kesesuaian lahan, moving filter
dan berbagai jumlah iterasi selanjutnya digunakan untuk simulasi perubahan.
Setiap jumlah iterasi yang digunakan menghasilkan penggunaan lahan tahun
2006 yang berbeda sesuai dengan jumlah iterasi yang dimasukkan. Hasil simulasi
penggunaan lahan tahun 2006 dari berbagai iterasi kemudian divalidasi dengan
peta perubahan penggunaan lahan tahun 2006 hasil interpretasi citra dengan
keluaran berupa nilai kappa. Semakin tinggi nilai kappa berarti semakin tinggi
pula tingkat ketepatan penggunaan lahan hasil simulasi.
Jumlah iterasi dan nilai kappa yang dihasilkan adalah : (1; 54,76%), (2;
59,03%), (3; 58,12%), (4; 58,30%), (5; 58,00%), (6; 57,98%), (9; 57,74%), (12;
57,60%), (15; 57,60%), (24; 57,49%), (36; 57,52%) dan (54; 57,50%). Secara
grafis hasil nilai kappa untuk setiap iterasi yang digunakan disajikan pada Gambar
22.
59.50%
59.00%
58.50%
58.00%
57.50%
57.00%
56.50% Nilai Kappa
56.00%
55.50%
55.00%
54.50%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Jumlah Iterasi
Gambar 22 Hasil validasi model prediksi penggunaan lahan pada berbagai iterasi
73
Penggunaan lahan yang menurun luasannya dari tahun 1997 -2006 dan
diprediksi turun pada tahun 2015 adalah hutan, semak belukar dan sawah.
Penurunan hutan memiliki laju yang relatif lambat penurunannya dibanding
dengan sawah dan semak belukar. Sementara itu penggunaan lahan yang
cenderung terus naik adalah permukiman, tegalan dan kebun. Kenaikan luas
lahan permukiman akan selalu diikuti dengan penurunan lahan sawah.
Kecenderungan perubahan penggunaan lahan tahun 1997, 2006 dan hasil prediksi
tahun 2015 disajikan pada Gambar 24.
250000
200000
150000
Luas (Ha)
100000 Tahun 1997
Tahun 2006
50000 Tahun 2015
Gambar 24 Trend perubahan penggunaan lahan tahun 1997, 2006 dan 2015
Hutan Lindung 69,74 21,24 0,54 0,84 6,71 0,91 0,02 100
Hutan Produksi/Konversi 18,93 64,85 0,19 2,53 11,02 2,24 0,25 100
Hutan Suaka Margasatwa 20,86 55,42 0,29 1,74 16,53 5,15 0,01 100
Kawasan Konservasi 4,96 55,21 0,63 10,02 26,25 2,69 0,24 100
Kawasan Pariwisata 0,02 64,17 8,94 4,99 4,80 12,36 4,71 100
Kebun Campuran 12,64 53,53 2,99 7,51 16,34 6,75 0,24 100
Perkebunan 5,61 59,82 1,98 7,07 21,95 3,44 0,12 100
Ladang 3,93 70,02 0,00 13,43 3,80 8,80 0,01 100
Permukiman Perkotaan 4,37 19,80 26,20 10,24 14,29 24,98 0,12 100
Zona Industri 0,00 56,40 5,74 1,74 0,00 34,06 2,06 100
Sawah 12,26 42,68 8,10 5,86 10,31 20,59 0,19 100
Tubuh Air 2,83 38,30 6,78 2,58 6,05 29,92 13,55 100
Penggunaan lahan kebun yang sesuai dengan arahan RTRW di tahun 2015
diprediksi 53,53% pada arahan kebun campuran dan 59,82% pada arahan
perkebunan. Sementara untuk penggunaan lahan tegalan yang sesuai dengan
arahan RTRW sangat kecil yaitu sebesar 3,8%. Sebagian besar arahan untuk
ladang atau tegalan didominasi oleh penggunaan lahan kebun sebesar 70,02%.
Penggunaan lahan permukiman yang sesuai arahan RTRW adalah :
permukiman perkotaan sebesar 26,20%, kawasan pariwisata 4,99% dan zona
industri 5,74%. Sisanya berada di arahan hutan lindung 0,54% (dari luas kawasan
lindung), hutan produksi/konversi 0,19%, kawasan konservasi 0,63%, kebun
campuran 2,99%, perkebunan 1,98% dan sawah 8,1%. Besarnya proporsi
permukiman pada arahan penggunaan sawah pada RTRW menunjukan tingginya
kemungkinan konversi lahan sawah ke permukiman pada periode 2006-2015.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Agus F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multifungsi Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Andriani. 2007. Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor
Penyebabnya di Kabupaten Serang Propinsi Banten. [Thesis] Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.
Aronoff. 1993. Geographyc Information System : A management Perspective. Ottawa,
Canada.
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi . 2003.
Review RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 1996. Tidak diterbitkan.
Barlowe R. 1986. Land Resources Economic : The Economics of Real Estate Fourth
Edition. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Barredo J, Kasanko M, McCormick N, & Lavalle C. 2003. Modelling dynamic spatial
processes: simulation of urban future scenarios through cellular automata. Landscape
and Urban Planning, 64, 145160.
Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi. Laboratorium Pengindraan
Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian
Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi. 2007. Kabupaten Sukabumi dalam
Angka (KASDA). Sukabumi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi
Chen J, Peng G, Chunyang H, Wei L, Masayuki T, dan Peijun S. 2002. Assesment of the
urban development plan of Beijing by Using a CA-based urban growth model.
International Journal of Photogrammetic Enginering & Remote Sensing. 68 (10):
1063-1073
Lilesand MT, Kiefer RW. 1993. Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Manson, MS. 2001. Integrated Assessment and Projection of Land Use/Land Cover
Change in the Southern Yucaton Peninsular of Mexico. Repoert and Review of
International Workshop. California, USA 4-7 Oktober 2007. Pp 56-58
McNeil J, Alves D, Arizpe L, Bykova O, Galvin K, Kelmelis J, Migot-adholla S,
Morissete P, Moss R, Richards J, Riebsame W, Sadowski F, Sanderson S, Skole D,
Tarr J, Williams M, Yadap S, Young S. 1998. Toward a typology and regionalization
of land cover and land use change. Report of working Group B. Press Syndicate of
The University of Cambridge. Cambridge. Pp55-65
Munibah K. 2008. Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Berwawasan
Lingkungan (Studi kasus DAS Cidanau Provinsi Banten). [Disertasi] Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.
Munibah K, Barus B. 1992. Hubungan Perubahan Sifat Satuan Lahan dengan Perubahan
Penggunaan Lahan. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Nachrowi ND, Usman H. 2006. Pendekatan Populer Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Prayoga AD, editor. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Panuju DR, Rustiadi E. 2005. Dasar-dasar Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Penuntun Praktikum. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Pellikka P, Clark B, Hurskainen P, Keskinen A, Lanne M, Masalin K, Nyman-Ghezelbash
P, Sirvio T. 2004. Land Use Monitoring Applying Geographic Information System in
the Taita Hill, SE-Kenya. In The Proceeding of the 5th African of Remote Sensing of
Environment Conference. Nairobi, Kenya.
Petit C, Scudder T, and Lambin E. 2001. Quantifying Processes of Land-Cover Change by
Remote Sensing : Resettlement and Rapid Land-Cover Changes in South-Eastern
Zambia. International Journal Remote Sensing Vol:22 No:17, 3435-3456
Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Edisi Revisi Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Tobler WR. 1970. A computer movie simulating urban growth in the Detroit region.
Economic Geography, 46(2), 234240.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Setneg: Jakarta.
Veldkamp A, Lambin EF. 2001. Editorial: predicting land-use change. Agriculture,
Ecosystems and Environment 85, 16.
Verburg P, Nijs T. de, Ritsema van Eck, J., Visser, H., & Jong, K. (2004a). A method to
analyse neighbourhood characteristics of land use patterns. Computers, Environment
and Urban Systems, doi:10.1016/j.compenvurbsys.2008.06.006
Vliet J. van, White R. Dragicevic S. Modeling Urban Growth Using a Variable Grid
Cellular Automaton. Computers, Environment and Urban Systems, 28, 667690.
Winoto J, Selari M, Saefulhakim HRS, Santoso DA, Achsani NA dan Panuju DR. 1996.
