You are on page 1of 17

Jurnal Arsitektur NALARs

Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

PERPADUAN STRUKTUR KABEL DAN PELENGKUNG


Kesempurnaan Disain Gedung Olah Raga Iwata, Jepang
Dodi Yunan Nasution
Mahasiswa Jurusan Arsitektur FT UMJ

ABSTRACT To create a plan as well as to create a design for smart building, it will need some
analyses, and more information that could become a guidance for design. Thus, there will be
many problems can be anticipated as well as possible before the process of design begin.
Therefore, building has to fulfill its function, with magnificent and strong structure guaranteed.
Moreover the aesthetic value must be achieved in its design as well.
There are several kinds of structures could be conducted in design. But it was not a simple thing
to decide which kind of structure that will be used and suitable for particular building. As there are
some criterias to be analyzed in structural design, among of them such as service ability,
efficiency, cost of project and materials, also another consideration relatively more subjective.
Another thing that has to be considered as an significant issue is the architects conception to
make structures position as faade of the building for exposed detail.

rigid arch structure. Both of these kinds of structures contradict between each others, in their
form, direction of force, and the using a suitable material for each structure. The cable is flexible
and has tension force only, but the rigid-arch is inversion of it and only has compression force.
Both of these contradiction structures can be constituted an immediate unity in one building.
Nevertheless, this aggregation can meet the structural balancing, supporting each other, and the
last, structure stability could be reached optimally.

A. LATAR BELAKANG
Struktur fleksibel yang berupa kabel adalah struktur tarik murni, dan merupakan kebalikan
dari pelengkung (struktur kaku) yang hanya mampu menahan gaya tekan. Ada hubungan
yang erat antara bentuk kabel dan bentuk pelengkung jika diberi beban yang sama, bentuk
kabel akibat beban tersebut akan sama dengan bentuk pelengkung yang memikul beban
sama tersebut. Bentuk yang satu merupakan inversi bentuk yang lain. Apabila gaya yang
bekerja pada kabel adalah tarik sedangkan gaya yang bekerja pada pelengkung adalah
tekan. Kedua jenis struktur tersebut lebih dikenal sebagai Struktur Funicular yaitu struktur
yang hanya dalam keadaan tarik atau tekan yang dipengaruhi oleh beban tanpa adanya
lentur.

ARs TeMA Arsitektur Teknik Muhammadiyah Jakarta

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

Kedua jenis struktur yang berbeda ini mempunyai karakteristik dasar struktural yang sama.
Dan dengan menggabungkan kedua struktur tersebut dalam suatu rancangan bangunan
akan menghasilkan kestabilan dan kesatuan yang seimbang, dimana gaya-gaya tekan pada
pelengkung akan diimbangi dengan gaya-gaya tarik pada kabel. Hal ini bisa dilihat dalam
disain struktur Gedung Olah Raga di Iwata, Jepang, yang diarsiteki oleh Prof. Yoshio
Kobayashi, dimana akan diperoleh suatu kesatuan yang kontras selaras antara daya
tekan dan daya tarik. Sehingga dari perlawanan Tesa (daya tekan) dan Antitesa (daya tarik)
dapat diperoleh Sintesa (kestabilan). Disamping tinjauan kestabilan struktur, kesempurnaan
Gedung Olah Raga di Iwata juga harus bisa memenuhi fungsinya dan juga segi estetikanya
yang semuanya akan dibahas dalam makalah ini.

B. FUNGSI
Gedung Olah Raga di Iwata ini merupakan masterpiece arsitektur hampir disegala bidang.
Keindahan, kenikmatan suasana, kebeningan konsep, efisiensi kegunaan, kebenaran teknis,
dan teristimewa transparansinya citra pribumi khas Jepang. Sehingga Fungsi, Sistem
Struktur, dan Estetika dapat tercapai.

ruang yang cukup besar, dan yang mampu menampung berbagai macam kegiatan atau
aktifitas didalamnya, baik berupa arena olahraga, tempat penonton, gudang-gudang atau
ruang-ruang servis, juga ruang-ruang sirkulasi (alur gerak) didalam gedung pun harus
diperhitungkan dengan seksama. Disamping itu sistem Utilitas, penataan lampu,
Penempatan AC, Lubang-lubang pencahayaan juga menjadi penting dalam perencanaan
Gedung Olah Raga ini.
G

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

instalasi bermacam-macam. Disini tampak fungsi dan service bangunan tertata dengan baik
sekali.

