You are on page 1of 156

1

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN


DI KABUPATEN SUKABUMI

ABDUL MUIZ

SEKOLAH PASCA SARJANA


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Perubahan Penggunaan


Lahan di Kabupaten Sukabumi adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2009

Abdul Muiz

NRP A156070194
3

ABSTRACT

ABDUL MUIZ. Analisys of Land Use Change in Sukabumi District. Under


direction of KUKUH MURTILAKSONO and M. BUCE SALEH.

Land is a unique economic assets where it has a fixed supply on one hand
and increasing demand along with human population growth and its social
economics activity on the other hand. Administrative development in Sukabumi
Districts and the relocation of district capital from Sukabumi to Pelabuhan Ratu is
expected to speed-up economic development and land use conversion. One of the
approach to rapidly assess land use conversion is by using remote sensing
technology. Multitemporal remote sensing data can be used to understand the
dynamics of changes and also predicts land cover/use changes. Therefore, this
study aims to: (1) Identified regional development in 1997-2006 (2) analyze of
land use changes in 1997-2006 (3) To understand the drivers of land use changes
and (4) Conducting simulation on land use changes based on physical
charactheristic of land suitability in 2015.

The results showed that most of villages and sub-district in Sukabumi are
still in a low stage of development. Land use structure in Sukabumi is relatively
the same over 1997 and 2006, where it is mostly dominated by forest and estate
crop. Decreasing land use are forest, shrub, and ricefield. Estate crop, settlement
and agriculture land is increasing. Logistic regression showed that the main factor
of land use changes in Sukabumi is road density, administrative development,
elevation, slope, and sub-district hierarchy. Based on land use simulation using
Markov-Celluler automata Analysis, predicted land use in 2015 are: forest, estate
crop, settlement, shrub, agriculture land, ricefield and water as much as 19.74,
50.15, 3.34, 5.47, 14.05, 6.95 and 0.30% respectively.

Keyword: Land use change, logistic regression, celluler automata


4

RINGKASAN

ABDUL MUIZ. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi.


Dibimbing oleh KUKUH MURTILAKSONO dan M. BUCE SALEH.

Lahan merupakan aset ekonomi penawarannya (supply) adalah tetap (fixed)


dan setiap unit lahan memiliki atribut-atribut yang unik seperti kualitas tanah,
kemiringan lahan, ketinggian, aksesibilitas dan lain-lain. Sementara itu
permintaan (demand) terhadap lahan semakin lama semakin meningkat seiring
dengan perkembangan jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang
menyertainya. Ketimpangan antara permintaan dan penawaran sumberdaya lahan
merupakan suatu indikasi bahwa lahan dapat dikategorikan sebagai sumberdaya
yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity). Proses alih fungsi lahan merupakan
proses yang tidak bisa dihindari karena pada dasarnya merupakan pergeseran
alokasi dan distribusi sumberdaya sebagai konsekuensi logis dari perkembangan
struktur sosial ekonomi masyarakat.
Pemekaran kecamatan di Kabupaten Sukabumi dari 30 kecamatan pada
tahun 1997 menjadi 45 kecamatan pada tahun 2006 dan adanya perpindahan ibu
kota kabupaten dari Kota Sukabumi di bagian utara ke Pelabuhanratu di bagian
tengah selatan pada tahun 2002 diduga dapat meningkatkan perkembangan
ekonomi maupun perubahan penggunaan lahannya baik di tingkat desa maupun di
tingkat kecamatan sebelum dan sesudah adanya pemekaran.
Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi antara tahun 1994-2002
mengalami perubahan pada beberapa jenis penggunaan lahan tertentu dengan
luasan cukup besar. Penggunaan lahan yang cenderung turun luasannya adalah
hutan (11,5%), sawah (4,8%), dan semak belukar (32,1%). Sementara
permukiman, tegalan dan perkebunan cenderung naik masing-masing 1,0, 21,5,
dan 27,6%. Kecenderungan ini diduga akan terus berlangsung pada tahun-tahun
selanjutnya seiring dengan perkembangan wilayah di Kabupaten Sukabumi.
Berbagai fenomena diatas perlu mendapat perhatian dan dikaji
bagaimana kondisi penggunaan lahan terkini. Keterkaitan antara
perkembangan wilayah, faktor fisik lahan dan kebijakan terhadap perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi perlu diketahui untuk menjadi
bahan pengendalian perubahan penggunaan lahan di tingkat makro
(Kabupaten). Data konfigurasi spasial tentang sebaran pemusatan dan
pergeseran penggunaan lahan pada unit wilayah kecamatan diperlukan
sebagai bahan pengendalian perubahan penggunaan lahan dalam unit
wilayah secara mikro. Di samping itu, prediksi penggunaan lahan pada masa
yang akan datang dapat menjadi bahan antisipasi terhadap perubahan fungsi
pemanfaatan ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam rangka
mewujudkan struktur dan pola tata ruang wilayah yang kondusif terhadap
kemajuan wilayah.
Salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan adalah
dengan mengunakan teknologi penginderaan jauh. Penggunaan teknologi
penginderaan jauh secara temporal dapat digunakan untuk mengetahui
5

dinamika proses dan memprediksi perubahan penutupan dan penggunaan


lahan (land use land cover change/LUCC) di masa yang akan datang yaitu
melalui monitoring dan karakterisasi pola spasial LUCC. Teknik analisisnya
secara efisien dapat menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi perkembangan wilayah pada
Tahun 1997-2006; (2) Menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
Sukabumi Tahun 1997-2006; (3) Mengetahui faktor-faktor penyebab utama
perubahan penggunaan lahan, dan (4) Melakukan simulasi penggunaan lahan
berdasarkan karakteristik fisik kesesuaian lahan pada tahun 2015.
Analisis perkembangan wilayah dianalisis dengan metode skalogram untuk
melihat perkembangan wilayah berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana
wilayahnya. Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah data potensi
desa (Podes) tahun 2000 dan 2006. Data Podes 2000 digunakan sebagai
pendekatan perkembangan wilayah tahun 1997 mengingat data tahun 1997 yang
tidak tersedia. Keluaran dari analisis skalogram adalah Indeks Perkembangan
Desa (IPD), Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) dan hirarki wilayah.
Interpretasi citra dan deteksi perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan
menggunakan citra landsat tahun 1997 dan 2006, selanjutnya dilakukan
identifikasi pemusatan dan pergeseran perubahan penggunaan lahan dengan
analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Penyebab
perubahan penggunaan lahan diidentifikasi dengan metode regresi logistik.
Variabel bebas yang diduga memiliki pengaruh terhadap perubahan penggunaan
lahan dikelompokan pada tiga kategori yaitu fisik, sosial ekonomi dan kebijakan.
Variabel fisik terdiri atas : 1) kelas kemiringan lereng, 2) elevasi, 3) jenis tanah, 4)
kerapatan jalan di tingkat desa dan 4) kerapatan jalan di tingkat kecamatan.
Sementara variabel sosial ekonomi terdiri atas 1) IPD, 2) IPK, 3) hirarki Desa, 4)
hirarki kecamatan, 5) perubahan hirarki desa, 6) perubahan hirarki kecamatan, 7)
jarak sentroid desa ke ibu kota kabupaten (Pelabuhanratu) dan 8) jarak sentroid
desa ke Kota Sukabumi. Sedangkan variabel kebijakan terdiri atas : 1) arahan
RTRW dan 2) pemekaran kecamatan. Simulasi perubahan penggunaan lahan
pada tahun 2015 dilakukan dengan metode Markov celluler automata analysis
berdasarkan kecenderungan perubahan penggunaan lahan tahun 1997-2006
dengan faktor pembatas kesesuaian lahan.
Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa perkembangan wilayah desa
di Kabupaten Sukabumi dari tahun 2000-2006 tidak mengalami perubahan yang
nyata dalam merubah komposisi hirarki desa. Sebagain besar desa-desa di
Kabupaten Sukabumi pada tahun 2000 maupun 2006 berada pada taraf
perkembangan yang rendah. Pemusatan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan umum memusat di 24 desa (7,19%) pada tahun 2000 dan 26 desa
(7,78%) pada tahun 2006. Peningkatan jumlah desa yang berhirarki I dan II hanya
meningkat masing-masing sebesar 0,6% dan 0,9%.
Dalam konteks perkembangan kecamatan, terdapat 5 kecamatan berhirarki I
pada tahun 2000 sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 6 kecamatan. Kecamatan
berhirarki I tahun 2000 adalah : Cicurug, Cikembar, Cisaat, Nagrak dan Jampang
Kulon. Sementara pada tahun 2006, kecamatan yang berada pada hirarki I adalah :
Cicurug, Cisaat, Gunungguruh, Parungkuda, Pelabuhanratu dan Sukabumi.
Fenomena menjelaskan bahwa terdapat beberapa lokasi yang meningkat jumlah
6

fasilitas pelayanan maupun tingkat aksesibilitasnya terutama pada kecamatan


Gunungguruh, Parungkuda, Pelabuhanratu dan Sukabumi.
Berdasarkan interpretasi citra, Penggunaan lahan tahun 1997 didominasi
oleh penggunaan lahan kebun sebesar 37,70% dari luas wilayah. Selanjutnya
berturut-turut: hutan 24,36%, semak belukar 16,14%, tegalan 11,88%, sawah
8,90%, permukiman 0,79% dan tubuh air 0,22%. Struktur penggunaan tahun
2006 relatif sama dengan tahun 1997 dimana didominasi oleh kebun 48,51%.
Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan adalah hutan, semak
belukar dan sawah. Sementara itu kebun, permukiman dan tegalan mengalami
penambahan. Laju penurunan luas hutan, semak belukar dan sawah di Kabupaten
Sukabumi selama kurun waktu 1997-2006 berturut-turut adalah 12,8%, 56,1%,
dan 10,1%. Sedangkan penggunaan lahan kebun, permukiman dan sawah
memiliki laju penambahan masing-masing 28,7%, 183,1% dan 6,6%.
Kecamatan yang menjadi lokasi pemusatan perubahan penggunaan lahan
dengan laju perubahan lebih tinggi dibanding laju perubahan di kabupaten
dicerminkan dari nilai LQ>1 dan nilai positif diffrential shift (DS) untuk laju
penambahan; nilai DS negatif untuk laju pengurangan. Pemusatan pengurangan
lahan hutan dengan laju pengurangan yang tinggi terjadi di kecamatan : Cikakak,
Cibitung, Ciemas, Cisolok, Jampang Kulon, Lengkong, Simpenan, Waluran dan
Warungkiara. Sementara itu pengurangan sawah dengan laju tinggi terjadi di
kecamatan : Cibadak, Cicantayan, Cicurug, Cikembar, Cisaat, Gunungguruh,
Kebonpedes, Parakansalak, Parungkuda, Pelabuhanratu, Sukalarang, Sukaraja dan
Surade. Lokasi pemusatan pengurangan sawah hampir sama dengan lokasi
pemusatan penambahan permukiman yaitu di kecamatan: Caringin,
Cicantayan,Cicurug, Cidahu, Cikembar, Gunungguruh, Nagrak, Parakansalak,
Parungkuda, Sukalarang dan Sukaraja. Hal ini menunjukan bahwa lahan sawah
banyak dikonversi menjadi permukiman pada kecamatan-kecamatan tersebut.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi adalah
kerapatan jalan, pemekaran wilayah kecamatan, elevasi, kemiringan lereng dan
perubahan hirarki kecamatan. Jarak sentroid desa ke Pelabuhanratu dan
Perubahan hirarki kecamatan kearah yang lebih tinggi memiliki peluang
menurunkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lain
sedangkan kerapatan jalan desa, pemekaran kecamatan dan IPK tahun 2006
bersifat meningkatkan perubahan hutan. Penambahan luasan penggunaan lahan
permukiman memiliki peluang yang tinggi pada kecamatan yang dekat dengan
Kota Sukabumi, kecamatan dengan kerapatan jalan tinggi dan desa dengan hirarki
tinggi pada tahun 2006.
Hasil prediksi penggunaan lahan pada tahun 2015 dengan menggunakan
peta penggunaan lahan tahun 2006 sebagai dasar pendugaan dan kecenderungan
perubahan penggunaan lahan tahun 1997-2006 diperoleh persentase penggunaan
lahan: hutan 19,74%, kebun 50,15%, permukiman 3,34%, semak belukar 5,47%,
tegalan 14,05%, sawah 6,95% dan tubuh air 0,30%.
7

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009


Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tesis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian
Bogor.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.
8

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN


DI KABUPATEN SUKABUMI

ABDUL MUIZ

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Pr
o of
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Kursatul Munibah, MSc
Kupersembahkan Karya ini

Kepada:

Ayahanda Abdulrohim dan Ibunda Fatonah

Mertua yang Ananda Hormati:

Ayahanda Neneng Ansori dan Ibunda Siti Hajar

Isteriku tercinta Rita Rosita & Kedua putraku tersayang:

Zibran Ahmad Rabbani Muiz & Aulia Putri Al-Muiz

Kakak dan Adik-adikku yang telah mendukung selama ini


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Desember 2008 di
Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat ini adalah perubahan penggunaan
lahan, dengan judul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten
Sukabumi .
Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Kukuh
Murtilaksono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. M. Buce Saleh,
MS selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan
bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini,
serta Dr. Ir. Kursatul Munibah, MSc selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. Di samping itu,
penghargaan dan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.
Agr selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah beserta segenap staf
pengajar dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB,
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini, Kepala Pusbindiklatren
Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada
penulis, rekan-rekan PWL kelas Bappenas angkatan 2007 atas segala doa,
dukungan dan kebersamaannya selama proses belajar hingga selesai, dan pihak-
pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian tesis ini.
Akhirnya ucapan terima kasih yang setinggi-tinginya juga disampaikan
kepada ayahanda, ibunda, isteri dan kedua anakku serta seluruh keluarga, atas
segala doa, dukungan, pengertian dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2009

Abdul Muiz
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 22 Mei 1974 dari pasangan


Abdulrohim dan Fatonah. Penulis merupakan putra kelima dari tujuh bersaudara.
Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di kota kelahiran, sedangkan pendidikan
sarjana ditempuh pada Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB di
Bogor dan lulus tahun 1998. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2007 dan
diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah melalui beasiswa
pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Pada tahun 1998-1999 penulis bekerja sebagai tenaga pendamping Program


Gema Palagung di Kabupaten Serang. Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri
Sipil pada Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Kehutanan Propinsi Jambi dpk.
Dinas Kehutanan Kabupaten Kerinci pada tahun 2000 dan pada tahun 2004
penulis pindah kerja ke Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan ditempatkan pada
Dinas Kehutanan sebagai staf pada bagian perencanaan.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix


DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Perumusan Masalah ................................................................................. 2
Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Hirarki Wilayah........................................................................................ 5
Penggunaan dan Penutupan Lahan ........................................................... 6
Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya ......... 6
Pengindraan Jauh .................................................................................... 7
Sistem Informasi Geografis ..................................................................... 9
Analisis Dinamika Spasial Penggunaan Lahan ......................................... 12
Pergeseran dan Pusat-pusat Perubahan Penggunaan Lahan ...................... 14
Pemodelan Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan ............................... 15
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pendekatan
Celluler Automata .................................................................................. 17
Kesesuaian Lahan .................................................................................... 17

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 19
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 20
Bahan dan Alat ........................................................................................ 21
Pengumpulan Data .................................................................................. 21
Analisis dan Pengolahan Data ................................................................. 21
Analisis Perkembangan wilayah .......................................................... 21
Pemotongan Batas Area Penelitian ...................................................... 25
Rektifikasi Citra .................................................................................. 25
Klasifikasi Penggunaan lahan dan Deteksi Perubahan ......................... 26
Identifikasi Pergeseran dan Pusat-pusat Perubahan Penggunaan lahan 28
Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan .......... 28
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan .............................................. 29

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI


Administrasi ............................................................................................ 32
Kependudukan ........................................................................................ 34
Karakteristik Fisik Wilayah ..................................................................... 34
Topografi ............................................................................................ 34
Tanah .................................................................................................. 38
Rencana Tata ruang Wilayah(RTRW) ..................................................... 40
Kawasan Hutan dan Areal Perkebunan ..................................................... 42
Kesesuaian Penggunaan Lahan ................................................................ 44
Pertanian Sawah ................................................................................. 44
Pertanian Tanaman Tahunan ............................................................... 45
Tegalan Dataran Rendah ..................................................................... 45
Tegalan Dataran Tinggi ...................................................................... 46
Kawasan Permukiman ........................................................................ 46

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan Wilayah ........................................................................... 48
Perkembangan Wilayah Desa .............................................................. 48
Perkembangan Wilayah Kecamatan .................................................... 52
Perkembangan Perubahan Penggunaan Lahan ......................................... 54
Penggunaan Lahan Tahun 1997 dan 2006 ........................................... 54
Pemusatan dan Pergeseran Perubahan Pengunaan Lahan ..................... 59
Faktor-faktor Penyebab Utama Perubahan Penggunaan Lahan ................. 69
Perubahan pada Seluruh Penggunaan Lahan ....................................... 69
Perubahan Hutan Menjadi Penggunaan lain ........................................ 69
Perubahan Lahan Menjadi Permukiman .............................................. 70
Perubahan Lahan Menjadi Kebun ....................................................... 70
Perubahan Semak Belukar Menjadi Penggunaan Lain ......................... 71
Perubahan Lahan Menjadi Tegalan ..................................................... 71
Perubahan Sawah Menjadi Penggunaan Lain ...................................... 71
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan ................................................... 71
Prediksi Penggunaan lahan tahun 2015 ............................................... 71
Potensi Penyimpangan RTRW pada Tahun 2015 ................................ 75

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ............................................................................................. 77
Saran ....................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

LAMPIRAN ................................................................................................. 82

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tahun 1994 -


2002 ....................................................................................................... 3
2 Pemekaran kecamatan di Kabupaten Sukabumi periode 1997-2006 ........ 3
3 Panjang gelombang kanal-kanal sensor TM dan fungsi aplikasinya ........ 9
4 Matrik hubungan antara tujuan, data, metode dan keluaran pada
setiap tahapan penelitian ........................................................................ 22
5 Nilai selang penentuan hirarki wilayah ................................................... 25
6 Matrik transformasi perubahan penggunaan lahan ................................. 27
7 Input dan output data perubahan penggunaan lahan dengan
Cellular Automata Analysis pada Software Idrisi 32 ............................... 30
8 Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2000-2006 ..................... 34
9 Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi .................................. 35
10 Tingkat elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi ....................................... 38
11 Sebaran jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi ................................. 38
12 Sebaran arahan penggunaan lahan wilayah Kabupaten
Sukabumi ............................................................................................... 40
13 Luas kawasan hutan negara dan perkebunan di Kabupaten
Sukabumi ............................................................................................... 42
14 Kesesuaian penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Sukabumi ............. 44
15 Kisaran nilai IPD dan penentuan hirarki desa ......................................... 49
16 Kisaran nilai IPK dan penentuan hirarki kecamatan................................ 53
17 Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tahun 1997-
2006 ...................................................................................................... 54
18 Matriks perubahan penggunaan lahan tahun 1997-2006 ......................... 57
19 Nilai proporsional shift penggunaan lahan tahun 1997-2006 .................. 59
20 Pemusatan dan laju perubahan penggunaan lahan di tingkat
kecamatan .............................................................................................. 61
21 Prediksi luas dan komposisi penggunaan lahan tahun 2015 .................... 73
22 Potensi penyimpangan RTRW tahun 2015 ............................................. 76
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan alir kerangka pikir penelitian ...................................................... 19
2 Bagan alir tahapan penelitian ................................................................ 20
3 Diagram alur pengolahan data penginderaann jauh dengan
klasifikasi digital secara terbimbing ....................................................... 26
4 Alur simulasi penggunaan lahan dengan metode celluler
automata pada software Idrisi 32 ........................................................... 31
5 Peta administrasi wilayah Kabupaten Sukabumi .................................... 33
6 Peta kemiringan kelerengan wilayah Kabupaten Sukabumi ................... 36
7 Peta elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi ............................................ 37
8 Peta jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi ...................................... 39
9 Peta arahan penggunaan lahan RTRW Kabupaten Sukabumi 2006-
2016 ...................................................................................................... 41
10 Peta kawasan hutan dan areal perkebunan wilayah Kabupaten
Sukabumi ............................................................................................... 43
11 Peta kesesuaian penggunaan lahan wilayah Kabupaten Sukabumi .......... 47
12 Grafik perbandingan hirarki desa tahun 2000 dan 2006 .......................... 51
13 Grafik perubahan hirarki desa tahun 2000-2006 ..................................... 52
14 Peta penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi tahun 1997 ....................... 55
15 Peta penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi tahun 2006 ....................... 56
16 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan hutan menjadi
penggunaan lain .................................................................................... 63
17 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan sawah
menjadi penggunaan lain ....................................................................... 64
18 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi
permukiman ........................................................................................... 65
19 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi
kebun ..................................................................................................... 66
20 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan semak belukar
menjadi penggunaan lain ........................................................................ 67
21 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi
tegalan ................................................................................................... 68
22 Hasil validasi model prediksi penggunaan lahan pada berbagai
iterasi .................................................................................................... 72
23 Peta prediksi penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi tahun
2015 ....................................................................................................... 74
24 Trend perubahan penggunaan lahan tahun 1997, 2006 dan 2015 ............ 75
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Variabel data analisis skalogram ............................................................ 83


1.a. Tahun 2000 ................................................................................. 83
1.b. Tahun 2006 ................................................................................. 85
2 Hasil analisis Indeks Perkembangan Desa (IPD) .................................... 87
2.a. Rekapitulasi hirarki desa tahun 2000 per kecamatan .................... 87
2.b. Rekapitulasi hirarki desa tahun 2006 per kecamatan ................... 88
2.c. Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kab. Sukabumi 2000
dan 2006 ..................................................................................... 89
3 Peta penyebaran hirarki desa .................................................................. 96
3.a. Tahun 2000 ................................................................................. 96
3.b. Tahun 2006 ................................................................................. 96
4 Peta perubahan hirarki wilayah tahun 1997-2006 ................................... 97
4.a. Wilayah desa............................................................................... 97
4.b. Wilayah kecamatan ..................................................................... 97
5 Hasil analisis Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) .......................... 98
6 Peta penyebaran hirarki kecamatan ........................................................ 99
3.a. Tahun 2000 ................................................................................. 99
3.b. Tahun 2006 ................................................................................. 99
7 Peta cek lokasi penggunaan lahan .......................................................... 100
8 Titik referensi hasil cek lapangan dan Google Earth............................... 101
9 Akurasi dan nilai kapppa hasil klasisikasi citra landsat
Sukabumi .............................................................................................. 105
9.a. Tahun 1997 ................................................................................. 105
9.b. Tahun 2006 ................................................................................. 105
10 Nilai Location Quotien perubahan penggunaan lahan ............................. 106
10.a. Perubahan hutan menjadi penggunaan lain ................................ 106
10.b. Perubahan lahan menjadi kebun ................................................ 107
10.c. Perubahan lahan menjadi permukiman ...................................... 108
10.d. Perubahan lahan semak belukar menjadi penggunaan lain ......... 109
10.e. Perubahan lahan menjadi tegalan .............................................. 110
10.f. Perubahan sawah menjadi penggunaan lain ............................... 111
11 Hasil perhitungan SSA penggunaan lahan tahun 1997-2006 ................... 112
12 Kerapatan jalan dan jarak pusat desa (centroid) ke pusat
pertumbuhan .......................................................................................... 124
13 Kerapatan jalan kecamatan ..................................................................... 130
14 Citra Landsat TM Sukabumi path/row 122_165 tahun 1997 ................... 131
15 Citra Landsat ETM Sukabumi path/row 122_165 tahun 2006 ................. 132
16 Peta jaringan jalan .................................................................................. 133
17 Rekapitulasi perhitungan regresi logistik penyebab utama perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tahun 1997-2006 ................. 134
17.a. Perubahan seluruh penggunaan lahan ........................................ 134
17.b. Perubahan hutan menjadi penggunaan lain ................................ 134
17.c. Perubahan lahan menjadi permukiman ...................................... 135
17.d. Perubahan lahan menjadi kebun ................................................ 135
17.e. Perubahan lahan semak belukar ................................................. 136
17.f. Perubahan lahan menjadi tegalan ............................................... 136
17.g. Perubahan penggunaan lahan sawah.......................................... 111
18 Transitional probability/area matrix tahun 1997-2006 ........................... 133

xii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan aset ekonomi yang penawarannya (supply) tetap (fixed), dimana
setiap unit lahan memiliki atribut-atribut yang unik seperti kualitas tanah, kemiringan
lahan, ketinggian, aksesibilitas dan lain-lain. Sementara itu permintaan (demand) terhadap
lahan semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Ketimpangan antara
permintaan dan penawaran sumberdaya lahan merupakan suatu indikasi bahwa lahan dapat
dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity) (Rustiadi
et al. 2007). Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh interaksi ruang dan waktu yaitu
antara faktor biofisik dan manusia dimana faktor manusia memberikan pengaruh yang
lebih besar (Veldkamp dan Lambin 2001).
Fungsi lahan sebagai media produksi cenderung akan berubah penggunaannya
seiring dengan perubahan nilai ekonomi lahan (economic rent) yaitu surplus pendapatan
yang diperoleh atas penggunaan sebidang lahan yang nilainya ditentukan oleh nilai
intrinsik lahan (ricardian land) dan nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasional
(locational rent). Lahan-lahan produktif seperti lahan pertanian yang memiliki nilai
ekonomi lahan lebih rendah akan terkonversi menjadi penggunaan lain yang bernilai
ekonomi lebih tinggi. Pertumbuhan dari lokasi-lokasi permukiman berupa industri,
pemukiman penduduk, aktivitas urban dan kemacetan lalu lintas dapat menjadi indikator
secara visual peningkatan kebutuhan akan ruang/lahan di lapangan. Rustiadi et al. (2007)
menyatakan bahwa proses alih fungsi lahan merupakan proses yang tidak bisa dihindari
karena pada dasarnya alih fungsi lahan merupakan pergeseran alokasi dan distribusi
sumberdaya sebagai konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.
Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian cenderung mengalami
percepatan. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah seluas 1 Juta
ha di Jawa dan 0,62 juta ha di luar Jawa. Konversi lahan sawah merupakan proses yang
disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Percetakan sawah
dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit dihindari dan
terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik.
Peningkatan laju alih guna lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disamping
berdampak negatif terhadap swasembada pangan juga berdampak negatif terhadap
2

lingkungan. Lahan pertanian (sawah) disamping berfungsi sebagai mitigasi (daya


mengurangi) banjir yang diakibatkan dengan kemampuannya menahan dan menampung
air aliran permukaan dan mengalirkan ke daerah hilir secara perlahan juga dapat
mengendalikan erosi karena lahan persawahan mampu menahan sedimentasi sebesar 2,2
juta ton/ha, atau setara dengan sedimentasi yang dihasilkan dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang dominasi oleh hutan (Agus 2004).
Salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan adalah dengan
mengunakan teknologi penginderaan jauh. Penggunaan teknologi penginderaan jauh
secara temporal dapat digunakan untuk mengetahui dinamika proses dan memprediksi
perubahan penutupan dan penggunaan lahan (land use land cover change / LUCC) di
masa yang akan datang yaitu melalui monitoring dan karakterisasi pola spasial LUCC.
Teknik analisisnya secara efisien dapat menggunakan data pengindraan jauh dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) ( Petit et al. 2001). Lebih lanjut Irianto (2004)
menyatakan bahwa penggunaan citra satelit dengan resolusi dan waktu pengambilan
yang proporsional multitemporal sangat diperlukan untuk zonasi, karakterisasi,
adaptasi dan mitigasi alih fungsi lahan. Sementara itu, model perubahan penggunaan
lahan dapat digunakan sebagai alat untuk memahami dan menjelaskan penyebab dan
konsekuensi dari dinamika penggunaan lahan.

Perumusan Masalah

LUCC bersifat dinamis dan tidak bisa dihindari karena merupakan refleksi dari
perubahan struktur perekonomian, preferensi penduduk dan dinamika pembangunan.
Kecepatan terjadinya LUCC antara satu wilayah dengan wilayah lainnya akan berbeda
tergantung pada faktor-faktor dominan baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun
kelembagaan.
Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi antara tahun 1994 - 2002
mengalami perubahan pada beberapa jenis penggunaan lahan tertentu dengan luasan cukup
besar seperti disajikan pada Tabel 1 (Bappeda Kab. Sukabumi 2003). Penggunaan lahan
yang cenderung turun luasannya adalah hutan, sawah, dan semak belukar. Sementara
permukiman, tegalan dan perkebunan cenderung naik. Kecenderungan ini diduga akan
terus berlangsung pada tahun-tahun selanjutnya seiring dengan perkembangan wilayah di
Kabupaten Sukabumi.
3

Tabel 1 Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tahun 1994 -2002

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Perubahan


No. 1994 2002 (Ha)
1 Hutan Primer 65.985,02 54.500,89 -11.484,13
2 Hutan Sekunder 24.806,15 13.807,18 -10.998,97
3 Kebun Campuran 114.866,46 82.498,80 - 32.367,66
4 Ladang/Tegalan 72.711,05 94.229,31 21.518,26
5 Padang Rumput/Ilalang 3.301,47 40.864,99 37.563,52
6 Perkebunan 31.718,22 59.329,12 27.610,90
7 Permukiman 1.226,07 2.249,33 1.023,26
8 Sawah 38.426,58 33.654,97 -4.771,61
9 Semak Belukar 53.431,49 21.304,49 -32.127,00
10 Sungai/Tubuh Air/Danau/Waduk/Situ 2.576,09 2.266,87 - 309,22
11 Tanah Kosong/Terbuka 2.862,22 1.911,78 - 950,44
12 Tidak Teridentifikasi 4.21,.5 9.509,72 5.293,22
LUAS TOTAL 416.127,33 416.127,33

Sumber : Review RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 1996

Jumlah kecamatan di Kabupaten Sukabumi Tahun 1997 adalah 30 kecamatan.


Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 terdapat penambahan sebanyak 15 kecamatan
melalui pemekaran. Pemekaran wilayah diduga dapat meningkatkan perkembangan
ekonomi maupun perubahan penggunaan lahan baik di tingkat desa maupun di tingkat
kecamatan sebelum dan sesudah pemekaran. Kecamatan induk dan pemekaran di
Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemekaran kecamatan di Kabupaten Sukabumi periode 1997-2006


Kecamatan Kecamatan
No No
Induk Pemekaran Induk Pemekaran
1 Cibadak Cibadak 7 Parungkuda Parungkuda
Caringin Bojonggenteng
Cicantayan 8 Sagaranten Sagaranten
2 Ciracap Ciracap Cidadap
Waluran Curugkembar
3 Cisaat Cisaat 9 Sukaraja Sukaraja
Gunungguruh Cirenghas
4 Cisolok Cisolok Kebonpedes
Cikakak Sukalarang
5 Jampang Tengah Jampang Tengah 10 Surade Surade
Purabaya Cibitung
6 Palabuhanratu Palabuhanratu 11 Warungkiara Warungkiara
Simpenan Bantargadung
Sumber : diolah dari KASDA 2007
4

Sejalan dengan perpindahan ibu kota Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002
dari Kota Sukabumi di bagian utara ke Pelabuhanratu di bagian selatan, maka telah
terjadi perubahan struktur ekonomi dan orientasi perkembangan wilayah. Di lain
pihak, sampai dengan saat ini belum ada pemutakhiran data penggunaan lahan dan
analisis perubahan penggunaan lahan di tingkat kecamatan.
Berbagai fenomena diatas perlu mendapat perhatian dan dikaji bagaimana
kondisi penggunaan lahan terkini. Keterkaitan antara perkembangan wilayah, faktor
fisik lahan dan kelembagaan terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
Sukabumi perlu dikaji untuk menjadi bahan pengendalian perubahan penggunaan
lahan di tingkat makro (Kabupaten). Sementara itu data konfigurasi spasial tentang
sebaran pemusatan dan pergeseran penggunaan lahan pada unit wilayah yang lebih
kecil (kecamatan) diperlukan sebagai bahan pengendalian perubahan penggunaan
lahan dalam unit wilayah secara mikro. Di samping itu, prediksi penggunaan lahan
pada masa yang akan datang diperlukan untuk menjadi bahan antisipasi terhadap
perubahan fungsi pemanfaatan ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam
rangka mewujudkan struktur dan pola tata ruang wilayah yang kondusif terhadap
kemajuan wilayah.
Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah mengaplikasikan teknologi pengindraan jauh untuk :

1. Mengidentifikasi perkembangan wilayah pada kurun Tahun 1997-2006.


2. Menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi Tahun 1997-
2006.
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab utama perubahan penggunaan lahan.
4. Melakukan simulasi penggunaan lahan berdasarkan karakteristik fisik kesesuaian
lahan pada tahun 2015.
Manfaat Penelitian

Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat sebagai
masukan kebijakan pemerintah daerah dalam mengendalikan dan mengantisipasi
perubahan penggunaan lahan yang dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA

Hirarki Wilayah

Hirarki suatu wilayah sangat terkait dengan hirarki fasilitas kepentingan umum di
masing-masing wilayah. Hirarki wilayah dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa
yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing wilayah. Fasilitas kepentingan
umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya.
Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas
pelayanannya harus berbeda. Makin maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang
disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya (Tarigan 2005).
Hirarki wilayah ditentukan oleh jumlah penduduk, jumlah dan jenis fasilitas
pelayanan umum. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jumlah penduduk
dan semakin banyak jumlah serta jenis fasilitas pada suatu wilayah maka akan semakin
tinggi hirarki yang dimiliki wilayah tersebut (Hastuti 2001).
Rustiadi et al. (2007) menyatakan bahwa secara teoritis hirarki wilayah sebenarnya
ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah yang ditunjukkan oleh kapasitas
secara totalitas yang tidak terbatas infrastruktur fisiknya saja tetapi juga kapasitas
kelembagaan, sumberdaya manusia serta kapasitas perekonomiannya.
Secara historik, pertumbuhan suatu pusat atau kota ditunjang oleh hinterland yang
baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki spesifik yang hirarkinya
ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas pelayanan (regional services capacity)
yang dimaksud adalah kapasitas sumberdaya suatu wilayah (regional resources), yang
mencakup kapasitas sumberdaya alam (natural resources), sumberdaya manusia (human
resources), sumberdaya sosial (social capital) dan sumberdaya buatan (man-made
resources/infrastructure). Di samping itu, kapasitas pelayanan suatu wilayah dicerminkan
pula oleh magnitude (besaran) aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yang ada di suatu
wilayah.
Secara fisik dan operasional, sumberdaya yang paling mudah dinilai dalam
penghitungan kapasitas pelayanan adalah sumberdaya buatan (sarana dan prasarana pada
pusat-pusat wilayah). Secara sederhana, kapasitas pelayanan infrastruktur atau prasarana
wilayah dapat diukur dari: (1) jumlah sarana pelayanan, (2) jumlah jenis sarana pelayanan
yang ada, serta (3) kualitas sarana pelayanan. (Rustiadi et al. 2007).
6

Penggunaan dan Penutupan Lahan

Definisi mengenai penggunaan lahan (land use) dan penutupan lahan (land cover)
pada hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan fisik permukaan
bumi. Lillesand & Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan
kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan
perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan
manusia terhadap objek-objek tersebut. Sebagai contoh pada penggunaan lahan untuk
pemukiman yang terdiri atas permukiman, rerumputan dan pepohonan.

Rustiadi et al. (2007) mengemukakan bahwa penggunaan lahan dan penutupan


lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu tetapi sebenarnya
memiliki penekanan yang berbeda. Penggunaan lahan menyangkut aktifitas pemanfaatan
lahan oleh manusia, sedangkan penutupan lahan lebih bernuansa fisik.

Sistem penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu


penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian. Penggunaan lahan
pertanian antara lain tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung
dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan non pertanian antara lain penggunaan lahan
perkotaan atau pedesaan, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad 2000).
Sementara itu FAO (1976) membedakan penggunaan lahan dua kelompok pula, yaitu
penggunaan lahan umum (major kinds of land use) dan penggunaan lahan yang lebih detil
dinamakan tipe penggunaan lahan (land utilization types) atau LUT. Contoh penggunaan
lahan secara umum adalah sawah tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, hutan,
area rekreasi dan sebagainya.

Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya

Perubahan Penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari


penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun
sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi
perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan
komersial maupun industri. Kim et al. (2002) memandang perubahan penggunaan lahan
sebagai suatu sistem yang sama dengan ekosistem. Hal ini disebabkan pada satu kasus
dalam sebuah sistem dimana penambahan populasi beberapa spesies biasanya
menimbulkan kerusakan kepada spesies lainnya.
7

Barlowe (1986) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan terdapat


tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu : faktor fisik lahan, faktor ekonomi
dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat
juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Bila dicermati secara seksama, faktor
utama penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah peningkatan penduduk
sedangkan perkembangan ekonomi adalah faktor turunannya. Pertambahan jumlah
penduduk berarti pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat
dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat
dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil non-
pertanian seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan
persaingan dalam penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat


dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang terus meningkat jumlahnya dan tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih
baik. Barredo et al. (2003) menyatakan bahwa terdapat lima penyebab perubahan
penggunaan lahan dalam suatu aktifitas perkotaan yaitu karakteristik lingkungan,
karakteristik ketetanggaan lokal, kebijakan perencanaan kota dan wilayah, karakteristik
spasial kota seperti aksesibilitas dan faktor yang berhubungan dengan preferensi individu,
tingkat pembangunan wilayah dan sistem politik. Sementara itu Mc Neil et al. (1998)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong perubahan pengunaan lahan adalah
politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang
dilakukan oleh pengambil keputusan. Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan
konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Perubahan
penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan cerminan upaya manusia dalam
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya lahan yang akan memberikan pengaruh
terhadap manusia itu sendiri dan kondisi lingkungannya.

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer
1993). Selanjutnya Sutanto (1986) mengatakan penafsiran citra pemginderaan jauh berupa
pengenalan obyek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta
8

penyajiaannya ke dalam bentuk peta tematik. Alat yang digunakan adalah alat pengindera
atau sensor dengan wahananya berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau
wahana lain. Kegiatan penginderaan jauh terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu
pengumpulan data dan analisis data, dengan demikian pembicaraan penginderaan jauh
tidak dapat lepas dari alat pengumpul data dan alat analisis data agar menghasilkan
informasi yang bermanfaat. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan gelombang bunyi atau agihan energi
elektromagnetik.