Laporan Akhir Penelitian Alih Guna Tanah Pertanian. Bogor : Lembaga Penelitian
IPB bekerjasama dengan Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya
Pertanahan BPN.
LAMPIRAN
83
Lanjutan Lampiran 2
2.c. Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kab. Sukabumi Tahun 2000 dan 2006*
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
51 Cicurug Cisaat 92.09 III 68.20 III 3 ke 3
52 Cicurug Kutajaya 105.40 III 70.56 III 3 ke 3
53 Cicurug Mekarsari 126.56 II 109.40 II 2 ke 2
54 Cicurug Nangerang 117.95 II 86.54 III 2 ke 3
55 Cicurug Nyangkowek 134.00 II 106.27 II 2 ke 2
56 Cicurug Pasawahan 110.17 III 89.22 III 3 ke 3
57 Cicurug Purwasari 104.50 III 83.76 III 3 ke 3
58 Cicurug Tenjoayu 146.62 II 111.09 II 2 ke 2
59 Cicurug Tenjolaya 118.52 II 73.31 III 2 ke 3
60 Cidadap Banjarsari 105.28 III 61.37 III 3 ke 3
61 Cidadap Cidadap 112.22 II 107.03 II 2 ke 2
62 Cidadap Hegarmulya 96.40 III 72.81 III 3 ke 3
63 Cidadap Padasenang 129.82 II 89.86 II 2 ke 2
64 Cidahu Babakanpari 123.52 II 79.79 III 2 ke 3
65 Cidahu Cidahu 82.05 III 72.75 III 3 ke 3
66 Cidahu Girijaya 95.05 III 80.76 III 3 ke 3
67 Cidahu Jayabakti 84.69 III 79.73 III 3 ke 3
68 Cidahu Pasirdoton 120.37 II 79.09 III 2 ke 3
69 Cidahu Pondok Kaso Tengah 100.46 III 84.72 III 3 ke 3
70 Cidahu Pondok Kaso Tonggoh 101.54 III 84.81 III 3 ke 3
71 Cidahu Tangkil 85.54 III 67.85 III 3 ke 3
72 Cidolog Cidolog 155.83 I 115.36 II 1 ke 2
73 Cidolog Cikarang 93.50 III 72.66 III 3 ke 3
74 Cidolog Cipamingkisan 114.07 II 79.64 III 2 ke 3
75 Cidolog Mekarjaya 92.68 III 68.46 III 3 ke 3
76 Cidolog Tegallega 152.78 II 90.78 II 2 ke 2
77 Ciemas Cibenda 92.49 III 91.44 II 3 ke 2
78 Ciemas Ciemas 128.74 II 109.26 II 2 ke 2
79 Ciemas Ciwaru 117.28 II 102.31 II 2 ke 2
80 Ciemas Girimukti 118.13 II 94.61 II 2 ke 2
81 Ciemas Mekarjaya 93.65 III 82.01 III 3 ke 3
82 Ciemas Tamajaya 142.77 II 138.21 I 2 ke 1
83 Cikembar Bojong 94.94 III 79.72 III 3 ke 3
84 Cikembar Bojongkembar 97.61 III 80.48 III 3 ke 3
85 Cikembar Cibatu 125.56 II 94.01 II 2 ke 2
86 Cikembar Cikembar 156.86 I 106.65 II 1 ke 2
87 Cikembar Cimanggu 117.92 II 92.98 II 2 ke 2
88 Cikembar Kertaraharja 185.13 I 149.49 I 1 ke 1
89 Cikembar Parakanlima 96.82 III 94.37 II 3 ke 2
90 Cikembar Sukamaju 87.70 III 72.54 III 3 ke 3
91 Cikembar Sukamulya 117.10 II 91.84 II 2 ke 2
92 Cikidang Bumisari 79.69 III 72.45 III 3 ke 3
93 Cikidang Cicareuh 114.91 II 87.26 III 2 ke 3
94 Cikidang Cijambe 99.37 III 64.05 III 3 ke 3
95 Cikidang Cikidang 109.23 III 102.02 II 3 ke 2
96 Cikidang Cikiray 94.81 III 83.80 III 3 ke 3
97 Cikidang Gunungmalang 86.24 III 68.66 III 3 ke 3
98 Cikidang Mekarnangka 114.92 II 62.05 III 2 ke 3
99 Cikidang Nangkakoneng 86.88 III 67.85 III 3 ke 3
100 Cikidang Pangkalan 87.73 III 81.55 III 3 ke 3
91
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
101 Cikidang Sampora 92.61 III 63.58 III 3 ke 3
102 Cikidang Tamansari 97.72 III 55.57 III 3 ke 3
103 Ciracap Cikangkung 88.81 III 77.42 III 3 ke 3
104 Ciracap Ciracap 150.61 II 151.99 I 2 ke 1
105 Ciracap Gunungbatu 95.53 III 79.49 III 3 ke 3
106 Ciracap Pasirpanjang 79.93 III 72.35 III 3 ke 3
107 Ciracap Purwasedar 63.03 III 68.52 III 3 ke 3
108 Cireunghas Bencoy 88.75 III 90.48 II 3 ke 2
109 Cireunghas Cikurutug 106.75 III 84.40 III 3 ke 3
110 Cireunghas Cipurut 131.94 II 112.63 II 2 ke 2
111 Cireunghas Cireunghas 96.02 III 130.06 I 3 ke 1
112 Cireunghas Tegalpanjang 109.78 III 103.33 II 3 ke 2
113 Cisaat Babakan 100.04 III 79.67 III 3 ke 3
114 Cisaat Cibatu 129.94 II 169.87 I 2 ke 1
115 Cisaat Cibolang Kaler 107.30 III 127.18 II 3 ke 2
116 Cisaat Cisaat 160.47 I 191.16 I 1 ke 1
117 Cisaat Gunungjaya 130.46 II 103.20 II 2 ke 2
118 Cisaat Kutasirna 91.01 III 76.25 III 3 ke 3
119 Cisaat Nagrak 122.93 II 119.01 II 2 ke 2
120 Cisaat Padaasih 83.57 III 99.20 II 3 ke 2
121 Cisaat Selajambe 113.63 II 107.23 II 2 ke 2
122 Cisaat Sukamanah 170.24 I 186.95 I 1 ke 1
123 Cisaat Sukamantri 126.60 II 114.37 II 2 ke 2
124 Cisaat Sukaresmi 89.68 III 95.42 II 3 ke 2
125 Cisaat Sukasari 84.61 III 79.64 III 3 ke 3
126 Cisolok Caringin 88.66 III 61.43 III 3 ke 3
127 Cisolok Cicadas 104.07 III 79.80 III 3 ke 3
128 Cisolok Cikahuripan 116.81 II 92.19 II 2 ke 2
129 Cisolok Cikelat 94.70 III 73.64 III 3 ke 3
130 Cisolok Cisolok 161.57 I 143.59 I 1 ke 1
131 Cisolok Gunungkaramat 93.06 III 72.94 III 3 ke 3
132 Cisolok Gunungtanjung 109.94 III 69.69 III 3 ke 3
133 Cisolok Karangpapak 130.80 II 89.20 III 2 ke 3
134 Cisolok Pasirbaru 107.24 III 78.28 III 3 ke 3
135 Cisolok Sirnaresmi 81.61 III 68.15 III 3 ke 3
136 Curugkembar Cimenteng 86.19 III 64.28 III 3 ke 3
137 Curugkembar Curugkembar 141.32 II 88.98 III 2 ke 3
138 Curugkembar Sindangreja 115.07 II 61.94 III 2 ke 3
139 Curugkembar Tanjungsari 88.01 III 64.54 III 3 ke 3
140 Gegerbitung Buniwangi 108.65 III 80.24 III 3 ke 3
141 Gegerbitung Caringin 99.46 III 92.72 II 3 ke 2
142 Gegerbitung Ciengang 106.25 III 97.69 II 3 ke 2
143 Gegerbitung Cijurey 100.27 III 91.35 II 3 ke 2
144 Gegerbitung Gegerbitung 155.38 I 136.44 I 1 ke 1
145 Gegerbitung Karangjaya 105.85 III 75.63 III 3 ke 3
146 Gegerbitung Sukamanah 107.70 III 100.36 II 3 ke 2
147 Gunungguruh Cibentang 140.24 II 129.09 II 2 ke 2
148 Gunungguruh Cibolang 108.01 III 114.43 II 3 ke 2
149 Gunungguruh Cikujang 112.92 II 104.30 II 2 ke 2
150 Gunungguruh Gunungguruh 90.17 III 115.43 II 3 ke 2
92
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
151 Gunungguruh Kebonmanggu 117.82 II 122.33 II 2 ke 2
152 Gunungguruh Sirnaresmi 143.76 II 128.96 II 2 ke 2
153 Jampang Kulon Bojonggenteng 181.17 I 137.33 I 1 ke 1
154 Jampang Kulon Bojongsari 111.78 II 76.11 III 2 ke 3
155 Jampang Kulon Boregahindah 112.24 II 62.55 III 2 ke 3
156 Jampang Kulon Cikarang 99.54 III 92.98 II 3 ke 2
157 Jampang Kulon Cimanggu 120.00 II 83.34 III 2 ke 3
158 Jampang Kulon Ciparay 110.18 III 85.37 III 3 ke 3
159 Jampang Kulon Jampang Kulon 324.12 I 205.38 I 1 ke 1
