You are on page 1of 12

JURNAL TUGAS AKHIR

STUDI BIORMEDIASI SAMPAH PASAR DI KOTA MAKASSAR SEBAGAI


BAHAN PEMBUATAN KOMPOS DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA

OLEH :

ERNI OCTAVINA POTUDA

D12110004

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
STUDI BIORMEDIASI SAMPAH PASAR DI KOTA MAKASSAR SEBAGAI
BAHAN PEMBUATAN KOMPOS DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA

AchamadZubair1, IrwanRidwan1 , Erni O. Potuda2

ABSTRACT. Compost is organic matter that has decomposed and used as a planting medium fertilizer and
soil conditioner. There are many techniques of composting , but it has same principle and it is to convert
organic materials that have been considered as trash to process such a way so that compatible to used as media
which functioning to loose soil and fertilizer plants . This study uses an experimental approach-labotratory. The
study was conducted in a laboratory scale, composting markets garbage in Makassar city using cow dung as
the additional material and the addition of an effective microorganism ( EM4 ) as the activator with using
takakura composter . This study seeks the effect of certain variables on other variables in strictly controlled
conditions . The results has obtained is the addition of effective microorganism ( EM4 ) affect the quality of the
finished compost which is relatively better than natural composting . Additional material variations to compost
very influential to the quality of finished compost which the best quality compost contained in the composition
or P2 variations is market garbage and cow dung compost quality with 20:39 % C-organic , N - total 1.2 % , C
/ N ratio 17:05 , P- total 1.98 % , K - total 1:09 % . This composting method provides an opportunity to develop
as a business , economic value and help the government in reducing waste generation . Markets garbage in
Makassar city, if using composting methods can produce compost of 16 ton /day and earned a profit of
Rp.1.798.224,-/ day with the assumption of a minimum income from the sale of compost is Rp.750 / kg .

Key words : compost bioremediation, markets garbage, effective microorganism (EM4), development prospect

1Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA


2Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA

2
PENDAHULUAN parameter yang diukur kemudian disajikan
Kota Makassar adalah salah satu dalam bentuk tabel dan grafik. Selanjutnya
kota yang mengalami permasalahan dalam data yang diperoleh dijadikan acuan
mengelola sampah pasar. Dari data dinas terhadap hasil penelitian mengenai
kebersihan kota Makassar tahun 2013 kompos. Eksperimen ini terdiri dari 3
volume sampah pasar adalah 686,62 variasi perlakuan dan 1 kontrol dengan 2
m3/hari. Salah satu jenis sampah yang kali pengulangan sehingga diperoleh 8 unit
dihasilkan akibat kegiatan pasar yang percobaan.
cukup besar adalah sampah organik. Oleh Tabel 1. Skema Variasi Penelitian
karena itu, diperlukan sistem pengolaan
sampah yang baik. P
Salah satu pengolaan sampah yaitu U P0 P1 P2 P3
metode kompos, dimana metode tersebut I P0.I P1.I P2.I P3.I
bertujuan untuk mengurangi volume II P0.II P1.II P2.II P3.II
sampah atau merubah komposisi dan
bentuk sampah menjadi produk yang III P0.III P1.III P2.III P3.III
bermanfaat. Pengolahan sampah tersebut
dapat dilakukan langsung pada sumbernya, Keterangan : Perbandingan sampah pasar,
pada tempat yang dirancang khusus, kotoran sapi dan bioaktivator EM4
Tempat Pembuangan Sementara (TPS), P0 : 3 kg sampah sayur (kontrol)
atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) P1 : 3 kg sampah sayur + 10 ml EM4
(Elvi Yenie,2008). Pada metode kompos P2 : 3 kg sampah sayur + 0,9 kg
ini juga memanfaatkan mikroorganisme kotoran sapi
(bioremediasi) untuk mendegradasi P3 : 3 kg sampah sayur + 0.9 kg
sampah pasar sebagai bahan utama kotoran sapi + 10 ml EM4
pembuat kompos. Pengomposan dianggap
sebagai teknologi berkelanjutan karena
Cara Pengumpulan Data
bertujuan untuk konservasi lingkungan,
keselamatan manusia, dan pemberi nilai Data Primer, diperoleh melalui
ekonomi. pemeriksaan kadar air, suhu dan
Bioremediasi merupakan karakteristik fisik di lapangan serta
pengembangan dari bidang bioteknologi pemeriksaan C-Organik, N-Total, dan
lingkungan dengan memanfaatkan proses rasio C/N sebelum dan sesudah kompos
biologi dalam mengendalikan pencemaran matang di Laboratorium Ilmu Tanah
dan cukup menarik. Selain hemat biaya, Fakultas Pertanian Universitas
dapat juga dilakukan secara in situ Hasanuddin.
langsung di tempat dan prosesnya alamiah Data Sekunder, diperoleh melalui
(Hardiani, dkk. 2011). penelusuran kepustakaan berupa hasil
Pada prinsipnya, ada beberapa hal penelitian sebelumnya serta artikel-artikel
yang harus diperhatikan untuk mengenai pemeriksaan C-Organik, N-
mempercepat proses pengomposan, di Total, rasio C/N, kadar air, suhu dan
antaranya pemilihan bioaktivator, karakteristik fisik kompos.
penggunaan komposter, dan pengaturan Tahap Persiapan Aktivator
terhadap kondisi pengomposan. Aktivator Aktivator yang digunakan dalam
dalam penelitian ini berupa Effective pnelitian ini adalah larutan effective
microorganism (EM-4). microorganism 4 yang disingkat EM4,
Pembiakan Bakteri EM4 yaitu :
METODOLOGI PENELITIAN Bahan:
- Cairan EM4 : 1 liter
Penelitian ini menggunakan - Bekatul : 3 kg
metode statistic deskriptif, yaitu metode
dengan cara menghitung rata-rata setiap

