You are on page 1of 11

ANALISIS LAJU SEDIMENTASI PADA SALURAN IRIGASI

DAERAH IRIGASI SANREGO KECAMATAN KAHU


KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN
Abdul Rivai Suleman

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang


Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar
E-mail : rivai.suleman@gmail.com

Abstract
Sanrego river located in the village Sanrego, District Kahu, Bone regency, South
Sulawesi Province. This river has an important role to people's lives. In addition to
functioning whether as a container supporting agriculture as well as one of the
tourist place. But lately, frequently flooding during the rainy season. This happens
due to a buildup of sediment in the irrigation channels at certain points. Namely on
the primary channel, secondary channel, and tertiary. It has an impact on the
performance of waterworks itself. This research aims to determine the amount of
sediment (sediment-rate) that occurs on the channel point to review and to provide
an overview and explanation of the value of the correlation coefficient (R) is based
on the relationship between sediment discharge (QS) with water discharge (QW).
This Research conducted by measuring directly on location by measuring the water
level in each cross section of the channel and water sampling to test concentrations
in the sediment. The results of research showed that the rate of sediment on the
Primary Channel of Sanrego was 4,253 kg/day, Secondary Channel of Batu-Batu
was 0,0593 kg/day, Tertiary Channel of Palakka 1 was 0,0403 kg/day, Palakka
Tertiary Channel 2 is 0,0155 kg/day, Tertiary Channel of Batu-Batu 1 was 0,000578
kg/day, Tertiary Channel of Batu-Batu 2 was 0,0199 kg/day, with an average
correlation coefficient (R) of 0,960, it shows the relationship between sediment
discharge (QS) with water discharge (QW) has a positive direct perfect connection,
which is between 0,6 < R <1,0. While on the secondary channel Palakka of 1,218
kg/day, with a correlation coefficient (R) of 0,210, this shows the relationship of
sediment discharge (QS) and water discharge (QW) has a direct positive relationship
is weak, that is between 0 < R < 0,6.

Kata kunci : sedimentation-rate, irrigation channel, sanrego irrigation area, linier


regression

PENDAHULUAN aliran sungai yang bersumber dari hasil


Proses sedimentasi pada suatu sungai erosi di bagian hulu sungai. Hal ini
meliputi proses erosi, transportasi, berlaku juga pada saluran-saluran
pengendapan dan pemadatan dari irigasi di suatu bendung. Kerusakan
sedimentasi itu sendiri (Sudira, 2013). daerah aliran sungai menyebabkan
Sebagaimana diketahui, sedimentasi di meningkatnya angkutan sedimen yang
sungai terjadi karena adanya proses terbawa aliran ke saluran irigasi. Jika
pengendapan konsentrasi sedimen pada kecepatan aliran ini rendah maka akan
terjadi proses pengendapan di saluran jumlah hasil sedimen per satuan luas
irigasi tersebut. Penumpukan material daerah tangkapan air (DTA) atau
terus berlangsung sehingga endapan daerah aliran sungai (DAS) per satuan
semakin banyak dan akan membentuk waktu (dalam satuan ton/ha/th atau
delta. mm/th). Hasil sedimen (sediment yield)
Sungai Sanrego yang berlokasi adalah besarnya sedimen yang berasal
di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi dari erosi yang terjadi di daerah
Selatan, tepatnya di Desa Sanrego, tangkapan air yang diukur pada
Kecamatan Kahu. Sungai Sanrego periode waktu dan tempat tertentu.
merupakan salah satu sungai yang Hasil sedimen biasanya diperoleh dari
mempunyai peranan penting bagi pengukuran sedimen terlarut dalam
kehidupan masyarakat. Sungai ini sungai (suspended sediment) atau
digunakan sebagai wadah untuk pengukuran langsung di dalam waduk
menunjang fungsi sebagai pengairan, (Asdak, Chay, 2004).
pencegah banjir, penyedia air bersih Menurut Soewarno (1991),
dan salah satu tempat pariwisata. mengatakan bahwa besarnya volume
Sungai Sanrego pada 3 tahun terakhir angkutan sedimen terutama tergantung
ini sering terjadi banjir yang dari kecepatan aliran, karena
mengakibatkan sarana dan fasilitas perubahan musim penghujan dan
yang ada seperti kebun dan sawah kemarau, serta perubahan kecepatan
penduduk mengalami kerusakan. yang dipengaruhi oleh aktivitas
Saluran-saluran irigasi yaitu saluran manusia. Akibat dari perubahan
primer, sekunder dan tersier volume angkutan sedimen adalah
mengalami kinerja yang lambat. Salah terjadinya penggerusan di beberapa
satu faktor yang mempengaruhi kinerja tempat serta terjadinya pengendapan di
dari saluran irigasi adalah sedimen. tempat lain pada dasar saluran irigasi,
Sedimen yang terdapat di dengan demikian dimensi dari saluran
saluran dapat menyebabkan perubahan tersebut akan berubah sehingga
dimensi saluran dari asal saluran, serta volume air yang terbawa juga
dapat mempengaruhi energi spesifik berkurang. Untuk memperkirakan
penampang saluran sehingga secara perubahan itu telah dikembangkan
tidak langsung dapat mengakibatkan banyak rumus berdasarkan percobaan
kurang optimumnya kinerja saluran di lapangan maupun di laboratorium
irigasi (Wirosoedarmo, Ruslan, dkk, hidrolika.
2011). Penelitian ini bertujuan untuk
Sedimen adalah hasil erosi, mengetahui laju sedimentasi
baik berupa erosi permukaan, erosi (sedimentation-rate) di saluran primer,
parit, atau jenis erosi tanah lainnya. sekunder, dan tersier pada Daerah
Sedimen umumnya mengendap di Irigasi Sanrego berdasarkan 7 (tujuh)
bagian bawah kaki bukit, di daerah titik tinjau lokasi pengukuran yang
genangan banjir, di saluran air, sungai, dilaksanakan di lapangan. Berdasarkan
dan waduk. Laju sedimentasi adalah hal tersebut di atas, maka penulis ingin