C. SISTEM STRUKTUR
Gedung Olah Raga dengan bentang yang cukup panjang menggunakan pelengkung kaku
sebagai struktur utama dan dipadukan dengan struktur kabel sebagai penutup atap. Kedua
jenis struktur ini sangat berlawanan gayanya, kabel sebagai struktur tarik dan fleksibel
sedangkan pelengkung sebagai struktur tekan yang kaku.
S
t
s
e
j
u
m
e
m
e
d
a
d
iy
a

2). Kabel ini menahan gaya vertikal dari


balok-balok kantilever tepi tersebut. Balok
tepi yang membentang nyaris lingkaran
bergaris-tengah 72 meter ini berbentuk
pelengkung yang mempunyai daya tekan
sehingga kabel difungsikan untuk tetap mempertahankan posisinya, yaitu dengan menarik
balok tepi tersebut supaya tidak mengalami gaya geser dan tarik yang akan mengakibatkan
collapse.
Masalah kritis yang sering dialami dalam mendisain struktur atap yang menggunakan kabel
adalah efek dinamis yang diakibatkan oleh angin, tetapi hal ini kurang berpengaruh pada
struktur pelengkung. (perhatikan Gambar.3).
Apabila angin bertiup diatas atap, akan timbul gaya isap. Apabila besar isapan akibat angin
ini melampaui beban mati struktur atap itu sendiri maka permukaan atap akan mulai naik.
Pada saat atap mulai naik dan bentuknya menjadi sangat berubah, gaya diatas atap akan
berubah karena besar dan distribusi gaya angin pada suatu benda bergantung pada bentuk
benda tersebut. Karena gaya angin berubah, maka struktur fleksibel tersebut akan berubah
bentuk lagi sebagai respon terhadap beban yang baru ini. Proses ini akan berulang terus,
dan sebagai akibatnya, atap tidak mempunyai bentuk yang tetap, dan akan bergetar (flutter)
selama ada gaya angin.

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

Gambar 3: Gaya angin yang menyebabkan flutter

Ada beberapa solusi pencegahan flutter diantaranya dengan menggunakan permukaan atap
yang berat sehingga flutter dapat dicegah dengan/oleh beban matinya. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan sistem kabel menyilang atau stayed cable structure. Juga bisa
menggunakan struktur jaring kabel berkelengkungan ganda, dan struktur inilah yang sering
digunakan dalam mengatasi flutter.(lihat Gambar. 4).

Dengan menggunakan jaring permukaan yang terdiri atas kabel-kabel yang saling tegak lurus
dan berkelengkungan saling berlawanan, maka efek diam dapat diperoleh dan atap tidak
mempunyai kecenderungan mengalami flutter.
G
a
a
t

Dalam mendisain struktur kabel juga perlu diperhatikan elemen penumpu kabel yang
berfungsi meneruskan gaya-gaya vertikal maupun horizontal kabel ke tanah. Mungkin kita
bisa menggunakan fondasi atau tumpuan yang langsung menyerap reaksi horizontal atau
juga dengan menggunakan bahan tambahan berupa batang tekan (compression struts) yang
memikul gaya horizontal tersebut. Fondasi atau tumpuan yang bisa menyerap gaya
horizontal sekaligus vertikal kemungkinan bisa juga dilaksanakan tetapi akan sangat sulit

sekali bergantung pada kondisi tanah atau kondisi-kondisi tumpuan lainnya. Sedangkan
ARs TeMA Arsitektur Teknik Muhammadiyah Jakarta

