You are on page 1of 21

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO


TAHUN 2009 dan 2019

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh :

DELASKA HAEKAL MAHENDRA

E100170098

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022

1
2
3
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 20 Agustus 2022

Delaska Haekal Mahendra

4
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN
POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2019

Abstract
Land use change is a process of change that starts from previous land use to the
latest land use that can be fixed or temporary and creates a logical influence from
the growth and transformation of changes in the socioeconomic structure of the
population that is on the rise for both commercial and industrial purposes.
Polokarto Subdistrict is the dominant area with agricultural land with 44% of the
area being in the form of agricultural land use but there have been significant
changes due to its strategic location so it is necessary to map land use changes in
Polokarto District. The purpose of this study is to analyze the persistence of land
use change in Polokarto District and find out the prominent factors in land use
change in Polokarto District. The research method used is survey and analysis of
secondary data of primary and secondary data. The data preparation technique
by utilizing GIS technology was then used the overlay method using the land use
map in 2009 and in 2019 it produced an analysis using descriptive methods and
factors that influenced land function change in Polokarto District. The change in
land use from 2009 to 2019 was dominated by a decrease in the type of rice field
use which decreased by 974 ha. Land use change in Polokarto District is
dominated by paddy land use which has changed by 47% and then there is a
settlement land use that has changed by 22%. Polokarto Village became a village
with a total of 236 ha of changes. This is because the land in a dry area so that
unproductive paddy fields turn land into fields and moorings and only rely on
rainwater as a source of irrigation so that it is no longer productive to be used as
agriculture. The pattern of distribution of changes in industrial and trade land
use, plantations, rice fields, settlements, fields and moorings and waters from
2009 to 2019 shows the results that the pattern of distribution of land use change
is classified as a clustering or Clustered pattern obtained from the results through
the Average Nearest Neighbor method.

Keywords: Land Use, Land Use Change, Land Change Factor, Polokarto.

Abstrak
Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu proses perubahan yang bermula
dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan terbaru yang dapat
bersifat tetap atauupun dalam waktu sementara dan menciptakan pengaruh logis
dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
penduduk yang sedang meningkat baik untuk tujuan komersial maupun industri.
Kecamatan polokarto merupakan wilayah yang dominan terdapat lahan pertanian
dengan 44% wilayahnya berupa penggunaan lahan pertanian namun terjadi

5
perubahan yang signifikan karena letaknya yang strategis sehingga perlu
dilakukan pemetaan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis agihan perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto dan mengetahui faktor yang
menonjol dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto. Metode
penelitian yang digunakan adalah survey dan analisis data sekunder data primer
dan sekunder. Teknik penyusunan data dengan memanfaatkan teknologi SIG
kemudian digunakan metode overlay dengan menggunakan peta penggunaan
lahan tahun 2009 beserta tahun 2019 menghasilkan analisis menggunakan
metode deskriptif serta faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di
Kecamatan Polokarto. Perubahan penggunaan lahan dari tahun 2009 menuju
tahun 2019 didominasi oleh berkurangnya jenis penggunaan lahan sawah yang
berkurang sebanyak 974 Ha. Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan
Polokarto didominasi oleh penggunaan lahan sawah yang mengalami perubahan
47% lalu ada penggunaan lahan permukiman mengalami perubahan 22%. Desa
Polokarto menjadi sebuah desa dengan keseluruhan mengalami perubahan
sebanyak 236 Ha. Hal ini dikarenakan lahan yang berada di wilayah kering
sehingga lahan sawah tidak produktif berubah lahan menjadi ladang dan tegalan
dan hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan sehingga tidak
produktif lagi untuk dijadikan pertanian. Pola persebaran perubahan penggunaan
lahan industri dan perdagangan, perkebunan, sawah, permukiman, ladang dan
tegalan dan perairan dari tahun 2009 ke 2019 yaitu menunjukan hasil bahwa pola
sebaran perubahan penggunaan lahan tergolong pola mengelompok atau
Clustered yang didapatkan dari hasil melalui metode Average Nearest Neighbor.
Kata Kunci: Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan, Faktor
perubahan Lahan, Polokarto