Citra Landsat adalah salah satu contoh bentuk data hasil perekaman penginderaan
jauh dalam bentuk agihan energi elektromagnetik yang diperoleh dari hasil penyiaman
satelit yang membawa dua sensor yaitu MSS (Multi Spectral Scanner) dan TM (Thematic
Mapper). Citra landsat biasa digunakan untuk mengetahui kondisi sumberdaya alam di
muka bumi, khususnya untuk melihat tutupan lahan dan jenis penggunaan lahan. Obyek-
obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap tenaga
elektromagnetik yang sampai pada obyek tersebut. Prinsip dasar pengenalan objek dalam
penginderaan jauh adalah unsur-unsur interpretasi yaitu rona/warna, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi. Tetapi tidak semua unsur interpretasi tersebut
digunakan untuk pengenalan obyek, tergantung kepada kemudahan interpretasi. Semakin
mudah obyek itu dikenali, semakin sedikit unsur interpretasi yang digunakan.
Penginderaan jauh akan semakin sederhana, bila setiap benda memantulkan dan/atau
memancarkan tenaga secara unik diketahui. Jenis benda yang berbeda dapat memiliki
kesamaan spektral dan mempersulit pembedaan benda tersebut.

Penyiam (scanner) TM adalah suatu penyiam multispectral yang merekam pantulan


elektromagnetik dari daerah spectrum tampak, infra merah, infra merah tengah dan
inframerah termal. TM mempunyai resolusi spasial, spectral, temporal dan radiometrik
yang cukup tinggi. Resolusi spasial TM5 adalah 30 m x 30 m untuk semua saluran kecuali
saluran 6 yang mempunyai resolusi spasial 120 m x 120 m sedangkan ETM 7 pada saluran
8 telah memiliki resolusi spasial 15 m x 15 m. Resolusi radiometriknya adalah 8 bit yang
berarti masing-masing piksel mempunyai range data dari 0 255. Saluran spectral landsat
TM beserta penggunaannya disajikan pada Tabel 3.
9

Tabel 3. Panjang gelombang kanal-kanal sensor TM dan fungsi aplikasinya

Kisaran Gelombang
Saluran Kegunaan Utama
(m)
1 0,45 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi.
Pembedaan vegetasi dan lahan.
2 0,52 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak
diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk
membedakan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat
terhadap tanaman yang tidak sehat
3 0,63 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak
pada salah satu daerah penyerapan klorofil
4 0,76 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi
jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan
dan air.
5 1,55 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada
tanaman, kondisi kelembapan tanah.
6 2,08 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.

7 10,40 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan


tanah, dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal.
8 Pankromatik Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang

Sumber : (Lillesand & Kiefer 1993)

Kunci keberhasilan terapan suatu sistem penginderaan jauh terletak pada manusia
(kelompok manusia) yang menggunakan data penginderaan jauh. Data yang dihasilkan
dengan sistem penginderaan jauh hanya akan menjadi informasi bila seseorang memahami
asal-usulnya, mengerti bagaimana menginterpretasinya dan memahami bagaimana cara
menggunakannya secara tepat (Lillesand & Kiefer 1993). Hasil interpretasi data
penginderaan jauh sangat tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dari
interpreter (Munibah dan Barus 1992).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu cara baru yang berkembang saat
ini dalam menyajikan dan melakukan analisis data spasial dengan komputer. Selain
mempercepat proses analisis, SIG juga bisa membuat model yang dengan manual sulit
dilakukan (Barus & Wiradisastra 2000). Sementara itu Prahasta (2005), SIG adalah satu
kesatuan formal yang terdiri dari sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan
obyek-obyek yang terdapat di permukaan bumi. Dengan kata lain SIG merupakan sejenis
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanipulasi,
menampilkan dan menghasilkan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
10

Konsep dasar SIG merupakan suatu sistem yang terpadu yang mengorganisir
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data yang selanjutnya dapat
menggunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan
sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek spasial. Elemen dasar
SIG yang beroperasi pada sistem yang terpadu tersebut meliputi hardware, software,
pemasukan data, serta sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap masalah
desain, implementasi, dan penggunaan dari SIG. Keluaran yang dihasilkan dari keempat
elemen tersebut berupa informasi keruangan yang jelas dalam bentuk peta, grafik, tabel
ataupun laporan ilmiah.

SIG dapat mendukung fungsi sebagai berikut: (1) menyediakan struktur basis data
untuk penyimpanan dan pengaturan data dalam area yang luas; (2) mampu mengumpulkan
atau memisahkan data regional, landsekap, dan skala plot; (3) mampu membantu dalam
pengalokasian plot studi dan atau secara ekologi area yang sensitif; (4) meningkatkan
kemampuan ekstraksi informasi penginderaan jauh; (5) mendukung analisis statistik
spasial pada distribusi ekologi; dan (6) menyediakan input data/parameter untuk
permodelan ekosistem.

Menurut Prahasta (2005), Barus & Wiradisastra (2000) SIG mempunyai empat
komponen utama dalam menjalankan prosesnya antara lain :

1. Data input : Komponen ini bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data


spasial dan atribut dari berbagai sumber serta bertanggungjawab mengkonversi
atau mentransformasikan data ke dalam format yang diminta perangkat lunak, baik
dari data analog maupun data digital.
2. Data managemen : Komponen ini mengorganisasi baik data spasial maupun non
spasial ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dilakukan pemanggilan, updating dan editing.
3. Data manipulasi dan analisis : Komponen ini melakukan manipulasi dan
permodelan data untuk menghasilkan informasi sesuai dengan tujuan. Komponen
perangkat lunak yang memiliki kedua funsi tersebut merupakan kunci utama dalam
menentukan keandalan sistem SIG yang digunakan. Kemampuan analisis data
spasial melalui algoritma atau pemodelan secara matematis merupakan pembeda
suatu SIG dengan sistem informasi yang lain.
11

4. Data output : Komponen ini berfungsi menghasilkan keluaran seluruh atau


sebagian basisdata dalam bentuk (a) cetak lunak (softcopy), (b) cetak keras
(hardcopy) yang bersifat permanen dan dicetak pada kertas atau bahan-bahan
sejenis, seperti peta, tabel dan grafik, (c) elektronik berbentuk berkas (file) yang
dapat dibaca oleh komputer.

Perkembangan teknik SIG telah mampu menghasilkan berbagai fungsi analisis yang
canggih. Kekuatan SIG juga terletak pada kemampuan memadukan data spasial dan non
spasial (atribut) sekaligus. Penyajian data spasial dari fenomena geografis di dalam
komputer dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu raster (grid cell) dan vektor. Bentuk
raster adalah penyajian obyek dalam bentuk rangkaian elemen gambar (pixel) yang
menampilkan semua obyek dalam bentuk sel-sel. Sedangkan vektor disajikan dalam
bentuk titik atau segmen garis karena model data vektor lebih banyak berkaitan dengan
bentuk obyek pada peta.

Menurut Aronoff (1993) fungsi analisis SIG dapat dikelompokan ke dalam empat
kategori :

a. Fungsi pemanggilan, klasifikasi dan pengukuran data

Dalam fungsi pemanggilan, operasi yang dapat dilakukan adalah : memilih,


mancari dan memanipulasi data tanpa mngubah identitas spasial obyek atau membuat
identitas spasial baru. Penerapan yang umum menggunakan fungsi pemanggilan
SQL (Standard Query Languange), (Barus & Wiradisastra 2000). Sedangkan
klasifikasi data dilakukan untuk menghasilkan pengelompokan beberapa obyek
menjadi kelas baru berdasarkan kriteria tertentu. Fungsi klasifikasi penting kerena
dapat menentukan pola dan membantu mengenal pola-pola baru. Fungsi pengukuran
berkaitan dengan penghitungan titik, jarak antar obyek, panjang garis, penentuan
keliling dan luas poligon, volume suatu ruang dan ukuran serta pola sekelompok sel
yang mempunyai identitas yang sama.

b. Fungsi tumpang tindih (overlay)

Operasi tumpang tindih akan menghasilkan unit baru yang berbeda dengan
unit awalnya. Pada fungsi tumpang tindih dapat digunakan lima cara yaitu : (a)
pemanfaatan fungsi logika dan bolean seperti : penggabungan (union), irisan
(intersection), perbedaan (difference), pilihan (and dan or), dan pernyataan bersyarat
(if, then, else), (b) pemanfaatan fungsi relasional seperti : ukuran >, < = dan
12

kombinasinya, (c) pemanfaatan fungsi aritmetika seperti penambahan, pengurangan,


pengalian dan pembagian, (d) pemanfaatan data atribut atau tabel dua atau tiga
dimensi dan (e) menyilangkan dua peta langsung (Barus & Wiradisastra 2000).

c. Fungsi tetangga

Operasi tetangga mengevalusi ciri-ciri lingkungan tetangga yang mengelilingi


suatu lokasi spesifik. Fungsi-fungsi yang terdapat pada fungsi tetangga adalah: (a)
fungsi penelusuran (search), fungsi topografi (kontur, aspek/arah dan lereng) dan
poligon thiesen (Barus & Wiradisastra 2000) dan (e) fungsi interpolasi.

d. Fungsi jaringan/keterkaitan

Operasi keterkaitan merupakan penggunaan fungsi yang mengakumulasikan


nilai-nilai di daerah yang sedang dijelajahi. Fungsi-fungsi yang terdapat pada fungsi
jaringan/keterkaitan adalah : (a) fungsi kesinambungan (contiguity), (b) fungsi
perkiraan (proximity), (c) fungsi jaringan kerja (network), (d) fungsi penyebaran
(spread), (e) fungsi aliran (stream), dan (f) fungsi keterlihatan (intervisibility).

Analisis Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Rustiadi et al. (2002) pemahaman dinamika pembangunan lahan dan


analisis pemanfatan ruang suatu wilayah membutuhkan syarat perlu (necessary condition)
pemahaman yang lengkap tentang berbagai aspek dinamis di wilayah tersebut seperti
aspek perkembangan kebijakan penataan ruang, aspek perubahan kondisi fisik lingkungan
dan wilayah, perubahan aktifitas perekonomian dan kondisi sosial masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan tolak ukur objektif dalam bentuk peubah-peubah yang akan dikaji
untuk mengevaluasi keseluruhan dari aspek tersebut.

Winoto et al. (1996) menyatakan bahwa dinamika struktur penggunaan lahan dapat
mengarah kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah perubahan penggunaan
khususnya penggunaan pertanian ke non pertanian secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, perekonomian wilayah dan tata ruang
wilayah. Oleh karena itu perubahan penggunaan lahan akan memperlihatkan
kecenderungan meningkat atau menurun dalam tata ruang dengan arah mendekati atau
menjauhi pusat aktifitas manusia, sehingga membentuk suatu pola yang dapat dipelajari
dan diprediksi. Dengan demikian mempelajari dan memprediksi dinamika struktur
penggunaan lahan dan perubahannya terkait dengan analisis spasial karena penggunaan
lahan mempunyai lokasi yang melekat pada posisi geografi.
13

Analisis spasial adalah sekumpulan teknik-teknik untuk pengaturan spasial dari


kejadian-kejadian tersebut diatas. Kejadian geografis (geographical event) dapat berupa
sekumpulan obyek-obyek titik, garis atau areal yang berlokasi di ruang geografis dimana
melekat suatu gugus nilai-nilai atribut. Dengan demikian, analisis spasial membutuhkan
informasi, baik berupa nilai-nilai atribut maupun lokasi geografis obyek - obyek dimana
atribut melekat di dalamnya (Rustiadi et al. 2007).
Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif yang sistematis, tujuan
analisis spasial adalah :
1. Mendeskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruangan geografis (termasuk deskripsi
pola) secara cermat dan akurat.
2. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau obyek di
dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan
distribusi kejadian yang terobservasi.
3. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadian-kejadian di
dalam ruang geografis.
Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem
Informasi Geografis (SIG) didalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini semakin
signifikan. Menurut Rustiadi et al. (2007), tujuan utama SIG adalah pengelolaan data
spasial. SIG mengintegrasikan berbagai aspek pengelolaan data spasial seperti pengolahan
database, algoritma grafis, interpolasi, zonasi (zoning) dan network analysis. Namun
banyak ahli geografi dan analisis spasial mengklaim bahwa yang selama ini disebut
analisis spasial dan permodelan dengan SIG seringkali ternyata tidak lebih dari proses-
proses manipulasi data seperti overlay polygon, buffering, dan sebagainya yang pada
dasarnya tidak cukup pantas menggunakan terminologi analisis.
Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi kuantitatif dan
ilmu wilayah (regional science) pada awal 1960-an. Perkembangannya diawali dengan
digunakannya prosedur-prosedur dan teknik-teknik kuantitatif (terutama statistik) untuk
menganalisa pola-pola sebaran titik, garis, dan area pada peta atau data yang disertai
koordinat ruang dua atau tiga dimensi. Pada perkembangannya, penekanan dilakukan pada
indigenous features dari ruang geografis pada proses-proses pilihan spasial (spatial
choices) dan implikasinya secara spatio-temporal.
14

Pergeseran dan Pusat-Pusat Perubahan Penggunaan Lahan

Pergeseran atau dinamika perubahan penggunaan lahan dapat diidentifikasi dengan


Shift-share Analysis (SSA) telah dilakukan Andriani (2007) yaitu dengan menggunakan
data atribut dan spasial dari hasil overlay peta penggunaan lahan pada dua titik tahun.
Teknik SSA mendasarkan kepada Tiga komponen yang mempengaruhi pertumbuhan suatu
aktivitas/penggunaan lahan pada dua titik waktu tertentu sebagai gambaran kinerjanya
yang ditentukan oleh faktor share dan shift. Faktor share menggambarkan laju
perubahan penggunaan lahan rata-rata pada total wilayah (regional share). Faktor shift
terdiri dua komponen yaitu proporsional shif yang menggambarkan laju penggunaan lahan
tertentu pada total wilayah dan diffrerential shift yang menggambarkan laju perubahan
penggunaan lahan tertentu di suatu sub wilayah tetentu secara relative terhadap laju
perubahan jenis penggunaan lahan tertentu pada total wilayah.
Persamaan shift-share analysis adalah sebagai berikut :

X .. ( t 1)
1
X i ( t1) X .. ( t 1) X ij ( t 1 ) X i ( t 1)
SSA
X ..
(t 0) X i (t 0) X ..
(t 0) X ij ( t 0 ) X i (t 0 )

a b c

dimana : SSA = Luas pergeseran penggunaan lahan ke-I di sub wilayah ke-j (ha)
a = komponen share
b = komponen proportional shift
c = komponen differential shift, dan
X.. = Luas lahan pada total wilayah (ha)
X.i = Luas total pengunaan lahan ke-i pada total wilayah
Xij = Luas penggunaan lahan ke-i di sub wilayah ke-j (Ha)
t1 = titik tahun akhir
t0 = titik tahun awal

Identifikasi pusat-pusat perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan


analisis Location Quotient (LQ) yang dapat menjelaskan lokasi atau daerah mana yang
dapat dijadikan sebagai pemusatan aktivitas penggunaan lahan dan lokasi atau daerah
mana yang menjadi konsentrasi aktifitas perubahan penggunaan lahan tertentu (Andriyani,
2007). Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa
sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total
aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari
total aktifitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah
yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi
15

geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas
menghasilkan produk yang sama. Analisis LQ dilakukan secara berjenjang dimulai dari
unit administrasi kecamatan sampai ke unit kabupaten (Panuju et al. 2005).

Persamaan Analisis LQ adalah :

X ij
/ X i.
LQ ij /
X .j X ..

Dimana:
Xij : Perubahan penggunaan lahan ke-j di sub wilayah ke-I
Xi. : total luas perubahan penggunaan lahan di sub wilayah ke-i
X.j : Perubahan penggunaan lahan ke-j di semua wilayah
X.. : total luas perubahan penggunaan lahan

Adapun penafsiran hasilnya adalah :

1. Nilai LQij > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi perubahan penggunaan lahan


di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah.
2. Nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai perubahan penggunaan
lahan yang sama dengan rata-rata total wilayah.
3. Nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai perubahan penggunaan
lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan perubahan yang secara umum
ditemukan diseluruh wilayah.

Pemodelan Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan

Pemodelan perubahan penggunaan lahan tidak dapat dilakukan secara parsial untuk
masing-masing jenis penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan berarti perubahan
kearah penambahan atau pengurangan luasan penggunaan lain. Salah satu cara untuk
melakukan pemodelan perubahan penggunaan lahan adalah dengan menggunakan model
logit.
Model logit adalah model non-linear, baik dalam parameter maupun dalam variable
(Nachrowi & Usman 2002). Pada prinsipnya variable respon pada regresi logistic bersifat
kategorikal, sedangkan variable bebas dapat berupa variable kategorik maupun variable
interval (bersifat kualitatif maupun kuantitatif). Metoda regresi logistik (logistic
regression) baik binomial logit maupun multinomial logit adalah suatu metoda analisis
statistika yang mendeskripsikan hubungan ketergantungan suatu variable respon atau
tujuan (dependent variable) dengan satu atau lebih variable bebas atau penjelas
16

(explanatory variable). Secara umum fungsi hubungan tersebut ditulis dalam rumus
matematika sederhana yaitu :

Yi = f (X1, X2, .., Xn)


Dimana : Yi = variable respon
X1 Xn = variable-variabel bebas
Fungsi hubungan tersebut sama dengan regresi linear yang mendasari model regressi
logistic. Persamaan umum regresi linear adalah :

Yi = + Xi + i

Dimana : Yi = variable respon


dan = parameter regresi
Xi = variable bebas
i = galat (error)

Apabila variable respon bersifat kualitatif, maka analisis regresi klasik tidak bisa
digunakan untuk menganalisis data. Solusi untuk mengatasinya adalah menggunakan
analisis regresi logistik. Uyanto (2006) menyatakan bahwa analisis regresi logistik
digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variable bebas X1, X2,Xn terhadap
variable respon Y yang berupa kategorik (binomial, multinomial atau ordinal) atau juga
untuk memprediksi nilai suatu variable bebas Y yang berupa kategorik berdasarkan
variable-variabel bebas bebas X1, X2,Xn. Perbedaan utama antara model regresi linear
dan regresi logistik biner adalah bahwa variabel respon pada regresi logistik adalah
variabel binary ( 0 dan 1), sedangkan variabel bebas dapat berupa variable kategorik
maupun variabel interval. Persamaan umum logit model yaitu :

Dimana :

P (i/r) peluang lahan-i berubah menjadi lahan r


bo r intersept untuk perubahan menjadi penggunaan lahan r
bj r parameter koefisien variable ke-j untuk perubahan menjadi penggunaan r
r penggunaan lahan jenis ke-1, ke-2 .dan ke-r
Xj variabel bebas faktor peyebab ke-1, ke-2 ke-n
17

Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pendekatan Cellular Automata

Hukum geografi pertama dinyatakan Tobler (1970) bahwa setiap hal memiliki
keterkaitan dengan hal lainnya, namun yang lebih berdekatan memiliki keterkaitan lebih
dari lainnya. Keterkaitannya dengan data raster, Vliet (2008) menyatakan bahwa
perubahan penggunaan lahan dalam suatu grid ditentukan oleh penggunaan lahan dan
karakteristik ketetanggaan grid terdekat disekitarnya (neighbourhood). Pengaruh
ketetanggaan dari penggunaan lahan melekat dalam constrained cellular automata (CA)
yang didasarkan atas model perubahan penggunaan lahan sebelumnya dan pengaruh dari
penggunaan lahan tetangganya (Verburg et al. 2004). Model CA seringkali digunakan
untuk model perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan kota (urban growth) dimana
saat ini model CA telah digunakan sebagai alat untuk mendukung perencanaan
penggunaan lahan dan analisis kebijakan (Barredo et al. 2003).
CA pertama kali diperkenalkan oleh Ulam dan Von Neuman pada tahun 1940 yaitu
membuat kerangka kerja formal untuk meneliti perilaku sistem yang kompleks. CA adalah
model dinamik dari interaksi lokal antar sel pada grid yang teratur (Hand 2005). CA juga
didefinisikan sebagai grid dua dimensi dimana nilai sel merepresentasikan penggunaan
lahan, sedangkan perubahan penggunaan lahannya tergantung aturan (rule) yang
mempertimbangkan penggunaan tetangganya (Manson 2001).
Model CA bersifat dinamik, unitnya berupa ruang diskrit (piksel) dan merupakan
fungsi waktu serta dapat diperbaiki (update) secara serentak. Komponen utama CA adalah
sel (cell), state, aturan atau fungsi perubahan (transition rule or transition function) dan
ketetanggaan (Chen et al. 2002). Skenario perubahan penggunaan lahan pada setiap piksel
tergantung pada kesesuaian lahannya, penggunaan lahan periode sebelumnya dan lahan
tetangganya.

Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk


suatu penggunaan tertentu. Inti evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan
persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-
sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan (Hardjowigeno &
Widiatmaka 2001).
18

Dalam Sistem FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 (empat)
kategori, yaitu :

1. Ordo, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu. Ordo dibagi menjadi dua yaitu ordo S (sesuai) dan N (tidak sesuai). Lahan
pada Ordo S adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Sementara lahan yang
termasuk ordo N adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga
mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai karena
adanya berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu,
dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya
yang dikeluarkan).

2. Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Kelas diberi nomor
urut dibelakang simbol ordo, semakin tinggi nomornya menunjukan semakin jelek
kelas kesesuaiannya. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai yaitu S1 (sangat
sesuai/higly suitable), S2 (cukup sesuai/moderately suitable), dan S3 (sesuai marjinal/
marginally suitable). Lahan pada kelas S1 adalah lahan tidak mempunyai pembatas
yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau mempunyai pembatas yang tidak
berpengaruh nyata terhadap kenaikan masukan yang diberikan. Lahan kelas S2 adalah
lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Selanjutnya lahan kelas S3 berarti lahan
yang mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau
keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan. Sedangkan untuk ordo yang
tidak sesuai ada dua kelas yaitu N1 (tidak sesuai saat ini/currently not suitable) dan
N2 (tidak sesuai/permanently not suitable). Lahan dengan kelas N1 mempunyai
pembatas-pembatas yang besar, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, dengan
biaya yang tinggi. Keadaan pembatas yang besar, sehingga mencegah penggunaan
yang lestari dalam jangka panjang. Selanjutnya lahan pada kelas N2 merupakan lahan
yang tidak sesuai untuk selamanya yaitu lahan yang mempunyai pembatas permanen.

3. Sub-Kelas, menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas. Pada


satu sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat dan jika ini terjadi
maka faktor penghambat yang paling dominan dituliskan paling depan; dan

4. Unit, menunjukkan kesesuaian lahan dalam tingkat unit yang merupakan pembagian
lebih lanjut dari subkelas berdasarkan atas besarnya faktor penghambat.
METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang (UU No. 26 tahun
2007). RTRW merupakan hasil perencanaan tata ruang di tingkat wilayah menyangkut
aspek struktur dan pola ruang termasuk didalamnya mengatur tentang arahan penggunaan
lahan. Dalam perkembangannya RTRW yang telah ditetapkan dapat mengalami perubahan
baik dalam wujud struktur maupun pola ruangnya seiring dengan perkembangan sosial
ekonomi masyarakat, pertumbuhan penduduk, perubahan kebijakan dan kelembagaan.
Perubahan pola dan struktur lahan dapat didentifikasi dengan menganalisis
perubahan penggunaan lahan, perkembangan wilayahnya dan faktor-faktor penyebabnya
baik dari faktor fisik, sosial ekonomi maupun kebijakan. Selanjutnya prediksi penggunaan
lahan diperlukan untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan di masa yang akan datang
yang dapat dijadikan sebagai bahan pengendalian RTRW dalam rangka mewujudkan
struktur dan pola tata ruang wilayah yang kondusif terhadap kemajuan wilayah. Adapun
kerangka pemikiran penelitian secara skematis diilustrasikan dalam bagan alir pada
Gambar 1 sedangkan tahapan penelitian pada Gambar 2.

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran


20

Gambar 2 Bagan alir tahapan penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian


o o
Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Sukabumi pada posisi geografis 106 49 107
00 Bujur Timur (BT) dan 6o 57 7o 25 Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah 4,161
km2 (416.105 Ha). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2008 sampai Desember 2008.
21

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Citra Landsat ETM 7 pada 2 titik
tahun (1997 dan 2006) dari Departemen Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan -IPB, Peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari Bakosurtanal, Peta RTRW, Peta Administrasi, Peta
Penutupan Lahan tahun 1994, Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Elevasi, dan Peta Kesesuaian
Lahan (Bappeda Sukabumi), Data Potensi Desa (Podes) Tahun 2000 dan 2006 dari Lab.
Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Alat yang
digunakan adalah Receiver GPS, Kamera Digital dan seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan software : ERDAS Imagine, Idrisi, ArcView, Google Earth, SPSS dan
Microsoft Excel.

Pengumpulan Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini baik data primer maupun data
sekunder didapatkan melalui metoda pengumpulan data yang berbeda. Data sekunder
didapatkan dengan menginventarisasi dan penelusuran data baik pada buku, peta, internet,
perundang-undangan, penelitian terdahulu maupun dari instansi terkait baik pemerintah
maupun swasta. Data primer diperoleh dari hasil survey/cek lapangan.
Jenis, sumber data, ringkasan tujuan, cara analisis, jenis variabel dan output yang
ingin dicapai disajikan pada Tabel 4.

Analisis dan Pengolahan Data

Analisis Perkembangan Wilayah

Penentuan perkembagan wilayah didekati dengan indeks perkembangan dan hirarki


wilayah dengan menggunakan analisis skalogram. Analisis dilakukan pada unit wilayah
desa dan kecamatan. Input data yang digunakan adalah data Podes. tahun 2000 dan 2006
dengan parameter yang diukur meliputi : bidang pendidikan, kesehatan, transportasi,
perekonomian dan aksesibilitas. Data Podes 2000 digunakan sebagai pendekatan
perkembangan wilayah pada tahun 1997 mengingat data tahun 1997 yang tidak tersedia.
Hasil analisis digambarkan pada peta administrasi untuk dianalisa secara spasial.
22
22

Tabel 4. Matrik hubungan antara tujuan, data, metode dan keluaran pada setiap tahapan penelitian

Tujuan Variabel Data dan Sumber Data Metode / Analisis Keluaran


(1) (2) (3) (4) (5)

1. Mengidentifikasi Tipe Penggunaan Citra Landsat 1997, Interpretasi Citra dengan menggunakan Sofware Peta penggunaan lahan Tahun
dinamika perubahan lahan dan 2006 Pengolah Citra 1997dan 2006
penggunaan lahan (unit Peta Rupa Bumi Verifikasii akurasi dengan: Skala 1:100.000
analisis: polygon Indonesia (1: 25.000) Ground check dengan GPS dan dari Matrik Perubahan
penggunaan lahan) Peta Administrasi Lapangan penggunaan lahan
Desa dan Kecamatan Peta Penutupan lahan tahun sebelumnya
Penutupan lahan dari Google Earh

Sumber data : Overlay Pergeseran perubahan


Analisis Shif-share penggunaan lahan
Dept. PSL IPB Pemusatan/konsentrasi
Bappeda Sukabumi Analisis Location Quotient Perubahan Penggunaan
Lahan

2. Mengidentifikasi Infrastruktur Data Podes 2000 dan Analisis Skalogram Indeks Perkembangan
perkembangan wilayah Jumlah Penduduk 2006 wilayah (IPD dan IPK)
pada kurun waktu Aksesibilitas Hierarki Desa dan
perubahan penggunaan Sumber data : Kecamatan
lahan
Lab. Bangwil IPB
23
23

Tabel 4 (lanjutan)
22
(1) (2) (3) (4) (5)
Overlay Diperoleh Faktor-faktor
3. Mengetahui perubahan penggunaan Keluaran tujuan 1 dan Binomial Logit Model penyebab peluang terjadinya
faktor-faktor lahan 2 perubahan penggunaan lahan
penyebab utama jenis Tanah Peta administrasi
perubahan Elevasi Peta tanah
penggunaan lahan Lereng Peta elevasi
Indeks Perkembangan Desa Peta lereng
Arahan penggunaan lahan Peta RTRW
Hirarki desa IPD
Hirarki kecamatan IPK
Perubahan hirarki desa Kerapatan jalan
Perubahan hirarki
kecamatan Sumberdata:
Kerapatan jalan desa Bappeda Sukabumi
Kerapatan jalan kecamatan Dishut Sukabumi
Pemekaran kecamatan
Jarak centroid desa ke Kota
Sukabumi
Jarak Centroid Desa ke
Pelabuhanratu

4. Memprediksi Penggunaan Lahan Keluaran tujuan 1 Simulasi dengan Cellular Automata Analysis Estimasi Peta
perubahan Rencana tata ruang Peta Kesesuaian Lahan Overlay Penggunaan Lahan
penggunaan lahan Kesesuaian lahan Peta RTRW Tahun 2015
Moving filter 5 x 5 Dugaan lokasi
Matrix Trasformasi Sumber : penyimpangan
Perubahan Hasil analisis tujuan 1 RTRW
Bappeda Sukabumi

23
24

Prosedur kerja penyusunan hirarki daerah berdasarkan infrastruktur


dengan menggunakan skalogram adalah sebagai berikut (Saefulhakim, 2005):
a. Melakukan pemilihan terhadap data Podes sehingga yang tinggal hanya data
yang bersifat kuantitatif;
b. Melakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya
yang relevan saja yang digunakan;
c. Melakukan rasionalisasi data;
d. Melakukan seleksi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh 97
variabel di tahun 2000 dan 89 variabel di tahun 2006 variabel untuk analisa
skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan kecamatan di Kabupaten
Sukabumi;
e. Melakukan standardisasi data terhadap variabel-variabel tersebut dengan
menggunakan rumus :
Xij Xj min
Y ij
s j

dimana:
Yij adalah variabel baru untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j

Xij adalah jumlah sarana untuk kecamatan ke-i dan jenis sarana ke-j
Xj min adalah nilai minimum untuk jenis sarana ke-j
sj adalah simpangan baku untuk jenis sarana ke-j
f. Menentukan Indeks Perkembangan Desa dan Kecamatan (IPD dan IPK)
serta kelas hirarkinya.
Pada penelitian ini, IPD dan IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas
hirarki, yaitu hirarki I (tinggi), hirarki II (sedang), dan hirarki III (rendah). Data
aksesibilitas untuk penentuan IPK adalah rata-rata data aksesibilitas ditingkat
desa. Kelas hirarki didasarkan pada nilai standar deviasi (St Dev) dari indeks
perkembangan wilayah dan nilai tengah, seperti terlihat pada Tabel 5. Variabel
dan parameter yang dipergunakan untuk analisis skalogram, terlihat pada
Lampiran 1.
25

Tabel 5 Nilai selang penentuan hirarki wilayah


No. Hirarki Nilai Selang (X) Tingkat Hirarki
1 I X>[Nilai Tengah +(1.5*St Dev IPN)] Tinggi
2 II Nilai Tengah < X (1.5*St Dev) Sedang
3 III X < Nilai Tengah Rendah

Pemotongan Batas Area Penelitian

Pemotongan batas area penelitian diperlukan untuk melakukan clip citra


landsat sehingga tidak semua image karena dengan cakupan area citra Landsat
sebesar 185 km x 170 km akan dianalisis. Data vektor peta administrasi desa
dilakukan operasi geoprosesing pada Arcview, yaitu proses dissolve untuk
membangun polygon kecamatan dan kabupaten. Peta hasil dissolve yang
dihasilkan akan menjadi acuan dalam penentuan luas pada analisis selanjutnya.

Rektifikasi Citra

Citra landsat terlebih dahulu dilakukan rektifikasi/koreksi geometrik untuk


mengurangi distorsi geomertik selama akuisisi citra seperti pengaruh rotasi bumi,
kelengkungan bumi, kecepatan scanning dari beberapa sensor yang tidak normal
dan efek panoramik yang menyebabkan posisi citra tidak sama posisinya dengan
posisi geografis yang sebenarnya. Citra yang mempunyai kesalahan geometri
memberikan implikasi terhadap variasi jarak, luas, arah, sudut dan bentuk di
semua bagian citra sehingga perlu dikoreksi terlebih dahulu untuk dapat
digunakan sebagai peta. Rektifikasi citra mentah bertujuan agar citra dapat
semaksimal mungkin sesuai denga keadaan aslinya di lapangan.
Koreksi geometri dapat dilakukan dengan menentukan fungsi
transformasi dan resampling citra. Pada koreksi ini diperlukan Ground Control
Point (GCP) yang dapat diacu dari peta topografi seperti peta RBI ataupun dengan
memanfaatkan satelit GPS. Rektifikasi citra yang umum digunakan adalah fungsi
transformasi Polinomial dengan tingkatan ordo. Contoh fungsi transformasi
Polinomial Orde 1 memiliki rumus fungsi sebagai berikut :
X = a0 + a1X + a2X + a3XY

Y = b0 + b1X + b2Y + b3XY


26

Dimana x, y = koordinat baris, kolom pada image yang belum terkoreksi,


X, Y = koordinat kolom pada image yang sudah terkoreksi (GCP)

Hal terpenting dari koreksi geometri adalah keakuratan hasil koreksi yang
ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square) yang kecil yaitu dengan
memilih GCP yang kesalahan geometrinya kecil dan membuang GCP yang
menyebabkan nilai RMS besar.

Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Deteksi Perubahan

Klasifikasi penutupan/penggunaan lahan terdiri atas 7 (tujuh) tipe yaitu :


hutan, kebun, permukiman, semak belukar, tegalan, sawah dan tubuh air.
Klasifikasi citra dilakukan dengan menggunakan software ERDAS Imagine yaitu
dengan menggunakan metode klasifikasi secara terbimbing (supervised
classification) pada kombinasi band 5, 4 dan 2 (RGB). Tahapan klasifikasi
disajikan pada Gambar 3.

Persiapan Citra:
1. Komposit Citra
dengan Band 542.
Citra Landsat 2. Koreksi Geometrik.
3. Subset Citra dengan
peta Administrasi

Klasifikasi Citra (Metode Terbimbing):

1. Membuat training area.


2. Evaluasi training area
3. Klasifikasi dengan metode maximum
likelihood.
4. Melakukan recoding-clump-eleminite- filtering
(majority).
5. Editing Peta penggunaan lahan
per wilayah kecamatan
6. Informasi spasial liputan lahan tentatif
7. Cek lapangan
8. Editing dan revisi

Peta Peta
Menghitung akurasi pengklasifikasian.
penggunaan Administrasi
lahan Kecamatan

Sesuai
(Kappa Konversi data raster ke
> 80%) data vektor

Gambar 3. Diagram alur pengolahan data penginderaan jauh dengan


klasifikasi digital secara terbimbing
27

Setelah diperoleh peta penutupan lahan pada masing masing tahun


selanjutnya dilakukan analisi deteksi perubahan lahan setiap tahun penutupan
lahan yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Deteksi perubahan tanpa matrik transformasi, artinya mendeteksi
perubahan tanpa mengetahui tipe penutupan lahan ke tipe perubahan
lainnya.
2. Deteksi perubahan dengan matrik trasformasi, artinya dapat
mendeteksi perubahan penutupan lahan ke perubahan lainnya termasuk
luas dan sebarannya.

Teknik analisis perubahan dapat dilakukan pada software ERDAS maupun


IDRISI. Kelebihan dari IDRISI adalah dapat menampilkan matrik perubahan
secara langsung dalam bentuk luasan (jumlah piksel) dan nilai peluangnya,
sedangkan pada ERDAS harus dilakukan ekstraksi terlebih dahulu. Matrik
perubahan yang dihasilkan ditunjukan pada Tabel 6.

Tabel 6 Matrik transformasi perubahan penutupan lahan

Tahun 2006
Penggunaan Lahan
Total
Kab. Sukabumi
Htn Kbn Pmk Sbk Tgl Swh Tba

Hutan (Htn) 1 2 3 4 5 6 7 Htn1997

Kebun (Kbn) 8 9 10 11 12 13 14 Kbn1997

Permukiman (Pmk) 15 16 17 18 19 20 21 Pmk1997


Tahun 1997

Semak belukar,
22 23 24 25 26 27 28 Sbk1997
tanah kosong (Sbk)

Tegalan (Tgl) 29 30 31 32 33 34 35 Tgl1997

Sawah (Swh) 36 37 38 39 40 41 42 Swh1997

Tubuh air (Tba) 43 44 45 46 47 48 49 Tba1997

Total Htn2006 Kbn2006 Pmk2006 Sbk2006 Tgl2006 Swh2006 Tba2006

Keterangan :

= Tidak berubah
= Berubah ke penggunaan lain
28

Identifikasi Pergeseran dan Pusat-Pusat Perubahan Penggunaan Lahan

Identifikasi pergeseran atau dinamika perubahan penggunaan lahan


dilakukan dengan Shift-share Analysis (SSA) yaitu dengan menggunakan data
atribut dari hasil overlay peta penggunaan lahan pada dua titik tahun dengan peta
administrasi. Teknik SSA mendasarkan kepada Tiga komponen yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu aktivitas/penggunaan lahan pada dua titik
waktu tertentu sebagai gambaran kinerjanya yang ditentukan oleh faktor share
dan shift. Faktor share menggambarkan laju perubahan penggunaan lahan rata-
rata pada total wilayah (regional share). Faktor shift terdiri dua komponen yaitu
proporsional shif yang menggambarkan laju penggunaan lahan tertentu pada total
wilayah dan diffrerential shift yang menggambarkan laju perubahan penggunaan
lahan tertentu di suatu sub wilayah tertentu secara relatif terhadap laju perubahan
jenis penggunaan lahan tertentu pada total wilayah.
Identifikasi pusat-pusat perubahan penggunaan lahan dapat dilakukan
dengan analisis Location Quotient (LQ). LQ dapat menjelaskan lokasi atau
daerah mana yang menjadi konsentrasi aktifitas perubahan penggunaan lahan
tertentu sebagaimana yang telah dilakukan Andriani (2007). LQ merupakan suatu
indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan
pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih
operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub
wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah yang diamati.

Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan

Faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan didekati dengan


persamaan regresi logistik biner (logit model). Data hasil peta perubahan
penggunaan lahan di-overlay dengan data faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan baik secara fisik sosial maupun
ekonomi maupun kelembagaan. Setiap tipe perubahan penggunaan lahan ke tipe
penggunaan lahan lain dicari peluang perubahannya dengan persamaan umum
logit model yaitu :
29

Dimana :

P (i/r) peluang lahan-i berubah menjadi lahan r


bo r intersept untuk perubahan menjadi penggunaan lahan r
bj r parameter koefisien variable ke-j untuk perubahan menjadi
penggunaan r
r penggunaan lahan jenis ke-1, ke-2 .dan ke-8
Xj variabel bebas faktor peyebab ke-1, ke-2 ke-n

Variabel bebas dikelompokan pada tiga kategori yaitu fisik, sosial


ekonomi dan kebijakan. Variabel fisik terdiri atas kelas kemiringan lereng,
elevasi, jenis tanah dan kerapatan jalan di tingkat desa dan kerapatan jalan di
tingkat kecamatan. sementara variabel sosial ekonomi terdiri atas IPD, IPK,
hirarki Desa, hirarki kecamatan, perubahan hirarki desa, perubahan hirarki
kecamatan, jarak sentroid desa ke ibu kota kabupaten (Pelabuhanratu) dan jarak
sentroid desa ke Kota Sukabumi. Sedangkan variabel kebijakan terdiri atas arahan
RTRW dan pemekaran kecamatan.

Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan

Model spatial perubahan penggunaan lahan ideal (masih dianggap baik)


pada penelitian ini hanya didasarkan pada karakteristik fisik lahan, yaitu
kesesuaian secara fisik untuk setiap tipe penggunaan lahan dan kecenderungan
perubahan penggunaan lahannya pada selang waktu tertentu yang dilakukan
dengan metoda Cellular Automata (CA). CA adalah suatu pemodelan berbasis
spatial yang mampu memprediksi kondisi di waktu yang akan datang dari
interaksi lokal antar sel pada grid yang teratur (Hand 2005; Manson 2001),
dimana sel merepresentasikan penggunaan lahan. Adapun perubahan penggunaan
lahan tergantung pada aturan (rule) yang mempertimbangkan penggunaan lahan
tetangganya (Manson 2001). Komponen utama CA adalah cell (piksel), state,
ketetanggaan/neighbourhood dan transition rule/transition function (Chen et al
2002). Skenario perubahan penggunaan lahan pada setiap piksel tergantung pada
kesesuaian lahannya, penggunaan lahan periode sebelumnya dan penggunaan
lahan tetangganya. Pengaruh ketetanggaan artinya perubahan penggunaan lahan
pada satu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada piksel
tetangganya.
30

Simulasi perubahan penggunaan lahan pada penelitian ini mengacu pada


penelitian Munibah (2008) yang dilakukan pada software Idrisi 32 dengan modul
Celluler Automata Markov (CA-Markov). CA-Markov merupakan kombinasi dari
modul Markov Chain dan Multi-Objective Land Allocation (MOLA). Hasil dari
modul Markov Chain berupa Transitional Probability/Area Matrix, sedangkan
proses iterasi dilakukan dengan modul MOLA. Input data dan hasil yang
diharapkan seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Input dan output data perubahan penggunaan lahan dengan cellular
automata analysis pada software Idrisi 32
No Output Input Data Indikator

1. Peta Perubahan Data raster kesesuaian Jumlah iterasi


penggunaan Lahan penggunaan lahan (30 x
tahun 2015 30) Nilai kappa
data raster penggunaan
lahan tahun 2006
data raster penggunaan
lahan tahun 1997
matrik perubahan
penggunaan lahan antara
tahun 1997- 2006
(transition rule)

Peta kesesuaian lahan berfungsi sebagai referensi dalam pengalokasian


suatu penggunaan lahan. Peta ini memiliki dua kelas yaitu sesuai (S) diberi bobot
2 dan tidak sesuai diberi bobot 1. Jumlah peta kesesuaian lahannya sesuai dengan
jumlah tipe penggunaan lahannya.
Alur pelaksanaan simulasi perubahan penggunaan lahan pada software
Idrisi 32 ditampilkan pada Gambar 4. Hasil simulasi penggunaan lahan pada
tahun 2015 kemudian dilakukan proses overlay dengan peta RTRW sehingga akan
diperoleh besaran luasan penyimpangan RTRW dengan penggunaan lahan pada
Tahun 2015.
31

Gambar 4 Alur simulasi penggunaan lahan dengan metode celluler automata


pada software Idrisi 32
KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI

Administrasi

Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45


kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan
Pelabuhanratu. Batas-batas wilayah Kabupaten Sukabumi (Gambar 5) adalah:
- sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Bogor,
- sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia,
- sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Indonesia,
- sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Selain itu Kabupaten Sukabumi juga berbatasan secara langsung dengan wilayah
Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave). Kota Sukabumi dengan
wilayah-wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai hubungan yang bersifat fungsional
dimana Kota Sukabumi merupakan salah satu pusat (nodal) bagi wilayah-wilayah
Kabupaten Sukabumi yang mengelilinginya (hinterland). Sebagai pusat petumbuhan
wilayah (Rustiadi et al. 2007), Kota Sukabumi berfungsi sebagai (1) tempat
terkonsentrasinya penduduk (permukiman), (2) pusat pelayanan terhadap daerah
hinterland, (3) pasar bagi komoditas-komoditas pertanian dan lokasi pemusatan industri
manufaktur. Sedangkan wilayah-wilayah Kabupaten Sukabumi sebagai hinterland
berfungsi sebagai (1) pemasok (produsen) bahan-bahan mentah dan atau bahan baku (2)
pemasok tenaga kerja melalui proses urbanisasi dan menglaju (commuting) (3) daerah
pemasaran barang dan jasa industri manufaktur dan (4) penjaga keseimbangan ekologis.
Dilihat dari perkembangan dan karakteristik wilayah, Kabupaten Sukabumi dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Sukabumi Utara dan Sukabumi Selatan. Kedua
wilayah ini mempuyai karakteristik yang berbeda, diantaranya (1) Sukabumi utara yang
dilalui oleh jalur tengah yang relatif lebih berkembang, dibandingkan Sukabumi selatan
yang dilalui oleh jalur selatan, (2) Pusat-pusat pertumbuhan dan kegiatan banyak terdapat
di Sukabumi utara, seperti pasar, industri, pusat pendidikan dan lain-lain (3) Sumberdaya
alam lahan (tanah) relatif lebih subur di utara, karena terdapat diantara dua gunung, yaitu
Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak (4) Kepadatan penduduk di utara lebih tinggi
di bandingkan di selatan Sukabumi.
33
33

33
Gambar 5 Peta administrasi Kabupaten Sukabumi
34

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2006 mencapai 2.345.459


jiwa yang terdiri dari 1.178.005 laki-laki dan 1.167.454 perempuan dengan rasio jenis
kelamin 100,90 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 laki-
laki. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 563,72 orang per Km2
(Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2000-2006


Laju
Jumlah Penduduk Kepadatan
Pertumbuhan
Penduduk
Penduduk
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah per Km2

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

2000 1.058.852 1.033.596 2.092.448 502,91


2001 1.075.979 1.053.685 2.129.664 1,78 511,85
2002 1.094.940 1.075.241 2.170.181 1,90 521,59
2003 1.115.074 1.097.747 2.212.821 1,96 531,84
2004 1.135.889 1.120.755 2.256.644 1,98 542,37
2005 1.156.871 1.143.773 2.300.644 1,95 552,95
2006 1.178.005 1.167.454 2.345.459 1,95 563,72

Rata-Rata 1.92
Sumber : Diolah dari Kabupaten Sukabumi Dalam Angka (KASDA) 2007

Jumlah rumah tangga miskin Kabupaten Sukabumi tercatat 228.370 atau


38,70 % dari jumlah total rumah tangga. Persentase rumah tangga miskin terbesar
berada di Kecamatan Kabandungan yaitu sebesar 61,06 % dari jumlah rumah tangga
yang ada di kecamatan tersebut. Sedangkan kecamatan yang paling kecil persentase
rumahtangga miskinnya adalah Kecamatan Cicurug dan Cisaat.

Karakteristik Fisik Wilayah


Topografi
Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Sukabumi cukup bervariasi, antara
0 40 %. Daerah pesisir (daerah yang berbatasan dengan laut) memiliki kemiringan
lebih landai bila dibandingkan dengan daerah di bagian tengah Kabupaten Sukabumi
yang masih termasuk dalam wilayah perencanaan. Untuk daerah pesisir bagian Barat
cenderung lebih terjal dibandingkan dengan daerah pesisir lainnya. Daerah yang
memiliki kemiringan 25 40 % terletak pada bagian tengah Kabupaten Sukabumi, yaitu
daerah di sekitar Sungai Cimandiri.
35

Sebaran lokasi berdasarkan kelerengan didominasi oleh daerah-daerah dengan


kelerengan 15 25 % mencapai 40,5 %. Sementara itu kelas kelerengan lainnya adalah
: 3 8 % mencapai 21,5 %, > 40 % mencapai 18,1 %, 0-3% mencapai 11,3 %, 8-
15% mencapai 4,1 % dan kelerengan 25-40 % sebesar 4,0 % sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 9 dan Gambar 6.

Tabel 9 Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi

No Kelas Lereng Luas (Ha) Prosentase (%)


1 0-3 % 47.029 11.3%
2 3-8 % 89.310 21.5%
3 8-15 % 16.896 4.1%
4 15-25 % 168.510 40.5%
5 25-40 % 16.544 4.0%
6 > 40 % 75.450 18.1%
7 Tubuh Air 2.365 0.6%
Jumlah 416.105 100.0%
Sumber : diolah dari peta

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Sukabumi pada umumnya meliputi


permukaan yang bergelombang di daerah selatan dan bergunung di daerah bagian utara
dan tengah. Ketinggian tempat berkisar antara 0 2.960 M dpl. Bentuk permukaan
tanah (morfologi) Kabupaten Sukabumi pada umumnya bervariasi dari datar,
bergelombang, berbukit, sampai bergunung. Ketinggian wilayah Kabupaten Sukabumi
bervariasi dari 0 sampai dengan 2.958 meter di atas permukaan laut (dengan puncak
tertinggi terdapat di Gunung Salak 2.211 M dpl. dan Gunung Gede 2.958 M dpl).
Daerah datar umumnya terdapat di daerah pantai dan kaki gunung yang sebagian besar
merupakan persawahan, sementara daerah selatan merupakan daerah berbukit-bukit
dengan ketinggian berkisar 300 1.000 M dpl.

Berdasarkan luasan di peta 41,7 % wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai


elevasi 100 500 meter dpl. 34,9 % pada elevasi 500 1000 meter dpl, 16,3 % pada
elevasi < 100 meter dpl, 6,0 % pada elevasi 1000 2000 meter dpl dan sisanya 0,5 %
mempunyai elevasi > 2000 meter dpl (Tabel 10 dan Gambar 7).
36
36

Gambar 6 Peta kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sukabumi


37
376

Gambar 7 Peta elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi


37
38

Tabel 10 Tingkat elevasi wilayah Kabupaten Sukabumi

No Kelas Elevasi (M Dpl) Luas (Ha) Prosentase (%)


1 0-25 20.354 4,9%
2 25-100 47.498 11,4%
3 100-500 173.765 41,7%
4 500-1000 145.431 34,9%
5 1000-1500 21.493 5,2%
6 1500-2000 3.300 0,8%
7 > 2000 1.900 0,5%
8 Tubuh Air 2365 0,6%
Jumlah 416.105 100,0%
Sumber : diolah dari peta

Tanah
Dari aspek kemampuan tanah (kedalaman efektif dan tekstur), wilayah
Kabupaten Sukabumi sebagian besar bertekstur tanah sedang (tanpa liat).
Kedalaman tanahnya dapat dikelompok menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu
kedalaman efektif tanah dalam dan kedalaman efektif tanah sedang sampai
dangkal. Kedalaman efektif tanah dalam tersebar di bagian utara, sedangkan
kedalaman efektif tanah sedang sampai dangkal tersebar di bagian tengah dan
selatan (BPS Kabupaten Sukabumi, 2006).
Jenis tanah dibagian utara pada umumnya terdiri dari tanah Podsolik,
Andosol dan Regosol. Sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari
tanah Grumusol, Latosol dan Alluvial (Gambar 8). Sebaran luasan berdasarkan
perhitungan di peta tanah Podsolik mendominasi dengan luasan mencapai 45,6 %.
Sebaran Jenis tanah di Kabupaten Sukabumi disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi


N0 Jenis Tanah Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Aluvium 9.634 2,3
2 Andosol 11.461 2,8
3 Grumusol 71.642 17,2
4 Laterik 32.380 7,8
5 Latosol 54.517 13,1
6 Organosol 14.419 3,5
7 Podsolik 189.698 45,6
8 Regosol 29.990 7,2
9 Tubuh Air 2.364 0,6
Jumlah 416.105 100,0
Sumber : diolah dari peta
39
39

Gambar 8 Peta jenis tanah wilayah Kabupaten Sukabumi


40

Struktur geologi wilayah Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua zona


yaitu zona utara dan zona selatan, dengan batas Sungai Cimandiri yang mengalir
dari arah Timur Laut ke Barat Daya. Zona Utara merupakan kawasan yang
dipengaruhi oleh vulkan dan sebagian besar merupakan daerah yang subur,
dimana terdapat kawasan perkebunan, persawahan dan kegiatan pertanian lainnya.
Sedangkan zona selatan merupakan kawasan yang berbukit-bukit yang terdiri atas
kawasan pertanian lahan kering, perkebunan dan kehutanan (Bappeda, 2006).

Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan penjabaran dari


strategi dan arahan kebijaksanaaan pemanfaatan ruang wilayah propinsi ke dalam
strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dan kebijakan-
kebijakan lainya. Berdasarkan RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 2006 2016,
arahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi sebagian besar diarahkan untuk
penggunaan lahan kebun campuran yaitu 31,2 % dari total luas wilayah. Sebaran
arahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi ditunjukan pada Tabel 12,
sementara sebaran spasialnya disajikan pada Gambar 9.

Tabel 12 Sebaran arahan penggunaan lahan wilayah Kabupaten Sukabumi

No Arahan RTRW Luas (Ha) Persentase (%)


1 Hutan Lindung 43.663 10,5%
2 Hutan Produksi/Konversi 71.787 17,2%
3 Hutan Suaka Margasatwa 4.906 1,2%
4 Kawasan Konservasi 10.031 2,4%
5 Kawasan Pariwisata 5.745 1,4%
6 Kebun Campuran 130.088 31,3%
7 Perkebunan 72.448 17,4%
8 Ladang 3.733 0,9%
9 Permukiman Perkotaan 16.484 4,0%
10 Zona Industri 328 0,1%
11 Sawah 54.527 13,1%
12 Tubuh Air 2.365 0,6%
Jumlah 416105 100.0%
Sumber : diolah dari peta
41
41

Gambar 9 Peta arahan penggunaan lahan RTRW wilayah Kabupaten Sukabumi 2006-2016
41
42

Kawasan Hutan dan Areal Perkebunan


Luas hutan negara di Kabupaten Sukabumi adalah seluas 101.280,14 ha
atau sebesar 22,34 % dari total luas Kabupaten Sukabumi (Dinas Kehutanan
Kabupaten Sukabumi 2007). Luas hutan yang dapat dibudidayakan adalah seluas
70.586,9 ha, yang terdiri dari hutan produksi (68.133,53 ha) dan hutan
cadangan/hutan lainnya (2.453,37 ha). Jumlah ini lebih besar dibandingkan
dengan luas lahan yang direncanakan sebagai hutan produksi dalam RTRW
Kabupaten Sukabumi tahun 1996, sebesar 66.733,78 ha.
Komoditi perkebunan unggulan di Kabupaten Sukabumi adalah teh, karet
dan cengkeh yang dikelola oleh rakyat, swasta, maupun pemerintah. Komoditi
kelapa merupakan yang terluas, yaitu mencapai 16.665,69 atau 31,49 % dari luas
perkebunan empat komoditi unggulan. Pusat perkebunan kelapa terdapat di
wilayah Kecamatan Ciemas, Ciracap, Surade dan Tegalbuleud. Sementara itu
lokasi perkebunan karet dan teh sebagian besar berada di bagian tengah wilayah
perencanaan yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Lengkong, Sagaranten, Jampang
Tengah dan Pelabuhanratu. Sebaran arahan penggunaan lahan untuk kawasan
hutan dan areal perkebunan ditunjukkan pada Tabel 13, sementara sebaran
spasialnya pada Gambar 10.

Tabel 13 Luas kawasan hutan negara dan perkebunan di Kabupaten Sukabumi

Persentase Total
No. Arahan Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Wilayah (%)
1 Kawasan Hutan 101.280,14 24,34
- Taman Nasional Gununggede 6.800,00
Pangrango (TNGP) 1,63
- Taman Nasional Gunung Halimun- 28.915,82
Salak (TNGH-S) 6,95
- Hutan Produksi 56.935,32 13,68
- Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa 8.629,00 2,07
2 Areal Perkebunan (PTPN dan PBS) 63.449,02 15,25
- Jenis karet 28.512,00 6,85
- Jenis Kelapa 16.665,69 4,01
- Jenis teh 12.869,04 3,09
- Jenis cengkeh 3.975,59 0,96
- Tanah kosong 1.383,49 0,33
- Tubuh air 43,21 0,01
Jumlah Kawasan Hutan dan Areal
164.729,16 39,59
Perkebunan
Sumber : Kawasan Hutan :Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi (2007)
Areal Perkebunan : Bappeda Kabupaten Sukabumi (2006)
43

43

Gambar 10 Peta kawasan hutan dan areal perkebunan wilayah Kabupaten Sukabumi

43
44

Kesesuaian Penggunaan Lahan

Bappeda Kab. Sukabumi (2003) telah melakukan identifikasi kesesuaian


lahan dengan menggunakan metode FAO 1976. Peta kesesuaian lahan diperoleh
cara overlay peta-peta tematik yang terdapat dalam Review RTRW Kabupatan
Sukabumi dan Perencanaan Makro Wilayah Sukabumi Selatan. Berdasarkan studi
tersebut jenis kesesuaian lahan di wilayah perencanaan dikelompokan menjadi
pertanian tanaman basah (sawah), pertanian tanaman tahunan, tegalan dataran
rendah dan tegalan dataran tinggi. Rekapitulasi hasil identifikasi diatas disajikan
pada Tabel 13. Sebaran spasial kesesuaian lahan di Kabupaten Sukabumi
ditunjukan pada Gambar 11.

Tabel 14 Kesesuaian penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Sukabumi

Luas Kesesuaian Lahan (Ha)


Penggunaan lahan Jumlah (Ha)
S1 S2 S3 N
Kebun Campuran 0 28.767 45.743 54.232 128.742
Sawah 2.591 20.150 25.178 19.899 67.818
Tegalan Dataran Rendah 703 2.363 11.625 8.300 22.991
Tegalan Dataran Tinggi 571 4.836 5.070 8.646 19.124
Non Pertanian 175.065 0 0 0 175.065
Tubuh Air 2.365 0 0 0 2.365
416.105

Pertanian Sawah

Kelas kesesuaian lahan untuk pertanian sawah di Kabupaten Sukabumi


adalah sebagai berikut :
Kelas S1 sebagian besar terletak di Kecamatan Surade, Cibadak, Cisaat,
dan Cicurug
Kelas S2 sebagian besar terletak di Kecamatan Surade, Jampang Kulon,
Ciracap dan Sukaraja
Kelas S3 sebagian besar terletak di Kecamatan Pelabuhanratu, Jampang
Tengah dan Nagrak.
45

Kesesuaian lahan untuk pertanian sawah pada wilayah bagian Selatan


Kabupaten Sukabumi mencapai 46,13 % dari total lahan yang sesuai untuk
pertanian sawah di Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar kesesuaian lahan sawah
di wilayah ini termasuk dalam kelas S2, sehingga pada pemanfaatannya
diperlukan beberapa penanganan khusus. Lahan yang sesuai untuk pertanian
sawah terutama berada di Kecamatan Surade, Jampang Kulon, dan Pelabuhanratu.

Pertanian Tanaman Tahunan

Kelas kesesuaian lahan untuk pertanian tanaman tahunan di Kabupaten


Sukabumi adalah sebagai berikut :
Tidak ada lahan yang termasuk dalam kategori kesesuaian kelas S1
Kelas S2 sebagian besar terletak di Kecamatan Nagrak, Cikidang,
Warungkiara, dan Sagaranten.
Kelas S3 sebagian besar terletaka di Kecamatan Surade, Jampang Tengah
dan Cisolok.
Kelas N sebagian besar terletak di Kecamatan Pabuaran, Cibadak dan
Kalibunder.

Pada wilayah bagian Selatan Kabupaten Sukabumi, kesesuaian lahan


untuk pertanian tanaman tahunan cukup luas sekitar 61,59 % dari total lahan yang
sesuai untuk pertanian tanaman tahunan di Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar
kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan di wilayah ini termasuk dalam kelas S3.
Lahan yang sesuai untuk pertanian tanaman tahunan terutama berada di
Kecamatan Cisolok, Surade dan Sagaranten.

Tegalan Daratan Rendah

Kelas kesesuaian lahan untuk tegalan dataran rendah di Kabupaten


Sukabumi adalah sebagai berikut :
Kelas S1 sebagian besar terletkan di Kecamatan Surade, Cibadak, Cisaat,
dan Cicurug.
Kelas S2 sebagian besar terletak di Kecamatan Surade, Jampang Tengah,
Ciracap, dan Sukaraja.
Kelas S3 sebagian besar terletak di Kecamatan Tegalbuleud, Cidolog,
Sagaranten, dan Nagrak.
46

Kelas N sebagian besar terletak di Kecamatan Cisolok, Sagranten dan


Kabandungan.
Kesesuaian lahan untuk pemanfaatan tegalan dataran rendah di Kabupaten
Sukabumi sebagian besar adalah lahan dengan kesesuaian kelas S3. Pada wilayah
bagian Selatan Kabupaten Sukabumi, kesesuaian lahan untuk tegalan dataran
rendah cukup luas yaitu mencapai 73,03 % dari total lahan yang sesuai untuk
tegalan dataran rendah di Kabupaten Sukabumi.. Lahan yang sesuai untuk tegalan
dataran rendah terutama berada di Kecamatan Tegalbuleud, Sagaranten, dan
Cidolog.

Tegalan Dataran Tinggi


Kelas kesesuaian lahan untuk tegalan dataran tinggi di Kabupaten
Sukabumi adalah sebagai berikut :
Kelas S2 sebagai besar terletak di Kecamatan Nagrak, Lengkong, Cisaat
dan Pabuaran.
Kelas S3 sebagai besar terletak di Kecamatan Jampang Tengah, Cisolok
dan Lengkong.
Kelas N sebagai besar terletak di Kecamatan Lengkong, Pelabuhanratu dan
Cisolok.

Kesesuaian lahan untuk pemanfaatan tegalan dataran tinggi di Kabupaten


Sukabumi sebagai besar kelas S3. Pada wilayah bagian Selatan Kabupaten
Sukabumi, kesesuaian lahan untuk tegalan dataran tinggi 75,5 % dari total lahan
yang sesuai untuk tegalan dataran tinggi di Kabupaten Sukabumi. Lahan yang
sesuai untuk tegalan dataran tingggi terutama berada di Kecamatan Jampang
Tengah, Cisolok, dan Lengkong.

Kawasan Budidaya Permukiman

Kawasan permukiman di Kabupaten Sukabumi berada di Ibukota


Kecamatan yang berkembang di sepanjang jalan utama dan persimpangan jalan.
Hal ini menandakan bahwa kegiatan penduduk Kabupaten Sukabumi sangat
tergantung pada aksesibilitas jalan. Semakin jauh lokasi permukiman dari jalan
dan semakin buruk kondisi jalan yang harus dilalui untuk mencapai lokasi
tersebut, menyebabkan kawasan tersebut akan semakin terisolir dan tidak
berkembang. Hal ini terlihat dari sedikitnya kawasan-kawasn pemukiman di
daerah Selatan.
47
47

Gambar 11 Peta keseuaian lahan wilayah Kabupaten Sukabumi


47
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan


dalam pelaksanaan pembangunan. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah
seringkali lebih spesifik dengan pertumbuhan ekonomi dan senantiasa disertai
dengan perubahan struktur penggunaan lahan. Untuk mengetahui perkembangan
suatu wilayah, dapat dilakukan dengan menganalisa pencapaian hasil
pembangunan melalui indikator-indikator kinerja di bidang ekonomi dan sosial
serta bidang-bidang lain dengan menggunakan berbagai metode analisis. Salah
satu cara untuk mengetahui perkembangan wilayah adalah dengan anlisis
skalogram.
Melalui analisis skalogram akan diperoleh gambaran karakteristik
perkembangan suatu wilayah, yaitu dengan menentukan struktur pusat-pusat
pelayanan berdasarkan tingkat hirarki wilayah. Penentuan tingkat hirarki wilayah
berdasarkan kelengkapan fungsi pelayanan yang dapat disediakan oleh suatu
wilayah, sehingga dapat diidentifikasi wilayah yang berfungsi sebagai pusat/inti
dan wilayah-wilayah hinterland-nya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah
sarana dan jenis fasiltas umum dengan kuantitas dan kualitas yang relatif paling
lengkap akan menjadi pusat pelayanan atau mempunyai hirarki yang lebih tinggi
dibanding dengan unit wilayah lain yang jumlah fasilitasnya lebih rendah. Tingkat
perkembangan wilayah dapat dicerminkan oleh nilai Indeks Perkembangan
Desa/Kecamatan (IPD/IPK) pada analisis skalogram. Semakin tinggi IPD/IPK
maka semakin berkembang atau maju desa atau kecamatan tersebut.

Perkembangan Wilayah Desa

Data desa yang lengkap untuk dianalisis adalah 334 dari 341 desa, baik data
pada tahun 2000 maupun tahun 2006, sementara 7 desa lainnya datanya tidak
lengkap. Anlisis selanjutnya hanya akan menganalisis 334 desa terutama
perbandingan hirarki wilayahnya. Rangkuman nilai IPD dan penentuan hirarki
disajikan pada Tabel 15. Hasil lengkap anlisis IPD disajikan pada Lampiran 2.
49

Nilai tengah IPD tahun 2000 adalah 111,25 dengan kisaran antara 63,03
sampai dengan 324,12. Nilai tertinggi diperoleh Desa Jampang Kulon dan
terendah oleh Desa Purwasedar Kecamatan Ciracap. Sementara itu Nilai tengah
IPD tahun 2006 adalah 89,75 dengan nilai tertinggi 46.87 diperoleh Desa Cicurug
Kecamatan Cicurug dan nilai terendah diperoleh Desa Mekarjaya Kecamatan
Kabandungan. Penyebaran desa-desa menurut hirarki tahun 2000 dan 2006 di
Kabupaten Sukabumi disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 15 Kisaran nilai IPD dan penentuan hirarki desa


Variabel Tahun
2000 2006
Minimal IPD 63,03 46,87
Maksimal IPD 324,12 220,62
Nilai Tengah IPD 111,25 89,75
Standar deviasi 28,72 25,94
Hirarki 1 >154,32 > 128,67
Hirarki 2 111,25-154,32 89,75-128,67
Hirarki 3 <111,25 <89,75
Sumber : Hasil anlisis Podes 2000

Hirarki wilayah desa pada setiap kecamatan tahun 2000 dapat dijelaskan
sebagai berikut (digrafikkan pada Gambar 12) :
1. Desa yang termasuk pada hirarki I merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi/maju dibandingkan desa-
desa pada hirarki yang lebih rendah. Desa-desa yang termasuk pada hirarki
ini memiliki IPD > 154,32, yaitu sebanyak 24 (7,2 %) dan terdapat di 20
Kecamatan. Kecamatan yang memiliki desa hirarki I lebih dari satu ada 4
yaitu Kecamatan Cisaat, Cikembar, Jampang Kulon dan Sagaranten.
2. Desa yang termasuk pada hirarki II merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah sedang dengan nilai IPD antara 111,25 sampai
dengan 154,32. Desa-desa yang termasuk pada hirarki ini sebanyak 104 desa
(31,1 %) yang tersebar pada semua kecamatan kecuali di Kecamatan
Cicantayan, Gegerbitung, Kalapanunggal dan Waluran. Ciri-ciri yang
menonjol dari desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum relatif lebih rendah dibandingkan desa-desa pada
hirarki I dan berada di dekat desa-desa yang berhirarki I.
50

3. Desa yang termasuk pada hirarki III merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah paling rendah dengan nilai IPD <111,25. Di
Kabupaten Sukabumi Desa-desa pada hirarki III memiliki jumlah paling
banyak yaitu 206 desa (61,07%) dan tersebar pada semua kecamatan.
Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki III
>80% adalah kecamatan: Waluran (100%), Cicantayan (100%), Nagrak
(92,3%), Kalapanunggal (85,7%), Gegerbitung (85,7%), Pabuaran (83,3%),
Sukalarang (83,3%) dan Cikidang (81,8%). Ciri-ciri yang menonjol dari
desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif kurang
dibandingkan desa-desa pada hirarki yang lebih tinggi, mempunyai akses
terhadap pusat pemerintahan yang lebih sulit dan masih mengandalkan sektor
pertanian.

Struktur Pemusatan wilayah pada tahun 2006 relatif menyebar disemua


wilayah. Hirarki wilayah desa pada setiap kecamatan pada tahun 2006 dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Desa yang termasuk pada hirarki I memiliki IPD > 128,67 yaitu sebanyak 26
(7,8 %) dan terdapat di 20 Kecamatan. Kecamatan yang memiliki desa
hirarki I lebih dari satu ada 3 yaitu Kecamatan Cisaat, Parungkuda dan
Jampang Kulon. Desa yang termasuk pada hirarki I merupakan desa-desa
yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi/maju
dibandingkan desa-desa pada hirarki yang lebih rendah
2. Desa yang termasuk pada hirarki II merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah sedang, memiliki nilai IPD antara 89,75
sampai dengan 128,67. Desa-desa yang termasuk pada hirarki ini sebanyak
107 desa (32,0 %) yang tersebar pada semua kecamatan kecuali di Kecamatan
Bantargadung, Cidahu, Curugkembar, Parakansalak dan Waluran. Ciri-ciri
yang menonjol dari desa-desa ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana
dan fasilitas pelayanan umum relatif lebih rendah dibandingkan desa-desa
pada hirarki I dan berada di dekat desa-desa yang berhirarki I.
51

3. Desa yang termasuk pada hirarki III merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat perkembangan wilayah paling rendah, memiliki nilai IPD <89,75. Di
Kabupaten Sukabumi Desa-desa pada hirarki III paling banyak jumlahnya,
yaitu sebanyak 201 desa (60,2 %) yang tersebar pada semua kecamatan.
Kecamatan-kecamatan yang desa-desanya didominasi desa pada hirarki III
>80% adalah kecamatan: Bantargadung (100%), Cidahu (100%),
Curugkembar (100%), Waluran (100%), Cikidang (90,9%), Jampang Tengah
(90,9%), Nagrak (84,6%), Kalibunder (83,3%), Pabuaran (83,3%),
Parakansalak (83,3%) dan Sagaranten (81,83%).

250 61,68% 60,18%

200
32,04%
Jumlah Desa

150 31,14%

100
7,78%
7,19%
50

0
Hierarki-1 Hierarki-2 Hierarki-3
2000 24 104 209
2006 26 108 203

Gambar 12 Grafik perbandingan hirarki desa tahun 2000 dan 2006

Sebanyak 230 desa tidak mengalami perubahan hirarki, yaitu hirarki I, II


dan III masing-masing 16, 55 dan 159 Desa. Perubahan hirarki ke arah yang lebih
tinggi cenderung berada di bagian utara wilayah Kabupaten Sukabumi. Hal ini
menunjukkan perkembangan wilayah di bagian utara lebih berkembang yaitu
berkaitan dengan adanya jalan nasional yang menghubungkan Sukabumi ke arah
Bogor (arah barat utara) dan Cianjur (arah timur) serta adanya Kota Sukabumi
sebagai pusat pertumbuhan. Perpindahan ibukota kabupaten ke Pelabuhanratu
pun mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan hiraki desa-desa
disekitarnya. Perubahan hirarki desa dari satu hirarki ke hirarki lainnya selama
kurun waktu 2000-2006 disajikan pada Gambar 13 sedangkan sebaran spasialnya
ditunjukan pada Lampiran 4a.
52

Desa-desa pada kecamatan pemekaran secara umum adanya naik, turun dan
tetap hirarkinya. Kecamatan yang hirarki desanya naik adalah : Caringin,
Cicantayan, Cirenghas, Gunungguruh, Kebonpedes dan Sukalarang. Kecamatan
yang hirarki desanya tetap adalah : Bojonggenteng, Cidadap, Cikakak, Pabuaran
dan Waluran. Sedangkan kecamatan yang hirarki desanya relatif turun adalah :
Bantargadung, Cibitung, Curugkembar dan Simpenan. Kecamatan yang hirarki
desanya naik semuanya berada di bagian utara dan dilalui oleh jalan nasional.
Hasil ini menunjukkan bahwa terjadinya pemekaran wilayah kecamatan di
Kabupaten Sukabumi tidak selalu meningkatkan perkembangan wilayah
kecamatan yang dimekarkan. Perkembangan wilayah kecamatan lebih ditentukan
kemudahan akan aksesibilitas kecamatan terhadap pusat-pusat pertumbuhan
regional seperti Bandung dan Jakarta. Secara fisik dilapangan, kecepatan
perkembangan wilayah kecamatan lebih ditentukan oleh tingginya tingkat
aksesibilitas dan kedekatan suatu kecamatan terhadap jalan nasional. Perubahan
hirarki desa tahun 2000-2006 digrafikkan pada Gambar 13.

47,6%
160
140
120
Jumlah Desa

100
80 16,5% 13,2%
60 12,6%
40 4,8%
2,4% 0,0% 2,1% 0,9%
20
0
1 ke 1 1 ke 2 1 ke 3 2 ke 1 2 ke 2 2 ke 3 3 ke 1 3 ke 2 3 ke 3
16 8 0 7 55 42 3 44 159
Perubahan Hirarki

Gambar 13 Grafik perubahan hirarki desa tahun 2000-2006

Perkembangan Wilayah Kecamatan

Perkembangan wilayah kecamatan didekati dengan nilai IPK. Nilai tengah


IPK tahun 2000 adalah 109,28 dengan kisaran antara 42,72 sampai dengan
207,76. Nilai tertinggi diperoleh Kecamatan Jampang Kulon dan terendah
Kecamatan Waluran. Sedangkan Nilai tengah IPK tahun 2006 adalah 94,53
dengan nilai tertinggi diperoleh Kecamatan Cisaat dan nilai terendah Kecamatan
53

Kabandungan. Rangkuman nilai IPK dan penentuan hirarki ditunjukkan pada


Tabel 16. Hasil lengkap anlisis IPK disajikan pada Lampiran 5.

Tabel 16 Kisaran nilai IPK dan penentuan hirarki kecamatan

Variabel Tahun
2000 2006
Minimal IPK 42,72 34,09
Maksimal IPK 207,76 163,71
Nilai Tengah IPK 109,28 94,53
Standar deviasi 39,90 30,45
Hirarki 1 >169,14 >140,20
Hirarki 2 109,28 - 169,14 94,53 140,20
Hirarki 3 <109,28 <94,53
Sumber : Hasil Analisis

Dijumpai 5 (lima) kecamatan berada pada hirarki 1 pada tahun 2000.


Kecamatan tersebut adalah : Cicurug, Cikembar, Cisaat, Nagrak dan Jampang
Kulon. Sementara pada tahun 2006, kecamatan terdapat 6 Kecamatan berada pada
hirarki 1 yaitu : Cicurug, Cisaat, Gunungguruh, Parungkuda, Palabuhanratu dan
Sukabumi. Dari fenomena ini dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa lokasi
yang meningkat jumlah fasilitas pelayanan maupun tingkat aksesibilitasnya
terutama pada kecamatan Gunungguruh, Parungkuda, Palabuhanratu dan
Sukabumi. Perpindahan Ibukota kabupaten ke Pelabuhanratu sangat nyata
meningkatkan pembangunan sarana prasarana pelayanan sehingga kecamatan ini
naik hirarkinya dari hirarki 2 ke hirarki 1. Sementara untuk Kecamatan
Gunungguruh dan Sukabumi lebih dipengaruhi oleh kedekatannya dengan Kota
sukabumi dimana kecamatan ini merupakan kecamatan yang berbatasan langsung
dengan kota Sukabumi. Lebih lanjut untuk kecamatan parungkuda lebih
dipengaruhi oleh meningkatnya bangunan industri yang selalu berkaitan dengan
pertambahan jumlah penduduk dan permukiman. Penyebaran kecamatan menurut
hirarki di Kabupaten Sukabumi tahun 2000 dan 2006 disajikan pada Lampiran 6,
sedangkan perubahan hirarki kecamatan dari tahun 2000 ke tahun 2006 pada
Lampiran 4b.
54

Perkembangan Perubahan Penggunaan Lahan

Hasil analisis interpretasi citra pada dasarnya merupakan penampakan dari


penutupan lahan. Melalui teknis interpretasi terhadap citra Landsat tahun 1997
dan 2006 diperoleh kelas-kelas penggunaan lahan sementara dan setelah
diverifikasi lapangan kemudian ditentukan kelas penggunaan lahan. Hasil
kegiatan cek lapangan dan informasi dari google earth dalam penelitian ini
disajikan dalam peta cek lokasi dan keterangan posisi titiknya masing-masing
pada Lampiran 7 dan 8. Keluaran hasil post klasifikasi menghasilkan luasan peta
penggunaan lahan pada tahun 1997 dan 2006 dengan tingkat akurasi cukup baik
dengan nilai kappa > 85% (Lampiran 9).
Penggunaan Lahan Tahun 1997 dan 2006
Struktur penggunaan lahan tahun 1996 didominasi oleh penggunaan lahan
kebun sebesar 37,70 % dari luas wilayah. Selanjutnya berturut-turut : hutan 24,36
%, semak belukar 16.14 %, tegalan 11,88 %, sawah 8,90 %, permukiman 0,79 %,
tubuh air 0,21 % dan 0,01 % unclassify. Sedangkan struktur penggunaan tahun
2006 adalah kebun 48,51 %, hutan 21,25 %, tegalan 12,66%, sawah 8,00 %,
permukiman 2,24 % dan tubuh air 0,25 %. Struktur penggunaan lahan tahun 1997
dan 2006 disajikan pada Tabel 17 sedangkan sebaran spasialnya ditunjukan pada
Gambar 14 dan 15.
Tabel 17 Struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi tahun 1997-2006

Tahun 1997 Tahun 2006 Perubahan


Penggunaan Luas (Ha) Total Awal
Luas (Ha) % Luas (Ha) %
Lahan (%) (%)
Hutan 101.369 24,36 88.422 21,25 -12.948 -3,11 -12,77
Kebun 156.870 37,70 201.850 48,51 44.980 10,81 28.67
Permukiman 3.295 0,79 9.330 2,24 6.034 1,45 183,12
Semak Belukar 67.166 16,14 29.492 7,09 -37.674 -9,05 -56,09
Tegalan 49.452 11,88 52.698 12,66 3.245 0,78 6,56
Sawah 37.041 8,90 33.282 8,00 -3.758 -0,90 -10,15
Tubuh air 911 0,22 1032 0,25 121 0,03 13,25
Jumlah 416.105 100,00 416.105 100,00 0,00 0,00
Sumber : Hasil analisis

Besarnya luas penggunaan lahan hutan dan kebun di Kabupaten Sukabumi


disebabkan terdapatnya luas hutan negara dan areal perkebunan yang cukup luas.
Hutan negara tersebut adalah TNGH-S, TNGP, hutan produksi (Perhutani), Suaka
Margasatwa dan Cagar Alam. Sedangkan areal perkebunan adalah adanya PTPN
VII dan perkebunan besar swasta (PBS).
55

Gambar 14 Peta penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi tahun 1997


55
56
56

Gambar 15 Peta penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi Tahun 2006

56
57

Jenis-jenis penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan dari


tahun 1997 sampai tahun 2006 adalah hutan 12,77%, sawah 10.15 % dan semak
belukar 56.09 %. Sementara itu, penggunaan lahan yang luasannya bertambah
adalah kebun 28,67 %, tegalan 6,56 % dan permukiman 183,12 %. Perubahan
suatu penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya dari tahun 1997 ke tahun
2006 ditunjukkan pada Tabel 18.

