You are on page 1of 58

TIN1AUAN LA1U SEDIMENTASI DAN SISTEM PENGENDALIAN

SEDIMENTASI PADA KANTONG LUMPUR BENDUNG PER1AYA


OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII


Oleh
SARTIKA





PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
1URUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWI1AYA

INDRALAYA
2011
SUMMARY

SARTIKA. The Review oI Sedimentation Rate and Sedimentation Control System
in Mud Reservoir at Perjaya Weir oI OPSDA II Balai Besar Wilayah Sungai
Sumatera VIII (Supervised by EDWARD SALEH).
The Iield practice objective was to study the sedimentation rate in relation to
network operations at Perjaya Weir oI OPSDA II Balai Besar Wilayah Sungai
Sumatera VIII. It was conducted Irom 6 to 30 October 2011.
The method used in this Iield practice were interview, Iield observation,
literatures study, data compilation as well as operational and maintenance activities
within mud reservoir.
Results oI this Iield practice showed that Perjaya Weir had 5 mud pockets
each having 10 Ilushing gates located in the center. Maximum storage volume oI all
mud pockets was 21641,76 m
3
. The mud was discharged through Ilush out channel
that Ilow directly into the downstream side oI river. Sedimentation rate during
normal discharge was 0.007 m.s
-1
, 0.009 m.s
-1
during the highest discharge and
0.0006 m.s
-1
during the lowest discharge. Average value oI sedimentation thickness
Ior each mud reservoir aIter dredging was 0.8 m at intake gate during operational
stage and 0.5 m at intake gate during idle stage. The Ilushing operation oI mud
reservoir during wet season was done once in every two months. The Ilushing
operation Ior each mud reservoir require at least 5 to 6 labors and 5 to 7 working
days beIore and aIter wet season.

RINGKASAN
SARTIKA. Tinjauan Laju Sedimentasi dan Sistem Pengendalian Sedimentasi pada
Kantong Lumpur Bendung Perjaya OPSDA II Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera
VIII ( Dibimbing oleh EDWARD SALEH ).
Tujuan praktik lapangan ini bertujuan untuk mempelajari tingkat
sedimentasi dalam kaitan operasi jaringan pada Bendung Perjaya OPSDA II Balai
Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII. Praktik lapangan dilaksanakan mulai 6
Oktober sampai dengan 31 Oktober 2011.
Praktik lapangan ini dilakukan dengan metodologi wawancara, pengamatan
lapangan, studi kepustakaan, pencatatan data dan kegiatan operasi dan pemeliharaan
yang terdapat di Kantong Lumpur.
Hasil praktik menunjukkan bahwa Bendung Perjaya memiliki 5 kantong
lumpur yang masing-masing terdapat 10 pintu bilas ditengahnnya. Volume
tampungan kantong lumpur maksimal 21641,76 m
3
keseluruhan kantong lumpur.
Lumpur dibuang melalui saluran flush out yang mengalir langsung ke hilir sungai.
Laju sedimentasi pada saat debit normal yaitu 0,007 m/s, saat debit tertinggi 0,009
m/s dan saat debit terendah 0,0006 m/s. Tebal sedimentasi setiap kantong lumpur
setelah dilakukan pengerukan yaitu rata-rata 0,8 m pada pintu intake yang
dioperasikan dan rata-rata 0,5 m pada pintu intake yang tidak dioperasikan. Operasi
pembilas kantong lumpur pada musim hujan dilakukan setiap dua bulan sekali.
Untuk pengurasan satu kantong lumpur diperlukan minimum tenaga kerja 5-6 orang
dengan waktu 5-7 hari sebelum dan sesudah musim hujan.
TIN1AUAN LA1U SEDIMENTASI DAN SISTEM PENGENDALIAN
SEDIMENTASI PADA KANTONG LUMPUR BENDUNG PER1AYA
OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII


Oleh
SARTIKA


LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian


Pada
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
1URUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWI1AYA

INDRALAYA
2011
Laporan Praktik Lapangan

TIN1AUAN LA1U SEDIMENTASI DAN SISTEM PENGENDALIAN
SEDIMENTASI PADA KANTONG LUMPUR BENDUNG PER1AYA
OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII


Oleh
SARTIKA
05081006006



Telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian




Indralaya, November 2011
1urusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya
Pembimbing, Ketua 1urusan,




Dr. Ir. Edward Saleh, M.S Dr. Ir. Hersyamsi, M.Agr
NIP.196208011988031002 NIP.196008021987031004
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa seluruh data dan inIormasi yang disajikan dalam laporan praktik lapangan ini,
kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya, adalah hasil investigasi saya
sendiri dan belum pernah atau tidak sedang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan lain atau gelar kesarjanaan yang sama di tempat lain.

Indralaya, November 2011
Yang membuat pernyataan,


Sartika


























RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkalan Gelebak salah satu desa yang berada di
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin pada tanggal 12 April 1991, merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara. Orang tua bernama Dul Manap dan Fatimah.
Penulis menempuh pendidikan awal pada tahun 1996 di SDN Pangkalan
Gelebak dan selesai pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Rambutan
selesai pada tahun 2005 dan sekolah menengah atas ditempuh di SMAN 4
Palembang selesai pada tahun 2008. Sekarang sedang menempuh pendidikan sebagai
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.

























KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah atas rahmat-NYA, Allah SWT, karena penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik lapangan ini dengan baik. Penulis sangat berterima
kasih kepada Dr. Ir. Edward Saleh, M.S. selaku pembimbing atas kesabaran dan
arahan serta bimbingan yang diberikan kepada penulis selama praktik lapangan
berlangsung sampai laporan praktik ini terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Bendung Gerak
Perjaya beserta staI karyawan dan operator lapangan kantong lumpur bendung
perjaya atas waktu dan tempat yang telah dicurahkan untuk membantu penulis dalam
melakukan praktik lapangan.
Semoga laporan praktik lapangan ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang bermanIaat bagi kita semua.


Indralaya, November 2011


Penulis











DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ........................ viii
DAFTAR ISI...... ...................... ix
DAFTAR LAMPIRAN........................ xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................ 1
B. Tujuan .......................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Proses Sedimentasi ..................... 4
B. Laju Sedimentasi ............................. 6
C. Pengukuran Sedimentasi .................. 7
D.Pengaruh Sedimentasi Terhadap Operasi Jaringan.......... 8
E. Usaha-Usaha Mencegah dan Mengurangi Sedimentasi......... 9
III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu ..................... 12
B. Metode Pelaksanaan ................... 12
C. Data-data yang Diamati ................... 13
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTIK
A. Lokasi Instansi ..................... 14
B. Kondisi Iklim dan TopograIi................ 16
C. Struktur Organisasi ..................... 17
D. Tenaga Kerja ...................... 17
E. Kondisi Operasi dan Pemeliharaan Kantong Lumpur........ 18
F. Kinerja Jaringan Irigasi.................. 20
G. Permasalahan........................ 21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Air Irigasi.................... 22
B. Debit Pengambilan Bendung................ . 24
C. Kantong Lumpur...................... 28
D. Laju Sedimentasi pada Kantong Lumpur............ 29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................ 33
B. Saran ............................ 33
DAFTAR PUSTAKA ......................... 34










DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Kuisioner ............................. 36
2. Jawaban Kuisioner ........................ 39
3. Tabel Debit pada Bendung 21 Oktober 2011................ 43
4. Tabel Perhitungan Debit pada Bendung............... 44
5. Struktur Organisasi Bendung Perjaya................. 45
6. Gambar Daerah Layanan Irigasi Komering............... 46
7. Gambar Denah Letak Bangunan dan Kantong Lumpur......... 47
8. Gambar Detil Kantong Lumpur.................. 48
9. Foto Bangunan Bendung Gerak Perjaya ............... 49
10.Foto Bangunan dan Pintu Banjir................... 49
11.Foto Bangunan dan Pintu Pengambilan................ 50
12.Foto Kantong Lumpur..... .................. 50
13.Foto Pintu Pembilas pada Kantong Lumpur.............. 51
14.Foto Tebal Endapan Lumpur pada Kantong Lumpur........... 51
15.Foto Pengurasan Kantong Lumpur................. 52
16.Foto Panel Pengontrol Otomatis.................. 52
17.Foto Alat Ukur Parshall Flume.................. 53
18.Foto Papan Ukur Tinggi Elevasi Muka Air.............. 53
19.Jadwal Pengurasan Kantong Lumpur dan Tebasan Rumput....... 54
20.DaItar hadir PL ......................... 55
21.Surat keterangan selesai PL ..................... 56
I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Air hujan sebagian akan menguap kembali menjadi air di udara,
sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran
air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih
rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut.
Masalah yang terjadi di sungai adalah masalah sedimentasi atau
pengendapan yang dapat mengakibat kan pendangkalan pada sungai. Sedimen
atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap
suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, t ertansportasi oleh air,
angin, dan lain-lain , dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan
(SaIitri, 2010).
Claphman (1973) menyatakan bahwa air sungai mengangkut partikel lumpur
dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan bercampur dengan air
laut, partikel lumpur akan membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap di
dasar perairan.
Adapun sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan
sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya
pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai,
muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam (Kenley, 1799).
Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas angkut
sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di bagian hilir dari
jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per
satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatiI) tetap sama atau sedikit lebih besar.
Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi
bahan, sedimen dapat dibagi atas beberapa klasiIikasi yaitu gravels (kerikil),
medium sand (pasir), silt (lumpur), clay (liat) dan dissolved material (bahan
terlarut). Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di
dasar. Sedimen terdiri dari bahan organik yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang membusuk kemudian tenggelam ke dasar dan bercampur dengan
lumpur dan bahan anorganik yang umumnya berasal dari pelapukan batuan
(Sverdrup, 1966).
Pr oses t er j adi nya s edi ment asi adal ah s ebagai ber i kut . Debi t
sungai yang sedemikian besar, dikala musim hujan, mengakibatkan alur sungai
yang ada tidak mampu menampung jumlah air sungai, air akan meluap keluar
menggenangi lingkungan sekitar. Dalam situasi tersebut kecepatan aliran air
luapan (banjir) akan mengalami penurunan karena t er hambat ol eh ber bagai
pemat ang- pemat ang, ar us dan gel ombang laut. Maka akan terjadi proses
pelumpuran atau pengendapan material sedimen di kawasan muara sungai, hal
tersebut menyebabkan bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara.
Karena tingkat sedimentasi sangat mempengaruhi laju aliran air irigasi
pada saluran sekunder. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mempelajari dan
membahas beberapa Iaktor yang menyebabkan tingkat sedimentasi.


B. Tujuan
Praktik lapangan ini bertujuan untuk mempelajari tingkat sedimentasi
dalam kaitan operasi jaringan pada Bendung Perjaya OPSDA II Balai Besar Wilayah
Sungai Sumatera VIII.


















II. TIN1AUAN PUSTAKA


A. Proses Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut
oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi
pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin
(Avidianto, 2011).
Selain itu, sedimentasi berarti pengendapan atau hal mengendapkan benda
padat karena pengaruh gaya berat. Kerusakan daerah aliran sungai menyebabkan
meningkatnya angkutan sedimen yang terbawa aliran ke saluran irigasi. Jika
kecepatan aliran ini rendah maka akan terjadi proses pengendapan di saluran irigasi
tersebut. Akibatnya, terjadi perubahan pola aliran permukaan dan peningkatan laju
erosi permukaan. Peningkatan laju erosi permukaan menyebabkan meningkatnya
angkutan sedimen yang terbawa aliran ke saluran irigasi melalui pintu intake di
bendung.
Sedimentasi pada saluran disebabkan karena kecepatan aliran tidak bisa mengangkut
partikel sedimen yang ada dalam saluran. Kecepatan minimum yang diizinkan adalah
kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan
diameter maksimum yang diizinkan (0.06 ~ 0.07 mm). Untuk mengupayakan agar
tidak terjadi sedimentasi maka ruas-ruas saluran hendaknya mengikuti kriteria I\R
konstan atau makin besar ke arah hilirnya. I adalah kemiringan dasar saluran, R
adalah jari-jari hidraulik penampang saluran.
Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas
angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di bagian hilir
dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen
per satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatiI) tetap sama atau sedikit lebih
besar.
Berdasarkan tingkat konsentrasi partikel di dalam air limbah dan
kecenderungan partikel untuk saling berinteraksi, maka proses sedimentasi dapat
digolongkan kedalam 4 tipe sedimentasi sebagai berikut :
Tipe 1 : pengendapan partikel mandiri ( discrete particle settling )
Tipe 2 : pengendapan partikel Iloc ( floculant settling )
Tipe 3 : pengendapan secara perintangan ( hindered settling )
Tipe 4 : pengendapan secara pemampatan ( compression settling )
Terjadinya erosi dan sedimentasi menurut Suripin (2002) tergantung dari
beberapa Iaktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan
kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal,
dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan sedimentasi di saluran sehingga dapat
mengurangi daya tampung saluran. Sejumlah bahan erosi yang dapat mengalami
secara penuh dari sumbernya hingga mencapai titik kontrol dinamakan hasil sedimen
(sediment yield). Hasil sedimen tersebut dinyatakan dalam satuan berat (ton) atau
satuan volume (m
3
) dan juga merupakan Iungsi luas daerah pengaliran. Dapat juga
dikatakan hasil sedimen adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi
di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak
C., 2007).
Dari proses sedimentasi, hanya sebagian aliran sedimen di saluran yang
diangkut keluar dari daerah irigasi, sedangkan yang lain mengendap di lokasi tertentu
dari saluran (Gottschalk, 1948, dalam Ven T Chow, 1964 dalam Suhartanto, 2001).

B. Laju Sedimentasi

Tingkat sedimentasi yang selalu meningkat setiap tahunnya dan kurangnya
dana untuk pengelolaan saluran irigasi, telah menyebabkan saluran irigasi ke
persawahan penduduk semakin terganggu, terutama karena tidak tercukupinya
kebutuhan air bagi areal persawahan pada musim kemarau. Selain itu, juga muncul
dampak lainnya yang meresahkan masyarakat yaitu sering terjadinya banjir di musim
hujan yang disebabkan oleh tidak mampunya sungai menampung air dalam jumlah
besar.
Untuk menghitung laju sedimentasi memang diperlukan dana dan usaha yang
sangat besar. Metode penghitungan laju sedimentasi didasarkan pada sistem
inIormasi geograIis dan data pengukuran kedalaman waduk (sounding). Menurut
SNI 03-6737-2002 tentang Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi Waduk, data
untuk menghitung laju sedimentasi dalam waduk harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Volume aliran sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10 tahun
data
b. Volume sedimen sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10
tahun data
c. Volume waduk yang diukur berdasarkan pemetaan topograIi waduk pada saat
perencanaan
Selanjutnya dengan mengembangkan suatu model matematis maka volume waduk
aktual dapat dihitung.