1. Pendahuluan
Aktifitas penggunaan lahan akan semakin meningkat bila jumlah kepadatan
penduduk semakin bertambah setiap tahunnya, dikarenakan lahan yang bersifat
permanen dan tidak dapat ditambah lagi, sehingga mengakibatkan lahan yang
semula digunakan untuk resapan air akhirnya beralih fungsi menjadi lahan
produktif untuk kepentingan pribadi masyarakat guna memenuhi kebutuhan
hidup, antara lain permukiman, industri, komersial, jasa, dan lain-lain.
Menyempitnya kesediaan lahan serta banyaknya kuantitas desakan akan

6
keinginan lahan memicu permasalahan berupa konflik penggunaan lahan dengan
nilai keuntungan yang tinggi dan ekonomis dari penggunaan tanah yang akan
berdampak buruk bagi lahan yang digunakan (Ernawati, 2008).
Meningkatnya kebutuhan lahan dalam memenuhi kegiatan dikarenakan
dampak dari meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan terjadinya
permasalahan, karena terbatasnya ketersediaan lahan yang tidak diimbangi dengan
pengelolaan lahan yang menjadikan kebutuhan lahan yang bertambah banyak
sementara itu luasah lahan yang tak dapat bertambah. Pola penggunaan lahan
yang minim efisien ini bakal memicu timbulnya sejumlah masalah yaitu
menurunkan kualitas lingkungan kota dan menurunkan kualitas air terlebih air
tanah (Ardeasari,2020).
Kabupaten sukoharjo secara administratif ialah salah satu kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah, yang menyimpan posisi yang strategis
persimpangan JOGLOSEMAR yaitu antara lain simpang Yogyakarta, Solo, dan
Semarang. Selain itu wilayah Kabupaten Sukoharjo yang masuk dalam sebuah
kawasan perkembangan pembangunan berupa bidang industri, pariwisata, dan
pertanian SUBOSUKOWONOSRATEN (Sukoharjo, Boyolali, Surakarta,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten). Letaknya yang dikelilingi oleh 6
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten.Wonogiri, Kabupaten.Karanganyar,
Kabupaten.Gunungkidul (Provinsi DIY), Kabupaten.Klaten, Kabupaten Boyolali
dan Kota Surakarta.
Kecamatan Polokarto secara administratif berada di timur Kabupaten
Sukoharjo yang berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar memiliki wilayah
yang memungkinkan terjadinya migrasi, umumnya migrasi dalam waktu
sementara semisal sekedar untuk keperluan pekerjaan dan pendidikan.
Pembangunan yang semakin pesat berkembang dilihat dengan perkembangan
dalam penggunaan lahan, peningkatan kebutuhan lahan untuk perkembangan
wilayah. Dengan meningkatnya penggunaan lahan baru sebagai tempat usaha,
lahan tempat tinggal ataupun jasa yang menempati lahan yang sebelumnya
berfungsi sebagai lahan pertanian (BPS Kecamatan Polokarto 2019). Selain itu
proses migrasi juga berpengaruh dalam meningkatnya pertambahan penduduk dan

7
perubahan penggunaan lahan. Kecamatan polokarto secara administratif terletak
di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah Wilayah yang terletak di dataran
tinggi, dengan berada di ketinggian 96 meter diatas permukaan laut. Luas
Kecamatan Polokarto merupakan luas kecamatan terbesar yang berada di
Kabupaten Sukoharjo. Walaupun memiliki wilayah kecamatan dengan luas
terbesar di Kabupaten Sukoharjo, namun Kecamatan Polokarto memiliki jumlah
penduduk terbanyak ke 6 di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 dengan
penduduk sebanyak 75.724 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2009 hingga 2019 bertambah sebanyak 1.250 jiwa.
Kecamatan Polokarto merupakan suatu daerah dengan lahan pertanian yang
berada di wilayah kering (kekurangan air) karena hanya mengandalkan air hujan
sebagai sumber pengairan sehingga hanya menyimpan air dalam jumkah sedikit.
Menjadikannya wilayah yang mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan
pertanian menjadi lahan terbangun contohnya lahan pertanian berubah menjadi
lahan kering atau ladang dan tegalan. Kecamatan polokarto memiliki luas 6218
Ha (62,18km2). Dalam data BPS pada tahun 2009 terdapat penggunaan lahan
sawah sebesar 2576 Ha dan bukan sawah sebesar 3642 Ha. Berselang 10 tahun
kemudian atau tahun 2019 penggunaan lahan sawah 2446 Ha dan lahan bukan
sawah mencapai 3062 Ha yang tersebar di 17 Desa.
Tujuan penelitian kali ini diharapkan dapat mengetahui persebaran perubahan
penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto lalu faktor dominan diperlukan untuk
mengetahui seberapa besar faktor berupa penduduk, aksesibilitas, nilai lahan,
topografi. Lalu dibuktikan dengan hasil wawancara. Dalam penelitian ini peran
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi sangat penting. Karena dalam
penelitianya, poin penting adalah membandingkan dua citra dengan rentan waktu
yang berbeda antara tahun 2009 dan 2019 untuk diketahui perbedaan-perbedaan
yang ada. Perbedaan yang dimaksud adalah dalam hal perubahan penggunaan
lahan yang terjadi di wilayah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo yang
kemudian berperan penting dalam proses penelitian ini. Pada penampakannya,
berikut kenampakan citra Kecamatan Polokarto pada tahun 2009.

