Professional Documents
Culture Documents
Job Satisfaction 1
Job Satisfaction 1
SISTEM KOMPENSASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN STRUKTURAL DI POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
Katakunci:
Struktur kepegawaian Kompensasi
Kepuasan kerja
-Tidak Untuk DisitasiProgram Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
SYSTEM OF COMPENSATION AND WORK SATISFACTION AMONG THE STRUCTURAL EMPLOYEES IN JAYAPURA HEALTH POLYTECHNIC Johny J. Taroreh1, Mubasysyir Hasanbasri2, Haryono3 ABSTRACT Background: The performance of employees at the Sub Division of General Administration of Jayapura Health Polytechnic had not been optimal due to the delay in the completion of several projects, although the facilities and infrastructures such as office buildings, office facilities, working tools, equipments to facilitate the work, and working atmosphere were all conducive. The level of absence among the employees was also high, and it disturbed the implementation of teaching-learning activities in Jayapura Health Polytechnic. These problems were likely caused by the existing system of compensation which was still paying less attention to the structural employees. Objective: To find out system of compensation and work satisfaction among the structural employees in Jayapura Health Polytechnic. Method: This was a descriptive research with case study design. The subjects of study were all structural employees at Jayapura Health Polytechnic, the director, and the heads of Sub Divisions of General Administration at Jayapura Health Polytechnic. The instruments of study were open and closed questionnaires, deep-interview guide, and Focus Group Discussion (FGD) manual. Result: Types of compensation received by the structural employees were financial compensations in the form of salary, overtime pay, uniform allowance, transportation allowance, physical health allowance, educational program grants, and institution benefits. Non financial compensations include housing and motorcycle facilities. The compensation for the structural employees was largely relied on fund sources from the List of Implementation Budget, known as Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) in Indonesian language. The structural employees felt that the compensations they received had not been fair, particularly those with the status of non permanent employees, because the compensation seemed to ignore the term of service. They felt that the compensation was not fair, especially among those of non permanent employees because the salary was still lower than the Standard Minimum Pay for Papua (or Upah Minimum Papua [UMP] in local term). Their work satisfaction was also low. Employees with the status of Civil Servant (Pegawai Negeri Sipil [PNS]) were less satisfied with the work facilities. Meanwhile, the non permanent employees were less satisfied because the compensation they received was not fair and still below the standard, especially the salary. Conclusion: Compensation received by structural employees of Jayapura Health Polytechnic had not been fair and met the standard so that the employees were unsatisfied towards their jobs, especially among the non permanent employees. Keyword: Structural Employees, Compensation, Work Satisfaction
1 2
Jayapura Health Polytechnic Magister, Health Policy and Service management 3 Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id 2
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
PENDAHULUAN
Politeknik Kesehatan Jayapura mempunyai sejumlah karyawan yang berperan sangat besar untuk menggerakkan roda kegiatan pendidikan profesional. Adapun jumlah karyawan berdasarkan buku panduan akademik tahun 2004/2005 sebanyak 29 karyawan. Karyawan struktural tersebut bertugas di Sub Bagian Administrasi Umum yang dibagi dalam Urusan Umum, Keuangan, Kepegawaian dan Perlengkapan. Setiap bagian pada Sub Bagian Administrasi Umum mempunyai peran yang berbeda, namun secara umum berfungsi melayani pengguna pendidikan secara keseluruhan. Kinerja karyawan Sub Bagian Administrasi Umum dalam melaksanakan tugas sehari-hari belum optimal. Berdasarkan observasi awal ditemukan beberapa pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan tepat waktu, meskipun sarana dan prasarana seperti gedung kantor, fasilitas kantor, sarana kerja, peralatan bantu kerja dan suasana kerja semuanya cukup kondusif. Berdasarkan data absensi karyawan struktural tahun 2004 s.d. 2006 ditemukan bahwa masih ada karyawan struktural Sub Bagian Administrasi Umum di Politeknik Kesehatan Jayapura yang tidak hadir tanpa keterangan yang jelas. Prosentase absensi tersebut adalah 49,12 % dari jumlah total ketidakhadiran karyawan dan Angka tersebut cukup tinggi. Tingkat absensi karyawan yang tinggi dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan rutin yang ada di Politeknik Kesehatan Jayapura. Tingkat absen kerja tanpa alasan dapat disebabkan oleh adanya hal-hal yang belum sesuai dengan keinginan karyawan. Salah satu kemungkinan dikarenakan oleh sistem kompensasi yang diterapkan di Politeknik Kesehatan Jayapura cenderung lebih memperhatikan karyawan fungsional, yaitu staf pengajar baik dosen maupun asisten dosen. Dosen memiliki beberapa fasilitas sebagai kompensasi menjadi karyawan, seperti insentif untuk menyusun silabus, insentif membuat soal, insentif kehadiran dan sebagainya. Selain kompensasi berupa insentif, dosen juga menerima kompensasi perumahan, kemudahan menjadi pegawai negeri sipil dan sebagainya. Kepuasan kerja merupakan suatu ukuran kualitas hidup dalam suatu organisasi sangat perlu diperhatikan dan ditingkatkan, walaupun kadang hal tersebut tidak berhubungan dengan prestasi. Berdasarkan fakta-fakta di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana sistem kompensasi dan kepuasan kerja karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem kompensasi dan kepuasan kerja karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kompensasi yang diterima karyawan struktural dan mengetahui keadilan dan kewajaran kompensasi serta kepuasan kerja karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura.