Analisis Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi ………….... (Abdul R. Suleman) 77


mengkaji lebih lanjut dengan judul yakni akhir bulan April 2015 hingga
penulisan “Analisis Laju Sedimentasi awal bulan Mei 2015. Sedangkan
Pada Saluran Irigasi Daerah Irigasi pengujian di Laboratorium Mekanika
Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Tanah yaitu pengujian konentrasi
Bone Provinsi Sulawesi Selatan”. sedimen, dilaksanakan selama 2 (dua)
minggu, yakni pertengahan bulan Mei
METODE PENELITIAN 2015 hingga awal bulan Juni 2015.
Lokasi dan waktu penelitian Kompilasi data, pengolahan dan
Lokasi penelitian pada Daerah Irigasi analisis data, evaluasi dan penyajian
Sanrego yakni Saluran Primer Sanrego, data, baik yang diperoleh dari hasil
Saluran Sekunder Palakka, Saluran pengukuran di lapangan maupun hasil
Sekunder Batu-Batu, dan Saluran pengujian di laboratorium,
Tersier Palakka 1, Saluran Tersier dilaksanakan selama 5 (lima) minggu,
Palakka 2, Saluran Tersier Batu-Batu yakni pertengahan bulan Juni 2015
1, Saluran Tersier Batu-Batu 2 dan hingga bulan akhir Juli 2015. Adapun
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan parameter pengamatan pada penelitian
Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung ini terdiri dari besarnya muatan
Pandang. sedimen saluran irigasi per waktu
Persiapan dan pelaksanaan (kg/hari) dimana diperlukan kecepatan
penelitian ini berlangsung selama 3 aliran, kedalaman aliran dan muatan
(tiga) bulan, dimulai akhir bulan April sedimen melayang.
2015 hingga akhir bulan Juli 2015.
Pelaksanaan survei lokasi dan Alat dan bahan penelitian
pengukuran debit aliran pada saluran Adapun alat dan bahan yang digunakan
serta pengambilan sampel air, diuraikan sesuai dengan urutan
dilaksanakan selama 2 (dua) minggu, kegiatan pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Kegiatan, Bahan dan Alat


No Kegiatan Bahan Alat
1. Pengukuran kedalaman aliran - Mistar
2. Pengukuran kecepatan air rerata - Stop watch, Current meter
Air dan sedimen Botol sampel, spidol
3. Pengukuran sedimen melayang
terangkut permanen
4. Pengukuran lebar saluran - Meteran

