You are on page 1of 14

RANCANGAN UNIT PENGELOLA IRIGASI MODERN DI INDONESIA

DESIGN OF MODERN IRRIGATION MANAGEMENT UNIT IN INDONESIA


Oleh:
Bastin Yungga Angguniko1), Susi Hidayah2)
1)BalaiLitbang Penerapan Teknologi Sumber Daya Air
Jl. Sapta Taruna Jakarta
2)Balai Penelitian dan Pengembangan Irigasi

Jl. Cut Meutia Kotak Pos 147 Bekasi


Komunikasi Penulis, email: bastin13620@gmail.com, hidayahsusi@gmail.com
Naskah ini diterima pada 19 April 2017; revisi pada 14 Agustus 2017;
disetujui untuk dipublikasikan pada 21 November 2017

ABSTRACT

Establishment of irrigation management unit in Indonesia has been addressed by the 2015-2019 National Five Year Plan.
The need is based upon the weak management of irrigation networks. Out of 3.3 million hectare of irrigation networks,
52% is in poor condition in 2014. Therefore, development of irrigation unit led by a single managing unit is considered as
an appropriate measure for improvement. This research tries to determine the essential factors in creating a modern
irrigation management unit (UPIM). The effort is carried out through the auditing of the current irrigation management
practices within the central irrigation schemes, either under self-management or through support assignment. Result
from field survey is then analyzed using SWOT method, followed by determining the key success factors for the
management. There are five main functions of modern irrigation management which are; (1) programming and
information system, (2) operation and maintenance controlling, (3) irrigation protection, (4) knowledge center and
human resources, and (5) water use planning and counseling (PTGA). Both knowledge center and PTGA are the
managerial innovation of this research. All of the functions are then arranged as an organizational structure designed
according to each irrigation typology. For the sake of successful UPIM implementation, support in the form of legal decree
as well as operation manual that could be easily understood by all stakeholders are needed.

Key words: agriculture, institutions, irrigation, management, modernization

ABSTRAK
Pembentukan unit pengelola irigasi di Indonesia merupakan amanat yang tertera dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Kebutuhan ini didasari pada masih lemahnya upaya pengelolaan jaringan
irigasi. Dari 3,3 juta hektar luas jaringan, sebanyak 52% berada dalam kondisi buruk pada tahun 2014. Untuk itu
pembentukan unit irigasi yang dibawahi oleh seorang manajer merupakan langkah yang dianggap tepat untuk
meningkatkan kondisi jaringan. Penelitian ini mencoba menemukenali faktor-faktor utama yang perlu ada dalam
pembentukan sebuah kelembagaan pengelola irigasi modern (UPIM). Upaya tersebut dilakukan melalui audit
pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi di daerah irigasi kewenangan pusat, baik yang dilaksanakan
melalui mekanisme swakelola maupun melalui tugas pembantuan. Hasil temuan lapangan kemudian dianalisa melalui
metode SWOT, diikuti dengan penentuan faktor-faktor kunci keberhasilan pengelolaan. Terdapat lima temuan fungsi
utama pengelolaan irigasi modern dari hasil penelitian ini yaitu; (1) pemrograman dan sistem informasi, (2)
pengendalian operasi dan pemeliharaan, (3) pengamanan irigasi, (4) knowledge center dan pengembangan SDM, dan
(5) fungsi penyuluhan dan tata guna air (PTGA). Adanya fungsi knowledge center dan PTGA merupakan inovasi
manajemen yang menjadi keunggulan dalam penelitian ini. Seluruh fungsi tersebut kemudian disusun dalam sebuah
struktur kelembagaan yang didasarkan pada tipologi masing-masing daerah irigasi. Untuk kelancaran penerapan
UPIM, diperlukan dukungan berupa surat keputusan serta pedoman pelaksanaan yang dapat dipahami oleh seluruh
stakeholder.

Kata kunci: irigasi, kelembagaan, manajemen, modernisasi, pertanian

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 23


I. PENDAHULUAN Participartory Development and Management
Irigation Project (IPDMIP) tentang Improvement of
Tuntutan terhadap kinerja irigasi yang lebih baik
irrigation systems field management, disebutkan
semakin meningkat untuk mendukung
bahwa pembentukan Unit Pengelola Irigasi
peningkatan produksi pertanian dalam rangka
(Irrigation Management Unit/IMU) adalah untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional dan
mencapai kinerja sistem irigasi yang
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.
berkelanjutan (Direktorat Irigasi dan Rawa,
Karena itu, salah satu program prioritas
2015). Selain itu, dalam 40 Butir Garis Besar
pemerintah saat ini adalah perbaikan jaringan
Pemikiran Modernisasi Irigasi, disebutkan bahwa
irigasi. Hal ini didasarkan pada fakta sekitar 52
setiap Daerah Irigasi yang melaksanakan
persen dari luas irigasi di Indonesia telah
modernisasi irigasi, dikelola oleh Unit Pengelola
mengalami kerusakan ringan dan berat
Irigasi Modern/UPIM.
(Direktorat Irigasi dan Rawa, 2015). Akibatnya,
pengelolaan air irigasi yang dilakukan selama ini Pembentukan UPIM adalah suatu hal yang
dinilai belum efektif, efisien, dan berkelanjutan mendesak, memerlukan penanganan segera, dan
sehingga tingkat layanan irigasi untuk akan berdampak luas, serta telah diamanatkan
mendukung peningkatan produksi pertanian oleh RPJMN 2015-2019 (Direktorat Irigasi dan
masih belum optimal. Rawa, 2015; Arif & Prabowo, 2014) sehingga
diperlukan rancangan UPIM dan rekomendasi
Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan
kebijakan implementasinya.
penyempurnaan sistem pengembangan dan
pengelolaan irigasi menjadi sistem irigasi Studi ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya
partisipatif yang lebih efektif, efisien, dan permasalahan terkait pilar ke-empat modernisasi
berkelanjutan (sustainable) atau disebut dengan irigasi, yaitu kurang efektifnya institusi pengelola
istilah modernisasi irigasi, yang lebih irigasi termasuk struktur dari batas yurisdiksi
menitikberatkan pada upaya meningkatkan yang dimiliki suatu lembaga dalam mengatur
efisiensi irigasi dan tingkat layanan. sumber daya. Dalam kasus pengelolaan irigasi,
batas yurisdiksi juga menunjukkan hal penting
Di samping itu, isu perubahan iklim dan
bagaimana suatu institusi menentukan sikap yang
pemanasan global juga telah mendorong
tercakup dan apa yang diperoleh (Rachman,
pentingnya melakukan modernisasi irigasi agar
2009).
pengelolaan irigasi menjadi lebih efektif. Akibat
dari pemanasan global seperti perubahan iklim Lingkup penelitian ini, yaitu mengelaborasi
dan cuaca yang dijadikan sebagai masukan di 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) peran dan program
dalam pelaksanaan OP menjadikan karakteristik layanan, 2) struktur dan mekanisme tata kelola ,
OP tidak lagi bersifat statis, sehingga harus dan 3) sistem anggaran. Dalam aspek peran dan
dilaksanakan secara fleksibel/lentur. program layanan dikaji terutama mengenai
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Pada
Salah satu upaya untuk memperoleh pengelolaan
aspek struktur dan mekanisme governance yang
yang bersifat lentur adalah dengan membentuk
dikaji adalah struktur dan mekanisme yang
suatu kelembagaan pengelolaan irigasi yang
mencakup struktur organisasi, tugas dan fungsi,
mampu merubah pelaksanaan pengelolaan irigasi
sumber daya manusia, serta infrastruktur
secara lentur sehingga masyarakat petani dapat
pendukung. Governance yang dimaksud adalah
terlayani dengan sepadan. Untuk
segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
mengoperasionalkan prinsip lentur di dalam
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan
rancangan Unit Pengelola Irigasi Modern (UPIM)
kepentingan Negara. Sedangkan pada aspek
maka disusunlah penahapan minimal, menengah,
sistem anggaran dikaji tentang sumber anggaran,
dan lanjutan diikuti dengan pengembangan
pengalokasian (komponen pembiayaan), dan
kapasitas adaptive, absorptive, dan transformative
pelaporan.
(Balai Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya
Air, 2016). Dengan demikian rancangan UPIM Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
diharapkan menjadi sebuah sistem yang dapat rancangan Unit Pengelola Irigasi Modern (UPIM)
diandalkan. yang di dalamnya mencakup program layanan
Operasi dan Pemeliharaan irigasi, struktur
Dalam RPJMN 2015–2019 disebutkan bahwa
organisasi UPIM dan hubungannya dengan
salah satu strategi dalam rangka peningkatan
lembaga lainnya, kebutuhan sumber daya
layanan irigasi adalah melalui pembentukan
manusia (SDM), infrastruktur pendukung, dan
manajer irigasi sebagai pengelola pada satuan
sistem penganggaran.
daerah irigasi. Pada program Integrated