8
2. Metode.Penelitian
`Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
sekunder dan primer. penelitian dengan analisis data primer dicirikan dengan data
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
didapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara terhadap tokoh penting yang berada di wilayah dengan perubahan
penggunaan lahan paling banyak. Data sekunder diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada dan sudah
tercatat dan ditetapkan dalam buku yang telah diterbitkan atau un sebuah laporan.
Data ini didapatkan melalui permohonan ijin permintaan data pada instansi terkait
untuk mendaatkan data yang valid. Data ini digunakan untuk mendukung
informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur,
penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.n
Selama analisis dalam mengerjakan penelitian skripsi berjudul perubahan
penggunaan lahan dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan
memanfaatkan teknologi SIG yaitu dengan menggunakan metode overlay
menggunakan peta penggunaan lahan tahun 2009 dengan peta penggunaan lahan
tahun 2019. Output dari hasil overlay tersebut berupa peta perubahan penggunaan
lahan yang dapat dianalisis menggunakan metode deskriptif. Dari hasil tersebut
dapat diketahui sebaran penggunaan lahan serta lahan-lahan yang mengalami
perubahan pemanfaatannya atau perubahan penggunaan lahan di wilayah
Kecamatan Polokarto.
Dalam analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan
pengguaan lahan yang di analisis, ada beberapa faktor yang dapat diketahui untuk
mencari perubahan penggunaan lahan adalah dengan cara melakukan survey ke
lapangan untuk mengecek bukti-bukti perubahan penggunaan lahan selain itu
untuk lebih memperkuat bukti tersebut dilakukan wawancara langsung ke
lapangan beserta tokoh-tokoh kunci atau perangkat desa terkait yang memahami
permasalahan lahan di daerah penelitian.

9
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Agihan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Polokarto
Penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto didominasi oleh sawah dan
permukiman dapat diketahui dari perkembangan fisik yang dapat di
interpretasi pada tahun 2009 dan 2019 dengan menerapkan analisis spasial
yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan cara tumpang susun
(overlay)
Hasil interpretasi peta Kecamatan Polokarto menunjukkan perubahan
secara fisik yang mengakibatkan penyusutan lahan sawah.Kecamatan
Polokarto dalam kurun waktu 10 tahun mengalami perubahan baik
berkurang maupun bertambah, perubahan penggunaan lahan tersebut
mencapai pada tahun 2009 didominasi oleh lahan sawah yang memiliki
luas 3165 Ha atau 46,8% dari keseluruhan luas total, menunjukan bahwa
hampir separuh keseluruhan luas Kecamatan Polokarto merupakan lahan
sawah yang memiliki potensi penghasil beras yang baik yang sebagian
besar berada di beberapa desa yaitu Desa Bulu, Desa Mranggen dan Desa
Genengsari. Desa yang memiliki lahan sawah paling sedikit berada di
Desa Bugel. Namun di tahun 2019 lahan sawah mengalami penurunan
yang sangat signifikan seluas 984 Ha menjadi 2185 Ha. Penggunaan lahan
selanjutnya yang dominan pada tahun 2009 adalah lahan permukiman
dengan luas mencapai 1854 Ha atau 27% dari keseluruhan luas Kecamatan
Polokarto. Lahan permukiman tersebut berada di seluruh desa yang paling
banyak berada di Desa Polokarto, Desa Mranggen, dan Desa Tepisari.
Desa yang memiliki penggunaan lahan permukiman paling sedikit berada
di Desa Kayuapak. Selain dua penggunaan lahan tersebut pada tahun 2009
terdapat penggunaan lahan perkebunan dengan memiliki luas 838 Ha,
ladang dan tegalan seluas 832 Ha, perairan seluas 59 Ha dan industri dan
perdagangan seluas 13 Ha.
Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto pada tahun 2019
mengalami perubahan yang signifikan. Yang paling signifikan terlihat