C. Pengukuran Sedimentasi

Bahan sedimen hasil erosi seringkali bergerak menempuh jarak yang pendek
sebelum akhirnya diendapkan. Sedimen ini masih tetap berada di lahan atau
diendapkan di tempat lain yang lebih datar atau sebagian masuk ke saluran.
Persamaan umum untuk menghitung sedimentasi suatu daerah irigasi belum tersedia,
untuk lebih memudahkan dikembangkan pendekatan berdasarkan luas area. Rasio
sedimen terangkut dari keseluruhan material erosi tanah disebut Nisbah Pelepasan
Sedimen ($ediment Delivery Ratio/$DR) yang merupakan Iungsi dari luas area.
Perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen ($ediment Delivery Ratio) atau cukup
dikenal dengan $DR adalah perhitungan untuk memperkirakan besarnya hasil
sedimen dari suatu daerah tangkapan air.
Perhitungan besarnya $DR dianggap penting dalam menentukan prakiraan
yang realistis besarnya hasil sedimen total berdasarkan perhitungan erosi total yang
berlangsung di daerah tangkapan air. Perhitungan ini tergantung dari IaktorIaktor
yang mempengaruhi , hubungan antara besarnya hasil sedimen dan besarnya erosi
total yang berlangsung di daerah tangkapan air umumnya bervariasi. Variabilitas
angka $DR dari suatu daerah irigasi akan ditentukan : Sumber sedimen, jumlah
sedimen, sistem transpor, Tekstur partikel-partikel tanah yang tererosi, lokasi
deposisi sedimen dan karateristik saluran (Asdak, 2007)
Besarnya $DR dalam perhitungan-perhitungan erosi atau hasil sedimen untuk
suatu daerah irigasi umumnya ditentukan dengan menggunakan graIik hubungan luas
saluran dan besarnya SDR seperti dikemukakan oleh Roehl (1962) dalam Asdak C.
(2007).
Sedang cara lain untuk memnetukan besarnya $DR adalah dengan menggunakan
persamaan :
=
Eos n on pro
ros oo poo so soron

Sedang total sedimen yang diperbolehkan dalam suatu saluran adalah adalah hasil kali
$DR dengan toleransi erosi untuk tanah, besarnya toleransi erosi untuk tanah menurut
Thompson (1957) tergantung dari siIat tanah danletaknya.

D. Pengaruh Sedimentasi Terhadap Operasi Jaringan

Penumpukan sedimen di saluran irigasi akan mempersingkat umur pelayanan
jaringan irigasi karena pendangkalan dan penurunan kapasitas. Selanjutnya,
penumpukan sedimen di petak sawah akan menaikkan permukaan sawah, sehingga
mempersulit air untuk mencapai permukaan sawah dan mengairi sawah. Partikel
sedimen yang halus bahkan bisa menyumbat pori-pori tanah dan menghambat
penyerapan air oleh tanaman (Kuiper, 1989). Meskipun demikian tidak semua Iraksi
sedimen berpotensi merusak jaringan irigasi.
Bahaya terjadinya sedimentasi diperkecil dengan jalan mempertahankan atau
menambah sedikit kapasitas angkutan sedimen, relatiI ke arah hilir. I\R dari proIil
saluran adalah kapasitas angkutan sedimen relatiI. Kriteria ini dimaksudkan agar
tidak ada sedimen yang mengendap di saluran. Sesuai konsep saluran stabil
akibatnya sedimen diendapkan di sawah petani yang mengakibatkan elevasi sawah
makin lama makin tinggi. Dalam keadaan khusus dimana kemiringan lahan relatiI
datar dan/atau tidak seluruhnya sedimen diijinkan masuk ke sawah, maka sebagian
sedimen boleh diendapkan pada tempat-tempat tertentu.
Dalam merencanakan saluran yang stabil diutamakan bahwa semua sedimen
-ed load) yang masuk kedalam saluran harus seluruhnya sudah terangkat di kantong
lumpur tanpa terjadinya penggerusan / erosi dan pengendapan / sedimentasi di
saluran irigasi. Jika kapasitas angkutnya mengecil, akan terjadi pengendapan /
sedimentasi dan jika kapasitas angkutnya membesar, saluran akan tergerus.
Untuk mencegah agar sedimen tidak mengendap di seluruh saluran irigasi,
maka bagian awal dari saluran primer di dekat pintu pengambilan direncanakan
saluran kantong lumpur yang berIungsi sebagai tempat pengendapan sedimen.

E.Usaha-Usaha Mencegah dan Mengurangi Sedimentasi

Untuk mencegah dan mengurangi sedimentasi dapat dilakukan usaha usaha
sebagai berikut :
a. Mengurangi tekanan penduduk di hulu terutama dengan mengembangkan
aktiIitas ekonomi di sektor non pertanian.
b. Menanamkan kesadaran masyarakat tentang perlunya pencegahan erosi melalui :
i. sosialisasi penyadaran dan keterlibatan masyarakat dalam program konservasi
lahan terutama sepanjang daerah hulu.
ii. Secara rutin mengadakan Jambore Bakti Lingkungan Alam Raya
(JAMBALAYA) yang diikuti siswa - siswa SMU dengan harapan mereka
memiliki kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menularkannya
ke komunitas sekitarnya.
c. Melaksanakan penghijauan
d. Penggelontoran melalui drawdown culvert yaitu pembuangan lumpur.
Pengerukan lumpur ini dilakukan untuk memperpanjang umur saluran.
Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul
genangan dan banjir di sekitarnya. Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada
saluran-saluran irigasi di Indonesia. Menurut Rahim (2000), erosi tanah longsor
(landslide) dan erosi pinggir sungai (stream -ank erosion) memberikan sumbangan
sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut.
Sedimen terangkut bersama runoII pada saluran utama umumnya cukup
tinggi akibat besarnya erosi dan runoII. Kondisi besarnya sedimen terlarut akibat
erosi dan terbawa bersama runoII ini secara kualitatiI dapat dilihat dari warna air
yang cukup keruh dan semakin keruh apabila terjadi hujan. Secara umum
sedimentasi akan mengurangi kapasitas tampung dan Iungsi sarana drainase yang
ada. Pengurangan kapasitas tampung sarana drainase ini akan berdampak pada
terjadinya banjir bila air yang melewati sarana drainase tersebut jauh melebihi
kapasitas tampung dan pengalirannya.
Dasar saluran yang sudah dangkal/ tersedimentasi akibat pengendapan harus
dikeruk, diperdalam sementara untuk batas tebing/tanggul saluran di kanankirinya
harus pula diperlebar. Metode-metode ini meningkatkan kemampuan penampungan
lebihan air dan menurunkan peluang meluapnya air ke sekitar sungai. Sementara
untuk kawasan/ daerah permukiman/ pusat perkotaan, kolam-kolam retensi dan
saluran buatan (drainase) sepatutnya dipelihara dan dijaga kebersihannya.
Kerawanan sedimentasi dan sampah juga menjadi Iaktor utama penyebab banjir
perkotaan. Hilangnya vegetasi seperti pepohonan dan kawasan hijau harus segera
disikapi dengan kegiatan perlindungan vegetasi dan penghijauan. Hal ini bertujuan
menjaga berlanjutnya siklus hidrologi.
Selain dikeruk ada juga Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan
Teknologi Sabo adalah teknologi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan
mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan. Tujuan dari pembangunan
prototipe Sabo dam adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bangunan
prototipe Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena Iungsi dari
Sabo dam adalah untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula,
teknologi ini dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api.





III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu
Praktik Lapangan ini akan dilakukan di Bendung Perjaya OPSDA II Balai
Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Bulan Oktober 2011.

