You are on page 1of 6

Khutbah Gerhana Bulan

Dr. H. Zainul Arifin, M.Ed, MA


Khutbah Pertama





Hadirin Jamaah Shalat Gerhana yang dicintai oleh Allah
Marilah sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah Subhanahu Wataala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu
berusaha istiqamah dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan demikian, mudah-mudahan
kita akan menjadi umat yang terbaik dan unggul serta mendapat ridlo dan
maunah dari Allah Subhanahu Wataala di dunia maupun di akhirat.

Hadirin Jamaah Shalat Gerhana yang dicintai oleh Allah

Dulu di zaman jahiliyah, orang-orang menyembah matahari dan bulan.


Allah Taala berfirman,














Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah
Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (QS.
Fushilat: 41)

Gerhana di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanyalah sekali terjadi


di Madinah setelah hijrah. Ketika itu beliau keluar dengan rida (selendang)
dengan penuh khusyu dalam keadaan takut pada Allah Taala. Beliau
kemudian shalat bersama para sahabatnya, yaitu shalat kusuf (shalat
gerhana). Beliau memperpanjang bacaan, ruku dan sujudnya. Lama
bacaan beliau seperti sedang membaca surat Al Baqarah. Setelah
membaca surat, lalu beliau ruku dengan ruku yang panjang seperti
berdiri. Setelah ruku, (beliau tidak langsung sujud) namun melanjutkan
dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang yang lebih
ringan dari yang pertama. Lalu setelah itu beliau ruku dengan ruku yang
lebih ringan dari yang pertama. Setelah itu beliau melakukan dua kali
sujud. Kemudian beliau berdiri dan melanjutkan rakaat kedua sama
dengan cara pada rakaat pertama namun dengan tata cara yang lebih
ringan. Kemudian setelah selesai rakaat kedua (seperti shalat lainnya),
beliau salam. Gerhana pun selesai, lantas beliau pun memberikan nasehat
pada para sahabatnya. Beliau memberi nasehat sesuai kondisi saat itu.

Intinya
khutbah
di
atas
adalah,
Nabi shallallahu
alaihi
wa
sallam melakukan shalat sebanyak dua rakaat. Setiap rakaat terdapat 2
kali ruku dan 2 kali sujud. Jadi keseluruhan rakaat shalat gerhana terdapat
4 kali ruku dan 4 kali sujud. Demikianlah tata cara shalat gerhana
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan inilah riwayat yang shahih yang
lebih kuat dari riwayat lainnya.

Hadirin Jamaah Shalat Gerhana yang dicintai oleh Allah

Di zaman jahiliyah dahulu juga terdapat anggapan ketika terjadi


gerhana matahari atau bulan, itu terjadi karena kematian atau lahirnya
seseorang. Dan memang dahulu terjadi gerhana di masa Nabi shallallahu
alaihi wa sallam karena kematian anaknya, Ibrahim. Jadi orang-orang
mengira gerhana itu terjadi karena kematian anaknya. Itulah keyakinan
jahiliyah yang masih ada dahulu. kita sebagai umat Islam dianjurkan oleh
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersegera melakukan perkaraperkara yang baik seperti berdoa, berzikir, shalat, bertakbir, bersedekah
dan beristighfar. Sebagaimana dalam sebuah hadits :



( )
2

Maksudnya: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua bukti tandatanda kebesaran Allah Taala di mana kedua-duanya terjadi bukan karena
kematian atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana
berdoalah
kepada
Allah,
bertakbirlah,
dirikanlah
shalat
dan
bersedekahlah(H.R. Imam Bukhori)

Ketika terjadi gerhana, Allah ingin mengingatkan hamba-hamba-Nya;


bagaimana apabila cahaya matahari maupun bulan tidak terbit lagi untuk
selamanya?walaupun fenomena ini hanya terjadi sebentar saja, namun
pelajaran yang dapat kita ambil sangatlah banyak. Walaupun sebagian
orang menganggap bahwa fenomena ini adalah ilmiah dan sunatullah.
Namun apabila kita muhasabah sejenak, andaikan benar-benar Maha Suci
Allah menghilangkan sinar matahari atau bulan sebagaimana nanti terjadi
pada hari kiamat apakah kita masih tetap dengan kemaksiatan dan dosadosa kita?! Ataukah segera bertaubat kepada Allah!. Oleh karena itu
anjuran rasul ketika terjadi gerhana maka segeralah shalat dan berdoalah
sampai gerhana tersebut berakhir.

Mudah-mudahan kejadian gerhana bulan ini akan menimbulkan keinsafan


kita kepada Allah, berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya,
menambah serta menguatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
Subhanahu Wataala.

