You are on page 1of 11

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN POLOKARTO

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2019

Abstract
Land use change is a process of change that starts from previous land use to the latest land
use that can be fixed or temporary and creates a logical influence from the growth and
transformation of changes in the socioeconomic structure of the population that is on the rise
for both commercial and industrial purposes. Polokarto Subdistrict is the dominant area with
agricultural land with 44% of the area being in the form of agricultural land use but there have
been significant changes due to its strategic location so it is necessary to map land use changes
in Polokarto District. The purpose of this study is to analyze the persistence of land use change
in Polokarto District and find out the prominent factors in land use change in Polokarto
District. The research method used is survey and analysis of secondary data of primary and
secondary data. The data preparation technique by utilizing GIS technology was then used the
overlay method using the land use map in 2009 and in 2019 it produced an analysis using
descriptive methods and factors that influenced land function change in Polokarto District.
The change in land use from 2009 to 2019 was dominated by a decrease in the type of rice field
use which decreased by 974 ha. Polokarto Village became a village with a total of 236 ha of
changes. This is because the land in a dry area so that unproductive paddy fields turn land into
fields and moorings and only rely on rainwater as a source of irrigation so that it is no longer
productive to be used as agriculture. The pattern of distribution of changes in industrial and
trade land use, plantations, rice fields, settlements, fields and moorings and waters from 2009
to 2019 shows the results that the pattern of distribution of land use change is classified as a
clustering or Clustered pattern obtained from the results through the Average Nearest
Neighbor method.

Keywords: Land Use, Land Use Change, Land Change Factor, Polokarto.

Abstrak
Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu proses perubahan yang bermula dari
penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan terbaru yang dapat bersifat tetap
atauupun dalam waktu sementara dan menciptakan pengaruh logis dari adanya pertumbuhan
dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi penduduk yang sedang meningkat baik
untuk tujuan komersial maupun industri. Kecamatan polokarto merupakan wilayah yang
dominan terdapat lahan pertanian dengan 44% wilayahnya berupa penggunaan lahan
pertanian namun terjadi perubahan yang signifikan karena letaknya yang strategis sehingga
perlu dilakukan pemetaan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menganalisis agihan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Polokarto dan mengetahui faktor yang menonjol dalam perubahan penggunaan lahan di
Kecamatan Polokarto. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan analisis data
sekunder data primer dan sekunder. Teknik penyusunan data dengan memanfaatkan teknologi
SIG kemudian digunakan metode overlay dengan menggunakan peta penggunaan lahan tahun
2009 beserta tahun 2019 menghasilkan analisis menggunakan metode deskriptif serta faktor
yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di Kecamatan Polokarto. Perubahan penggunaan
lahan dari tahun 2009 menuju tahun 2019 didominasi oleh berkurangnya jenis penggunaan
lahan sawah yang berkurang sebanyak 974 Ha. Desa Polokarto menjadi sebuah desa dengan
keseluruhan mengalami perubahan sebanyak 236 Ha. Hal ini dikarenakan lahan yang berada
di wilayah kering sehingga lahan sawah tidak produktif berubah lahan menjadi ladang dan
tegalan dan hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan sehingga tidak produktif
lagi untuk dijadikan pertanian. Pola persebaran perubahan penggunaan lahan industri dan
perdagangan, perkebunan, sawah, permukiman, ladang dan tegalan dan perairan dari tahun
2009 ke 2019 yaitu menunjukan hasil bahwa pola sebaran perubahan penggunaan lahan
tergolong pola mengelompok atau Clustered yang didapatkan dari hasil melalui metode
Average Nearest Neighbor.
Kata Kunci: Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan, Faktor perubahan Lahan,
Polokarto

1. Pendahuluan
Aktifitas penggunaan lahan akan semakin meningkat bila jumlah kepadatan penduduk
semakin bertambah setiap tahunnya, dikarenakan lahan yang bersifat permanen dan tidak dapat
ditambah lagi, sehingga mengakibatkan lahan yang semula digunakan untuk resapan air
akhirnya beralih fungsi menjadi lahan produktif untuk kepentingan pribadi masyarakat guna
memenuhi kebutuhan hidup, antara lain permukiman, industri, komersial, jasa, dan lain-lain.