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan studi kasus. Kasus yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kompensasi yang diterima oleh karyawan struktural, keadilan dan kewajaran, dan kepuasan kerja berkaitan dengan kompensasi yang diterimannya. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen yaitu sistem kompensasi berkaitan dengan keadilan dan kewajaran yang diterapkan pada karyawan struktural Politeknik Kesehatan Jayapura. Variabel dependen yaitu kepuasan kerja karyawan struktural Politeknik Kesehatan Jayapura. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner, pedoman wawancara dan panduan focus group discussion. Data penelitian adalah data kuantitatif yang merupakan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang digunakan dengan pernyataan terbuka untuk mengetahui jumlah kompensasi dan bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan Politeknik Kesehatan Jayapura. Data kualitatif diambil dengan melakukan wawancara mendalam dan focus group discussion. Focus group discussion dilakukan terhadap karyawan struktural baik yang telah pegawai negeri sipil maupun yang honorer dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pegawai negeri sipil dan kelompok honorer, masing-masing kelompok terdiri 6 orang dan dilakukan dengan menggunakan panduan focus group discussion. Untuk mengetahui kebijakan pengelolaan sistem kompensasi dilakukan wawancara mendalam terhadap Direktur dan Kepala Sub Bagian Administrasi Umum Politeknik Kesehatan Jayapura. Wawancara mendalam dilakukan dengan pedoman wawancara mendalam untuk mengetahui sistem kompensasi di Politeknik Kesehatan Jayapura. Wawancara mendalam dan focus group discussion dilakukan oleh peneliti sendiri.
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
yang telah mengabdi kurang dari 10 tahun hanya 9 orang (30%), umumnya telah mengabdi lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 21 orang (70%). Status kepegawaian karyawan kebanyakan telah diangkat sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 21 orang (70%) dan yang berstatus sebagai pegawai honorer 9 orang (30%). Karyawan yang berstatus sebagai PNS umumnya mempunyai pangkat/golongan III dan hanya 6 orang yang berpangkat/golongan II. Unit kerja karyawan lebih banyak pada urusan umum sebanyak 16 orang (54%).
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
keuangan sebagai pengelola. Pembagian kompensasi dana BP3 ditentukan oleh direktur dengan mempertimbangkan beban kerja dan tanggungjawab dari masing-masing karyawan dan dibantu oleh bagian keuangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jayapura. Keuntungan lembaga yaitu keuntungan yang didapat oleh lembaga pendidikan ini, bersumber dari perusahaan-perusahan yang mendapatkan pekerjaan baik itu pekerjaan fisik maupun non fisik. Perusahaan yang mendapat pekerjaan tersebut memberikan keuntungan kepada lembaga pendidikan ini sebesar lima sampai sepuluh persen. Berdasarkan kebijakan direktur dana tersebut dijadikan dana simpanan untuk pemberian kompensasi finansial, berupa pemberian tunjangan hari raya kepada seluruh karyawan yang ada di Politeknik Kesehatan Jayapura. Pemberian tunjangan hari raya ini diberikan kepada karyawan muslim yang merayakan hari raya besarnya muslim, dan karyawan kristiani pada hari raya besarnya kristiani.
Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri dari gaji, uang lembur, uang seragam, uang transportasi, uang daya tahan tubuh dan uang tunjangan hari raya. Gaji adalah pemberian kompensasi yang dilakukan setiap bulan. Pemberian gaji kepada karyawan struktural yang berstatus pegawai negeri sipil sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah dalam Undang-Undang Kepegawaian, sedangkan gaji karyawan struktural yang berstatus honorer sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Hingga penelitian ini dilakukan, Departemen Kesehatan masih memberikan upah untuk karyawan honorer berdasarkan Upah Minimum Regional yang berlaku yaitu sebesar Rp 650.000.- per bulan, sedangkan Upah Minimum Papua yang ada di Provinsi Papua sebesar Rp 987.000,- untuk karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun. Ketentuan dari Departemen Kesehatan tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan karena dalam pemberian gaji kepada karyawan honorer direktur mempunyai kebijakan tersendiri. Kebijakan direktur dalam memberikan gaji kepada karyawan honorer dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran didasarkan pada lama kerja. Karyawan honorer yang lama mendapatkan gaji sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, sedangkan karyawan honorer yang baru hanya mendapatkan gaji separuh dari ketetapan Departemen Kesehatan. Ketetapan direktur memberikan separuh kepada karyawan honorer yang baru merupakan gaji percobaan untuk tiga bulan dengan beban kerja dan tanggungjawab yang masih kurang dan memberikan kesan keadilan bagi karyawan honorer yang baru dengan yang lama. Uang lembur diberikan kepada karyawan struktural berstatus pegawai negeri sipil yang melakukan pekerjaan di luar jam kerja. Besaran uang lembur untuk golongan III sebesar Rp 51.000,-, sedangkan untuk golongan II sebesar Rp 56.000,- per bulan. Sumber dana uang lembur berasal dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Berdasarkan ketentuan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, uang lembur diberikan kepada semua karyawan pegawai negeri sipil maksimal selama sepuluh bulan. Semua pegawai negeri sipil berhak
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id 6
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
mendapatkan uang lembur, namun tidak semua pegawai negeri sipil dapat melakukan pekerjaan di luar jam dinas. Uang seragam diberikan kepada semua karyawan struktural untuk membeli dan menjahit pakain seragam. Besaran uang seragam sama, yaitu sebesar Rp 300.000,- per tahun. Sumber dana kompensasi ini berasal dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Uang transportasi diberikan kepada karyawan struktural yang mendapatkan fasilitas kendaraan dinas sepeda motor untuk membelikan bahan bakar. Sumber dana untuk memberikan uang transportasi tersebut berasal dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Besaran pemberian uang transportasi yang diterima karyawan struktural tidak sama karena, kebijakan direktur bahwa, bagi yang tidak punya kendaraan dinas sepeda motor tetapi punya kendaraan sepeda motor pribadi, diberikan juga untuk transportasinya. Uang daya tahan tubuh diberikan kepada semua karyawan baik yang berstatus pegawai negeri sipil maupun honorer untuk membelikan makanan dan minuman ringan. Besaran uang daya tahan tubuh sama, yaitu Rp 4.000,- per hari kerja, sehingga dalam sebulan setiap karyawan mendapat Rp 104.000. Dalam pelaksanaan uang daya tahan tubuh tersebut oleh pengelola keuangan dibelanjakan dalam bentuk bahan seperti: kue, air galon, gula, kopi, teh, susu. Kebijakan tersebut atas persetujuan direktur dan bertujuan untuk lebih bermanfaat bagi semua karyawan. Tunjangan hari raya diberikan kepada semua karyawan. Dana yang digunakan untuk pemberian tunjangan hari raya kepada karyawan berasal dari dana keuntungan lembaga. Tunjangan hari raya diberikan pada hari raya agama yang dipeluk masing-masing karyawan. Karyawan yang beragama muslim akan mendapatkan pada hari raya besarnya muslim, sedangkan karyawan yang menganut agama kristiani juga mendapatkan pada hari raya besarnya kristiani. Besaran tunjangan hari raya yang diberikan kepada semua karyawan sama. Hasil wawancara tersebut berbeda dengan hasil pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil pengumpulan data dengan kuesioner terdapat perbedaan besaran tunjangan hari raya berdasarkan status kepegawaian. Karyawan pegawai negeri sipil mendapatkan tunjangan hari raya sebesar Rp 300.000,- sedangkan karyawan honorer mendapatkan sebesar Rp 200.000,-. Tabel 1. Distribusi Jumlah Penerima Finansial Menurut Jenis Kompensasinya