Pelaksanaan penelitian kedalaman aliran. Jumlah tongkat


1. Pembuatan mistar duga vertikal pengukur sebanyak 1 buah.
Mistar duga vertikal dibuat dari 2. Penyiapan botol sampel
kayu berukuran panjang 200 cm, Botol sampel yang digunakan untuk
pada tongkat tersebut dibuat skala mengambil muatan sedimen berupa
pengukuran (cm), tongkat ini botol plastik bekas air kemasan
digunakan untuk mengukur yang berdiameter 2,5 cm (mulut

78 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 76-86


botol). Botol sampel digunakan mempunyai bentuk parabolis dengan
untuk mengambil sampel pada kecepatan nol, dan semakin ke tengah
saluran irigasi primer, sekuunder, kecepatan semakin bertambah besar.
dan tersier masing-masing sebanyak Dengan memperhatikan distribusi
2 buah setiap kali pengamatan. tersebut, maka pengaruh kecepatan
3. Meteran disiapkan untuk mengukur harus dilakukan di beberapa vertikal
lebar penampang basah saluran. dan titik pengukuran akan memberikan
hasil semakin baik. Dari data
Pembuatan lengkung debit kecepatan di beberapa titik pada
Debit aliran diperoleh dengan vertikal di hitung kecepatan teratur
mengalirkan luas tampang aliran dan dengan luas kecepatan rerata pada
kecepatan aliran. Kedua parameter seluruh kedalaman (Triatmodjo,
tersebut dapat diukur pada suatu Bambang, 2008).
tampang lintang (stasiun) di sungai.
Luas tampang aliran diperoleh dengan Pengukuran debit aliran (Qw)
mengukur elevasi permukaan air dan Debit merupakan jumlah air yang
dasar sungai. Apabila dasar dan tebing mengalir di dalam saluran atau sungai
sungai tidak berubah (tidak mengalami per unit waktu. Metode yang umum
erosi dan sedimentasi) pengukuran diterapkan untuk menetapkan debit
elevasi dasar sungai dilakukan hanya sungai adalah metode profil sungai
satu kali. Kemudian dengan mengukur (cross section). Pada metode ini debit
elevasi muka air untuk berbagai merupakan hasil perkalian antara luas
kondisi, mulai dari debit kecil samapai penampang vertikal sungai (profil
debit besar (banjir), dapat dihitung luas sungai) dengan kecepatan aliran air.
tampang untuk berbagai elevasi muka
air tersebut. Kecepatan aliran juga
Qw = A × V …… (1)
dihitung bersama dengan pengukuran
elevasi muka air. Dengan demikian
dengan Q = debit (m3/det), A = luas
dapat dihitung (rating curve), yaitu
penampang vertikal (m2) dan V =
hubungan antara elevasi muka air dan
kecepatan (m/det).
debit. Dengan telah dibuatnya kurva
debit, selanjutnya debit sungai dapat
Menghitung kecepatan aliran dengan
dihitung hanya dengan mengukur
persamaan, sebagai berikut;
elevasi muka air. Penggunaan kurva
debit hanya dapat dilakukan apabila
V = a.N + b ………… (2)
sungai tidak dipengaruhi oleh pasang
surut.
dengan V = kecepatan aliran (m/det),
Bentuk tampang memanjang
N = jumlah putaran dan a, b = tetapan
dan melintang sungai adalah tidak
(nilai ini ditetapkan dalam kalibrasi)
teratur. Selain itu, karena pengaruh
kekentalan air dan kekerasan dinding,
Pengukuran angkutan sedimen
distribusi kecepatan pada vertikal
melayang (Qsm)

Analisis Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi ………….... (Abdul R. Suleman) 79