24 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


II. TINJAUAN PUSTAKA penyediaan air irigasi, (ii) perbaikan sarana dan
prasarana irigasi, (iii) penyempurnaan sistem
2.1. Modernisasi Irigasi
pengelolaan irigasi, (iv) penguatan institusi
Irigasi modern berarti irigasi mutakhir dimana pengelola irigasi, dan (v) pemberdayaan
pengelolaannya dilaksanakan secara partisipatif sumberdaya manusia pengelola irigasi (Arif &
melalui musyawarah dalam menetapkan hak dan Prabowo, 2014).
kewajiban secara terbuka tanpa diskriminasi,
Inti dari pelaksanaan Pilar I adalah meningkatkan
sehingga keadilan dan kepuasan masyarakat
keandalan air yang dapat dilakukan dengan
dapat tercapai (Arif & Prabowo, 2014).
memakai hampiran infrastruktur maupun
Modernisasi irigasi pada intinya berbeda dengan
institusi dan manusia pelaku. Pada modernisasi
rehabilitasi yang hanya menekankan pada aspek
irigasi semua prasarana jaringan irigasi
fisik saja. Dalam konsep modernisasi irigasi, selain
dikembalikan dan atau ditingkatkan fungsinya
menekankan pada aspek fisik, juga melakukan
sehingga dapat memberikan pelayanan optimum.
peningkatan pada aspek kelembagaan
Sebagai dasar pengembangan aspek sarana dan
pengelolaan dan sumberdaya manusianya,
prasarana (Pilar II) adalah tercapainya
sehingga dapat memberikan pelayanan kepada
pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta
petani (Hakim, Suriadi, & Masruri, 2012).
berwawasan lingkungan. Setelah proses
Menurut (FAO, 1997), modernisasi irigasi adalah modernisasi dilakukan pembangunan prasarana
“a process of technical and managerial upgrading irigasi, kemudian diikuti dengan pengembangan
of irrigation schemes combined with institutional sistem OP sebagai bagian dari pelaksanaan
reforms, if required, with the objective to improve pengelolaan irigasi (Pilar III). Azas yang akan
resource utilization (labor, water, economic, dituju dalam sistem pengelolaan irigasi adalah
environmental) and water delivery service to azas permintaan sebagai perubahan azas pasok
farms”. Modernisasi irigasi merupakan upaya yang saat ini dilakukan.
mewujudkan sistem pengelolaan irigasi
Pada pelaksanaan modernisasi irigasi,
partisipatif berorientasi pada pemenuhan tingkat
pengembangan sistem prasarana tentu tidak
layanan irigasi secara efektif, efesien, dan
dapat dipisahkan dengan pengembangan institusi
berkelanjutan dalam rangka mendukung
(Pilar IV). Adanya landasan hukum juga akan
ketahanan pangan dan air melalui peningkatan
menjamin keberlanjutan pelaksanaan
keandalan penyediaan air, prasarana, pengelolaan
modernisasi irigasi. Pembangunan konsep
irigasi, institusi pengelola, dan sumberdaya
sumberdaya manusia (Pilar V) merupakan suatu
manusia (Arif & Prabowo, 2014).
upaya sangat penting dalam pelaksanaan
Pelaksanaan modernisasi irigasi dilakukan modernisasi irigasi di Indonesia khususnya.
dengan memakai pembaharuan tiga unsur, yaitu
2.2. Unit Pengelola Irigasi Modern
(i) pengembangan keandalan ketersediaan air dan
teknologi, (ii) pengembangan pengelolaan irigasi, UPIM adalah sebuah unit kerja yang
institusi, dan pelibatan para pelaku dalam bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pengelolaan irigasi, dan (iii) pembaharuan dalam operasi dan pemeliharaan irigasi pada suatu
proses pembiayaan. Pelaksanaan modernisasi Daerah Irigasi dengan prinsip-prinsip partisipatif,
irigasi di banyak negara tidak semua dilakukan berbasis kebutuhan, efektif, efisien, dan
hanya melalui pembangunan infrastruktur, tetapi berkesinambungan yang menjamin tingkat
justru lebih mementingkan pembaharuan institusi layanan yang lebih baik kepada petani pemakai
dan perkuatan kapasitas pelaku (Arif & Prabowo, air. Konsep pelaksanaan UPIM harus disesuaikan
2014). dengan kebijakan irigasi yang berlaku sesuai
dengan situasi dan kondisi kearifan lokal
Di Indonesia, perubahan lingkungan strategis,
masyarakat setempat.
umur teknis dan tipe teknologi infrastruktur
sistem irigasi memicu untuk dilaksanakannya Menurut hasil kajian Tim Modernisasi Irigasi
suatu kebijakan modernisasi irigasi. Mengingat Direktorat Irigasi dan Rawa terdapat empat tipe
bahwa secara geografis Indonesia sangat luas dan UPIM yaitu:
setiap daerah irigasi di masing-masing wilayah
Tipe I: Pada daerah irigasi yang menjadi
mempunyai karakteristik berbeda-beda maka
kewenangan pusat, dan lintas provinsi, dibentuk
pelaksanaan modernisasi irigasi juga harus
unit pengelola irigasi yang bertanggung jawab ke
berhati-hati sesuai dengan kondisi lokal dan tidak
BBWS yang bersangkutan.
dirampatkan (generalisasi). Upaya pelaksanaan
modernisasi irigasi di Indonesia menggunakan Tipe II: Pada daerah irigasi yang menjadi
konsep lima pilar, yaitu (i) peningkatan keandalan kewenangan pusat, dan lintas kabupaten/