3
- Molase : liter (100 g gula merah sebesar 0,017226 m3. Setelah dicacah,
yang dilarutkan dengan air bahan dicampur dengan kotoran sapi
secukupnya) sesuai dengan dosis variasi penelitian yang
- Terasi : kg telah ditentukan dan aktivator yang
- Air Bersih (tidak mengandung kapotit digunakan yaitu EM4. Proses
atau bahan kimia lainnya): 5 liter pencampuran menggunakan sekop kecil.
Alat:
Ember, pengaduk kayu, panci pemasak air,
botol penyimpan, saringan (dari kain atau
kawat kasa).
Cara Pembiakan :
1. Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
2. Masukkan terasi, bekatul dan molase.
Lalu, aduk dengan pngaduk kayu
sampai merata.
3. Dinginkan sampai adonan mencapai
suhu normal (35-36o C). adonan yang Dok:jujubandung.wordpress.com1253 6
masih panas akan membunuh bakteri 63Search by image
EM4 yang akan di biakkan. Setelah
dingin, masukkan cairan EM4 dan Gambar 1. Komposter Takakura
aduk sampai rata. Setelah itu, tutup
rapat selama 2 hari. Kemudian komposter dipersiapkan
4. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat dengan menggunakan komposter takakura
diambil dan disaring. Lalu, masukkan seperti pada gambar 3.2. Komposter
ke dalam botol. terbuat dari keranjang berpori dan plastik
5. Simpan botol di dalam ruangan yang tahan lama yang dilengkapi dengan
sejuk dan tidak terkena sinar matahari penutup. Komposter yang digunakan
langsung. Agar bakteri mendapat memiliki diameter bawah 32 cm dan
kebutuhan oksigen, jangan terlalu rapat diameter atas 26 cm dengan ketinggian 26
menutup botol atau biarkan terbuka. cm. Kardus bekas diletakkan pada sisi-sisi
Setelah itu, cairan EM4 sudah siap dinding keranjang. Berfungsi untuk
digunakan untuk membuat pupuk menahan panas, menyerap kelebihan air
organik. dan mencegah kompos keluar dari wadah
A. Tahap Pelaksanaan Penelitian (keranjang). Pada Takakura, digunakan
Tahap pertama yang dilakukan lapisan kardus dengan pertimbangan
yaitu dengan membiakkan bakteri EM4 bahwa kardus memiliki pori-pori udara
lalu mengumpulkan sampah sayur yang sehingga dapat terjadi sirkulasi udara
berlokasi di pasar terong. Setelah itu, didalam keranjang. Bantalan sekam
mencacah sampah sayur menggunakan diletakkan dibawah dan diatas keranjang.
gunting hingga berukuran 2 cm. Ukuran Berfungsi untuk menahan panas, mengatur
partikel menjadi pertimbangan yang kelembapan dan mencegah adanya lalat.
penting pada tahap ini. Semakin kecil Bantalan sekam dibuat dari kain kasa yang
ukuran partikelnya, maka semakin baik dijahit berisi sekam padi menyerupai
untuk proses pengomposan. Sebab bakteri bantal.
pengurai kompos akan lebih banyak yang Setelah semuanya siap, bagian
tumbuh sehingga proses pengomposan dasar keranjang diisi dengan bantalan
akan lebih cepat terjadi. Masing-masing sekam. Lalu bahan kompos yang telah
komposter akan diisi dengan bahan dicampur diletakkan diatas bantalan sekam
kompos sampah sayuran seberat 3 kg atau tersebut. Kemudian tumpukan bahan