Tabel 18 Matriks perubahan penggunaan lahan tahun 1997 - 2006


Perubahan
Jumlah
Penggunaan Permuki - Semak Tubuh
Hutan Kebun Tegalan Sawah Tahun
Lahan 1997-2006 man Belukar air
1997
(Ha)

Hutan 64.343 28.090 256 2.166 6.412 103 101.369


Kebun 15.841 113.740 1.262 9.116 16.840 72 156.870
Permukiman 3.295 3.295
Semak Belukar 4.497 41.676 474 16.052 4.412 55 67.166
Tegalan 3.741 18.344 242 2.147 24.884 85 9 49.452
Sawah 3.801 8 150 32.896 185 37.041
Tubuh air 3 72 838 911
Jumlah Tahun
88.422 201.850 93.30 29.492 52.698 33.282 1032 416.105
2006
Sumber : Hasil Analisis.

Luas penggunaan lahan hutan yang tidak berubah adalah 64.343 Ha.
Pengurangan luas hutan disebabkan perubahan ke penggunaan lahan kebun 28.090
Ha, pemukiman 256 Ha, semak belukar 2.166 Ha, tegalan 6.412 Ha dan sawah 103
ha. Sementara penambahan luas hutan dari perubahan kebun 15.841 ha, semak
belukar 4.497 Ha dan Tegalan 3.741 Ha.
Penambahan luas kebun diperoleh dari perubahan hutan 28.090 ha, semak
belukar 41.676 Ha dan tegalan 18.344 ha. Selanjutnya Penggunaan lahan kebun
yang berubah ke penggunaan laian adalah : hutan 15.841 ha, permukiman 1.262 ha,
semak belukar16.052 ha dan sawah 72 ha. Penggunaan lahan kebun yang tidak
berubahan seluas 113.740 ha.
Pengurangan luas semak belukar disebabkan perubahannya menjadi hutan
4.497 ha, kebun 41.676 ha, permukiman 474 ha, tegalan 4.412 ha dan sawah 85 ha,
sehingga luas semak belukar yang tidak berubahan adalah 16.052 ha.
Penggunaan lahan tegalan mengalami penambahan luasan dari perubahan
penggunaan lahan hutan 6.412 ha, kebun 16.840 ha dan sawah 150 ha. Sedangkan
pengurangan luasan terjadi karena perubahan ke hutan 3.741 ha, kebun 18.344 ha,
permukiman 242 ha, semak belukar 2.147 ha dan sawah 85 ha.
58

Luas penggunaan lahan hutan yang tidak berubah adalah 64.343 Ha.
Pengurangan luas hutan disebabkan perubahan ke penggunaan lahan kebun 28.090
Ha, pemukiman 256 Ha, semak belukar 2.166 Ha, tegalan 6.412 Ha dan sawah 103
ha. Sementara penambahan luas hutan dari perubahan kebun 15.841 ha, semak
belukar 4.497 Ha dan Tegalan 3.741 Ha.
Penambahan luas kebun diperoleh dari perubahan hutan 28.090 ha, semak
belukar 41.676 Ha dan tegalan 18.344 ha. Selanjutnya Penggunaan lahan kebun
yang berubah ke penggunaan laian adalah : hutan 15.841 ha, permukiman 1.262 ha,
semak belukar16.052 ha dan sawah 72 ha. Penggunaan lahan kebun yang tidak
berubahan seluas 113.740 ha.
Pengurangan luas semak belukar disebabkan perubahanya menjadi hutan
4.497 ha, kebun 41.676 ha, permukiman 474 ha, tegalan 4.412 ha dan sawah 85 ha,
sehingga luas semak belukar yang tidak berubahan adalah 16.052 ha.
Penggunaan lahan tegalan mengalami penambahan luasan dari perubahan
penggunaan lahan hutan 6.412 ha, kebun 16.840 ha dan sawah 150 ha. Sedangkan
pengurangan luasan terjadi karena perubahan ke hutan 3.741 ha, kebun 18.344 ha,
permukiman 242 ha, semak belukar 2.147 ha dan sawah 85 ha.
Pengurangan luas penggunaan lahan sawah sebagian besar karena
perubahannya menjadi permukiman yaitu 3.801 ha sisanya adalah semak belukar 8
ha, tegalan 150 ha dan tubuh air 184 ha.
Perubahan penggunaan lahan tersebut diatas sejalan dengan pernyataan
Rustiadi (2001) bahwa proses alih fungsi lahan umumnya berlangsung dari aktifitas
dengan economic land rent yang lebih rendah ke aktifitas-aktifitas dengan
economic land rent yang lebih tinggi. Namun di sisi lain alih fungsi lahan pada
umumnya berlangsung dari aktifitas dengan environmental rent yang lebih tinggi
ke aktifitas dengan environmental rent yang lebih rendah. Penggunaan lahan
permukiman memiliki nilai economic land rent yang lebih tinggi dibanding
penggunaan lahan lainnya. Oleh karena itu penggunaan lahan permukiman akan
terus meningkat luasannya. Sebaliknya, penggunaan lahan hutan dan semak
belukar akan terus menurun. Dengan demikian secara keseluruhan aktifitas
kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan
kapasitas daya dukung yang semakin menurun, padahal di lain pihak permintaan
akan sumberdaya terus meningkat akibat tekanan pertambahan pemduduk dan
peningkatan konsumsi per kapita.
59

Pemusatan dan Pergeseran Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah bentuk peralihan dari satu penggunaan


lahan ke penggunaan lain. Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan
menurut wilayah kecamatan dan kabupaten dengan menyederhanakan penggunaan
lahan dari 8 jenis menjadi 6 jenis penggunaan lahan. Dua jenis penggunaan lain
yaitu tubuh air dan unclassify diabaikan mengingat proporsi terhadap total luas
perubahan sangat kecil. Peta perubahan penggunaan lahan 1997-2006 di-overlay
dengan peta administrasi kecamatan. Hasil overlay selanjutnya dilakukan analisis
pemusatan perubahan penggunaan lahan (LQ) dan perbandingan laju perubahan
penggunaan lahan di kecamatan secara relatif terhadap laju perubahan di kabupaten
(Shift Share Analysis).
Perhitungan indeks LQ dapat mengetahui pemusatan suatu perubahan
penggunaan lahan di tingkat kecamatan yang diidentifikasi dari nilai LQ>1.
Sementara hasil analisis shift share menunjukkan laju pergeseran masing-masing
jenis penggunaan lahan. Hasil perhitungan LQ disajikan pada lampiran 10,
sementara hasil lengkap analisis shift share disajikan pada Lampiran 11.
Pergeseran penggunaan lahan dalam konteks agregat/kabupaten didekati
dengan nilai proporsional shift penggunaan lahan. Nilai negatif ditafsirkan bahwa
suatu penggunaan lahan memiliki laju pengurangan luasan secara agregat.
Sebaliknya nilai positif ditafsirkan suatu penggunaan lahan memiliki laju
penambahan luasan. Nilai proporsional shift penggunaan lahan tahun 1997-2006 di
Kabupaten Sukabumi ditunjukkan pada Tabel 19.
Tabel 19 Nilai proporsoinal shift penggunaan lahan tahun 1997-2006
No Jenis Penggunaan Lahan Proportional Shift
1 Hutan -0,128
2 Kebun 0,287
3 Pemukiman 1,831
4 Semakbelukar -0,561
5 Tegalan 0,066
6 Sawah -0,101
Sumber : Hasil analisis

Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan adalah hutan,


semak belukar dan sawah. Sementara itu kebun, permukiman dan tegalan
mengalami penambahan. Laju penurunan luas hutan, semak belukar dan sawah di
Kabupaten Sukabumi selama kurun waktu 1997-2006 berturut-turut adalah 12,8%,
56,1%, dan 10,1%. Sedangkan penggunaan lahan kebun, permukiman dan sawah
memiliki laju penambahan masing-masing 28,7%, 183,1% dan 6,6%.
60

Dalam perspektif teori sewa lahan (land rent), penggunaan lahan dengan
nilai proporsional shift negatif memiliki nilai sewa lahan yang lebih rendah
dibandingkan dengan penggunaan lahan lain yang memiliki nilai proporsional shift
positif. Nilai proporsional shift penggunaan lahan pemukiman yang positif dan
sangat tinggi menunjukan tingginya laju penambahan luas penggunaan lahan
permukiman. Hal tersebut sesuai dengan teori sewa ekonomi lahan yang
dikemukakan Barlowe (1986) bahwa nilai ekonomi lahan untuk aktifitas industri,
perdagangan dan pemukiman lebih besar dari nilai ekonomi lahan untuk pertanian
dan hutan. Apabila hanya ukuran sewa lahan yang dijadikan acuan, atau tanpa
adanya kebijakan pemerintah dan mengikuti secara hukum ekonomi pasar, maka
penggunaan lahan pertnian akan beralih pada aktifitas non pertanian.
Kecamatan yang menjadi lokasi pemusatan perubahan penggunaan lahan
dengan laju perubahan lebih tinggi dibanding laju perubahan di kabupaten
dicerminkan dari nilai LQ>1 dan nilai positif diffrential shift (DS) untuk laju
penambahan atau nilai DS negatif untuk laju pengurangan. Rekapitulasi Hasil
analisis LQ dan DS untuk masing-masing perubahan penggunaan lahan
berdasarkan nilai proporsional shift disajikan pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 20, pemusatan pengurangan lahan hutan dengan laju
pengurangan yang tinggi terjadi di 9 kecamatan yang berada di bagian selatan
wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu: Cikakak, Cibitung, Ciemas, Cisolok,
Jampang Kulon, Lengkong, Simpenan, Waluran dan Warungkiara (Gambar 16).
Perubahan hutan menjadi penggunaan lain dapat bersifat disengaja/direncanakan
ataupun tidak sengaja/karena tuntutan kebutuhan sebagai akibat nilai land rent
penggunaan lain yang lebih tinggi. Perubahan hutan yang disengaja/direncanakan
maksudnya adalah lokasi perubahan lahan terjadi di kawasan hutan produksi yang
vegetasi kayunya telah cukup umur untuk ditebang. Pada perubahan yang
disengaja, hasil interpretasi citra satelit cendung berubah menjadi semak belukar
atau tegalan yang memiliki nilai land rent relatif rendah.
61

Tabel 20 Pemusatan dan laju perubahan penggunaan lahan di tingkat kecamatan


Penggunaan Lahan
Pengurangan Luas Penambahan Luas
No Kecamatan
Hutan Semak Belukar Sawah Permukiman Kebun Tegalan
LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS LQ DS
1 Bantargadung 0,1 + 0.3 + 0.1 + 0.2 - 0.4 - 1.7 +
2 Bojonggenteng 0,0 + 0,1 + 0,3 + 0,8 - 0,5 - 1,7 -
3 Caringin 0,8 - 0,0 + 2,9 + 2,4 + 0,3 - 0,4 -
4 Cikakak 1,5 - 0,2 + 0,0 + 0,0 - 0,7 + 0,7 -
5 Cibadak 0,1 + 0,7 + 2,5 - 2,0 - 0,3 - 2,1 +
6 Cibitung 2,3 - 0,8 + 0,4 + 0,7 - 1,3 + 0,6 -
7 Cicantayan 0,1 + 0,1 + 5,5 - 3,9 + 0,1 - 0,9 +
8 Cicurug 0,4 + 0,3 + 9,9 - 9,8 + 0,4 - 1,0 -
9 Cidadap 0,7 + 2,6 - 0,4 + 0,6 + 1,5 + 1,0 +
10 Cidahu 0,6 + 0,2 + 1,7 + 2,1 + 0,3 - 1,1 +
11 Cidolog 0,5 + 2,3 - 0,0 + 0,1 - 1,0 - 1,7 +
12 Ciemas 2,5 - 1,3 - 0,1 + 0,1 - 2,0 + 0,3 -
13 Cikembar 0,2 - 0,9 + 2,4 - 2,2 + 0,5 - 1,4 +
14 Cikidang 0,6 + 0,4 + 0,0 + 0,1 - 0,5 - 1,8 +
15 Ciracap 0,2 - 3,2 - 0,6 + 0,5 - 2,3 + 0,0 -
16 Cireunghas 0,2 + 0,2 + 1,3 + 0,8 - 0,0 - 1,0 +
17 Cisaat 0,2 - 0,0 + 11,4 - 6,9 - 0,1 - 0,5 +
18 Cisolok 1,6 - 0,4 - 0,6 + 0,4 + 1,0 + 0,6 -
19 Curugkembar 0,1 + 0,6 - 0,4 + 0,6 + 0,3 - 0,1 -
20 Gegerbitung 0,0 + 0,6 - 0,0 + 0,2 - 0,3 - 1,8 +
21 Gunungguruh 0,1 - 0,6 + 7,2 - 7,1 + 0,3 - 0,9 +
22 Jampang Kulon 1,5 - 1,8 - 0,6 + 0,6 - 1,6 + 0,4 -
23 Jampang Tengah 0,5 + 0,8 + 0,1 + 0,3 + 0,5 - 1,8 +
24 Kabandungan 0,7 + 0,1 + 0,0 + 0,1 - 0,4 - 0,8 -
25 Kadudampit 0,6 + 0,0 + 0,9 + 0,9 + 0,2 - 0,6 +
26 Kalapanunggal 0,1 + 0,5 + 0,0 + 0,1 - 0,5 - 1,5 -
27 Kalibunder 1,5 + 2,1 - 0,0 + 0,0 - 1,4 + 0,9 +
28 Kebon Pedes 0,2 + 0,2 + 6,2 - 6,3 - 0,1 - 1,0 +
29 Lengkong 2,7 - 0,6 + 0,0 + 0,0 - 1,4 + 1,9 +
30 Nagrak 0,3 + 0,4 + 1,2 + 1,5 + 0,3 - 1,1 +
31 Nyalindung 0,1 + 0,3 + 0,3 + 0,1 - 0,4 - 1,9 +
32 Pabuaran 1,1 + 2,1 - 0,0 + 0,1 - 1,3 + 1,9 +
33 Parakansalak 0,4 + 0,1 + 1,1 - 1,1 + 0,3 - 2,0 +
34 Parungkuda 0,2 + 0,4 + 9,0 - 6,5 + 0,3 - 1,7 +
35 Pelabuhan Ratu 0,2 + 0,4 + 2,0 - 1,9 - 0,5 - 1,1 -
36 Purabaya 0,1 + 0,8 + 0,0 + 0,1 - 0,6 - 0,8 -
37 Sagaranten 0,2 + 1,3 + 0,1 + 0,2 - 0,7 - 0,4 -
38 Simpenan 3,0 - 0,4 + 0,6 - 0,8 + 1,7 + 1,3 +
39 Sukabumi 0,1 + 0,1 + 1,7 + 2,9 - 0,2 - 1,0 +
40 Sukalarang 0,6 - 0,5 + 9,4 - 9,5 + 0,2 - 1,4 +
41 Sukaraja 0,8 - 0,2 + 14,1 - 11,8 + 0,3 - 0,8 +
42 Surade 0,0 + 2,3 - 2,0 - 2,5 - 1,6 + 0,1 -
43 Tegalbuleud 1,1 + 1,6 - 0,0 + 0,1 - 1,4 + 0,6 -
44 Waluran 1,8 - 1,7 - 0,0 + 0,0 - 1,9 + 0,4 -
45 Warungkiara 1,1 - 0,7 + 0,2 + 0,6 - 1,1 - 1,2 +
Sumber : Hasil Analisis; Keterangan : LQ = Location Quotien, DS = Differential Shift

Lokasi pemusatan pengurangan sawah dengan laju pengurangan yang tinggi


hampir sama dengan lokasi pemusatan penambahan permukiman dengan laju
penambahan yang tinggi, dimana umumnya terjadi di bagian utara wilayah
Kabupaten Sukabumi kecuali Pelabuhanratu dan Surade. Pengurangan sawah
dengan laju tinggi terjadi di 13 kecamatan (Gambar 17), yaitu : Cibadak,
Cicantayan, Cicurug, Cikembar, Cisaat, Gunungguruh, Kebonpedes, Parakansalak,
Parungkuda, Pelabuhanratu, Sukalarang, Sukaraja dan Surade. Sementara
penambahan permukiman dengan laju yang tinggi 11 kecamatan, yaitu: Caringin,
62

Cicantayan, Cicurug, Cidahu, Cikembar, Gunungguruh, Nagrak, Parakansalak,


Parungkuda, Sukalarang dan Sukaraja (Gambar 18). Hal ini menunjukan bahwa
lahan sawah banyak dikonversi menjadi permukiman. Perkembangan pemukiman
yang pesat di Kabupaten Sukabumi di bagian utara lebih disebabkan kedekatannya
dengan jalan nasional dan tanahnya yang subur (andosol) dan umumnya digunakan
sebagai penggunaan lahan sawah. Pemusatan penambahan luasan permukiman di
Kecamatan Pelabuhanratu disebabkan oleh fungsinya sebagai ibu kota kabupaten
mulai tahun 2002 sehingga pada kecamatan ini banyak dibangun infrastruktur
pelayanan perkantoran. Sementara itu, Kecamatan Surade menjadi lokasi
pemusatan penambahan permukiman karena merupakan pusat pengembangan lokal
di bagian selatan wilayah Kabupaten Sukabumi.
Pemusatan perubahan lahan menjadi kebun dan perubahan semak belukar
menjadi penggunaan lain cenderung terjadi di kecamatan yang berada di bagian
selatan wilayah Kabupaten Sukabumi yang ditunjukkan pada Gambar 19 dan 20.
Pemusatan perubahan lahan menjadi kebun terjadi di 11 kecamatan, yaitu :
Cibitung, Cidadap, Ciemas, Ciracap, Jampang Kulon, Kalibunder, Lengkong,
Pabuaran, Simpenan, Surade dan Tegalbuleud. Sementara kecamatan yang menjadi
pemusatan perubahan semak belukar dengan laju pengurangan yang tinggi adalah :
Cidadap, Cidolog, Ciemas, Ciracap, Jampang Kulon, Kalibunder, Pabuaran,
Surade, Tegalbuleud dan Waluran.

Kecamatan yang menjadi pemusatan perubahan lahan menjadi tegalan


dengan laju penambahan yang tinggi terjadi di 18 kecamatan yang umumnya
berada di bagian tengah sampai utara wilayah Kabupaten Sukabumi (Gambar 21).
Kecamatan tersebut adalah : Bantargadung, Cibadak, Cidahu, Cidolog, Cikembar,
Cikidang, Gegerbitung, Jampang Tengah, Kebonpedes, Lengkong, Nagrak,
Nyalindung, Pabuaran, Parakansalak, Parungkuda, Simpenan, Sukalarang dan
Warungkiara.
63
63

Gambar 16 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan hutan ke penggunaan lain
63
64
64

Gambar 17 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan sawah ke penggunaan lain
64
65
65

Gambar 18 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan ke permukiman


6665
66
66

Gambar 19 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi kebun

66
67
67

Gambar 20 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan semak belukar menjadi penggunaan lain

67
68

68

Gambar 21 Peta lokasi pemusatan dan pergeseran perubahan lahan menjadi tegalan
68
69

Faktor-faktor Penyebab Utama Perubahan Penggunaan Lahan

Hasil analisis statistik dengan menggunakan binomial logit model pada


software SPSS 16 diperoleh peluang nilai penaksiran koefisien variabel yang
berpengaruh terhadap pola perubahan penggunaan lahan berupa variabel biner
(berubah - tidak berubah) berdasarkan variabel-variabel yang diduga memiliki
pengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan. Nilai koefisien positif
menggambarkan pendugaan pengaruh variabel yang diukur bersifat meningkatkan
probabilitas terjadinya perubahan dari jenis penggunaan lahan tertentu ke
penggunaan lainnya. Sebaliknya, nilai koefisien negatif bersifat menurunkan
probabilitas perubahan. Analisis penyebab utama perubahan penggunaan lahan
mengacu pada hasil analisis proporsional shift tentang pergeseran penggunaan
lahan secara agregat kabupaten.

Perubahan pada Seluruh Penggunaan lahan

Faktor penyebab utama perubahan penggunaan lahan di Kabupaten


Sukabumi adalah kerapatan jalan, pemekaran wilayah kecamatan, elevasi,
kemiringan lereng dan perubahan hirarki kecamatan (Lampiran 17.a). Semakin
tinggi kerapatan jalan di kecamatan maka semakin tinggi pula peluang suatu
penggunaan lahan berubah ke penggunaan lain. Perubahan cenderung terjadi pada
elevasi 0-1000 M Dpl. dan kemiringan lereng 08%. Jenis tanah yang berpeluang
tinggi terhadap perubahan penggunaan lahan adalah andosol, grumusol, latosol,
organosol dan podsolik. Selanjutnya, pemekaran kecamatan sangat nyata
meningkatkan peluang perubahan. Penurunan hirarki kecamatan menyebabkan
peluang terjadinya perubahan semakin rendah, atau dengan kata lain perubahan
penggunaan lahan cenderung terjadi pada kecamatan yang hirarkinya tetap atau
naik dari sebelumnya.

Perubahan Hutan menjadi Penggunaan Lain

Jarak sentroid desa ke Pelabuhanratu dan Perubahan hirarki kecamatan


kearah yang lebih tinggi memiliki peluang menurunkan perubahan penggunaan
lahan hutan menjadi penggunaan lain sedangkan kerapatan jalan desa,
pemekaran kecamatan dan IPK tahun 2006 bersifat meningkatkan perubahan
(Lampiran 17.b). Semakin jauh jarak penggunaan lahan ke Pelabuhanratu dan
70

berada pada kecamatan yang hirarkinya naik maka penggunaan lahan hutan
cenderung akan berubah ke penggunaan lain. Adanya pemekaran kecamatan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan perubahan hutan. Desa-
desa yang memiliki kerapatan jalan yang tinggi akan meningkatkan perubahan
penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lain.

Perubahan Lahan menjadi Permukiman

Penambahan luasan penggunaan lahan permukiman memiliki peluang


yang tinggi pada lokasi yang dekat dengan Kota Sukabumi, kecamatan dengan
kerapatan jalan tinggi dan desa dengan hirarki tinggi sebagai mana ditunjukan
Lampiran 17.c. Keberadaan Kota Sukabumi memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kecamatan di sekitarnya dalam penambahan luas permukiman. Semakin
dekat suatu kecamatan dengan Kota Sukabumi maka semakin tinggi peluang
meningkatnya luas penggunaan lahan permukiman. Selanjutnya, semakin tinggi
kerapatan jalan di suatu kecamatan maka peluang penambahan luas penggunaan
lahan permukiman semakin tinggi.

Perubahan Lahan menjadi Kebun

Penyebab utama perubahan lahan menjadi kebun ditelaah sebanyak 3


(tiga) faktor seperti ditunjukkan pada Lampiran 17.d. Faktor tersebut adalah
kerapatan jalan kecamatan, elevasi dan arahan RTRW. Lokasi-lokasi perkebunan
terutama miliki PTPN VIII dan PBS memiliki jalan sendiri dimana berkaitan
dengan peningkatan efisiensi distribusi sarana produksi dan pemanenan hasil
kebun. Oleh karena itu kecamatan yang terdapat lokasi perkebunan relatif
memiliki kerapatan jalan yang tinggi. Perubahan lahan menjadi kebun cenderung
terjadi elevasi 02000 M dpl. Selanjutnya, Arahan RTRW mampu mengendalikan
perubahan lahan ke kebun. Hal ini dapat dijelaskan dari nilai koefisian yang
negatif dari variabel arahan konservasi dan arahan hutan produksi. Terjadinya
perubahan lahan menjadi kebun memiliki peluang yang rendah di kawasan
konservasi dan hutan produksi.
71

Perubahan Semak Belukar menjadi Penggunaan Lain

Perubahan semak belukar cenderung terjadi pada arahan kawasan


produksi dan perubahan kecamatan dari hirarki rendah ke hirarki tinggi.
Terjadinya penambahan luasan semak belukar di kawasan produksi pada analisis
sebelumnya dijelaskan bahwa perubahan lahan terjadi di kawasan hutan produksi
karena adanya proses penebangan yang sesuai dengan AAC (annual allowable
cuting). Lebih lanjut perubahan hirarki kecamatan dari 1 ke 3 memiliki nilai
koefisien yang negatif sehingga perubahan semak belukar memiliki kemungkinan
yang kecil pada kecamatan yang hirarkinya turun (Lampiran 17.e).

Perubahan Lahan menjadi Tegalan

Perubahan penggunaan lahan menjadi tegalan di Kabupaten Sukabumi


cenderung disebabkan oleh Jarak suatu penggunaan ke Kota Sukabumi, berada
pada hirarki sedang dan elevasi 0 2000 M dpl (Lampiran 17.f).

Perubahan Sawah menjadi Penggunaan Lain

Elevasi dan IPK Tahun 2006 menjadi penyebab utama perubahan sawah
menjadi penggunaan lain (Lampiran 17.g). Sawah cenderung akan berubah pada
elevasi 0 1000 M dpl. Sementara itu, semakin tinggi IPK tahun 2006 maka akan
semakin tinggi pula perubahan penggunaan lahan sawah menjadi lahan lain
terutama dalam hal ini permukiman. Nilai IPK yang tinggi disuatu kecamatan
menunjukan hirarki kecamatan tersebut relatif tinggi sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan sawah cenderung terjadi pada kecamatan yang berhiraki tinggi.

Simulasi Perubahan Penggunaan lahan

Prediksi Penggunaan Lahan Tahun 2015

Simulasi perubahan penggunaan lahan ditujukan untuk mengestimasi


perubahan penggunaan lahan tahun 2015 berdasarkan kecenderungan perubahan
1997 2006. Data masukan yang dibutuhkan adalah peta penggunaan lahan
tahun 2006, kesesuaian penggunaan lahan, matrik transisi perubahan (transitional
probability/area matrix, TPM) dan moving filter. Moving filter yang digunakan
adalah default dalam software Idisi 32 dengan ukuran 5 x 5, yakni satu grid
penggunaan lahan akan ditentukan perubahannya oleh 24 grid penggunaan lahan
tetangganya.
72

Matrik transisi perubahan terdiri atas dua tipe yaitu matrik perubahan
dalam bentuk jumlah grid dari masing-masing tipe perubahan penggunaan lahan
(area) dan matrik perubahan dalam bentuk proporsi (peluang) grid perubahan
suatu tipe penggunaan dengan jumlah grid penggunaan lahan tersebut pada tahun
awal (1997). Matrik transisi perubahan dalam bentuk proporsi ditampilkan pada
Lampiran 18.
Penggunaan lahan tahun 1997 digunakan sebagai dasar untuk pendugaan
penggunaan lahan tahun 2006. Matrik TPM, peta kesesuaian lahan, moving filter
dan berbagai jumlah iterasi selanjutnya digunakan untuk simulasi perubahan.
Setiap jumlah iterasi yang digunakan menghasilkan penggunaan lahan tahun
2006 yang berbeda sesuai dengan jumlah iterasi yang dimasukkan. Hasil simulasi
penggunaan lahan tahun 2006 dari berbagai iterasi kemudian divalidasi dengan
peta perubahan penggunaan lahan tahun 2006 hasil interpretasi citra dengan
keluaran berupa nilai kappa. Semakin tinggi nilai kappa berarti semakin tinggi
pula tingkat ketepatan penggunaan lahan hasil simulasi.
Jumlah iterasi dan nilai kappa yang dihasilkan adalah : (1; 54,76%), (2;
59,03%), (3; 58,12%), (4; 58,30%), (5; 58,00%), (6; 57,98%), (9; 57,74%), (12;
57,60%), (15; 57,60%), (24; 57,49%), (36; 57,52%) dan (54; 57,50%). Secara
grafis hasil nilai kappa untuk setiap iterasi yang digunakan disajikan pada Gambar
22.
59.50%
59.00%
58.50%
58.00%
57.50%
57.00%
56.50% Nilai Kappa
56.00%
55.50%
55.00%
54.50%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Jumlah Iterasi

Gambar 22 Hasil validasi model prediksi penggunaan lahan pada berbagai iterasi
73

Gambar 22 menjelaskan bahwa hasil validasi model untuk penggunaan


lahan relatif rendah yaitu berkisar antara 57,50% 59,03%. Nilai kappa
menunjukkan bahwa ketepatan hasil prediksi penggunaan lahan pada tahun 2006
dengan referensi penggunaan lahan tahun 2006 hasil interpretasi citra adalah
57,50 % - 59,03%.
Nilai kappa terbesar diperoleh pada iterasi ke-2 dengan nilai kappa
sebesar 59,03 % dan merupakan titik terjadinya break of slope. Munibah (2008)
menyatakan bahwa break of slope adalah titik dimana terjadi perubahan yang
nyata dan paling efektif untuk menjadi pewakil jumlah iterasi yang digunakan
untuk simulasi penggunaan lahan tahun berikutnya.
Cara yang sama seperti diatas dilakukan untuk memprediksi penggunaan
lahan pada tahun 2015 dengan peta penggunaan tahun 2006 sebagai dasar
pendugaan. Hasil prediksi penggunaan lahan pada tahun 2015 diperoleh
persentase penggunaan lahan hutan 19,74% dari luas total wilayah. Selanjutnya,
kebun 50,15%, permukiman 3,34%, semak belukar 5,47%, tegalan 14,05%, sawah
6,95%, tubuh air 0,28% dan unclassify 0,01%. Hasil prediksi penggunaan lahan
pada tahun 2015 secara spasial ditunjukkan pada Gambar 23 sedangkan luas
prediksi penggunaan lahan tahun 20015 dan perbandingannya dengan tahun 2006
ditampilkan pada Tabel 21.
Tabel 21 Prediksi luas dan komposisi penggunaan lahan tahun 2015
Tahun 2006 Tahun 2015 Perubahan
Penggunaan Luas (Ha) Total Awal
Luas (Ha) % Luas (Ha) %
Lahan (%) (%)
Hutan 88.422 21,25 82.141 19,74 -6.281 -1,51 -7,10
Kebun 201.850 48,51 208.685 50,15 6.835 1,64 3,39
Permukiman 9.330 2,24 13.887 3,34 4.557 1,10 48,84
Semak
Belukar 29.492 7,09 22.774 5,47 -6.718 -1,61 -22,78
Tegalan 52.698 12,66 58.478 14,05 5.780 1,39 10,97
Sawah 33.282 8,00 28.908 6,95 -4.374 -1,05 -13,14
Tubuh air 1032 0,25 1.233 0,30 201 0,05 19,48
Jumlah 416.105 100,00 416.105 100,00 0,00 0,00
74

Gambar 23 Peta prediksi penggunaan lahan Kabupaten Sukabumi tahun 2015 74


75

Penggunaan lahan yang menurun luasannya dari tahun 1997 -2006 dan
diprediksi turun pada tahun 2015 adalah hutan, semak belukar dan sawah.
Penurunan hutan memiliki laju yang relatif lambat penurunannya dibanding
dengan sawah dan semak belukar. Sementara itu penggunaan lahan yang
cenderung terus naik adalah permukiman, tegalan dan kebun. Kenaikan luas
lahan permukiman akan selalu diikuti dengan penurunan lahan sawah.
Kecenderungan perubahan penggunaan lahan tahun 1997, 2006 dan hasil prediksi
tahun 2015 disajikan pada Gambar 24.

