You are on page 1of 9

STUDI PENGARUH SUMBER BAHAN BAKU AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Rudy Djamaluddin1, Maddjid

Akkas1, Sita Datu S. 2


Abstrak Indonesia's geographical conditions that cause most of the regions of Indonesia exposed volcano mountain paths, beaches and streams that are very rich in the kinds of material natural rocks. Aggregate occupies 60-70% of the total volume of concrete, so the aggregate quality very affects the quality of the concrete. Based on existing problems that the aggregate source, type of aggregate and the process of formation of different aggregates, the aggregate characteristics and quality of the concrete produced would be different, it held fine aggregate resource study of the influence of the concrete compressive strength of high quality. Fine aggregate used sourced from the Jeneberang river (Gowa), Lekopancing river (Maros) and Pangkajene river (Pagkep). It have done aggregate characteristics testing, the specimen made of concrete cylinder diameter 15 cm, height 30 cm, with technology Self compacting Concrete (SCC) where the compressive strength of 80 MPa and planned testing of compressive strength at the age of 7, 14 and 28 days. Data analysis was performed with a simple linear regression analysis. The results showed that the compressive strength of high strength concrete median differ with the different characteristics of the aggregate of each aggregate source. Average compressive strength of consecutive best is sourced from the Jeneberang river (Gowa) of 861.79 kg/ cm2, Pangkajene river (Pangkep) of 739.01 kg/ cm2, and Lekopancing river (Maros) of 553, 68 kg / cm2 . Keywords: Aggregate, Characteristics, Compressive Strength, High Quality Concrete, Source

PENDAHULUAN Semakin banyaknya pemakaian beton di dalam dunia industri konstruksi dengan dibangunnya gedung bertingkat tinggi, jembatan dengan bentang cukup panjang, di mana konstruksi tersebut membutuhkan material beton yang kuat serta material yang cukup banyak, maka banyak pula upaya untuk membuat beton dengan mutu yang tinggi dan semakin ekonomis. Beton sebagai struktur dengan segala keunggulannya dibanding material struktur yang lain tak luput dari kelemahan. Kelemahan beton antara lain; berat sendiri yang besar, baja tulangan sering berkarat meski tidak terekspose. Salah satu solusi untuk kelemahan beton tersebut adalah dengan membuat beton mutu tinggi, beton pratekan atau keduanya (Paul Nugraha dan Antoni, 2007). Keunggulan beton mutu tinggi mencakup kekuatan, ketahanan (keawetan), masa layanan dan effisiensi. Dengan beton mutu tinggi dimensi dari struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur menjadi lebih ringan, serta dengan porositas yang kecil beton mutu tinggi tahan terhadap kondisi lingkungan.
1 2

Agregat menempati 60 - 70 % dari total volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton (Nugraha dan Antoni, 2007). Agregat yang banyak digunakan karena sifat ekonomisnya adalah pasir dan kerikil alam. Deposit sungai masih merupakan yang paling umum dan memenuhi syarat karena deposit ini mempunyai gradasi yang konsisten sebagai hasil dari daya seleksi sungai (Murdock and Brook, 1978). Indonesia dengan kondisi geografi, geologi dan iklim tropis, dimana sebagian besar terkena jalur pegunungan merapi, pantai dan aliran sungai sangat kaya dengan jenis-jenis material batuan-batuan alam, (Tri Mulyono, 2003). Hampir semua faktor yang berhubungan dengan kelayakan suatu agregat endapan (deposit) berhubungan dengan sejarah geologis didaerah sekitarnya. Kualitas beton mutu tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas agregat, dimana kualitas (karakteristik) agregat akan berbeda tergantung kondisi geologis, geografis, kondisi iklim dan proses dimana terbentuknya agregat tersebut. Berdasarkan pada latar belakang, maka
1

Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik agregat dari tiap-tiap sumber agregat seperti; Sungai Jeneberang (Gowa), Sungai Lekopancing (Maros) dan Sungai Pangkajene (Pangkep). 2. Berapa kuat tekan beton mutu tinggi yang dapat dicapai oleh agregat dari tiap sumber agregat halus yang berbeda. 3. Bagaimana pengaruh karakteristik agregat dari masing-masing sumber agregat terhadap kuat tekan beton mutu tinggi yang dihasilkan.
BETON MUTU TINGGI Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata Concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin Concretus yang berarti tumbuh bersama atau bergabung menjadi satu. Sedangkan dalam bahasa Jepang digunakan kata kotui-sai yang harafiahnya berarti material-material seperti tulang. Definisi beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik dan yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat, (SK.SNI T-15-199003:1). Nawy (1985) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Beton adalah suatu massa yang

terjadi dengan mencampurkan bahan semen, air dan agregat dan bahan tambah (admixture) bila diperlukan. Beton dapat diklasifikasikan atas : a. Beton non struktural, yaitu beton yang hanya terdiri dari bahan campuran semen, air dan agregat serta bahan tambah (admixture) bila di perlukan. b. Beton struktural, yaitu beton yang menggunakan bahan campuran semen, air, agregt dan bahan tambah bila di perlukan serta baja tulangan (besi beton). Berdasarkan mutu kinerjanya, maka beton dikelompokkan menjadi dua yaitu beton mutu tinggi normal dan beton mutu tinggi. Berdasarkan ACI Committee 21

1.4R-93 (ACI Cornmiltee :1996). Beton mutu normal adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan kurang dari 41 MPa, dan berdasarkan ACI Committee 363R-92 , beton mutu tinggi adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan 41 MPa atau lebih. Klasifikasi beton berdasarkan kekuatan-nya, dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu: a. Kuat tekan karakteristiknya 200-500 kg/cm2 disebut beton normal Normal Strength Concrete (NSC). b. Kuat tekan karakteristiknya 500-800 kg/cm2 disebut Beton Mutu tinggi High Sterngth Concrete (HSC). c. Kuat tekan karakteristiknya lebih dari 800 kg/cm2 disebut Beton Sangat Tinggi Very High Strength Concrete (VHSC). Beton mutu tinggi dapat diartikan sebagai beton yang berorientasi pada kekuatan yang tinggi (High Strength Concrete) yang mempertimbangkan keawetan (durability) beton serta kemudahan pengerjaan beton (workability). Adapun menurut ACI Commitice 363 State of The Art on High Strength Concrete bahwasannya batasan minimum untuk High Sterngth Concrete adalah 6000 psi (41 MPa). Sedangkan berdasarkan SNI Pd-T-04-2004-C beton mutu tinggi adalah beton dengan kuat tekan yang disyaratkan fc 40 Mpa 80 Mpa, dengan benda uji standar silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Faktor yang Harus Diperhatikan pada Beton Mutu Tinggi Tinggi rendahnya mutu beton dipengaruhi oleh porositas, sifat-sifat fisik, kimiawi dan mekanik pada pengikatnya. Porositas dipengaruhi oleh penggunaan air pada saat reaksi hidrasi semen dan factor rasio air (w/c) dalam material beton akan menentukan reaksi tersebut, tetapi nilai optimalnya harus diperhatikan, karena akam mempengaruhi nilai kelecakan / slump (workability), penyulihan (bleeding) 2

dan pemisahan antara agregat kasar dan mortar (segregation). Untuk menghasilkan beton mutu tinggi, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu: a. Faktor Air Semen (FAS) Pada beton mutu tinggi atau sangat tinggi, faktor air semen dapat diartikan sebagai water to cementious ratio, yaitu rasio total berat air (termasuk air yang terkandung dalam agregat dan pasir) terhadap berat total semen dan additive cementious yang umumnya ditam-bahkan pada campuran beton mutu tinggi. Untuk menghasilkan sebuah beton beton mutu tinggi FAS dalam beton harus rendah. Untuk membuat beton bermutu tinggi faktor air semen yang dipergunakan antara 0,28 sampai dengan 0,38. Sedangkan menurut (SNI 03-6468-2000) beton mutu tinggi nilai faktor air semennya ada dalam rentang 0,2-0,5. Tujuan pengurangan FAS adalah untuk mengurangi seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga dihasilkan beton berkekuatan tinggi tinggi. b. Kualitas Agregat Halus Kualitas agregat halus yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah berbentuk bulat, tekstur halus (smooth texture), modulus kehalusan, bersih dari bahan lain yang mengganggu, gradasi yang baik dan teratur. c. Kualitas agregat kasar Kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah: 1) Porositas rendah. 2) Bentuk fisik agregat, dimanabentuk kubikal dan tajam. 3) Ukuran maksimum agregat 15 mm 25 mm. (Tri Mulyono, Teknologi Beton : 299). 4) Gradasi yang baik dan teratur. 5) Bersih serta kuat tekan hancur yang tinggi. d. Bahan Tambah Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karateristik dari