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 25


kota maka Tugas Pembantuan (TP) diberikan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
kepada Pemerintah Provinsi, dan dibentuk unit Balai Besar Wilayah Sungai/Dinas SDA
pengelola irigasi yang bertanggung jawab ke UPT Provinsi/Dinas SDA Kabupaten/Kota di bidang
Provinsi (UPT Wilayah Sungai). teknis pengelolaan irigasi pada wilayah kerjanya.
Tipe III: Pada irigasi yang menjadi kewenangan III. METODOLOGI
pusat dan berada sepenuhnya dalam
Kabupaten/Kota, maka TP diberikan ke Perancangan UPIM ini menggunakan pendekatan
Pemerintah Kabupaten/Kota dan dibentuk unit desain institusi. Pertanyaan riset tentang prinsip-
pengelola yang bertanggung jawab kepada dinas prinsip transisi perubahan institusi pengelola
yang membidangi irigasi. irigasi dari model konvensional ke model UPIM
menggunakan pendekatan manajemen
Tipe IV: Pada irigasi yang menjadi kewenangan perubahan. Jawaban kedua pertanyaan riset di
provinsi dan berada sepenuhnya dalam atas kemudian diolah menjadi rekomendasi
kabupaten/kota, maka Pemerintah Provinsi dapat kebijakan dengan menggunakan metode
memberikan tugas pembantuan ke Pemerintah Regulatory Impact Assessment (RIA).
Kabupaten/Kota dan dibentuk unit pengelola
yang bertanggung jawab kepada dinas yang Empat tahapan yang dilakukan dalam metode
membidangi irigasi. Atau, bagi Dinas Sumberdaya desain organisasi adalah audit, desain, validasi,
Air Provinsi yang telah membentuk UPT WS dan rekomendasi.
dengan unit perwakilan UPT WS di tiap Khusus pada tahap validasi menggunakan
Kabupaten, maka unit pengelola DI Modern dapat Indikator Tingkat Layanan dan Tahapan Irigasi
merupakan pengembangan dari unit perwakilan Modern sesuai yang tertuang dalam pokok-pokok
UPT WS tersebut. Unit pengelola irigasi modern modernisasi irigasi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Indikator Tingkat Layanan dan Tahapan Irigasi Modern


Indikator Tingkat Irigasi Sekarang/ Tahapan UPIM
No
Layanan Konvensional Minimal Menengah Lanjutan
1 Indek pertanaman 120% padi, 20% 140-160% padi, 50% 160-200% padi, 180-250%
palawija palawija 50% palawija padi, 50%
palawija
2 Kehilangan air 40-60% 40-50% 30-40% 10-30%
3 Selang alokasi air 10-15 hari 3-7 hari 1-3 hari 1-3 hari
4 Produktivitas air 0,5 kg GKG/m3 0,6-0,7 kg GKG/m3 air 0,7-0,8 kg GKG/m3 0,8-1,0 kg
air GKG/m3 air
5 Penyediaan air: Kurang Cukup Baik Handal
kecukupan,
keandalan, keadilan,
keluwesan
6 Sistem pengaliran Orientasi pasok Orientasi Semi- Orientasi Orientasi
air kebutuhan kebutuhan penuh kebutuhan
penuh
7 Alokasi air irigasi Berdasarkan Faktor Alokasi sesuai Alokasi sesuai Orientasi
K kebutuhan dan semi kebutuhan (ideal) kebutuhan
pasokan penuh
8 Pengendalian muka Pengendalian hulu Pengendalian hulu Pengendalian hilir Pengendalian
air sebagian hilir penuh
9 Metoda penggunaan Dominasi irigasi Fasilitas irigasi Fasilitas irigasi Fasilitas irigasi
air: permukaan, permukaan permukaan, curah, permukaan, curah, permukaan,
curah, tetes tetes sebagian tetes penuh curah, tetes
penuh
10 Penggunaan air Kontinyu Kontinyu dan Intermitten Intermitten
intermitten sebagian sebagian penuh
11 Hak guna air Belum ada Ada sebagian Ada penuh Ada penuh
12 Drainase Luas sawah gagal Luas sawah gagal Luas sawah gagal Luas sawah
panen karena banjir panen karena banjir panen karena gagal panen
tidak diketahui 20-30% banjir 10-20% karena banjir
0-10%
Sumber: Arif & Prabowo (2014)

26 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


Prinsip-prinsip transisi perubahan institusi dilakukan berdasarkan metode purposive
pengelola irigasi dari model konvensional sampling. Dasar dari purposive sample adalah
(eksisting) ke model UPIM dijawab dengan daerah yang akan diimplementasikan modernisasi
menggunakan kombinasi metode implementasi irigasi sesuai dengan informasi yang diterima dari
kebijakan menurut George Edward III dalam Tim Modernisasi Irigasi dan Daerah Irigasi yang
(Widodo, 2010) yaitu 4 faktor yang mewakili tipologi.
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
Tahapan kegiatan terdiri dari tahap audit, analisis,
implementasi kebijakan yaitu faktor (1)
desain dan validasi. Tahap audit dilakukan dengan
komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi dan (4)
mengumpulkan data terkait organisasi/lembaga
struktur birokrasi dan metode manajemen
pengelolaan irigasi terutama yang menangani
perubahan (Kotter, 1996).
kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini irigasi. Data dan informasi yang dikumpulkan
mencakup data sekunder dan primer. Data berhubungan dengan program atau kegiatan dan
sekunder diperoleh berdasarkan studi literatur struktur serta mekanisme yang dilakukan oleh
berupa publikasi seperti laporan terkait lembaga irigasi saat ini. Setelah data dan
modernisasi irigasi dan laporan Indeks Kesiapan informasi diperoleh kemudian disesuaikan
Modernisasi Irigasi (IKMI), maupun publikasi dengan tujuan, strategi, dan prinsip utama UPIM.
terkait yang diperoleh dari lembaga seperti
BBWS/BWS (peta jaringan DI, data pengelolaan Pada tahap analisis, data dan informasi dianalisis
aset irigasi), Direktorat OP SDA (data Tugas dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis
Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan/TPOP), SWOT dilakukan untuk memperoleh key success
alokasi dana operasional dan pemeliharaan, factor (KSF). KSF tersebut selanjutnya digunakan
Komisi Irigasi, Dinas Pengelolaan Sumber Daya untuk menentukan faktor yang terlibat dalam
Air (PSDA), Dinas Pertanian, dan Petani Pengguna pengambilan keputusan untuk memperoleh
Air/Gabungan Petani Pengguna Air/Induk Petani mekanisme pelaksanaan UPIM dan fungsi yang
Pengguna Air P3A/GP3A/IP3A. wajib ada dalam kelembagaan UPIM. Tahap desain
dilakukan untuk menyusun rancangan UPIM yang
Data primer dikumpulkan berdasarkan hasil meliputi peran dan program layanan layanan,
pengamatan lapangan, wawancara, dan FGD. struktur organisasi, kebutuhan SDM, infratruktur
Observasi lapangan dilakukan melalui pendukung, dan sistem anggaran. Tahap validasi
pengamatan langsung terhadap kondisi dilakukan kesesuaian antara rancangan yang
pengelolaan irigasi pada lokasi studi. Wawancara dibuat dengan peraturan yang berlaku, selain itu
dilakukan terhadap lembaga terkait pengelolaan di dalam tahap ini juga dilakukan formulasi
irigasi, baik tingkat pusat (BBWS, Direktorat Bina perubahan yang perlu diterapkan dalam
OP), maupun tingkat daerah (provinsi dan pembentukan UPIM. Tahap terakhir yaitu
kabupaten seperti Komisi Irigasi, Dinas PSDA atau menyusun rekomendasi pembentukan UPIM.
yang membidangi sumber daya air, UPTD Dinas
Sumber Daya Air (Pengamat, Mantri, PPA), dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengguna air irigasi (P3A/GP3A/IP3A). Focus
Group Discussion (FGD) dilakukan terutama untuk 4.1. Rancangan Unit Pengelola Irigasi Modern
merumuskan rancangan model UPIM yang sesuai (UPIM)
dengan kondisi tipologi DI dimana modernisasi Pada rancangan struktur UPIM terdapat lima
irigasi akan diimplementasikan. Disamping itu, fungsi yang harus ada di dalam organisasi UPIM.
untuk melengkapi informasi terkait implementasi Fungsi wajib UPIM tersebut meliputi: 1) Sub Unit
UPIM di lokasi studi, akan dilakukan monitoring Sistem Informasi & Program OP; 2) Sub Unit
dan evaluasi implementasi UPIM secara periodik, Pengendali OP; 3) Sub Unit Pengamanan Irigasi;
sehingga diperoleh umpan balik bagi perbaikan 4) Sub Unit Human Capital and Knowledge Center;
implementasi UPIM selanjutnya. dan 5) Sub Unit Penyuluh dan Tata Guna Air
Populasi penelitian ini meliputi 8 Daerah Irigasi di (TGA).
Indonesia yang akan dimodernisasi, yaitu DI Colo Kelima fungsi wajib UPIM tersebut terdapat pada
(lintas Kabupaten Karanganyar, Sragen, dan setiap tahapan UPIM, yaitu UPIM minimal,
Ngawi), DI Wadaslintang (Kabupaten Kebumen menengah dan lanjutan. Pada prinsipnya, terdapat
dan Kabupaten Purworejo), DI Rentang dua cara untuk melaksanakan pembentukan
(Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Majalengka), UPIM, yaitu secara bertahap atau secara serentak.
DI Tajum (Kabupaten Banyumas), dan DI Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan
Cisadane Empang (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, tersendiri.
dan Kota Depok). Penentuan jumlah sampling