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

batang tekan (batang tambahan) sangat tidak effisien dikarenakan panjangnya panjang taktertumpu (unbraced) dan lebih memungkinkan terjadinya tekuk. Sebagai akibatnya ukuran
batang tekan menjadi sangat besar dan tidak effisien, bahkan tidak menarik. Gedung Olah
raga ini menggunakan sistem Guyed Mast Miring dalam mengatasi gaya pada tumpuan
kabel. Dimana tiang (mast) dibuat miring bukan vertikal. Sehinga gaya horizontal akan dipikul
oleh tiang miring yang simetris bentuknya. Dan tentunya akan tercapai keseimbangan antara
beban pada sisi kiri dan sisi kanan gedung. Maka hanya gaya vertikal saja yang perlu
diperhitungkan daam tumpuannya.
Struktur Utama Gedung Olah Raga ini adalah dua pelengkung hiperbol pokok dengan gaya
yang dialaminya tentunya gaya tekan. Pelengkung merupakan struktur kaku yang bila
kekakuan elemen struktur pelengkung ditingkatkan maka pelengkung dapat
mempertahankan bentuk dasarnya dan tidak runtuh bila dibebani menyimpang dari yang
diantisipasi. Seperti yang terlihat pada Gambar. 2. Arah gaya pada pelengkung pokok adalah
tekan () dan tidak ada sedikitpun beban yang menyebabkan gaya tarik . Hal ini karena
tarik pada pelengkung akan mengakibatkan collapse (runtuh).

Gambar 5a: thrusts pada

p
o

Gambar 5b: penggunaan

Dalam disain pelengkung

batang tambahan

struktur dengan menggunakan elemen struktur tambahan yang pada pelengkung digunakan
batang horizontal tarik. Perhatikan Gambar. 5.
Penggunaan compression struts (batang tekan) dan tension ties (batang tarik) tersebut tidak

menghapuskan gaya horizontal yang terjadi, tetapi mampu menangani masalah tersebut
dengan cara yang berbeda dan lebih effisien. Gaya yang harus dipikul oleh batang tekan

ARs TeMA Arsitektur Teknik Muhammadiyah Jakarta

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

atau batang tarik adalah sama dengan komponen horizontal gaya total yang ada pada
struktur dititik fondasi.
Disain struktur utama Gedung Olah Raga ini menggunakan batang tarik yang berfungsi untuk
menangani gaya horizontal pada titik tumpu atau fondasinya. Pengguanaan tension tie pada
Gedung Olah Raga merupakan pemecahan masalah yang cukup bagus dan effisien, hal ini
karena merencanakan fondasi yang mempu memikul gaya horizontal dan vertikal sekaligus
tidaklah semudah bila dibandingkan dengan merencanakan fondasi terhadap beban vertikal
saja. Disamping itu, tension tie merupakan cara yang relatif lebih mudah dalam memikul
komponen horizontal thrusts pada furnicular tekan, karena dapat berupa elemen struktur tarik
panjang. Dalam mendisain struktur pelengkung kaku pada suatu bangunan, ada hal lain yang
G
a
P
e
s
e

KONTRAKSI
AKIBAT
TEMPERATUR
DEFLEKSI

perlu diperhatikan yaitu menentukan bagaimana kondisi pada ujung pelengkung. Ada tiga
jenis utama pelengkung berdasarkan kondisi ujungnya yang bisa diterapkan dalam
bangunan, yaitu: Pelengkung Jepit, Pelengkung Dua Sendi dan Pelengkung Tiga Sendi.
Apabila didisain sebagai bentuk pelengkung yang furnicular untuk suatu jenis beban, perilaku
ketiga jenis struktur pelengkung kaku akan sama terhadap beban tersebut. Perbedaan yang
ada hanyalah pada kondisi ujung atau tumpuan yang dipakai. Disini, gaya internal yang
timbul sama saja. Walaupun demikian, apabila faktor-faktor lain ditinjau, akan muncul
perbedaan nyata, diantaranya faktor-faktor yang terpenting adalah meliputi settlement
(penurunan tumpuan), efek perpanjangan atau perpendekan elemen struktur akibat
perubahan temperatur, dan besar relatif defleksi akibat beban. Perhatikan Gambar. 6.yang