beton. Salah satu bahan tambah yang sering digunakan yaitu superplasticizer. Keistimewaan penggunaan superplasticizer dalam campuran pasta semen maupun campuran beton antara lain: 1. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga didapatkan campuran dengan workability tinggi. 2. Mengurangi jumlah air dan menjaga kandungan semen dengan kemampuan kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor air semen yang lebih rendah de-ngan kekuatan yang lebih besar. 3. Penggunaan superplasticizer menyebab-kan sedikit bahkan tidak ada udara ma-suk kedalam beton. 4. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan.
BAHAN PENYUSUN BETON

Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan halus (pasir) yang di campur dengan semen sebagai bahan perekatnya dan air sebagai bahan pembantu untuk keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung, serta kadang-kadang ditambah bahan kimia tertentu (chemical admixture) atau bahan pengisi tertentu bila diperlukan. Nilai kekuatannya, mutu dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari beberapa faktor, diantaranya nilai perbandingan campuran (komposisi), mutu bahan penyusunnya, metode pelaksanaan pengecoran, temperature lingkungan, dan kondisi perawatan selama pengerasan. Agregat Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, yang mencapai 70%75% dari volume beton, sehingga agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis (Paul Nugraha dan Antoni, 2007). Jenis agregat berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi: 3

a.

Agregat Alam, Agregat alam adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. b. Agregat Buatan, merupakan agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus atau karena kekurangan agregat alam. Menurut Mulyono (2003), karakteristik agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat fisik dan mekanis (karakteristik) agregat yang digunakan Indonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, Standard Specification for Concrete Agregates. Indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan dan kekasaran butir agregat ditetapkan dengan modulus halus butir (Abrams, 1918). Modulus halus butir (MHB) didefinisikan sebagai jumlah persentase kumulatif dari butir agregat yang tertingal diatas satu set ayakan (25, 19, 12.5, 10,5, 2.5, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15 mm) dibagi seratus (Ilsley, 1942). Karakteristik Agregat Halus Agregat disebut agregat halus jika butirannya kurang atau sama dengan 4,75 mm (No.4 ASTM C33). a. Gradasi Agregat Halus, batas gradasi agregat halus Menurut SK.SNI T-151990-03 (BS). dapat dilihat pada table 2.2. b. Modulus Halus Butir (MHB), syarat modulus halus butir (MHB) untuk beton menurut ASTM yaitu 2,20% 3,10%. MHB 2,5 s/d 3,0 disarankan untuk beton mutu tinggi (Larrard, 1990). c. Berat Jenis (Spesific Gravity), syarat berat jenis agregat halus menurut ASTM yaitu 1.60 3.2 kg/liter. d. Absorpsi (Penyerapan Air), syarat absorpsi (penyerapan) menurut ASTM 0,2% 2,0%.

e.

f.

g.

Berat Volume, spesifikasi agregat kasar menurut ASTM C29 yaitu 1,6 1,9 kg/liter. Kadar air, spesifikasi kadar air agregat menurut ASTM yaitu 3% 5%. Kadar Lumpur, kadar lumpur agregat beton menurut spesifikasi ASTM yaitu 0,2%-6,0%.