B. Metode Pelaksanakan
Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktik lapangan di Balai
Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Martapura ini adalah metode wawancara, studi
pustaka dan observasi langsung ke lapangan. Berdasarkan metode-metode tersebut
akan dilakukan pengolahan data dan analisis data.
1. Metode Wawancara (nterview)
Metode ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak pegawai yang
berhubungan dengan masalah sedimentasi dan pihak-pihak lain yang dianggap
mengetahui banyak tentang data yang dibutuhkan yang didukung dengan adanya
kuisioner..
2. Metode Pengamatan (-servasi)
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan
dalam bentuk kunjungan langsung ke lokasi saluran sekunder dan menganalisis hasil
pengamatan, yang didapat dari saluran sekunder tersebut maupun lingkungan
sekitarnya serta ikut dalam proses kerja.


3. Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka ini dilakukan untuk menambah dan menunjang data-
data yang diperoleh dari metode wawancara (interview) dan metode pengamatan
(o-servasi).
4. Praktik Lapangan
Praktik lapangan dilakukan di Bendungan Perjaya dan dibimbing oleh staI
atau karyawan yang menangani bidangnya masing-masing maupun masyarakat yang
ada di daerah tersebut agar penulis dapat lebih memahami keadaan yang ada di
daerah Bendungan Perjaya sehingga data-data yang diperlukan untuk laporan praktik
lapangan ini dapat lebih akurat.

. Data-Data yang Diamati

Dalam praktik lapangan data yang digunakan adalah data sekunder milik
perusaan berupa data debit bulanan, kebutuhan air permusim, jadwal pengurasan
kantong lumpur dan denah daerah irigasi. Selain itu digunakan data pengukuran
langsung dilapangan berupa luas kantong lumpur, ukuran pintu pembilas kantong
lumpur, debit yang melewati kantong lumpur yang menggunakan alat Parshal Flume
dan pengukuran tinggi muka air (water ta-le measurement) yang terdapat disetiap
ujung kantong lumpur.





IV. KEADAAN UMUM INSTANSI


A. Lokasi Instansi
Bendung Perjaya Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air II berada pada
wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dengan gedung pusat pengontrol di
Jl. Raya Martapura Belitang Km. 5 Komplek Bendung Perjaya Martapura OKU
Timur. Letak geograIi Bendung Perjaya terletak antara 04
0
18`18 Lintang Selatan
dan 104
0
22`52 Bujur Timur . Bendung ini digunakan untuk mengairi lahan
persawahan di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Dengan sumber air irigasi
dari sungai Komering, dengan hulu Danau Ranau. Potensi Irigasi yaitu Total 125.000
Ha dengan 75.000 Ha di Sumatera Selatan dan 50.000 Ha di Lampung.
Pembangunan Bendung Gerak Perjaya dilaksanakan selama 4 tahun dimulai
dari tahun anggaran (TA 1991/1992 dan selesai TA. 1995/1996), mulai dioperasikan
tahun 1994 untuk melayani jaringan sekunder belitang seluas 20.968 Ha. Kontruksi
bendung terdiri dari bangunan utama dan bangunan pelengkap :
1. Bangunan utama
a) Bendung terdiri dari Pelimpah banjir, Pembilas, Tangga ikan, jembatan
pelayanan dan kolom olakan.
b) Bangunan pengambilan yang dilengkapi dengan kantong lumpur.
2.Bangunan Pelengkap.
a) Rumah Kontrol : Rumah Kontrol & Ruang Kerja 4 lantai seluas 638 m
2
b) Rumah Generator : seluas 168 m
2
dilengkapi dengan genset untuk
operasi pintu.
Data-data teknis Bendung Gerak Perjaya
(1). Bendung
a) Tipe ;Bendung Gerak (Barrage)
b) Panjang ; 215,50 meter
Pintu Banjir (Flood Gates) ; 159,50 m
Pintu Pembilas (Sluice Gates) ; 46,50 m
Tangga ikan ; 9,50 m
(2). Pintu
a) Pintu banjir (Flood Getes) ; 7 x 20 m
b) Pintu Pembilas (Sluice Gates) ; 3 x 12,50 m
c) Jenis pintu ; pintu angkat (slide gates)
(3). Tangga Ikan
a) Panjang ; 75,50 m
b) Lebar ; 8,00 m
c) Kemiringan ; 1 : 11,7
(4). Pengambilan dan Kantong lumpur (Intake and Settling Basin)
a) Pintu pengambilan (Intake Gates) : 5 x 7,5 m
b) Kantong lumpur (Settling Basin) ; 5 bh
c) Alat ukur Parshall Flume tipe 15 Ft ; 5 bh
d) Debit pengambilan ; 81 m
3
/det.
(5) Sistem supply electric
a) Generator 100 KVA ; 2 set
b) Generator 200 KVA ; 2 set
c) PLN 20 KV
(6). Sistem Operasi Pintu
a) Sistem elektrik terpusat pada bangunan Control House
b) Sistem elektrik lokal panel
c) Sistem portable engine (genset kecil/jinjing)
d) Sistem manual.
(7). Sistem Pemantau Banjir
Sistem Pemantau Banjir di Bendung Gerak Perjaya terdiri dari;
a) Stasiun Pematau Cuaca dan banjir di bagian hulu sungai Komering 30 km
dihulu Bendung Gerak Perjaya di Desa Damarpura OKU Selatan.
b) Sistem pengendali operasi pintu di Bendung Gerak Perjaya.
c) Alat komunikasi yang digunakan HP (hand phone).

B. Keadaan Iklim dan Topografi
Bendungan Perjaya terletak pada kecamatan Martapura Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Sumatra Selatan. Kabupaten ini terbentuk sebagai pemekaran
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Secara geograIis Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur (OKU Timur) terletak antara 103
o
40` 104
o
33` Bujur Timur dan antara
3
o
45` 4
o
55` Lintang Selatan dengan ketinggian 35 67 M dpl. Wilayah ini
beriklim tropis dan cenderung kering, curah hujan tinggi berkisar antara 0 525,6/17
ml/tahun (2.554 - 3.329 mm/tahun), suhu udara bervariasi 22
o
31
o
Celcius.
TopograIi di wilayah Kabupaten OKU Timur dapat digolongkan ke dalam wilayah
datar (Peneplain Zone), bergelombang (Piedmont Zone), dan berbukit (Hilly Zone).
Batas-batas Wilayah Utara Kecamatan Tanjung Lubuk dan Lempuing (Ogan
Komering Ilir), Timur Kecamatan Lempuing dan Mesuji (Ogan Komering Ilir),
Selatan Kabupaten Way Kanan (Provinsi Lampung) dan Kecamatan Simpang (Ogan
Komering Ulu Selatan), Barat Kecamatan Lengkiti, Sosoh Buay Rayap, Baturaja
Timur dan Peninjauan (Ogan Komering Ulu) dan Muara Kuang (Ogan Komering
Ilir). Kabupaten OKU Timur memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas.
Kabupaten OKU Timur juga merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di
Sumatera Selatan. Hal ini di dukung oleh Bendun Perjaya dan jaringan irigasi yang
memadai di daerah ini. Di sektor perkebunan, komoditi andalan dari Kabupaten
OKU Timur adalah karet dan kelapa sawit.

. Struktur Organisasi

Bendung perjaya merupakan perusahaan penyaluran air irigasi milik Negara
yang bekerja dibawah naungan Balai Besar Sungai Sumatera VIII tetapi pemberi
keputusan dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Sumatera Selatan. Kedua instansi
tersebut saling berhubungan.
Kantor bendung dipimpin oleh satu kepala bendung atau Pelaksana Pemberi
Keputusan Operasi dan Pemeliharan Sumber Daya Air (PPK O&P SDA II) yang
berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan. Beberapa bidang
dibawahnya yaitu Pelaksana VeriIikasi, Pelaksana Teknis Bendung, Pelaksana
Administrasi, Pelaksana Teknis Jaringan, dan pengamat. Yang dapat dilihat jelas
pada lampiran.