4
kompos ditutup dengan bantalan sekam. Maka nilai pH dari setiap variasi
Diatasnya dilapisi kain hitam berpori memenuhi persyaratan.
untuk mencegah lalat bertelur didalam Kadar air yang terdapat di setiap
keranjang. Selain itu, kain hitam berpori variasi kompos sangat tinggi, hal ini
juga diletakkan dibawah penutup disebabkan karena bahan komposisi
keranjang. Dan setelah semuanya selesai, kompos adalah sampah sayur yang
keranjang ditutup dengan penutupnya. memiliki kandungan kadar air yang sangat
Komposter disimpan di tempat yang teduh tinggi yakni 81.72% - 91.15%.
(memiliki sirkulasi udara yang lancar)
serta terlindung dari sinar matahari. Pengaruh EM4 dan Variasi Tambahan
Pemeriksaan suhu dan karakteristik Terhadap Kualitas Kompos
fisik dilakukan setiap hari. Sedangkan a. Kadar Air
untuk pemeriksaan C-organik, N-total,
rasio C/N, dan kadar air dilakukan 100
sebelum dan sesudah kompos matang di 80
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin. 60
awal
%
Pembalikkan dilakukan tiap 2x seminggu 40 akhir
untuk memberikan aerasi dan
20
menghomogenkan tumpukan kompos.
0
HASIL DAN PEMBAHASAN P0 P1 P2 P3
Variasi Kompos
Karakteristik Bahan Kompos Gambar 2. Grafik perubahan kandungan
Setelah proses pengomposan kadar air kompos
berlangsung, setiap perlakuan atau variasi
kompos dilakukan uji kandungan terhadap Dari gambar diatas dapat diketahui
variasi kompos (pengujian awal). bahwa kandungan kadar air awal
Bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengomposan pada tiap variasi sangat
setiap variasi kompos. Hasil yang tinggi. Penurunan kandungan kadar air
didapatkan dari beberapa pengujian dapat yang sangat tinggi terdapat pada variasi P1
dilihat pada tabel 2. dengan bahan baku sampah sayur
Tabel 2. Hasil uji karakteristik bahan ditambahkan biaktivator EM4 dan variasi
kompos P2 menambahkan kotoran sapi yang
Hasil Pengujian
Kadar air pH C-organik N-total C/N
mengakibatkan proses penguraian kompos
No Perlakuan % % lebih cepat yaitu 30 hari pengomposan .
1 Sampah sayur (P0)
2 Sampah sayur + EM4 (P1)
89.71
91.15
6.88
9.47
29.37
33.45
0.59
1.05
49.95
32.44
Sedangkan pada variasi P0 bahan
3 Sampah sayur + Kotoran sapi (P2) 81.92 9.6 34.87 1.11 31.58 komposisi kompos tidak menggunakan
4 Sampah sayur + Kotoran sapi + EM4 (P3) 81.72 9.49 31.14 1.13 28.04
bioaktivator hanya sampah sayur saja
sehingga proses dekomposisi kompos
Berdasarkan hasil pengujian awal pada sangat lama yaitu 50 hari pengomposan
tabel 2 diperoleh bahwa rasio C/N variasi dan bahan dasar kompos yang
P0 sebesar 49.95 dimana komposisi bahan mengandung banyak kadar air,
kompos hanya sampah sayur dengan nilai mengakibatkan kadar airnya lebih banyak
C-organik yang tinggi dan N-total yang dibanding dengan variasi yang lain. Pada
rendah, sehingga nilai rasio C/N lebih grafik tersebut dapat dilihat bahwa
tinggi dari variasi lainnya. Pada prinsipnya kandungan kadar air setiap variasi
bahan organik dengan nilai pH antara 3 mengalami penurunan sampai mendekati
dan 11 dapat dikomposkan, pH optimum kadar air kompos matang. Menurut SNI
berkisar antara 5,5 dan 8 (Susanto,2002).

5
kadar air maksimum sebesar 50%, semua penelitian dilakukan dalam skala
variasi kompos memenuhi standar laboratorium sehingga panas yang
terakumulasi rendah.
b. Perubahan Suhu c. Perubahan pH
Pengukuran suhu dilakukan setiap 2 Selama masa pngomposan, pH diukur
hari untuk mengetahui perubahan yang secara periodik yaitu setiap sepuluh hari.
terjadi selama proses pengomposan dan Pada prinsipnya bahan organik dengan
untuk mngukur suhu menggunakan nilai pH antara 3 dan 11 dapat
termometer tanah. dikomposkan, pH optimum berkisar antara
Hasil pengamatan terhadap suhu 5,5 dan 8 (Susanto,2002). Berdasarkan
selama proses pengomposan menunjukkan tabel 4.3 pH awal yang akan
terjadi peningkatan suhu secara bertahap. dikkomposkan masih memenuhi syarat.
Suhu tertinggi yang dapat dicapai pada tiap
variasi berbeda. Kenaikan suhu pada awal 12
proses menandakan bahwa proses 10

pH (Keasaman)
pengomposan berjalan dengan baik. 8
6
Pengukuran Suhu 4
60 2
P0
50 0
P1
0 10 20 30 40 50
40 P2 Waktu (hari)
P3 Gambar 4. Grafik perubahan pH kompos
30
Suhu (C)