Muatan sedimen melayang (suspended merupakan parameter penting dalam
load) dapat dipandang sebagai penyelidikan masalah sedimen.
material dasar sungai (bed material) Perbedaan ukuran butir dapat
yang melayang di dalam aliran sungai menunjukkan perbedaan cara
dan terdiri dari butiran-butiran pasir pengangukutan dan sumbernya.
halus yang senantiasa didukung oleh Produksi sedimen dapat dinyatakan
air dan hanya sedikit sekali dalam satuan berat atau satuan
interaksinya dengan dasar sungai, volume, untuk satuan berat
karena selalu didorong ke atas oleh perbandingannya adalah satuan luas,
turbulensi aliran. Pengukuran misal dinyatakan dalam ton/km2 atau
angkutan sedimen melayang kg/ha, untuk satuan volume
dilakukan untuk menentukan perbandingannya adalah satuan waktu,
konsentrasi sedimen, ukuran butiran misal m3/tahun. Untuk merubah
sedimen dan produksi sedimen satuan berat menjadi satuan volume
melayang (Soewarno, 1991). harus ditentukan berat spesifik
1. Konsentrasi Sedimen sedimennya. Pengukuran konsentrasi
Konsentrasi sedimen dapat dinyatakan sedimen dapat dilakukan dengan cara
dalam berbagai cara, antara lain: konvensional, yaitu melakukan
a. Dinyatakan dengan perbandingan pengukuran konsentrasi sedimen pada
antara berat sedimen kering yang suatu vertikal, dengan mengambil
terkandung pada satu untuk sampel sedimen.
volume sedimen bersama-sama Dalam mengambil sampel
airnya dari suatu sampel, biasanya sedimen digunakan beberapa metode
dinyatakan dalam satuan mg/l, antara lain metode titik, metode
g/m3, kg/m3, atau ton/m3; integrasi kedalam dan metode
b. Dinyatakan dengan perbandingan pengukuran konsentrasi di tempat (In
volume partikel sedimen yang Situ), sebagai berikut;
terkandung pada satu unit volume a. Metode integrasi titik
sampel air, biasanya dinyatakan Pada umumnya cara ini digunakan
dalam satuan %; untuk pengukuran konsentrasi
c. Konsentrasi sedimen dapat juga sedimen melayang pada sungai lebar
dinyatakan dalam parts per million atau pada sungai yang mempunyai
(ppm), apabila konsentrasinya penyebaran konsentrasi sedimen yang
rendah, dihitung dengan cara bervariasi. Pada suatu penampang
membagi berat sedimen kering melintang ditentukan beberapa vetikal
dengan berat sampelnya dan pengukuran dengan jarak dibuat
mengalikan hasil bagi tersebut sedemikian rupa sehinggakecepatan
dengan 106. aliran dan konsentrasi sedimen pada
setiap vertikal yang berdekatan
2. Ukuran Butir masing-masing mempunyai perbedaan
Ukuran butir sedimen biasanya yang kecil, pekerjaan ini
dinyatakan dalam satuan mm, data ini membutuhkan banyak pengalaman di

80 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 76-86


lapangan, agar hasilnya baik dan sebagai berikut (Soewarno, 1991);
minimal diperlukan tiga buah vertikal.
Jumlah titik pengukuran dapat QSm= 60 × 60 × 24 × C × Q …(4)
bervariasi tergantung dari kedalaman
aliran dan ukuran butir sedimen QSm = 86400 × C × Q ……… (5)
melayang.
b. Metode Integrasi Kedalaman Dengan asumsi bahwa konsentasi
Pada cara ini sampel sedimen diukur sedimen merata pada seluruh bagian
dengan cara menggerakkan alat ukur penampang sungai, maka debit
sedimen naik atau turun pada suatu sedimen dapat dihitung sebagai hasil
vertikal dengan kecepatan gerak yang perkalian antara konsentrasi dan debit
sama. Pengukuran ini dapat dilakukan air yang dirumuskan (Asdak, Chay,
pada seluruh kedalaman atau pada 2004), sebagai berikut;
vertikal kedalaman dibagi menjadi
beberapa interval kedalaman. QSm = 0,0864 × CS× Qw …… (6)
c. Metode Pengukuran Konsentrasi
di Tempat (In Situ) dengan QSm = debit sedimen melayang
Metode pengukuran konsentrasi (ton/tahun), CS = konsentrasi sedimen
sedimen dapat dilakukan secara beban melayang (mg/liter), Qw =
lansung di tempat pengukuran (in 3
debit air (m /det) dan k = 0,0864
situ), misalnya nuclear gauge atau
dengan photo electric turbidity meter. Kadar konsentrasi CS dapat diperoleh
3. Produksi debit sedimen melayang dengan persamaan :
Untuk menghitung debit sedimen
1000
melayang digunakan metode CS =  (a  b)  1000 .. (7)
pengukuran sesaat, yaitu pada periode V
waktu tertentu debit muatan sedimen
melayang dapat didefinisikan sebagai dengan CS = konsentrasi sedimen
hasil perkalian konsentrasi dan beban melayang (mg/liter), V =
debitnya yang dapat dirumuskan Volume sampel sedimen (ml), b =
sebagai berikut (Soewarno, 1991). berat cawan berisi endapan sedimen
(gr) dan a = berat cawan kosong (gr)
Qsm = k × CS× Qw ……… (3)
Penentuan konsentrasi sedimen
dengan Qsm= debit sedimen melayang melayang (CS).
(ton/tahun), Qw = debit air (m3/det), CS Sampel sedimen melayang selalu
= konsentrasi sedimen beban dianalisa di labortorium secara
melayang (gr/liter) dan k= Faktor langsung. Sesudah diendapkan selama
koreksi 1-2 hari, konsentrasi sedimen
ditentukan dengan menimbang
Persamaan 3 dapat dinyatakan kandungan sedimen yang telah
dikeringkan dan membagi dengan