250000

200000

150000
Luas (Ha)
100000 Tahun 1997
Tahun 2006
50000 Tahun 2015

Gambar 24 Trend perubahan penggunaan lahan tahun 1997, 2006 dan 2015

Potensi penyimpangan RTRW pada Tahun 2015

Potensi penyimpangan RTRW pada tahun 2015 dapat diketahui dengan


melakukan overlay peta penggunaan lahan hasil prediksi dengan peta RTRW
tahun 2006-2016. Rekapitulasi hasil overlay disajikan pada Tabel 22.
Arahan penggunaan hutan lindung pada tahun 2015 diprediksi akan
didominasi oleh penggunaan lahan hutan sebesar 69,74%. Sisanya adalah kebun
21,24%, permukiman 0,29%, semak belukar 1,74%, tegalan 16,53% dan sawah
0,24%. Sementara untuk kawasan hutan produksi/konversi, suaka marga satwa
dan hutan konservasi kawasan didominasi oleh penggunaan lahan kebun berturut-
turut sebesar 64,85%, 55,42% dan 55,21 %.
76

Tabel 22 Potensi penyimpangan RTRW tahun 2015

Persentase Penggunaan Lahan (%)


Permuki Semak Tubuh
Hutan Kebun Tegalan Sawah Jumlah
Arahan RTRW - man Belukar Air

Hutan Lindung 69,74 21,24 0,54 0,84 6,71 0,91 0,02 100
Hutan Produksi/Konversi 18,93 64,85 0,19 2,53 11,02 2,24 0,25 100
Hutan Suaka Margasatwa 20,86 55,42 0,29 1,74 16,53 5,15 0,01 100
Kawasan Konservasi 4,96 55,21 0,63 10,02 26,25 2,69 0,24 100
Kawasan Pariwisata 0,02 64,17 8,94 4,99 4,80 12,36 4,71 100
Kebun Campuran 12,64 53,53 2,99 7,51 16,34 6,75 0,24 100
Perkebunan 5,61 59,82 1,98 7,07 21,95 3,44 0,12 100
Ladang 3,93 70,02 0,00 13,43 3,80 8,80 0,01 100
Permukiman Perkotaan 4,37 19,80 26,20 10,24 14,29 24,98 0,12 100
Zona Industri 0,00 56,40 5,74 1,74 0,00 34,06 2,06 100
Sawah 12,26 42,68 8,10 5,86 10,31 20,59 0,19 100
Tubuh Air 2,83 38,30 6,78 2,58 6,05 29,92 13,55 100

Penggunaan lahan kebun yang sesuai dengan arahan RTRW di tahun 2015
diprediksi 53,53% pada arahan kebun campuran dan 59,82% pada arahan
perkebunan. Sementara untuk penggunaan lahan tegalan yang sesuai dengan
arahan RTRW sangat kecil yaitu sebesar 3,8%. Sebagian besar arahan untuk
ladang atau tegalan didominasi oleh penggunaan lahan kebun sebesar 70,02%.
Penggunaan lahan permukiman yang sesuai arahan RTRW adalah :
permukiman perkotaan sebesar 26,20%, kawasan pariwisata 4,99% dan zona
industri 5,74%. Sisanya berada di arahan hutan lindung 0,54% (dari luas kawasan
lindung), hutan produksi/konversi 0,19%, kawasan konservasi 0,63%, kebun
campuran 2,99%, perkebunan 1,98% dan sawah 8,1%. Besarnya proporsi
permukiman pada arahan penggunaan sawah pada RTRW menunjukan tingginya
kemungkinan konversi lahan sawah ke permukiman pada periode 2006-2015.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis perkembangan wilayah dan perubahan penggunaan lahan


di Kabupaten Sukabumi pada periode tahun 1997 2006 dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Perkembangan desa dan kecamatan selama kurun waktu 2000-2006 relatif lebih
berkembang di bagian utara wilayah Kabupaten Sukabumi. Kecamatan hasil
pemekaran di bagian utara lebih berkembang dibanding dengan kecamatan bagian
selatan karena kedekatan jarak dengan Kota Sukabumi dan dilalui jalan nasional.
2. Perpindahan Ibu kota Kabupaten Sukabumi dari Kota Sukabumi di bagian utara ke
Pelabuhanratu memberikan pengaruh positif terhadap desa-desa dan kecamatan
disekitarnya.
3. Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan dari tahun 1997-2006
adalah hutan 12,77%, sawah 10,15% dan semak belukar 56,09%. Disisi lain,
penggunaan lahan yang bertambah luasannya adalah kebun 28,27%, tegalan
6,56% dan permukiman 183,12%.
4. Pemusatan perubahan hutan ke penggunaan lain, pengurangan luas semak belukar dan
penambahan luas kebun dan cenderung terjadi di kecamatan yang berada di bagian
selatan wilayah Kabupaten Sukabumi dengan laju pergeseran perubahan yang tinggi.
Sedangkan pemusatan lokasi pengurangan luas sawah dan peningkatan luas
permukiman dengan laju pergeseran penggunaan lahan yang tinggi cenderung terjadi
di kecamatan yang berada di bagian utara.
5. Penyebab utama perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi adalah :
kerapatan jalan, pemekaran kecamatan, elevasi, jenis tanah, kemiringan lereng dan
perubahan hirarki kecamatan.
6. Prediksi penggunaan lahan dengan CA Analysis dapat memprediksi penggunaan
lahan di tahun 2015 dengan ketelitian 59,03%. Komposisi penggunaan lahan di
Tahun 2015 adalah : hutan 19,74%, kebun 50,15%, permukiman 3,34%, semak
belukar 5,47%, tegalan 14,05%, sawah 6,95% dan sisanya tubuh air.
78

Saran

Perlu adanya perlakuan yang berbeda terhadap pengembangan wilayah antara


bagian utara dan selatan wilayah Kabupaten Sukabumi. Wilayah bagian utara merupakan
wilayah pemusatan penggunaan lahan sawah. Pemekaran wilayah terbukti dapat
meningkatkan hirarki wilayah, akan tetapi pemekaran wilayah di bagian utara cenderung
meningkatkan pengurangan sawah, oleh karena itu pemekaran wilayah sebaiknya
dilakukan di wilayah selatan yaitu pada wilayah yang tidak ditujukan untuk arahan
penggunaan lahan hutan. Peningkatan kualitas maupun kuantitas aksesibilitas jalan dapat
mengurangi pemusatan sarana prasarana wilayah di bagian utara wilayah Kabupaten
Sukabumi.
DAFTAR PUSTAKA

Agus F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multifungsi Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah.
Bogor.
Andriani. 2007. Dinamika Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor
Penyebabnya di Kabupaten Serang Propinsi Banten. [Thesis] Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.
Aronoff. 1993. Geographyc Information System : A management Perspective. Ottawa,
Canada.
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukabumi . 2003.
Review RTRW Kabupaten Sukabumi Tahun 1996. Tidak diterbitkan.
Barlowe R. 1986. Land Resources Economic : The Economics of Real Estate Fourth
Edition. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Barredo J, Kasanko M, McCormick N, & Lavalle C. 2003. Modelling dynamic spatial
processes: simulation of urban future scenarios through cellular automata. Landscape
and Urban Planning, 64, 145160.
Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi. Laboratorium Pengindraan
Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian
Bogor
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi. 2007. Kabupaten Sukabumi dalam
Angka (KASDA). Sukabumi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi
Chen J, Peng G, Chunyang H, Wei L, Masayuki T, dan Peijun S. 2002. Assesment of the
urban development plan of Beijing by Using a CA-based urban growth model.
International Journal of Photogrammetic Enginering & Remote Sensing. 68 (10):
1063-1073

Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi. 2006. Laporan Akuntabilitas dan Kinerja


Instansi Pemerintah. Tidak diterbitkan.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Frame Work for Land Evaluation.
FAO Soil Bull. No. 32, Rome, 72 p; and ILRI Publication No. 22 Wageningen. 87 p.
Hand C. 2005. Simple Cellular Automata on Spreadsheet. http://www.soc.
surrey.ac.uk/JASSS/1/3/1.html.
Hastuti HI. 2001. Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi
kasus Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.
Irianto G. 2004. Alih Fungsi Lahan : Dampaknya terhadap Produksi Air DAS dan Banjir.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.
Kim SD, Mizuno K, Kobayashi S. 2002. Analysis of land use Change System Using The
Species Competition Concept. Landscape and Urban Planning 58(2002) 181-200.
0169-2046/02/$20.00 2002 Elsevier Science B. V
80

Lilesand MT, Kiefer RW. 1993. Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Manson, MS. 2001. Integrated Assessment and Projection of Land Use/Land Cover
Change in the Southern Yucaton Peninsular of Mexico. Repoert and Review of
International Workshop. California, USA 4-7 Oktober 2007. Pp 56-58
McNeil J, Alves D, Arizpe L, Bykova O, Galvin K, Kelmelis J, Migot-adholla S,
Morissete P, Moss R, Richards J, Riebsame W, Sadowski F, Sanderson S, Skole D,
Tarr J, Williams M, Yadap S, Young S. 1998. Toward a typology and regionalization
of land cover and land use change. Report of working Group B. Press Syndicate of
The University of Cambridge. Cambridge. Pp55-65
Munibah K. 2008. Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Berwawasan
Lingkungan (Studi kasus DAS Cidanau Provinsi Banten). [Disertasi] Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.
Munibah K, Barus B. 1992. Hubungan Perubahan Sifat Satuan Lahan dengan Perubahan
Penggunaan Lahan. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Nachrowi ND, Usman H. 2006. Pendekatan Populer Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Prayoga AD, editor. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Panuju DR, Rustiadi E. 2005. Dasar-dasar Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Penuntun Praktikum. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Pellikka P, Clark B, Hurskainen P, Keskinen A, Lanne M, Masalin K, Nyman-Ghezelbash
P, Sirvio T. 2004. Land Use Monitoring Applying Geographic Information System in
the Taita Hill, SE-Kenya. In The Proceeding of the 5th African of Remote Sensing of
Environment Conference. Nairobi, Kenya.
Petit C, Scudder T, and Lambin E. 2001. Quantifying Processes of Land-Cover Change by
Remote Sensing : Resettlement and Rapid Land-Cover Changes in South-Eastern
Zambia. International Journal Remote Sensing Vol:22 No:17, 3435-3456

Prahasta E. 2005. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika


Bandung.
Rustiadi E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Perspektif Perdesaan. Makalah disampaikan
pada Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan
Kawasan Perdesaan pada tanggal 10-11 Mei 2001 di Cibogo Bogor.
Rustiadi E, Medrial A, Trisasongko BH, Shiddiq D, Hidayat JT, Radnawati D, Panuji DR.
2002. Kajian Pemanfaatan ruang Jabotabek. Bogor : Lembaga Penelitian IPB bekerja
sama dengan Bappeda Propinsi DKI Jakarta.
Rustiadi E, Saefulhakim HRS, Panuju DR. 2007. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah: Edisi Juli 2007. Bogor. Intitut Pertanian Bogor.
Saefulhakim S. 2005. Permodelan. Modul Analisis Kuantitatif Sosial Ekonomi Wilayah.
Bogor. PS Perencanaan Wilayah Institut Pertanian Bogor.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Uyanto SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS . Graha ilmu. Jakarta
81

Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Edisi Revisi Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Tobler WR. 1970. A computer movie simulating urban growth in the Detroit region.
Economic Geography, 46(2), 234240.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Setneg: Jakarta.
Veldkamp A, Lambin EF. 2001. Editorial: predicting land-use change. Agriculture,
Ecosystems and Environment 85, 16.
Verburg P, Nijs T. de, Ritsema van Eck, J., Visser, H., & Jong, K. (2004a). A method to
analyse neighbourhood characteristics of land use patterns. Computers, Environment
and Urban Systems, doi:10.1016/j.compenvurbsys.2008.06.006
Vliet J. van, White R. Dragicevic S. Modeling Urban Growth Using a Variable Grid
Cellular Automaton. Computers, Environment and Urban Systems, 28, 667690.

Winoto J, Selari M, Saefulhakim HRS, Santoso DA, Achsani NA dan Panuju DR. 1996.
Laporan Akhir Penelitian Alih Guna Tanah Pertanian. Bogor : Lembaga Penelitian
IPB bekerjasama dengan Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya
Pertanahan BPN.
LAMPIRAN
83

Lampiran 1 Variabel data analisis skalogram

1.a. Tahun 2000


No Jenis Variabel
1 2
1 Jarak Desa ke kecamatan yang membawahi (Km)
2 Jarak dari desa ke kabupaten yang membwahi (Km)
3 Jarak Desa ke kabupaten terdekat (Km)
4 Jarak ke TK (m)
5 Jarak ke SD/MI (m)
6 Jarak ke SLTP/Mtsterdekat (m)
7 Waktu tempuh ke SLTP/MTs (menit)
8 Jarak ke SMU/MA terdekat (km)
9 Waktu tempuh ke SMU/MA (menit)
10 Jarak terdekat ke G. bioskop (Km)
11 Waktu tempuh ke G. bisokop(menit)
12 Jarak ke penyewaan VIDEO (m)
13 Jarak ke rumah bilayar (Km)
14 Jarak ke PUB/DISKOTIK terdekat (Km)
15 Jarak ke RS (Km)
16 Jarak ke RS Bersalin (Km)
17 Jarak Ke rumah bersalin (Km)
18 Jarak ke poliklinik (Km)
19 Jarak ke puskesmas (Km)
20 Jarak ke puskesmas pembantu (m)
21 Jarak ke balai pengobatan (km)
22 Jarak ke tempat praktek Dokter (Km)
23 Jarak le tempat praktek bidan (m)
24 Jarak ke posyandu (m)
25 Jarak ke polindes (Km)
26 Jarak ke toko obat/jamu (Km)
27 Jarak ke kantor Pos (km)
28 Jarak ke Pos Polisi terdekat (Km)
29 Jarak ke kelompok pertokoan (km)
30 Jarak ke pasar terdekat (Km)
31 Jarak Polsek terdekat (Km)
32 Jarak Pos Polisi terdekat (Km)
33 Peserta KB (akseptor)
34 Pelanggan listrik PLN dan Non PLN (RT)
35 Penerangan jalan utama, 1=ada, 2=tidak
36 Industri pengolahan (kulit, makanan, batubata,genteng, batik dan lainnya)
37 Jumlah TK negeri dan Swasta
38 Jumlah SD, Madrasah Diniyah Negeri, Swasta dan sederajat
39 Jumlah SLTP, MTs Negeri, swasta dan sederajat
40 Jumlah SMU/MA negeri dan Swasta
41 Jumlah Akademi negeri dan Swasta
42 Jumlah SLB Negeri dan Swasta
84

Lanjutan lampiran 1.a.


1 2
43 Jumlah Pondok pesantren swasta
44 Lembaga Keterampilan (Montir, elemenktronik, mengetik, bahasa, tata buku, tata
boga, menjahit, pertanian, komputer, meubel, rumah tangga)
45 Jumlah rumah tangga Menyekolahkan ke PT
46 Tempat Peribadatan (masjid, surau, gereja, pura dan vihara)
47 Panti (asuhan, wreda/jompo, cacat)
48 Majelis ta'lim 1=ada, 2=tidak
49 Karang taruna, 1=ada, 2=tidak
50 PKK, 1=ada, 2=tidak
51 Pengumpul ZIS 1=ada, 2=tidak
52 Lapangan Olah Raga (sepak bola, voli, bulu tangkis, basket, tenis lapang, renang,
terbuka, alun2)
53 Taman bermain/tempat rekrasi, 3=ada, 4=tidak
54 Gedung bioskop, 5=ada, 6=tidak
55 Penyewaan VIDIO/VCD/DVD/LD, 1=ada, 2=tidak
56 Rumah bilyar, 1=ada, 2=tidak
57 PUB/DISKOTIK/KARAOKE, 1=ada, 2=tidak
58 Gedung pertemuan di sewakan, 1=ada, 2=tidak
59 Jumlah Rumah sakit
60 Jumlah RS. bersalin
61 Jumlah Rumah bersalin
62 Jumlah Poliklinik
63 Jumlah Puskesmas
64 Jumlah Puskesmas pembantu
65 Jumlah Balai pengobatan
66 Jumlah Tempat praktek dokter
67 Jumlah Tmp. praktek bidan
68 Jumlah Posyandu
69 Jumlah Polindes
70 Jumlah Toko khusus Obat/jamu
71 Jumlah Dokter (umum dan Gigi)
72 Jumlah Paramedis
73 Jumlah Bidan
74 Jumlah Dukun Bayi terlatih, tdk terlatih, patah tulang, tukang pijat
75 Petugas Pembantu Keluarga Berencana Desa (PPKBD), 1=ada, 2=tidak
76 Jumlah Terminal, Dermaga, Lapangan terbang
77 Agen perjalanan, 1=ada, 2=tidak
78 Jumlah Rt mempunyai kend. Roda 2 atau 3
79 Jumlah Rt memiliki Telepon
80 Jumlah Rt memiliki radio komunikasi
81 Jumlah Kantor Pos, Pos Keliling
82 Jumlah Rt mempunyai TV
83 Jumlah Rt mempunyai Antene parabola
84 Pelanggan surat kabar, 1=ada, 2=tidak
85 Telepon umum koin, kartu, wartel, kiospon, warposte
86 Kelompok pertokoan, 1=ada, 2=tidak
87 Jumlah pasar bangunan permanen dan non permanen
88 Supermarket/psr swalayan, 3=ada, 4=tidak
89 Restoran/rmh makan, 5=ada, 6=tidak
90 Jumlah Pasar Hewan atau Rumah potong hewan
91 Pangkalan pendaratan ikan atau tempat pelelangan ikan
92 Jumlah Hotel/penginapan, 7=ada, 8=tidak
93 Persewaan alat pesta, 1=ada, 2=tidak
94 Jumlah industri Kerajinan (kulit, kayu, logam, logam mulia)
95 Jumlah Bank (umum, BPR)
96 Jumlah Koperasi (KUD, Kopinkra, simpan pinjam, kopontren, tahun tempe, KUD
lainnya)
97 Jumlah Pos Polisi, Polsek
85

1.b. Tahun 2006


No Jenis Variabel
1 2
1 Jumlah Penduduk
2 jarak ke sekolah TK Negeri dan Swasta terdekat (Km)
3 jarak ke sekolah SD dan yang sederajat Negeri dan Swasta terdekat (Km)
4 jarak ke sekolah SLTP dan yang sederajat Negeri dan Swasta terdekat (Km)
5 jarak ke sekolah SMU dan yang sederajat Negeri dan Swasta terdekat (Km)
6 jarak ke sekolah SMK Negeri dan Swasta terdekat (Km)
7 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Sarana Kesehatan Rumah Sakit Bersalin (Km)
8 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Sarana Kesehatan Poliklinik/Balai Pengobatan (Km)
9 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Sarana Kesehatan Puskesmas (Km)
10 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Sarana Kesehatan Puskesmas Pembantu (Km)
11 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Tempat Prakter Dokter (Km)
12 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Tempat Prakter Bidan (Km)
13 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Posyandu (Km)
14 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Polindes (Km)
15 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Apotik (Km)
16 Jarak dari Desa/Kelurahan ke Toko Khusus Obat/Jamu (Km)
17 jarak ke Pub/diskoti/tempat karaoke terdekat (km)
18 Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kecamatan (km)
19 Waktu Tempuh Dari desa ke Ibu Kota Kecamatan (Menit)
20 Rata-rata ongkos angkutan umum yang dikeluarkan penduduk dari desa ke Ibu Kota Kecamatan
(Rp.000)
21 Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten (km)
22 Waktu Tempuh Dari desa ke Ibu Kota Kabupaten (Menit)
23 Rata-rata ongkos angkutan umum yang dikeluarkan penduduk dari desa ke Ibu Kota Kabupaten
(Rp.000)
24 Jarak Dari desa keIbu Kota Kabupaten/Kota lain terdekat (km)
25 Waktu Tempuh Dari desa keIbu Kota Kabupaten/Kota lain terdekat (Menit)
26 Rata-rata ongkos angkutan umum yang dikeluarkan penduduk dari desa keIbu Kota
Kabupaten/Kota lain terdekat (Rp.000)
27 jarak ke Kantor Pos terdekat (km)
28 Jarak ke kelompok pertokoan terdekat (Km)
29 Jarak ke pasar terdekat (Km)
30 Jarak terdekat ke Pos Polisi (Km)
31 Jumlah Keluarga yang menggunakan Listrik PLN dan Non PLN (keluarga)
32 Jumlah TK Swasta (Unit)
33 Jumlah SD dan yang sederajat Negeri dan Swasta (Unit)
34 Jumlah SLTP dan yang sederajat Negeri dan Swasta (unit)
35 Jumlah SMU dan yang sederajat Negeri dan Swasta (unit)
36 Jumlah SMK Negeri dan Swasta (unit)
37 Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat Negeri dan Swasta (unit)
38 Jumlah Sekolah Luar BIasa Negeri dan Swasta (unit)
39 Jumlah Pondok Pesantren/Madrasah Diniyah Swasta (unit)
40 Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan
41 Jumlah Rumah Sakit (Unit)
42 Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
43 Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobatan (Unit)
44 Jumlah Puskesmas (Unit)
45 Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit)
86

Lanjutan Lampiran 1.b.


1 2
46 Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
47 Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit)
48 Jumlah Posyandu(Unit)
49 Jumlah Polindes (Unit)
50 Jumlah Apotik (Unit)
51 Jumlah Toko Khusus Obat/Jamu (Unit)
52 Dokter yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang)
53 Mantri Kesehatan yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang)
54 Bidan yang tinggal di Desa/Kelurahan (Orang)
55 Dukun Bayi yang tinggal di Desa/Kelurahan (Orang)
56 Jumlah Sarana Peribadahan
57 Jenis Sarana Olahraga
58 Jumlah Terminal Penumpang Kendaraana Bermotor Roda 4 atau Lebih (unit)
59 Jumlah Keluarga yang berlangganan telepon Kabel (Keluarga)
60 Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
61 Warung internet (Warnet) (unit)
62 Kantor Pos/Pos Pembantu/Rumah Pos: 1.Ada 2.Tidak
63 Pos Keliling: 1.Ada 2.Tidak
64 Sinyal telepon genggam/hand phone/mobile phone tanpa satelit di desa/kelurahan
65 Kios sarana produksi pertanian milik KUD dan Non KUD(unit)
66 Kawasan industri: 1.Ada 2.Tidak
67 Sentra industri: 1.Ada 2.Tidak
68 Lingkungan/Perkampungan industri kecil (LIK/PIK): 1.Ada 2.Tidak
69 Jumlah industri besar ( 100 Pekerja) (unit)
70 Jumlah industri sedang (20-99 pekerja) (unit)
71 Industri/Kerajinan yang merupakan Industri Kecil (5 19 pekerja) /Kerajinan Rumah Tangga (1
- 4 pekerja) (unit)
72 Perusahaan listrik Non PLN (unit)
73 Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
74 Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
75 Restoran/rumah makan (unit)
76 Warung/ kedai makanan minuman (unit)
77 Toko/Warung kelontong (unit)
78 Hotel (unit)
79 Penginapan(hostel/motel/losmen/wisma) (unit)
80 Fasilitas Bank (Bank Umum, BPR, ATM)
81 Jumlah Koperasi KUD, Industri kecil, kerajinan Rakyat, simpan pinjam, KUD lainya (unit)
82 Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
83 Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
84 Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
85 Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
86 Tempat pangkas rambut (barber shop) (unit)
87 Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
88 Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
89 Persewaan alat-alat pesta (unit)
87

Lampiran 2 Hasil Analis Indeks Perkembangan Desa (IPD)

2.a. Rekapitulasi Hirarki Desa tahun 2000 per Kecamatan


Jumlah Desa Persentase Desa
No Kecamatan
I II III Total I II III Total
1 Bantargadung 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
2 Bojonggenteng 0 2 2 4 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
3 Caringin 0 3 8 11 0.0% 27.3% 72.7% 100.0%
4 Cibadak 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
5 Cibitung 0 1 5 6 0.0% 16.7% 83.3% 100.0%
6 Cicantayan 0 0 6 6 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
7 Cicurug 1 5 7 13 7.7% 38.5% 53.8% 100.0%
8 Cidadap 0 2 2 4 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
9 Cidahu 0 2 6 8 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%
10 Cidolog 1 2 2 5 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%
11 Ciemas 0 4 2 6 0.0% 33.3% 50.0% 100.0%
12 Cikakak 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
13 Cikembar 2 3 4 9 22.2% 33.3% 44.4% 100.0%
14 Cikidang 0 2 9 11 0.0% 18.2% 81.8% 100.0%
15 Ciracap 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
16 Cireunghas 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
17 Cisaat 2 5 6 13 15.4% 38.5% 46.2% 100.0%
18 Cisolok 1 2 7 10 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
19 Curugkembar 0 2 2 4 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
20 Gegerbitung 1 0 6 7 14.3% 0.0% 85.7% 100.0%
21 Gunungguruh 0 4 2 6 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
22 Jampang Kulon 2 7 5 14 14.3% 50.0% 35.7% 100.0%
23 Jampang Tengah 1 2 8 11 9.1% 18.2% 72.7% 100.0%
24 Kabandungan 0 2 3 5 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%
25 Kadudampit 0 3 6 9 0.0% 33.3% 66.7% 100.0%
26 Kalapanunggal 1 0 6 7 14.3% 0.0% 85.7% 100.0%
27 Kalibunder 1 2 3 6 16.7% 33.3% 50.0% 100.0%
28 Kebon Pedes 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
29 Lengkong 1 1 3 5 20.0% 20.0% 60.0% 100.0%
30 Nagrak 0 1 12 13 0.0% 7.7% 92.3% 100.0%
31 Nyalindung 1 5 4 10 10.0% 50.0% 40.0% 100.0%
32 Pabuaran 0 1 5 6 0.0% 16.7% 83.3% 100.0%
33 Parakansalak 0 3 3 6 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
34 Parungkuda 1 6 2 9 11.1% 66.7% 22.2% 100.0%
35 Pelabuhan Ratu 1 1 3 5 20.0% 20.0% 60.0% 100.0%
36 Purabaya 0 3 4 7 0.0% 42.9% 57.1% 100.0%
37 Sagaranten 2 5 4 11 18.2% 45.5% 36.4% 100.0%
38 Simpenan 0 4 3 7 0.0% 57.1% 42.9% 100.0%
39 Sukabumi 1 1 2 4 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%
40 Sukalarang 0 1 5 6 0.0% 16.7% 83.3% 100.0%
41 Sukaraja 0 5 4 9 0.0% 55.6% 44.4% 100.0%
42 Surade 1 2 7 10 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
43 Tegalbuleud 0 3 4 7 0.0% 42.9% 57.1% 100.0%
44 Waluran 0 0 3 3 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
45 Warungkiara 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
Jumlah 24 104 206 334 7.2% 31.1% 61.7% 100.0%
88

Lanjutan Lampiran 2

2.b. Rekapitulasi Hirarki Desa tahun 2006 per Kecamatan


Jumlah Desa Persentase Desa
No Kecamatan
I II III Total I II III Total
1 Bantargadung 0 0 5 5 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
2 Bojonggenteng 0 2 2 4 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
3 Caringin 0 5 6 11 0.0% 45.5% 54.5% 100.0%
4 Cibadak 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
5 Cibitung 0 4 2 6 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
6 Cicantayan 0 4 2 6 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
7 Cicurug 1 4 8 13 7.7% 30.8% 61.5% 100.0%
8 Cidadap 0 2 2 4 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
9 Cidahu 0 0 8 8 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
10 Cidolog 0 2 3 5 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%
11 Ciemas 1 4 1 6 16.7% 66.7% 16.7% 100.0%
12 Cikakak 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
13 Cikembar 1 5 3 9 11.1% 55.6% 33.3% 100.0%
14 Cikidang 0 1 10 11 0.0% 9.1% 90.9% 100.0%
15 Ciracap 1 0 4 5 20.0% 0.0% 80.0% 100.0%
16 Cireunghas 1 3 1 5 20.0% 60.0% 20.0% 100.0%
17 Cisaat 3 7 3 13 23.1% 53.8% 23.1% 100.0%
18 Cisolok 1 1 8 10 10.0% 10.0% 80.0% 100.0%
19 Curugkembar 0 0 4 4 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
20 Gegerbitung 1 4 2 7 14.3% 57.1% 28.6% 100.0%
21 Gunungguruh 0 6 0 6 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
22 Jampang Kulon 3 2 9 14 21.4% 14.3% 64.3% 100.0%
23 Jampang Tengah 0 1 10 11 0.0% 9.1% 90.9% 100.0%
24 Kabandungan 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
25 Kadudampit 0 6 3 9 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
26 Kalapanunggal 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
27 Kalibunder 0 1 5 6 0.0% 16.7% 83.3% 100.0%
28 Kebon Pedes 0 2 3 5 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%
29 Lengkong 0 1 4 5 0.0% 20.0% 80.0% 100.0%
30 Nagrak 0 2 11 13 0.0% 15.4% 84.6% 100.0%
31 Nyalindung 0 5 5 10 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
32 Pabuaran 0 1 5 6 0.0% 16.7% 83.3% 100.0%
33 Parakansalak 1 0 5 6 16.7% 0.0% 83.3% 100.0%
34 Parungkuda 3 2 4 9 33.3% 22.2% 44.4% 100.0%
35 Pelabuhan Ratu 1 2 2 5 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%
36 Purabaya 0 2 5 7 0.0% 28.6% 71.4% 100.0%
37 Sagaranten 1 1 9 11 9.1% 9.1% 81.8% 100.0%
38 Simpenan 1 3 3 7 14.3% 42.9% 42.9% 100.0%
39 Sukabumi 0 4 0 4 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
40 Sukalarang 0 3 3 6 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
41 Sukaraja 1 5 3 9 11.1% 55.6% 33.3% 100.0%
42 Surade 1 4 5 10 10.0% 40.0% 50.0% 100.0%
43 Tegalbuleud 0 1 6 7 0.0% 14.3% 85.7% 100.0%
44 Waluran 0 0 3 3 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
45 Warungkiara 1 1 5 7 14.3% 14.3% 71.4% 100.0%
Jumlah 26 107 201 334 7.8% 32.0% 60.2% 100.0%
89

2.c. Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kab. Sukabumi Tahun 2000 dan 2006*

IPD Hierarki IPD Hierarki Perubahan


No KECAMATAN DESA
2000 2000 2006 2006 Hierarki
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bantargadung Bantargadung 103.74 III 76.24 III 3 ke 3
2 Bantargadung Bantargebang 112.04 II 75.33 III 2 ke 3
3 Bantargadung Bojonggaling 88.94 III 64.16 III 3 ke 3
4 Bantargadung Limusnunggal 81.20 III 63.08 III 3 ke 3
5 Bantargadung Mangunjaya 81.44 III 65.39 III 3 ke 3
6 Bojonggenteng Berekah 128.20 II 113.53 II 2 ke 2
7 Bojonggenteng Bojonggaling 87.30 III 61.77 III 3 ke 3
8 Bojonggenteng Bojonggenteng 105.96 III 74.79 III 3 ke 3
9 Bojonggenteng Cibodas 145.43 II 112.55 II 2 ke 2
10 Caringin Batununggal 131.66 II 102.59 II 2 ke 2
11 Caringin Caringin Kulon 122.50 II 124.85 II 2 ke 2
12 Caringin Caringin Wetan 114.86 II 92.93 II 2 ke 2
13 Caringin Ciheulang Tonggoh 103.37 III 90.17 II 3 ke 2
14 Caringin Cijengkol 97.39 III 86.03 III 3 ke 3
15 Caringin Cikembang 90.22 III 75.48 III 3 ke 3
16 Caringin Karangtengah 107.93 III 108.64 II 3 ke 2
17 Caringin Mekarjaya 86.15 III 68.62 III 3 ke 3
18 Caringin Seuseupan 80.17 III 68.35 III 3 ke 3
19 Caringin Sukamulya 85.07 III 78.49 III 3 ke 3
20 Caringin Talaga 103.33 III 86.34 III 3 ke 3
21 Ciakak Cikakak 212.48 I 135.20 I 1 ke 1
22 Ciakak Cileungsing 99.42 III 83.26 III 3 ke 3
23 Ciakak Cimaja 118.66 II 95.62 II 2 ke 2
24 Ciakak Margalaksana 93.58 III 79.04 III 3 ke 3
25 Ciakak Ridogalih 88.63 III 72.79 III 3 ke 3
26 Ciakak Sirnarasa 86.03 III 58.94 III 3 ke 3
27 Ciakak Sukamaju 92.02 III 83.74 III 3 ke 3
28 Cibadak Cibadak 194.05 I 141.20 I 1 ke 1
29 Cibadak Neglasari 80.31 III 62.78 III 3 ke 3
30 Cibadak Pamuruyan 99.81 III 97.46 II 3 ke 2
31 Cibadak Sekarwangi 106.82 III 85.54 III 3 ke 3
32 Cibadak Sukasirna 90.22 III 78.24 III 3 ke 3
33 Cibadak Tenjojaya 84.74 III 70.66 III 3 ke 3
34 Cibadak Warnajati 118.39 II 83.66 III 2 ke 3
35 Cibitung Banyumurni 132.21 II 100.45 II 2 ke 2
36 Cibitung Banyuwangi 98.20 III 103.66 II 3 ke 2
37 Cibitung Cibitung 105.55 III 104.89 II 3 ke 2
38 Cibitung Cibodas 98.11 III 99.01 II 3 ke 2
39 Cibitung Cidahu 89.73 III 71.59 III 3 ke 3
40 Cibitung Talagamurni 87.49 III 85.14 III 3 ke 3
41 Cicantayan Cicantayan 98.11 III 98.40 II 3 ke 2
42 Cicantayan Cijalingan 97.67 III 102.55 II 3 ke 2
43 Cicantayan Cimahi 105.75 III 95.83 II 3 ke 2
44 Cicantayan Cisadane 110.34 III 105.92 II 3 ke 2
45 Cicantayan Hegarmanah 90.04 III 69.34 III 3 ke 3
46 Cicantayan Lembursawah 92.58 III 88.45 III 3 ke 3
47 Cicurug Bangbayang 106.49 III 88.30 III 3 ke 3
48 Cicurug Benda 102.50 III 98.99 II 3 ke 2
49 Cicurug Caringin 102.90 III 88.18 III 3 ke 3
50 Cicurug Cicurug 211.96 I 220.62 I 1 ke 1
90

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
51 Cicurug Cisaat 92.09 III 68.20 III 3 ke 3
52 Cicurug Kutajaya 105.40 III 70.56 III 3 ke 3
53 Cicurug Mekarsari 126.56 II 109.40 II 2 ke 2
54 Cicurug Nangerang 117.95 II 86.54 III 2 ke 3
55 Cicurug Nyangkowek 134.00 II 106.27 II 2 ke 2
56 Cicurug Pasawahan 110.17 III 89.22 III 3 ke 3
57 Cicurug Purwasari 104.50 III 83.76 III 3 ke 3
58 Cicurug Tenjoayu 146.62 II 111.09 II 2 ke 2
59 Cicurug Tenjolaya 118.52 II 73.31 III 2 ke 3
60 Cidadap Banjarsari 105.28 III 61.37 III 3 ke 3
61 Cidadap Cidadap 112.22 II 107.03 II 2 ke 2
62 Cidadap Hegarmulya 96.40 III 72.81 III 3 ke 3
63 Cidadap Padasenang 129.82 II 89.86 II 2 ke 2
64 Cidahu Babakanpari 123.52 II 79.79 III 2 ke 3
65 Cidahu Cidahu 82.05 III 72.75 III 3 ke 3
66 Cidahu Girijaya 95.05 III 80.76 III 3 ke 3
67 Cidahu Jayabakti 84.69 III 79.73 III 3 ke 3
68 Cidahu Pasirdoton 120.37 II 79.09 III 2 ke 3
69 Cidahu Pondok Kaso Tengah 100.46 III 84.72 III 3 ke 3
70 Cidahu Pondok Kaso Tonggoh 101.54 III 84.81 III 3 ke 3
71 Cidahu Tangkil 85.54 III 67.85 III 3 ke 3
72 Cidolog Cidolog 155.83 I 115.36 II 1 ke 2
73 Cidolog Cikarang 93.50 III 72.66 III 3 ke 3
74 Cidolog Cipamingkisan 114.07 II 79.64 III 2 ke 3
75 Cidolog Mekarjaya 92.68 III 68.46 III 3 ke 3
76 Cidolog Tegallega 152.78 II 90.78 II 2 ke 2
77 Ciemas Cibenda 92.49 III 91.44 II 3 ke 2
78 Ciemas Ciemas 128.74 II 109.26 II 2 ke 2
79 Ciemas Ciwaru 117.28 II 102.31 II 2 ke 2
80 Ciemas Girimukti 118.13 II 94.61 II 2 ke 2
81 Ciemas Mekarjaya 93.65 III 82.01 III 3 ke 3
82 Ciemas Tamajaya 142.77 II 138.21 I 2 ke 1
83 Cikembar Bojong 94.94 III 79.72 III 3 ke 3
84 Cikembar Bojongkembar 97.61 III 80.48 III 3 ke 3
85 Cikembar Cibatu 125.56 II 94.01 II 2 ke 2
86 Cikembar Cikembar 156.86 I 106.65 II 1 ke 2
87 Cikembar Cimanggu 117.92 II 92.98 II 2 ke 2
88 Cikembar Kertaraharja 185.13 I 149.49 I 1 ke 1
89 Cikembar Parakanlima 96.82 III 94.37 II 3 ke 2
90 Cikembar Sukamaju 87.70 III 72.54 III 3 ke 3
91 Cikembar Sukamulya 117.10 II 91.84 II 2 ke 2
92 Cikidang Bumisari 79.69 III 72.45 III 3 ke 3
93 Cikidang Cicareuh 114.91 II 87.26 III 2 ke 3
94 Cikidang Cijambe 99.37 III 64.05 III 3 ke 3
95 Cikidang Cikidang 109.23 III 102.02 II 3 ke 2
96 Cikidang Cikiray 94.81 III 83.80 III 3 ke 3
97 Cikidang Gunungmalang 86.24 III 68.66 III 3 ke 3
98 Cikidang Mekarnangka 114.92 II 62.05 III 2 ke 3
99 Cikidang Nangkakoneng 86.88 III 67.85 III 3 ke 3
100 Cikidang Pangkalan 87.73 III 81.55 III 3 ke 3
91

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
101 Cikidang Sampora 92.61 III 63.58 III 3 ke 3
102 Cikidang Tamansari 97.72 III 55.57 III 3 ke 3
103 Ciracap Cikangkung 88.81 III 77.42 III 3 ke 3
104 Ciracap Ciracap 150.61 II 151.99 I 2 ke 1
105 Ciracap Gunungbatu 95.53 III 79.49 III 3 ke 3
106 Ciracap Pasirpanjang 79.93 III 72.35 III 3 ke 3
107 Ciracap Purwasedar 63.03 III 68.52 III 3 ke 3
108 Cireunghas Bencoy 88.75 III 90.48 II 3 ke 2
109 Cireunghas Cikurutug 106.75 III 84.40 III 3 ke 3
110 Cireunghas Cipurut 131.94 II 112.63 II 2 ke 2
111 Cireunghas Cireunghas 96.02 III 130.06 I 3 ke 1
112 Cireunghas Tegalpanjang 109.78 III 103.33 II 3 ke 2
113 Cisaat Babakan 100.04 III 79.67 III 3 ke 3
114 Cisaat Cibatu 129.94 II 169.87 I 2 ke 1
115 Cisaat Cibolang Kaler 107.30 III 127.18 II 3 ke 2
116 Cisaat Cisaat 160.47 I 191.16 I 1 ke 1
117 Cisaat Gunungjaya 130.46 II 103.20 II 2 ke 2
118 Cisaat Kutasirna 91.01 III 76.25 III 3 ke 3
119 Cisaat Nagrak 122.93 II 119.01 II 2 ke 2
120 Cisaat Padaasih 83.57 III 99.20 II 3 ke 2
121 Cisaat Selajambe 113.63 II 107.23 II 2 ke 2
122 Cisaat Sukamanah 170.24 I 186.95 I 1 ke 1
123 Cisaat Sukamantri 126.60 II 114.37 II 2 ke 2
124 Cisaat Sukaresmi 89.68 III 95.42 II 3 ke 2
125 Cisaat Sukasari 84.61 III 79.64 III 3 ke 3
126 Cisolok Caringin 88.66 III 61.43 III 3 ke 3
127 Cisolok Cicadas 104.07 III 79.80 III 3 ke 3
128 Cisolok Cikahuripan 116.81 II 92.19 II 2 ke 2
129 Cisolok Cikelat 94.70 III 73.64 III 3 ke 3
130 Cisolok Cisolok 161.57 I 143.59 I 1 ke 1
131 Cisolok Gunungkaramat 93.06 III 72.94 III 3 ke 3
132 Cisolok Gunungtanjung 109.94 III 69.69 III 3 ke 3
133 Cisolok Karangpapak 130.80 II 89.20 III 2 ke 3
134 Cisolok Pasirbaru 107.24 III 78.28 III 3 ke 3
135 Cisolok Sirnaresmi 81.61 III 68.15 III 3 ke 3
136 Curugkembar Cimenteng 86.19 III 64.28 III 3 ke 3
137 Curugkembar Curugkembar 141.32 II 88.98 III 2 ke 3
138 Curugkembar Sindangreja 115.07 II 61.94 III 2 ke 3
139 Curugkembar Tanjungsari 88.01 III 64.54 III 3 ke 3
140 Gegerbitung Buniwangi 108.65 III 80.24 III 3 ke 3
141 Gegerbitung Caringin 99.46 III 92.72 II 3 ke 2
142 Gegerbitung Ciengang 106.25 III 97.69 II 3 ke 2
143 Gegerbitung Cijurey 100.27 III 91.35 II 3 ke 2
144 Gegerbitung Gegerbitung 155.38 I 136.44 I 1 ke 1
145 Gegerbitung Karangjaya 105.85 III 75.63 III 3 ke 3
146 Gegerbitung Sukamanah 107.70 III 100.36 II 3 ke 2
147 Gunungguruh Cibentang 140.24 II 129.09 II 2 ke 2
148 Gunungguruh Cibolang 108.01 III 114.43 II 3 ke 2
149 Gunungguruh Cikujang 112.92 II 104.30 II 2 ke 2
150 Gunungguruh Gunungguruh 90.17 III 115.43 II 3 ke 2
92