10
adalah perubahan lahan permukiman yang bertambah dan lahan sawah
yang berkurang jumlahnya. Dalam penggunaan lahan permukiman
bertambah menjadi 2286 Ha mencangkup Desa Mranggen,Desa Polokarto,
dan Desa Tepisari yang memiliki luas paling dominan. Jenis perubahan
penggunaan lahan lain dengan pertambahan yang signifikan adalah ladang
dan tegalan yang bertambah seluas 1382 Ha. Hal ini dikarenakan lahan
yang berada di wilayah kering dan kekurangan air sehingga lahan sawah
tidak produktif lagi berubah lahan menjadi ladang dan tegalan dikarenakan
lahan yang sudah tidak produktif dan hanya mengandalkan air hujan
sebagai sumber pengairan sehingga tidak dapat produktif untuk dijadikan
pertanian. Perubahan lahan dengan pengurangan luas adalah lahan
perkebunan dengan berkurang menjadi 779 Ha. Luas tersebut berkurang
yang semula pada tahun 2009 seluas 838 Ha. Jenis perubahan lain yaitu
lahan sebagai industri dan perdagangan dengan luas bertambah sebesar 64
Ha, dari tahu 2009 yang hanya 13 Ha. Jenis penggunaan lahan Kecamatan
Polokarto dalam kurun waktu 10 tahun mengalami perubahan seluas 1187
Ha yang dicirikan dengan adanya pertambahan luasan penggunaan dan
penurunan luasan penggunaan lahan dan ada penggunaan, adapun terdapat
penggunaan lahan perairan yang tidak mengalami perubahan dikarenakan
perubahan na sedikit demi sedikit yang memerlukan waktu yang lama
apabila semakin besar ukuran perairan semakin lama juga proses
perubahannya kecuali mengalami sedimentasi. Berikut merupakan gambar
1. Peta sebaran perubahan penggunaan lahan Kecamatan Polokarto tahun
2009 - 2019 :

11
Gambar 1.
Peta.Sebaran.Perubahan.Penggunaan.Lahan.Kecamatan.Polokarto.Tahun 2009 –
2019

12
3.2 Pola Sebaran Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Polokarto
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Average Nearest
Neighbor menggunakan aplikasi Arcgis menghasilkan nilai
Nearest.Neighbor.ratio.0,781918 dengan.jarak.rata-rata.
(Expected.Mean.Distance) 307,8720 meterd dan.z-skor -6,675310
menunjukan hasil bahwa pola sebaran perubahan penggunaan lahan
tergolong pola mengelompok atau Clustered.
Pola persebaran mengelompok dipengaruhi oleh topografi wilayah
karena manusia akan memilih mendirikan suatu bangunan pada kondisi
kemiringan lereng yang datar .pada.interval.sekitar.0-10% dan berada di
ketinggian 0 – 100m diatas permukaan laut (USDA dalam BAPPEDA,
2011). Selain topografi terdapat faktor lain berupa aksesibilitas yang
mempengaruhi pola persebaran penggunaan lahan. Selain topografi
terdapat faktor lain berupa aksesibilitas yang mempengaruhi pola
persebaran penggunaan lahan. Hal tersebut didukung dengan adanya akses
jaringan jalan yang baik berupa jalanan beraspal dan betonisasi pada setiap
ruas jalan lalu dikombinasikan dengan sarana kesehatan berupa klinik,
posyandu, puskesmas, PSN (Pemberantasan sarang nyamuk). Di bidang
pendidikan terdapat TK,SD,SMP, dan SMA yang terdapat di setiap Desa.
Hal ini mrmbuktikan bahwa aksesibilitas yang memadai mempengaruhi
peningkatan penggunaan lahan dan dengan adanya aksesibilitas yang
memadai di suatu tempat maka pola permukiman akan mengarah ke pola
mengelompok. Karena dengan kondisi aksesibilitas yang baik akan
memudahkan masyarakat dalam melakukan mobilitas.