Kompensasi Finansial 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gaji Uang Lembur Uang Seragam Uang Transportasi Uang Daya Tahan Tubuh Tunjangan Hari Raya Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Lainnya Pegawai Negeri Sipil N % 21 100 14 67 21 100 15 71 21 100 21 100 10 2 48 10 Honorer N 9 0 9 0 9 9 8 0 % 100 0 100 0 100 100 89 0
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
Semua karyawan struktural mendapatkan kompensasi finansial berupa gaji, uang seragam dan uang daya tahan tubuh dan tunjangan hari raya, namun tidak semua karyawan mendapatkan kompensasi finansial yang lain. Kompensasi yang hanya diterima oleh sebagian karyawan struktural adalah uang lembur, uang transportasi, bantuan penyelenggaraan program pendidikan dan kompensasi yang lain. Setiap kompensasi diberikan tidak bersamaan. Sebagian kompensasi diberikan secara bulanan, setiap triwulan atau setiap tahun. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Penerima Kompensasi Finansial/Bulan
Kompensasi Finansial n 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gaji Uang Lembur Uang Seragam Uang Transportasi Uang Daya Tahan Tubuh Tunjangan Hari Raya Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan Lainnya Total 21 14 21 15 21 21 10 2 21 Pegawai Negeri Sipil Mean Min Maks (Dlm (Dlm (Dlm ribuan) ribuan) ribuan) 1.780 1.346 2.298 45 43 47 25 25 25 150 60 780 104 104 104 25 25 25 127 63 2.319 100 42 1.745 200 83 3.562 Honorer Mean Min (Dlm (Dlm ribuan) ribuan) 597 356 0 0 25 25 0 0 104 104 17 17 100 0 749 100 0 602 Maks (Dlm ribuan) 650 0 25 0 104 17 100 0 896
n 9 0 9 0 9 9 8 0 9
Kompensasi terbesar yang diterima karyawan struktural adalah gaji, karena kontribusi gaji sekitar 90% terhadap kompensasi finansial yang diterimanya per bulan. Dari hasil perhitungan rata-rata besaran setiap jenis kompensasi, karyawan honorer jauh lebih rendah dibandingkan pegawai negeri sipil. Rata-rata besaran kompensasi yang diterima karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil hampir tiga kali lipat kompensasi yang diterima oleh karyawan yang berstatus honorer.
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
Kompensasi Non Finansial 1. Perumahan 2. Kendaraan 3. Kesempatan melanjutkan pendidikan 4. Fasilitas lainnya
Honorer (n=9) n 0 0 0 0 % 0 0 0 0
Sebagian besar karyawan struktural tidak mendapat kompensasi non finansial. Karyawan struktural yang mendapatkan kompensasi fasilitas perumahan dinas hanya 14 persen, yang mendapatkan fasilitas kendaraan dinas sepeda motor hanya 43 persen, kesempatan melanjutkan pendidikan hanya 14 persen dan fasilitas non finansial lainnya hanya 5 persen. Kompensasi perumahan lebih diutamakan bagi karyawan fungsional, yaitu dosen. Politeknik Kesehatan mengupayakan memberikan kompensasi kendaraan dinas sepada motor bagi karyawan yang rumah tinggalnya jauh dari Politeknik Kesehatan. Sumber dana yang menjadi tulang punggung untuk memberikan kompensasi, baik finansial maupun non finansial untuk karyawan struktural berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Karyawan struktural yang berstatus pegawai negeri sipil mendapatkan lebih banyak jenis kompensasi dibandingkan karyawan honorer. Jenis kompensasi dan sumber dana untuk kompensasi karyawan struktural dijelaskan berikut ini: Tabel 4. Jenis dan Sumber Dana Kompensasi Karyawan Struktural Jenis Kompensasi Sumber dana Keterangan
Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada semua Anggaran pegawai negeri sipil dan honorer. Karyawan honorer yang baru hanya menerima 50%. Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada sebagian Anggaran pegawai negeri sipil. Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada semua Anggaran pegawai negeri sipil dan honorer. Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada sebagian Anggaran pegawai negeri sipil.
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
Sumber dana
Keterangan
e. Uang Daya Tahan Tubuh f. Tunjangan Hari Raya g. Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan h. Lainnya 2. Kompensasi Non Finansial a. Perumahan b. Kendaraan c. Fasilitas lainnya Keadilan Kompensasi
Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada semua Anggaran pegawai negeri sipil dan honorer. Keuntungan Lembaga Diberikan kepada semua pegawai negeri sipil dan honorer. Diberikan kepada sebagian Bantuan pegawai negeri sipil dan Penyelenggaraan honorer. Program Pendidikan Keuntungan Lembaga Diberikan kepada sebagian pegawai negeri sipil. Daftar Isian Proyek Diberikan kepada sebagian pegawai negeri sipil. Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada sebagian Anggaran pegawai negeri sipil. Daftar Isian Pelaksanaan Diberikan kepada sebagian Anggaran pegawai negeri sipil.