Karakteristik Agregat Kasar Agregat disebut agregat kasar jika butiran ukurannya sudah melebihi 4,75 mm (No.4 ASTM C33). Karakteristik agregat kasar yang perlu diperhatikan diantaranya: a. Gradasi Agregat Kasar, gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran agregat atau proporsi dari macammacam ukuran butir agregat berdasarkan analisa saringan. Syarat gadasi menurut British Standard (BS) dapat dilihat tabel 2.1. b. Mudulus Halus Butir (HMB), modulus kehalusan butir (Fineness Modulus) atau MHB. Spesifikasi modulus halus butir agregat kasar menurut ASTM yaitu 5,5% 8,5%. c. Absorpsi dan Berat Jenis (Spesific Gravity) Agregat Kasar, spesifikasi agregat untuk beton normal menurut ASTM adalah berat jenis agregat kasar yaitu 1,603,20 kg/liter dan absorpsi pada nilai 0,2 4,0%. Untuk beton mutu tinggi akan baik dengan absopsi kurang dari 1%. d. Berat Volume Agregat Kasar, spesifikasi berat volume agregat kasar menurut ASTM yaitu 1,6 1,9 kg/liter. e. Kadar Air Agregat Kasar, spesifikasi kadar air agregat kasar menurut ASTM yaitu 0,5% - 2,0%. f. Persentase Keausan, spesifikasi keausan agregat beton menurut ASTM yaitu 15%-50%. g. Kadar Lumpur, kadar lumpur agregat beton menurut spesifikasi ASTM yaitu 0,2%-1,0%. 4

Semen Fungsi semen dalam beton adalah sebagai bahan perekat (pengikat). Semen yang di gunakan untuk bahan beton adalah semen portland (PC) atau semen portland pozzolon, berupa semen hidrolik yang berfungsi sebagai perekat bahan susun beton. Air Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap: a. Sifat workability adukan beton. b. Besar kecilnya nilai susut beton. c. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan kekuatan selang beberapa waktu. d. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik. Bahan Tambah Admixture atau bahan tambah didefinisikan dalam Standard Definitions Of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.1251995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19) sebagai material selain air, aggregat, dan semen hidrolik yang dicam-purkan dalam beton atau mortar yang ditam-bahkan sebelum atau selama pengadukan ber-langsung. Bahan tambah dibagi menjadi dua yaitu bahan tambah mineral (Mineral admix-ture) dan bahan tambah kimia (Chemical Admixture). Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karateristik dari beton.
PERANCANGAN CAMPURAN BETON

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Bahan dan Struktur Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, dengan waktu penelitian selama 3 bulan. Sampel bahan baku agregat halus bersumber dari sungai Jeneberang (Gowa), sungai Lekopancing (Maros), sungai Pangkajene (Pangkep). Sementara benda uji beton mutu tinggi dibuat dengan teknologi Self Compacting Concrete (SCC) target kuat tekan (fc), sebanyak 9 buah untuk setiap sumber bahan baku agregat. Untuk mengetahui pengaruh sumber agregat terhadap kuat tekan beton mutu tinggi dengan berdasarkan karakteristik terbaik, maka dibuat 3 (tiga) variasi komposisi campuran beton mutu tinggi menggunakan agregat halus dari tiga sumber berbeda dengan agregat kasar (batu pecah) dari sumber yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Agregat Secara visual agregat halus dari sungai Jeneberang (Gowa), Sungai Lekopancing (Maros), serta Sungai Pangkajene (Pangkep), dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Visualisasi Agregat Halus (pasir)

ros

Beberapa metode perancangan campuran (mix design) beton yaitu: a. Metode ACI (American Conceat Institute Method). b. Metode Road Note No.4. c. Metode SK.SNI T-15-1990-03 d. Metode campuran coba-coba. Metode yang digunakan adalah SNI (Pd-T-04-2004-C) Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Mutu Tinggi. METODE PENELITIAN

Gambar 4.2. Visualisasi Agregat Kasar Karakteristik Agregat Halus Karakteristik agregat halus (pasir) dari tiga sumber serta spesifikasi yang di

izinkan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat halus (Pasir)
No Karakteristik Agregat Hasil Pemeriksaan Agregat Halus Sungai Sungai Sungai Jeneberan Pangkajen Maros g e 7,8% 8,6% 5,9% No. 1 No. 3 No. 2 2,2% 6,7% 5,7% 1,42 1,52 1,63% 1,40 1,49 1,83% 1,41 1,51 1,70%

1 2 3 4

Kadar lumpur Kadar organic Kadar air Berat volume a. Kondisi lepas b. Kondisi padat 5 Absorpsi Berat jenis 6 spesifik a. Bj. Curah b. Bj. Kering Permu-kaan c. Bj. Semu Modulus 7 kehalusan