Menyempitnya kesediaan lahan serta banyaknya kuantitas desakan akan keinginan lahan
memicu permasalahan berupa konflik penggunaan lahan dengan nilai keuntungan yang tinggi
dan ekonomis dari penggunaan tanah yang akan berdampak buruk bagi lahan yang digunakan
(Ernawati, 2008).
Meningkatnya kebutuhan lahan dalam memenuhi kegiatan dikarenakan dampak dari
meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan terjadinya permasalahan, karena
terbatasnya ketersediaan lahan yang tidak diimbangi dengan pengelolaan lahan yang
menjadikan kebutuhan lahan yang bertambah banyak sementara itu luasah lahan yang tak dapat
bertambah. Pola penggunaan lahan yang minim efisien ini bakal memicu timbulnya sejumlah
masalah yaitu menurunkan kualitas lingkungan kota dan menurunkan kualitas air terlebih air
tanah (Ardeasari,2020).
Kabupaten sukoharjo secara administratif ialah salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah, yang menyimpan posisi yang strategis persimpangan JOGLOSEMAR
yaitu antara lain simpang Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Selain itu wilayah Kabupaten
Sukoharjo yang masuk dalam sebuah kawasan perkembangan pembangunan berupa bidang
industri, pariwisata, dan pertanian SUBOSUKOWONOSRATEN (Sukoharjo, Boyolali,
Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten). Letaknya yang dikelilingi oleh 6
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten.Wonogiri, Kabupaten.Karanganyar,
Kabupaten.Gunungkidul (Provinsi DIY), Kabupaten.Klaten, Kabupaten Boyolali dan Kota
Surakarta.
Kecamatan Polokarto secara administratif berada di timur Kabupaten Sukoharjo yang
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar memiliki wilayah yang memungkinkan terjadinya
migrasi, umumnya migrasi dalam waktu sementara semisal sekedar untuk keperluan pekerjaan
dan pendidikan. Pembangunan yang semakin pesat berkembang dilihat dengan perkembangan
dalam penggunaan lahan, peningkatan kebutuhan lahan untuk perkembangan wilayah. Dengan
meningkatnya penggunaan lahan baru sebagai tempat usaha, lahan tempat tinggal ataupun jasa
yang menempati lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai lahan pertanian (BPS Kecamatan
Polokarto 2019). Selain itu proses migrasi juga berpengaruh dalam meningkatnya pertambahan
penduduk dan perubahan penggunaan lahan. Kecamatan polokarto secara administratif terletak
di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah Wilayah yang terletak di dataran tinggi, dengan
berada di ketinggian 96 meter diatas permukaan laut. Luas Kecamatan Polokarto merupakan
luas kecamatan terbesar yang berada di Kabupaten Sukoharjo. Walaupun memiliki wilayah
kecamatan dengan luas terbesar di Kabupaten Sukoharjo, namun Kecamatan Polokarto
memiliki jumlah penduduk terbanyak ke 6 di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 dengan
penduduk sebanyak 75.724 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009
hingga 2019 bertambah sebanyak 1.250 jiwa.
Kecamatan Polokarto merupakan suatu daerah dengan lahan pertanian yang berada di
wilayah kering (kekurangan air) karena hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber
pengairan sehingga hanya menyimpan air dalam jumkah sedikit. Menjadikannya wilayah yang
mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun
contohnya lahan pertanian berubah menjadi lahan kering atau ladang dan tegalan. Kecamatan
polokarto memiliki luas 6218 Ha (62,18km2). Dalam data BPS pada tahun 2009 terdapat
penggunaan lahan sawah sebesar 2576 Ha dan bukan sawah sebesar 3642 Ha. Berselang 10
tahun kemudian atau tahun 2019 penggunaan lahan sawah 2446 Ha dan lahan bukan sawah
mencapai 3062 Ha yang tersebar di 17 Desa.