20
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa
10 variasi lain mengalami pH yang basa.
0 Sedangkan variasi kompos P0 yaitu
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 kontrol mengalami pH yang netral di awal
Waktu (hari) proses pengomposan. Berjalannya waktu
Gambar 3. Grafik perubahan suhu kompos pengomposan pH mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena aktivitas
Dari grafik diatas terlihat bahwa mikroorganisme yang menguraikan bahan
variasi P1 dan P3 suhu lebih cepat organik menjadi asam organik sederhana.
meningkat yakni pada hari keempat Dari variasi tumpukan kompos di
dibandingkan dengan variasi P2. Hal ini masing-masing aktivator, pH kompos
disebabkan variasi P1 dan P3 dengan matang berada diantara 4-9. Hal ini berarti
penambahan EM-4, aktivitas sudah sesuai dengan standar Peraturan
mikroorganisme akan semakin cepat dalam Menteri Pertanian Nomor
mendekomposisi bahan kompos, sehingga 70/Permentan/SR.140/10/2011 yakni pH
tumpukan menjadi turun. Seluruh untuk kompos matang antara 4-9. Akan
tumpukan kompos kemudian mengalami tetapi pada kompos matang dengan variasi
fase pendinginan dan fase pematangan P1 penambahan activator EM4 dan P3
yang ditandai dengan penurunan penambahan aktivator EM4 dan kotoran
temperatur dari temperatur puncak menuju sapi, pH tidak memenuhi persyaratan
kestabilan. Kematangan kompos terjadi Permentan yaitu dengan nilai pH yang
pada temperatur 26-27oC pada hari ke 30 sedikit berada di ambang batas sebesar
dan 40. Temperatur ini sama dengan 9.05 dan 9.46.
temperatur tanah dan telah sesuai dengan Variasi P1 dan P3 menggunakan bahan
persyaratan kompos matang. Rendahnya kompos sampah sayur ditambah dengan
suhu kompos disebabkan sedikitnya aktivator EM4 dan kotoran sapi dengan
volume tumpukan kompos mengingat nilai nitrogen yang tinggi sehingga

6
berpotensi mengandung amonia yang Gambar 5. Grafik perubahan kandungan
diproduksi pada saat pengomposan. C-Organik
Amonia meningkatkan pH karena sifatnya
yang basa. pH yang terlalu basa dapat Dari gambar 5. terlihat bahwa C-
menghambat pertumbuhan tanaman dan organik mengalami penurunan dari awal
mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, pengomposan sampai akhir pengomposan,
1991 dalam Rina Soetopo, 2006). ini disebabkan karena C-organik berfungsi
sebagai sumber energi bagi mikroba.
d. Perubahan Bau, Warna dan Bentuk Terlihat dari grafik nilai C-organik
Fisik Kompos penurunan yang tertinggi pada variasi P2
yakni sebesar 14.48%. Hal ini disebabkan
Tabel 3. Hasil observasi bau,warna dan
karena proses dekomposisi yang baik
bentuk fisik kompos
dimana komposisi variasi P2 adalah
No. Perlakuan Bau Warna Bentuk fisik
sampah sayur ditambahkan kotoran sapi.
Kotoran sapi mengandung gas metan yang
1 Sampah sayur (P0) Tidak Berbau Coklat tua Kering
menghasilkan panas. Kondisi tumpukan
2 Sampah sayur + EM4 (P1) Tidak Berbau Coklat tua Kering
kompos variasi P2 dapat mengisolasi
3 Sampah sayur + Kotoran sapi (P2) Berbau Tanah Coklat tua Halus panas dengan cukup mengakibatkan
4 Sampah sayur + Kotoran sapi + EM4 (P3) Berbau Tanah Coklat tua Halus kandungan C organik yang ada dalam
Bau kompos yang terbentuk sesuai setiap bahan kompos dapat terdekomposisi
standar SNI adalah berbau menyerupai dengan baik. Sedangkan penurunan yang
tanah, kondisi ini ditemukan pada variasi terendah pada variasi P0 dimana
atau perlakuan P2 dan P3. komposisi bahan variasi P0 adalah sampah
Warna kompos yang baik menyerupai pasar saja sehingga Semua nilai C-organik
warna tanah, dalam penelitian ini semua dari setiap variasi sudah memenuhi SNI
perlakuan menyerupai warna tanah yaitu yakni 9.80% - 32%.
coklat tua. Dalam hal ini memenuhi SNI. b. N-Total
Bentuk fisik kompos yang menyerupai 1.4
tanah (halus) hanya terbentuk pada 1.2
perlakuan P2 dan P3. Untuk perlakuan P0 1
(kontrol) dan P1 cendrung kering, pada 0.8
%

0.6 awal
proses pengomposan berlangsung kedua
0.4
perlakuan lebih basah (becek) sehingga akhir
0.2
tidak dilakukan penyiraman. Akan tetapi 0
hasil akhir pngomposan berdasarkan P0 P1 P2 P3
penyusutan, P0 dan P1 bentuk fisiknya Variasi Kompos

adalah kering. Sehingga hanya variasi P2


dan P3 bentuk fisik yang memenuhi SNI Gambar 6. Grafik perubahan kandungan
yaitu halus N-total
a. C-Organik
40
Dari gambar 6 terlihat bahwa kenaikan
35 N-total tertinggi yaitu pada variasi P0
30 yakni sebesar 0.35%. Komposisi bahan
25
variasi P0 hanya sampah sayur (kontrol),
%