ARs TeMA Arsitektur Teknik Muhammadiyah Jakarta

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

memperlihatkan bagaimana ketiga jenis struktur pelengkung itu berperilaku terhadap faktorfaktor tersebut.
Untuk penurunan tumpuan (support settlement) pada pelengkung tiga sendi relatif tidak
terpengaruh, karena kedua segmen pelengkung hanya saling berputar. Begitu juga dengan
pelengkung dua sendi, hanya saja pada fondasinya muncul reaksi horizontal yang akan
menimbulkan momen maksimum besar di puncak. Sedangkan pelengkung jepit adalah yang
paling besar dipengaruhi oleh turunnya tumpuan, hal ini karena tidak adanya sendi pada
tumpuan mengakibatkan struktur mengalami momen lentur yang relatif besar.
Pelengkung tiga sendi memungkinkan terjadinya rotasi relatif diantara elemen-elemen
struktur sehingga mengurangi tegang yang timbul akibat ekspansi dan kontraksi temperatur,
dan ini hampir sama terhadap apa yang dialami oleh pelengkung dua sendi, tetapi tetap
terjadi momen lentur pada struktur tersebut. Ekspansi dan kontraksi paling berpengaruh pada
jenis pelengkung jepit, karena pelengkung jepit tidak mempunyai mekanisme yang bisa
mengurangi momen, dan timbullah momen lentur yang relatif besar pada pelengkung jepit
G
a
G
a

lateral

tersebut. Akan tetapi pelngkung jepit adalah pelengkung yang paling kaku yang tentunya
sangat mampu menahan dan mengontrol defleksi dibandingkan dengan pelengkung tiga
sendi, dimana adanya sendi akan mengurangi kekakuan pelengkung tersebut, sehingga
defleksi yang timbul cukup besar. Hal ini jga dialami oleh pelengkung dua sendi, tetapi
pelengkung dua sendi lebih kaku dibandingkan denga pelengkung tiga sendi, sehingga
defleksi relatif bisa diatasi. Pelengkung dua sendi ini lebih sering digunakan dalam disain
struktur karena jenis struktur ini menggabungkan keuntungan pelengkung tiga sendi dan
pelengkung jepit, tanpa menggabungkan kerugian keduanya. Dimana turunnya tumpuan
(support settlement), efek perpanjangan atau perpendekkan elemen struktur akibat
perubahan temperatur dan besar relatif defleksi akibat beban bisa diatasi.
Disain Gedung Olah raga ini telah mempertimbangkan jenis struktur pelengkung dengan

berbagai keuntungan dan kerugiannya. Sehingga pelengkung dua sendilah yang dipilih

ARs TeMA Arsitektur Teknik Muhammadiyah Jakarta

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

dalam disainnya. Struktur utama Gedung Olah Raga yaitu pelengkung yang ujung
tumpuannya adalah dua sendi, jadi tidak dijepit pada tanah atau harus ditumpu oleh elemen
vertikal pada pondasinya. Elemen vertikal sebagai sistem penumpu pada pelengkung sangat
jarang dilakukan, dan apabila mungkin, bisa saja pelngkung langsung diletakkan diatas tanah
tanpa harus ada elemen vertikal terlebih dahulu.
Kedua struktur utama pada Gedung Olah Raga dibuat saling miring berhadapan
dihubungkan oleh pengaku berupa pelat-pelat tebal, yang tentunya pelat-pelat ini difungsikan
sebagai pengaku lateral yang akan menjamin kestabilan lateral. Dalam pelengkung masalah
kestabilan lateral atau tekuk lateral menjadi penting untuk di antisipasi. Pada pelengkung
yang relatif langsing akan ada kemungkinan terjadinya tekuk keluar bidang seperti yang
terlihat pada Gambar. 7. Sehingga diperlukan elemen-elemen pengaku lateral yang dalam
hal ini ditumpu oleh pelat-pelat tebal dalam disain struktur Gedung Olah Raga tersebut.
Sehingga dengan dimensi yang langsing, struktur utama Gedung Olah Raga ini dapat
mengatasi perilaku lateral yang akan timbul pada struktur pelengkung.
Dari uraian diatas, tampak jelas bahwa disain struktur Gedung Olah Raga yang berupa kabel
sebagai struktur atap dan pelengkung hiperbol pokok sebagai struktur utama serta balok-