Tujuan penelitian kali ini diharapkan dapat mengetahui persebaran perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Polokarto lalu faktor dominan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
faktor berupa penduduk, aksesibilitas, nilai lahan, topografi. Lalu dibuktikan dengan hasil
wawancara. Dalam penelitian ini peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
sangat penting. Karena dalam penelitianya, poin penting adalah membandingkan dua citra
dengan rentan waktu yang berbeda antara tahun 2009 dan 2019 untuk diketahui perbedaan-
perbedaan yang ada. Perbedaan yang dimaksud adalah dalam hal perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo yang kemudian berperan
penting dalam proses penelitian ini. Pada penampakannya, berikut kenampakan citra
Kecamatan Polokarto pada tahun 2009.

2. Metode.Penelitian
`Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder dan
primer. penelitian dengan analisis data primer dicirikan dengan data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu
atau perseorangan seperti hasil wawancara terhadap tokoh penting yang berada di wilayah
dengan perubahan penggunaan lahan paling banyak. Data sekunder diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada dan
sudah tercatat dan ditetapkan dalam buku yang telah diterbitkan atau un sebuah laporan. Data
ini didapatkan melalui permohonan ijin permintaan data pada instansi terkait untuk mendaatkan
data yang valid. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh
yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
Selama analisis dalam mengerjakan penelitian skripsi berjudul perubahan penggunaan
lahan dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan teknologi SIG yaitu
dengan menggunakan metode overlay menggunakan peta penggunaan lahan tahun 2009
dengan peta penggunaan lahan tahun 2019. Output dari hasil overlay tersebut berupa peta
perubahan penggunaan lahan yang dapat dianalisis menggunakan metode deskriptif. Dari hasil
tersebut dapat diketahui sebaran penggunaan lahan serta lahan-lahan yang mengalami
perubahan pemanfaatannya atau perubahan penggunaan lahan di wilayah Kecamatan
Polokarto.
Dalam analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan pengguaan
lahan yang di analisis, ada beberapa faktor yang dapat diketahui untuk mencari perubahan
penggunaan lahan adalah dengan cara melakukan survey ke lapangan untuk mengecek bukti-
bukti perubahan penggunaan lahan selain itu untuk lebih memperkuat bukti tersebut dilakukan
wawancara langsung ke lapangan beserta tokoh-tokoh kunci atau perangkat desa terkait yang
memahami permasalahan lahan di daerah penelitian.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Agihan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Polokarto
Penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto didominasi oleh sawah dan permukiman
dapat diketahui dari perkembangan fisik yang dapat di interpretasi pada tahun 2009 dan
2019 dengan menerapkan analisis spasial yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG)
dengan cara tumpang susun (overlay)
Hasil interpretasi peta Kecamatan Polokarto menunjukkan perubahan secara fisik
yang mengakibatkan penyusutan lahan sawah.Kecamatan Polokarto dalam kurun
waktu 10 tahun mengalami perubahan baik berkurang maupun bertambah, perubahan
penggunaan lahan tersebut mencapai pada tahun 2009 didominasi oleh lahan sawah
yang memiliki luas 3165 Ha atau 46,8% dari keseluruhan luas total, menunjukan bahwa
hampir separuh keseluruhan luas Kecamatan Polokarto merupakan lahan sawah yang
memiliki potensi penghasil beras yang baik yang sebagian besar berada di beberapa
desa yaitu Desa Bulu, Desa Mranggen dan Desa Genengsari. Desa yang memiliki lahan
sawah paling sedikit berada di Desa Bugel. Namun di tahun 2019 lahan sawah
mengalami penurunan yang sangat signifikan seluas 984 Ha menjadi 2185 Ha.