20 awal
15 dimana nilai penurunan kandungan C-
10 akhir organik lebih rendah dari variasi kompos
5
0
yang lainnya dan nilai awal nitrogennya
P0 P1 P2 P3 lebih rendah dari variasi kompos yang
Variasi Kompos lainnya. Sehingga pada saat proses
dekomposisi bahan kompos oleh

7
mikroorganisme yang mengubah amonia
menjadi nitrat menyebabkan nilai nitrogen Dari gambar diatas dapat diperoleh
variasi P0 naik. Hal ini sesuai dengan bahwa rasio C/N mengalami penurunan
pendapat Andhika dkk (2008) dalam selama proses pengomposan. Hal ini
penelitiannya yang menyatakan bahwa disebabkan karena proses dekomposisi
nilai nitrogen naik disebabkan proses oleh mikroba dimana terjadi penguraian
dekomposisi oleh mikroorganisme yang karbon yang digunakan mikroba sebagai
menghasilkan amonia dan nitrogen sumber energi dan pertumbuhannya.
terperangkap di dalam tumpukan kompos Sedangkan nitrogen digunakan mikroba
karena pori-pori tumpukan kompos yang untuk sintesis protein dan pembentukan
sangat kecil sehingga amonia dan nitrogen sel-sel tubuh. Sehingga didapatkan jumlah
yang terlepas ke udara berada dalam kandungan C-organik yang rendah dan
jumlah yang sedikit. Walaupun kenaikan kandungan Nitrogen yang tinggi, maka
nitrogen pada variasi P0 sangat meningkat rasio C/N menjadi rendah.
namun hasil akhir nilai nitrogennya tetap Rasio C/N untuk variasi P0 lebih besar
rendah yakni 0.94%. Kenaikan yang dibandingkan dengan variasi lainnya.
terendah yaitu pada variasi P3 yakni Variasi P0 sedikit melebihi ambang batas
sebesar 0,02%. Komposisi bahan variasi yakni 20.76 dimana nilai rasio C/N
P3 yakni sampah sayur, kotoran sapi dan menurut SNI adalah 10-20. Hal ini
ditambahkan dengan bioaktivator EM4 disebabkan bahan penyusun kompos
memiliki nilai N-total yang sudah tinggi variasi P0 adalah sampah sayur, tidak
yaitu 1.13% sehingga kenaikan nilai N- mengandung kotoran sapi dan bioaktivator
total rendah. Hal ini juga dialami pada EM4. Sedangkan bahan penyusun kompos
variasi kompos yang lainnya disebabkan variasi P1, P2 dan P3 mengandung kotoran
nilai N-total yang sudah tinggi. sapi dan bioaktivator EM4. Hal ini sesuai
Hasil kandungan N-total pada masing- dengan Mulyono (2014) dalam bukunya
masing variasi dari awal pengomposan menyatakan bahwa pada rasio C/N tinggi,
sampai akhir pengomposan mengalami mikroorganisme tidak berkembang dengan
peningkatan. Peningkatan kandungan N- optimal akibat kekurangan nitrogen.
total sudah memenuhi SNI yaitu minimum Variasi P0 hanya mengandung nitrogen
0,40%. yang sedikit yaitu 0.59% sehingga nilai
c. Rasio C/N rasio C/N tinggi.
Rasio C/N merupakan perbandingan d. P2O5 dan K2O
antara unsur karbon dan nitrogen. Rasio Pemeriksaan kandungan P2O5 dan K2O
C/N digunakan untuk memenuhi dilakukan setelah pengomposan berakhir.
kebutuhan nutrisi bagi mikroorganisme Hal ini dilakukan bertujuan untuk
untuk melakukan aktivitasnya dalam mengetahui kandungan P2O5 dan K2O pada
merombak substrat. Uji kandungan rasio kompos matang dari variasi kompos yang
C/N dilakukan awal dan akhir terbaik.
pengomposan. Unsur fosfor (P2O5) bagi tumbuhan
60
berperan untuk mempercepat pertumbuhan
50
akar pada bibit, serta memperkuat dan
40
mempercepat pertumbuhan pada tanaman
awal dewasa. Selain itu, fosfor (P2O5)
C/N

30
20
akhir bermaanfaat untuk menambah kualitas
10
pada tanaman biji-bijian dan berpengaruh
0
pada pembentukan inti sel.
P0 P1 P2 P3 Unsur kalium (K2O) sangat berguna
Variasi Kompos untuk mempercepat pembentukan
Gambar 7. Grafik perubahan rasio C/N karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh

8
tanaman, serta menambah daya tahan kering. Maka variasi P2 adalah variasi
terhadap serangan hama dan penyakit. kompos yang paling cepat proses
Selain itu, unsur kalium sangat berperan pengomposannya yakni 30 hari
untuk meningkatkan kualitas biji-bijian, pengomposan.
seperti pada bulir padi menjadi mudah
bernas. Pada tanaman umbi-umbian, Prospek Pengembangan Sampah Pasar
kalium bermanfaat untuk mempercepat Sebagai Bahan Pembuatan Kompos.
pembesaran umbi. Tingginya penggunaan kompos oleh
petani menjadikan sampah pasar menjadi
Tabel 4. Kandungan P-total dan K-total peluang sebagai bahan dasar pembuatan
P2O5 K2O kompos.
Pembuatan kompos serta variasinya
No. Perlakuan (%) seperti kotoran sapi dan bioaktivator tidak
1 P2 1.98 1.09 memerlukan modal yang besar. Pembuatan
bioaktivator dapat dilakukan sendiri dan
Dari tabel 4.10 pada variasi P2 pengumpulan bahan organik dapat
didapatkan hasil kandungan P2O5 yakni diperoleh dari sampah pasar.
sebesar 1,98% dan K2O yakni sebesar Berdasarkan data dari Dinas
1,09%. Dari hasil perbandingan dengan Pertanaman dan Kebersihan tahun 2013
standar kualitas kompos matang menurut total volume timbulan sampah kota
SNI 19-7030-2004 yakni P2O5 minimum Makassar sebesar 4.188,26 m3/hari.
0.10% dan K2O minimum 0.20%, Volume sampah pasar kota Makassar
kandungan P2O5 kompos matang dan K2O mencapai 686,62 m3/hari.
sudah memenuhi standar Sampah sayuran sebesar 45,31% atau
Lama Waktu Pengomposan sebanyak 188,28 m3/hari
Lama waktu pengomposan sampah Sampah buah (kulit buah) sebesar
dalam analisis ini ditetapkan berdasarkan 35,12% atau sebanyak 145,94 m3/hari
penyusutan berat sampah dan Sampah daun kering sebesar 19,57%
memperhitungkan standar fisik kompos atau sebanyak 81,32 m3/hari.
seperti tekstur yang menyerupai tanah. Dalam penelitian ini sampah sayuran
Dari hasil penyusutan kompos yang yang digunakan 3 kg, menggunakan
telah diketahui dan standar fisik kompos volume keranjang sebesar 0,017226 m3
didapatkan lama waktu pengomposan pada dan menghasilkan kurang lebih 1,5 kg
tabel 4.14, terlihat bahwa variasi P0 pupuk kompos. Dari hasil pengukuran
(kontrol) adalah waktu pengomposan yang yang dilakukan diperoleh sampah sayuran
paling lama yakni 50 hari pengomposan sebesar 188,28 m3/hari mampu
sedangkan waktu pengomposan yang 188,28 3/
paling cepat adalah variasi P1 (sampah menghasilkan 1,5 =
0,017226 3
sayur ditambah biaktivator EM4) dan P2 16394,98 kg/hari atau kurang lebih 16
(sampah sayur ditambah kotoran sapi). ton/hari pupuk kompos. Sebesar 188,28
Akan tetapi jika ditinjau dari fisik kompos, m3/hari atau sebanyak 65,89 ton/hari
tekstur variasi P1 dan P0 adalah kering sampah sayuran akan digunakan sebagai
tidak memenuhi standar SNI yakni halus. bahan kompos. Untuk menentukan
Hal ini disebabkan oleh bahan dasar kapasitas berat sampah sayur yang
variasi P1 dan P0 yang digunakan adalah dihasilkan per hari, jumlah volume sampah
sampah sayur tanpa kotoran sapi, sehingga dikalikan dengan berat jenis sampah
gas-gas hasil penguraian oleh mikroba sebersar 350 kg/m3 (Pedoman
yang terbuang ke udara, misalnya amonia Implementasi 3R Skala kota, BLH).
dan uap air menyebabkan berat bahan
akhir menjadi berkurang dan menjadi