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
151 Gunungguruh Kebonmanggu 117.82 II 122.33 II 2 ke 2
152 Gunungguruh Sirnaresmi 143.76 II 128.96 II 2 ke 2
153 Jampang Kulon Bojonggenteng 181.17 I 137.33 I 1 ke 1
154 Jampang Kulon Bojongsari 111.78 II 76.11 III 2 ke 3
155 Jampang Kulon Boregahindah 112.24 II 62.55 III 2 ke 3
156 Jampang Kulon Cikarang 99.54 III 92.98 II 3 ke 2
157 Jampang Kulon Cimanggu 120.00 II 83.34 III 2 ke 3
158 Jampang Kulon Ciparay 110.18 III 85.37 III 3 ke 3
159 Jampang Kulon Jampang Kulon 324.12 I 205.38 I 1 ke 1
160 Jampang Kulon Karanganyar 99.40 III 67.65 III 3 ke 3
161 Jampang Kulon Mekarjaya 117.43 II 81.47 III 2 ke 3
162 Jampang Kulon Nagraksari 122.86 II 102.42 II 2 ke 2
163 Jampang Kulon Padajaya 120.09 II 68.92 III 2 ke 3
164 Jampang Kulon Sukajadi 104.76 III 82.31 III 3 ke 3
165 Jampang Kulon Sukamulya 100.18 III 74.11 III 3 ke 3
166 Jampang Kulon Tanjung 140.97 II 148.18 I 2 ke 1
167 Jampang Tengah Bantaragung 90.64 III 69.45 III 3 ke 3
168 Jampang Tengah Bantarpanjang 102.00 III 66.34 III 3 ke 3
169 Jampang Tengah Bojongjengkol 90.63 III 73.29 III 3 ke 3
170 Jampang Tengah Bojongtipar 89.33 III 85.79 III 3 ke 3
171 Jampang Tengah Cijulang 87.16 III 64.69 III 3 ke 3
172 Jampang Tengah Jampang Tengah 171.65 I 127.27 II 1 ke 2
173 Jampang Tengah Nangeerang 84.48 III 71.42 III 3 ke 3
174 Jampang Tengah Padabeunghar 132.29 II 86.42 III 2 ke 3
175 Jampang Tengah Panumbangan 139.41 II 82.73 III 2 ke 3
176 Jampang Tengah Sindangresmi 89.04 III 84.89 III 3 ke 3
177 Jampang Tengah Tanjungsari 75.54 III 72.32 III 3 ke 3
178 Kabandungan Cihamerang 95.23 III 47.76 III 3 ke 3
179 Kabandungan Cipeuteuy 112.35 II 58.01 III 2 ke 3
180 Kabandungan Kabandungan 141.77 II 95.65 II 2 ke 2
181 Kabandungan Mekarjaya 85.05 III 46.87 III 3 ke 3
182 Kabandungan Tugubandung 87.65 III 51.06 III 3 ke 3
183 Kadudampit Cikahuripan 94.64 III 117.91 II 3 ke 2
184 Kadudampit Cipetir 87.30 III 85.76 III 3 ke 3
185 Kadudampit Citamiang 113.77 II 100.26 II 2 ke 2
186 Kadudampit Gedepangrango 124.76 II 122.55 II 2 ke 2
187 Kadudampit Kadudampit 119.71 II 123.97 II 2 ke 2
188 Kadudampit Muaradua 96.54 III 99.54 II 3 ke 2
189 Kadudampit Sukamaju 97.14 III 105.41 II 3 ke 2
190 Kadudampit Sukamanis 93.07 III 80.29 III 3 ke 3
191 Kadudampit Undrusbinangun 101.56 III 78.89 III 3 ke 3
192 Kalapanunggal Gungunggendut 100.93 III 73.05 III 3 ke 3
193 Kalapanunggal Kadununggal 107.58 III 90.66 II 3 ke 2
194 Kalapanunggal Kalapanunggal 169.09 I 139.55 I 1 ke 1
195 Kalapanunggal Makasari 91.97 III 65.57 III 3 ke 3
196 Kalapanunggal Palasari Girang 108.50 III 80.47 III 3 ke 3
197 Kalapanunggal Pulosari 101.15 III 64.41 III 3 ke 3
198 Kalapanunggal Walangsari 99.41 III 64.94 III 3 ke 3
199 Kalibunder Balekambang 104.10 III 63.95 III 3 ke 3
200 Kalibunder Bojong 132.84 II 82.75 III 2 ke 3
93

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
201 Kalibunder Cimahpar 110.52 III 50.30 III 3 ke 3
202 Kalibunder Kalibunder 178.68 I 100.26 II 1 ke 2
203 Kalibunder Sekarsari 90.20 III 58.05 III 3 ke 3
204 Kalibunder Sukaluyu 119.54 II 66.63 III 2 ke 3
205 Kebon Pedes Bojongsawah 105.53 III 80.80 III 3 ke 3
206 Kebon Pedes Cikaret 91.88 III 86.28 III 3 ke 3
207 Kebon Pedes Jambe Nenggang 100.21 III 85.98 III 3 ke 3
208 Kebon Pedes Kebonpedes 122.04 II 100.57 II 2 ke 2
209 Kebon Pedes Sasagaran 110.97 III 107.00 II 3 ke 2
210 Lengkong Cilangkap 93.66 III 76.04 III 3 ke 3
211 Lengkong Langkapjaya 96.53 III 64.50 III 3 ke 3
212 Lengkong Lengkong 156.90 I 105.33 II 1 ke 2
213 Lengkong Neglasari 133.33 II 86.61 III 2 ke 3
214 Lengkong Tegallega 103.82 III 86.97 III 3 ke 3
215 Nagrak Babakan Panjang 106.15 III 79.21 III 3 ke 3
216 Nagrak Balekambang 85.30 III 68.13 III 3 ke 3
217 Nagrak Ciambar 79.02 III 58.39 III 3 ke 3
218 Nagrak Cihanjawar 86.87 III 76.80 III 3 ke 3
219 Nagrak Darmareja 89.06 III 68.33 III 3 ke 3
220 Nagrak Ginanjar 75.40 III 59.03 III 3 ke 3
221 Nagrak Girijaya 91.05 III 93.68 II 3 ke 2
222 Nagrak Kalaparea 90.96 III 73.15 III 3 ke 3
223 Nagrak Munjul 85.09 III 61.84 III 3 ke 3
224 Nagrak Nagrak Selatan 145.47 II 100.99 II 2 ke 2
225 Nagrak Nagrak Utara 85.77 III 84.67 III 3 ke 3
226 Nagrak Pawenang 105.45 III 84.54 III 3 ke 3
227 Nagrak Wangunjaya 81.14 III 61.30 III 3 ke 3
228 Nyalindung Bojongkalong 131.89 II 93.27 II 2 ke 2
229 Nyalindung Bojongsari 97.70 III 66.91 III 3 ke 3
230 Nyalindung Cijangkar 148.44 II 94.41 II 2 ke 2
231 Nyalindung Cisitu 109.90 III 79.46 III 3 ke 3
232 Nyalindung Kertaangsana 141.63 II 93.87 II 2 ke 2
233 Nyalindung Mekarsari 116.58 II 83.86 III 2 ke 3
234 Nyalindung Neglasari 101.13 III 93.62 II 3 ke 2
235 Nyalindung Nyalindung 155.22 I 116.10 II 1 ke 2
236 Nyalindung Sukamaju 127.74 II 83.19 III 2 ke 3
237 Nyalindung Wangunreja 88.58 III 65.30 III 3 ke 3
238 Pabuaran Bantarsari 92.63 III 60.91 III 3 ke 3
239 Pabuaran Cibadak 87.39 III 61.26 III 3 ke 3
240 Pabuaran Ciwalat 98.54 III 62.32 III 3 ke 3
241 Pabuaran Pabuaran 125.77 II 90.87 II 2 ke 2
242 Pabuaran Sirnasari 95.68 III 63.56 III 3 ke 3
243 Pabuaran Sukajaya 100.19 III 61.98 III 3 ke 3
244 Parakansalak Bojongasih 128.99 II 69.95 III 2 ke 3
245 Parakansalak Bojonglonggok 106.27 III 84.91 III 3 ke 3
246 Parakansalak Lebaksari 101.05 III 77.07 III 3 ke 3
247 Parakansalak Parakansalak 135.96 II 143.83 I 2 ke 1
248 Parakansalak Sukakersa 106.84 III 74.81 III 3 ke 3
249 Parakansalak Sukatani 123.75 II 82.98 III 2 ke 3
250 Parungkuda Babakan Jaya 124.06 II 86.00 III 2 ke 3
94

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
251 Parungkuda Bojongkokosan 174.17 I 143.64 I 1 ke 1
252 Parungkuda Cipanengah 131.26 II 89.17 III 2 ke 3
253 Parungkuda Kompa 130.45 II 101.69 II 2 ke 2
254 Parungkuda Langensari 112.12 II 63.25 III 2 ke 3
255 Parungkuda Palasari Hilir 83.06 III 150.74 I 3 ke 1
256 Parungkuda Parungkuda 141.25 II 78.63 III 2 ke 3
257 Parungkuda Pondok Kaso Landeuh 101.43 III 136.81 I 3 ke 1
258 Parungkuda Sundawenang 142.18 II 99.34 II 2 ke 2
259 Pelabuhan Ratu Cibodas 89.33 III 75.04 III 3 ke 3
260 Pelabuhan Ratu Citarik 110.44 III 104.71 II 3 ke 2
261 Pelabuhan Ratu Citepus 153.98 II 124.05 II 2 ke 2
262 Pelabuhan Ratu Pasirsuren 99.41 III 86.60 III 3 ke 3
263 Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu 278.59 I 217.85 I 1 ke 1
264 Purabaya Cicukang 82.34 III 68.51 III 3 ke 3
265 Purabaya Cimerang 124.33 II 90.91 II 2 ke 2
266 Purabaya Citamiang 97.28 III 76.61 III 3 ke 3
267 Purabaya Margaluyu 99.13 III 77.74 III 3 ke 3
268 Purabaya Neglasari 82.14 III 64.20 III 3 ke 3
269 Purabaya Pagelaran 128.27 II 88.05 III 2 ke 3
270 Purabaya Purabaya 127.66 II 118.90 II 2 ke 2
271 Sagaranten Cibaregbeg 116.38 II 69.24 III 2 ke 3
272 Sagaranten Cibitung 125.46 II 88.54 III 2 ke 3
273 Sagaranten Curug Luhur 89.55 III 59.09 III 3 ke 3
274 Sagaranten Datarnangka 106.30 III 79.25 III 3 ke 3
275 Sagaranten Gunungbentang 129.03 II 82.32 III 2 ke 3
276 Sagaranten Hegarmanah 109.72 III 69.84 III 3 ke 3
277 Sagaranten Margaluyu 118.97 II 76.53 III 2 ke 3
278 Sagaranten Pasanggrahan 158.76 I 96.42 II 1 ke 2
279 Sagaranten Puncakmanggis 89.94 III 66.18 III 3 ke 3
280 Sagaranten Sagaranten 237.60 I 172.91 I 1 ke 1
281 Sagaranten Sinarbentang 119.16 II 68.33 III 2 ke 3
282 Simpenan Cibuntu 115.24 II 79.51 III 2 ke 3
283 Simpenan Cidadap 83.42 III 108.81 II 3 ke 2
284 Simpenan Cihaur 99.63 III 64.20 III 3 ke 3
285 Simpenan Kertajaya 88.39 III 108.44 II 3 ke 2
286 Simpenan Loji 114.29 II 99.65 II 2 ke 2
287 Simpenan Mekarsari 124.92 II 70.26 III 2 ke 3
288 Simpenan Tonjong 117.16 II 138.11 I 2 ke 1
289 Sukabumi Karawang 123.20 II 120.84 II 2 ke 2
290 Sukabumi Parungseah 100.99 III 104.72 II 3 ke 2
291 Sukabumi Sudajaya Girang 158.59 I 95.83 II 1 ke 2
292 Sukabumi Warnasari 109.44 III 128.95 II 3 ke 2
293 Sukalarang Cimangkok 109.27 III 83.12 III 3 ke 3
294 Sukalarang Prianganjaya 105.27 III 85.13 III 3 ke 3
295 Sukalarang Semplak 99.91 III 91.99 II 3 ke 2
296 Sukalarang Sukalarang 103.12 III 89.89 II 3 ke 2
297 Sukalarang Sukamaju 131.94 II 94.94 II 2 ke 2
298 Sukalarang Titisan 92.42 III 76.64 III 3 ke 3
299 Sukaraja Cisarua 107.89 III 91.43 II 3 ke 2
300 Sukaraja Langensari 98.55 III 81.99 III 3 ke 3
95

Lanjutan 2.c.
1 2 3 4 5 6 7 8
301 Sukaraja Limbangan 116.43 II 95.97 II 2 ke 2
302 Sukaraja Margaluyu 113.57 II 88.22 III 2 ke 3
303 Sukaraja Pasirhalang 138.91 II 137.84 I 2 ke 1
304 Sukaraja Selaawi 115.04 II 111.25 II 2 ke 2
305 Sukaraja Selawangi 79.00 III 85.13 III 3 ke 3
306 Sukaraja Sukamekar 107.67 III 102.94 II 3 ke 2
307 Sukaraja Sukaraja 137.01 II 127.18 II 2 ke 2
308 Surade Buniwangi 85.77 III 102.76 II 3 ke 2
309 Surade Cipeundeuy 82.42 III 103.13 II 3 ke 2
310 Surade Citanglar 98.83 III 88.21 III 3 ke 3
311 Surade Gunung Sungging 87.96 III 60.23 III 3 ke 3
312 Surade Jagamukti 120.26 II 98.88 II 2 ke 2
313 Surade Kedaleman 87.01 III 73.84 III 3 ke 3
314 Surade Pasiripis 118.82 II 94.58 II 2 ke 2
315 Surade Sirnasari 87.80 III 69.41 III 3 ke 3
316 Surade Swakarsa 177.58 I 161.88 I 1 ke 1
317 Surade Wanasari 102.71 III 64.57 III 3 ke 3
318 Tegalbuleud Bangbayang 106.02 III 73.58 III 3 ke 3
319 Tegalbuleud Buniasih 124.13 II 97.97 II 2 ke 2
320 Tegalbuleud Calingcing 114.31 II 72.63 III 2 ke 3
321 Tegalbuleud Nangela 115.54 II 84.45 III 2 ke 3
322 Tegalbuleud Rambay 103.03 III 89.61 III 3 ke 3
323 Tegalbuleud Sumberjaya 99.23 III 87.21 III 3 ke 3
324 Tegalbuleud Tegalbuleud 101.39 III 68.39 III 3 ke 3
325 Waluran Caringin Nunggal 90.46 III 75.53 III 3 ke 3
326 Waluran Sukamukti 109.38 III 72.47 III 3 ke 3
327 Waluran Waluran 108.50 III 65.68 III 3 ke 3
328 Warungkiara Bantarkalong 85.56 III 65.39 III 3 ke 3
329 Warungkiara Bojongkerta 94.94 III 70.81 III 3 ke 3
330 Warungkiara Girijaya 86.33 III 72.57 III 3 ke 3
331 Warungkiara Hegarmanah 80.26 III 58.64 III 3 ke 3
332 Warungkiara Sirnajaya 88.62 III 66.63 III 3 ke 3
333 Warungkiara Ubrug 133.37 II 117.36 II 2 ke 2
334 Warungkiara Warungkiara 171.51 I 135.60 I 1 ke 1
Keterangan : * Terdapat desa yang tidak dianalisis perubahan
hirarki
IPD Hierark IPD Hierarki Keteranga
No Kecamatan Desa
2000 i 2000 2006 2006 n
Bojonggenteng Cipanengah ** 66.74 ** Tidak ada
335 III data
336 Ciemas Mandrajaya ** 66.53 III
337 Ciracap Mekarsari ** 61.36 III
338 Jampang Kulon Karang Mekar ** 76.55 III
339 Surade sukatani ** 70.71 III
340 Waluran Mekarmukti ** 65.41 III
341 Palabuhan Ratu Buniwangi 97.53 III **
96

Lampiran 3. Peta penyebaran Hirarki Desa

3.a. Tahun 2000

3.b. Tahun 2006


97

Lampiran 4 Peta perubahan hirarki wilayah tahun 1997-2006

4.a. Wilayah desa

4.b. Wilayah Kecamatan


98

Lampiran 5 Hasil Analisis Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

IPK Hierarki IPK


Hierarki Perubahan
No KECAMATAN Tahun Tahun tahun
Tahun 2006 Hierarki
2000 2000 2006
1 Bantargadung 58.56 III 49.45 III 3 ke 3
2 Bojonggenteng 69.01 III 92.35 III 3 ke 3
3 Caringin 135.20 II 82.50 III 2 ke 3
4 Cibadak 73.59 III 114.08 II 3 ke 2
5 Cibitung 73.65 III 109.39 II 3 ke 2
6 Cicantayan 91.26 III 109.21 II 3 ke 2
7 Cicurug 197.83 I 143.20 I 1 ke 1
8 Cidadap 53.63 III 81.67 III 3 ke 3
9 Cidahu 107.47 III 82.12 III 3 ke 3
10 Cidolog 82.83 III 83.45 III 3 ke 3
11 Ciemas 83.43 III 88.33 III 3 ke 3
12 Cikakak 105.85 III 88.37 III 3 ke 3
13 Cikembar 170.42 I 102.98 II 1 ke 2
14 Cikidang 109.20 III 64.45 III 3 ke 3
15 Ciracap 58.64 III 78.58 III 3 ke 3
16 Cireunghas 100.00 III 132.63 II 3 ke 2
17 Cisaat 196.65 I 163.71 I 1 ke 1
18 Cisolok 114.70 II 75.92 III 2 ke 3
19 Curugkembar 61.15 III 54.23 III 3 ke 3
20 Gegerbitung 122.92 II 108.34 II 2 ke 2
21 Gunungguruh 118.69 II 148.97 I 2 ke 1
22 Jampang Kulon 207.76 I 112.72 II 1 ke 2
23 Jampang Tengah 110.04 II 65.51 III 2 ke 3
24 Kabandungan 68.68 III 34.09 III 3 ke 3
25 Kadudampit 127.48 II 120.79 II 2 ke 2
26 Kalapanunggal 96.27 III 83.42 III 3 ke 3
27 Kalibunder 98.55 III 69.26 III 3 ke 3
28 Kebon Pedes 133.28 II 110.40 II 2 ke 2
29 Lengkong 74.87 III 76.19 III 3 ke 3
30 Nagrak 169.31 I 62.67 III 1 ke 3
31 Nyalindung 132.97 II 85.49 III 2 ke 3
32 Pabuaran 88.75 III 46.13 III 3 ke 3
33 Parakansalak 125.33 II 115.74 II 2 ke 2
34 Parungkuda 122.40 II 146.90 I 2 ke 1
35 Pelabuhan Ratu 164.45 II 140.51 I 2 ke 1
36 Purabaya 98.35 III 79.15 III 3 ke 3
37 Sagaranten 159.40 II 85.42 III 2 ke 3
38 Simpenan 69.26 III 84.52 III 3 ke 3
39 Sukabumi 129.91 II 144.94 I 2 ke 1
40 Sukalarang 85.03 III 104.79 II 3 ke 2
41 Sukaraja 139.02 II 126.51 II 2 ke 2
42 Surade 112.46 II 103.75 II 2 ke 2
43 Tegalbuleud 80.14 III 72.30 III 3 ke 3
44 Waluran 42.72 III 54.29 III 3 ke 3
45 Warungkiara 96.52 III 74.24 III 3 ke 3
99

Lampiran 6. Peta penyebaran hirarki kecamatan

6.a. Tahun 2000

6.b. Tahun 2006


100

Lampiran 7 Peta Cek Lokasi Penggunaan Lahan


101

Lampiran 8 Titik referensi hasil cek lapangan dan Google Earth

NO X Y PENGGUNAAN KECAMATAN DESA


1 2 3 4 5 6
1 654252 9191147 kebun Ciracap Gunungbatu
2 655155 9184066 Hutan Ciracap Gunungbatu
3 655160 9184164 Hutan Ciracap Gunungbatu
4 655186 9188980 kebun Ciracap Gunungbatu
5 655507 9187620 kebun Ciracap Gunungbatu
6 656526 9189892 kebun Ciracap Gunungbatu
7 656546 9191362 kebun Ciracap Gunungbatu
8 657147 9187754 kebun Ciracap Gunungbatu
9 659309 9203927 tubuh air Ciemas Ciwaru
10 664932 9184446 tubuh air Ciracap Purwasedar
11 666426 9245314 Hutan Cisolok Sirnaresmi
12 666836 9215221 kebun Ciemas Girimukti
13 668273 9215577 kebun Simpenan Cihaur
14 669279 9246274 Hutan Cisolok Sirnaresmi
15 669502 9217312 kebun Simpenan Loji
16 669670 9228376 kebun Pelabuhan Ratu Citepus
17 670432 9224551 Permukiman Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu
18 670858 9228828 kebun Pelabuhan Ratu Citepus
19 671341 9244370 Hutan Ciakak Sirnarasa
20 671442 9227457 Permukiman Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu
21 671784 9222188 kebun Simpenan Cidadap
22 672005 9243167 Hutan Kabandungan Mekarjaya
23 672221 9240325 Hutan Cikidang Cikiray
24 672400 9226115 kebun Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu
25 672773 9229416 Hutan Pelabuhan Ratu Citepus
26 673080 9223346 kebun Simpenan Cidadap
27 673096 9224387 Permukiman Simpenan Cidadap
28 673512 9224040 Sawah Simpenan Cidadap
29 673606 9239370 Hutan Cikidang Cikiray
30 673738 9221192 kebun Simpenan Loji
31 673895 9221955 Sawah Simpenan Cidadap
32 673912 9227050 Hutan Pelabuhan Ratu Citarik
33 673995 9225784 Semak Belukar Pelabuhan Ratu Citarik
34 674091 9224758 Semak Belukar Pelabuhan Ratu Citarik
35 674278 9223246 kebun Simpenan Cidadap
36 674678 9241981 Hutan Kabandungan Mekarjaya
37 674844 9222350 kebun Simpenan Cidadap
38 675044 9244692 Hutan Kabandungan Mekarjaya
39 675467 9225391 Permukiman Pelabuhan Ratu Citarik
40 675541 9226399 kebun Pelabuhan Ratu Citarik
41 676637 9224959 Hutan Simpenan Tonjong
42 677696 9225562 kebun Simpenan Tonjong
43 678316 9224307 Sawah Simpenan Tonjong
44 678667 9225357 kebun Simpenan Tonjong
45 678757 9229538 kebun Pelabuhan Ratu Pasirsuren
46 678957 9225900 kebun Simpenan Tonjong
47 679082 9230472 kebun Pelabuhan Ratu Pasirsuren
48 679297 9195479 Semak Belukar Jampang Kulon Nagraksari
49 679336 9183819 kebun Cibitung Cibitung
50 679494 9197222 Permukiman Jampang Kulon Jampang Kulon
51 680130 9180906 Hutan Cibitung Cibitung
52 680644 9187431 Hutan Cibitung Cibodas
53 680762 9186466 kebun Cibitung Cibitung
54 681960 9195105 Hutan Jampang Kulon Mekarjaya
55 682202 9197045 kebun Jampang Kulon Boregahindah
56 682359 9186542 kebun Cibitung Cibitung
57 682445 9185964 kebun Cibitung Cibitung
58 683171 9194616 kebun Jampang Kulon Mekarjaya
59 685469 9179226 tubuh air Tegalbuleud Buniasih
60 696378 9242901 Semak Belukar Nagrak Munjul
102

Lanjutan Lampiran 8

1 2 3 4 5 6
61 696433 9238476 Permukiman Cibadak Cibadak
62 696607 9240816 Semak Belukar Nagrak Munjul
63 696624 9240520 kebun Nagrak Balekambang
64 696716 9237949 Permukiman Cibadak Cibadak
65 696803 9244131 kebun Nagrak Munjul
66 696954 9237582 Permukiman Cibadak Cibadak
67 696963 9239059 Permukiman Nagrak Balekambang
68 698010 9177891 tubuh air Tegalbuleud Tegalbuleud
69 700167 9237501 Permukiman Caringin Karangtengah
70 700452 9235765 Hutan Cicantayan Hegarmanah
71 701061 9235348 Hutan Cicantayan Hegarmanah
72 701119 9235821 Hutan Caringin Batununggal
73 701292 9236266 tegalan Caringin Batununggal
74 701390 9235953 Semak Belukar Caringin Batununggal
75 701503 9234915 Hutan Cicantayan Hegarmanah
76 701737 9245893 kebun Nagrak Cihanjawar
77 701888 9235738 Hutan Caringin Batununggal
78 702370 9236545 Sawah Caringin Batununggal
79 702509 9235256 Hutan Caringin Batununggal
80 702625 9234427 Hutan Cicantayan Cicantayan
81 702702 9234773 Hutan Caringin Batununggal
82 702928 9236561 Sawah Cicantayan Lembursawah
83 703220 9248447 tegalan Nagrak Wangunjaya
84 703528 9235240 Semak Belukar Cicantayan Lembursawah
85 703855 9246739 Hutan Nagrak Ginanjar
86 703876 9235915 kebun Cicantayan Cijalingan
87 704094 9234696 Semak Belukar Cicantayan Cicantayan
88 704344 9236724 Permukiman Cicantayan Cijalingan
89 704363 9248298 Hutan Nagrak Wangunjaya
90 704547 9235046 kebun Cicantayan Cimahi
91 704615 9235188 tegalan Cicantayan Cimahi
92 704971 9235508 Sawah Cicantayan Cimahi
93 705054 9231154 tegalan Gunungguruh Kebonmanggu
94 705336 9235458 Sawah Cicantayan Cimahi
95 705354 9233745 Sawah Cicantayan Cicantayan
96 705389 9248857 Hutan Nagrak Wangunjaya
97 705540 9235326 Permukiman Cicantayan Cimahi
98 705542 9247405 Hutan Nagrak Wangunjaya
99 705735 9230650 Semak Belukar Gunungguruh Kebonmanggu
100 705813 9245127 kebun Nagrak Pawenang
101 706096 9232812 Semak Belukar Gunungguruh Cibolang
102 706224 9244136 tegalan Nagrak Kalaparea
103 706325 9235116 kebun Cisaat Padaasih
104 706522 9233811 Sawah Gunungguruh Cibolang
105 706589 9235027 Permukiman Cisaat Padaasih
106 707054 9234511 Sawah Cisaat Padaasih
107 707367 9235234 kebun Cisaat Cibatu
108 707390 9245165 tegalan Nagrak Pawenang
109 707642 9248284 Hutan Nagrak Pawenang
110 707691 9233370 Permukiman Gunungguruh Cibolang
111 707785 9235404 Sawah Cisaat Cibatu
112 708068 9236692 Permukiman Cisaat Nagrak
113 708290 9244670 tegalan Caringin Cikembang
114 708327 9236015 Permukiman Cisaat Cibatu
115 708704 9230773 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
116 708709 9249545 Hutan Nagrak Wangunjaya
117 708742 9246282 Hutan Caringin Sukamulya
118 708781 9244838 Hutan Caringin Sukamulya
119 709122 9236071 Permukiman Cisaat Sukamanah
120 709629 9229818 Sawah Gunungguruh Gunungguruh
103

Lanjutan Lampiran 8

1 2 3 4 5 6
121 709716 9229027 Permukiman Nyalindung Wangunreja
122 709958 9229642 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
123 710083 9230045 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
124 710161 9248143 Hutan Caringin Sukamulya
125 710500 9231141 Permukiman Gunungguruh Gunungguruh
126 710775 9236281 Sawah Cisaat Sukaresmi
127 710859 9231549 Sawah Gunungguruh Cikujang
128 710891 9234949 Permukiman Cisaat Sukamantri
129 711160 9235925 kebun Cisaat Sukaresmi
130 711178 9235546 Permukiman Cisaat Sukamanah
131 711259 9232073 Sawah Kota Sukabumi
132 711317 9231049 Permukiman Kota Sukabumi
133 711587 9234613 Permukiman Cisaat Sukamantri
134 711930 9230619 Sawah Kota Sukabumi
135 712120 9236179 Sawah Sukabumi Parungseah
136 712132 9248163 Hutan Kadudampit Cikahuripan
137 712213 9229442 Sawah Nyalindung Wangunreja
138 712329 9237731 Semak Belukar Sukabumi Parungseah
139 712348 9237136 Sawah Sukabumi Parungseah
140 712376 9236057 Permukiman Sukabumi Parungseah
141 712386 9234150 Permukiman Kota Sukabumi
142 712458 9244407 tubuh air Kadudampit Sukamanis
143 712521 9231837 Permukiman Kota Sukabumi
144 712735 9243954 Hutan Kadudampit Sukamanis
145 712767 9235993 Semak Belukar Sukabumi Parungseah
146 712773 9238557 Permukiman Sukabumi Parungseah
147 712995 9239142 kebun Sukabumi Parungseah
148 713075 9245299 Hutan Kadudampit Sukamaju
149 713115 9233762 Permukiman Kota Sukabumi
150 713157 9230142 Sawah Kota Sukabumi
151 713220 9236693 Permukiman Sukabumi Parungseah
152 713252 9227716 Hutan Nyalindung Bojongkalong
153 713447 9232429 Permukiman Kota Sukabumi
154 713642 9233458 Sawah Kota Sukabumi
155 713849 9232623 Permukiman Kota Sukabumi
156 714047 9234392 Permukiman Kota Sukabumi
157 714096 9230447 Sawah Kota Sukabumi
158 714211 9237634 Permukiman Sukabumi Warnasari
159 714241 9236859 Permukiman Sukabumi Warnasari
160 714396 9238171 Permukiman Sukabumi Warnasari
161 714426 9238590 Permukiman Sukabumi Warnasari
162 714712 9229950 Permukiman Kebon Pedes Sasagaran
163 714819 9233228 Sawah Kebon Pedes Cikaret
164 715473 9241315 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
165 715730 9240901 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
166 715801 9238743 kebun Sukaraja Sukamekar
167 715821 9240723 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
168 715853 9241156 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
169 715952 9233973 Permukiman Kebon Pedes Cikaret
170 716340 9238794 tegalan Sukaraja Sukamekar
171 716441 9240549 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
172 716562 9241167 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
173 716711 9222724 Hutan Nyalindung Mekarsari
174 716734 9234623 Permukiman Sukaraja Pasirhalang
175 716775 9238304 Semak Belukar Sukaraja Sukamekar
176 716888 9241262 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
177 717074 9235055 Permukiman Sukaraja Sukaraja
178 717184 9240699 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
179 717205 9240431 kebun Sukabumi Sudajaya Girang
180 717287 9241596 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
104

Lanjutan Lampiran 8

1 2 3 4 5 6
181 717459 9223290 Hutan Nyalindung Mekarsari
182 717722 9240746 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
183 717833 9241532 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
184 717911 9240878 tegalan Sukabumi Sudajaya Girang
185 718261 9232002 Sawah Kebon Pedes Bojongsawah
186 718468 9235251 Sawah Sukaraja Pasirhalang
187 718675 9234175 Sawah Sukaraja Selawangi
188 718930 9232969 Semak Belukar Kebon Pedes Kebonpedes
189 719233 9234174 Permukiman Sukaraja Selawangi
190 719742 9233396 Sawah Cireunghas Cipurut
191 720057 9231836 Sawah Cireunghas Cipurut
192 720375 9224537 Hutan Gegerbitung Ciengang
193 720729 9225224 Semak Belukar Gegerbitung Ciengang
194 721032 9224970 Hutan Gegerbitung Ciengang
195 721128 9242969 Hutan Sukalarang Sukalarang
196 721328 9225311 Hutan Gegerbitung Ciengang
197 721385 9226028 Hutan Gegerbitung Cijurey
198 721496 9233939 Sawah Cireunghas Tegalpanjang
199 721747 9226578 Hutan Gegerbitung Cijurey
200 721774 9225015 Hutan Gegerbitung Ciengang
201 721893 9222225 Hutan Gegerbitung Ciengang
202 722150 9232440 Sawah Cireunghas Cireunghas
203 722243 9241168 Semak Belukar Sukalarang Sukalarang
204 722344 9222765 tegalan Gegerbitung Sukamanah
205 722467 9239891 Semak Belukar Sukalarang Titisan
206 722742 9242175 Semak Belukar Sukalarang Sukalarang
207 723077 9239015 Permukiman Sukalarang Cimangkok
208 723966 9227319 Sawah Gegerbitung Gegerbitung
209 724029 9236231 kebun Sukalarang Semplak
210 724188 9238769 tubuh air Sukalarang Cimangkok
211 724188 9238769 tubuh air Sukalarang Cimangkok
212 724628 9236594 Hutan Sukalarang Semplak
213 725036 9229976 Sawah Gegerbitung Caringin
214 725142 9222748 Hutan Gegerbitung Sukamanah
215 725267 9223804 Hutan Gegerbitung Sukamanah
216 725414 9223099 Hutan Gegerbitung Sukamanah
217 726367 9236656 Hutan Sukalarang Semplak
218 726399 9233218 Semak Belukar Cireunghas Bencoy
219 726471 9232914 kebun Cireunghas Bencoy
105

Lampiran 9 Akurasi dan nilai kappa hasil kalsifikasi citra Landsat Sukabumi

9.a path/row 122_165 tahun 1997


Reference Data

Producers Accuracy
Reference Totals

Classified Totals

Number Correct

Accuracy Users
Semak Belukar
Permukiman
Background

Kappa
Tubuh Air
Tegalan

Unclass
Sawah
Kebun
Hutan

Background 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 --- --- 1


Hutan 0 48 3 0 0 3 1 0 0 53 55 48 90.57% 87.27% 0.8323
Kebun 0 3 42 0 2 1 3 1 0 46 52 42 91.30% 80.77% 0.7569
Permukiman 0 0 0 6 0 0 0 0 0 9 6 6 66.67% 100.00% 1
Semak
Belukar 0 0 0 3 51 0 0 1 0 56 55 51 91.07% 92.73% 0.9024
Tegalan 0 1 0 0 0 23 0 0 0 28 24 23 82.14% 95.83% 0.9523
Sawah 0 0 0 0 1 0 18 0 0 22 19 18 81.82% 94.74% 0.9415
Tubuh Air 0 0 0 0 0 0 0 3 0 5 3 3 60.00% 100.00% 1
Unclass 0 1 1 0 2 1 0 0 0 0 5 0 --- --- 0
Total 1 53 46 9 56 28 22 5 0 220 220 192
Overall Classification Accuracy = 87.27%
Overall Kappa Statistics = 0.8415

9.b path/row 122_165 tahun 2006


Reference Data
Tubuh Air
Hutan

Kebun

Tegalan

Sawah
Background

Permukiman

Unclass
Semak Belukar

Producers Accuracy
Reference Totals

Classified Totals

Number Correct

Accuracy Users

Kappa
Classified Data

Background 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 --- --- 1


Hutan 0 48 3 1 1 0 1 0 0 52 54 48 92.31% 88.89% 0.8545
Kebun 0 3 43 1 1 1 1 0 0 48 50 43 89.58% 86.00% 0.8209
Permukiman 0 0 0 43 1 2 1 0 0 45 47 43 95.56% 91.49% 0.893
Semak Belukar 0 0 0 0 14 2 0 0 0 19 16 14 73.68% 87.50% 0.8632
Tegalan 0 0 1 0 0 10 0 0 0 16 11 10 62.50% 90.91% 0.902
Sawah 0 0 0 0 0 1 29 0 0 32 30 29 90.63% 96.67% 0.961
Tubuh Air 0 0 0 0 0 0 0 7 0 7 7 7 100.00% 100.00% 1
Unclass 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 4 0 --- --- 0
Total 1 52 48 45 19 16 32 7 0 220 220 195
Overall Classification Accuracy = 88.64%
Overall Kappa Statistics = 0.8611
106

Lampiran 10 Nilai Location Quotien Perubahan Penggunaan Lahan

10.a Perubahan Hutan menjadi penggunaan lain


Perubahan Hutan ke- (ha)
Luas
No Kecamatan Permuki - Semak LQ
Kebun Tegalan Sawah Jumlah Kecamatan
man Belukar
(ha)
1 Bantargadung 2 7 71 80 7578 0.1
2 Bojonggenteng 3 3 6 1811 0.0
3 Caringin 266 24 39 329 4595 0.8
4 Ciakak 1017 1 83 378 33 1512 11301 1.5
5 Cibadak 17 6 31 17 70 5429 0.1
6 Cibitung 1329 283 221 1834 8888 2.3
7 Cicantayan 8 17 1 27 3151 0.1
8 Cicurug 23 92 7 73 196 5091 0.4
9 Cidadap 337 151 63 6 557 8591 0.7
10 Cidahu 80 113 4 198 3552 0.6
11 Cidolog 169 12 273 454 9581 0.5
12 Ciemas 5901 467 524 11 6904 30447 2.5
13 Cikembar 66 12 40 57 175 8897 0.2
14 Cikidang 356 4 90 353 803 15479 0.6
15 Ciracap 193 7 21 222 14863 0.2
16 Cireunghas 11 9 23 42 3072 0.2
17 Cisaat 20 6 5 14 45 2163 0.2
18 Cisolok 1856 3 112 489 4 2464 17367 1.6
19 Curugkembar 18 4 5 0 26 5600 0.1
20 Gegerbitung 3 9 12 6776 0.0
21 Gunungguruh 12 3 3 5 23 2497 0.1
22 Jampang Kulon 1449 14 193 0 1656 12533 1.5
23 Jampang Tengah 348 166 321 835 19859 0.5
24 Kabandungan 363 62 472 15 913 13684 0.7
25 Kadudampit 280 1 79 361 7008 0.6
26 Kalapanunggal 5 31 36 4960 0.1
27 Kalibunder 901 9 251 2 1164 8623 1.5
28 Kebon Pedes 3 17 20 1021 0.2
29 Lengkong 2864 110 543 3518 14663 2.7
30 Nagrak 119 12 39 163 333 12479 0.3
31 Nyalindung 3 4 28 69 2 105 10439 0.1
32 Pabuaran 747 61 283 13 1104 11578 1.1
33 Parakansalak 4 1 112 117 3697 0.4
34 Parungkuda 7 1 7 22 37 2653 0.2
35 Pelabuhan Ratu 22 14 1 124 161 8314 0.2
36 Purabaya 10 23 58 9 100 11622 0.1
37 Sagaranten 79 65 18 2 164 11310 0.2
38 Simpenan 4420 14 293 1 4727 17682 3.0
39 Sukabumi 7 16 23 3002 0.1
40 Sukalarang 92 14 13 54 173 3117 0.6
41 Sukaraja 260 10 11 10 290 4203 0.8
42 Surade 16 23 39 11942 0.0
43 Tegalbuleud 2083 5 130 387 2606 25563 1.1
44 Waluran 1481 19 113 1612 9915 1.8
45 Warungkiara 875 63 9 6 954 9511 1.1
28090 256 2166 6412 103 37027 416105
107