Penggunaan lahan selanjutnya yang dominan pada tahun 2009 adalah lahan
permukiman dengan luas mencapai 1854 Ha atau 27% dari keseluruhan luas Kecamatan
Polokarto. Lahan permukiman tersebut berada di seluruh desa yang paling banyak
berada di Desa Polokarto, Desa Mranggen, dan Desa Tepisari. Desa yang memiliki
penggunaan lahan permukiman paling sedikit berada di Desa Kayuapak. Selain dua
penggunaan lahan tersebut pada tahun 2009 terdapat penggunaan lahan perkebunan
dengan memiliki luas 838 Ha, ladang dan tegalan seluas 832 Ha, perairan seluas 59 Ha
dan industri dan perdagangan seluas 13 Ha.
Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto pada tahun 2019 mengalami
perubahan yang signifikan. Yang paling signifikan terlihat adalah perubahan lahan
permukiman yang bertambah dan lahan sawah yang berkurang jumlahnya. Dalam
penggunaan lahan permukiman bertambah menjadi 2286 Ha mencangkup Desa
Mranggen,Desa Polokarto, dan Desa Tepisari yang memiliki luas paling dominan. Jenis
perubahan penggunaan lahan lain dengan pertambahan yang signifikan adalah ladang
dan tegalan yang bertambah seluas 1382 Ha. Hal ini dikarenakan lahan yang berada di
wilayah kering dan kekurangan air sehingga lahan sawah tidak produktif lagi berubah
lahan menjadi ladang dan tegalan dikarenakan lahan yang sudah tidak produktif dan
hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan sehingga tidak dapat
produktif untuk dijadikan pertanian. Perubahan lahan dengan pengurangan luas adalah
lahan perkebunan dengan berkurang menjadi 779 Ha. Luas tersebut berkurang yang
semula pada tahun 2009 seluas 838 Ha. Jenis perubahan lain yaitu lahan sebagai industri
dan perdagangan dengan luas bertambah sebesar 64 Ha, dari tahu 2009 yang hanya 13
Ha. Jenis penggunaan lahan Kecamatan Polokarto dalam kurun waktu 10 tahun
mengalami perubahan seluas 1187 Ha yang dicirikan dengan adanya pertambahan
luasan penggunaan dan penurunan luasan penggunaan lahan dan ada penggunaan,
adapun terdapat penggunaan lahan perairan yang tidak mengalami perubahan
dikarenakan perubahan na sedikit demi sedikit yang memerlukan waktu yang lama
apabila semakin besar ukuran perairan semakin lama juga proses perubahannya kecuali
mengalami sedimentasi. Berikut merupakan gambar 1. Peta sebaran perubahan
penggunaan lahan Kecamatan Polokarto tahun 2009 - 2019 :

Gambar 1. Peta.Sebaran.Perubahan.Penggunaan.Lahan.Kecamatan.Polokarto.Tahun 2009 –


2019
3.2 Pola Sebaran Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Polokarto
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Average Nearest Neighbor
menggunakan aplikasi Arcgis menghasilkan nilai Nearest.Neighbor.ratio.0,781918
dengan.jarak.rata-rata.(Expected.Mean.Distance) 307,8720 meterd dan.z-skor -
6,675310 menunjukan hasil bahwa pola sebaran perubahan penggunaan lahan tergolong
pola mengelompok atau Clustered.