D. Tenaga Kerja

Jumlah pegawai di Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Operasi dan
Pemeliharaan SDA II 283 orang yang terdiri dari PPA sebanyak 216 orang yang
rata- rata PNS sedangkan keseluruhan pegawai di Bendung berjumlah 67 orang.
Fasilitas yang didapatkan para karyawan tersebut adalah tunjangan rumah, air,
berobat (askes), dan listrik. Status karyawan adalah karyawan tidak tetap, dan
pegawai tetap dengan golongan dari Ia sampai golongan IVd.
Pegawai administrasi/kantor bekerja hari Senin sampai hari Jum`at dengan
waktu kerja mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB. Sedangkan pegawai
teknis bendung dan teknis jaringan bekerja 24 jam seecara bergantian setiap delapan
jam untuk memantau debit yang ada sehingga debit air tetap sesuai permintaan.

E. Keadaan Operasi dan Pemeliharaan Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah bangunan untuk mengendapkan dan menampung
lumpur yang pada waktu tertentu dibilas. Dua cara pengoperasian kantong lumpur
sesuai dengan Pedoman Operasi Jaringan Irigasi PartisipatiI pada Irigasi Air
Permukaan sebagai berikut :
1). Pengurasan Berkala
Pengurasan berkala pada saat terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan
air akan bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang pada saat endapan
mulai akan masuk ke dalam saluran. Untuk menanggulangi keadaan ini kantong
lumpur harus dikuras. Operasi dilakukan dengan cara berikut :
a) Pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di kantong lumpur terhenti dan
permukaan air berangsur-angsur naik sampai sama dengan permukaan air di hilir
bendung.
b)Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian agar debit yang masuk
sama dengan debit yang dibutuhkan untuk pengurasan (sekitar 0,5 1,0 debit
rencana ruangan), kemudian pintu penguras diangkat sepenuhnya.
c) Dengan urutan seperti itu permukaan air di kantong lumpur turun dan air mulai
masuk ke kantong lumpur sesuai dengan debit yang diperlukan untuk pengurasan.
Akibat kecepatan air endapan di dasar kantong lumpur mulai terkuras. Setelah
pengurasan selesai, pintu penguras ditutup, permukaan air di kantong lumpur
kemudian akan sama dengan permukaan air di hulu bendung, selanjutnya pintu
pengambilan dibuka penuh dan setelah itu pintu saluran dibuka.
2). Pengurasan terus-menerus
Pada kantong lumpur endapan tidak dibiarkan mengendap melainkan dikuras
terus menerus melalui pintu penguras yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh
karena itu debit air yang masuk melalui pintu pengambilan harus lebih besar,
sebanyak debit saluran (Qs) ditambah debit pengurasan (Qp) dari dasar. Akan tetapi
operasi semacam ini dilakukan hanya pada saat banjir ketika kandungan endapan
dalam air sungai cukup tinggi, sedangkan di musim kemarau dapat diadakan
pengurasan berkala. Agar di saat banjir air dan hilir bendung tidak masuk ke dalam
kantong lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong lumpur harus lebih tinggi dan
muka air di hilir bendung atau pada saat muka air di hilir bendung lebih tinggi dan
dasar kantong lumpur, pintu penguras ditutup dan kalau perlu pengaliran air ke
saluran dihentikan.
Operasi pembilas kantong lumpur pada musim hujan setiap dua bulan sekali.
Untuk pengurasan satu kantong lumpur diperlukan tenaga kerja 5-6 orang dengan
waktu 5-7 hari. Minimum sebelum dan sesudah musim hujan. Dengan persyaratan
meliputi:
a) Elevasi muka air hilir bendung 76,50 m
b)Debit penggelontoran 16,6 m3/dt
c) Elevasi muka air hulu bendung 79,70 m
d)Pintu bilas atas tertutup
e) Pintu pengambilan terbuka.

F. Kinerja 1aringan irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya.
Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai
dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan
sadap serta bangunan pelengkapnya.
Jaringan irigasi adalah sarana untuk pengambilan, penyediaan dan pengaturan
air dari sumber air petak sawah yang memerlukan air irigasi dan membuang
kelebihannya. Pada umumnya air irigasi tersebut diambil dari sungai, danau, mata
air atau air tanah. Cara pengambilan air dapat melalui bangunan bendung, pompa
dan pasang surut.
Berdasarkan cara penyaluran air di jaringan irigasi terdapat ada dua cara yang
meliputi:
1. Pembagian air secara terus menerus, yaitu dilakukan apabila air di saluran
mencukupi kebutuhan (setinggi air normal). Jika air di bendung mencukupi,
maka pintu air pengambilan dibuka sampai air di saluran mencapai ketinggian
pada batas normal.
2. Pembagian air secara bergilir, yaitu apabila air yang disalurkan tidak mencukupi
kebutuhan lebih kecil dibanding dari kondisi normal.

G. Permasalahan
Air sungai yang ada biasanya mengandung lumpur. Lumpur ini
menyebabkan aliran air irigasi ke hilir menjadi terhambat. Selain itu lumpur tersebut
akan terendap pada kolam pengendap yang disebut kantong lumpur. Sedimen yang
terdapat pada kantong lumpur diakibatkan oleh aliran air yang mengandung lumpur.
Dengan demikian debit pengambilan dan ketersediaan air mempengaruhi laju
sedimentasi.







V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kebutuhan Air Irigasi
Air merupakan kebutuhan pokok bagi pertanian. Ketika memasuki musim
tanam kelompok petani pemakai dan pengelola air akan memberi tahu luasan lahan
yang akan digarap kepada stasiun pengamat terdekat. Pengamat inilah yang akan
menghitung berapa volume air yang harus digelontorkan ke lahan tersebut. Setelah
itu pengamat akan memberikan data kepada kantor bendung untuk mendapatkan
persetujuan yang kemudian diajukan kepada pemerintah daerah. Setelah disetujui
pemerintah daerah yaitu ditandai dengan Surat Keputusan Bupati, baru
pendistribusian air dilakukaan sesuai keputusan tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana perhitungan untuk menentukan berapa m
3
air
irigasi pada daerah irigasi komering yang mempunyai luas seluruh layanan irigasi
47.144 Ha untuk golongan 1 seluas 30.550 Ha dan golongan 2 seluas16.594 Ha
dalam beberapa keadaan lahan dan jenis tanaman, berikut perhitungannya :
a. Golongan 1
1) Kebutuhan Air saat Pengolahan Tanah :
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
30.550 Ha x 0,9 l/Ha
27.495 liter
27,49 m
3

2) Kebutuhan Air saat Musim Tanam Padi
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
30.550 Ha x 0,7 l/Ha
21.385 liter
21,38 m
3

3) Kebutuhan Air saat Musim Tanam Palawija
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
30.550 Ha x 0,3 l/Ha
9.165 liter
9,16 m
3

b. Golongan 2
1)Kebutuhan Air saat Pengolahan Tanah :
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
16.594 Ha x 1,25 l/Ha
20.742,5 liter
20,74 m
3

2)Kebutuhan Air saat Musim Tanam Padi
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
16.594 Ha x 1,15 l/Ha
19.083,1 liter
19,08 m
3

3)Kebutuhan Air saat Musim Tanam Palawija
Kebutuhan Air Luas pelayanan irigasi x koeIisien pemberian air
16.594 Ha x 0,3 l/Ha
4.978,2 liter
4,97 m
3