Aspek keadilan dalam memberikan kompensasi telah diupayakan dengan mempertimbangkan tanggung jawab yang berkaitan dengan kinerjanya, beban kerja dan pendidikan dalam memberikan kompensasi. Bagi karyawan struktural, pemberian kompensasi yang dianggap belum adil adalah kompensasi non finansial berupa perumahan dinas. Perumahan dinas Politeknik Kesehatan yang semestinya ditempati oleh karyawan Politeknik Kesehatan justru ditempati oleh orang diluar Politeknik Kesehatan. Karyawan honorer menganggap pemberian kompensasi yang diterimanya tidak adil karena beban yang diberikan padanya kadang lebih berat seperti harus datang sebelum karyawan yang lain datang dan kadang harus pulang sampai larut malam. Karyawan struktural yang mempunyai jam kerja sangat panjang adalah karyawan honorer yang bertugas sebagai keamanan. Karyawan honorer juga mengeluhkan mendapatkan gaji yang sama antara karyawan baru dengan karyawan lama. Karyawan honorer tidak mendapatkan jenis kompensasi uang transportasi.
10
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
b. Uang lembur c. Uang Seragam d. Uang Transportasi e. Uang Daya Tahan Tubuh f. Tunjangan Hari Raya
g. Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan h. Lainnya 2. Kompensasi Non Finansial a. Perumahan b. Kendaraan c. Fasilitas lainnya Kewajaran Kompensasi
Adil untuk karyawan pegawai negeri sipil karena sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak adil untuk karyawan honorer karena tidak memperhitungkan masa kerja dan tidak meningkat walaupun ada kenaikan gaji pada karyawan pegawai negeri sipil. Adil untuk karyawan pegawai negeri sipil karena diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Honorer tidak mendapatkan. Adil karena semua karyawan mendapatkan dengan jumlah yang sama. Tidak adil karena diberikan kepada sebagian pegawai negeri sipil, yang mempunyai kendaraan dinas. Honorer tidak mendapatkanya Adil karena semua karyawan mendapatkan dengan jumlah yang sama Tidak adil karena pegawai negeri sipil dan honorer tidak mendapatkan jumlah yang sama. Tidak adil karena hanya diberikan kepada sebagian pegawai negeri sipil dan honorer. Adil karena hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan. Tidak adil karena perumahan hanya diutamakan untuk karyawan fungsional Adil karena diberikan sesuai jabatan, tugas dan tanggungjawab karyawan. Adil karena hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan.
Sebagian karyawan struktural yang berstatus kepegawaian pegawai negeri sipil menganggap kompensasi yang diterima cukup dan sebagian lain menganggap tidak cukup. Karyawan yang menganggap tidak cukup dikarenakan kompensasi yang diterimanya hanya cukup untuk makan, sedangkan untuk kebutuhan sekolah anak dan sebagainya masih kekurangan. Karyawan yang merasa tidak tercukupi kebutuhan hidupnya mereka melakukan pekerjaan sampingan dengan berdagang, menjadi tukang ojek. Karyawan pegawai negeri sipil mengatakan: Ee kalau menurut saya ee kompensasi yang kita terima belum cukup kebutuhan rumah tangga kita ya, akhirnya ee diluar jam
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id 11
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
dinas ya saya ngojek untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ya itu saja. Karyawan honorer merasa gaji bulanan yang diberikan padanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena besaran yang diterimanya selama ini masih lebih rendah dibandingkan Upah Minimum Papua di Papua. Kenaikan gaji pegawai negeri sipil secara nasional karena kebijakan pemerintah dan tidak diikuti kebijakan direktur untuk menaikkan gaji untuk karyawan honorer. Dampak dari kenaikan gaji pegawai negeri sipil secara nasional menyebabkan harga bahan-bahan pokok ikut naik. Kenaikan harga tersebut semakin tidak terjangkau bagi karyawan honorer karena gaji yang diterimanya tidak disesuaikan dengan kenaikan gaji pegawai negeri sipil. Tabel 6. Kewajaran Jenis Kompensasi Karyawan Struktural Jenis Kompensasi Keterangan
b. Uang lembur c. Uang Seragam d. Uang Transportasi e. Uang Daya Tahan Tubuh f. Tunjangan Hari Raya g. Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan h. Lainnya 2. Kompensasi Non Finansial a. Perumahan b. Kendaraan c. Fasilitas lainnya Kepuasan Kerja
Wajar karena karyawan pegawai negeri sipil mendapatkan gaji sesuai ketentuan. Karyawan honorer tidak wajar karena tidak sesuai dengan Upah Minimum Papua, dan tidak pernah mengalami kenaikan walaupun ada kebijakan kenaikan gaji pegawai negeri sipil. Wajar karena pegawai negeri sipil mendapat sesuai ketentuan.Tidak wajar karena honorer yang lembur tidak mendapatkannya. Wajar karena semua mendapatkannya. Tidak wajar, karena tidak semua karyawan mendapatkannya. Wajar karena semua mendapatkannya Wajar karena semua mendapatkannya Wajar Wajar sesuai ketentuan Wajar sesuai ketentuan Wajar sesuai ketentuan Wajar sesuai ketentuan