Pola persebaran mengelompok dipengaruhi oleh topografi wilayah karena manusia
akan memilih mendirikan suatu bangunan pada kondisi kemiringan lereng yang datar
.pada.interval.sekitar.0-10% dan berada di ketinggian 0 – 100m diatas permukaan laut
(USDA dalam BAPPEDA, 2011). Selain topografi terdapat faktor lain berupa
aksesibilitas yang mempengaruhi pola persebaran penggunaan lahan. Selain topografi
terdapat faktor lain berupa aksesibilitas yang mempengaruhi pola persebaran
penggunaan lahan. Hal tersebut didukung dengan adanya akses jaringan jalan yang baik
berupa jalanan beraspal dan betonisasi pada setiap ruas jalan lalu dikombinasikan
dengan sarana kesehatan berupa klinik, posyandu, PSN (Pemberantasan sarang
nyamuk), puskesmas. Di bidang pendidikan terdapat TK,SD,SMP, dan SMA yang
terdapat di setiap Desa. Hal ini mrmbuktikan bahwa aksesibilitas yang memadai
mempengaruhi peningkatan penggunaan lahan dan dengan adanya aksesibilitas yang
memadai di suatu tempat maka pola permukiman akan mengarah ke pola
mengelompok. Karena dengan kondisi aksesibilitas yang baik akan memudahkan
masyarakat dalam melakukan mobilitas.
3.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan di
Kecamatan Polokarto
Berkembangnya suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan yang mengakibatkan pembangunan semakin bertambah dan
kepadatan penduduk akan bertambah serta berkurangnya suatu lahan. Faktor yang
berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto sangat
beragam yaitu penduduk, aksesibilitas, nilai lahan, topografi. Selain faktor tersebut
maka dilakukan sesi wawancara untuk memperkuat faktor yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan.
3.3.1 Penduduk
Pertambahan penduduk menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan
penduduk yang menjadikan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal dan
kebutuhan masyaratak juga semakin bertambah dan menjadi faktor yang
berpengaruh di Kecamatan Polokarto. pertambahan penduduk yang tidak begitu
signifikan sebesar 1301 jiwa dalam kurun waktu 10 tahun. Pertambahan ini
disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi nya. Pertambahan penduduk paling
tinggi berada di Desa Polokarto sebesar 183 jiwa, selain itu terdapat salah satu desa
yang mengalami penurunan jumlah penduduk yang berada di Desa Bulu dengan
berkurang sebanyak 30 jiwa. Desa yang mengalami pertambahan penduduk berada
di 16 Desa dari total 17 Desa yang terdapat di Kecamatan Polokarto. 1 desa yang
mengalami penurunan jumlah penduduk nya adalah Desa Bulu yang berkurang
sebanyak -30 jiwa. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar Desa di
Kecamatan Polokarto mengalami pertambahan penduduk.
kepadatan penduduk di Kecamatan Polokarto tahun 2019 mengalami kenaikan
yang tidak signifikan sebesar 1455 jiwa/km2 yang mengartikan bahwa kepadatan
penduduk di Kecamatan Polokarto terbilang sedang. Kepadatan dengan tingkat
tinggi berada di Desa Wonorejo sebesar 2362 jiwa/km2. Karena Desa tersebut berada
di wilayah yang strategis dekat dengan usaha dan industri, lalu akses menuju pusat
kota yang memadai menjadikan banyak penduduk memilih tinggal di wilayah
tersebut. Kepadatan penduduk paling rendah berada di Desa Tepisari sebesar 467
jiwa/km2. Perubahan penggunaan lahan dikarenakan faktor kepadatan penduduk
sangat berpengaruh besar karena jika pertambahan penduduk semakin meningkat
menjadikan kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya juga akan semakin
banyak, sehingga banyak perubahan alih fungsi lahan dari lahan non terbangun
menjadi lahan terbangun.
3.3.2 Aksesibilitas
Perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas.
Aksesibilitas adalah kemudahan akses yang dikakukan dalam melakukan aktivitas
kebutuhan masyarakat demi memberikan kemudahan dan kenyamanan masyarakat.
Semakin mudah aksesibilitas masyarakat terhadap kebutuhan nya maka akan
memberikan manfaat bagi masyarakat nya. Dengan kondisi jaringan jalan yang
sangat baik dibuktikan dengan jaringan jalan yang sudah beraspal dan betonisasi di
setiap ruas jalan. Selain itu kondisi jaringan jalan menuju tempat sarana dan
prasarana seperti kantor kepala desa, klinik kesehatan, puskesmas dan sekolah
mengalami perubahan yang positif dengan kondisi yang beraspal maka akan
meningkatkan mobilitas masyarakat menjadi lancar.