3.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan


di Kecamatan Polokarto
Berkembangnya suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan yang mengakibatkan pembangunan semakin
bertambah dan kepadatan penduduk akan bertambah serta berkurangnya
suatu lahan. Faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan
lahan di Kecamatan Polokarto sangat beragam yaitu penduduk,
aksesibilitas, nilai lahan, topografi. Selain faktor tersebut maka dilakukan
sesi wawancara untuk memperkuat faktor yang menyebabkan perubahan
penggunaan lahan.

3.3.1 Penduduk
Pertambahan penduduk menjadi salah satu faktor terjadinya
perubahan penduduk yang menjadikan kebutuhan masyarakat akan
tempat tinggal dan kebutuhan masyaratak juga semakin bertambah dan
menjadi faktor yang berpengaruh di Kecamatan Polokarto. pertambahan
penduduk yang tidak begitu signifikan sebesar 1301 jiwa dalam kurun
waktu 10 tahun. Pertambahan ini disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi nya. Pertambahan penduduk paling tinggi berada di
Desa Polokarto sebesar 183 jiwa, selain itu terdapat salah satu desa
yang mengalami penurunan jumlah penduduk yang berada di Desa Bulu
dengan berkurang sebanyak 30 jiwa. Desa yang mengalami
pertambahan penduduk berada di 16 Desa dari total 17 Desa yang
terdapat di Kecamatan Polokarto. 1 desa yang mengalami penurunan
jumlah penduduk nya adalah Desa Bulu yang berkurang sebanyak -30
jiwa. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar Desa di
Kecamatan Polokarto mengalami pertambahan penduduk.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Polokarto tahun 2019
mengalami kenaikan yang tidak signifikan sebesar 1455 jiwa/km 2 yang
mengartikan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Polokarto
terbilang sedang. Kepadatan dengan tingkat tinggi berada di Desa
Wonorejo sebesar 2362 jiwa/km2. Karena Desa tersebut berada di
wilayah yang strategis dekat dengan usaha dan industri, lalu akses
menuju pusat kota yang memadai menjadikan banyak penduduk
memilih tinggal di wilayah tersebut. Kepadatan penduduk paling rendah
berada di Desa Tepisari sebesar 467 jiwa/km 2. Perubahan penggunaan
lahan dikarenakan faktor kepadatan penduduk sangat berpengaruh besar

14
karena jika pertambahan penduduk semakin meningkat menjadikan
kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya juga akan semakin
banyak, sehingga banyak perubahan alih fungsi lahan dari lahan non
terbangun menjadi lahan terbangun.

3.3.2 Aksesibilitas
Perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas.
Aksesibilitas adalah kemudahan akses yang dikakukan dalam
melakukan aktivitas kebutuhan masyarakat demi memberikan
kemudahan dan kenyamanan masyarakat. Semakin mudah aksesibilitas
masyarakat terhadap kebutuhan nya maka akan memberikan manfaat
bagi masyarakat nya. Dengan kondisi jaringan jalan yang sangat baik
dibuktikan dengan jaringan jalan yang sudah beraspal dan betonisasi di
setiap ruas jalan. Selain itu kondisi jaringan jalan menuju tempat sarana
dan prasarana seperti kantor kepala desa, klinik kesehatan, puskesmas
dan sekolah mengalami perubahan yang positif, dengan kondisi yang
beraspal maka akan meningkatkan mobilitas masyarakat menjadi
lancar.