Karyawan struktural yang berstatus pegawai negeri sipil, puas terhadap sistem kompensasi yang diterimanya, baik kompensasi finansial maupun non finansial. Hal tersebut dikarenakan mendapatkan semua jenis kompensasi yang diberikan kepada karyawan struktural seperti gaji, uang lembur, tunjangan hari raya dan lainnya. Mereka juga mendapatkan kompensasi non finansial berupa kendaraan dinas sepeda motor. Fasilitas berupa sepeda motor dan kesempatan
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id 12
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi merupakan kompensasi yang memberikan kepuasan tersendiri bagi karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura. Kebanggaan menjadi karyawan di Polikteknik Kesehatan merupakan bentuk kepuasan para karyawan pegawai negeri sipil. Berdasarkan hasil focus group discussion karyawan tidak memahami sistem pengelolaan kompensasi. Karyawan tidak mengetahui sumber dana kompensasi yang diterimanya. Hal tersebut mengindikasikan ketidakpuasan karyawan terhadap sistem kompensasi yang diterimanya. Pihak manajemen melihat bahwa ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima karena lemahnya sosialisasi tentang mekanisme pemberian kompensasi kepada karyawan. Ketidakpuasan karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil berkaitan dengan fasilitas kerja yang terbatas, ruangan yang terlalu panas, sehingga yang bersangkutan kadang meninggalkan ruangan, karena tidak betah, demikian pula dengan kendaraan sepeda motor yang diperlukan. Bentuk ketidakpuasan karyawan honorer diaktualisasikan dalam perilaku mencuri waktu untuk mencari tambahan pendapatan di luar pada saat jam kerja. Karyawan honorer mengatakan: Ee untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya coba belum cukup. Jadi saya sebagai profesi disini sebagai sopir bus. Kadang-kadang curi-curi waktu ada pesanan ya begitu Pak tanpa pengetahuan Pak Direktur juga, itulah jalan keluar memenuhi kebutuhan keluarga Pak cuma itu yang sering kami lakukan. Tabel 7. Kepuasan Jenis Kompensasi Karyawan Struktural. Jenis Kompensasi Keterangan
1. Kompensasi Finansial a. Gaji Uang lembur Uang Seragam Uang Transportasi Uang Daya Tahan Tubuh Tunjangan Hari Raya Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan h. Lainnya 2. Kompensasi Non Finansial a. Perumahan b. Kendaraan c. Fasilitas lainnya b. c. d. e. f. g.
Pegawai Negeri Sipil puas karena sesuai ketentuan, Honorer tidak puas karena dibawah Upah Minimum Papua. Tidak puas karena tidak adil Puas karena semua mendapatkan Tidak puas karena tidak adil Puas karena semua mendapatkan Tidak puas karena tidak transparan Tidak puas karena tidak transparan Puas karena adil Tidak puas karena tidak adil Tidak puas karena tidak adil Puas karena adil
13
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
14
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
dibandingkan karyawan pegawai negeri sipil. Karyawan merasa menerima penghargaan (reward) wajar bila sesuai dengan kepatutan dengan karyawan lainnya dalam organisasi yang bersangkutan5. Imbalan atau insentif yang diterima pegawai haruslah dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat normatif yang ideal. Tolok ukur kewajaran/layak adalah relatif, penetapan besarnya didasarkan atas upah minimal dan eksternal konsistensi yang berlaku. Pemberian kompensasi bagi karyawan honorer dari dana DIPA telah diupayakan sesuai dengan standar yaitu Upah Minimum Regional (UMR). Upaya tersebut tidak konsisten karena tidak memperhitungkan masa kerja dan tidak mengikuti perubahan Upah Minimum Papua (UMP) di wilayah Provinsi Papua. Upah Minimum Papua (UMP) yang ditetapkan sebesar Rp 987.000,- untuk karyawan atau pekerja dengan tingkat paling rendah dan mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Dalam petunjuk pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) gaji untuk karyawan honorer tidak pernah berubah selama 3 tahun terakhir yaitu maksimal Rp 650.000,- walaupun telah mengabdi lebih dari lima tahun. Untuk memperbaiki besaran kompensasi karyawan honorer, Politeknik Kesehatan Jayapura dapat mengusulkan untuk membuat sistem kompensasi yang mengacu pada penjenjangan seperti pegawai negeri sipil. Departemen Kesehatan seharusnya memberikan gaji untuk karyawan honorer sesuai UMP dan diupayakan untuk memperhatikan masa kerjanya. Kompensasi yang masih rendah menyebabkan karyawan honorer harus mencari penghasilan sampingan. Upaya untuk mencari penghasilan terhambat, khususnya karyawan yang bertugas sebagai keamanan, karena karyawan bagian keamanan beban kerja terlalu tinggi, lebih dari 8 jam, terutama karyawan yang bertugas sebagai penjaga keamanan.