3.3.3 Nilai Lahan
Pertumbuhan jumlah penduduk yang selalu mengalami peningkatan
menyebabkan keterbatasan lahan. Dikarenakan kebutuhan lahan yang tidak dapat
bertambah ditambah jumlah penduduksuatu daerah yang mengakami peningkatan
mengakibatkan nilai lahan semakin tinggi. Nilai lahan dapat menjadi tolok ukur
kemampuan lahan dalam segi lokasi dan produktivitasnya. Lokasi lahan yang berada
di tepi jalan dapat menjadi nilai lebih dikarenakan lokasi yang strategis dan memiliki
aksesibilitas yang mudah dijangkau untuk melakukan berbagai aktivitas. Nilai lahan
di Kecamatan Polokarto terbilang masih rendah menjadikan banyak elemen
masyarakat dan investor berpengalaman untuk tertarik mendirikan izin pendirian
bangunan di kawasan tersebut karena nilai lahan yang tergolong wajar Sehingga
penggunaan lahan yang awalnya sebagai lahan sawah berubah menjadi lahan
industri.
3.3.4 Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi renedahnya suatu tempat permukaan
bumi yang berupa dataran, bukit, ataupun pegunungan yang dinyatakan dalam
bentuk persen atau derajat. Kecamatan Polokarto mempunyai topografi dengan
ketinggian 96 diatas permukaan laut dengan luas 6.218 Ha atau sekitar 13,32% dari
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Sukoharjo. Wilayah yang memiliki kemiringan
yang datar memiliki perkembangan aksesibilitas yang berkembang karena tidak
terkendala dengan topografi wilayah sehingga menjadi nilai lebih lahan yang berada
di Kecamatan Polokarto, oleh karena itu banyak masyarakat yang membangun lahan
terbangun di Kecamatan Polokarto.
3.3.5 Hasil Wawancara
Hasil wawancara merupakan suatu bukti atau kesimpulan yang diambil dari
narasumber dengan cara wawancara terhadap Kepala Desa ataupun perangkat desa
lain yang sanggup diwawancara. Alasan kuat dilakukan wawancara kepada Kepala
Desa Karena narasumber tersebut paham betul akan perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di wilayah tersebut.
Hasil wawancara terhadap Perangkat Desa diperoleh hasil secara umum bahwa
beberapa Desa di Kecamatan Polokarto memiliki tingkat aksesibilitas yang mudah
diakses dengan jalan yang beraspal dan berbeton sehingga meningkatkan keawetan
jaringan jalan. Pelayanan juga dipermudah dengan tingkat sarana prasarana yang
memadai dengan adanya sekolah, poliklinik, dokter praktek, PKD, masjid, gereja,
dan pelayanan umum desa. Dari penuturan narasumber juga didapatkan Akses
sarana prasarana yang mudah dijangkau dengan jaringan jalan yang baik, secara
umum kondisi fasilitas umum baik fasilitas kesehatan, sosial, dan kesehatan sejauh
ini dalam kondisi baik dan setiap tahun mengalami peningkatan dikarenakan setiap
tahunnya diadakan pemeliharaan dari pihak pemerintah sehingga kegiatan
masyarakat menjadi lancar.