160 Jampang Kulon Karanganyar 99.40 III 67.65 III 3 ke 3
161 Jampang Kulon Mekarjaya 117.43 II 81.47 III 2 ke 3
162 Jampang Kulon Nagraksari 122.86 II 102.42 II 2 ke 2
163 Jampang Kulon Padajaya 120.09 II 68.92 III 2 ke 3
164 Jampang Kulon Sukajadi 104.76 III 82.31 III 3 ke 3
165 Jampang Kulon Sukamulya 100.18 III 74.11 III 3 ke 3
166 Jampang Kulon Tanjung 140.97 II 148.18 I 2 ke 1
167 Jampang Tengah Bantaragung 90.64 III 69.45 III 3 ke 3
168 Jampang Tengah Bantarpanjang 102.00 III 66.34 III 3 ke 3
169 Jampang Tengah Bojongjengkol 90.63 III 73.29 III 3 ke 3
170 Jampang Tengah Bojongtipar 89.33 III 85.79 III 3 ke 3
171 Jampang Tengah Cijulang 87.16 III 64.69 III 3 ke 3
172 Jampang Tengah Jampang Tengah 171.65 I 127.27 II 1 ke 2
173 Jampang Tengah Nangeerang 84.48 III 71.42 III 3 ke 3
174 Jampang Tengah Padabeunghar 132.29 II 86.42 III 2 ke 3
175 Jampang Tengah Panumbangan 139.41 II 82.73 III 2 ke 3
176 Jampang Tengah Sindangresmi 89.04 III 84.89 III 3 ke 3
177 Jampang Tengah Tanjungsari 75.54 III 72.32 III 3 ke 3
178 Kabandungan Cihamerang 95.23 III 47.76 III 3 ke 3
179 Kabandungan Cipeuteuy 112.35 II 58.01 III 2 ke 3
180 Kabandungan Kabandungan 141.77 II 95.65 II 2 ke 2
181 Kabandungan Mekarjaya 85.05 III 46.87 III 3 ke 3
182 Kabandungan Tugubandung 87.65 III 51.06 III 3 ke 3
183 Kadudampit Cikahuripan 94.64 III 117.91 II 3 ke 2
184 Kadudampit Cipetir 87.30 III 85.76 III 3 ke 3
185 Kadudampit Citamiang 113.77 II 100.26 II 2 ke 2
186 Kadudampit Gedepangrango 124.76 II 122.55 II 2 ke 2
187 Kadudampit Kadudampit 119.71 II 123.97 II 2 ke 2
188 Kadudampit Muaradua 96.54 III 99.54 II 3 ke 2
189 Kadudampit Sukamaju 97.14 III 105.41 II 3 ke 2
190 Kadudampit Sukamanis 93.07 III 80.29 III 3 ke 3
191 Kadudampit Undrusbinangun 101.56 III 78.89 III 3 ke 3
192 Kalapanunggal Gungunggendut 100.93 III 73.05 III 3 ke 3
193 Kalapanunggal Kadununggal 107.58 III 90.66 II 3 ke 2
194 Kalapanunggal Kalapanunggal 169.09 I 139.55 I 1 ke 1
195 Kalapanunggal Makasari 91.97 III 65.57 III 3 ke 3
196 Kalapanunggal Palasari Girang 108.50 III 80.47 III 3 ke 3
197 Kalapanunggal Pulosari 101.15 III 64.41 III 3 ke 3
198 Kalapanunggal Walangsari 99.41 III 64.94 III 3 ke 3
199 Kalibunder Balekambang 104.10 III 63.95 III 3 ke 3
200 Kalibunder Bojong 132.84 II 82.75 III 2 ke 3
93
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
201 Kalibunder Cimahpar 110.52 III 50.30 III 3 ke 3
202 Kalibunder Kalibunder 178.68 I 100.26 II 1 ke 2
203 Kalibunder Sekarsari 90.20 III 58.05 III 3 ke 3
204 Kalibunder Sukaluyu 119.54 II 66.63 III 2 ke 3
205 Kebon Pedes Bojongsawah 105.53 III 80.80 III 3 ke 3
206 Kebon Pedes Cikaret 91.88 III 86.28 III 3 ke 3
207 Kebon Pedes Jambe Nenggang 100.21 III 85.98 III 3 ke 3
208 Kebon Pedes Kebonpedes 122.04 II 100.57 II 2 ke 2
209 Kebon Pedes Sasagaran 110.97 III 107.00 II 3 ke 2
210 Lengkong Cilangkap 93.66 III 76.04 III 3 ke 3
211 Lengkong Langkapjaya 96.53 III 64.50 III 3 ke 3
212 Lengkong Lengkong 156.90 I 105.33 II 1 ke 2
213 Lengkong Neglasari 133.33 II 86.61 III 2 ke 3
214 Lengkong Tegallega 103.82 III 86.97 III 3 ke 3
215 Nagrak Babakan Panjang 106.15 III 79.21 III 3 ke 3
216 Nagrak Balekambang 85.30 III 68.13 III 3 ke 3
217 Nagrak Ciambar 79.02 III 58.39 III 3 ke 3
218 Nagrak Cihanjawar 86.87 III 76.80 III 3 ke 3
219 Nagrak Darmareja 89.06 III 68.33 III 3 ke 3
220 Nagrak Ginanjar 75.40 III 59.03 III 3 ke 3
221 Nagrak Girijaya 91.05 III 93.68 II 3 ke 2
222 Nagrak Kalaparea 90.96 III 73.15 III 3 ke 3
223 Nagrak Munjul 85.09 III 61.84 III 3 ke 3
224 Nagrak Nagrak Selatan 145.47 II 100.99 II 2 ke 2
225 Nagrak Nagrak Utara 85.77 III 84.67 III 3 ke 3
226 Nagrak Pawenang 105.45 III 84.54 III 3 ke 3
227 Nagrak Wangunjaya 81.14 III 61.30 III 3 ke 3
228 Nyalindung Bojongkalong 131.89 II 93.27 II 2 ke 2
229 Nyalindung Bojongsari 97.70 III 66.91 III 3 ke 3
230 Nyalindung Cijangkar 148.44 II 94.41 II 2 ke 2
231 Nyalindung Cisitu 109.90 III 79.46 III 3 ke 3
232 Nyalindung Kertaangsana 141.63 II 93.87 II 2 ke 2
233 Nyalindung Mekarsari 116.58 II 83.86 III 2 ke 3
234 Nyalindung Neglasari 101.13 III 93.62 II 3 ke 2
235 Nyalindung Nyalindung 155.22 I 116.10 II 1 ke 2
236 Nyalindung Sukamaju 127.74 II 83.19 III 2 ke 3
237 Nyalindung Wangunreja 88.58 III 65.30 III 3 ke 3
238 Pabuaran Bantarsari 92.63 III 60.91 III 3 ke 3
239 Pabuaran Cibadak 87.39 III 61.26 III 3 ke 3
240 Pabuaran Ciwalat 98.54 III 62.32 III 3 ke 3
241 Pabuaran Pabuaran 125.77 II 90.87 II 2 ke 2
242 Pabuaran Sirnasari 95.68 III 63.56 III 3 ke 3
243 Pabuaran Sukajaya 100.19 III 61.98 III 3 ke 3
244 Parakansalak Bojongasih 128.99 II 69.95 III 2 ke 3
245 Parakansalak Bojonglonggok 106.27 III 84.91 III 3 ke 3
246 Parakansalak Lebaksari 101.05 III 77.07 III 3 ke 3
247 Parakansalak Parakansalak 135.96 II 143.83 I 2 ke 1
248 Parakansalak Sukakersa 106.84 III 74.81 III 3 ke 3
249 Parakansalak Sukatani 123.75 II 82.98 III 2 ke 3
250 Parungkuda Babakan Jaya 124.06 II 86.00 III 2 ke 3
94
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
251 Parungkuda Bojongkokosan 174.17 I 143.64 I 1 ke 1
252 Parungkuda Cipanengah 131.26 II 89.17 III 2 ke 3
253 Parungkuda Kompa 130.45 II 101.69 II 2 ke 2
254 Parungkuda Langensari 112.12 II 63.25 III 2 ke 3
255 Parungkuda Palasari Hilir 83.06 III 150.74 I 3 ke 1
256 Parungkuda Parungkuda 141.25 II 78.63 III 2 ke 3
257 Parungkuda Pondok Kaso Landeuh 101.43 III 136.81 I 3 ke 1
258 Parungkuda Sundawenang 142.18 II 99.34 II 2 ke 2
259 Pelabuhan Ratu Cibodas 89.33 III 75.04 III 3 ke 3
260 Pelabuhan Ratu Citarik 110.44 III 104.71 II 3 ke 2
261 Pelabuhan Ratu Citepus 153.98 II 124.05 II 2 ke 2
262 Pelabuhan Ratu Pasirsuren 99.41 III 86.60 III 3 ke 3
263 Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu 278.59 I 217.85 I 1 ke 1
264 Purabaya Cicukang 82.34 III 68.51 III 3 ke 3
265 Purabaya Cimerang 124.33 II 90.91 II 2 ke 2
266 Purabaya Citamiang 97.28 III 76.61 III 3 ke 3
267 Purabaya Margaluyu 99.13 III 77.74 III 3 ke 3
268 Purabaya Neglasari 82.14 III 64.20 III 3 ke 3