3.3.3 Nilai Lahan


Pertumbuhan jumlah penduduk yang selalu mengalami peningkatan
menyebabkan keterbatasan lahan. Dikarenakan kebutuhan lahan yang
tidak dapat bertambah ditambah jumlah penduduksuatu daerah yang
mengakami peningkatan mengakibatkan nilai lahan semakin tinggi.
Nilai lahan dapat menjadi tolok ukur kemampuan lahan dalam segi
lokasi dan produktivitasnya. Lokasi lahan yang berada di tepi jalan
dapat menjadi nilai lebih dikarenakan lokasi yang strategis dan
memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau untuk melakukan
berbagai aktivitas. Nilai lahan di Kecamatan Polokarto terbilang masih
rendah menjadikan banyak elemen masyarakat dan investor
berpengalaman untuk tertarik mendirikan izin pendirian bangunan di

15
kawasan tersebut karena nilai lahan yang tergolong wajar Sehingga
penggunaan lahan yang awalnya sebagai lahan sawah berubah menjadi
lahan industri.

3.3.4 Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi renedahnya suatu tempat
permukaan bumi yang berupa dataran, bukit, ataupun pegunungan yang
dinyatakan dalam bentuk persen atau derajat. Kecamatan Polokarto
mempunyai topografi dengan ketinggian 96 diatas permukaan laut
dengan luas 6.218 Ha atau sekitar 13,32% dari keseluruhan luas
wilayah Kabupaten Sukoharjo. Wilayah yang memiliki kemiringan
yang datar memiliki perkembangan aksesibilitas yang berkembang
karena tidak terkendala dengan topografi wilayah sehingga menjadi
nilai lebih lahan yang berada di Kecamatan Polokarto, oleh karena itu
banyak masyarakat yang membangun lahan terbangun di Kecamatan
Polokarto.

3.3.5 Hasil Wawancara


Hasil wawancara merupakan suatu bukti atau kesimpulan yang
diambil dari narasumber dengan cara wawancara terhadap Kepala Desa
ataupun perangkat desa lain yang sanggup diwawancara. Alasan kuat
dilakukan wawancara kepada Kepala Desa Karena narasumber tersebut
paham betul akan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah
tersebut.
Hasil wawancara terhadap Perangkat Desa diperoleh hasil secara
umum bahwa beberapa Desa di Kecamatan Polokarto memiliki tingkat
aksesibilitas yang mudah diakses dengan jalan yang beraspal dan
berbeton sehingga meningkatkan keawetan jaringan jalan. Pelayanan
juga dipermudah dengan tingkat sarana prasarana yang memadai
dengan adanya sekolah, poliklinik, dokter praktek, PKD, masjid, gereja,
dan pelayanan umum desa. Dari penuturan narasumber juga didapatkan

16
Akses sarana prasarana yang mudah dijangkau dengan jaringan jalan
yang baik, secara umum kondisi fasilitas umum baik fasilitas kesehatan,
sosial, dan kesehatan sejauh ini dalam kondisi baik dan setiap tahun
mengalami peningkatan dikarenakan setiap tahunnya diadakan
pemeliharaan dari pihak pemerintah sehingga kegiatan masyarakat
menjadi lancar.
Berubahnya suatu penggunaan lahan didasarkan dengan wilayah
yang strategis untuk didirikannya bangunan, maka dari itu dibutuhkan
nya perizinan pendirian suatu bangunan industri dengan persyaratan
yang sudah tertata dalam prosedur dari pusat yang harus ditaati. Berupa
ijin terhadap pemerintah kabupaten dengan prosedur yang telah
ditentukan, apabila prosedur telah di lakukan dan di setujui oleh
pemerintah pusat maka pihak perangkat desa akan mengizinkan
pendirian suatu bangunan karena telah mendapatkan ijin dari
pemerintah pusat. Kondisi ekomomi masyarakat dari tahun ke tahun
juga mengalami perubahan yang dulunya masyarakat memiliki kondisi
ekonomi yang sulit sekarang dalam satu KK masyarakat sudah
memiliki minimal 1-2 kendaraan pribadi. Perkembangan lain berupa
pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang dulu nya dilakukan
secara manual atau bersifat terbatas sekarang pelayanan masyarakat
banyak dibantu dengan adanya akses internet. Dengan nilai lahan yang
relatif terjangkau dengan kisaran Rp500.000 - Rp 3.000.000/m 2
menjadikan banyak investor yang mendirikan bangunan industri di
Kecamatan Polokarto. Banyaknya tenaga kerja yang membutuhkan
lapangan pekerjaan menjadikan nilai lebih untuk mendirikan bangunan.
Untuk daya dukung lahan di Kecamatan Polokarto terdapat pro dan
kontra tentang pemanfaatan lahan, dalam penuturan Bp Supardi selaku
Kepala Desa Genengsari mengatakan “mendukung karena tanah yang
kurang produktif” adapula pendapat berbeda dari Bp Sriyanto selaku
Sekretaris Desa pranan mengatakan “tidak boleh karena lahannya masih
berupa lahan hijau/pertanian”. Selain itu penuturan berbeda di

