Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
ABSTRACT. Compost is organic matter that has decomposed and used as a planting medium fertilizer and soil
conditioner. There are many techniques of composting , but it has same principle and it is to convert organic
materials that have been considered as trash to process such a way so that compatible to used as media which
functioning to loose soil and fertilizer plants . This study uses an experimental approach-labotratory. The study
was conducted in a laboratory scale, composting markets garbage in Makassar city using cow dung as the
additional material and the addition of an effective microorganism ( EM4 ) as the activator with using takakura
composter . This study seeks the effect of certain variables on other variables in strictly controlled conditions .
The results has obtained is the addition of effective microorganism ( EM4 ) affect the quality of the finished
compost which is relatively better than natural composting . Additional material variations to compost very
influential to the quality of finished compost which the best quality compost contained in the composition or P2
variations is market garbage and cow dung compost quality with 20:39 % C-organic , N - total 1.2 % , C / N
ratio 17:05 , P- total 1.98 % , K - total 1:09 % . This composting method provides an opportunity to develop as
a business , economic value and help the government in reducing waste generation . Markets garbage in
Makassar city, if using composting methods can produce compost of 16 ton /day and earned a profit of
Rp.1.798.224,-/ day with the assumption of a minimum income from the sale of compost is Rp.750 / kg .
Key words : compost bioremediation, markets garbage, effective microorganism (EM4), development prospect
PENDAHULUAN
Kota Makassar adalah salah satu
kota yang mengalami permasalahan dalam
mengelola sampah pasar. Dari data dinas
kebersihan kota Makassar tahun 2013
volume sampah pasar adalah 686,62
m3/hari. Salah satu jenis sampah yang
dihasilkan akibat kegiatan pasar yang
cukup besar adalah sampah organik. Oleh
karena itu, diperlukan sistem pengolaan
sampah yang baik.
Salah satu pengolaan sampah yaitu
metode kompos, dimana metode tersebut
bertujuan untuk mengurangi volume
sampah atau merubah komposisi dan
bentuk sampah menjadi produk yang
bermanfaat. Pengolahan sampah tersebut
dapat dilakukan langsung pada sumbernya,
pada tempat yang dirancang khusus,
Tempat Pembuangan Sementara (TPS),
atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
(Elvi Yenie,2008). Pada metode kompos
ini juga memanfaatkan mikroorganisme
(bioremediasi)
untuk
mendegradasi
sampah pasar sebagai bahan utama
pembuat kompos. Pengomposan dianggap
sebagai teknologi berkelanjutan karena
METODOLOGIPENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode statistic deskriptif, yaitu metode
dengan cara menghitung rata-rata setiap
parameter yang diukur kemudian disajikan
1Dosen,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
2Mahasiswa,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
2
Alat:
Ember,
pengaduk kayu,
panci pemasak
air,
botol
penyimpan,
saringan (dari
kain atau kawat
kasa).
Cara
Pembiakan :
1. Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
2. Masukkan terasi, bekatul dan molase.
Lalu, aduk dengan pngaduk kayu
sampai merata.
3. Dinginkan sampai adonan mencapai
suhu normal (35-36o C). adonan yang
masih panas akan membunuh bakteri
EM4 yang akan di biakkan. Setelah
dingin, masukkan cairan EM4 dan
aduk sampai rata. Setelah itu, tutup
rapat selama 2 hari.
4. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat
diambil dan disaring. Lalu, masukkan
ke dalam botol.
5. Simpan botol di dalam ruangan yang
sejuk dan tidak terkena sinar matahari
langsung. Agar bakteri mendapat
kebutuhan oksigen, jangan terlalu rapat
menutup botol atau biarkan terbuka.
Setelah itu, cairan EM4 sudah siap
digunakan untuk membuat pupuk
organik.
A. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pertama yang dilakukan
yaitu dengan membiakkan bakteri EM4
lalu mengumpulkan sampah sayur yang
berlokasi di pasar terong. Setelah itu,
mencacah sampah sayur menggunakan
gunting hingga berukuran 2 cm. Ukuran
partikel menjadi pertimbangan yang
penting pada tahap ini. Semakin kecil
ukuran partikelnya, maka semakin baik
untuk proses pengomposan. Sebab bakteri
pengurai kompos akan lebih banyak yang
tumbuh sehingga proses pengomposan
akan lebih cepat terjadi. Masing-masing
Bekatul
: 3 kg
Molase : liter (100 g gula merah
yang dilarutkan dengan air
secukupnya)
Terasi : kg
Dok:jujubandung.wordpress.com1253 6
63Search by image
Gambar 1. Komposter Takakura
Pengaruh
EM4
dan
Variasi
Tambahan Terhadap Kualitas Kompos
a. Kadar Air
100
80
60
40
20
awal
Pengukuran Suhu
akhir
60
50
40
30
SuhuP0
(C ) 20
10
0
P0
P1
P2
P3
Variasi Kompos
P1
P2
P3
Waktu (hari)
b. Perubahan Suhu
Pengukuran suhu dilakukan setiap 2
hari untuk mengetahui perubahan yang
terjadi selama proses pengomposan dan
untuk mngukur suhu menggunakan
termometer tanah.
5
15
10
pH (Keasaman)
P0
P1
P2
0
0
P3
10 20 30 40 50
Waktu (hari)
kompos
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa
variasi lain mengalami pH yang basa.
Sedangkan variasi kompos P0 yaitu
kontrol mengalami pH yang netral di awal
proses pengomposan. Berjalannya waktu
pengomposan pH mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena aktivitas
mikroorganisme yang menguraikan bahan
organik menjadi asam organik sederhana.
Dari variasi tumpukan kompos di
masing-masing aktivator, pH kompos
matang berada diantara 4-9.Hal ini berarti
sudah sesuai dengan standar Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011 yakni pH
untuk kompos matang antara 4-9. Akan
tetapi pada kompos matang dengan variasi
P1 penambahan activator EM4 dan P3
penambahan aktivator EM4 dan kotoran
sapi, pH tidak memenuhi persyaratan
Permentan yaitu dengan nilai pH yang
sedikit berada di ambang batas sebesar
9.05 dan 9.46.
Variasi P1 dan P3 menggunakan bahan
kompos sampah sayur ditambah dengan
aktivator EM4 dan kotoran sapi dengan
nilai nitrogen yang tinggi sehingga
berpotensi mengandung amonia yang
diproduksi pada saat pengomposan.
Amonia meningkatkan pH karena sifatnya
yang basa. pH yang terlalu basa dapat
menghambat pertumbuhan tanaman dan
40
30
% 20
awal
10
0
akhir
P0
P1
P2
P3
Variasi Kompos
awal
P0
akhir
P1
P2
c. Rasio C/N
Rasio C/N merupakan perbandingan
antara unsur karbon dan nitrogen. Rasio
C/N
digunakan
untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi mikroorganisme
untuk melakukan aktivitasnya dalam
merombak substrat. Uji kandungan rasio
C/N
dilakukan
awal
dan
akhir
pengomposan.
P3
Variasi Kompos
60
50
C /N
40
30
20
10
awal
akhir
0
P0
P1
P2
P3
Variasi Kompos
pengomposannya
pengomposan.
yakni
30
hari
Tenaga
pencampuran
bahan/
inkubasi
= 3 orang
Tenaga sortir = 3 orang
Pengemasan = 2 orang
3. Kapasitas 1 kontainer adalah 13 m3
atau
4.550
kg/m3.
Sehingga
membutuhkan kurang lebih 1 buah
kontainer untuk mengangkut sampah
sayuran di pasar. Biaya transportasi 1
buah kontainer Rp.400.000,-/hari.
4. Harga penjualan kompos dengan
menggunakan asumsi pendapatan
minimum
sebesar
Rp.750,-/kg
(Achmad Zubair dkk,2012).
Perhitungan
Penyusutan
Pemeliharaan
Biaya
Investasi,
(Depresiasi),
dan
12