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 27


Untuk bertahap memiliki kelebihan yaitu adanya Pembentukan UPIM Minimal DI Lintas Provinsi
proses pembelajaran yang diperoleh secara bertujuan untuk peningkatan keandalan
bertahap melalui proses dialog antar para pihak. penyediaan air irigasi, perbaikan sarana dan
Selain itu dimungkinkan biaya pembentukan prasarana irigasi, penyempurnaan sistem
UPIM akan lebih mudah dan murah dipandang pengelolaan irigasi, penguatan institusi
dari biaya sosial dan politikal. Sedangkan pengelolaan irigasi, dan pemberdayaan
kelemahannya adalah bahwa pelaksanaan secara sumberdaya manusia. Selain itu, pembentukan
bertahap ini sangat rentan apabila terjadi UPIM diharapkan dapat berkembang menjadi
perubahan kebijakan yang tidak terduga. UPIM Menengah dan kemudian UPIM Lanjutan.
Untuk pembentukan UPIM secara serentak, proses UPIM Minimal pada DI Lintas Kabupaten
pembelajaran dilakukan segera setelah UPIM merupakan UPIM yang wilayah kerjanya meliputi
terbentuk. Kelemahannya yaitu membutuhkan beberapa kabupaten dengan luas >3000 ha
biaya yang besar baik biaya sosial maupun politis. sehingga menjadi kewenangan pusat. Rancangan
Untuk penelitian ini, pembentukan UPIM UPIM Lintas Kabupaten menggunakan Pola Titip
dilakukan secara bertahap dengan Kelola. Dalam Pola Titip Kelola, kewenangan dan
mempertimbangkan biaya sosial dan politis yang tanggungjawab penyelenggaraan tetap pada
rendah yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : 1) pemerintah pusat, pengelolaan dan anggaran OP
UPIM Minimal, 2) UPIM Menengah, dan 3) UPIM diserahkan kepada pemerintah daerah melalui
Lanjutan. Masing-masing tahapan ini terdiri dari TPOP, namun ada penambahan fungsi-fungsi
peran dan program layanan layanan, struktur wajib UPIM yang harus diimplementasikan oleh
organisasi, kebutuhan SDM, infrastruktur penerima TPOP (Gambar 2). Jika fungsi-fungsi
pendukung, dan sistem anggaran (Gambar 1). UPIM tidak dapat diimplementasikan dengan
berbagai kendala, maka alternatifnya adalah
menitipkan fungsi-fungsi UPIM di BBWS dengan
sistem swakelola yang juga dilaksanakan oleh
BBWS.
UPIM Minimal pada Daerah Irigasi Satu
Kabupaten merupakan kewenangan pusat dengan
wilayah kerja seluas >3000 ha. Rancangan UPIM
Minimal DI Satu Kabupaten menggunakan Pola
Titip Kelola. Dalam Pola Titip Kelola, kewenangan
dan tanggungjawab penyelenggaraan tetap pada
pemerintah pusat, sedangkan pengelolaan dan
anggaran OP diserahkan kepada pemerintah
provinsi melalui TPOP, namun terdapat
Gambar 1 Usulan Rancangan UPIM penambahan fungsi-fungsi wajib UPIM yang harus
diimplementasikan oleh penerima TPOP (Gambar
4.2. UPIM Minimal 3).
UPIM Minimal merupakan tahap awal
Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan provinsi
pembentukan UPIM yang terdiri atas Pola Titip
dan berada sepenuhnya dalam satu
Kelola (UPIM Minimal) dan UPIM Swakelola. UPIM
kabupaten/kota maka UPIM yang dibentuk akan
Minimal merupakan inisiasi UPIM yang dibentuk
dikelola dengan Pola Swakelola. UPIM Minimal
setelah irigasi konvensional disempurnakan
dengan Pola Swakelola merupakan salah satu
dengan karakteristik antara lain: 1) sistem
bentuk pengelolaan irigasi pada Daerah Irigasi
pengaliran air berorientasi semi kebutuhan, 2)
kewenangan provinsi yang seluruh fungsi UPIM
kebutuhan irigasi permukaan, curah, dan tetes
dikelola oleh unit-unit terkait pada Balai PSDA
baru sebagian terpenuhi, 3) hak guna air sudah
Provinsi (Gambar 4). Semangat otonomi telah
sebagian diterapkan, 4) penggunaan air secara
membawa banyak perubahan dalam kelembagaan
kontinyu dan intermitten sebagian, 5) irrigation
pengelolaan air di Provinsi yang lebih cenderung
service level (kecukupan, keandalan, keadilan, dan
berdasarkan daerah administratif, bukan
keluwesan) cukup terpenuhi, 6) interval waktu
berdasarkan daerah hidrologis. Sehingga sangat
lebih pendek dari konvensional, dan 7) menekan
memungkinkan terjadinya potensi konflik yang
kehilangan air kisaran antara 40-50%.
bisa muncul sewaktu-waktu terutama pada
UPIM Minimal diimplementasikan ke dalam jaringan irigasi yang lintas wilayah administratif
beberapa tipologi daerah irigasi, yaitu DI Lintas (Rachman, 2009). Rancangan UPIM Minimal ini
Provinsi, DI Lintas Kabupaten, DI Satu Kabupaten, berlaku juga untuk UPIM Menengah dan Lanjutan.
dan DI Provinsi.