269 Purabaya Pagelaran 128.27 II 88.05 III 2 ke 3
270 Purabaya Purabaya 127.66 II 118.90 II 2 ke 2
271 Sagaranten Cibaregbeg 116.38 II 69.24 III 2 ke 3
272 Sagaranten Cibitung 125.46 II 88.54 III 2 ke 3
273 Sagaranten Curug Luhur 89.55 III 59.09 III 3 ke 3
274 Sagaranten Datarnangka 106.30 III 79.25 III 3 ke 3
275 Sagaranten Gunungbentang 129.03 II 82.32 III 2 ke 3
276 Sagaranten Hegarmanah 109.72 III 69.84 III 3 ke 3
277 Sagaranten Margaluyu 118.97 II 76.53 III 2 ke 3
278 Sagaranten Pasanggrahan 158.76 I 96.42 II 1 ke 2
279 Sagaranten Puncakmanggis 89.94 III 66.18 III 3 ke 3
280 Sagaranten Sagaranten 237.60 I 172.91 I 1 ke 1
281 Sagaranten Sinarbentang 119.16 II 68.33 III 2 ke 3
282 Simpenan Cibuntu 115.24 II 79.51 III 2 ke 3
283 Simpenan Cidadap 83.42 III 108.81 II 3 ke 2
284 Simpenan Cihaur 99.63 III 64.20 III 3 ke 3
285 Simpenan Kertajaya 88.39 III 108.44 II 3 ke 2
286 Simpenan Loji 114.29 II 99.65 II 2 ke 2
287 Simpenan Mekarsari 124.92 II 70.26 III 2 ke 3
288 Simpenan Tonjong 117.16 II 138.11 I 2 ke 1
289 Sukabumi Karawang 123.20 II 120.84 II 2 ke 2
290 Sukabumi Parungseah 100.99 III 104.72 II 3 ke 2
291 Sukabumi Sudajaya Girang 158.59 I 95.83 II 1 ke 2
292 Sukabumi Warnasari 109.44 III 128.95 II 3 ke 2
293 Sukalarang Cimangkok 109.27 III 83.12 III 3 ke 3
294 Sukalarang Prianganjaya 105.27 III 85.13 III 3 ke 3
295 Sukalarang Semplak 99.91 III 91.99 II 3 ke 2
296 Sukalarang Sukalarang 103.12 III 89.89 II 3 ke 2
297 Sukalarang Sukamaju 131.94 II 94.94 II 2 ke 2
298 Sukalarang Titisan 92.42 III 76.64 III 3 ke 3
299 Sukaraja Cisarua 107.89 III 91.43 II 3 ke 2
300 Sukaraja Langensari 98.55 III 81.99 III 3 ke 3
95
Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
301 Sukaraja Limbangan 116.43 II 95.97 II 2 ke 2
302 Sukaraja Margaluyu 113.57 II 88.22 III 2 ke 3
303 Sukaraja Pasirhalang 138.91 II 137.84 I 2 ke 1
304 Sukaraja Selaawi 115.04 II 111.25 II 2 ke 2
305 Sukaraja Selawangi 79.00 III 85.13 III 3 ke 3
306 Sukaraja Sukamekar 107.67 III 102.94 II 3 ke 2
307 Sukaraja Sukaraja 137.01 II 127.18 II 2 ke 2
308 Surade Buniwangi 85.77 III 102.76 II 3 ke 2
309 Surade Cipeundeuy 82.42 III 103.13 II 3 ke 2
310 Surade Citanglar 98.83 III 88.21 III 3 ke 3
311 Surade Gunung Sungging 87.96 III 60.23 III 3 ke 3
312 Surade Jagamukti 120.26 II 98.88 II 2 ke 2
313 Surade Kedaleman 87.01 III 73.84 III 3 ke 3
314 Surade Pasiripis 118.82 II 94.58 II 2 ke 2
315 Surade Sirnasari 87.80 III 69.41 III 3 ke 3
316 Surade Swakarsa 177.58 I 161.88 I 1 ke 1
317 Surade Wanasari 102.71 III 64.57 III 3 ke 3
318 Tegalbuleud Bangbayang 106.02 III 73.58 III 3 ke 3
319 Tegalbuleud Buniasih 124.13 II 97.97 II 2 ke 2
320 Tegalbuleud Calingcing 114.31 II 72.63 III 2 ke 3
321 Tegalbuleud Nangela 115.54 II 84.45 III 2 ke 3
322 Tegalbuleud Rambay 103.03 III 89.61 III 3 ke 3
323 Tegalbuleud Sumberjaya 99.23 III 87.21 III 3 ke 3
324 Tegalbuleud Tegalbuleud 101.39 III 68.39 III 3 ke 3
325 Waluran Caringin Nunggal 90.46 III 75.53 III 3 ke 3
326 Waluran Sukamukti 109.38 III 72.47 III 3 ke 3
327 Waluran Waluran 108.50 III 65.68 III 3 ke 3
328 Warungkiara Bantarkalong 85.56 III 65.39 III 3 ke 3
329 Warungkiara Bojongkerta 94.94 III 70.81 III 3 ke 3
330 Warungkiara Girijaya 86.33 III 72.57 III 3 ke 3
331 Warungkiara Hegarmanah 80.26 III 58.64 III 3 ke 3
332 Warungkiara Sirnajaya 88.62 III 66.63 III 3 ke 3
333 Warungkiara Ubrug 133.37 II 117.36 II 2 ke 2
334 Warungkiara Warungkiara 171.51 I 135.60 I 1 ke 1
Keterangan : * Terdapat desa yang tidak dianalisis perubahan
hirarki
IPD Hierark IPD Hierarki Keteranga
No Kecamatan Desa
2000 i 2000 2006 2006 n
Bojonggenteng Cipanengah ** 66.74 ** Tidak ada
335 III data
336 Ciemas Mandrajaya ** 66.53 III
337 Ciracap Mekarsari ** 61.36 III
338 Jampang Kulon Karang Mekar ** 76.55 III
339 Surade sukatani ** 70.71 III
340 Waluran Mekarmukti ** 65.41 III
341 Palabuhan Ratu Buniwangi 97.53 III **
96
Lanjutan Lampiran 8
1 2 3 4 5 6
61 696433 9238476 Permukiman Cibadak Cibadak
62 696607 9240816 Semak Belukar Nagrak Munjul
63 696624 9240520 kebun Nagrak Balekambang
64 696716 9237949 Permukiman Cibadak Cibadak
65 696803 9244131 kebun Nagrak Munjul
66 696954 9237582 Permukiman Cibadak Cibadak
67 696963 9239059 Permukiman Nagrak Balekambang
68 698010 9177891 tubuh air Tegalbuleud Tegalbuleud
69 700167 9237501 Permukiman Caringin Karangtengah
70 700452 9235765 Hutan Cicantayan Hegarmanah
71 701061 9235348 Hutan Cicantayan Hegarmanah
72 701119 9235821 Hutan Caringin Batununggal
73 701292 9236266 tegalan Caringin Batununggal
74 701390 9235953 Semak Belukar Caringin Batununggal
75 701503 9234915 Hutan Cicantayan Hegarmanah
76 701737 9245893 kebun Nagrak Cihanjawar
77 701888 9235738 Hutan Caringin Batununggal
78 702370 9236545 Sawah Caringin Batununggal
79 702509 9235256 Hutan Caringin Batununggal
80 702625 9234427 Hutan Cicantayan Cicantayan
81 702702 9234773 Hutan Caringin Batununggal
82 702928 9236561 Sawah Cicantayan Lembursawah
83 703220 9248447 tegalan Nagrak Wangunjaya
84 703528 9235240 Semak Belukar Cicantayan Lembursawah
85 703855 9246739 Hutan Nagrak Ginanjar
86 703876 9235915 kebun Cicantayan Cijalingan
87 704094 9234696 Semak Belukar Cicantayan Cicantayan
88 704344 9236724 Permukiman Cicantayan Cijalingan
89 704363 9248298 Hutan Nagrak Wangunjaya
90 704547 9235046 kebun Cicantayan Cimahi
91 704615 9235188 tegalan Cicantayan Cimahi
92 704971 9235508 Sawah Cicantayan Cimahi
93 705054 9231154 tegalan Gunungguruh Kebonmanggu
94 705336 9235458 Sawah Cicantayan Cimahi
95 705354 9233745 Sawah Cicantayan Cicantayan
96 705389 9248857 Hutan Nagrak Wangunjaya
97 705540 9235326 Permukiman Cicantayan Cimahi
98 705542 9247405 Hutan Nagrak Wangunjaya
99 705735 9230650 Semak Belukar Gunungguruh Kebonmanggu
100 705813 9245127 kebun Nagrak Pawenang
101 706096 9232812 Semak Belukar Gunungguruh Cibolang
102 706224 9244136 tegalan Nagrak Kalaparea
103 706325 9235116 kebun Cisaat Padaasih