Kebutuhan air irigasi berdasarkan perhitungan diatas adalah berdasarkan
perhitungan secara umum dilapangan. Untuk mengetahui koeIisien pemberian air
diatas telah ditentukan melalui Surat Keputusan Bupati Ogan Komering Ulu Timur.
Perhitungan kebutuhan air tersebut dibagi menurut dua golongan yaitu golongan 1
meliputi wilayah Komering, Belitang 1, 2 dan 3, dan golongan 2 meliputi wilayah
Bahuga, Macak 1 dan 2. Pembagian ini berdasarkan jenis tanah pada kedua
golongan tersebut. Untuk golongan 1 mempunyai jenis tanah dengan daya inIiltrasi
normal sedangkan golongan 2 memiliki jenis tanah dengan daya inIiltrasi tinggi. Hal
ini menyebabkan kebutuhan air irigasi lebih besar dibanding golongan 1.
Dalam menentukan kebutuhan air biasanya dihitung per musim tanam setiap
setengah bulan sekali. Saat ini, terjadi perbedaan luas setiap musim tanam karena
pengalih Iungsian lahan sawah menjadi kolam ikan atau perkebunan karet. Hal ini
bukan hanya menyebabkan semakin sempitnya lahan sawah tetapi juga menyebabkan
pendistribusian air irigasi terganggu. Pembuatan kolam ikan menggantikan lahan
sawah akan lebih banyak membutuhkan air sehingga tidak jarang akhir-akhir ini air
irigasi tidak mencapai daerah hilir irigasi. Akibatnya kekeringan pada daerah
tersebut yang dapat menjadi penyebab gagal panen.

2. Debit Pengambilan Bendung
Debit pada bendung terdiri dari debit sungai, debit pengambilan, dan debit ke
hilir bendung. Debit sungai ditentukan oleh banyaknya volume hujan dan limpasan
di hulu sungai yang dibendung yang dalam ini adalah sungai komering. Debit
pengambilan adalah debit yang dibutuhkan untuk mengairi seluruh kawasan irigasi
melalui saluran irigasi. Debit ini diambil melalui bendung yang dialirkan menuju
pintu pengambilan (intake). Besarnya debit ini ditentukan oleh luasan areal layanan
irigasi dan jenis tanaman yang diusahakan. Sedangkan debit ke hilir bendung
maksudnya adalah debit yang mengalir ke bagian hilir sungai melalui pintu banjir
(flood gates).
Yang akan dihitung disini adalah debit pengambilan yang melalui pintu
pengambilan (intake). Ada dua cara untuk mengetahui besarnya debit pada pintu
pengambilan, yaitu:
a. Melihat langsung data debit pengambilan pada panel pengontrol
Cara ini sangat mudah karena dapat dilihat langsung pada layar panel
pengontrol di kantor bendung. Data debit ini akan berganti secara otomatis jika
operator membuka atau menutup pintu pengambilan (intake). Data debit pada
panel pengontrol didapat langsung dari alat ukur Parshall Flume yang ada di ujung
kantong lumpur. Data ini otomatis terbaca pada panel pengontrol melalui soItware
pengolah data.
Pada saat dilakukan praktik lapangan di Bendung Perjaya terjadi kerusakan
pada panel pengontrol tersebut. Sehingga pembacaan debit tidak dapat dilakukan.
Untuk memperbaiki tidak dapat dilakukan dengan mudah karena teknisi yang
mengetahui cara perbaikan panel didatangkan dari pemerintah pusat. Akhir bulan
Oktober perbaikan panel pengontrol baru dilaksanakan dan perbaikan ini akan
memerlukan waktu yang cukup lama.
Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya data debit yang didapat karena
data debit yang ada hanya berdasarkan pengukuran secara manual dengan
menggunakan tabel yang ada. Tidak adanya pembanding data debit dari Parshall
Flume.
b. Mengukur debit secara manual
Pengukuran debit secara manual memerlukan data tinggi elevasi muka air.
Pada umumnya perhitungan secara manual ini memerlukan ketelitian untuk
mendapatkan data yang diperlukan dan kemudian menghitungnya berdasarkan tabel
yang berlaku di bendung maupun dengan menggunakan perhitungan menggunakan
rumus yang ada.
Operator yang bekerja di bendung menentukan debit berdasarkan tabel yang
berlaku di bendung dengan mengetahui tinggi elevasi muka air. Data debit akan
langsung terlihat pada tabel jika tinggi elevasi muka air telah diketahui. Untuk
mengetahui tinggi elevasi muka air maka operator akan melihat papan ukur yang
terdapat pada setiap ujung kantong lumpur.
Pengukuran secara manual ini dilakukan untuk mendapatkan debit rata-rata
harian. Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada pukul 08.00, 12.00,
dan 16.00 WIB. Operator akan melihat tinggi elevasi muka air pada waktu-waktu
tersebut. Akan tetapi debit akan terus dikontrol selama 24 jam non stop oleh operator
yang bergantian bertugas menurut jadwal piket yang telah ditentukan kepala
operator.
Untuk memahami perhitungan debit pada pintu pengambilan (intake) secara
manual berikut cara perhitungannya :
Q (10,96 x H)
1,6

dimana, Q debit pengambilan (m
3
/s)
H tinggi elevasi muka air (m)
Diketahui tinggi elevasi muka air pada kantong lumpur 1 dan 2 sebesar 70 cm dan
kantong lumpur 3,4 dan 5 sebesar 80 cm pengamatan dilakukan pada tanggal 21
Oktober 2011, maka dapat dihitung debit total pengambilannya.
Q
1
(10,96 x H)
1,6

(10,96 x 0,7 m)
1,6

(7,672)
1,6

26,05 m
3
/s
Q
2
(10,96 x H)
1,6

(10,96 x 0,7 m)
1,6

(7,672)
1,6

26,05 m
3
/s
Q
3
(10,96 x H)
1,6

(10,96 x 0,8 m)
1,6

(8,768)
1,6

32,25 m
3
/s
Q
4
(10,96 x H)
1,6

(10,96 x 0,8 m)
1,6

(8,768)
1,6

32,25 m
3
/s
Q
5
(10,96 x H)
1,6

(10,96 x 0,8 m)
1,6

(8,768)
1,6

32,25 m
3
/s
Q
total
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Q
5

26,05 26,05 32,25 32,25 32,25
148,85 m
3
/s
Pembacaan tinggi elevasi muka air pada papan ukur kelima kantong lumpur
akan menghasilkan hasil seragam jika semua pintu dioperasikan. Pada tanggal 21
Oktober 2011 saat pengamatan dilakukan pintu pengambilan yang dioperasikan
hanya 3 pintu yaitu pintu pengambilan nomor 3, 4 dan 5 sehingga tinggi elevasi
muka airnya lebih tinggi dibandingkan dengan pintu pengambilan nomor 1 dan 2.
Untuk mempermudah operator dalam pembacaan perhitungan secara manual
ini telah disajikan dalam bentuk tabel debit pintu pengambilan (terlampir) sehingga
tidak perlu menghitung lagi. Operator melihat tinggi elevasi muka air dan langsung
membaca debit pada tabel dan langsung didapat debit total keseluruhan.
Pada perhitungan diatas terjadi perbedaan dengan perhitungan operator.
Terjadi perbedaan ini karena pengamatan dilakukan pada pukul 10.00 WIB
sedangkan operator mengamati pukul 08.00 WIB. Selain itu terdapat Iaktor
kesalahan paralaks saat membaca papan ukur.