28 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


Gambar 2 Struktur UPIM Minimal DI Lintas Kabupaten

Gambar 3 Struktur UPIM Minimal Titip Kelola Satu Kabupaten

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 29


Gambar 4 Struktur UPIM Minimal DI Provinsi

4.3. UPIM Menengah komunikasi pengelolaan irigasi, dan pelaksanaan


pemeliharaan), dan menguatkan kelembagaan
UPIM menengah merupakan bentuk organisasi
UPIM (pembinaan SDM, peningkatan kapasitas
UPIM yang mampu menjalankan beberapa
SDM, mempersiapkan infrastruktur dan
fungsinya secara mandiri yang akan
teknologi).
diimplementasikan hanya pada daerah irigasi
kewenangan pusat. Fungsi-fungsi yang dapat Struktur organisasi UPIM Menengah merupakan
dijalankan secara mandiri meliputi sub unit bidang tersendiri yang berada dibawah BBWS.
sistem informasi dan program OP, sub unit Unsur-unsur UPIM Menengah adalah Kepala
pengendali OP, dan Unit pengamanan irigasi. UPIM; TU, Keuangan, dan Administrasi; Sub Unit
Sementara fungsi sub unit Human Capital and Sistem Informasi dan Program OP; Sub Unit
Knowledge Center dan sub unit Penyuluh dan Tata Pengendali OP; Sub Unit Pengamanan Irigasi; Sub
Guna Air (PTGA) masih belum berjalan seperti Unit Human Capital and Knowledge Center; serta
yang diharapkan. Dengan demikian, pengelolaan Sub Unit PTGA. Semua unsur tersebut dalam
irigasi pada UPIM menengah khususnya untuk kegiatan operasionalnya saling terkait satu sama
operasi dan pemeliharaan sudah dapat lainnya seperti terlihat pada Gambar 5.
dilaksanakan secara mandiri. UPIM Menengah
Tugas dan fungsi masing-masing komponen UPIM
memiliki karakteristik antara lain: 1) sistem
menengah adalah sebagai berikut:
pengaliran air berorientasi kebutuhan penuh, 2)
kebutuhan irigasi permukaan, curah, dan tetes 1. Kepala UPIM
terpenuhi, 3) hak guna air sudah diterapkan, 4)
Kepala UPIM mempunyai tugas pokok memimpin
penggunaan air secara intermitten sebagian, 5)
dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
irrigation service level (kecukupan, keandalan,
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, mulai
keadilan, dan keluwesan) terpenuhi, 6) interval
dari perencanaan hingga pelaporan. Kepala UPIM
waktu lebih pendek dari konvensional dan UPIM
membawahi Kepala Bagian TU, Keuangan, dan
Minimal, dan 7) menekan kehilangan air kisaran
Administrasi. Selain itu Kepala UPIM membawahi
antara 30-40%.
fungsi-fungsi lainnya yaitu unit sistem informasi
Lingkup program layanan (OP) pada UPIM dan program OP, unit pengendali OP, unit
Menengah untuk OP jaringan sudah dilakukan pengamanan irigasi, unit Human Capital dan
secara mandiri untuk meningkatkan pelayanan Knowledge Center, dan unit penyuluhan dan Tata
irigasi (pengelolaan aset irigasi, aplikasi Guna Air. Kepala UPIM bertanggung jawab secara
pemodelan, pengembangan sistem informasi dan langsung kepada Kepala BBWS.

30 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


Gambar 5 Struktur UPIM Menengah

2. Sub Unit Sistem Informasi dan Program OP air, serta monitoring dan evaluasi. Kegiatan
pemeliharaan meliputi: inspeksi rutin untuk
Unit sistem informasi dan program OP (fungsi
mencatat kondisi dan fungsi jaringan irigasi
wajib 1) yang terdiri dari bagian sistem informasi,
(saluran dan bangunan), analisis tingkat
program operasi, dan program pemeliharaan yang
kerusakan, analisis penyebab kerusakan,
bertugas dalam mengumpulkan data,
pengembangan solusi, implementasi perbaikan,
menganalisis data, membuat kebijakan dan
serta monitoring dan evaluasi. Jenis-jenis
program, membuat rencana anggaran, dan
pemeliharaan adalah pemeliharaan rutin,
mengembangkan infrastruktur data. Unit sistem
pemeliharaan berkala, pemeliharaan darurat, dan
dan program OP bertanggung jawab secara
rehabilitasi.
langsung kepada Kepala UPIM.
4. Sub Unit Pengamanan Irigasi
3. Sub Unit pengendali OP
Sub unit pengamanan irigasi (fungsi wajib 3)
Sub unit pengendali OP (fungsi wajib 2) memiliki
dilaksanakan oleh Brigade Konflik yang
fungsi 1) kepatuhan dan 2) kinerja. Fungsi
bekerjasama dengan Satpol PP (pelanggaran UU)
Kepatuhan memastikan semua tata laksana
dan PPNS (penyidik PNS) dalam fungsi
dijalankan sesuai dengan pedoman dan manual
pengamanan jaringan dari upaya pihak-pihak
OP yang berlaku. Jika tidak tersedia pedoman dan
yang melakukan pengrusakan jaringan, pencurian
manual OP, maka digunakan praktek terbaik
alat-alat dan prasarana di dalam jaringan,
dengan memperhatikan efektifitas, efisiensi, dan
pengambilan air yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai ekonomis. Sedangkan fungsi Kinerja
perencanaan, bangunan-bangunan liar,
memastikan implementasi perencanaan OP untuk
penertiban garis sempadan saluran, pelanggaran
mencapai standar pelayanan minimum (SPM) OP,
lainnya (misal: memandikan hewan), dan
jika tidak ada standar pelayanan minimum maka
pemberian sanksi terhadap pelanggaran.
digunakan prinsip historikal progresif (hari ini
lebih baik dari hari kemarin). Sub unit pengamanan irigasi meliputi aspek tata
air dan tata ruang dimana terdapat early warning
Kegiatan operasi meliputi: pengumpulan data
system dalam pelaksanaannya. Tata laksana early
kebutuhan dan ketersediaan air, analisis
warning system antara lain, risk analysis,
kebutuhan dan ketersediaan air, penyusunan
monitoring and warning, disemination and
neraca air, rencana dan pelaksanaan pembagian
communication, dan response capability.