104 706522 9233811 Sawah Gunungguruh Cibolang
105 706589 9235027 Permukiman Cisaat Padaasih
106 707054 9234511 Sawah Cisaat Padaasih
107 707367 9235234 kebun Cisaat Cibatu
108 707390 9245165 tegalan Nagrak Pawenang
109 707642 9248284 Hutan Nagrak Pawenang
110 707691 9233370 Permukiman Gunungguruh Cibolang
111 707785 9235404 Sawah Cisaat Cibatu
112 708068 9236692 Permukiman Cisaat Nagrak
113 708290 9244670 tegalan Caringin Cikembang
114 708327 9236015 Permukiman Cisaat Cibatu
115 708704 9230773 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
116 708709 9249545 Hutan Nagrak Wangunjaya
117 708742 9246282 Hutan Caringin Sukamulya
118 708781 9244838 Hutan Caringin Sukamulya
119 709122 9236071 Permukiman Cisaat Sukamanah
120 709629 9229818 Sawah Gunungguruh Gunungguruh
103
Lanjutan Lampiran 8
1 2 3 4 5 6
121 709716 9229027 Permukiman Nyalindung Wangunreja
122 709958 9229642 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
123 710083 9230045 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
124 710161 9248143 Hutan Caringin Sukamulya
125 710500 9231141 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
126 710775 9236281 Sawah Cisaat Sukaresmi
127 710859 9231549 Sawah Gunungguruh Cikujang
128 710891 9234949 Permukiman Cisaat Sukamantri
129 711160 9235925 kebun Cisaat Sukaresmi
130 711178 9235546 Permukiman Cisaat Sukamanah
131 711259 9232073 Sawah Kota Sukabumi
132 711317 9231049 Permukiman Kota Sukabumi
133 711587 9234613 Permukiman Cisaat Sukamantri
134 711930 9230619 Sawah Kota Sukabumi
135 712120 9236179 Sawah Sukabumi Parungseah
136 712132 9248163 Hutan Kadudampit Cikahuripan
137 712213 9229442 Sawah Nyalindung Wangunreja
138 712329 9237731 Semak Belukar Sukabumi Parungseah
139 712348 9237136 Sawah Sukabumi Parungseah
140 712376 9236057 Permukiman Sukabumi Parungseah
141 712386 9234150 Permukiman Kota Sukabumi
142 712458 9244407 tubuh air Kadudampit Sukamanis
143 712521 9231837 Permukiman Kota Sukabumi
144 712735 9243954 Hutan Kadudampit Sukamanis
145 712767 9235993 Semak Belukar Sukabumi Parungseah
146 712773 9238557 Permukiman Sukabumi Parungseah
147 712995 9239142 kebun Sukabumi Parungseah
148 713075 9245299 Hutan Kadudampit Sukamaju
149 713115 9233762 Permukiman Kota Sukabumi
150 713157 9230142 Sawah Kota Sukabumi
151 713220 9236693 Permukiman Sukabumi Parungseah
152 713252 9227716 Hutan Nyalindung Bojongkalong
153 713447 9232429 Permukiman Kota Sukabumi
154 713642 9233458 Sawah Kota Sukabumi
155 713849 9232623 Permukiman Kota Sukabumi
156 714047 9234392 Permukiman Kota Sukabumi
157 714096 9230447 Sawah Kota Sukabumi
158 714211 9237634 Permukiman Sukabumi Warnasari
159 714241 9236859 Permukiman Sukabumi Warnasari
160 714396 9238171 Permukiman Sukabumi Warnasari
161 714426 9238590 Permukiman Sukabumi Warnasari
162 714712 9229950 Permukiman Kebon Pedes Sasagaran
163 714819 9233228 Sawah Kebon Pedes Cikaret
164 715473 9241315 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
165 715730 9240901 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
166 715801 9238743 kebun Sukaraja Sukamekar
167 715821 9240723 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
168 715853 9241156 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
169 715952 9233973 Permukiman Kebon Pedes Cikaret
170 716340 9238794 tegalan Sukaraja Sukamekar
171 716441 9240549 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
172 716562 9241167 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
173 716711 9222724 Hutan Nyalindung Mekarsari
174 716734 9234623 Permukiman Sukaraja Pasirhalang
175 716775 9238304 Semak Belukar Sukaraja Sukamekar
176 716888 9241262 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
177 717074 9235055 Permukiman Sukaraja Sukaraja
178 717184 9240699 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
179 717205 9240431 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
180 717287 9241596 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
104
Lanjutan Lampiran 8
1 2 3 4 5 6
181 717459 9223290 Hutan Nyalindung Mekarsari
182 717722 9240746 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
183 717833 9241532 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
184 717911 9240878 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
185 718261 9232002 Sawah Kebon Pedes Bojongsawah
186 718468 9235251 Sawah Sukaraja Pasirhalang
187 718675 9234175 Sawah Sukaraja Selawangi
188 718930 9232969 Semak Belukar Kebon Pedes Kebonpedes
189 719233 9234174 Permukiman Sukaraja Selawangi
190 719742 9233396 Sawah Cireunghas Cipurut
191 720057 9231836 Sawah Cireunghas Cipurut
192 720375 9224537 Hutan Gegerbitung Ciengang
193 720729 9225224 Semak Belukar Gegerbitung Ciengang
194 721032 9224970 Hutan Gegerbitung Ciengang
195 721128 9242969 Hutan Sukalarang Sukalarang
196 721328 9225311 Hutan Gegerbitung Ciengang
197 721385 9226028 Hutan Gegerbitung Cijurey
198 721496 9233939 Sawah Cireunghas Tegalpanjang
199 721747 9226578 Hutan Gegerbitung Cijurey
200 721774 9225015 Hutan Gegerbitung Ciengang
201 721893 9222225 Hutan Gegerbitung Ciengang
202 722150 9232440 Sawah Cireunghas Cireunghas
203 722243 9241168 Semak Belukar Sukalarang Sukalarang
204 722344 9222765 tegalan Gegerbitung Sukamanah
205 722467 9239891 Semak Belukar Sukalarang Titisan
206 722742 9242175 Semak Belukar Sukalarang Sukalarang
207 723077 9239015 Permukiman Sukalarang Cimangkok
208 723966 9227319 Sawah Gegerbitung Gegerbitung
209 724029 9236231 kebun Sukalarang Semplak
210 724188 9238769 tubuh air Sukalarang Cimangkok
211 724188 9238769 tubuh air Sukalarang Cimangkok
212 724628 9236594 Hutan Sukalarang Semplak
213 725036 9229976 Sawah Gegerbitung Caringin
214 725142 9222748 Hutan Gegerbitung Sukamanah
215 725267 9223804 Hutan Gegerbitung Sukamanah
216 725414 9223099 Hutan Gegerbitung Sukamanah
217 726367 9236656 Hutan Sukalarang Semplak
218 726399 9233218 Semak Belukar Cireunghas Bencoy
219 726471 9232914 kebun Cireunghas Bencoy