10.b. Perubahan Lahan menjadi kebun


Luas kebun dari Perubahan - (ha) Luas
No Kecamatan Semak Kecamatan LQ
Hutan Tegalan Jumlah (ha)
Belukar
Bantargadung 2 257 431 690 7578 0.4
Bojonggenteng 15 177 192 1811 0.5
Caringin 266 11 46 323 4595 0.3
Ciakak 1017 202 574 1793 11301 0.7
Cibadak 17 146 219 382 5429 0.3
Cibitung 1329 752 289 2369 8888 1.3
Cicantayan 8 5 34 47 3151 0.1
Cicurug 23 169 236 428 5091 0.4
Cidadap 337 2054 339 2730 8591 1.5
Cidahu 80 41 104 225 3552 0.3
Cidolog 169 1740 138 2048 9581 1.0
Ciemas 5901 4963 1952 12817 30447 2.0
Cikembar 66 845 67 978 8897 0.5
Cikidang 356 689 747 1793 15479 0.5
Ciracap 193 5870 1093 7156 14863 2.3
Cireunghas 11 2 4 16 3072 0.0
Cisaat 20 21 41 2163 0.1
Cisolok 1856 858 1055 3768 17367 1.0
Curugkembar 18 155 216 389 5600 0.3
Gegerbitung 279 102 382 6776 0.3
Gunungguruh 12 136 27 176 2497 0.3
Jampang Kulon 1449 2252 563 4265 12533 1.6
Jampang Tengah 348 1467 205 2020 19859 0.5
Kabandungan 363 91 631 1086 13684 0.4
Kadudampit 280 6 31 317 7008 0.2
Kalapanunggal 161 350 511 4960 0.5
Kalibunder 901 1392 337 2630 8623 1.4
Kebon Pedes 14 14 28 1021 0.1
Lengkong 2864 801 778 4443 14663 1.4
Nagrak 119 259 518 896 12479 0.3
Nyalindung 3 196 616 814 10439 0.4
Pabuaran 747 2094 263 3104 11578 1.3
Parakansalak 4 45 195 244 3697 0.3
Parungkuda 7 59 130 196 2653 0.3
Pelabuhan Ratu 22 388 521 932 8314 0.5
Purabaya 10 799 691 1500 11622 0.6
Sagaranten 79 1325 374 1778 11310 0.7
Simpenan 4420 863 965 6248 17682 1.7
Sukabumi 1 105 106 3002 0.2
Sukalarang 92 33 17 141 3117 0.2
Sukaraja 260 4 35 299 4203 0.3
Surade 3202 836 4037 11942 1.6
Tegalbuleud 2083 4345 1235 7664 25563 1.4
Waluran 1481 1915 590 3985 9915 1.9
Warungkiara 875 775 473 2123 9511 1.1
Jumlah 28090 41676 18344 88110 416105
108

10.c. Perubahan Lahan menjadi menjadi permukiman

Luas permukiman dari Perubahan - (ha) Luas


No Kecamatan Semak Kecamatan LQ
Hutan Kebun Tegalan Sawah Jumlah
Belukar (ha)
1 Bantargadung 13 0 5 5 22 7578 0.2
2 Bojonggenteng 3 14 1 5 22 1811 0.8
3 Caringin 12 5 20 126 162 4595 2.4
4 Ciakak 1 0 0 1 11301 0.0
5 Cibadak 6 22 128 155 5429 2.0
6 Cibitung 19 38 30 87 8888 0.7
7 Cicantayan 12 1 166 180 3151 3.9
8 Cicurug 92 168 3 13 448 725 5091 9.8
9 Cidadap 25 6 5 33 69 8591 0.6
10 Cidahu 12 47 5 45 110 3552 2.1
11 Cidolog 11 1 5 17 9581 0.1
12 Ciemas 2 19 11 20 53 30447 0.1
13 Cikembar 12 55 7 10 199 283 8897 2.2
14 Cikidang 4 14 5 3 26 15479 0.1
15 Ciracap 10 15 79 104 14863 0.5
16 Cireunghas 37 37 3072 0.8
17 Cisaat 6 12 3 197 217 2163 6.9
18 Cisolok 3 4 5 3 95 110 17367 0.4
19 Curugkembar 29 19 48 5600 0.6
20 Gegerbitung 3 13 1 17 6776 0.2
21 Gunungguruh 3 45 28 15 165 256 2497 7.1
22 Jampang Kulon 1 30 72 103 12533 0.6
23 Jampang Tengah 20 19 27 20 86 19859 0.3
24 Kabandungan 9 4 13 13684 0.1
25 Kadudampit 48 1 42 91 7008 0.9
26 Kalapanunggal 4 5 10 4960 0.1
27 Kalibunder 0 0 0 0 0 0 8623 0.0
28 Kebon Pedes 33 60 93 1021 6.3
29 Lengkong 3 3 6 14663 0.0
30 Nagrak 12 87 23 11 144 276 12479 1.5
31 Nyalindung 4 4 10 18 10439 0.1
32 Pabuaran 4 11 15 11578 0.1
33 Parakansalak 1 22 5 29 57 3697 1.1
34 Parungkuda 1 15 3 4 227 249 2653 6.5
35 Pelabuhan Ratu 14 21 23 11 158 227 8314 1.9
36 Purabaya 9 2 3 14 11622 0.1
37 Sagaranten 12 6 9 26 11310 0.2
38 Simpenan 73 19 14 107 213 17682 0.8
39 Sukabumi 76 50 125 3002 2.9
40 Sukalarang 14 110 29 278 430 3117 9.5
41 Sukaraja 10 139 17 554 720 4203 11.8
42 Surade 49 137 21 227 435 11942 2.5
43 Tegalbuleud 5 25 1 31 25563 0.1
44 Waluran 5 5 9915 0.0
45 Warungkiara 63 5 8 12 89 9511 0.6
Jumlah 256 1262 474 242 3801 6035 416105
109

10.d. Perubahan semak belukar menjadi penggunaan lain

Perubahan Semak ke- (ha) Luas


No Kecamatan Permu- Kecamatan LQ
Hutan Kebun Tegalan Sawah Jumlah
kiman (ha)
1 Bantargadung 7 257 0 4 1 268 7578 0.3
2 Bojonggenteng 6 15 1 21 1811 0.1
3 Caringin 11 5 16 4595 0.0
4 Ciakak 38 202 0 28 268 11301 0.2
5 Cibadak 146 317 463 5429 0.7
6 Cibitung 27 752 38 38 2 857 8888 0.8
7 Cicantayan 5 20 25 3151 0.1
8 Cicurug 10 169 3 25 208 5091 0.3
9 Cidadap 365 2054 6 285 2 2712 8591 2.6
10 Cidahu 41 47 0 0 89 3552 0.2
11 Cidolog 648 1740 1 312 2702 9581 2.3
12 Ciemas 4 4963 19 7 13 5007 30447 1.3
13 Cikembar 4 845 7 122 978 8897 0.9
14 Cikidang 18 689 5 137 0 849 15479 0.4
15 Ciracap 5870 15 6 5891 14863 3.2
16 Cireunghas 2 62 63 3072 0.2
17 Cisaat 0 0 0 0 0 2163 0.0
18 Cisolok 18 858 5 79 960 17367 0.4
19 Curugkembar 263 155 12 430 5600 0.6
20 Gegerbitung 104 279 150 533 6776 0.6
21 Gunungguruh 136 28 6 171 2497 0.6
22 Jampang Kulon 331 2252 30 76 6 2695 12533 1.8
23 Jampang Tengah 247 1467 19 257 2 1992 19859 0.8
24 Kabandungan 46 91 27 164 13684 0.1
25 Kadudampit 10 6 16 7008 0.0
26 Kalapanunggal 161 158 0 319 4960 0.5
27 Kalibunder 664 1392 147 0 2203 8623 2.1
28 Kebon Pedes 14 7 20 1021 0.2
29 Lengkong 45 801 265 1 1112 14663 0.6
30 Nagrak 35 259 23 267 584 12479 0.4
31 Nyalindung 109 196 95 5 405 10439 0.3
32 Pabuaran 319 2094 11 626 1 3052 11578 2.1
33 Parakansalak 11 45 5 4 66 3697 0.1
34 Parungkuda 59 3 68 0 130 2653 0.4
35 Pelabuhan Ratu 0 388 23 4 1 416 8314 0.4
36 Purabaya 255 799 2 129 1 1188 11622 0.8
37 Sagaranten 353 1325 6 76 2 1762 11310 1.3
38 Simpenan 19 863 19 10 1 912 17682 0.4
39 Sukabumi 1 23 23 3002 0.1
40 Sukalarang 10 33 138 181 3117 0.5
41 Sukaraja 4 84 87 4203 0.2
42 Surade 3202 137 6 7 3352 11942 2.3
43 Tegalbuleud 449 4345 1 279 4 5077 25563 1.6
44 Waluran 63 1915 5 40 0 2023 9915 1.7
45 Warungkiara 20 775 8 21 0 825 9511 0.7
Jumlah 4497 41676 474 4412 55 51114 416105
110

10.e. Perubahan lahan menjadi tegalan


Luas Tegalan dari Perubahan - (ha) Luas
No Kecamatan
Hutan Kebun
Semak
Sawah Jumlah
Kecamatan LQ
Belukar (Ha)
1 Bantargadung 71 779 4 853 7578 1.7
2 Bojonggenteng 3 199 202 1811 1.7
3 Caringin 39 85 3 127 4595 0.4
4 Ciakak 378 137 28 542 11301 0.7
5 Cibadak 17 429 317 3 766 5429 2.1
6 Cibitung 221 89 38 349 8888 0.6
7 Cicantayan 1 171 20 192 3151 0.9
8 Cicurug 73 208 25 31 337 5091 1.0
9 Cidadap 63 215 285 563 8591 1.0
10 Cidahu 113 129 0 11 254 3552 1.1
11 Cidolog 273 479 312 1064 9581 1.7
12 Ciemas 524 164 7 695 30447 0.3
13 Cikembar 57 674 122 4 858 8897 1.4
14 Cikidang 353 1373 137 1863 15479 1.8
15 Ciracap 21 9 30 14863 0.0
16 Cireunghas 23 112 62 196 3072 1.0
17 Cisaat 14 26 38 78 2163 0.5
18 Cisolok 489 131 79 699 17367 0.6
19 Curugkembar 5 36 12 53 5600 0.1
20 Gegerbitung 9 671 150 829 6776 1.8
21 Gunungguruh 5 127 6 6 145 2497 0.9
22 Jampang Kulon 193 88 76 357 12533 0.4
23 Jampang Tengah 321 1768 257 0 2346 19859 1.8
24 Kabandungan 472 228 27 4 731 13684 0.8
25 Kadudampit 79 185 16 280 7008 0.6
26 Kalapanunggal 31 296 158 485 4960 1.5
27 Kalibunder 251 133 147 532 8623 0.9
28 Kebon Pedes 17 45 7 68 1021 1.0
29 Lengkong 543 1054 265 1863 14663 1.9
30 Nagrak 163 487 267 1 917 12479 1.1
31 Nyalindung 69 1137 95 20 1321 10439 1.9
32 Pabuaran 283 554 626 1463 11578 1.9
33 Parakansalak 112 359 4 9 484 3697 2.0
34 Parungkuda 22 209 68 299 2653 1.7
35 Pelabuhan Ratu 124 509 4 637 8314 1.1
36 Purabaya 58 417 129 605 11622 0.8
37 Sagaranten 18 201 76 295 11310 0.4
38 Simpenan 293 1236 10 1539 17682 1.3
39 Sukabumi 16 163 23 201 3002 1.0
40 Sukalarang 54 93 138 286 3117 1.4
41 Sukaraja 10 130 84 224 4203 0.8
42 Surade 23 75 6 104 11942 0.1
43 Tegalbuleud 387 415 279 1081 25563 0.6
44 Waluran 113 83 40 235 9915 0.4
45 Warungkiara 6 733 21 4 764 9511 1.2
Jumlah 6412 16840 4412 150 27814 416105
111

10.f. Perubahan sawah menjadi penggunaan lain


Luas Perubahan Sawah ke- (ha)
Luas
No Kecamatan Semak Kecamatan LQ
Permukiman Tegalan Jumlah
Belukar (ha)
1 Bantargadung 5 5 7578 0.1
2 Bojonggenteng 5 5 1811 0.3
3 Caringin 126 3 128 4595 2.9
4 Cikakak 11301 0.0
5 Cibadak 128 3 131 5429 2.5
6 Cibitung 30 30 8888 0.4
7 Cicantayan 166 166 3151 5.5
8 Cicurug 448 31 479 5091 9.9
9 Cidadap 33 33 8591 0.4
10 Cidahu 45 11 56 3552 1.7
11 Cidolog 9581 0.0
12 Ciemas 20 20 30447 0.1
13 Cikembar 199 4 203 8897 2.4
14 Cikidang 3 3 15479 0.0
15 Ciracap 79 79 14863 0.6
16 Cireunghas 37 37 3072 1.3
17 Cisaat 197 38 235 2163 11.4
18 Cisolok 95 95 17367 0.6
19 Curugkembar 19 19 5600 0.4
20 Gegerbitung 1 1 6776 0.0
21 Gunungguruh 165 6 171 2497 7.2
22 Jampang Kulon 72 72 12533 0.6
23 Jampang Tengah 20 0 20 19859 0.1
24 Kabandungan 4 4 13684 0.0
25 Kadudampit 42 16 57 7008 0.9
26 Kalapa nunggal 4960 0.0
27 Kalibunder 8623 0.0
28 Kebon Pedes 60 60 1021 6.2
29 Lengkong 14663 0.0
30 Nagrak 144 1 145 12479 1.2
31 Nyalindung 10 20 30 10439 0.3
32 Pabuaran 11578 0.0
33 Parakansalak 29 9 38 3697 1.1
34 Parungkuda 227 227 2653 9.0
35 Pelabuhan Ratu 158 158 8314 2.0
36 Purabaya 3 3 11622 0.0
37 Sagaranten 9 9 11310 0.1
38 Simpenan 107 107 17682 0.6
39 Sukabumi 50 50 3002 1.7
40 Sukalarang 278 278 3117 9.4
41 Sukaraja 554 8 563 4203 14.1
42 Surade 227 227 11942 2.0
43 Tegalbuleud 25563 0.0
44 waluran 9915 0.0
45 Warungkiara 12 4 16 9511 0.2
Jumlah 3801 8 150 3959 416105
112

Lampiran 11 Hasil perhitungan SSA penggunaan lahan tahun 1997-2006

Kab. Sukabumi Bantargadung Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 261.7 636.5 -0.128 1.432 1.560
Kebun 156870 201850 5585.4 4432.8 0.287 -0.206 -0.493
Pemukiman 3295 9330 23.1 45.4 1.831 0.965 -0.867
Semakbelukar 67166 29492 483.7 895.2 -0.561 0.851 1.412
Tegalan 49452 52698 660.2 1004.2 0.066 0.521 0.455
Sawah 37041 33282 556.5 514.2 -0.101 -0.076 0.026
Tubuh Air 911 1032 7.1 49.4 0.133 5.927 5.794
Total 416105 416105 7577.9 7577.9 1.5 9.4 7.9

Kab. Sukabumi Bojonggenteng Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 25.3 142.4 -0.128 4.641 4.768
Kebun 156870 201850 1022.3 728.7 0.287 -0.287 -0.574
Pemukiman 3295 9330 14.5 36.1 1.831 1.489 -0.343
Semakbelukar 67166 29492 127.7 282.4 -0.561 1.210 1.771
Tegalan 49452 52698 404.0 404.9 0.066 0.002 -0.063
Sawah 37041 33282 217.1 216.4 -0.101 -0.003 0.098
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 1810.9 1810.9 1.5 7.1 5.5

Kab. Sukabumi Caringin Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1184.0 883.8 -0.128 -0.254 -0.126
Kebun 156870 201850 1038.8 1107.6 0.287 0.066 -0.220
Pemukiman 3295 9330 22.2 183.7 1.831 7.271 5.440
Semakbelukar 67166 29492 65.5 243.0 -0.561 2.708 3.269
Tegalan 49452 52698 415.6 436.4 0.066 0.050 -0.016
Sawah 37041 33282 1868.3 1740.0 -0.101 -0.069 0.033
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 4594.5 4594.5 1.5 9.8 8.2
Kab. Sukabumi Cikakak Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 5474.4 4025.2 -0.128 -0.265 -0.137
Kebun 156870 201850 3388.0 4867.2 0.287 0.437 0.150
Pemukiman 3295 9330 14.1 15.4 1.831 0.093 -1.739
Semakbelukar 67166 29492 304.0 376.3 -0.561 0.238 0.799
Tegalan 49452 52698 1374.3 1235.7 0.066 -0.101 -0.166
Sawah 37041 33282 732.3 758.3 -0.101 0.035 0.137
Tubuh Air 911 1032 13.8 22.7 0.133 0.645 0.512
Total 416105.5 416105.5 11301.0 11301.0 1.6 1.1 -0.4
113

Lanjutan lampiran 11

Kab. Sukabumi Cibadak Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 157.1 177.4 -0.128 0.130 0.257
Kebun 156870 201850 3048.8 2361.2 0.287 -0.226 -0.512
Pemukiman 3295 9330 243.8 398.9 1.831 0.637 -1.194
Semakbelukar 67166 29492 882.1 1040.6 -0.561 0.180 0.741
Tegalan 49452 52698 744.8 1229.4 0.066 0.651 0.585
Sawah 37041 33282 352.6 221.6 -0.101 -0.372 -0.270
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 5429.2 5429.2 1.4 1.0 -0.4

Kab. Sukabumi Cibitung Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 3376.3 2033.2 -0.128 -0.398 -0.270
Kebun 156870 201850 2704.8 4442.4 0.287 0.642 0.356
Pemukiman 3295 9330 58.4 145.7 1.831 1.496 -0.335
Semakbelukar 67166 29492 1352.6 900.2 -0.561 -0.335 0.226
Tegalan 49452 52698 572.9 574.5 0.066 0.003 -0.063
Sawah 37041 33282 718.3 711.1 -0.101 -0.010 0.091
Tubuh Air 911 1032 104.2 80.5 0.133 -0.228 -0.361
Total 416105 416105 8887.9 8887.9 1.5 1.2 -0.4

Kab. Sukabumi Cicantayan Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 479.2 474.1 -0.128 -0.010 0.117
Kebun 156870 201850 1016.0 628.6 0.287 -0.381 -0.668
Pemukiman 3295 9330 53.0 232.7 1.831 3.391 1.560
Semakbelukar 67166 29492 181.9 488.4 -0.561 1.685 2.246
Tegalan 49452 52698 419.3 491.7 0.066 0.173 0.107
Sawah 37041 33282 1001.4 835.1 -0.101 -0.166 -0.065
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 3150.7 3150.7 1.5 4.7 3.2

Kab. Sukabumi Cicurug Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1557.6 1421.5 -0.128 -0.087 0.040
Kebun 156870 201850 1536.5 1384.3 0.287 -0.099 -0.386
Pemukiman 3295 9330 208.4 933.1 1.831 3.477 1.645
Semakbelukar 67166 29492 210.1 243.9 -0.561 0.160 0.721
Tegalan 49452 52698 591.8 600.4 0.066 0.015 -0.051
Sawah 37041 33282 985.3 506.6 -0.101 -0.486 -0.384
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 5090.8 5090.8 1.5 3.0 1.5
114

Lanjutan Lampiran 11
Kab. Sukabumi Cidadap Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1287.3 1983.4 -0.128 0.541 0.669
Kebun 156870 201850 2454.7 4126.8 0.287 0.681 0.394
Pemukiman 3295 9330 31.3 100.7 1.831 2.219 0.388
Semakbelukar 67166 29492 3599.8 1131.7 -0.561 -0.686 -0.125
Tegalan 49452 52698 775.4 830.7 0.066 0.071 0.006
Sawah 37041 33282 421.3 396.4 -0.101 -0.059 0.042
Tubuh Air 911 1032 10.3 10.3 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 8590.9 8590.9 1.5 2.8 1.2

Kab. Sukabumi Cidahu Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1161.7 1081.0 -0.128 -0.070 0.058
Kebun 156870 201850 848.2 808.0 0.287 -0.047 -0.334
Pemukiman 3295 9330 39.0 148.6 1.831 2.814 0.983
Semakbelukar 67166 29492 139.1 107.0 -0.561 -0.231 0.330
Tegalan 49452 52698 283.2 372.3 0.066 0.315 0.249
Sawah 37041 33282 1080.3 1034.5 -0.101 -0.042 0.059
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 3551.7 3551.7 1.5 2.7 1.2

Kab. Sukabumi Cidolog Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2839.1 4549.0 -0.128 0.602 0.730
Kebun 156870 201850 3346.9 3442.2 0.287 0.028 -0.258
Pemukiman 3295 9330 11.7 29.1 1.831 1.485 -0.347
Semakbelukar 67166 29492 3010.5 334.9 -0.561 -0.889 -0.328
Tegalan 49452 52698 329.4 1182.4 0.066 2.590 2.524
Sawah 37041 33282 38.1 38.1 -0.101 0.000 0.101
Tubuh Air 911 1032 5.0 5.0 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 9581.0 9581.0 1.5 3.8 2.3

Kab. Sukabumi Ciemas Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 7247.7 400.9 -0.128 -0.945 -0.817
Kebun 156870 201850 12199.9 24466.0 0.287 1.005 0.719
Pemukiman 3295 9330 29.5 82.9 1.831 1.807 -0.025
Semakbelukar 67166 29492 5742.1 1644.4 -0.561 -0.714 -0.153
Tegalan 49452 52698 4055.2 2647.6 0.066 -0.347 -0.413
Sawah 37041 33282 1033.4 1068.5 -0.101 0.034 0.135
Tubuh Air 911 1032 138.7 136.3 0.133 -0.017 -0.150
Total 416105 416105 30447.5 30447.5 1.5 0.8 -0.7
115

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Cikembar Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 601.5 444.1 -0.128 -0.262 -0.134
Kebun 156870 201850 4021.1 3575.6 0.287 -0.111 -0.398
Pemukiman 3295 9330 148.4 431.7 1.831 1.909 0.078
Semakbelukar 67166 29492 1808.6 1659.7 -0.561 -0.082 0.479
Tegalan 49452 52698 771.0 1433.4 0.066 0.859 0.794
Sawah 37041 33282 1546.7 1352.7 -0.101 -0.125 -0.024
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 8897.3 8897.3 1.5 2.2 0.7

Kab. Sukabumi Cikidang Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 3767.9 3735.7 -0.128 -0.009 0.119
Kebun 156870 201850 7855.9 6949.0 0.287 -0.115 -0.402
Pemukiman 3295 9330 16.1 42.0 1.831 1.609 -0.222
Semakbelukar 67166 29492 1226.0 1308.7 -0.561 0.067 0.628
Tegalan 49452 52698 2057.7 2890.6 0.066 0.405 0.339
Sawah 37041 33282 555.0 552.6 -0.101 -0.004 0.097
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 15478.6 15478.6 1.5 2.0 0.4

Kab. Sukabumi Ciracap Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 221.7 8.0 -0.128 -0.964 -0.836
Kebun 156870 201850 4538.7 11540.8 0.287 1.543 1.256
Pemukiman 3295 9330 115.2 219.5 1.831 0.905 -0.926
Semakbelukar 67166 29492 6891.5 1207.9 -0.561 -0.825 -0.264
Tegalan 49452 52698 2209.3 1072.9 0.066 -0.514 -0.580
Sawah 37041 33282 750.0 683.7 -0.101 -0.088 0.013
Tubuh Air 911 1032 135.8 129.4 0.133 -0.047 -0.179
Total 416105 416105 14863.1 14863.1 1.5 0.0 -1.5

Kab. Sukabumi Cireunghas Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1242.0 1233.0 -0.128 -0.007 0.120
Kebun 156870 201850 652.4 517.1 0.287 -0.207 -0.494
Pemukiman 3295 9330 119.5 156.2 1.831 0.307 -1.524
Semakbelukar 67166 29492 68.5 63.7 -0.561 -0.071 0.490
Tegalan 49452 52698 467.0 616.3 0.066 0.320 0.254
Sawah 37041 33282 521.9 485.2 -0.101 -0.070 0.031
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 3072.0 3072.0 1.5 0.3 -1.3
116

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Cisaat Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 55.3 10.6 -0.128 -0.809 -0.681
Kebun 156870 201850 101.0 91.0 0.287 -0.099 -0.386
Pemukiman 3295 9330 295.1 512.2 1.831 0.736 -1.095
Semakbelukar 67166 29492 37.3 55.5 -0.561 0.488 1.049
Tegalan 49452 52698 47.3 101.4 0.066 1.144 1.078
Sawah 37041 33282 1622.7 1388.0 -0.101 -0.145 -0.043
Tubuh Air 911 1032 3.5 3.5 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 2162.6 2162.6 1.5 1.3 -0.2
Kab. Sukabumi Cisolok Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 6103.0 3656.3 -0.128 -0.401 -0.273
Kebun 156870 201850 5704.2 9126.9 0.287 0.600 0.313
Pemukiman 3295 9330 8.2 118.3 1.831 13.448 11.617
Semakbelukar 67166 29492 1053.9 433.6 -0.561 -0.589 -0.028
Tegalan 49452 52698 1382.4 984.1 0.066 -0.288 -0.354
Sawah 37041 33282 3071.8 2999.1 -0.101 -0.024 0.078
Tubuh Air 911 1032 40.1 45.4 0.133 0.134 0.001
Total 416105 416105 17367.0 17367.0 1.5 12.9 11.4
Kab. Sukabumi Curugkembar Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 728.6 2282.4 -0.128 2.133 2.260
Kebun 156870 201850 1751.6 1178.5 0.287 -0.327 -0.614
Pemukiman 3295 9330 15.7 64.0 1.831 3.086 1.255
Semakbelukar 67166 29492 446.8 47.6 -0.561 -0.893 -0.332
Tegalan 49452 52698 841.1 217.8 0.066 -0.741 -0.807
Sawah 37041 33282 1810.2 1801.8 -0.101 -0.005 0.097
Tubuh Air 911 1032 6.2 6.2 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 5600.3 5600.3 1.5 3.3 1.7
Kab. Sukabumi Gegerbitung Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1634.4 1936.5 -0.128 0.185 0.313
Kebun 156870 201850 2352.2 2011.9 0.287 -0.145 -0.431
Pemukiman 3295 9330 33.4 50.1 1.831 0.500 -1.331
Semakbelukar 67166 29492 603.6 123.4 -0.561 -0.795 -0.235
Tegalan 49452 52698 1824.9 2327.2 0.066 0.275 0.210
Sawah 37041 33282 324.8 324.1 -0.101 -0.002 0.099
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 6775.7 6775.7 1.5 0.0 -1.5
117

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Gunungguruh Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 24.3 9.9 -0.128 -0.592 -0.464
Kebun 156870 201850 670.9 560.0 0.287 -0.165 -0.452
Pemukiman 3295 9330 64.7 320.7 1.831 3.960 2.129
Semakbelukar 67166 29492 340.6 292.3 -0.561 -0.142 0.419
Tegalan 49452 52698 535.4 623.8 0.066 0.165 0.099
Sawah 37041 33282 860.7 689.8 -0.101 -0.199 -0.097
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 2496.7 2496.7 1.5 3.0 1.5
Kab. Sukabumi Jampang Kulon Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2995.2 2417.6 -0.128 -0.193 -0.065
Kebun 156870 201850 3690.1 7140.2 0.287 0.935 0.648
Pemukiman 3295 9330 137.8 240.5 1.831 0.745 -1.086
Semakbelukar 67166 29492 3825.3 1229.5 -0.561 -0.679 -0.118
Tegalan 49452 52698 882.4 565.6 0.066 -0.359 -0.425
Sawah 37041 33282 1001.9 939.3 -0.101 -0.062 0.039
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 12532.7 12532.7 1.5 0.4 -1.1
Kab. Sukabumi Jampang Tengah Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2633.6 3619.3 -0.128 0.374 0.502
Kebun 156870 201850 9081.9 7683.6 0.287 -0.154 -0.441
Pemukiman 3295 9330 45.5 131.5 1.831 1.887 0.056
Semakbelukar 67166 29492 3160.2 1897.5 -0.561 -0.400 0.161
Tegalan 49452 52698 3510.6 5113.6 0.066 0.457 0.391
Sawah 37041 33282 1427.7 1413.9 -0.101 -0.010 0.092
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 19859.5 19859.5 1.5 2.2 0.6
Kab. Sukabumi Kabandungan Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 7686.9 6909.9 -0.128 -0.101 0.027
Kebun 156870 201850 4075.1 4759.5 0.287 0.168 -0.119
Pemukiman 3295 9330 36.6 49.3 1.831 0.346 -1.485
Semakbelukar 67166 29492 233.9 371.3 -0.561 0.588 1.149
Tegalan 49452 52698 1516.2 1447.4 0.066 -0.045 -0.111
Sawah 37041 33282 133.9 145.1 -0.101 0.084 0.186
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 13683.8 13683.8 1.5 1.0 -0.5
118

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Kadudampit Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 4399.0 4090.7 -0.128 -0.070 0.058
Kebun 156870 201850 1294.6 1300.3 0.287 0.004 -0.282
Pemukiman 3295 9330 45.0 135.7 1.831 2.013 0.182
Semakbelukar 67166 29492 29.4 93.6 -0.561 2.181 2.742
Tegalan 49452 52698 300.9 506.0 0.066 0.682 0.616
Sawah 37041 33282 931.8 874.5 -0.101 -0.062 0.040
Tubuh Air 911 1032 6.8 6.8 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 7007.9 7007.9 1.5 4.7 3.2
Kab. Sukabumi Kalapanunggal Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 908.2 1093.5 -0.128 0.204 0.332
Kebun 156870 201850 2364.9 2235.0 0.287 -0.055 -0.342
Pemukiman 3295 9330 22.6 32.2 1.831 0.426 -1.405
Semakbelukar 67166 29492 437.7 328.3 -0.561 -0.250 0.311
Tegalan 49452 52698 1071.1 1115.5 0.066 0.041 -0.024
Sawah 37041 33282 155.5 155.6 -0.101 0.001 0.103
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 4960.1 4960.1 1.5 0.4 -1.2
Kab. Sukabumi Kalibunder Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2295.7 2986.9 -0.128 0.301 0.429
Kebun 156870 201850 3241.2 4570.0 0.287 0.410 0.123
Pemukiman 3295 9330 15.4 15.4 1.831 0.000 -1.831
Semakbelukar 67166 29492 2311.2 117.0 -0.561 -0.949 -0.388
Tegalan 49452 52698 569.4 731.6 0.066 0.285 0.219
Sawah 37041 33282 189.7 201.7 -0.101 0.063 0.165
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 8622.6 8622.6 1.5 0.1 -1.4
Kab. Sukabumi Kebonpedes Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 33.0 50.6 -0.128 0.532 0.660
Kebun 156870 201850 268.0 101.5 0.287 -0.621 -0.908
Pemukiman 3295 9330 108.6 201.7 1.831 0.857 -0.974
Semakbelukar 67166 29492 60.5 122.4 -0.561 1.023 1.584
Tegalan 49452 52698 14.4 68.6 0.066 3.772 3.707
Sawah 37041 33282 536.6 476.3 -0.101 -0.112 -0.011
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 1021.3 1021.3 1.5 5.5 3.9
119

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Lengkong Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 4912.2 1887.5 -0.128 -0.616 -0.488
Kebun 156870 201850 5817.1 8431.1 0.287 0.449 0.163
Pemukiman 3295 9330 22.6 28.8 1.831 0.275 -1.556
Semakbelukar 67166 29492 1274.1 776.5 -0.561 -0.391 0.170
Tegalan 49452 52698 2453.8 3352.1 0.066 0.366 0.300
Sawah 37041 33282 183.2 187.0 -0.101 0.021 0.122
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 14663.0 14663.0 1.5 0.1 -1.4
Kab. Sukabumi Nagrak Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 5007.3 4868.2 -0.128 -0.028 0.100
Kebun 156870 201850 3812.5 3703.5 0.287 -0.029 -0.315
Pemukiman 3295 9330 80.4 356.8 1.831 3.440 1.609
Semakbelukar 67166 29492 967.4 880.3 -0.561 -0.090 0.471
Tegalan 49452 52698 1148.6 1341.1 0.066 0.168 0.102
Sawah 37041 33282 1463.0 1329.1 -0.101 -0.092 0.010
Tubuh Air 865 983 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 12479.1 12479.1 1.5 3.4 1.8
Kab. Sukabumi Nyalindung Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2288.5 3344.2 -0.128 0.461 0.589
Kebun 156870 201850 4444.8 3137.9 0.287 -0.294 -0.581
Pemukiman 3295 9330 22.1 39.9 1.831 0.810 -1.021
Semakbelukar 67166 29492 492.4 286.0 -0.561 -0.419 0.142
Tegalan 49452 52698 2119.6 2573.1 0.066 0.214 0.148
Sawah 37041 33282 1070.9 1057.2 -0.101 -0.013 0.089
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 10439.3 10439.3 1.5 0.8 -0.8
Kab. Sukabumi Pabuaran Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2478.0 2661.7 -0.128 0.074 0.202
Kebun 156870 201850 3259.6 4882.3 0.287 0.498 0.211
Pemukiman 3295 9330 16.3 31.6 1.831 0.942 -0.889
Semakbelukar 67166 29492 4306.5 1401.4 -0.561 -0.675 -0.114
Tegalan 49452 52698 1041.8 2096.6 0.066 1.013 0.947
Sawah 37041 33282 472.3 500.9 -0.101 0.061 0.162
Tubuh Air 911 1032 3.0 3.0 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 11577.5 11577.5 1.5 1.9 0.4
120

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Parakansalak Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1285.1 1459.4 -0.128 0.136 0.263
Kebun 156870 201850 1552.5 1158.9 0.287 -0.254 -0.540
Pemukiman 3295 9330 27.9 84.7 1.831 2.035 0.204
Semakbelukar 67166 29492 92.4 61.3 -0.561 -0.337 0.224
Tegalan 49452 52698 454.0 684.1 0.066 0.507 0.441
Sawah 37041 33282 279.6 243.1 -0.101 -0.130 -0.029
Tubuh Air 911 1032 5.3 5.3 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 3696.7 3696.7 1.5 2.0 0.4
Kab. Sukabumi Parungkuda Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 220.7 201.1 -0.128 -0.089 0.039
Kebun 156870 201850 950.4 822.2 0.287 -0.135 -0.422
Pemukiman 3295 9330 58.0 307.5 1.831 4.298 2.467
Semakbelukar 67166 29492 280.6 289.9 -0.561 0.033 0.594
Tegalan 49452 52698 318.9 434.3 0.066 0.362 0.296
Sawah 37041 33282 824.1 597.8 -0.101 -0.275 -0.173
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 2652.8 2652.8 1.5 4.2 2.7
Kab. Sukabumi Pelabuhanratu Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1241.3 1509.0 -0.128 0.216 0.343
Kebun 156870 201850 4596.4 4360.8 0.287 -0.051 -0.338
Pemukiman 3295 9330 187.7 414.4 1.831 1.207 -0.624
Semakbelukar 67166 29492 482.7 377.0 -0.561 -0.219 0.342
Tegalan 49452 52698 953.8 956.4 0.066 0.003 -0.063
Sawah 37041 33282 787.2 603.3 -0.101 -0.234 -0.132
Tubuh Air 911 1032 63.8 92.0 0.138 0.442 0.309
Total 416105 416105 8313.7 8313.7 1.5 1.4 -0.2
Kab. Sukabumi Purabaya Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1898.8 3947.2 -0.128 1.079 1.206
Kebun 156870 201850 4420.1 3886.7 0.287 -0.121 -0.407
Pemukiman 3295 9330 31.8 45.9 1.831 0.445 -1.386
Semakbelukar 67166 29492 2035.0 1225.4 -0.561 -0.398 0.163
Tegalan 49452 52698 2567.8 1840.1 0.066 -0.283 -0.349
Sawah 37041 33282 667.8 676.1 -0.101 0.012 0.114
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 11621.9 11621.9 1.5 0.7 -0.8
121

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Sagaranten Proportional Laju Perubahan


Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2028.4 4107.8 -0.128 1.025 1.153
Kebun 156870 201850 4123.6 3934.1 0.287 -0.046 -0.333
Pemukiman 3295 9330 53.6 80.0 1.831 0.491 -1.340
Semakbelukar 67166 29492 2828.3 1405.0 -0.561 -0.503 0.058
Tegalan 49452 52698 1214.1 715.2 0.066 -0.411 -0.477
Sawah 37041 33282 1060.9 1066.8 -0.101 0.006 0.107
Tubuh Air 911 1032 1.5 1.5 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 11310.4 11310.4 1.5 0.6 -1.0
Kab. Sukabumi Simpenan Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 6353.9 1925.1 -0.128 -0.697 -0.569
Kebun 156870 201850 7353.2 11800.3 0.287 0.605 0.318
Pemukiman 3295 9330 17.5 230.6 1.831 12.162 10.331
Semakbelukar 67166 29492 1076.5 513.6 -0.561 -0.523 0.038
Tegalan 49452 52698 1831.3 2264.7 0.066 0.237 0.171
Sawah 37041 33282 999.1 864.5 -0.101 -0.135 -0.033
Tubuh Air 911 1032 33.7 66.5 0.133 0.974 0.841
Total 416105 416105 17681.7 17681.7 1.5 12.6 11.1
Kab. Sukabumi Sukabumi Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1228.3 1208.2 -0.128 -0.016 0.111
Kebun 156870 201850 921.0 745.1 0.287 -0.191 -0.478
Pemukiman 3295 9330 173.4 298.7 1.831 0.723 -1.108
Semakbelukar 67166 29492 23.2 50.8 -0.561 1.189 1.750
Tegalan 49452 52698 130.0 222.8 0.066 0.714 0.649
Sawah 37041 33282 524.9 475.1 -0.101 -0.095 0.007
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133
Total 416105 416105 3001.5 3001.5 1.5 2.3 0.8
Kab. Sukabumi Sukalarang Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1011.9 861.5 -0.128 -0.149 -0.021
Kebun 156870 201850 988.6 838.5 0.287 -0.152 -0.439
Pemukiman 3295 9330 18.3 448.5 1.831 23.457 21.625
Semakbelukar 67166 29492 280.6 215.0 -0.561 -0.234 0.327
Tegalan 49452 52698 242.2 455.7 0.066 0.881 0.816
Sawah 37041 33282 556.1 274.7 -0.101 -0.506 -0.404
Tubuh Air 911 1032 19.1 22.8 0.133 0.197 0.064
Total 416105 416105 3117.4 3117.4 1.5 23.5 22.0
122

Lanjutan Lampiran 11

Kab. Sukabumi Sukaraja


Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 952.0 677.2 -0.128 -0.289 -0.161
Kebun 156870 201850 1105.2 996.1 0.287 -0.099 -0.385
Pemukiman 3295 9330 151.3 871.4 1.831 4.759 2.928
Semakbelukar 67166 29492 87.3 182.5 -0.561 1.090 1.651
Tegalan 49452 52698 309.0 440.5 0.066 0.426 0.360
Sawah 37041 33282 1598.1 1035.1 -0.101 -0.352 -0.251
Tubuh Air 911 1032 0.133 0.000 -0.133

Total 416105 416105 4203.1 4203.1 1.5 5.5 4.0

Kab. Sukabumi Surade


Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 161.2 169.1 -0.128 0.049 0.176
Kebun 156870 201850 4853.4 8502.5 0.287 0.752 0.465
Pemukiman 3295 9330 274.0 708.6 1.831 1.586 -0.245
Semakbelukar 67166 29492 4447.0 1443.3 -0.561 -0.675 -0.115
Tegalan 49452 52698 1415.8 548.6 0.066 -0.612 -0.678
Sawah 37041 33282 738.0 521.0 -0.101 -0.294 -0.193
Tubuh Air 911 1032 52.5 48.8 0.133 -0.071 -0.204