Analisis Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi ………….... (Abdul R. Suleman) 81


volume sampel sedimen + airnya.
Konsentrasi sedimen selalu Faktor konversi dapat dilihat pada
dinyatakan dalam satuan, berikut; tabel 2 dengan anggapan kerapatan air
a. mg/l, atau g/l atau g/m3, kg/m3, (water density) = 1,0 g/cm3 dan
atau kerapatan partikel sedimen 2,65 g/cm3
b. parts per million, atau dan kandungan bahan padat terlarut
c. dinyatakan dalam %. kurang dari 1000 ppm.

Tabel 2. Faktor konversi konsentrasi sedimen melayang (dalam ppm ke g/l)


Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (g/l) Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (g/l)

0 - 15900 1,00 322000 - 341000 1,26


16000 - 46800 1,02 342000 - 361000 1,28
46900 - 76500 1,04 362000 - 380000 1,30
76600 - 105900 1,06 381000 - 399000 1,32
106000 - 133000 1,08 400000 - 416000 1,34
134000 - 159000 1,10 417000 - 434000 1,36
160000 - 185000 1,12 435000 - 451000 1,38
186000 - 210000 1,14 452000 - 467000 1,40
211000 - 233000 1,16 468000 - 483000 1,42
234000 - 256000 1,18 484000 - 498000 1,44
257000 - 279000 1,20 499000 - 514000 1,46
280000 - 300000 1,22 515000 - 528000 1,48
301000 - 321000 1,24 529000 - 542000 1,50
(Sumber : Soewarno, 1991)

HASIL DAN PEMBAHASAN dasar dalam pengolahan data untuk


Hasil penelitian mendapatkan laju sedimennya.
Berdasarkan hasil pengukuran data Sebelum membuat lengkung
primer yang telah dilakukan sedimen melayang, terlebih dahulu
dilapangan, yakni berupa dimensi dihitung debit air sungai yang
saluran dalam hal ini saluran primer, selanjutnya akan menghasilkan grafik
sekunder, tersier, dan kecepatan aliran hubungan antara sedimen melayang
dengan menggunakan alat current (Qsm) dan debit aliran (Qw), seperti
meter, serta kondisi disekitar daerah yang ditunjukkan pada tabel 3, dan
pengamatan pada Daerah Irigasi gambar 1,2,3,4,5,6,7 berikut ini;
Sanrego, yang selanjutnya menjadi

Tabel 3. Hasil perhitungan debit sedimen melayang (Qsm)

Debit Debit
Debit
Debit Konsentrasi Sedimen Sedimen
Konstanta Sedimen
Nama (Qw) Sedimen Melayang Melayang
No. Tanggal (k) Melayang
Saluran Rerata (Cs) Rerata Rerata (Qsm Rerata (Qsm
Rerata (Qsm)
(m3/dtk) (mg/lt) rerata) rerata)
(ton/hari)
(ton/hari) (kg/hari)