9
Analisis Biaya Pengelolaan Kompos Perhitungan Biaya Investasi,
Sampah Pasar Kota Makassar Penyusutan (Depresiasi), dan
a) Lokasi Pemeliharaan
Lokasi pengolahan yang tepat yaitu Tabel 5. Analisa Biaya Satuan Pengelolaan
luasan yang mencukupi. Direncanakan Kompos Sampah Pasar Kota
lahan untuk bangunan sekitar 28 m yang Makassar 2014
terdiri dari bak penampungan berukuran
4x3 m= 12 m, ruang mesin berukuran
2x2 m = 4 m, bak fermentasi berukuran
4x3 m = 12 m, sedangkan luas lahan
yang digunakan sebagai tempat
pengomposan minimum 200 m. Lokasi
sebaiknnya terkena sinar matahari,
tempatnya agak tinggi, mudah untuk jalan
keluar masuk truk. Lokasi pengolahan
dapat rencanakan di TPS, selain karena
posisinya yang strategis, juga
mempermudah kegiatan pengomposan
(Hamidah Nurul, 2013). Dari hasil analisa di atas
b) Perhitungan Biaya Satuan didapatkan total keuntungan bersih per
tahun Rp. 218.783.750,-/tahun atau
Asumsi yang digunakan dalam Rp.599.408,-/hari dengan penjuan kompos
perhitungan biaya satuan pengelolaan Rp.750,-/kg dengan bahan baku kompos 5
sampah organik pasar kota Makassar ton/hari. Sampah pasar di kota Makassar
adalah sebagai berikut: dengan bahan baku kurang lebih 16
1. Kebutuhan bahan bakar untuk ton/hari mampu menghasilkan keuntungan
penggunaan mesin crusher adalah 1,5 sebesar Rp.656.351.250,-/tahun atau
liter/jam atau 12 liter/8jam. Kapasitas Rp.1.798.224,-/hari. Kompos yang
yang dapat ditampung mesin crusher berbahan dasar sampah sayur jika
sebanyak 5.000 kg/hari. dianalisis dari segi biaya dan waktu
2. Upah tenaga kerja sebesar Rp. pengomposan sangat berpeluang untuk
1.900.000,-/bulan @9 personil pekerja dikembangkan sebagai usaha, sebab biaya
adalah Rp. 205.200.000/tahun. yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan
Operator mesin = 1 orang sampah sayur yang digunakan diambil dari
Tenaga pencampuran bahan/ sampah pasar yang tidak termanfaatkan
inkubasi = 3 orang sehingga menambah nilai guna dan nilai
Tenaga sortir = 3 orang ekonomis. Selain memiliki nilai ekonomis
Pengemasan = 2 orang metode komposting juga dapat
3. Kapasitas 1 kontainer adalah 13 m3 mengurangi volume timbulan sampah
atau 4.550 kg/m3. Sehingga yang ada di pasar khususnya di kota
membutuhkan kurang lebih 1 buah Makassar.
kontainer untuk mengangkut sampah
sayuran di pasar. Biaya transportasi 1 KESIMPULAN DAN SARAN
buah kontainer Rp.400.000,-/hari. Berdasarkan hasil dan pembahasan
4. Harga penjualan kompos dengan dapat diketahui bahwa :
menggunakan asumsi pendapatan 1. Penambahan effective microorganism
minimum sebesar Rp.750,-/kg (EM4) berpengaruh terhadap kualitas
(Achmad Zubair dkk,2012). kompos matang yang relatif lebih baik
daripada pengkomposan alami.

10
2. Variasi bahan tambahan pada kompos 3. Diharapkan adanya penelitian
sangat berpengaruh terhadap kualitas selanjutnya yang memvariasikan
kompos matang dimana kualitas bioaktivator EM4 dalam setiap variasi
terbaik kompos terdapat pada kompos.
komposisi atau variasi P2 yaitu sampah
pasar dan kotoran sapi dengan kualitas DAFTAR PUSTAKA
kompos C-organik 20.39%, N-Total Andriyeni,2009. Pengolahan Sampah
1.2%, rasio C/N 17.05, P-Total 1.98%, Organik menjadi Kompos. Jurnal
K-Total 1.09%. Variasi P0 yaitu pertanian (Online) (
kontrol dan P1 yaitu sampah pasar dan www.tenangjaya.com diakses 15 Maret
EM4 tidak dapat dijadikan sebagai 2014).
kompos karena bentuk fisik akhir Azwar, Asrul. (1990). Pengantar Ilmu
kompos cenderung kering. Sedangkan Kesehatan Lingkungan . Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
pada variasi P3 yaitu sampah pasar
Badan Standar Nasional (BSN). 2004.
ditambahkan kotoran sapi dan EM4
Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik
kandungan unsur hara makronya dan Domestik. SNI 19-7030-2004.
bentuk fisik memenuhi standar baku Badan Lingkungan Hidup. Buku
mutu kompos akan tetapi kandungan Pedoman Implementasi 3R Skala Kota
nilai pH diatas ambang batas yakni Cahaya, Andhika., Nugroho, Adi Dody.
sebesar 9.46 cenderung basa. 2008. Pembuatan Kompos dengan
3. Lama waktu pengomposan Menggunakan Limbah Padat Organik
berdasarkan penyusutan bahan kompos (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu).
dan bentuk fisik kompos matang Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
didapatkan bahwa variasi maka variasi Teknik, Universitas Diponegoro.
P2 ditambahkan kotoran sapi adalah Chandra, budiman. 2007. Pengantar
pengomposan yang paling cepat yakni kesehatan lingkungan. Jakarta:
30 hari. Penerbit buku kedokteran EGC.
4. Sampah pasar di kota Makassar jika Hardiani, dkk. 2011: Bioremediasi Logam
menggunakan metode komposting Timbal (Pb) dalam Tanah
dapat menghasilkan kompos sebesar Terkontaminasi Limbah Sludge
Industri Kertas Proses Deinking.
16 ton/hari dan diperoleh keuntungan
Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1, Juni
sebesar Rp.1.798.224,-/hari dengan 2011 : 31 41. diakses 8 mei 2014.
menggunakan asumsi pendapatan Komarayati, Sri., Mustaghfirin., Sofyan,
minimum dari penjualan kompos Kurnia. 2007. Kualitas Arang Kompos
Rp.750/kg. Metode kompos ini Limbah Industri Kertas dengan
memberikan peluang untuk Variasi Penambahan Arang Serbuk
dikembangkan sebagai usah, nilai Gergaji. Jurnal Ilmu dan Teknologi
ekonomis dan membantu pemerintah Kayu Tropis Vol. 5. No. 2. Pusat
dalam mengurangi timbulan sampah. Penelitian Hasil Hutan : Bogor.
Mulyono. 2014. Membuat Mol dan
Kompos dari Sampah Rumah Tangga.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang PT. AgroMedia Pustaka : Jakarta.
dapat diberikan : Nyoman P. Aryantha,dkk.2010.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kompos.Pusat Penelitian Antar
mengenai kandungan mikroorganisme Universitas Ilmu Hayati LPPM-ITB.
yang terdapat dalam setiap variasi Dept. Biologi - FMIPA-ITB.diakses
kompos yang digunakan. dari :
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut http://www.id.wikipedia.org/wiki/ko
mengenai kandungan unsur hara mikro mpos.
pada hasil kompos matang. Peraturan Menteri Pertanian. Pupuk
Organik, Pupuk Hayati dan