105
Lampiran 9 Akurasi dan nilai kappa hasil kalsifikasi citra Landsat Sukabumi
Producers Accuracy
Reference Totals
Classified Totals
Number Correct
Accuracy Users
Semak Belukar
Permukiman
Background
Kappa
Tubuh Air
Tegalan
Unclass
Sawah
Kebun
Hutan
Kebun
Tegalan
Sawah
Background
Permukiman
Unclass
Semak Belukar
Producers Accuracy
Reference Totals
Classified Totals
Number Correct
Accuracy Users
Kappa
Classified Data
Lanjutan lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Kab. Sukabumi Cidadap Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1287.3 1983.4 -0.128 0.541 0.669
Kebun 156870 201850 2454.7 4126.8 0.287 0.681 0.394
Pemukiman 3295 9330 31.3 100.7 1.831 2.219 0.388
Semakbelukar 67166 29492 3599.8 1131.7 -0.561 -0.686 -0.125
Tegalan 49452 52698 775.4 830.7 0.066 0.071 0.006
Sawah 37041 33282 421.3 396.4 -0.101 -0.059 0.042
Tubuh Air 911 1032 10.3 10.3 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 8590.9 8590.9 1.5 2.8 1.2
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Lanjutan Lampiran 11
Kab. Sukabumi Waluran
Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2153.0 686.7 -0.128 -0.681 -0.553
Kebun 156870 201850 4087.9 7871.5 0.287 0.926 0.639
Pemukiman 3295 9330 24.0 29.1 1.831 0.210 -1.621
Semakbelukar 67166 29492 2188.8 259.5 -0.561 -0.881 -0.321
Tegalan 49452 52698 1152.4 757.8 0.066 -0.342 -0.408
Sawah 37041 33282 308.6 310.1 -0.101 0.005 0.106
Tubuh Air 911 1082 0.133 0.000 -0.133
Lampiran 12 Kerapatan Jalan dan Jarak pusat desa (centroid) Ke Pusat Pertumbuhan
Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
61 Cidadap Cidadap 714052 9192979 39471 53824 22.73
62 Cidadap Hegarmulya 708404 9189583 43054 51872 16.71
63 Cidadap Padasenang 714833 9196358 36133 52433 22.31
64 Cidahu Babakanpari 694552 9249264 24731 32225 37.98
65 Cidahu Cidahu 689786 9253374 31021 32400 10.93
66 Cidahu Girijaya 691830 9253037 29308 33303 18.41
67 Cidahu Jayabakti 691848 9249485 26914 30548 24.28
68 Cidahu Pasirdoton 692993 9249230 25872 31121 15.17
69 Cidahu Pondok Kaso Tengah 693352 9247733 24644 30293 30.92
70 Cidahu Pondok Kaso Tonggoh 693919 9248608 24765 31313 15.31
71 Cidahu Tangkil 693484 9250608 26429 32471 30.54
72 Cidolog Cidolog 701587 9190355 43505 46719 14.84
73 Cidolog Cikarang 708673 9195333 37307 48168 15.16
74 Cidolog Cipamingkisan 705132 9195904 37291 45131 12.94
75 Cidolog Mekarjaya 704448 9192472 40790 47041 14.61
76 Cidolog Tegallega 702136 9195405 38489 43326 12.00
77 Ciemas Cibenda 658158 9198507 64199 31065 6.41
78 Ciemas Ciemas 669679 9208742 49079 17782 19.49
79 Ciemas Ciwaru 663491 9202133 57756 25658 20.94
80 Ciemas Girimukti 664445 9210962 52781 17115 13.46
81 Ciemas Mekarjaya 670740 9205036 50079 21383 29.45
82 Ciemas Tamajaya 668230 9200578 54669 26065 28.83
83 Cikembar Bojong 703121 9229900 9873 31463 31.57
84 Cikembar Bojongkembar 700062 9230574 12738 28517 35.83
85 Cikembar Cibatu 697722 9226658 16018 25870 26.77
86 Cikembar Cikembar 698229 9230178 14610 26646 29.68
87 Cikembar Cimanggu 695349 9229371 17583 23684 37.56
88 Cikembar Kertaraharja 702558 9227455 11263 30723 47.27
89 Cikembar Parakanlima 702257 9226110 12175 30404 33.60
90 Cikembar Sukamaju 693821 9225544 20061 21984 24.23
91 Cikembar Sukamulya 696334 9232542 16331 25242 41.13
92 Cikidang Bumisari 684674 9234077 28039 14949 25.69
93 Cikidang Cicareuh 686717 9237593 26458 18613 42.99
94 Cikidang Cijambe 679165 9234410 33559 10853 16.26
95 Cikidang Cikidang 681649 9236576 31293 14132 29.15
96 Cikidang Cikiray 675010 9239181 38256 13175 6.71
97 Cikidang Gunungmalang 679586 9241368 34266 16856 8.24
98 Cikidang Mekarnangka 677688 9240219 35835 15009 8.88
99 Cikidang Nangkakoneng 682772 9241436 31222 18590 48.44
100 Cikidang Pangkalan 684394 9239111 29051 17863 47.60
101 Cikidang Sampora 676781 9233445 35899 8605 15.23
102 Cikidang Tamansari 688607 9236580 24414 19609 33.50
103 Ciracap Cikangkung 662373 9191112 65085 36529 21.06
104 Ciracap Ciracap 667665 9189837 61958 36792 23.85
105 Ciracap Gunungbatu 656988 9190009 69994 39301 21.06
106 Ciracap Pasirpanjang 668714 9193123 58961 33415 25.44
107 Ciracap Purwasedar 665707 9187041 65306 39827 15.67
108 Cireunghas Bencoy 725970 9231968 13313 54403 20.58
109 Cireunghas Cikurutug 723820 9233811 11240 52493 15.55
110 Cireunghas Cipurut 720394 9232899 7743 48975 18.74
111 Cireunghas Cireunghas 723216 9231976 10560 51665 13.51
112 Cireunghas Tegalpanjang 721549 9234197 9059 50305 8.60
113 Cisaat Babakan 709084 9234218 4005 38044 27.04
114 Cisaat Cibatu 707855 9235827 5891 37218 31.43
115 Cisaat Cibolang Kaler 707315 9237036 7062 37025 40.48
116 Cisaat Gunungjaya 709961 9238712 6843 40050 28.92
117 Cisaat Kutasirna 707815 9238863 8060 38063 28.82
118 Cisaat Nagrak 708731 9236777 5867 38312 34.76
119 Cisaat Padaasih 706432 9235069 6770 35652 31.95
120 Cisaat Selajambe 708343 9238439 7406 38427 28.86
126
Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
121 Cisaat Sukamanah 709642 9236308 4921 39068 51.70
122 Cisaat Sukamantri 709345 9235064 4241 38481 39.06
123 Cisaat Sukaresmi 710866 9237398 5288 40536 36.38
124 Cisaat Sukasari 709296 9237727 6281 39121 30.25
125 Cisolok Caringin 655291 9234532 57412 18455 12.54
126 Cisolok Cicadas 661994 9242772 51716 19120 6.85
127 Cisolok Cikahuripan 658888 9232337 53778 14265 15.37
128 Cisolok Cikelat 661341 9238113 51638 15746 11.47
129 Cisolok Cisolok 661207 9233014 51462 12539 20.90
130 Cisolok Gunungkaramat 658508 9238701 54520 18157 13.48
131 Cisolok Gunungtanjung 657807 9235577 54948 16784 11.58
132 Cisolok Karangpapak 663660 9235932 49130 12577 13.01
133 Cisolok Pasirbaru 655815 9230927 56870 16668 14.14
134 Cisolok Sirnaresmi 665543 9247151 49369 21699 5.23
135 Curugkembar Cimenteng 712373 9204725 27703 45948 22.39
136 Curugkembar Curugkembar 714838 9203166 29341 48858 25.28
137 Curugkembar Sindangreja 715303 9207592 24974 47342 37.47
138 Curugkembar Tanjungsari 717410 9201225 31560 52045 21.90