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 31


5. Sub Unit Human Capital and Knowledge Center dalam pengelolaan irigasi dalam memberikan
pengetahuan berkaitan dengan pengelolaan
Pada sub unit ini (fungsi wajib 4), terdapat fungsi
irigasi kemudian teknik pertanian dan
Human Capital yang bertugas dalam urusan
pengetahuan tentang kelembagaan. Selain itu,
terkait perekrutan, penempatan perekrutan dan
adanya upaya sosialisasi dan edukasi peningkatan
penempatan karyawan; pelatihan dan
kepedulian masyarakat terhadap jaringan irigasi.
pengembangan; manajemen kinerja;
Sub unit ini, bertanggungjawab secara langsung
pengembangan karir; kompensasi dan
kepada Kepala UPIM.
penghargan; budaya dan lingkungan kerja (Endri,
2010). “Individual capability dan organizational 7. Tata Usaha, Keuangan, dan Administrasi
climate yang merupakan komponen dari human
Tata usaha, keuangan, dan administrasi
capital juga berpengaruh signifikan terhadap
mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
kinerja kantor…” (Ongkorahardjo, Susanto, &
administrasi kepada semua unsur yang berada di
Rachmawati, 2008).
lingkungan Unit Pengelola Irigasi Modern (UPIM),
Fungsi Knowledge Management yang bertugas baik kepegawaian, keuangan, maupun urusan
dalam urusan akuisisi, asimilasi, internalisasi, rumah tangga UPIM. Kepala bagian TU
sosialisasi, transformasi, eksploitasi/ bertanggung jawab secara langsung kepada
pemanfaatan, koordinasi, kolaborasi, dan Kepala UPIM.
komunikasi. Penggunaan Knowledge Management
Kebutuhan SDM yang diperlukan untuk UPIM
System dapat mendukung berjalannya kegiatan
Menengah hampir sama dengan UPIM Minimal,
teknisi dan jaringan dalam melakukan akses
baik berdasarkan tingkat pendidikan maupun
informasi, knowledge sharing, dan ketersediaan
keahlian. Perbedaan kebutuhan SDM antara UPIM
sistem yang terkait dengan pengetahuan teknisi
Minimal dan Menengah hanya pada kebutuhan
dan jaringan (Sari & Tania, 2014). Knowledge
adanya unit brigade konflik yang bertugas dalam
Management juga berpengaruh terhadap kinerja
menjalankan fungsi pengamanan irigasi.
karyawan.
Infrastruktur yang dapat mendukung pelaksanaan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan analisis
UPIM Menengah sama dengan UPIM Minimal
regresi (Kandou, Lengkong, & Sendow, 2016)
dengan peningkatan pada sarana dan prasarana
menunjukkan bahwa variabel knowledge
yang lebih canggih dan SDM yang lebih memadai.
management memiliki pengaruh yang signifikan
Pemerintah membantu penyediaan sarana berupa
terhadap kinerja karyawan, dan pengaruhnya
pemberian mesin-mesin pengolah lahan dan
adalah positif.
mesin pengolah hasil pertanian (Prasetijo, 2010).
Pada unit ini juga dirancang berbagai pelatihan
Sumber pendanaan UPIM Menengah berasal dari
peningkatan kompetensi para petugas UPIM,
kombinasi APBD, APBN, dan IPAIR. IPAIR adalah
mulai dari petugas lapangan (PS, PPA,
sebutan untuk iuran pengelolaan air di daerah
Juru/mantri, Pengamat) hingga Kepala UPIM,
Irigasi Krogowanan Kecamatan Mungkid
seperti sekolah juru, pelatihan irigasi, dan
Magelang (Rostyaningsih, 2004). IPAIR
pelatihan keahlian lainnya. Kepala seksi (sub unit)
diperuntukkan bagi pembiayaan OP pada level
yang ada di UPIM perlu dilakukan peningkatan
saluran tersier. Sumber anggaran dari APBN
keahlian dalam rangka pengayaan pengetahuan
umumnya dalam bentuk anggaran OP dan TPOP.
baik bersifat teknis maupun non teknis, contoh
pelatihan pengembangan software, pelatihan Sumber anggaran dari APBD difokuskan untuk
sertifikasi irigasi, pelatihan penyuluhan alokasi dana pengembangan SDM, remunerasi
(coaching), dan lainnya. PNS kabupaten yang bertugas antara lain sebagai
pengamat, juru, PPA, dan fungsi-fungsi lain yang
Konsep pembentukan tata kerja fungsi pelaksana
dibutuhkan. Sementara sumber anggaran IPAIR
human capital dan knowledge center akan dikaji.
berasal dari iuran petani pemakai air yang
Konsep human capital yang sudah ada selama ini
dihitung berdasarkan luasan sawah dan letaknya
baru terdapat pada institusi bisnis, namun pada
relatif terhadap jaringan irigasi primer dan
institusi non profit belum tersedia. Keuntungan
sekunder.
Sub unit ini, bertanggungjawab secara langsung
kepada Kepala UPIM. Petani membayar iuran air berdasarkan hasil
panen yang diperoleh, jika hasil panen bagus dan
6. Sub Unit Penyuluhan dan Tata Guna Air
harga sarana produksi masih terjangkau, maka
(PTGA)
pembayaran IPAIR akan lancar. Sifat pembayaran
Sub unit ini (fungsi wajib 5) bertugas untuk yang sukarela menyebabkan banyak petani yang
mewadahi terjadinya pembelajaran antarpelaku membayar air sesuai kemampuan, minimal secara