Berubahnya suatu penggunaan lahan didasarkan dengan wilayah yang strategis
untuk didirikannya bangunan, maka dari itu dibutuhkan nya perizinan pendirian
suatu bangunan industri dengan persyaratan yang sudah tertata dalam prosedur dari
pusat yang harus ditaati. Berupa ijin terhadap pemerintah kabupaten dengan
prosedur yang telah ditentukan, apabila prosedur telah di lakukan dan di setujui oleh
pemerintah pusat maka pihak perangkat desa akan mengizinkan pendirian suatu
bangunan karena telah mendapatkan ijin dari pemerintah pusat. Kondisi ekomomi
masyarakat dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan yang dulunya masyarakat
memiliki kondisi ekonomi yang sulit sekarang dalam satu KK masyarakat sudah
memiliki minimal 1-2 kendaraan pribadi. Perkembangan lain berupa pelayanan
pemerintah kepada masyarakat yang dulu nya dilakukan secara manual atau bersifat
terbatas sekarang pelayanan masyarakat banyak dibantu dengan adanya akses
internet. Dengan nilai lahan yang relatif terjangkau dengan kisaran Rp500.000 - Rp
3.000.000/m2 menjadikan banyak investor yang mendirikan bangunan industri di
Kecamatan Polokarto. Banyaknya tenaga kerja yang membutuhkan lapangan
pekerjaan menjadikan nilai lebih untuk mendirikan bangunan. Untuk daya dukung
lahan di Kecamatan Polokarto terdapat pro dan kontra tentang pemanfaatan lahan,
dalam penuturan Bp Supardi selaku Kepala Desa Genengsari mengatakan
“mendukung karena tanah yang kurang produktif” adapula pendapat berbeda dari
Bp Sriyanto selaku Sekretaris Desa pranan mengatakan “tidak boleh karena
lahannya masih berupa lahan hijau/pertanian”. Selain itu penuturan berbeda di
sampaikan oleh Bp. Sutardi selaku Sekretaris Desa Polokarto yang mengatakan
“lahan industri masih siap untuk dijadikan pembangunan ditambah lagi kondisi
lahan pertanian yang berupa tadah hujan yang hanya mengandalkan air hujan untuk
pengairan nya sehingga menimbulkan kondisi tanah yang tidak produktif ketika di
musim panas”
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto pada tahun 2009 hingga
2019 seluas 2065 Ha. Perubahan tersebut didominasi berkurangnya lahan sawah
sebesar 974Ha dengan desa yang terlihat perubahan nya adalah Desa Genengsari,
Desa Polokarto, Desa Rejosari, Desa Bulu, Desa Wonorejo. Perubahan penggunaan
tersebut karena alih fungsi lahan seperti lahan industri dan perdagangan, ladang dan
tegalan, perkebunan, dan permukiman. Berkurangnya luasan penggunaan lahan
sawah dipengaruhi beberapa faktor seperti pertumbuhan penduduk, kemudahan
aksesibilitas, sarana prasarana yang dijangkau dengan mudah, nilai lahan yang
relatif terjangkau, tenaga kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode Average Nearest Neighbor
menggunakan aplikasi Arcgis versi 10.2.2 menghasilkan nilai Nearest
Neighbor.Ratio.0,781918 dengan jarak rata-rata (Expected.mean.Distance)
307,8720.dan.z-score.-6,675310. Hal ini menunjukan bahwa persebaran perubahan
penggunaan lahan Kecamatan Polokarto adalah mengelompok (Clustered).
Berkembangnya suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan yang mengakibatkan pembangunan semakin bertambah dan
kepadatan penduduk akan bertambah serta berkurangnya suatu lahan. Faktor yang
berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto sangat
beragam yaitu penduduk, aksesibilitas, nilai lahan, topografi. Selain faktor tersebut
maka dilakukan sesi wawancara untuk memperkuat faktor yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan, seperti mudahnya aksesibilitas, mekanisme perizinan
pendirian industri yang mudah, banyaknya tenaga kerja yang membutuhkan
lapangan pekerjaan menjadikan suatu wilayah mengalami perubahan penggunaan
lahan.
4.2 Saran
Lahan sawah di Kecamatan Polokarto yang semakin berkurang setiap tahun nya
karena alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun maka seharusnya pemerintah desa
berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam memberi wewenang untuk
mengawasi alih fungsi lahan. Koordinasi dengan pemerintah pusat adalah dengan
melakukan pengawasan ekstra dalam izin pendirian bangunan agar sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten yang telah di tetapkan.

You might also like