Apa yang kita tunggu mari kita segera menjemput hidayah Allah dan
bertaubat dengan sebenar-benarnya bertaubat untuk meraih cinta dan
kasih-Nya.

Kita mohon kepada Allah keselamatan dan semoga kita dihindarkan dari
berbagai kedzoliman dan marabahaya. Semoga Allah menganugerahkan
pada kita taubat yang ikhlas, dan semoga Allah memberi kita taufik dalam
perkataan dan perbuatan sehingga kita menjadi hamba-Nya yang
senantiasa istiqomah menjalankan perintah-Nya.

Khutbah Kedua










:




.























.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua aamien.

Tata Cara Teknis Shalat Gerhana


Ada pun bagaimana bentuk teknis dari shalat gerhana, para ulama
menerangkan berdasarkan nash-nash syar'i sebagai berikut :
1. Dua Rakaat
Shalat gerhana dilakukan sebanyak 2 rakaat. Masing-masing rakaat
dilakukan dengan 2 kali berdiri, 2 kali membaca qiraah surat Al-Quran, 2
ruku' dan 2 sujud. Dalil yang melandasi hal tersebut adalah :
Dari Abdullah bin Amru berkata,"Tatkala terjadi gerhana matahari pada
masa Nabi SAW, orang-orang diserukan untuk shalat "As-shalatu jamiah".
Nabi melakukan 2 ruku' dalam satu rakaat kemudian berdiri dan kembali
melakukan 2 ruku' untuk rakaat yang kedua. Kemudian matahari kembali
nampak. Aisyah ra berkata,"Belum pernah aku sujud dan ruku' yang lebih
panjang dari ini. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Bacaan Al-Quran
Shalat gerhana termasuk jenis shalat sunnah yang panjang dan lama
durasinya. Di dalam hadits shahih disebutkan tentang betapa lama dan
panjang shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu :





-
: -














Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana
matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW melakukan
shalat bersama-sama dengan orang banyak. Beliau berdiri cukup lama
sekira panjang surat Al-Baqarah, kemudian beliau SAW ruku' cukup lama,
kemudian bangun cukup lama, namun tidak selama berdirinya yang
pertama. Kemudian beliau ruku' lagi dengan cukup lama tetapi tidak
selama ruku' yang pertama. (HR. Bukhari dan Muslim)
Lebih utama bila pada rakaat pertama pada berdiri yang pertama setelah
Al-Fatihah dibaca surat seperti Al-Baqarah dalam panjangnya.
Sedangkan berdiri yang kedua masih pada rakaat pertama dibaca surat
dengan kadar sekitar 200-an ayat, seperti Ali Imran.
Sedangkan pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dibaca surat
yang panjangnya sekitar 250-an ayat, seperti An-Nisa. Dan pada berdiri
yang kedua dianjurkan membaca ayat yang panjangnya sekitar 150-an
ayat seperti Al-Maidah.

3. Memperlama Ruku' dan Sujud


Disunnahkan untuk memanjangkan ruku' dan sujud dengan bertasbih
kepada Allah SWT, baik pada 2 ruku' dan sujud rakaat pertama maupun
pada 2 ruku' dan sujud pada rakaat kedua.
Yang dimaksud dengan panjang disini memang sangat panjang, sebab bila
dikadarkan dengan ukuran bacaan ayat Al-Quran, bisa dibandingkan
dengan membaca 100, 80, 70 dan 50 ayat surat Al-Baqarah.
Panjang ruku' dan sujud pertama pada rakaat pertama seputar 100 ayat
surat Al-Baqarah, pada ruku' dan sujud kedua dari rakaat pertama seputar
80 ayat surat Al-Baqarah. Dan seputar 70 ayat untuk rukuk dan sujud
pertama dari rakaat kedua. Dan sujud dan rukuk terakhir sekadar 50 ayat.
Dalilnya adalah hadits shahih yang keshahihannya telah disepakati oleh
para ulama hadits.



Dari Ibnu Abbas ra berkata,"Terjadi gerhana matahari dan Rasulullah SAW
melakukan shalat gerhana. Beliau beridri sangat panjang sekira membaca
surat Al-Baqarah. Kemudian beliau ruku' sangat panjang lalu berdiri lagi
dengan sangat panjang namun sedikit lebih pendek dari yang pertama.
Lalu ruku' lagi tapi sedikit lebih pendek dari ruku' yang pertama. Kemudian
beliau sujud. Lalu beliau berdiri lagi dengan sangat panjang namun sidikit
lebih pendek dari yang pertama, kemudian ruku' panjang namun sedikit
lebih pendek dari sebelumnya.(HR. Bukhari dan Muslim).

You might also like