3. Kantong Lumpur
Bendung Perjaya mempunyai 5 buah kantong lumpur yang masing-masing
mempunyai dimensi 140 m x 45,6 m x 3,39 m. Volume tampungan kantong lumpur
maksimal 21641,76 m
3
keseluruhan kantong lumpur. Setiap kantong lumpur
mempunyai 10 pintu pembilas lumpur yang masing-masing akan menuju pintu flush
out melalui terowongan bawah tanah yang akan kembali ke sungai.
Pintu pembilas ini berukuran 3,0 x 0,80 m. Pintu ini berIungsi sebagai
pembilas lumpur dan pembagi air sehingga air akan terbagi menjadi 10 bagian. Dari
5 kantong lumpur tersebut yang dioperasikan adalah kantong lumpur nomor 3, 4 dan
5, sedangkan nomor 1 dan 2 tidak dioperasikan. Hal ini dikarenakan debit sungai
yang masih kecil dan debit pengambilan yang diperlukan telah tercukupi sehingga
tidak diperlukan debit tambahan.
Debit maksimal yang pernah melewati kantong lumpur adalah 60 m
3
/s dan
paling rendah 4 m
3
/s. tetapi debit maksimal tersebut jarang sekali tercapai karena
debit tersebut diberikan sesuai permintaan air oleh setiap stasiun pengamat. Pada
musim tanam debit normal yang melewati kantong lumpur adalah 45 m
3
/s.

4. Laju Sedimentasi pada Kantong Lumpur
Perhitungan laju sedimentasi pada kantong lumpur mengunakan rumus
perbandingan :

=
L
v
dengan =


Dimana, H kedalaman aliran di saluran (m)
W kecepatan endap partikel sedimen (m/s)
L panjang kantong lumpur (m)
V kecepatan aliran air (m/s)
Q debit air (m
3
/s)
B lebar kantong lumpur (m)

Persamaan diatas menghasilkan:
H =


Berikut hasil pengamatan pada kantong lumpur pada Bendung Perjaya Martapura :
a. Laju Sedimentasi Keseluruhan:
Diketahui panjang dan lebar kantong lumpur 140 m x 45,6 m dengan debit
normal 45 m
3
/s, debit tertinggi 60 m
3
/s dan terendah 4 m
3
/s.
1) Saat Debit Normal
H =

L

=
45 ms
140 m x 45,6 m

=
45 ms
6384 m`
= , s
2) Saat Debit Tertinggi
H =

L

=
60 ms
140 m x 45,6 m

=
60 ms
6384 m`
= ,9 s
3) Saat Debit Terendah
H =

L

=
4 ms
140 m x 45,6 m

=
4 ms
6384 m`
= , s
Laju sedimentasi seperti yang telah dihitung diatas kecepatan endap normal
yaitu 0,007 m/s. Debit tertinggi yang pernah melalui kantong lumpur adalah 60 m
3
/s
yang menghasilkan kecepatan endap 0,009 m/s dan debit terendah yang melaluinya
adalah 4 m
3
/s yang menghasilkan kecepatan endap 0,0006 m/s.
Selain itu dapat dihitung pula laju sedimentasi berdasarkan debit yang ada
yang menghasilkan volume sedimentasi per satuan waktu. Berikut perhitungannya
menggunakan rumus dari buku panduan Design Report (1997)
q 1,658 x 10
-4
x Q
1,252

dimana, q Volume sedimentasi persatuan waktu (m
3
/s)
Q Debit yang melalui saluran (m
3
/s)
1) Saat Debit Normal
q 1,658 x 10
-4
x Q
1,252

1,658 x 10
-4
x (45 m
3
/s)
1,252

1,658 x 10
-4
x 117,44 m
3
/s
0,019 m
3
/s
2) Saat Debit Tertinggi
q 1,658 x 10
-4
x Q
1,252

1,658 x 10
-4
x (60 m
3
/s)
1,252

1,658 x 10
-4
x 168,36 m
3
/s
0,028 m
3
/s
3)Saat Debit Terendah
q 1,658 x 10
-4
x Q
1,252

1,658 x 10
-4
x (4 m
3
/s)
1,252

1,658 x 10
-4
x 5,67 m
3
/s
0,0009 m
3
/s

b. Tebal Sedimen Perkantong Lumpur
Setiap saluran mempunyai tebal sedimen yang berbeda-beda. Tetapi
ketebalan tersebut tidak diukur satu persatu oleh operator pembilas saat menguras
kantong lumpur. Yang diketahui hanya ketebalan rata-rata yaitu 0,8 m jika
pengurasan dilakukan enam bulan sekali. Pengamatan dilapangan menunjukkan
bahwa kantong lumpur nomor 3, 4 dan 5 memiliki tingkat ketebalan yang lebih
tinggi dibandingkan kantong lumpur nomor 1 dan 2. Hal ini dikarenakan kantong
lumpur nomor 1 dan 2 tidak dioperasikan.




VI. KESIMPULAN DAN SARAN




A. Kesimpulan
1. Bendung Perjaya mempunyai 5 buah kantong lumpur yang masing-masing
mempunyai 10 pintu pembilas lumpur.
2. Debit normal pada kantong lumpur adalah 45 m
3
/s, debit tertinggi sebesar 60
m
3
/s dan debit terendah sebesar 4 m
3
/s.
3. Laju sedimentasi normal pada kantong lumpur adalah 0,007 m/s, saat debit
maksimum 0,009 m/s dan saat debit minimum sebesar 0,0006 m/s.
4. Pengurasan lumpur dilakukan setiap enam bulan sekali secara manual pada
sebelum dan sesudah musim hujan.
5. Sedimen akan mempengaruhi laju pelayanan air. Laju pelayanan menjadi
terhambat jika jumlah sedimen bertambah.

B. Saran
Untuk pemeliharaan kantong lumpur yang maksimal dan kecepatan aliran air
tidak terganggu maka pengurasan lumpur sebaiknya dilakukan sekali dalam tiga
bulan. Karena jika dilakukan sekali dalam enam bulan tebal sedimen sangat tinggi
dan mengganggu kuantitas pelayanan air.






DAFTAR PUSTAKA


Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Avidianto, D. 2011. $edimentasi. (online).
http.//devoav1997.we-node.com/news/pengertian-erosi-a-rasi-
sedimentasi/). Diakses pada 10 september 2011.

Chalpman. 1973. Natural Ecosystem. New York : McMillan Publishing Co Inc.

Kenley, L. J. 2011. Sedimentasi. (Online). (www.google.com/sedimentasi). (diakses
pada 9 september 2011).

Kuiper, E.. 1989. Water Resources Development. London: Butterworth.

Nippon Koei.co. LTD, et al., Upper Komering rrigation Profect . Design Report.
1986. Jakarta : Government oI the Republic oI Indonesia Ministry oI Public
Works, Directorate General oI Water Resources Development.

Rahim. 2000. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan
Hidup. Jakarta : Bumi Aksara.

SaIitri, R. 2010. Rekayasa Sungai. (online).
(http.//www.scri-d.com/doc/39742377/Ri:ka-$afitri-T3-T$ungaiA) (diakses
pada 9 september 2011).

SNI. 2002. SNI 03-6737-2002 tentang Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi
Waduk. (online). (www.google.com/sni-waduk). (diakses pada 9 september
2011).

Suhartanto, E. 2001. ptimalisasi pengelolaan DA$ di $u- Daerah Aliran $ungai
Cidanau Ka-upaten $erang Provinsi Banten menggunakan model Hidrologi
AN$WER. Makalah FalsaIah Sains, Program Pascasarjana/S2 IPB, Bogor.

Suripin. 2002. Pelestarian $um-erdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : ANDI.

Sverdrup, H.U, M.W. Johnson dan R.H Fleming.1961. The cean Their Physics,
Chemistry, and General Biology. Prentice-Hall Inc. Englewood CliIIs, N.J.