82 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 76-86


30/4/2015 0.0864 12.396 0.00106 0.00113 0.00113 1.131
Primer 1/5/2015 0.0864 14.691 0.00104 0.00132 0.00132 1.316
1
Sanrego 2/5/2015 0.0864 17.877 0.00117 0.00181 0.00181 1.806
Jumlah 4.253
30/4/2015 0.0864 4.080 0.00100 0.000399 0.000399 0.399
Sekunder 1/5/2015 0.0864 4.390 0.00104 0.000393 0.000393 0.393
2
Palakka 2/5/2015 0.0864 4.224 0.00104 0.000426 0.000426 0.426
Jumlah 1.218
3/5/2015 0.0864 0.323 0.00106 0.0000294 0.0000294 0.0294
Sekunder
4/5/2015 0.0864 0.223 0.00104 0.0000199 0.0000199 0.0199
3 Batu-
5/5/2015 0.0864 0.0982 0.00117 0.00000989 0.00000989 0.00989
batu
Jumlah 0.0593
3/5/2015 0.0864 0.130 0.00106 0.0000119 0.0000119 0.0119
Tersier
4/5/2015 0.0864 0.151 0.00104 0.0000136 0.0000136 0.0136
4 Palakka
5/5/2015 0.0864 0.147 0.00117 0.0000148 0.0000148 0.0148
1
Jumlah 0.0403
3/5/2015 0.0864 0.0619 0.00106 0.00000566 0.00000566 0.00566
Tersier
4/5/2015 0.0864 0.0352 0.00104 0.00000315 0.00000315 0.00315
5 Palakka
5/5/2015 0.0864 0.0662 0.00117 0.00000667 0.00000667 0.00667
2
Jumlah 0.0155
6/5/2015 0.0864 0.0349 0.0000349 0.000000105 0.000000105 0.000105
Tersier
7/5/2015 0.0864 0.0466 0.0000466 0.000000189 0.000000189 0.000189
6 Batu-
8/5/2015 0.0864 0.0572 0.0000572 0.000000283 0.000000283 0.000283
Batu 1
Jumlah 0.000578
6/5/2015 0.0864 0.0972 0.001057 0.00000887 0.00000887 0.00887
Tersier
7/5/2015 0.0864 0.0546 0.001037 0.00000489 0.000000489 0.00489
7 Batu-
8/5/2015 0.0864 0.0607 0.00117 0.00000613 0.00000613 0.00613
Batu 2
Jumlah 0.0199

Gambar 1. Hubungan debit sedimen dan Gambar 2. Hubungan debit sedimen dan
debit aliran pada saluran primer Sanrego debit aliran pada saluran sekunder
Palakka

Analisis Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi ………….... (Abdul R. Suleman) 83


Gambar 3. Hubungan debit sedimen Gambar 4. Hubungan debit sedimen dan
dan debit aliran pada saluran sekunder debit aliran pada saluran tersier Palakka 1
Batu-Batu

Gambar 5. Hubungan debit sedimen Gambar 6. Hubungan debit sedimen dan


dan debit aliran pada saluran tersier debit aliran pada saluran tersier Batu-
Palakka 2 Batu 1