11
Pembenah Tanah. Pertanian Nomor Nasional Penelitian Lingkungan di
70/Permentan/SR.140/10/2011. Universitas Trisakti : Jakarta.
Pranata, Dedy. 2014. Study Alternatif Suwahyono,Untung., Tim penulis PS.
Pengelolaan Sampah Domestik 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari
Bandara Udara Sultan Hasanuddin. Limbah. Penebar Swadaya : Jakarta.
Jurusan Teknik Sipil Unhas, Teti Suryati. 2014. Bijak & Cerdas
Makassar. Mengolah Sampah/Agro.
Putry, An-nisa Nur. 2013. Pengelolaan Tpasukawinata. 2012. Pengertian &
Sampah Pasar dan Prospek Definisi Sampah Menurut Para Ahli.
Pengmbangannya. Program Studi (http://www.tpasukawinata.wordpress
Teknik Lingkungan Unhas, Makassar. .com/2012/04/26/pengertian-definisi-
Rizqi Press. 2002. Penerapan Pertanian sampah-menurut-para ahli.html). Di
Organik. Kanisius : Yogyakarta. unduh pada tanggal 26 Maret 2014.
Rukiyati. 2011. Teknik Pengomposan Unus, Suriawiria. 2002. Pupuk Organik
Efektif Untuk Mengendalikan Sampah Kompos dari Sampah, Bioteknologi
Organik Rumah Tangga. Jurnal Agroindustri. Bandung : Humaniora
Pertanian. Utama Press.
S, Joseph Christian. 2011. Analisis Sistem Verawaty, Pipin Tania. 2004. Perbedaan
Pengangkutan Sampah Kota Penggunaan Berbagai Dosis EM4
Makassar Dengan Metode Terhadap Waktu Terbentuknya
Penyelesaian Vehicle Routing Kompos pada Sampah Kebun. Skripsi.
Problem (VRP). Jurusan Teknik Yuwono, T. 2006. Kecepatan Dekomposisi
Mesin Unhas, Makassar. dan Kualitas Kompos Sampah
Soetopo, Rina S., Purwati, Sri. 2006. Organik. Jurnal Inovasi Pertanian
Pengaruh Kompos dari Limbah (Vol. 4 No.2).
Lumpur IPAL Industri Kertas Zubair, Achmad, dkk. 2012. Studi Potensi
Terhadap Tanaman dan Air Perkolat Daur Ulang Sampah di TPA
Tanah. Berita Selulosa. Vol. 41. No. Tamangapa Kota Makassar. Hasil
1. Hal 21-29. Balai Besar Pulp dan Penelitian Jurusan Teknik Sipil
Kertas : Bandung. Fakultas Teknik Unhas, Vol. 6:
Soma, Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Desember 2012. Diakses 3
Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan November 2014.
Sampah Perkotaan. IPB Press. Bogor.
Sudradjat, R. 2006. Seri Agritekno:
Mengelola Sampah Kota. Penebar
Swadaya. Bogor.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV. AlfaBeta.
Surtikanti, H.K. 2011. Toksikologi
Lingkungan dan Metode Uji Hayati.
Bandung.
Susanto, R. 2002. Pertanian Organik:
Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Penerbit Kansius.
Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. Sulistyawati, Endah.,
Mashita, Nusa., Choesin, D.N. 2008.
Pengaruh Agen Decomposer
Terhadap Kualitas Hasil
Pengomposan Sampah Organik
Rumah Tangga. Makalah
dipresentasikan pada Seminar

12

You might also like