32 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


natura pada saat panen raya. Penerapan tarif sudah terpenuhi, 3) hak guna air sudah
IPAIR yang fair berdasarkan sistem remunerasi diterapkan, 4) penggunaan air secara intermitten
(reward and punishment) dengan penuh, 5) irrigation service level (kecukupan,
mempertimbangkan aspek kondisi saluran irigasi, keandalan, keadilan, dan keluwesan) sudah
keserempakan tanam dan penerapan metode terpenuhi, 6) interval waktu lebih pendek yaitu 1-
budidaya hemat air (Juanda & Suciati, 2011). 3 hari, dan 7) menekan kehilangan air kisaran
antara 10-30%.
Penempatan fungsi satker dan perhitungan
AKNOP untuk UPIM model ini mengikuti prinsip- Dalam mencapai indikator layanan pada tabel di
prinsip yang ada pada Box Prinsip Penempatan atas, maka dibentuklah rancangan struktur
Fungsi Satker dan Perhitungan AKNOP seperti organisasi, rancangan program dan layanan,
Gambar 6, sementara prinsip sistem pelaporan kebutuhan SDM, infrastruktur, dan sistem
dapat dilihat pada Box Prinsip Sistem Pelaporan anggaran UPIM Lanjutan.
seperti Gambar 7. Lingkup peran dan program layanan pada UPIM
Lanjutan untuk OP bendung dan bendungan dan
Implementasi fungsi satker pada struktur UPIM OP irigasi yang sudah dilakukan secara mandiri
ini perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip: untuk meningkatkan pelayanan irigasi. Pelayanan
1. Sifat pekerjaan yang sejenis dan setara; tersebut antara lain pengelolaan aset irigasi,
2. Beban pekerjaan yang masih dapat dikelola;
aplikasi pemodelan, pengembangan sistem
3. Rentang kendali yang efektif;
4. Kompetensi yang memadai. informasi dan komunikasi pengelolaan irigasi, dan
Usulan anggaran OP mengacu pada perhitungan pelaksanaan pemeliharaan. dan menguatkan
AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan kelembagaan UPIM (pembinaan SDM,
Pemeliharaan) dengan cara sebagai berikut: peningkatan kapasitas SDM, mempersiapkan
1. Rencana OP yang mengacu pada Permen PU infrastruktur dan teknologi).
NO. 12/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Struktur organisasi UPIM Lanjutan merupakan
2. Mengevaluasi kinerja sistem irigasi yang bentuk organisasi yang sudah berdiri sendiri dan
meliputi prasarana fisik, produktivitas dapat melaksanakan fungsinya secara mandiri.
tanaman, sarana penunjang, organisasi Unsur-unsur UPIM Lanjutan terdiri dari Kepala
personalia, dokumentasi, dan kondisi UPIM; TU, Keuangan, dan Administrasi; Sub Unit
kelembagaan P3A. Sistem Informasi, Program OP, dan TGA; Sub Unit
3. Melakukan perhitungan AKNOP yang akurat Pengendali OP dan Pelayanan Masyarakat; Sub
didukung oleh data yang berintegritas.
Unit Pengamanan Irigasi dan Pengamanan
Revenue, Sub Unit Human Capital and Knowledge
Gambar 6 Box (1) Prinsip Penempatan Fungsi Satker Center; serta Sub Unit Penyuluh dan Billing.
dan Perhitungan AKNOP Semua unsur tersebut dalam kegiatan
operasionalnya saling terkait satu sama lainnya
Pelaporan seperti terlihat pada Gambar 8.
periodik dan
Struktur UPIM lanjutan lebih lengkap
berjenjang yang
 Akuntabilitas dibandingkan dengan struktur UPIM lainnya
terintegrasi
 Target kinerja
dengan otomasi (Gambar 8). Tugas dan fungsi dari masing-masing
real time unit UPIM lanjutan adalah sebagai berikut:
Blangko OP
1. Kepala UPIM
Kepala UPIM mempunyai tugas pokok memimpin
Gambar 7 Box (2) Prinsip Sistem Pelaporan dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
4.4. PIM Lanjutan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, mulai
dari perencanaan hingga pelaporan dan
UPIM Lanjutan merupakan bentuk organisasi bertanggung jawab secara langsung kepada
UPIM yang dianggap memiliki kemampuan untuk Direktur OP. Kepala UPIM membawahi Kepala
menjalankan seluruh fungsi wajibnya secara Bagian TU, Keuangan, dan Administrasi. Selain itu
mandiri dimana satu DI dikelola oleh satu UPIM. Kepala UPIM membawahi fungsi-fungsi lainnya
UPIM Lanjutan diimplementasikan pada Daerah yaitu unit sistem informasi, program OP, dan TGA;
Irigasi Kewenangan Pusat. sub unit pengendali OP dan pelayanan
UPIM Lanjutan merupakan tahapan UPIM yang masyarakat, sub unit pengamanan irigasi dan
memiliki karakteristik antara lain: 1) sistem pengamanan revenue, sub unit Human Capital dan
pengaliran air berorientasi kebutuhan penuh, Knowledge Center, dan sub unit penyuluhan dan
2) kebutuhan irigasi permukaan, curah, dan tetes billing.

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 33


Gambar 8 Struktur UPIM Lanjutan

2. Sub Unit Sistem Informasi, Program OP, dan 4. Sub Unit Pengamanan Irigasi dan Pengamanan
Tata Guna Air Revenue
Sub Unit Sistem Informasi, Program OP, dan TGA Sub Unit Pengamanan Irigasi dan Pengamanan
yang terdiri dari bagian Sistem Informasi yang Revenue yang dilakukan oleh Brigade konflik
bertugas dalam mengumpulkan data dan bertugas dalam tata air dan tata ruang dengan
infrastruktur data, bagian Program Operasi yang tahap pelaksanaan sama dengan UPIM Menengah.
bertugas dalam menganalisis data, membuat Namun pada UPIM lanjutan ini, terdapat
kebijakan dan program, serta membuat anggaran, pengamanan revenue yang bertugas ketika
dan bagian Program Pemeliharaan yang bertugas terdapat masyarakat yang tidak melakukan
dalam menganalisis semua data dari sistem pembayaran tagihan penggunaan air. Sub unit ini
informasi dan program operasi, serta bagian TGA bertanggung jawab secara langsung kepada
yang bertugas dalam urusan tata guna air. Sub Kepala UPIM.
unit sistem dan program OP bertanggung jawab
5. Sub Unit Human Capital and Knowledge Center
secara langsung kepada Kepala UPIM.
Sub Unit Human Capital and Knowledge Center
3. Sub Unit Pengendali OP dan Pelayanan
memiliki tugas dan fungsi sama dengan unit pada
Masyarakat
UPIM lanjutan, yaitu menjalankan urusan terkait
Sub Unit Pengendali OP dan Pelayanan perekrutan, pelatihan, remunerasi, urusan
Masyarakat terdiri atas (1) bagian Kepatuhan akuisisi, asimilasi, dan lainnya. Sub unit ini
yang bertugas dalam urusan pelaksanaan SOP dan bertanggung jawab secara langsung kepada
penyempurnaan SOP, dan (2) bagian Kinerja yang Kepala UPIM.
bertugas terkait output yang dihasilkan dan
6. Sub Unit Penyuluhan dan Billing
perbaikan/pemeliharaan, serta Pelayanan
Masyarakat yang bertugas dalam melayani dan Sub Unit Penyuluh dan Billing yang bertugas
menampung aspirasi masyarakat terkait OP. Sub dalam memberikan pengetahuan terkait OP dan
unit ini bertanggung jawab secara langsung menerbitkan tagihan penggunaan air (khusus
kepada Kepala UPIM. pada level tersier) dengan tujuan menumbuhkan
rasa memiliki dan tanggungjawab petani untuk
kepentingan bersama. Sub unit ini bertanggung
jawab secara langsung kepada Kepala UPIM.