Total 416105 416105 11942.5 11942.5 1.5 0.7 -0.8

Kab. Sukabumi Tegalbuleud


Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 6076.2 5833.7 -0.128 -0.040 0.088
Kebun 156870 201850 9996.3 15036.0 0.287 0.504 0.217
Pemukiman 3295 9330 82.4 113.1 1.831 0.373 -1.458
Semakbelukar 67166 29492 6231.2 1871.8 -0.561 -0.700 -0.139
Tegalan 49452 52698 2658.1 2185.9 0.066 -0.178 -0.243
Sawah 37041 33282 319.2 322.9 -0.101 0.012 0.113
Tubuh Air 911 1032 197.7 197.7 0.133 0.000 -0.133

Total 416105 416105 25563.1 25563.1 1.5 0.0 -1.6


123

Lanjutan Lampiran 11
Kab. Sukabumi Waluran
Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 2153.0 686.7 -0.128 -0.681 -0.553
Kebun 156870 201850 4087.9 7871.5 0.287 0.926 0.639
Pemukiman 3295 9330 24.0 29.1 1.831 0.210 -1.621
Semakbelukar 67166 29492 2188.8 259.5 -0.561 -0.881 -0.321
Tegalan 49452 52698 1152.4 757.8 0.066 -0.342 -0.408
Sawah 37041 33282 308.6 310.1 -0.101 0.005 0.106
Tubuh Air 911 1082 0.133 0.000 -0.133

Total 416105 416105 9914.7 9914.7 1.5 -0.8 -2.3

Kab. Sukabumi Warungkiara


Proportional Laju Perubahan
Differential Shift
Jenis 1997 2006 1997 2006 Shift Kecamatan
Penggunaan
Xi.(t1)/X.i(t0) (xi.(t1) - x.i(t0)) / xi.(t1)/x.i(t0) -
Lahan
Xi.(t0) Xi.(t1) x.i(t0) xi.(t1) - x..(t1) x..(t1)/(x..(t0)
X..(t1)/(X..(t0)
Hutan 101369 88422 1690.9 780.5 -0.128 -0.538 -0.411
Kebun 156870 201850 4733.1 5605.8 0.287 0.184 -0.102
Pemukiman 3295 9330 77.2 166.5 1.831 1.156 -0.675
Semakbelukar 67166 29492 1438.0 1212.7 -0.561 -0.157 0.404
Tegalan 49452 52698 814.0 1002.3 0.066 0.231 0.166
Sawah 37041 33282 741.9 693.5 -0.101 -0.065 0.036
Tubuh Air 911 1082 16.4 50.1 0.133 2.060 1.927

Total 416105 416105 9511.4 9511.4 1.5 2.9 1.3


124

Lampiran 12 Kerapatan Jalan dan Jarak pusat desa (centroid) Ke Pusat Pertumbuhan

Jarak ke Jarak Ke Kerapatan


X_COORD Y_COORD
No KECAMATAN DESA sukabumi Pelabuhanratu Jalan Desa
(M) (M)
(M) (M) (M/Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bantargadung Bantargadung 684735 9227653 28335 12944 17.22
2 Bantargadung Bantargebang 683584 9224457 30153 11889 21.94
3 Bantargadung Bojonggaling 681116 9226658 32072 9267 13.51
4 Bantargadung Limusnunggal 681000 9230913 31702 10203 15.69
5 Bantargadung Mangunjaya 686393 9231010 26310 15256 23.79
6 Bojonggenteng Berekah 688197 9242538 26476 22975 19.34
7 Bojonggenteng Bojonggaling 689266 9244573 26364 25175 19.26
8 Bojonggenteng Bojonggenteng 690752 9243412 24513 25434 29.70
9 Bojonggenteng Cibodas 692366 9245080 23921 27750 31.72
10 Caringin Batununggal 702033 9236312 11320 31769 51.40
11 Caringin Caringin Kulon 706094 9239305 9514 36595 35.25
12 Caringin Caringin Wetan 707264 9239770 9117 37854 39.01
13 Caringin Ciheulang Tonggoh 701358 9238200 12697 31780 33.58
14 Caringin Cijengkol 703676 9238337 10759 33991 28.11
15 Caringin Cikembang 707302 9242705 11594 39023 35.24
16 Caringin Karangtengah 699966 9237171 13557 30109 46.50
17 Caringin Mekarjaya 705052 9238254 9589 35254 30.04
18 Caringin Seuseupan 705546 9240809 10998 36648 31.94
19 Caringin Sukamulya 710590 9245336 13076 43122 19.96
20 Caringin Talaga 706610 9238037 8255 36656 30.32
21 Ciakak Cikakak 665719 9231031 46967 7692 29.42
22 Ciakak Cileungsing 671726 9236376 41129 9987 16.35
23 Ciakak Cimaja 664487 9233575 48192 10290 13.00
24 Ciakak Margalaksana 667434 9236409 45406 10950 11.44
25 Ciakak Ridogalih 666443 9234315 46261 9596 29.55
26 Ciakak Sirnarasa 668103 9241745 45527 15807 4.61
27 Ciakak Sukamaju 667522 9232381 45143 7393 22.45
28 Cibadak Cibadak 697634 9237401 15833 28033 43.88
29 Cibadak Neglasari 692014 9236063 20969 22361 33.10
30 Cibadak Pamuruyan 694329 9239592 19686 26066 38.95
31 Cibadak Sekarwangi 697528 9235740 15496 27324 54.32
32 Cibadak Sukasirna 690714 9239721 23132 23096 33.67
33 Cibadak Tenjojaya 695421 9235195 17465 25159 25.59
34 Cibadak Warnajati 694603 9237798 18844 25450 50.56
35 Cibitung Banyumurni 678393 9190857 53875 36130 30.15
36 Cibitung Banyuwangi 683285 9189684 51865 38445 16.43
37 Cibitung Cibitung 680842 9183704 58193 43622 13.96
38 Cibitung Cibodas 679872 9190062 53573 37203 23.45
39 Cibitung Cidahu 677098 9183874 60186 42839 17.87
40 Cibitung Talagamurni 676659 9191307 54655 35411 31.65
41 Cicantayan Cicantayan 704055 9233468 8673 32971 34.71
42 Cicantayan Cijalingan 704653 9236698 9079 34381 31.51
43 Cicantayan Cimahi 705200 9235617 8119 34600 36.27
44 Cicantayan Cisadane 705560 9236549 8215 35205 54.22
45 Cicantayan Hegarmanah 700398 9234478 12438 29668 19.39
46 Cicantayan Lembursawah 702871 9236745 10704 32701 29.71
47 Cicurug Bangbayang 696302 9250186 24149 34117 25.00
48 Cicurug Benda 699973 9251664 23047 37809 54.06
49 Cicurug Caringin 695513 9249960 24529 33396 37.36
50 Cicurug Cicurug 696932 9249903 23515 34377 111.48
51 Cicurug Cisaat 693347 9253103 28297 34286 25.68
52 Cicurug Kutajaya 694688 9254300 28314 36061 21.60
53 Cicurug Mekarsari 695831 9248582 23333 32671 38.31
54 Cicurug Nangerang 701342 9250255 21121 37935 21.62
55 Cicurug Nyangkowek 696474 9247459 22094 32405 50.71
56 Cicurug Pasawahan 694454 9253688 27995 35439 30.40
57 Cicurug Purwasari 700537 9249232 20726 36668 28.31
58 Cicurug Tenjoayu 698935 9250902 23019 36527 53.49
59 Cicurug Tenjolaya 696374 9251518 25098 35109 35.03
60 Cidadap Banjarsari 715636 9198845 33711 51727 24.75
125

Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
61 Cidadap Cidadap 714052 9192979 39471 53824 22.73
62 Cidadap Hegarmulya 708404 9189583 43054 51872 16.71
63 Cidadap Padasenang 714833 9196358 36133 52433 22.31
64 Cidahu Babakanpari 694552 9249264 24731 32225 37.98
65 Cidahu Cidahu 689786 9253374 31021 32400 10.93
66 Cidahu Girijaya 691830 9253037 29308 33303 18.41
67 Cidahu Jayabakti 691848 9249485 26914 30548 24.28
68 Cidahu Pasirdoton 692993 9249230 25872 31121 15.17
69 Cidahu Pondok Kaso Tengah 693352 9247733 24644 30293 30.92
70 Cidahu Pondok Kaso Tonggoh 693919 9248608 24765 31313 15.31
71 Cidahu Tangkil 693484 9250608 26429 32471 30.54
72 Cidolog Cidolog 701587 9190355 43505 46719 14.84
73 Cidolog Cikarang 708673 9195333 37307 48168 15.16
74 Cidolog Cipamingkisan 705132 9195904 37291 45131 12.94
75 Cidolog Mekarjaya 704448 9192472 40790 47041 14.61
76 Cidolog Tegallega 702136 9195405 38489 43326 12.00
77 Ciemas Cibenda 658158 9198507 64199 31065 6.41
78 Ciemas Ciemas 669679 9208742 49079 17782 19.49
79 Ciemas Ciwaru 663491 9202133 57756 25658 20.94
80 Ciemas Girimukti 664445 9210962 52781 17115 13.46
81 Ciemas Mekarjaya 670740 9205036 50079 21383 29.45
82 Ciemas Tamajaya 668230 9200578 54669 26065 28.83
83 Cikembar Bojong 703121 9229900 9873 31463 31.57
84 Cikembar Bojongkembar 700062 9230574 12738 28517 35.83
85 Cikembar Cibatu 697722 9226658 16018 25870 26.77
86 Cikembar Cikembar 698229 9230178 14610 26646 29.68
87 Cikembar Cimanggu 695349 9229371 17583 23684 37.56
88 Cikembar Kertaraharja 702558 9227455 11263 30723 47.27
89 Cikembar Parakanlima 702257 9226110 12175 30404 33.60
90 Cikembar Sukamaju 693821 9225544 20061 21984 24.23
91 Cikembar Sukamulya 696334 9232542 16331 25242 41.13
92 Cikidang Bumisari 684674 9234077 28039 14949 25.69
93 Cikidang Cicareuh 686717 9237593 26458 18613 42.99
94 Cikidang Cijambe 679165 9234410 33559 10853 16.26
95 Cikidang Cikidang 681649 9236576 31293 14132 29.15
96 Cikidang Cikiray 675010 9239181 38256 13175 6.71
97 Cikidang Gunungmalang 679586 9241368 34266 16856 8.24
98 Cikidang Mekarnangka 677688 9240219 35835 15009 8.88
99 Cikidang Nangkakoneng 682772 9241436 31222 18590 48.44
100 Cikidang Pangkalan 684394 9239111 29051 17863 47.60
101 Cikidang Sampora 676781 9233445 35899 8605 15.23
102 Cikidang Tamansari 688607 9236580 24414 19609 33.50
103 Ciracap Cikangkung 662373 9191112 65085 36529 21.06
104 Ciracap Ciracap 667665 9189837 61958 36792 23.85
105 Ciracap Gunungbatu 656988 9190009 69994 39301 21.06
106 Ciracap Pasirpanjang 668714 9193123 58961 33415 25.44
107 Ciracap Purwasedar 665707 9187041 65306 39827 15.67
108 Cireunghas Bencoy 725970 9231968 13313 54403 20.58
109 Cireunghas Cikurutug 723820 9233811 11240 52493 15.55
110 Cireunghas Cipurut 720394 9232899 7743 48975 18.74
111 Cireunghas Cireunghas 723216 9231976 10560 51665 13.51
112 Cireunghas Tegalpanjang 721549 9234197 9059 50305 8.60
113 Cisaat Babakan 709084 9234218 4005 38044 27.04
114 Cisaat Cibatu 707855 9235827 5891 37218 31.43
115 Cisaat Cibolang Kaler 707315 9237036 7062 37025 40.48
116 Cisaat Gunungjaya 709961 9238712 6843 40050 28.92
117 Cisaat Kutasirna 707815 9238863 8060 38063 28.82
118 Cisaat Nagrak 708731 9236777 5867 38312 34.76
119 Cisaat Padaasih 706432 9235069 6770 35652 31.95
120 Cisaat Selajambe 708343 9238439 7406 38427 28.86
126

Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
121 Cisaat Sukamanah 709642 9236308 4921 39068 51.70
122 Cisaat Sukamantri 709345 9235064 4241 38481 39.06
123 Cisaat Sukaresmi 710866 9237398 5288 40536 36.38
124 Cisaat Sukasari 709296 9237727 6281 39121 30.25
125 Cisolok Caringin 655291 9234532 57412 18455 12.54
126 Cisolok Cicadas 661994 9242772 51716 19120 6.85
127 Cisolok Cikahuripan 658888 9232337 53778 14265 15.37
128 Cisolok Cikelat 661341 9238113 51638 15746 11.47
129 Cisolok Cisolok 661207 9233014 51462 12539 20.90
130 Cisolok Gunungkaramat 658508 9238701 54520 18157 13.48
131 Cisolok Gunungtanjung 657807 9235577 54948 16784 11.58
132 Cisolok Karangpapak 663660 9235932 49130 12577 13.01
133 Cisolok Pasirbaru 655815 9230927 56870 16668 14.14
134 Cisolok Sirnaresmi 665543 9247151 49369 21699 5.23
135 Curugkembar Cimenteng 712373 9204725 27703 45948 22.39
136 Curugkembar Curugkembar 714838 9203166 29341 48858 25.28
137 Curugkembar Sindangreja 715303 9207592 24974 47342 37.47
138 Curugkembar Tanjungsari 717410 9201225 31560 52045 21.90
139 Gegerbitung Buniwangi 719728 9230184 7410 48025 23.56
140 Gegerbitung Caringin 723790 9229598 11479 52036 17.88
141 Gegerbitung Ciengang 720900 9224382 11511 49087 30.19
142 Gegerbitung Cijurey 720429 9227063 9435 48580 22.42
143 Gegerbitung Gegerbitung 723741 9226955 12353 51891 20.06
144 Gegerbitung Karangjaya 719619 9228540 7966 47814 23.01
145 Gegerbitung Sukamanah 724404 9223354 14836 52638 24.56
146 Gunungguruh Cibentang 709250 9233172 3496 38006 21.05
147 Gunungguruh Cibolang 706849 9233199 5867 35652 33.45
148 Gunungguruh Cikujang 709201 9232327 3466 37816 23.80
149 Gunungguruh Gunungguruh 709085 9231080 3825 37525 28.21
150 Gunungguruh Kebonmanggu 706505 9230232 6539 34864 21.12
151 Gunungguruh Sirnaresmi 705613 9229434 7661 33896 25.64
152 Jampang Kulon Bojonggenteng 679418 9192896 51652 34338 25.08
153 Jampang Kulon Bojongsari 681369 9192113 51036 35574 19.19
154 Jampang Kulon Boregahindah 683010 9196708 46424 31710 20.86
155 Jampang Kulon Cikarang 681365 9199975 45086 28075 25.78
156 Jampang Kulon Cimanggu 684438 9198241 44332 30834 21.13
157 Jampang Kulon Ciparay 677636 9193482 52380 33413 29.30
158 Jampang Kulon Jampang Kulon 679496 9196913 48594 30451 36.18
159 Jampang Kulon Karanganyar 682898 9204066 41115 24907 28.80
160 Jampang Kulon Mekarjaya 682105 9194562 48658 33438 23.99
161 Jampang Kulon Nagraksari 679045 9195220 50146 31989 30.78
162 Jampang Kulon Padajaya 680843 9197308 47391 30440 37.53
163 Jampang Kulon Sukajadi 684896 9202975 40478 26803 10.27
164 Jampang Kulon Sukamulya 687164 9199766 41436 30712 11.95
165 Jampang Kulon Tanjung 678209 9198351 48460 28751 25.04
166 Jampang Tengah Bantaragung 690520 9215496 27875 21613 12.70
167 Jampang Tengah Bantarpanjang 696632 9211752 26163 28779 23.91
168 Jampang Tengah Bojongjengkol 695103 9216991 23381 25077 27.01
169 Jampang Tengah Bojongtipar 705198 9218859 15486 34184 41.64
170 Jampang Tengah Cijulang 700282 9217141 19671 29896 34.58
171 Jampang Tengah Jampang Tengah 697507 9220324 19397 26361 34.75
172 Jampang Tengah Nangeerang 700172 9213491 22685 31118 25.77
173 Jampang Tengah Padabeunghar 696968 9223981 17825 25230 23.24
174 Jampang Tengah Panumbangan 701698 9220391 16283 30441 42.72
175 Jampang Tengah Sindangresmi 699541 9222585 16404 27948 34.93
176 Jampang Tengah Tanjungsari 704738 9224151 11459 32961 27.09
177 Kabandungan Cihamerang 673992 9248283 41798 21997 13.91
178 Kabandungan Cipeuteuy 674715 9252656 43006 26421 11.50
179 Kabandungan Kabandungan 681774 9251402 36254 26908 27.73
180 Kabandungan Mekarjaya 675840 9244519 38760 18561 3.64
127

Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
181 Kabandungan Tugubandung 679881 9246586 35712 21733 20.77
182 Kadudampit Cikahuripan 713070 9247149 14729 46149 8.61
183 Kadudampit Cipetir 715603 9245030 12942 47555 14.76
184 Kadudampit Citamiang 709279 9239948 8249 39805 30.69
185 Kadudampit Gedepangrango 714594 9246956 14658 47431 8.82
186 Kadudampit Kadudampit 710843 9239983 7774 41291 33.67
187 Kadudampit Muaradua 708574 9240825 9343 39456 33.83
188 Kadudampit Sukamaju 714676 9245125 12857 46742 12.56
189 Kadudampit Sukamanis 711620 9242790 10417 43015 23.98
190 Kadudampit Undrusbinangun 715384 9243254 11165 46683 24.25
191 Kalapanunggal Gungunggendut 686065 9246537 30111 24655 28.05
192 Kalapanunggal Kadununggal 685439 9242650 29083 21188 37.64
193 Kalapanunggal Kalapanunggal 683086 9244237 31850 21088 34.45
194 Kalapanunggal Makasari 685843 9244585 29450 22951 23.86
195 Kalapanunggal Palasari Girang 683696 9246557 32232 23387 27.89
196 Kalapanunggal Pulosari 683681 9249859 33823 26281 11.38
197 Kalapanunggal Walangsari 681722 9245051 33420 21110 24.22
198 Kalibunder Balekambang 691722 9202241 36738 31272 9.11
199 Kalibunder Bojong 693909 9196879 40192 36842 26.17
200 Kalibunder Cimahpar 686207 9192099 48232 37174 16.15
201 Kalibunder Kalibunder 689664 9199608 40075 32163 12.19
202 Kalibunder Sekarsari 687856 9194480 45336 35698 13.13
203 Kalibunder Sukaluyu 691632 9196596 41547 35762 11.86
204 Kebon Pedes Bojongsawah 718921 9231884 6279 47387 19.49
205 Kebon Pedes Cikaret 716897 9233265 4314 45565 12.91
206 Kebon Pedes Jambe Nenggang 717747 9231484 5168 46175 36.47
207 Kebon Pedes Kebonpedes 717933 9233084 5308 46563 41.37
208 Kebon Pedes Sasagaran 716669 9230981 4256 45050 28.12
209 Kodya Sukabumi Kodya Sukabumi 712665 9232426 0 41256 2.35
210 Lengkong Cilangkap 685518 9216043 31708 17140 24.64
211 Lengkong Langkapjaya 680661 9216800 35615 13021 15.84
212 Lengkong Lengkong 685758 9210028 35009 21472 24.37
213 Lengkong Neglasari 692892 9210776 29320 26199 27.04
214 Lengkong Tegallega 689168 9209267 32992 24351 14.22
215 Nagrak Babakan Panjang 701905 9242304 14607 34006 26.48
216 Nagrak Balekambang 698341 9239294 15886 29463 35.67
217 Nagrak Ciambar 696785 9245334 20465 31313 26.91
218 Nagrak Cihanjawar 702690 9245387 16356 36218 22.72
219 Nagrak Darmareja 702721 9240794 12996 34063 35.29
220 Nagrak Ginanjar 702372 9246898 17760 36768 14.65
221 Nagrak Girijaya 704325 9241095 12030 35646 30.31
222 Nagrak Kalaparea 705867 9244119 13526 38356 24.03
223 Nagrak Munjul 696957 9242994 18933 30098 24.33
224 Nagrak Nagrak Selatan 699290 9240508 15627 30856 17.15
225 Nagrak Nagrak Utara 699157 9242605 16914 31756 30.50
226 Nagrak Pawenang 706308 9245886 14886 39588 10.03
227 Nagrak Wangunjaya 704653 9248359 17834 39477 11.35
228 Nyalindung Bojongkalong 713952 9226057 6497 42099 18.63
229 Nyalindung Bojongsari 711656 9224859 7634 39832 20.95
230 Nyalindung Cijangkar 716639 9226013 7544 44787 29.20
231 Nyalindung Cisitu 713009 9218971 13459 41819 32.70
232 Nyalindung Kertaangsana 712981 9222264 10167 41334 39.56
233 Nyalindung Mekarsari 715956 9224016 9031 44166 34.07
234 Nyalindung Neglasari 716310 9228265 5531 44496 25.39
235 Nyalindung Nyalindung 715263 9221585 11148 43675 44.35
236 Nyalindung Sukamaju 708147 9223927 9625 36377 21.07
237 Nyalindung Wangunreja 710088 9227796 5299 38260 23.75
238 Pabuaran Bantarsari 693255 9207207 31824 28740 21.12
239 Pabuaran Cibadak 700983 9205763 29110 35693 23.78
240 Pabuaran Ciwalat 697763 9202048 33837 35551 13.89
128

Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
241 Pabuaran Pabuaran 700708 9202891 31863 37213 23.49
242 Pabuaran Sirnasari 698008 9208052 28441 31943 22.05
243 Pabuaran Sukajaya 695178 9200398 36491 34924 15.70
244 Parakansalak Bojongasih 690353 9246764 26521 27520 21.73
245 Parakansalak Bojonglonggok 691221 9245718 25229 27362 13.46
246 Parakansalak Lebaksari 690194 9248117 27407 28433 27.38
247 Parakansalak Parakansalak 688176 9251001 30737 29531 30.54
248 Parakansalak Sukakersa 687484 9248811 30043 27331 26.74
249 Parakansalak Sukatani 687086 9247408 29644 25958 35.75
250 Parungkuda Babakan Jaya 694895 9247279 23160 31101 19.79
251 Parungkuda Bojongkokosan 694486 9244456 21800 28958 33.33
252 Parungkuda Cipanengah 692073 9247199 25344 29014 18.25
253 Parungkuda Kompa 693955 9246199 23233 29680 32.35
254 Parungkuda Langensari 693427 9244501 22714 28168 38.94
255 Parungkuda Palasari Hilir 692111 9241705 22552 25395 22.37
256 Parungkuda Parungkuda 694083 9243167 21464 27849 45.17
257 Parungkuda Pondok Kaso Landeuh 695510 9246345 22092 30949 47.91
258 Parungkuda Sundawenang 694420 9241757 20493 27302 38.47
259 Pelabuhan Ratu Buniwangi 673435 9231750 39236 5588 15.40
260 Pelabuhan Ratu Cibodas 670141 9231859 42528 5731 19.38
261 Pelabuhan Ratu Citarik 674251 9226074 38936 2418 8.34
262 Pelabuhan Ratu Citepus 671172 9229230 41616 2920 14.77
263 Pelabuhan Ratu Pasirgoong 676877 9229000 35952 5661 11.01
264 Pelabuhan Ratu Pasirsuren 678911 9228723 33956 7434 19.38
265 Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu 671854 9226390 41256 0 19.48
266 Purabaya Cicukang 711843 9211449 20993 42690 32.93
267 Purabaya Cimerang 708557 9220551 12565 37165 25.08
268 Purabaya Citamiang 709362 9217079 15698 38647 35.67
269 Purabaya Margaluyu 711910 9215695 16748 41460 28.14
270 Purabaya Neglasari 704620 9211206 22694 36114 34.37
271 Purabaya Pagelaran 703782 9215447 19163 33752 38.89
272 Purabaya Purabaya 706305 9215269 18298 36202 40.86
273 Sagaranten Cibaregbeg 708305 9208178 24637 40748 22.05
274 Sagaranten Cibitung 710869 9203555 28927 45207 30.42
275 Sagaranten Curug Luhur 702594 9199319 34604 40961 18.23
276 Sagaranten Datarnangka 704384 9204012 29596 39484 28.49
277 Sagaranten Gunungbentang 710946 9200323 32149 46986 29.99
278 Sagaranten Hegarmanah 707414 9206193 26753 40896 28.24
279 Sagaranten Margaluyu 709780 9204540 28035 43770 33.03
280 Sagaranten Pasanggrahan 708299 9200293 32428 44826 14.48
281 Sagaranten Puncakmanggis 706176 9209760 23576 38140 29.79
282 Sagaranten Sagaranten 707744 9202918 29915 42885 31.07
283 Sagaranten Sinarbentang 712675 9199602 32823 48826 20.96
284 Simpenan Cibuntu 677454 9222873 36484 6613 10.97
285 Simpenan Cidadap 673787 9223085 39985 3829 23.08
286 Simpenan Cihaur 672922 9212935 44266 13498 34.65
287 Simpenan Kertajaya 674754 9215357 41577 11408 19.89
288 Simpenan Loji 674108 9220314 40415 6481 9.12
289 Simpenan Mekarsari 682198 9221695 32302 11361 4.45
290 Simpenan Tonjong 677918 9225235 35484 6174 13.95
291 Sukabumi Karawang 716257 9242829 11005 47348 20.47
292 Sukabumi Parungseah 712930 9237317 4898 42505 27.97
293 Sukabumi Sudajaya Girang 717042 9241638 10199 47692 26.52
294 Sukabumi Warnasari 714130 9237558 5337 43727 43.54
295 Sukalarang Cimangkok 722934 9238577 11970 52514 17.24
296 Sukalarang Prianganjaya 722712 9235480 10501 51664 14.64
297 Sukalarang Semplak 722810 9236507 10935 51951 18.90
298 Sukalarang Sukalarang 721436 9240850 12161 51648 50.13
299 Sukalarang Sukamaju 720953 9239774 11076 50891 38.56
300 Sukalarang Titisan 723367 9240013 13118 53284 24.16
129

Lanjutan Lampiran 12
1 2 3 4 5 6 7 8
301 Sukaraja Cisarua 718379 9242386 11483 49199 25.79
302 Sukaraja Langensari 719189 9240654 10501 49438 39.39
303 Sukaraja Limbangan 717780 9237444 7165 47238 22.99
304 Sukaraja Margaluyu 720325 9239873 10683 50312 41.67
305 Sukaraja Pasirhalang 717509 9234596 5308 46387 37.17
306 Sukaraja Selaawi 719605 9237129 8384 48945 40.47
307 Sukaraja Selawangi 718985 9234038 6522 47748 26.29
308 Sukaraja Sukamekar 716735 9238777 7543 46559 42.12
309 Sukaraja Sukaraja 716878 9235653 5307 45968 29.49
310 Surade Buniwangi 670090 9183852 64592 42575 20.22
311 Surade Cipeundeuy 672738 9182423 63988 43976 15.32
312 Surade Citanglar 674603 9189649 57259 36844 28.25
313 Surade Gunung Sungging 674008 9185740 60613 40707 28.61
314 Surade Jagamukti 673860 9187695 59217 38748 23.58
315 Surade Kedaleman 671555 9192857 57059 33534 22.36
316 Surade Pasiripis 668343 9185097 64842 41443 18.69
317 Surade Sirnasari 675633 9196228 51784 30398 29.88
318 Surade Swakarsa 672023 9188872 59571 37519 29.68
319 Surade Wanasari 674471 9193223 54732 33271 24.88
320 Tegalbuleud Bangbayang 695577 9194166 41903 40015 16.46
321 Tegalbuleud Buniasih 689345 9181578 55941 48105 18.02
322 Tegalbuleud Calingcing 695522 9183551 51794 48943 14.42
323 Tegalbuleud Nangela 688439 9188780 49919 41105 12.92
324 Tegalbuleud Rambay 697329 9187866 47125 46186 7.82
325 Tegalbuleud Sumberjaya 684963 9184007 55784 44365 17.61
326 Tegalbuleud Tegalbuleud 693461 9181432 54490 49881 16.87
327 Waluran Caringin Nunggal 671856 9198294 53201 28097 25.11
328 Waluran Sukamukti 680677 9204762 42291 23359 22.24
329 Waluran Waluran 677699 9205011 44432 22164 16.92
330 Warungkiara Bantarkalong 689798 9221977 25141 18479 10.56
331 Warungkiara Bojongkerta 692459 9227781 20733 20653 27.10
332 Warungkiara Girijaya 691215 9232733 21452 20374 20.37
333 Warungkiara Hegarmanah 686037 9223783 27996 14421 10.86
334 Warungkiara Sirnajaya 688994 9225907 24552 17148 15.50
335 Warungkiara Ubrug 693863 9231731 18815 22648 39.98
336 Warungkiara Warungkiara 689033 9227813 24078 17238 22.93
130

Lampiran 13 Kerapatan Jalan Kecamatan

No Kecamatan Panjang Jalan (m) Luas Wilayah (ha) Kerapatan (m/ha)


1 Bantargadung 142104.6 7577.9 18.75
2 Bojonggenteng 43319.0 1810.9 23.92
3 Caringin 140161.1 4594.5 30.51
4 Cikakak 143187.5 11301.0 12.67
5 Cibadak 209268.8 5428.9 38.55
6 Cibitung 154715.0 8892.7 17.40
7 Cicantayan 87936.4 3150.7 27.91
8 Cicurug 167097.5 5090.9 32.82
9 Cidadap 174437.2 8590.9 20.30
10 Cidahu 64947.7 3551.7 18.29
11 Cidolog 136350.6 9581.0 14.23
12 Ciemas 491760.7 30447.5 16.15
13 Cikembar 299141.4 8897.3 33.62
14 Cikidang 366776.1 15478.6 23.70
15 Ciracap 311267.4 14863.1 20.94
16 Cireunghas 51264.9 3072.0 16.69
17 Cisaat 74141.7 2162.6 34.28
18 Cisolok 181736.2 17367.0 10.46
19 Curugkembar 151897.2 5600.3 27.12
20 Gegerbitung 162430.6 6775.7 23.97
21 Gunungguruh 69380.8 2496.7 27.79
22 Jampang Kulon 258892.1 12532.7 20.66
23 Jampang Tengah 562699.5 19859.5 28.33
24 Kabandungan 198668.7 13683.8 14.52
25 Kadudampit 111630.5 7007.9 15.93
26 Kalapanunggal 117495.9 4960.1 23.69
27 Kalibunder 117341.0 8615.3 13.62
28 Kebon Pedes 27828.6 1021.3 27.25
29 Lengkong 306648.1 14663.0 20.91
30 Nagrak 265303.9 12479.3 21.26
31 Nyalindung 285813.1 10439.3 27.38
32 Pabuaran 231229.4 11577.5 19.97
33 Parakansalak 105921.3 3696.7 28.65
34 Parungkuda 84578.3 2652.8 31.88
35 Pelabuhan Ratu 122574.7 8313.7 14.74
36 Purabaya 387684.6 11621.9 33.36
37 Sagaranten 280287.4 11310.4 24.78
38 Simpenan 337160.5 17681.7 19.07
39 Sukabumi 74196.1 3001.5 24.72
40 Sukalarang 89425.3 3117.4 28.69
41 Sukaraja 144331.1 4203.1 34.34
42 Surade 271259.4 11942.5 22.71
43 Tegalbuleud 363618.4 25563.4 14.22
44 Waluran 207922.6 9914.7 20.97
45 Warungkiara 173801.1 9511.4 18.27
131
131

Lampiran 14 Citra Landsat TM Sukabumi path/row 122_165 tahun 1997

131
132
132

Lampiran 15 Citra Landsat ETM Sukabumi path/row 122_165 tahun 2006

132
133
133

Lampiran 16 Peta Jaringan Jalan di Wilayah Kabupaten Sukabumi

133
134

Lampiran 17 Rekapitulasi perhitungan regresi logistik penyebab utama perubahan


penggunaan di Kabupaten Sukabumi tahun 1997-2006

17.a. Perubahan seluruh penggunaan lahan


Variables in the Equation
No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
1 Kerapatan Jalan 0.011 0.004 7.277 1 0.007 Sangat Nyata
Kecamatan
2 Pemekaran 0.301 0.092 10.835 1 0.001 Sangat Nyata
Kecamatan
3 Elevasi 0-1000 0.468 0.099 22.265 1 0.000 Sangat Nyata
4 Jenis Tanah
Andosol 0.759 0.246 9.561 1 0.002 Sangat Nyata
Grumusol 0.583 0.225 6.708 1 0.010 Nyata
Latosol 0.506 0.226 4.999 1 0.025 Nyata
Organosol 0.459 0.233 3.890 1 0.049 Nyata
Podsolik 0.569 0.222 6.543 1 0.011 Nyata
5 Kelerengan 0-8 % 0.528 0.249 4.502 1 0.034 Nyata
6 Perubahan Hirarki
Kecamatan
1 ke 2 -0.355 0.140 6.406 1 0.011 Nyata
1 ke 3 -0.353 0.143 6.110 1 0.013 Nyata
2 ke 3 -0.149 0.069 4.6657995 1 0.031 Nyata
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 236.4127391 45 0.000
Block 236.4127391 45 0.000
Model 236.4127391 45 0.000

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 12.1460984 8 0.145

17.b. Perubahan Hutan menjadi Penggunaan Lain

Variables in the Equation


No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
Jarak ke
-2E-05 4E-06 24.013 1 0.000 Sangat Nyata
1 Pelabuhanratu
Kerapatan Jalan
0.021 0.0059 12.626 1 0.000 Sangat Nyata
2 Desa
Kecamatan
0.342 0.1647 4.305 1 0.038 Nyata
3 Pemekaran
Perubahan Hirarki
4 Kecamatan
Hirarki 2 ke 1 -0.850 0.3667 5.372 1 0.020 Sangat Nyata
Hirarki 3 ke 2 -0.785 0.2622 8.961 1 0.003 Sangat Nyata
5 IPK Tahun 2006 0.015 0.0044 11.618 1 0.001 Sangat Nyata
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 230.266 42 0.000
Block 230.266 42 0.000
Model 230.266 42 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.934 8 0.348
135

17.c. Perubahan penggunaan lahan menjadi permukiman

Variables in the Equation


No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
Jarak ke Kota
1 1.57E-05 7E-06 4.5224 1 0.033 Nyata
Sukabumi
Hirarki Desa
2
Tahun 2000
Hirarki I -1.54E+00 0.543 8.0762 1 0.004 Sangat Nyata
Kerapatan Jalan
3 4.9E-02 0.018 7.4696 1 0.006 Sangat Nyata
Kecamatan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 86.2159 40 0.000
Block 86.2159 40 0.000
Model 86.2159 40 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4.8526 8 0.773

17.d. Perubahan penggunaan lahan menjadi kebun

Variables in the Equation


No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
1 Kerapatan Jalan
0.0181 0.0082 4.8415 1 0.028 Nyata
Kecamatan
2 Elevasi
0-1000 M dpl. 1.6383 0.2563 40.8437 1 0.000 Sangat Nyata
1000-2000 M
0.7981 0.3062 6.7921 1 0.009 Sangat Nyata
Dpl
3 Arahan RTRW
Kawasan
-0.2362 0.0998 5.6013 1 0.018 Nyata
Konservasi
Kawasan Hutan
-0.2791 0.0888 9.8743 1 0.002 Sangat Nyata
Produksi
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 154.866 42 0.000
Block 154.866 42 0.000
Model 154.866 42 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.66508 8 0.467
136

17.e. Perubahan penggunaan lahan semak belukar

Variables in the Equation


No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
1 Arahan RTRW
Hutan Produksi 0.2921 0.1333 4.8000 1 0.028 Nyata
2 Perubahan Hirarki Kecamatan
Hirarki 1 ke 3 -0.8207 0.3849 4.5477 1 0.033 Nyata
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 93.9980 40 0.000
Block 93.9980 40 0.000
Model 93.9980 40 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 0.889187372 8 0.999

17.f. Perubahan penggunaan lahan menjadi tegalan

Variables in the Equation


No Variabel Keterangan
B S.E. Wald df Sig.
1 Jarak ke Kota Sukabumi 1.09E-05 5E-06 5.8468 1 0.016 Nyata
2 Hirarki Desa Tahun 2000
Hirarki II 0.3259 0.1613 4.0835 1 0.043 Nyata
3 Elevasi
0-1000 M Dpl 1.0024 0.3448 8.4508 1 0.004 Sangat Nyata
1000-2000 Mdpl 1.0072 0.4019 6.2806 1 0.012 Nyata

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 80.4434 39 0.000
Block 80.4434 39 0.000
Model 80.4434 39 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2.0380 8 0.980

17.g. Perubahan penggunaan lahan sawah

Variables in the Equation Keterangan


No Variabel
B S.E. Wald df Sig.
1 Elevasi
0-1000 M Dpl 1.5334 0.4537 11.4240 1 0.001 Sangat Nyata
1000-2000 M Dpl 2.1747 0.8369 6.7514 1 0.009 Sangat Nyata
2 IPK Tahun 2006 0.0188 0.0096 3.8339 1 0.050 Nyata
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 325.6678 40 0.000
Block 325.6678 40 0.000
Model 325.6678 40 0.000
Hosmer and Lemeshow Test
Chi-square df Sig.
2.5663 8 0.959
137

Lampiran 18 Transitional probability/area matrix Tahun 1997 - 2006


Permuki Semak Tubuh Un -
Hutan Kebun Tegalan Sawah Jumlah
-man Belukar air classify
Hutan 0.6347 0.2771 0.0025 0.0214 0.0633 0.0010 0.0000 0.0000 1.0000
Kebun 0.1010 0.7251 0.0080 0.0581 0.1073 0.0005 0.0000 0.0000 1.0000
Permukiman 0.0000 0.0000 0.9999 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
Semak Belukar 0.0670 0.6205 0.0071 0.2390 0.0657 0.0008 0.0000 0.0000 1.0000
Tegalan 0.0756 0.3709 0.0049 0.0434 0.5032 0.0017 0.0002 0.0000 1.0000
Sawah 0.0000 0.0000 0.1026 0.0002 0.0040 0.8881 0.0050 0.0000 1.0000
Tubuh air 0.0000 0.0000 0.0000 0.0034 0.0000 0.0822 0.9144 0.0000 1.0000

You might also like