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
penelitian Syah menemukan bahwa kepuasan kerja tenaga profesi termotivasi dengan memperhatikan sistem pembagian jasa pelayanan yang mempunyai standar yang jelas, dilakukan secara adil dan transparan8. Hasil kualitatif menemukan bahwa terdapat perbedaan penyebab ketidakpuasan karyawan. Karyawan pegawai negeri sipil tidak puas bekerja di Politeknik Kesehatan Jayapura karena sarana dan prasarana. Kepuasan kerja mencakup lima aspek, yaitu: (1) kepuasan terhadap karyawan, (2) kepuasan terhadap beban kerja, (3) kepuasan terhadap dukungan profesional, (4) kepuasan terhadap imbalan, dan (5) kepuasan terhadap pelatihan7. Ketidakpuasan karyawan honorer disebabkan karena kompensasi yang diterimanya tidak wajar. Persepsi karyawan terhadap keadilan sistem imbalan akan meningkatkan kepuasan kerja9. Kepuasan kerja karyawan terhadap gaji/insentif yang diterima selain dipengaruhi oleh besarnya juga adanya keadilan bagaimana insentif tersebut ditentukan10. Imbalan yang tepat dapat memuaskan dan memotivasi karyawan11. Sistem kompensasi yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh dan mempekerjakan sejumlah orang yang bekerja produktif bagi kepentingan organisasi12. Karyawan menginginkan sistem imbalan yang dirasa adil dan sesuai dengan harapan mereka13. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak puas karena pemberian kompensasi tidak wajar dan tidak adil. Hasil penelitian terdahulu menemukan adanya interaksi positip antara kompensasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja14. Perilaku ketidakpuasan karyawan struktural diwujudkan dalam beberapa perilaku. Perilaku ketidakpuasan karyawan secara umum hanya berharap terjadi perubahan di masa yang akan datang. Perilaku tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kinarja mereka. Perilaku yang justru akan menimbulkan masalah yang telah dilakukan oleh beberapa karyawan adalah meninggalkan pekerjaan untuk mencari tambahan di luar Poltekes. Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan dapat diketahui dari respon yang diberikan diantaranya secara pasif membiarkan kondisi makin memburuk hal ini dapat dilihat dari: karyawan yang selalu datang terlambat, karyawan yang kinerjanya cenderung menurun dan tingkat kesalahan yang diperbuat dalam pekerjaan meningkat15.
16
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
(DIPA) merupakan sumber dana yang diatur oleh pusat dan besaran dana untuk kompensasi karyawan tak dapat diubah oleh manajemen Politeknik Kesehatan Jayapura. Sumber dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompensasi karyawan honorer adalah dari Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan (BP3) dan keuntungan lembaga. Keuntungan lembaga juga dapat digunakan untuk memberikan kompensasi dengan lebih memprioritaskan karyawan honorer. Pembagian tersebut akan menyebabkan pengurangan jatah pembagian kompensasi untuk karyawan struktural pegawai negeri sipil dari keuntungan lembaga. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan pada karyawan struktural pegawai negeri sipil yang merasa gaji yang diterimanya masih kurang. Sumber dana lain untuk meningkatkan kompensasi karyawan honorer yaitu Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan (BP3). dapat dilakukan dengan mengusulkan pada dewan senat untuk meningkatkan prosentase pembagian Bantuan Penyelenggaraan Program Pendidikan (BP3). Penambahan prosentase tersebut khusus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan struktural honorer. Hal tersebut perlu dilakukan agar karyawan struktural honorer Politeknik Kesehatan dapat menghidupi keluarganya secara layak. Penambahan kompensasi untuk karyawan struktural honorer harus menggunakan indeks yang jelas agar lebih adil. Indeks pembagian kompensasi yang perlu diperhatikan adalah beban kerja dan tanggung jawab, tingkat pendidikan serta lama kerja. Pedoman umum untuk menetapkan dan mempertahankan keberhasilan sistem kompensasi diantaranya kompensasi yang sesuai dengan kinerja yang diharapkan16.