139 Gegerbitung Buniwangi 719728 9230184 7410 48025 23.56
140 Gegerbitung Caringin 723790 9229598 11479 52036 17.88
141 Gegerbitung Ciengang 720900 9224382 11511 49087 30.19
142 Gegerbitung Cijurey 720429 9227063 9435 48580 22.42
143 Gegerbitung Gegerbitung 723741 9226955 12353 51891 20.06
144 Gegerbitung Karangjaya 719619 9228540 7966 47814 23.01
145 Gegerbitung Sukamanah 724404 9223354 14836 52638 24.56
146 Gunungguruh Cibentang 709250 9233172 3496 38006 21.05
147 Gunungguruh Cibolang 706849 9233199 5867 35652 33.45
148 Gunungguruh Cikujang 709201 9232327 3466 37816 23.80
149 Gunungguruh Gunungguruh 709085 9231080 3825 37525 28.21
150 Gunungguruh Kebonmanggu 706505 9230232 6539 34864 21.12
151 Gunungguruh Sirnaresmi 705613 9229434 7661 33896 25.64
152 Jampang Kulon Bojonggenteng 679418 9192896 51652 34338 25.08
153 Jampang Kulon Bojongsari 681369 9192113 51036 35574 19.19
154 Jampang Kulon Boregahindah 683010 9196708 46424 31710 20.86
155 Jampang Kulon Cikarang 681365 9199975 45086 28075 25.78
156 Jampang Kulon Cimanggu 684438 9198241 44332 30834 21.13
157 Jampang Kulon Ciparay 677636 9193482 52380 33413 29.30
158 Jampang Kulon Jampang Kulon 679496 9196913 48594 30451 36.18
159 Jampang Kulon Karanganyar 682898 9204066 41115 24907 28.80
160 Jampang Kulon Mekarjaya 682105 9194562 48658 33438 23.99
161 Jampang Kulon Nagraksari 679045 9195220 50146 31989 30.78
162 Jampang Kulon Padajaya 680843 9197308 47391 30440 37.53
163 Jampang Kulon Sukajadi 684896 9202975 40478 26803 10.27
164 Jampang Kulon Sukamulya 687164 9199766 41436 30712 11.95
165 Jampang Kulon Tanjung 678209 9198351 48460 28751 25.04
166 Jampang Tengah Bantaragung 690520 9215496 27875 21613 12.70
167 Jampang Tengah Bantarpanjang 696632 9211752 26163 28779 23.91
168 Jampang Tengah Bojongjengkol 695103 9216991 23381 25077 27.01
169 Jampang Tengah Bojongtipar 705198 9218859 15486 34184 41.64
170 Jampang Tengah Cijulang 700282 9217141 19671 29896 34.58
171 Jampang Tengah Jampang Tengah 697507 9220324 19397 26361 34.75
172 Jampang Tengah Nangeerang 700172 9213491 22685 31118 25.77
173 Jampang Tengah Padabeunghar 696968 9223981 17825 25230 23.24
174 Jampang Tengah Panumbangan 701698 9220391 16283 30441 42.72
175 Jampang Tengah Sindangresmi 699541 9222585 16404 27948 34.93
176 Jampang Tengah Tanjungsari 704738 9224151 11459 32961 27.09
177 Kabandungan Cihamerang 673992 9248283 41798 21997 13.91
178 Kabandungan Cipeuteuy 674715 9252656 43006 26421 11.50
179 Kabandungan Kabandungan 681774 9251402 36254 26908 27.73
180 Kabandungan Mekarjaya 675840 9244519 38760 18561 3.64
127
Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
181 Kabandungan Tugubandung 679881 9246586 35712 21733 20.77
182 Kadudampit Cikahuripan 713070 9247149 14729 46149 8.61
183 Kadudampit Cipetir 715603 9245030 12942 47555 14.76
184 Kadudampit Citamiang 709279 9239948 8249 39805 30.69
185 Kadudampit Gedepangrango 714594 9246956 14658 47431 8.82
186 Kadudampit Kadudampit 710843 9239983 7774 41291 33.67
187 Kadudampit Muaradua 708574 9240825 9343 39456 33.83
188 Kadudampit Sukamaju 714676 9245125 12857 46742 12.56
189 Kadudampit Sukamanis 711620 9242790 10417 43015 23.98
190 Kadudampit Undrusbinangun 715384 9243254 11165 46683 24.25
191 Kalapanunggal Gungunggendut 686065 9246537 30111 24655 28.05
192 Kalapanunggal Kadununggal 685439 9242650 29083 21188 37.64
193 Kalapanunggal Kalapanunggal 683086 9244237 31850 21088 34.45
194 Kalapanunggal Makasari 685843 9244585 29450 22951 23.86
195 Kalapanunggal Palasari Girang 683696 9246557 32232 23387 27.89
196 Kalapanunggal Pulosari 683681 9249859 33823 26281 11.38
197 Kalapanunggal Walangsari 681722 9245051 33420 21110 24.22
198 Kalibunder Balekambang 691722 9202241 36738 31272 9.11
199 Kalibunder Bojong 693909 9196879 40192 36842 26.17
200 Kalibunder Cimahpar 686207 9192099 48232 37174 16.15
201 Kalibunder Kalibunder 689664 9199608 40075 32163 12.19
202 Kalibunder Sekarsari 687856 9194480 45336 35698 13.13
203 Kalibunder Sukaluyu 691632 9196596 41547 35762 11.86
204 Kebon Pedes Bojongsawah 718921 9231884 6279 47387 19.49
205 Kebon Pedes Cikaret 716897 9233265 4314 45565 12.91
206 Kebon Pedes Jambe Nenggang 717747 9231484 5168 46175 36.47
207 Kebon Pedes Kebonpedes 717933 9233084 5308 46563 41.37
208 Kebon Pedes Sasagaran 716669 9230981 4256 45050 28.12
209 Kodya Sukabumi Kodya Sukabumi 712665 9232426 0 41256 2.35
210 Lengkong Cilangkap 685518 9216043 31708 17140 24.64
211 Lengkong Langkapjaya 680661 9216800 35615 13021 15.84
212 Lengkong Lengkong 685758 9210028 35009 21472 24.37
213 Lengkong Neglasari 692892 9210776 29320 26199 27.04
214 Lengkong Tegallega 689168 9209267 32992 24351 14.22
215 Nagrak Babakan Panjang 701905 9242304 14607 34006 26.48
216 Nagrak Balekambang 698341 9239294 15886 29463 35.67
217 Nagrak Ciambar 696785 9245334 20465 31313 26.91
218 Nagrak Cihanjawar 702690 9245387 16356 36218 22.72
219 Nagrak Darmareja 702721 9240794 12996 34063 35.29
220 Nagrak Ginanjar 702372 9246898 17760 36768 14.65
221 Nagrak Girijaya 704325 9241095 12030 35646 30.31
222 Nagrak Kalaparea 705867 9244119 13526 38356 24.03
223 Nagrak Munjul 696957 9242994 18933 30098 24.33
224 Nagrak Nagrak Selatan 699290 9240508 15627 30856 17.15
225 Nagrak Nagrak Utara 699157 9242605 16914 31756 30.50
226 Nagrak Pawenang 706308 9245886 14886 39588 10.03
227 Nagrak Wangunjaya 704653 9248359 17834 39477 11.35
228 Nyalindung Bojongkalong 713952 9226057 6497 42099 18.63
229 Nyalindung Bojongsari 711656 9224859 7634 39832 20.95
230 Nyalindung Cijangkar 716639 9226013 7544 44787 29.20
231 Nyalindung Cisitu 713009 9218971 13459 41819 32.70
232 Nyalindung Kertaangsana 712981 9222264 10167 41334 39.56
233 Nyalindung Mekarsari 715956 9224016 9031 44166 34.07
234 Nyalindung Neglasari 716310 9228265 5531 44496 25.39
235 Nyalindung Nyalindung 715263 9221585 11148 43675 44.35
236 Nyalindung Sukamaju 708147 9223927 9625 36377 21.07
237 Nyalindung Wangunreja 710088 9227796 5299 38260 23.75