Gambar 4.3 Perbandingan kuat tekan pada tiga variasi campuran dengan agregat halus dari sumber berbeda Dari tiga jenis agregat halus dengan sumber yang berbeda yang dipergunakan dalam tiga variasi campuran beton mutu tinggi menghasilkan kuat tekan pada umur 28 hari berturut-turut dari yang paling tinggi yakni pada variasi yang menggunakan agregat halus dari sungai Jeneberang (BMT G-M) dengan kuat tekan rata-rata 861,79Kg/cm2, kemudian agregat halus dari sungai Pangkajene (BMT P-M) dengan kuat tekan rata-rata 739,01Kg/cm2, dan terendah dengan agregat halus dari sungai Maros (BMT M-M) yaitu 553,68Kg/cm2. Hubungan karakteristik agregat halus dengan kuat tekan Hubungan dan pengaruh karakteristik agregat halus yang bersumber dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros dan Sungai Pangkajene dengan kuat tekan beton mutu tinggi, ditandai dengan nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2). Hubungan kadar lumpur agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = 146,5x + 50,48 dengan korelasi R = 0,317 dan koefisien determinasi R2 = 0,1. Dari nilai R = 0,1 maka dapat dikatakan bahwa kadar lumpur agregat halus hanya berpengaruh 10 % terhadap kuat tekan.

2,42 2,46 2,52 3,06

2,29 2,34 2,38 3,00

2,35 2,39 2,46 3,02

Karakteristik Agregat Kasar Untuk karakteristik agregat kasar dari tiga sumber serta spesifikasi yang di sarankankan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat kasar (batu pecah) Hasil Pemeriksaaan No Karakteristik Agregat Agregat 1 2 3 4 Kadar lumpur Keausan Kadar air Berat volume a. Kondisi lepas b. Kondisi padat Absorpsi Berat jenis spesifik a. Bj. Curah b. Bj. Kering Permukaan c. Bj. Semu Modulus halus butir 1,42% 32,18% 2,00% 1,64 1,69 3,56% 2,622 2,71 2,89 7,90

5 6

Hasil Pengujian Kuat Tekan

Kuat Tekan (MPa)

80 60 40 20 0 2,36 2,38 2,4 2,42 Berat Jenis (Kg/ltr) 2,44 y = 374,98x - 839,21 R = 0,9423

Gambar 4.4, Model regresi linier hubungan hubungan kadar lumpur agregat halus terhadap kuat tekan. Hubungan kadar organik agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = -8,039x + 76,86 dengan korelasi R = 0,864 dan koefisien determinasi R2 = 0,746 menunjukkan bahwa kadar organik agregat halus berpengaruh 74,6 % terhadap kuat tekan.
80 Kuat Tekan (MPa) 70 60 50 40 0 1 K. Organik 2 3 y = -8,0397x + 76,866 R = 0,7466

Gambar 4.7, Model regresi linier hubungan berat jenis terhadap kuat tekan Dari analisis regresi hubungan berat isi agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = 1105x - 1494 dengan koefisien korelasi R = 0,901 dan koefisien determinasi R = 0,812 menunjukkan bahwa berat isi agregat halus berpengaruh 81,2 % terhadap kuat tekan.
Kuat Tekan (MPa) 80 70 60 50 40 1,39 1,4 1,41 1,42 1,43 Berat Isi (Kg/ltr) 1,44 1,45 y = 1105x - 1494, R = 0,812

Gambar 4.5, Model regresi linier hubungan kadar organik agregat halus dengan kuat tekan Dari analisis regresi hubungan kadar air agregat halus dengan korelasi R = 0,444 dan koefisien determinasi R2 = 0,197 yang berarti bahwa kadar air agregat halus hanya berpengaruh 19,7 % terhadap kuat tekan.
Kuat Tekan (MPa) 80 70 60 50 40 9% 10% K.Air (%) 11% 12% y = -492,58x + 111,19 R = 0,1971

Gambar 4.8. Model regresi linier hubungan berat isi dengan kuat tekan Dari analisis regresi hubungan absorpsi agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = -5552,x + 161,4 dengan koefisien korelasi R = -0,981 dan koefisien determinasi R = 0,962. Absorpsi agregat halus berpengaruh 96,2% terhadap kuat tekan.
Kuat Tekan (MPa) 80 70 60 50 40 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% Absorpsi (%) 3,00% y = -5552,2x + 161,42 R = 0,9626

Gambar 4.6, Model regresi linier hubungan kadar air dengan kuat tekan Dari analisis regresi hubungan berat jenis agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = 374,9x - 839,2 dengan koefisien korelasi R = 0,971 dan koefisien determinasi R = 0,942 menunjukkan bahwa berat jenis agregat halus berpengaruh 94,2% terhadap kuat tekan.