KESIMPULAN
Bentuk kompensasi yang diterima karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura adalah kompensasi finansial berupa gaji, uang lembur, uang seragam, uang transportasi, uang daya tahan tubuh, bantuan penyelenggaraan program pendidikan dan keuntungan lembaga, sedangkan kompensasi non finansial adalah perumahan dinas, kendaraan dinas sepeda motor dan kesempatan melanjutkan pendidikan. Kompensasi untuk karyawan struktural sebagian besar bergantung pada sumber dana dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Karyawan struktural merasa kompensasi yang diterimanya belum adil, terutama yang berstatus honorer, karena pemberian kompensasi cenderung tidak memperhatikan masa kerja dan masih di bawah Upah Minimum Papua (UMP) di Jayapura. Kepuasan kerja karyawan struktural di Politeknik Kesehatan Jayapura masih rendah. Karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil kurang puas terhadap fasilitas pekerjaan, sedangkan karyawan honorer kurang puas karena kompensasi yang diterimanya belum adil dan wajar, terutama gaji.
17
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
SARAN
Politeknik Kesehatan Jayapura hendaknya membuat indeks kompensasi dari bantuan penyelenggaraan program pendidikan dan keuntungan lembaga yang berbasis pada beban kerja dan tanggung jawab, tingkat pendidikan serta lama kerja. Pengupayaan tambahan sumber dana dengan memperbesar prosentase bantuan penyelenggaraan program pendidikan untuk pemberian kompensasi khususnya bagi karyawan honorer sesuai dengan indeks kompensasi. Politeknik Kesehatan Jayapura dapat mengusulkan ke Departemen Kesehatan untuk menaikkan gaji karyawan honorer sesuai Upah Minimum Papua (UMP) dan memperhatikan masa kerjanya. Fasilitas pekerjaan yang dibutuhkan untuk menunjang pekerjaan karyawan struktural juga perlu dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
1
Casmiwati, D, (2004) Sistem Kompensasi PNS di Indonesia : dalam Sulistyani, AT (ed), Memahami Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Gava Media, Yogyakarta. 2 Usmara, A. (2006). Motivasi Kerja: Proses,Teori dan Praktik. Yogyakarta, Amara Books. 3 Casmiwati, D, (2004) Sistem Kompensasi PNS di Indonesia : dalam Sulistyani, AT (ed), Memahami Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Gava Media, Yogyakarta. 4 Ibid. 5 Amstrong, M.,dan Murlis,H., ( 2004): Reward Management , A Handook of Remuneration Strategy and Practice, 5ed, Kogan page Hay Group. 6 Mathis,R.J., & Jackson, J.H., (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku kedua, Jakarta, Salemba Empat. 7 Ibid. 8 Syah, H., (2003) Pola Rangkap Kerja Dokter Spesialis Di RSUD Undata Palu, Tesis S-2, Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, Yogyakarta. 9 Bushardt, S.C., dan Fowler,A.R., (1991) Kompensasi dan tunjangan: dilema masa kini dalam memotivasi in: Timpe A.D. Seri Ilmu dan Seni Manajemen bisnis Memotivasi pegawai. Jakarta. PT.elex Media Komputindo. 10 Panggabean, M.S., (2004) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor Ghalia Indonesia. 11 Braid, R.W., (1991) Pengaruh Penggajian in: Timpe A.D. Seri Ilmu dan Seni Manajemen bisnis Memotivasi pegawai. Jakarta. PT.elex Media Komputindo. 12 Siagian, S.P., (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. BumiAksara. 13 Robbins, S.P., (2003) Perilaku Organisasi. Jakarta, Indeks Gramedia. 14 Igalens, J., and Roussel, P. (1999) A Study of the relationships between compensation package, work motivation and job satisfaction. J.Organiz. Behaviour, 20, 1003-1025.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM http://lrc-kmpk.ugm.ac.id 18
Johny J. Taroreh, Mubasysyir Hasanbasri, Haryono; WPS no.6 Oktober 2007 1st draft
15 16
Robbins, S.P., (2003) Perilaku Organisasi. Jakarta, Indeks Gramedia. Mathis,R.J., & Jackson, J.H., (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku kedua, Jakarta, Salemba Empat.
19