LAMPIRAN













KUISIONER
Keadaan Umum Perusahaan ( Bendung Perjaya )
A. Sejarah singakat Perusahaan (Bendung Perjaya)
1.Kapan perusahaan (Bendung Perjaya) didirikan?
2. Dimana lokasi perusahaan (Bendung Perjaya)?
3. Apa yang melatar belakangi dibangunnya perusahaan (Bendung Perjaya)
ini?
4. Bagaimana perkembangan perusahaan (Bendung Perjaya) sejak didirikan
sampai sekarang?
B. Tata Letak Perusahaan (Bendung Perjaya)
1. Berapa luas areal bangunan?
2. Bagaimana kondisi ruang proses pengolahan?
3. Apa tata letak perusahaan ( Bendung Perjaya ) ini mengalami perubahan
dari sejak didirikan sampai sekarang?
C. Struktur Organisasi
1. Bagaimana struktur dan sistem organisasinya?
2. Bagaimana sistem manajemen perusahaan ( Bendung Perjaya ) ?
D. Tenaga Kerja
1. Berapa Jumlah tenaga kerja?
2. Rata-rata pegawai di perusahaan ( Bendung Perjaya ) ini berasal darimana
saja?

Laju Sedimentasi Saluran
A. Kebutuhan Air (Bendung Perjaya)
1. Berapa kebutuhan air per musim untuk irigasi?
2. Berapa luas pelayanan air untuk irigasi ?
3. Berapa kebutuhan air jenis tanaman untuk irigasi?
B. Debit Air (Bendung Perjaya)
1. Berapa besar debit air per satuan volume?
2. Berapa besar debit air maksimal per satuan waktu?
3. Berapa besar debit air minimum per satuan waktu?
4. Berapa besar debit air pada musim hujan per satuan waktu?
5. Berapa besar debit air pada musim kemarau per satuan waktu?
C. Sedimentasi Saluran
1. Kapasitas sedimentasi pada kantong lumpur?
2. Upaya penanggulangan dalam menghadapi kendala sedimentasi?
3. Faktor- Iaktor yang memicu kerusakan akibat sedimentasi?
4. Pengaruh sedimentasi terhadap laju pelayanan air?
5. Kedalaman sedimentasi setiap saluran?
D. Jadwal Pengoperasian (Bendung perjaya)
- Bagaimana jadwal sedimentasi:
- Bulanan
- Tahunan
- Pemeriksaan terhadap kedalaman sedimentasi?

E. Petakan Sawah
1. Berapa luas petakan sawah yang dapat diairi?
2. Berapa luas petakan tegalan yang dapat diairi?




















1AWABAN KUISIONER

Keadaan Umum Perusahaan ( Bendung Perjaya )
A. Sejarah singakat Perusahaan (Bendung Perjaya)
1. Perusahaan Bendung Perjaya didirikan selama 4 tahun dimulai dari tahun
anggaran (TA 1991/1992 dan selesai TA. 1995/1996), mulai dioperasikan
tahun 1994 untuk melayani jaringan sekunder belitang seluas 20.968 Ha.
2. Bendung Perjaya Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air II berada pada
wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dengan gedung pusat
pengontrol di Jl. Raya Martapura Belitang Km. 5 Komplek Bendung Perjaya
Martapura OKU Timur.
3. Bendung Perjaya dibangun dikarenakan untuk mengairi lahan persawahan di
Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung.
4. Bendung Perjaya terus berkembang dengan semakin luasnya daerah
pelayanan irigasi yang bersamaan dengan perluasan jaringan irigasi didaerah
tersebut.
B. Tata Letak Perusahaan (Bendung Perjaya)
1. Perusahaan berupa rumah kantor dengan 4 lantai seluas 638 m
2
2. Ruang proses pengolahan terdiri dari dua lokasi yaitu rumah kantor dan
rumah generator yang memiliki peralatan yang masih baik.
3. Bendung Perjaya tidak mengalami perubahan tata letak perusahaan dari awal
didirikan sampai sekarang.
C. Struktur Organisasi
1. Kantor bendung dipimpin oleh satu kepala bendung atau Pelaksana Pemberi
Keputusan Operasi dan Pemeliharan Sumber Daya Air (PPK O&P SDA II)
yang berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan dan
beberapa staI dibawahnya.
2. System manajemen perusahaan di pimpin langsung oleh PPK O&P SDA II
yang berkoordinasi langsung dengan bidang masing-masing dibawahnya.
D. Tenaga Kerja
1. Jumlah pegawai di Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Operasi dan
Pemeliharaan SDA II 283 orang.
2. Rata-rata pegawai di perusahaan ( Bendung Perjaya ) ini berasal dari daerah
martapura.

Laju Sedimentasi Saluran
A. Kebutuhan Air (Bendung Perjaya)
1. Kebutuhan air per musim untuk irigasi yaitu rata-rata 25 m
3
/s pada saat
musim tanam 1 dan 2. Untuk musim tanam 3 rata-rata 5-10 m
3
/s.
2. Luas seluruh layanan irigasi 47.144 Ha untuk golongan 1 seluas 30.550 Ha
dan golongan 2 seluas16.594 Ha.
3. Kebutuhan air jenis tanaman untuk irigasi untuk golongan 1 yaitu kebutuhan
air saat pengolahan tanah 27,49 m
3
, saat musim tanam padi 21,38 m
3
dan saat
musim tanam palawija 9,16 m
3
, untuk golongan 2 yaitu kebutuhan air saat
pengolahan tanah 20,74 m
3
, saat musim tanam padi 19,08 m
3
dan saat musim
tanam palawija 4,97 m
3
.
B. Debit Air (Bendung Perjaya)
1. Debit air per satuan volume yaitu 60 m
3
/s per 21641,76 m
3
.
2. Debit air maksimal per satuan waktu yaitu 60 m
3
/s.
3. Debit air minimum per satuan waktu yaitu 4 m
3
/s.
4. Debit air pada musim hujan per satuan waktu rata-rata 45 m
3
/s.
5. Debit air pada musim kemarau per satuan waktu rata-rata 30 m
3
/s
C. Sedimentasi Saluran
1. Kapasitas sedimentasi pada kantong lumpur berkisar antara 80 cm setelah
pengurasan lumpur 6 bulan sekali
2. Upaya penanggulangan dalam menghadapi kendala sedimentasi yaitu dengan
menguras kantong lumpur berkala setiap sebelum dan setelah musim hujan.
3. Faktor- Iaktor yang memicu kerusakan akibat sedimentasi adalah pengikisan
dasar saluran akibat endapan lumpur sehingga dasar saluran dapat mengalami
kerusakan.
4. Pengaruh sedimentasi terhadap laju pelayanan air adalah semakin banyak
endapan sediman yang ada maka debitnya semakin kecil dan kecepatan aliran
menjadi lambat.
5. Kedalaman sedimentasi setiap saluran berbeda-beda. Endapan paling dalam
terdapat pada saluran 3, 4, dan 5.
D. Jadwal Pengoperasian (Bendung perjaya)
1. Operasi pengurasan lumpur diadakan 2 kali selama setahun yaitu sebelum dan
stelah musim penghujan.
2. Pemeriksaan terhadap kedalaman sedimentasi tidak dilakukan karena belum
ada alat ukur yang dapat melakukan pemeriksaan.
E. Petakan Sawah
1. Luas petakan sawah yang dapat diairi yaitu 48.031,10 Ha terletak pada
provinsi Sumsel dan sebagian kecil di provinsi Lampung.
2. Luas petakan tegalan yang dapat diairi yaitu 674 Ha.


































Foto Bangunan Bendung Perjaya

Foto Bangunan dan Pintu Banjir


Foto Bangunan dan Pintu Pengambilan


Foto Kantong Lumpur


Foto Pintu Pembilas pada Kantong Lumpur


Foto Kolam Flush ut Menuju Sungai


Foto Pengurasan Kantong Lumpur


Foto Panel Pengontrol Otomatis


Foto Alat Ukur Farshall Flume


Foto Papan Ukur Tinggi Elevasi Tinggi Muka Air

You might also like