Gambar 4.9, Model regresi linier hubungan absorpsi terhadap kuat tekan Dari analisis regresi hubungan MHB agregat halus dengan kuat tekan di peroleh persamaan y = 340,0x - 968,1 dengan koefisien korelasi R = 0,963 dan koefisien determinasi R = 0,927. MHB agregat 7

halus berpengaruh 92,7% terhadap kuat tekan.


Kuat Tekan (MPa) 80 60 40 20 0 3 3,02 MHB 3,04 3,06 y = 340,05x - 968,1 R = 0,9274

Gambar 4.10, Model regresi hubungan MHB dengan kuat tekan. KESIMPULAN DAN SARAN

linier

Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum karakteristik agregat halus dari tiga sumber memenuhi spesifikasi, kecuali kadar lumpur dan kadar air dari dua sumber agregat yaitu aggregat halus eks Sungai Lekopancing (Maros) dan agregat halus eks Sungai Pangkajene (Pangkep) tidak memenuhi spesifikasi. 2. Kuat tekan beton mutu tinggi ratarata yang dihasilkan oleh agregat halus Pasir eks Sungai Lekopancing (Maros) sebesar 553, 68 Kg/cm2, untuk agregat halus Pasir eks Sungai Pangkajene (Pangkep) sebesar 739, 01 Kg/cm2dan dengan menggunakan agregat halus Sungai Jeneberang (Gowa) sebesar 861, 79 Kg/cm2.. 3. Berdasarkan nilai koefisien korelasi dan determinasi karakteristik agregat halus terhadap kuat tekan bahwa sumber agregat halus dengan karakteristik sebagai parameter mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kuat tekan dan berkontribusi berpengaruh terhadap perbedaan kuat tekan yang dihasilkan. Koefisien umur rata-rata yang diperoleh untuk umur 7 hari sebesar 0.81 dan untuk umur 14 hari sebesar 0.91.

Saran 1. Untuk memaksimalkan kuat tekan mutu tinggi yang dicapai dengan agregat alam dari Sungai Jeneberang (Gowa), Sungai Lekopancing (Maros) dan Sungai Pangkajene (Pangkep), maka sebelum digunakan perlu dicuci terlebih dahulu serta ketelitian dan ketepatan pada komposisi bahan dan prosedur pada saat pelaksanaan pencampuran beton perlu dicermati. 2. Dalam rangka kontrol terhadap eksplorasi dan penghematan material konstruksi, maka teknologi beton mutu tinggi dengan menggunakan agregat alam lokal layak menjadi pertimbangan. 3. Untuk memperkaya referensi tentang pengaruh sumber agregat terhadap beton mutu tinggi, maka diharapkan adanya penelitian yang serupa dengan lokasi sumber agregat yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA ASTM, 1985. American Standart Test Material Vol. E, New York. ASTM, 1995. Concrete and Agregat, Philadelphia: Annual Book of ASTMStandard Vo.04.02.1995. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.R.I. 2004. Pedoman Konstruksi dan Bangunan: Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi. Bandung: Pusat Litbang Pemukiman Badan Litbang Kimpraswil. DPU, 1990, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SK SNI 03-24931991, yayasan LPMB, Bandung. Mudock, L.J. dan Brook, K.M. 1978. Bahan dan Praktek Beton.edisi 5, Terjemahan oleh Stephanus, H. 1986. Jakarta : Erlangga. Mulyono,T. 2004. Teknologi Beton, Andi 8

Yogjakarta. Nawi, 1985, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Rafika Aditama, Bandung. Nugraha, Paul dan Anthoni, 2007, Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta. Tjokrodimulyo, Kardiyono, 1995, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.

You might also like