Gambar 7. Hubungan debit sedimen


dan debit aliran pada saluran tersier
Batu-Batu 2

84 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 76-86


Pembahasan hasil penelitian Batu-Batu 1, yaitu y = 0,008x - 0,0002
Berdasarkan 7 (tujuh) titik tinjau lokasi dengan koefisien korelasi (R) = 0,998,
pengukuran, baik pengukuran dimensi Saluran Tersier Batu-Batu 2, yaitu y =
saluran, pengukuran kecepatan untuk 0,087x + 0,0005 dengan koefisien
mendapatkan debit aliran, maupun korelasi (R) = 0,984, ini menunjukkan
pengukuran konsentrasi sedimen untuk hubungan debit sedimen dan debit
mendapatkan debit sedimen, ternyata aliran pada Saluran Primer Sanrego,
pada Saluran Sekunder Palakka, seperti Saluran Sekunder Batu-Batu, Saluran
yang ditunjukkan pada gambar 2, Tersier Palakka 1, Saluran Tersier
diperoleh hubungan antara debit Palakka 2, Saluran Tersier Batu-Batu
sedimen berbanding terbalik dengan 1, dan Saluran Tersier Batu-Batu 2,
debit aliran. Berdasarkan persamaan mempunyai hubungan langsung positip
regresi linier, yaitu y = - 0,023x + sempurna, yaitu berada antara
0,507 dengan koefisien korelasi (R) = 0,6<R<1,0 (Soewarno, 1995).
0,21, ini menunjukkan hubungan debit
sedimen melayang dan debit aliran SIMPULAN
pada Saluran Sekunder Palakka Berdasarkan hasil yang diperoleh
mempunyai hubungan langsung positip seperti diuraikan dalam pembahasan,
lemah, yaitu berada antara 0<R<0,6 maka dapat ditarik simpulan bahwa
(Soewarno, 1995). hasil dari lengkung debit (Rating
Sedangkan pada Saluran Primer Curve) dengan menggunakan metode
Sanrego, Saluran Sekunder Batu-Batu, grafis adalah semakin tinggi muka air,
Saluran Tersier Palakka 1, Saluran maka debit air pun akan semakin besar.
Tersier Palakka 2, Saluran Tersier Dengan menggunakan kurva debit ini
Batu-Batu 1, dan Saluran Tersier Batu- tinggi muka air dapat digunakan untuk
Batu 2, seperti yang ditunjukkan pada menentukan besar debit aliran di
gambar 1, 3, 4, 5, 6, dan 7, diperoleh saluran pada lokasi pengambilan
hubungan antara debit sedimen sampel sedimen. Selain itu debit
melayang berbanding lurus dengan saluran juga dapat digunakan untuk
debit aliran. Berdasarkan persamaan menduga besarnya endapan sedimen
regresi linier, masing-masing; Saluran (ton/hari).
Primer Sanrego, yaitu y = 8,883x + Dengan menggunakan metode
1,934 dengan koefisien korelasi (R) = pengukuran sesaat diperoleh volume
0,912, Saluran Sekunder Batu-Batu, sedimen melayang (suspended load)
yaitu y = 11,53x - 0,012 dengan sebesar :
koefisien korelasi (R) = 0,998, Saluran - Saluran Primer Sanrego sebesar
Tersier Palakka 1, yaitu y = 6,2951x + 4,253 kg/hari
0,0581 dengan koefisien korelasi (R) = - Saluran Sekunder Palakka sebesar
0,823, Saluran Tersier Palakka 2, yaitu 1,218 kg/hari
y = 0,1066x - 0,0006 dengan koefisien - Saluran Sekunder Batu - Batu
korelasi (R) = 0,988, Saluran Tersier sebesar 0,0593 kg/hari

Analisis Laju Sedimentasi Pada Saluran Irigasi ………….... (Abdul R. Suleman) 85


- Saluran Tersier Palakka 1 sebesar Soewarno, 1995. HIDROLOGI,
0,0403 kg/hari Aplikasi Metode Statistik Untuk
- Saluran Tersier Palakka 2 sebesar Analisa Data, Penerbit Nova.
0,0155 kg/hari Jilid 2, Bandung
- Saluran Tersier Batu - Batu 1 Sudira, I. W. 2013. Analisis Angkutan
sebesar 0,000578 kg/hari Sedimen Pada Sungai
- Saluran Tersier Batu - Batu 2 Manhasan. Jurnal Ilmiah
sebesar 0,0199 kg/hari MEDIA ENGINEERING Vol.
Adapun kelas butir yang 3, No. 1, Maret, ISSN 2087-
didapatkan dalam penelitian ini adalah 9334, pp 54-57
berupa dissolved material (bahan Triatmodjo, Bambang, 2008.
terlarut) yakni berupa partikel yang Hidrologi Terapan. Beta
sangat kecil dan dalam saluran Offset, Yogyakarta
partikelnya melayang-layang atau Wirosoedarmo, Ruslan, dkk, 2011.
partikel yang membuat air nampak Perilaku Sedimentasi dan
keruh. Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Saluran Pada Jaringan
UCAPAN TERIMA KASIH Irigasi Waru-Turi Kanan
Pada kesempatan ini penulis Kediri. Jurnal Teknologi
mengucapkan banyak terima kasih Pertanian Vol. 12 No. 1 April,
kepada Politeknik Negeri Ujung pp 68-75
Pandang khususnya Kepala
Laboratorium Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil yang telah
memberikan izin untuk melakukan
pengujian di laboratorium sehingga
penelitian ini dapat berjalan sesuai
dengan rencana.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay, 2004. Hidrologi dan


Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
Soewarno, 1991. HIDROLOGI,
Pengukuran dan Pengolahan
Data Aliran Sungai
(HIDROMETRI), Penerbit
Nova. Bandung

86 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 2 Desember 2015 76-86

You might also like