34 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36


7. Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) 1. Dukungan dan Komitmen Pemda untuk
pembinaan, perencanaan dan pembiayaan
Kabag TU mempunyai tugas pokok memberikan
2. Sinkronisasi demand & supply pada aspek
pelayanan administrasi kepada semua unsur yang
jumlah, anggaran, skedul, dan kebijakan antar
berada di lingkungan Unit Pengelola Irigasi
wilayah
Modern (UPIM), baik kepegawaian, keuangan,
3. Desain struktur organisasi UPIM dengan
maupun urusan rumah tangga UPIM. Kepala
rentang kendali yang manageable dan mampu
bagian TU bertanggung jawab secara langsung
mengakomodasi koordinasi dan kolaborasi
kepada Kepala UPIM.
dengan baik secara internal dan eksternal
Pada UPIM Lanjutan, kebutuhan SDM yang 4. Sistem dan Kebijakan SDM yang adil dan layak
diperlukan hampir sama dengan UPIM Minimal serta berbasis kompetensi (MPP,
dan UPIM Menengah, baik berdasarkan tingkat Karir/status, Performance Appraisal,
pendidikan maupun keahlian yang membedakan Remunerasi, dan Training)
adalah dibutuhkannya brigade konflik yang 5. Pengambilan keputusan yang inklusif dan
bertugas dalam menjalankan fungsi pengamanan participatory
irigasi. 6. Adanya Early warning system yang mampu
mengantisipasi kegagalan sistem OP dan
Prasarana minimal yang dapat mendukung
konflik yang muncul
pelaksanaan UPIM Lanjutan sama dengan UPIM
7. Adanya knowledge management system
Menengah dengan peningkatan pada sarana dan
8. Mengaplikasikan enterprise asset
prasarana yang lebih canggih dan SDM yang lebih
management (OP)
memadai.
9. Menerapkan sistem informasi yang
Sumber pendanaan UPIM Lanjutan berasal dari komprehensif
kombinasi APBD, APBN, dan IPAIR. IPAIR
Sembilan faktor tersebut kemudian dirumuskan
diperuntukkan bagi pembiayaan OP pada level
ke dalam lima fungsi yang wajib perlu dibentuk
saluran tersier. Sumber anggaran dari APBN
dalam pengelolaan irigasi secara modern. Kelima
umumnya dalam bentuk anggaran OP dan TPOP.
fungsi tersebut adalah: (1) Unit sistem informasi
Sumber anggaran dari APBD difokuskan untuk
dan program Operasi dan Pemeliharaan, (2) Unit
alokasi dana pengembangan SDM, remunerasi
pengendali Operasi dan Pemeliharaan, (3) Unit
PNS kabupaten yang bertugas antara lain sebagai
pengamanan irigasi, (4) Unit human capital dan
pengamat, juru, PPA, dan fungsi-fungsi lain yang
knowledge center, dan (5) Unit penyuluhan dan
dibutuhkan. Sementara sumber anggaran IPAIR
Tata Guna Air. Penerapan pengelolaan dapat
berasal dari iuran petani pemakai air yang
dilakukan secara swakelola maupun titip kelola,
dihitung berdasarkan luasan sawah dan letaknya
yaitu melimpahkan kewenangan pada pemerintah
relatif terhadap jaringan irigasi primer dan
daerah provinsi maupun kabupaten. Selain itu
sekunder. Penempatan fungsi satker dan
UPIM membutuhkan dukungan berupa legalisasi
perhitungan AKNOP untuk UPIM model ini
lembaga yang dapat diatur melalui surat
mengikuti prinsip-prinsip yang ada pada Box (1)
ketetapan menteri/gubernur/bupati, dan harus
pada Gambar 6, sementara prinsip sistem
dilengkapi dengan pedoman pelaksanaan yang
pelaporan dapat dilihat pada Box (2) pada
mendetail dan dapat dipahami oleh seluruh
Gambar 7.
stakeholder baik di tingkat pusat maupun daerah.
V. KESIMPULAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyediaan air irigasi untuk pertanian menjadi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
salah satu perhatian utama, dan pengelolaan
pengelola DI Colo, DI Wadaslintang, DI Rentang,
irigasi perlu dilakukan secara terintegrasi di
DI Tajum dan DI Cisadane Empang atas
bawah satu unit pengelolaan (management unit)
dukungannya dalam proses validasi data. Semoga
yang bersifat partisipatif. Dalam penelitian ini,
tulisan ini dapat diterima dan menjadi khazanah
unit tersebut dinamakan Unit Pengelola Irigasi
bagi pengelola irigasi dan menambah wawasan
Modern (UPIM). Berdasarkan hasil audit terhadap
pengetahuan.
praktik pengelolaan irigasi di lima wilayah DI,
baik melalui mekanisme swakelola maupun tugas
DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan, ditemukan sembilan faktor kunci
yang dapat mendukung keberhasilan pengelolaan Arif, S.S., & Prabowo, A. (2014). Pokok-pokok
irigasi, yaitu : Modernisasi Irigasi Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum.

Rancangan Unit-Angguniko, et al. 35


Balai Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya Air. Kandou, Y.L., Lengkong, V.P.K., & Sendow, G. (2016).
(2016). Laporan Akhir Urgensi Pengelola Irigasi Pengaruh knowledge management, skill dan
Modern. Jakarta: Balai Litbang Penerapan attitude terhadap kinerja karyawan (studi pada
Teknologi Sumber Daya Air, Pusat Litbang PT. Bank Sulutgo Kantor Pusat di Manado). Jurnal
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Berkala Imiah Efisiensi, 16(1), 147–158.
Litbang, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kotter, J.P. (1996). Leading Change, Boston,
Perumahan Rakyat .
Massachusetts. Boston: Harvard Business School
Direktorat Irigasi dan Rawa. (2015). Manager Irigasi Press.
dan Knowledge Center. Jakarta: Direktorat Irigasi
Ongkorahardjo, M.D.P.A., Susanto, A., & Rachmawati, D.
dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
(2008). Analisis pengaruh human capital
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
terhadap kinerja perusahaan (studi empiris pada
Rakyat.
kantor akuntan publik di Indonesia). Jurnal
Direktorat Irigasi dan Rawa. (2015). Rencana Strategis Akuntansi dan Keuangan, 10(1), 11–21.
Direktorat Irigasi dan Rawa 2015-2019. Jakarta: Prasetijo, H. (2010). Studi pemberdayaan lembaga
Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal pengelola jaringan irigasi di tingkat desa. Jurnal
Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Pengairan Universitas Brawijaya, 1(1), 1–12.
dan Perumahan Rakyat .
Rachman, B. (2009). Kebijakan sistem kelembagaan
Endri. (2010). Peran human capital dalam pengelolaan irigasi: kasus Provinsi Banten. Jurnal
meningkatkan kinerja perusahaan: suatu tinjauan Analisis Kebijakan Pertanian, 7(1), 1–19.
teoritis dan empiris. Jurnal Administrasi Bisnis,
Center for Business Studies, 6(2), 179–190. Rostyaningsih, D. (2004). Implementasi program
Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI) di era
FAO. (1997). Summary Report: Modernization of otonomi daerah (studi kasus di Daerah Irigasi
Irrigation Scheme: Past Experiences and Future Krogowanan Kabupaten Magelang). Jurnal
Option. Rome, Italy: Food and Agriculture Dialogue JIAKP, 1(1), 64–75.
Organization, United Nations.
Sari, W.K, & Tania, K.D. (2014). Penerapan Knowledge
Hakim, A., Suriadi, A., dan Masruri. (2012). Tingkat Management System (KMS) berbasis web studi
kesiapan masyarakat petani terhadap rencana kasus bagian teknisi dan jaringan fakultas ilmu
modernisasi irigasi (studi kasus di Daerah Irigasi komputer universitas sriwijaya. Jurnal Sistem
Barugbug, Jawa Barat). Jurnal Sosial Ekonomi Informasi, 6(2), 681–688.
Pekerjaan Umum, 4(2), 67–78.
Widodo, J. (2010). Analisis Kebijakan Publik. Malang:
Juanda, B. & Suciati, L.P. (2011). Aplikasi teori Bayumedia.
permainan pada perancangan pola kerja sama
yang adil dalam pengelolaan irigasi di tingkat
petani. Jurnal Agro Ekonomi, 29(2), 217–236.

36 Jurnal Irigasi – Vol. 12, No. 1, Mei 2017, Hal. 23-36

You might also like