mampu mengatasi beban-beban yang akan timbul pada struktur juga masalah-masalah lain
yang berhubungan dan yang mempengaruhi disain struktur Gedung Olah Raga ini.

D. ESTETIKA
G
e
J
e
y
a
s
e
t
e
a
rd
ik
e
R
a
s
e

d
p
a
d
i

membosankan karena keasliannya, kesatuan guna dan citra dan kecemerlangan idenya.
Disamping itu kejujuran dalam berarsitektur dengan tidak menutupi bangunan dari struktur

konstruksinya, tapi disini tampak jelas, jernih dan transparan. Yang ini merupakan ke-

Jurnal Arsitektur NALARs


Volume I, Nomor Perdana, Januari 2002

khasan citra pribumi Jepang untuk justeru menonjolkan detail unsur konstruktif sebagai
hiasan sekaligus kesatuan guna dan citra.
Gedung Olah Raga ini merupakan karya arsitektur putera Jepang yang cukup gemilang,
dimana bangunan ini bisa dinikmati dari berbagai segi, semuanya tampak indah, serasai dan
selaras. Penampilan strukturnya yang mendominasi bentuk gedung bukanlah suatu yang
mengganggu dan harus ditutupi oleh berbagai macam partisi atau hiasan yang tentunya
akan lebih mahal dan tidak effisien. Sehingga walaupun sederhana, tapi penampilan
eksterior maupun interiornya tetap mampu memukau dan membuat semua yang
memandangnya terkagum-kagum. Tokh, estetis tidak harus ramai dengan berbagai macam
hiasan yang amburadul tidak karuan. Perhatikan Gambar. 8.
Yang terpenting dari Gedung Olah Raga ini adalah kemempuannya menyatukan guna dan
citra. Sehingga bangunan yang sedemikian apiknya, bisa ber- guna dan mampu
mencitrakan ke-Jepang-annya.

E. KESIMPULAN
Dalam mendisain Gedung Olah Raga ini, tercapai suatu kesatuan diantara ketiga unsur

Bangunan ini sebagai sarana olah raga sehingga membutuhkan ruang-ruang terbuka yang
cukup lebar dengan pemilihan struktur pelengkung hiperbol pokok sebagai struktur utamanya
yang dipadukan dengan struktur kabel sebagai penutup atap, dimana kedua bentuk yang
berlawanan gayanya ini merupakan strukturyang lebih sering digunakan sebagai struktur
bentang panjang.
Dan tentunya dari segi estetika jugalah yang mempengaruhi kesempurnaan dalam mendisain
Gedung Olah Raga Ini.

DAFTAR PUSTAKA
Engel, Heinrich, Structure System, VNR, Van Nostrand Reinhold Company, New York,
Cincinnati, Toronto, London, Melbourne.
Fischer, E Robert, New Structures and Architectural Record Book, Mc Graw-Hill Book
Company, New York, San Fransisco, Toronto, London, 1964.
Helle and Salvadori, Structure in Architecture, untuk kalangan sendiri.
Mangunwijaya, YB, Wastu Citra, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
Schodek, L. Daniel, Struktur, PT Eresco, Bandung, 1991.
www.altavista.com
www.google.com

You might also like