238 Pabuaran Bantarsari 693255 9207207 31824 28740 21.12
239 Pabuaran Cibadak 700983 9205763 29110 35693 23.78
240 Pabuaran Ciwalat 697763 9202048 33837 35551 13.89
128
Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
241 Pabuaran Pabuaran 700708 9202891 31863 37213 23.49
242 Pabuaran Sirnasari 698008 9208052 28441 31943 22.05
243 Pabuaran Sukajaya 695178 9200398 36491 34924 15.70
244 Parakansalak Bojongasih 690353 9246764 26521 27520 21.73
245 Parakansalak Bojonglonggok 691221 9245718 25229 27362 13.46
246 Parakansalak Lebaksari 690194 9248117 27407 28433 27.38
247 Parakansalak Parakansalak 688176 9251001 30737 29531 30.54
248 Parakansalak Sukakersa 687484 9248811 30043 27331 26.74
249 Parakansalak Sukatani 687086 9247408 29644 25958 35.75
250 Parungkuda Babakan Jaya 694895 9247279 23160 31101 19.79
251 Parungkuda Bojongkokosan 694486 9244456 21800 28958 33.33
252 Parungkuda Cipanengah 692073 9247199 25344 29014 18.25
253 Parungkuda Kompa 693955 9246199 23233 29680 32.35
254 Parungkuda Langensari 693427 9244501 22714 28168 38.94
255 Parungkuda Palasari Hilir 692111 9241705 22552 25395 22.37
256 Parungkuda Parungkuda 694083 9243167 21464 27849 45.17
257 Parungkuda Pondok Kaso Landeuh 695510 9246345 22092 30949 47.91
258 Parungkuda Sundawenang 694420 9241757 20493 27302 38.47
259 Pelabuhan Ratu Buniwangi 673435 9231750 39236 5588 15.40
260 Pelabuhan Ratu Cibodas 670141 9231859 42528 5731 19.38
261 Pelabuhan Ratu Citarik 674251 9226074 38936 2418 8.34
262 Pelabuhan Ratu Citepus 671172 9229230 41616 2920 14.77
263 Pelabuhan Ratu Pasirgoong 676877 9229000 35952 5661 11.01
264 Pelabuhan Ratu Pasirsuren 678911 9228723 33956 7434 19.38
265 Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu 671854 9226390 41256 0 19.48
266 Purabaya Cicukang 711843 9211449 20993 42690 32.93
267 Purabaya Cimerang 708557 9220551 12565 37165 25.08
268 Purabaya Citamiang 709362 9217079 15698 38647 35.67
269 Purabaya Margaluyu 711910 9215695 16748 41460 28.14
270 Purabaya Neglasari 704620 9211206 22694 36114 34.37
271 Purabaya Pagelaran 703782 9215447 19163 33752 38.89
272 Purabaya Purabaya 706305 9215269 18298 36202 40.86
273 Sagaranten Cibaregbeg 708305 9208178 24637 40748 22.05
274 Sagaranten Cibitung 710869 9203555 28927 45207 30.42
275 Sagaranten Curug Luhur 702594 9199319 34604 40961 18.23
276 Sagaranten Datarnangka 704384 9204012 29596 39484 28.49
277 Sagaranten Gunungbentang 710946 9200323 32149 46986 29.99
278 Sagaranten Hegarmanah 707414 9206193 26753 40896 28.24
279 Sagaranten Margaluyu 709780 9204540 28035 43770 33.03
280 Sagaranten Pasanggrahan 708299 9200293 32428 44826 14.48
281 Sagaranten Puncakmanggis 706176 9209760 23576 38140 29.79
282 Sagaranten Sagaranten 707744 9202918 29915 42885 31.07
283 Sagaranten Sinarbentang 712675 9199602 32823 48826 20.96
284 Simpenan Cibuntu 677454 9222873 36484 6613 10.97
285 Simpenan Cidadap 673787 9223085 39985 3829 23.08
286 Simpenan Cihaur 672922 9212935 44266 13498 34.65
287 Simpenan Kertajaya 674754 9215357 41577 11408 19.89
288 Simpenan Loji 674108 9220314 40415 6481 9.12
289 Simpenan Mekarsari 682198 9221695 32302 11361 4.45
290 Simpenan Tonjong 677918 9225235 35484 6174 13.95
291 Sukabumi Karawang 716257 9242829 11005 47348 20.47
292 Sukabumi Parungseah 712930 9237317 4898 42505 27.97
293 Sukabumi Sudajaya Girang 717042 9241638 10199 47692 26.52
294 Sukabumi Warnasari 714130 9237558 5337 43727 43.54
295 Sukalarang Cimangkok 722934 9238577 11970 52514 17.24
296 Sukalarang Prianganjaya 722712 9235480 10501 51664 14.64
297 Sukalarang Semplak 722810 9236507 10935 51951 18.90
298 Sukalarang Sukalarang 721436 9240850 12161 51648 50.13
299 Sukalarang Sukamaju 720953 9239774 11076 50891 38.56
300 Sukalarang Titisan 723367 9240013 13118 53284 24.16
129
Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
301 Sukaraja Cisarua 718379 9242386 11483 49199 25.79
302 Sukaraja Langensari 719189 9240654 10501 49438 39.39
303 Sukaraja Limbangan 717780 9237444 7165 47238 22.99
304 Sukaraja Margaluyu 720325 9239873 10683 50312 41.67
305 Sukaraja Pasirhalang 717509 9234596 5308 46387 37.17
306 Sukaraja Selaawi 719605 9237129 8384 48945 40.47
307 Sukaraja Selawangi 718985 9234038 6522 47748 26.29
308 Sukaraja Sukamekar 716735 9238777 7543 46559 42.12
309 Sukaraja Sukaraja 716878 9235653 5307 45968 29.49
310 Surade Buniwangi 670090 9183852 64592 42575 20.22
311 Surade Cipeundeuy 672738 9182423 63988 43976 15.32
312 Surade Citanglar 674603 9189649 57259 36844 28.25
313 Surade Gunung Sungging 674008 9185740 60613 40707 28.61
314 Surade Jagamukti 673860 9187695 59217 38748 23.58
315 Surade Kedaleman 671555 9192857 57059 33534 22.36
316 Surade Pasiripis 668343 9185097 64842 41443 18.69
317 Surade Sirnasari 675633 9196228 51784 30398 29.88
318 Surade Swakarsa 672023 9188872 59571 37519 29.68
319 Surade Wanasari 674471 9193223 54732 33271 24.88
320 Tegalbuleud Bangbayang 695577 9194166 41903 40015 16.46
321 Tegalbuleud Buniasih 689345 9181578 55941 48105 18.02
322 Tegalbuleud Calingcing 695522 9183551 51794 48943 14.42
323 Tegalbuleud Nangela 688439 9188780 49919 41105 12.92
324 Tegalbuleud Rambay 697329 9187866 47125 46186 7.82
325 Tegalbuleud Sumberjaya 684963 9184007 55784 44365 17.61
326 Tegalbuleud Tegalbuleud 693461 9181432 54490 49881 16.87
327 Waluran Caringin Nunggal 671856 9198294 53201 28097 25.11
328 Waluran Sukamukti 680677 9204762 42291 23359 22.24
329 Waluran Waluran 677699 9205011 44432 22164 16.92
330 Warungkiara Bantarkalong 689798 9221977 25141 18479 10.56
331 Warungkiara Bojongkerta 692459 9227781 20733 20653 27.10
332 Warungkiara Girijaya 691215 9232733 21452 20374 20.37
333 Warungkiara Hegarmanah 686037 9223783 27996 14421 10.86
334 Warungkiara Sirnajaya 688994 9225907 24552 17148 15.50
335 Warungkiara Ubrug 693863 9231731 18815 22648 39.98
336 Warungkiara Warungkiara 689033 9227813 24078 17238 22.93
130
131
132
132
132
133
133
133
134