17
sampaikan oleh Bp. Sutardi selaku Sekretaris Desa Polokarto yang
mengatakan “lahan industri masih siap untuk dijadikan pembangunan
ditambah lagi kondisi lahan pertanian yang berupa tadah hujan yang
hanya mengandalkan air hujan untuk pengairan nya sehingga
menimbulkan kondisi tanah yang tidak produktif ketika di musim
panas”

4. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto pada tahun
2009 hingga 2019 seluas 2065 Ha. Perubahan tersebut didominasi
berkurangnya lahan sawah sebesar 974Ha dengan desa yang terlihat
perubahan nya adalah Desa Genengsari, Desa Polokarto, Desa
Rejosari, Desa Bulu, Desa Wonorejo. Perubahan penggunaan tersebut
karena alih fungsi lahan seperti lahan industri dan perdagangan, ladang
dan tegalan, perkebunan, dan permukiman. Berkurangnya luasan
penggunaan lahan sawah dipengaruhi beberapa faktor seperti
pertumbuhan penduduk, kemudahan aksesibilitas, sarana prasarana
yang dijangkau dengan mudah, nilai lahan yang relatif terjangkau,
tenaga kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan metode Average Nearest Neighbor
menggunakan aplikasi Arcgis versi 10.2.2 menghasilkan nilai Nearest
Neighbor.Ratio.0,781918 dengan jarak rata-rata
(Expected.mean.Distance) 307,8720.dan.z-score.-6,675310. Hal ini
menunjukan bahwa persebaran perubahan penggunaan lahan
Kecamatan Polokarto adalah mengelompok (Clustered).
Berkembangnya suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan yang mengakibatkan pembangunan
semakin bertambah dan kepadatan penduduk akan bertambah serta
berkurangnya suatu lahan. Faktor yang berpengaruh terhadap
perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Polokarto sangat beragam

18
yaitu penduduk, aksesibilitas, nilai lahan, topografi. Selain faktor
tersebut maka dilakukan sesi wawancara untuk memperkuat faktor
yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan, seperti mudahnya
aksesibilitas, mekanisme perizinan pendirian industri yang mudah,
banyaknya tenaga kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan
menjadikan suatu wilayah mengalami perubahan penggunaan lahan.

4.2 Saran
Lahan sawah di Kecamatan Polokarto yang semakin berkurang
setiap tahun nya karena alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun
maka seharusnya pemerintah desa berkoordinasi dengan pemerintah
pusat dalam memberi wewenang untuk mengawasi alih fungsi lahan.
Koordinasi dengan pemerintah pusat adalah dengan melakukan
pengawasan ekstra dalam izin pendirian bangunan agar sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten yang telah di tetapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, Ilham. (2020). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan
Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 dan 2019. Surakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ardeasari, Fatikha. (2020). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan
Ceper Kabupaten Klaten Tahun 2010 dan 2020. Surakarta: Fakultas
Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo. 2010. Kecamatan Polokarto
Dalam Angka 2010, Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo. 2020. Kecamatan Polokarto
Dalam Angka 2020, Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo.
Chapin, F.S and J. Kaiser,1979. Urban Land Use Planning. Chicago : University
of Chicago Press.
Haylan, R., Anwar, S., Antomi, Y., & Studi Geografi, P. (n.d.). POLADAN
PERKEMBANGANPERMUKIMAN DI KECAMATAN MANDIANGIN
KOTO SELAYAN KOTA BUKITTINGGI.
Hidayat, Mas Said. (2020). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012 dan 2018. Surakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mukti, Ari Dwi. (2020). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan
Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 dan 2018. Surakarta:
Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nearest Neighbour Untuk Kajian Manfaat Objek Wisata Di Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten. In JGEL) (Vol. 2, Issue 2).
Sukroraharjo, Ahmad. (2018). Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan
Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 dan 2017. Surakarta: Fakultas
Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

20

You might also like